Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“PRODUK-PRODUK PENGHIMPUN DANA PADA BANK SYARI’AH”

“(giro Syari’ah, Tabungan Syari’ah, dan Deposito Syari’ah)”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muamalah II

Dosen Pengampu : Dr. Fakhruddin, M.H.I.

Disusun oleh :

Rifda kamila (210202110051)

Muhammad Angga A. (210202110057)


Wahyu bagus Alamsyah ( 210202110066)
Muhammad Alwi (210202110070)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ““PRODUK-PRODUK
PENGHIMPUN DANA PADA BANK SYARI’AH”” ini tepat waktu.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan oleh Bapak Dr. Fakhruddin, M.H.I.selaku dosen pengampu di mata kuliah Fiqh
Muamalah 1. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan penulis dan
juga para pembaca mengenai riba.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah, baik dengan memberikan waktu serta pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami menantikan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 12 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................iii
BAB 1 ................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1
1. LATAR BELAKANG ............................................................................................................. 1
2. RUMUSAN MASALAH ......................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 2
1. GIRO SYARIAH .................................................................................................................... 2
1. Wadi’ah ................................................................................................................................ 3
2. Giro Wadi’ah ........................................................................................................................ 4
2. TABUNGAN SYARIAH ........................................................................................................ 4
3. MACAM-MACAM TABUNGAN DAN PRAKTEKNYA DALAM BANK SYARIAH .... 5
3. DEPOSITO .............................................................................................................................. 8
A. TINGKAT SUKU BUNGA ................................................................................................ 9
B. BAGI HASIL (PROFIT SHARING) ................................................................................. 9
C. FINANCING TO DEPOSIT RATIO ................................................................................. 9
AKUNTANSI PENGHIMPUN DANA ........................................................................................ 10
1. Tabungan ........................................................................................................................... 10
2. Deposito Mudharabah ........................................................................................................ 11
3. Giro ................................................................................................................................... 13
BAB III .............................................................................................................................................. 16
PENUTUP ......................................................................................................................................... 16
1. KESIMPULAN ..................................................................................................................... 16
2. SARAN................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 18

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Di era globalisasi ini, masyarakat sudah tak asing lagi dengan kata bank Bank sudah
menjadi sahabat dari masyarakat dunia untuk memenuhi kebutuhan keuangan pribadi,
kelompok maupun sebuah instansi. Bank sendiri memiliki pengertian sebagai lembaga
keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dan dari masyarakat dan
menyalurkan dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.
Bank juga merupakan lembaga yang bisnis utamanya adalah menyimpan dan
meminjam dana dari masyarakat. Bank kerap disebut sebagai urat nadi kegiatan
ekonomi suatu negara. Pada manusia misalnya, nadi adalah "saluran" yang bertugas
mengantar zat-zat (yang terdapat dalam darah) dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh
yang lain. Kalau pada manusia, kurang darah akan menyebabkan lesu, maka pada
negara, kurang uang akan menyebabkan ekonomi negara menjadi lesu. Ini karena uang
adalah darah yang menggerakkan perekonomian Sumber utama dana bank dalam
usahanya menghimpun dana berasal dari simpanan dalam bentuk giro, deposito
berjangka, dan tabungan. Sumber-sumber dana bank dalam bentuk simpanan tersebut
berasal dan masyarakat maupun dari nasabah institusi. Di samping itu, sumber dana
bank dapat pula berasal dari modal sendirinya dan sumber lainnya yang tidak termasuk
dalam kedua sumber tersebut di atas

2. RUMUSAN MASALAH
A. Apa yang dimaksud dengan giro syariah?
B. Apa yang dimaksud dengan tabungan syariah?
C. Apa yang dimaksud dengan deposito syariah?

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. GIRO SYARIAH

Pengertian giro menurut Undang-Undang Pokok Perbankan (No. 1 tahun 1967 Bab 1
adalah “Simpanan pihak ketiga pada bank, yang penarikkannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, suratperintah pembayaran lain atau dengan cara pemindah bukuan1
Giro sebagai salah satu bentuk atau jenis simpanan tidak dapat dilepaskan dari pengertian
simpanan. Disamping giro, bentuk simpanan lainnya adalah tabungan dan deposito. Ketiga
bentuk simpanan tersebut harus dikaitkan dan dilakasanakan sesuai dengan pengertian
simpanan.2
Pengertian simpanan giro atau yang lebih populer disebut rekening giro menurut Undang-
Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 adalah ”simpanan yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan mengunakan cek, bilyet giro, sarana
perintah pembayaran lainnya atau dengan pemindahbukuan”. Sedangkan pengertian
simpanan adalah ”dana yang dipercayakan oleh masyrakat kepada bank dalam bentuk giro, 3
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa simpanan adalah sejulah uang
yang dititpkan di bank atau dipelihara oleh bank. Jenis simpanan yang ada di bank selain giro
adalah tabungan dan deposito.Pengertian simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Artinya bahwa uang yang disimpan direkening giro
dapat diambil setiap waktu setelah memenuhi berbagai persyaratan yang ditetapkan misalnya
waktu jam kantor, keabsahan dan kesempurnaan cek serta saldonya tersedia. Penarikan uang
di rekening giro dapat menggunakan sarana penarikan, yakni cek dan bilyet giro (BG). Apabila
penarikan dilakukan secara tunai, maka sarana penarikannya adalah dengan menggunakan cek.
Sedangkan untuk penarikan non tunai adalah dengan mengunakan bilyet giro.
Di samping itu, jika kedua sarana penarikan tersebut habis atau hilang, maka nasabah
dapat melakukan sarana penarikan lainnya seperti surat pernyataan atau surat kuasa yang
ditandatangani di atas materai. Pemilik rekening giro disebut girant dan kepada setiap girant
akan diberikan imbalan berupa jasa giro yang besarnya tergantung bank yang
mengeluarkannya. Bagi bank giro merupakan dana murah karena imbalan yang diberikan
kepada girant merupakan imbalan yang paling rendah jika dibandingkan dengan imbalan
simpanan lainnya seperti tabungan dan deposito.

Cek merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk menarik atau mengambil uang
di rekening giro. Fungsi lain dari cek adalah sebagai alat untuk pembayaran. Pengertian cek
adalah surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro
nasabah tersebut untuk membayar sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan dalamnya atau

1
Prathama Rahardja, Uang dan Perbankan ( Jakarta: PT. Rineka Ciptam 1990) hal: 81
2
M. Bahsan, Giro dan Bilyet Perbankan Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005) hal : 14M. Bahsan,
3
Kasmir. Dasar-dasar Perbankan edisi revisi 2014 ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2014) hal: 76-77

2
kepada pemegang cek tersebut. Artinya bank harus membayar kepada siapa saja yang
membawa cek ke bank yang memelihara rekening nasabah untuk di uangkan sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan, baik secara tunai maupun pemindahbukuan.

1. Wadi’ah

a. Pengertian wadi’ah

Secara etimologi wadi’ah berarti titipan (amanah). Kata AlWadi’ah berasal dari
kata wada’ah juga berarti membiarkan atau meninggal sesuatu. Dalam tradisi fiqih
Islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan prinsip al-wadi’ah. Al-wadi’ah
dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu
maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si pemilik
menghendaki.4

Dalam literatur fiqih, para ulama berbeda-beda dalam mendefinisikannya,


disebabkan perbedaan mereka dalam beberapa hukum yang berkenaan dengan
wadi’ah tersebut yaitu perbedaan mereka dalam pemberian upah bagi pihak penerima
titipan, transaksi ini dikatagorikan taukil atau sekedar menitip, barang titipan tersebut
harus berupa harta atau tidak.5
Harta yang dititipkan kepada pihak yang mau mengamalkannya tanpa dibebani
biaya. Atau wadi’ah juga berarti barang yang dititipkan pada seseorang dengan tujuan
pengamanan. Definisi wadi’ah juga menuju pada dzat yang ditipkan berupa materi
(benda) atas dasar kontrak yang sistematis untuk proses penitipan.6

b. Rukun dan Syarat wadi’ah

1) Rukun wadi’ah

a) Orang yang menitipkan (muwaddi)

b) Orang yang dititipi barang (wadii)

2) Syarat wadi’ah

a) Pihak yang berakat

(1) Cakap hukum

(2) Suka rela (ridho), tidak dalam keadaan dipaksa/terpaksa


7
dibawah tekanan.

4
Muhamad syafi‟ai antonio. Bank Syari’ah dari Teori Keprakti. ( Jakarta: Gema Insani,
2001) hal: 85
5
Hasan Abdullah Amin, al-wadi’ah al-mashrifiyah an-naqdiyah wa istitssmariha fi alislam, (Jeddah : dar asy-
syuruq, 1983), hal 23-31
6
Ahmad Dahlan, Bank Syari’ah, Teori, Praktik, Kritik ( Yogyakarta: Teras, 2012) hal:
124
7
Istitut Bankir Indonesia. Konsep, produk dan Implementasi Operasional Bank Syari’ah
(Jakarta:Djambatan. 2003) hal:59-60

3
b) Obyek yang ditetapkan merupakan milik mutlak si penitip

c) Sighot

(1) Jelas yang dititipkan

(2) Tidak mengandung persyaratan-persyaratan lain.8

2. Giro Wadi’ah

a. Pengertian Giro Wadi’ah

Dalam perbankan syari‟ah dikenal adanya produk berupa giro wadi’ah dan giro
mudharabah. Walau demikian dalam praktiknya giro wadi’ahlah yang yang peling
sering digunakan, mengingat motivasi utama nasabah memilih produk giro adalah
untuk kemudahan dalam lalu lintas pembayaran, bukan untuk mendapat keuntungan.
Di samping itu juga apabila prinsip mudharabah yang dipakai, maka penarikan
sewaktu-waktu akan sulit dilaksanakan mengingat sifat dari akad mudharabah yang
memerlukan jangka waktu untuk menentukan untung atau rugi. Sehingga hanya produk
berupa giro wadi’ah yang dikenal dalam sistem perbankan syari‟ah.
Menurut Abdul Ghofur, Giro wadi’ah adalah bentuk simpanan yang
penarikannya dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana
perintah lainnya atau dengan cara pemindahbukuan yang didasarkan pada prinsip
titipan, oleh karena itu nasabah tidak mendapat keuntungan berupa bagi hasil melainkan
bonus yang nilainya tidak boleh diperjanjikan diawal akad.8 Giro wadi’ah adalah
penempatan dana dalam bentuk giro tanpa mendapatkan imbalan, namun bank boleh
memberi dalam bentuk bonus tanpa diperjanjikan dengan nasabah dengan prinsip
wadi’ah9.11 Landasan hukum giro wadi’ah dalam perbankan syari‟ah berpacu pada
ketentuan hukum Al-Qur‟an, Hadis, dan Ijmak.

2. TABUNGAN SYARIAH

1. PENGERTIAN TABUNGAN
Tabungan adalah Simpanan berdasarkan Akad Wadi’ah atau Investasi dana
berdasarkan Akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu
yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya
yang dipersamakan dengan itu.

8
Abdul Ghofur Ansori, Perbankan Syari’ah di Indonesia. ( Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2009) hal :86
9
Fatkur rohaman, Memahami Bisnis Bank Syari’ah ( Jakarta:PT Gramedia,2014) hal: 85

4
Adapu yang dimaksud dengan tabungan syariah adalah tabungan yang dijalankan
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional telah
mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan adalah
tabungan yang berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah.

2. LANDASAN HUKUM TABUNGAN

a) Fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) No. 02/DSN-MUI/IV/2000 Tentang


Tabungan.
b) Firman Allah Q.S An-Nisa ayat 58
‫ت ِإ هل َٰ ٰٓى أه ْه ِل هها‬ ۟ ‫ّلل يهأْ ُم ُر ُك ْم أهن ت ُ هؤد‬
ِ ‫ُّوا ٱ ْْل ه َٰ هم َٰنه‬ ‫ِإ َّن ٱ َّ ه‬
“Sesungguhnya Allah menyuruhmu untuk menyampaikan amanat kepada yang
berhak”.
c) Hadis diantarannya: “Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai
mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharibnya agar tidak mengarungi lautan
dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan
di langgar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang
ditetapkan oleh Abbas itu di dengar Rasulullah beliau membenarkannya” (HR.
Tabrani dari Ibnu Abbas).
d) Ijma’ diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib)
harta anak yatim sebagai mudharabah dan tidak ada seorang pun mengingkari
mereka. Karenanya hal itu dipandang sebagai ijma’.
e) Qiyas, transaksi mudharabah di qiyaskan sebagai transaksi musyaqoh.
f) Kaidah fiqh “pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh kecuali ada dalil yang
mengharamkannya”.

3. MACAM-MACAM TABUNGAN DAN PRAKTEKNYA DALAM BANK SYARIAH

a. Tabungan Wadiah

Tabungan Wadiah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yaitu
titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak

5
pemiliknya10. Adapun ketentuan umum tabungan berdasarkan Wadi’ah adalah bersifat
simpanan, simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan, dan
tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya) yang bersifat
sukarela dari pihak bank.
Secara umum terdapat dua jenis wadiah: wadiah yad al-amanah dan wadiah yad
adh-dhammah.
1. Wadiah Yad al-Amanah (Trustee Depository)
Wadiah jenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
• Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan oleh
penerima titipan.
• Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang bertugas dan
berkewajiban untuk menjaga barang yang dititipkan tanpa boleh memanfaatkannya.
• Sebagai konsepsi, penerima titipan diperkenankan untuk membebankan biasa kepada
yang menitipkan.
• Mengingat barang atau harta yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan oleh penerima
titipan.
2. Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarante Depository)
Wadiah jenis ini memiliki karakteristik berikut ini:
• Harta dan barang yang diitipkan boleh dan dapat dimanfaatkan oleh yang menerima
titipan.
• Karena dapat dimanfaatkan, barang dan harta yang dititipkan tersebut tentu dapat
menghasilkan manfaat. Sekalipun demikian, tidak ada keharusan bagi penerima
titipan untuk memberikan hasil pemanfaatan kepada si penitip
• Produk perbankan yang sesuai dengan akad ini, yaitu giro dan tabungan.
• Bank konvensional memberikan jasa giro sebagai imbalan yang dihitung
berdasarkan presentase yang telah ditetapkan. Adapun pada Bank Syariah,
pemberian bonus (semacam giro) tidak boleh disebutkan dalam kontrak ataupun
dijanjikan dalam akad, tetapi benar-benar pemberian sepihak sebagai tanda
terimakasih dari pihak bank.
• Jumlah pemberian bonus sepenuhnya merupakan kewenangan manajemen bank
syariah karena pada prinsipnya dalam akad ini penekanannya adalah titipan.

10
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fqh dan Keuangan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2023).
357.

6
• Produk tabungan juga menggunakan akad wadiah karena pada prinsipnya tabungan
mirip dengan giro, yaitu simpanan yang bisa diambil setiap saat. Perbedaannya
tabungan tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan11.

b. Tabungan Mudharabah

Yang dimaksud dengan tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan


berdasarkan akad mudharabah. Seperti yang telah dikemukakan bahwa mudharabah
mempunyai 2 bentuk yaitu, mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah, yang
perbedaan utama diantara keduanya terletak pada atau tidaknya persyaratan yang
diberikan pemilik dana kepada bank dalam mengelola hartanya. Dalam hal ini, bank
syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak
sebagai shahibul mal (pemilik dana). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, Bank
Syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak
lain. Namun di sisi lain, Bank Syariah juga memiliki sifat sebagai wali amanah (trustee),
yakni harus berhati-hati atau bijaksana serta beriktikad baik dan bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya. Di samping itu, Bank
Syariah juga bertindak sebagai kuasa dari usaha bisnis pemilik dana yang diharapkan
dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin tanpa melanggar berbagai aturan
syariah.
Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, Bank Syariah akan membagihasilkan
kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam
akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung
jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang
terjadi adalah mismanagement (salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap
kerugian tersebut12.

11
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), 148.
12
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013),
357.

7
3. DEPOSITO

Deposito adalah simpanannya yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah dengan bank. Transaksi penanaman dana dari
pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan
usaha tertentu sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

Deposito merupakan dana nasabah yang ada pada bank yangpenarikannya dapat
dilakukan pada saat jatuh tempo atau jangka waktu yangditentukan. Misalnya 3 bulan, 6 bulan,
dan seterusnya. Pada produk deposito ini bank menggunakan prinsip bagi hasil (Anshari 2007,
94). Sumber dana dari masyarakat luas yang ketiga adalah simpanan deposito dan pemilik
deposito disebut deposan. Berbeda dengan dua jenis simpanan sebelumnya, di mana simpanan
deposito mengandung unsur jangka waktu (jatuh tempo) lebih panjang dan dapat ditarik atau
dicairkan setelah jatuh tempo. Begitu juga dengan suku bunga yang relatif tinggi dari kedua
jenis simpanan sebelumnya.13

Deposito ada dua jenis :

1. Deposito yang tidak dibenarkan secara syari’ah, yaitu deposito yang berdasarkan
perhitungan bunga.
2. Deposito yang dibenarkan, yaitu deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah

Ketentuan umum deposito berdasarkan mudharabah

1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan
bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam
usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan mengembangkannya,
termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening.

13
Dewi wahyu arianti2020, pengaruhsistem bagi hasil deposito terhadap persepsi nasabah, jurnal perbankan
syariah,172-173

8
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan
nisbah keuntungan yang menjadi haknya.14

A. TINGKAT SUKU BUNGA


Suku bunga merupakan salah satu variabel yang paling banyak diamati dalam
perekonomian. Hampir setiap hari pergerakannya dilaporkandi surat kabar. Suku bunga adalah
biaya pinjaman atau harga yangdibayarkan untuk dana pinjaman tersebut.15

Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomianyang senantiasa


diamati secara cermat karena dampaknya yang luas.Iamempengaruhi secara langsung
kehidupan masyarakat keseharian danmempunyai dampak penting terhadap kesehatan
perekonomian. Iamempengaruhi keputusan seseorang/ rumah tangga dalam halmengkonsumsi,
membeli rumah, membeli obligasi, atau menaruhnya dalamrekening tabungan. Suku bunga
juga mempengaruhi keputusan ekonomisbagi pengusaha atau pimpinan perusahaan apakah
akan melakukan investasipada proyek baru atau perluasan kapasitas.16

B. BAGI HASIL (PROFIT SHARING)

Prinsip perhitungan bagi hasil pendapatan sangat penting untuk ditentukan di awal dan
untuk diketahui oleh kedua belah pihak yang akanmelakukan kesepakatan kerja sama bisnis
karena apabila hal ini tidakdilakukan, maka berarti telah menjadi gharar, sehingga transaksi
menjaditidak sesuai dengan prinsip syariah Dalam praktek di lapangan terdapat istilah revenue
sharing danprofit sharing.Adapun revenue yang dimaksud dalam dasar bagi hasil banksyariah
dan yang di praktekkan selama ini adalah pendapatan dikurangiharga pokok yang dijual. Dalam
akuntansi, konsep ini biasa dinamakan dengan gross profit.17

C. FINANCING TO DEPOSIT RATIO

14
Fatwa DSN MUI NO:03/DSN-MUI/IV/2000
15
Maryana, Ana. 2010. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Dan Bagi HasilTerhadap Deposito Mudharabah Bank
Syariah Mandiri (Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri Cabang Ir. H. Djuanda Bandung). Fakultas Ekonomi
Universitas Widyatama
16
Muktiyo, Teguh Dwi. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Deposito Mudharabah (Berjangka 6
Bulan) Pada Bank Syariah Mandiri. Jurnal Profita: Kajian Ilmu AkuntansiVol. 2, No. 1 (2014)
17
Oktaviana, C. 2007. Potret Perbankan Syariah di Indonesia, Buletin Ekonomika dan Bisnis Islam .Edisi IV/VII .
Laboratorium Ekonomi dan Bisnis Islam (LEBI) UGM

9
Financing to Deposit Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas
suatu bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya, yaitu dengan cara membagi
jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga.18 Besarnya FDR mengikuti
perkembangan kondisi ekonomi Indonesia, dan sejak akhir tahun 2001 bank dianggap sehat
apabila besarnya FDR antara 80%sampai dengan 110%. Besarnya nilai FDR suatu bank dapat
dihitung dengan membagi Pembiayaan yang diberikan dengan Total dana pihak ketiga x 100%

AKUNTANSI PENGHIMPUN DANA


Untuk memperoleh modal pokok, bank syariah dalam menghimpun dananya yakni
dengan Dana Pihak Ketiga. Yang dimaksud Dana Pihak Ketiga yakni meliputi tabungan,
instrument giro, dan deposito. Walaupun cara menghimpun dananya sama seperti bank
konvensional. Akan tetapi, dalam mekanisme kerjanya berbeda. Untuk lebih jelasnya lagi akan
dijelaskan dibawah ini.
1. Tabungan
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang
sudah disepakati, akan tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang lainnya disebut
dengan tabungan. Mekanisme tabungan yang dibenarkan oleh fatwa DSN adalah mekanisme
yang menggunakan prinsip mudharabah dan prinsip wadiah. Akan tetapi pada kenyataannya,
bank-bank syariah yang ada di Indonesia kebanyakan menggunakan prinsip mudharabah.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:

Akuntansi Tabungan Mudharabah


Akuntansi untuk tabungan mudharabah dan penghimpunan dana bentuk lainnya
menggunakan akad mudharabah pada dasarnya mengacu pada PSAK 105 tentang Akuntansi
Mudharabah, khususnya yang terkait dengan akuntansi untuk pengelola dana. Berdasarkan
PSAK 105 paragraf 25, dinyatakan bahwa dana yang diterima dari pemilik dana (nasabah
penabung) dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas
atau nilai wajar aset non-kas yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah
temporer diukur sebesar nilai tercatatnya.
Dalam transaksi tabungan mudharabah ada transaksi yang dapat menambah saldo
tabungan mudharabah dan ada juga transaksi yang dapat mengurangi saldo tabungan
mudharabah. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1) Transaksi Penambahan Tabungan Mudharabah

Dalam transaksi tabungan mudharabah ada beberapa transaksi yang dapat menambah
saldo tabungan mudharabah. Transaksi-transaksinya yaitu seperti transfer dari bank lain ke

18
Samsudin. 2005. Mengapa Nasabah Memilih Menggunakan Jasa Bank Syariah. Jurnal Ekonomi Keuangan
dan Bisnis Islam”EKSIS” Vol 1 No 2 April- Juni 2005

10
rekening nasabah, penerimaan bagi hasil mudharabah ke rekening nasabah, setoran uang tunai
nasabah, dan transfer dari kantor cabang lain ke rekening nasabah.

Adapun contoh kasusnya adalah sebagai berikut:


02 Sept 2012 Bank Murni Syariah (BMS) cabang Yogyakarta menerima setoran tunai
pembukaan tabungan Mudharabah atas nama Indriyani sebesar Rp. 3.500.000
08 Sept 2012 Indriyani menerima transfer dari nasabah BMS cabang Solo sebesar Rp.
500.000.

17 Sept 2012 Indriyani menerima kiriman dari nasabah Bank Peduli Syariah (BPS) sebesar
Rp. 1.500.000.
31 Sept 2012 Indriyani menerima bagi hasil tabungan mudharabah dari BMS sebesar Rp.
20.000.19

Transaksi Pengurangan Tabungan Mudharabah


Selain dalam transaksi tabungan mudharabah dapat menambah saldo tabungan
mudharabah. Ada juga transaksi-transaksi yang yang dapat mengurangi saldo tabungan
mudharabah. Adapun transaksi-transaksi itu seperti transfer kepada nasabah bank lain,
penarikan biaya administrasi tabungan, pajak, dan lainnya oleh bank, penarikan tunai oleh
nasabah, serta transfer ke rekening lain pada bank yang sama.

2. Deposito Mudharabah
Menurut Rizal Yaya, bahwa depisito adalah investasi dana berdasarkan akad
mudharabah yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat
dilakukan hanya pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah (penyimpan) dengan
bank syariah (Unit Usaha Syariah). Perbedaannya dengan deposito konvensional adalah
terlihat pada akad dan sistem bagi hasil yang ditawarkan.
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 3 Tahun 2000, tentang deposito mudharabah
yaitu:]

• Di sini nasabah disebut sebagai pemilik dana atau shahibul maal dan bank disebut
sebagai pengelola dana atau mudharib.
• Modal deposito yang diberikan shahibul maal harus dalam bentuk tunai.
• Bank sebagai mudharib berhak lakukan berbagai usaha asalkan tidak melenceng pada
prinsip syariah dan mnembangkannya, rmasuk didalamnya mudharabah dengan pihak
lain.

19
Nasution, C.S. 2003.Manajemen Kredit Syariah Bank Muamalat.Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol.7, No.3

11
• Bank menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya untuk menutupi biaya
operasional deposito.
• Bank tidak boleh mengurangi nisbah keuntungan tanpa persetujuan nasabah.
• Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam
akad pembukaan rekening.

Ilustrasi Transaksi Terkait Deposito Mudharabah :


01 Sep 2012 Bank Murni Syariah (BMS) menerima setoran atas nama Bunda Dolly Rp.
5.000.000 sebagai investasi deposito mudharabah untuk jangka waktu satu bulan dengan
nisbah 60% untuk nasabah dan 40% untuk BMS.
30 Sep 2012 Berdasarkan perhitungan distribusi pendapatan, bagi hasil yang akan dibayar
untuk kelompok deposito mudharabah adalah sebesar Rp. 15.000.000.
4 Okt 2012 Dibayarkan bagi hasil deposito mudharabah kepada Bunda Dolly sebesar Rp.
40.000 dan artas pembayaran tersebut dipotong pajak sebesar 20%. Pembayaran bagi hasil
dilakukan ke rekening tabungan mudharabah atas nama pemilik yang sama*.
5 Okt 2012 Bunda dona mencairkan deposito mudharabah. Pencairan dilakukan secara tunai.
Dalam praktik perbankan, bagi hasil deposito dapat dibayarkan ke berbagai rekening
sesuai permintaan nasabah deposito, antara lain ke tabungan mudaharabah, giro wadiah,
penambah saldo deposito, periode berikut atau rekening nasabah di bank yang lain.
Hak pihak ke-3 atas bagi hasil dicadangkan sebagai beban yang masih harus dibayar
setiap bulan. Besar pencadangan ini mempunyai dua alternative. Pertama, dicadangkan sebesar
total bagi hasil yang akan dibayarkan selam satu bulan penuh pada bulan jatuh tempo. Kedua,
dicadangkan sebagai porsi bagi hasil yang hanya menjadi beban pada akhir bulan pencatatan.
Kemudian saat pembayaran bagi hasil pada saat jatuh tempo, mengakui adanya tambahan hak
pihak ke-3 (biaya bagi hasil).

Terdapat sedikit perbedaan dalam mekanisme penyaluran bagi hasil tabungan bagi hasil
deposito. Pada tabungan, bank memasukkan semua bagi hasil untuk tabungan terlebih dahulu
sebelum memotong pajak PPh Pasal 4(2) agar nasabah dapat melihat besar masing-masing bagi
hasil dan pajak,. Adapun bagi hasil deposito yang disalurkan kepada nasabah bersifat neto
karena sudah dipotong langsung.20

20
Sudirman. Fiqh Kotemporer (Cotemporery Studies Of Fiqh). Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018.

12
3. Giro
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet, giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan
pemindahbukuan (Rizal Yaya, dkk., 2009:107). Jenis giro dalam perbankan syariah terbagai
menjadi dua, yaitu giro wadiah dan giro mudharabah, namun yang lebih umum digunakan
adalah giro wadiah.
Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah

Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis perkongsian, dimana pihak pertama
(shahib al mal) menyediakan dana dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas
pengelolaan usaha. Hasil usaha dibagikan sesuai dengan nisbah (porsi bagi hasil) yang
disepakati bersama.

Rukun mudharabah adalah:

1. Shahibul maal (pemilik dana/ nasabah)


2. Mudharib (pengelola dana/ pengusaha/ Bank)
3. Amal (Usaha/ pekerjaan)
4. Ijab Qabul

Mudharabah terdiri dari 2 jenis:

1. Mudharabah Muthlaqah (Investasi tidak terikat) yaitu pihak pengusaha diberi kekuasaan
penuh untuk menjalankan proyek tanpa larangan/ gangguan apa pun. diaplikasikan pada
tabungan dan deposito
2. Mudharabah muqayyadah (Investasi terikat) yaitu pemilik dana membatasi / memberi
syarat kepada mudharib dalam pengelolaan dana seperti hanya melakukan mudharabah dalam
bidang tertentu saja.
Bank dilarang mencampurkan rekening investasi terbatas dengan dana bank atau dana
investasi lainnya pada saat berinvestasi.Bank diharuskan melakukan investasi sendiri (tanpa
melalui pihak ketiga).
Dalam investasi terikat ini pada prinsipnya kedudukan bank sebagai agen saja, dan atas
kegiatannya tersebit bank menerima imbalan berupa fee. Pola dalam investasi terikat dapat
dilakukan dengan cara:

a. Channeling, apabila semua resiko ditanggung oleh pemilik dana, bank sebagai agent tidak
menanggung resiko apapun.

b. Executing, apabila bank sebagai agen juga menanggung resiko, dan hal ini banyak yang
menganggap bahwa investasi terkait executing ini sudah tidak sesuai lagi denga prinsip
mudharabah.

13
Giro Wadiah

Giro wadiah memiliki karakteristik yang telah di fatwakan oleh DSN, yaitu sebagai berikut:
a) Bersifat titipan.
b) Dalam akadnya, penitip dana mengizinkan kepada pihak bank untuk memanfaatkan
dana tersebut
c) Titipan bisa diambil kapan saja (on call).
d) Nasabah bertindak sebagai penitip dana (mudi’) dan bank bertindak sebagai penerima
dana titipan (muda’)
e) Dalam pengelolaannya dana titipan tersebut, bank mendapat keuntungan karena hakikat
wadiah adalah qardh sehingga mempunyai prinsip tidak ada bonus yang diberikan
kepada pemilik dana wadiah. Meski demikian, bank dapat memberikan bonus dalam
bentuk pemberian (athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.

Rekening giro wadiah dapat bertambah dan berkurang. Dapat bertambah melalui
transaksi penyetoran tunai, transfer dari tabungan maupun giro cabang lain dari bank yang
sama, penerimaan cek dari nasabah bank lain yang diuangkan oleh nasabah suatu bank, dan
penerimaan bonus giro wadiah dari bank syariah. Dan dapat berkurang melalui transaksi
penarikan cek oleh nasabah untuk ditukar secara tunai, penarikan bilyet untuk ditransfer ke
cabang lain bank atau ke nasabah bank lain, serta potongan administrasi dan pajak tabungan.

Ilustrasi Penambahan Saldo Rekening Giro Wadiah

01 Mar 2012 Bank Murni Syariah (BMS) cabang Yogyakarta menerima setoran tunai
pembukaan giro wadiah atas nama Thariq sebesar Rp. 35.000.000.

05 Mar 2012 Thariq menerima transfer dari BMS cabang Solo sebesar Rp. 5.000.000.
10 Mar 2012 Thariq menerima bilyet giro dari nasabah Bank Peduli Syariah (BPS) yang
pernah membeli sesuatu dari Thariq seharga Rp. 15.000.000. bilyet giro tersebut dicairkan
oleh Thariq ke BPS untuk dimasukkan ke rekening giro wadiah Thariq di BMS.
31 Mar 2012 Thariq menerima bonus giro wadiah dari BMS sebesar Rp. 50.000.

Ilustrasi Pengurangan Giro Wadiah :

03 Mar 2012 Thariq menggunakan cek untuk mencairkan dana di rekening giro wadiahnya di
Bank Murni Syariah (BMS) secara tunai sebesar Rp. 12.000.000.

14
07 Mar 2012 Thariq menggunakan bilyet giro untuk mentransfer sejumlah dana ke nasabah
giro wadiah BMS cabang Jakarta sebesar Rp. 5.000.000.
12 Mar 2012 Thariq menggunakan bilyet giro untuk pembayaran pembelian sebuah mesin
kepada nasabah giro bank lain sebesar Rp. 10.000.000.
31 Mar 2012 Dipotong giro wadiah Thariq untuk administrasi tabungan sebesar Rp. 15,000
dan untuk pajak sebesar Rp. 10.000 (20% dari bonus giro wadiah yang diterima sebesar
Rp.50.000).

Giro Mudharabah
Giro mudharabah adalah salah satu alat penghimpun dana melaui produk giro yang
yang menggunakan akad mudharabah. Akad mudharabah adalah akad yang dilakukan antara
pihak penanam dana dan pengelola dana dalam melakukan kegiatan usaha dengan pembagian
penghasilan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebebelumnya.
Prinsip yang digunakan oleh giro mudharabah itu sama dengan prinsip giro wadiah
tetapi yang membedakannya adalah dalam hal insentif yang diperoleh nasabah. Contohnya
dalam giro wadiah, hal insentif yang diterima berupa bonus yang bersifat sukarela yang
diberikan oleh bank dengan tidak mensyaratkannya. Sedangkan hal insentif yag diterima
nasabah giro mudharabah adalah bagi hasil yang telah ditentukan presentasi sebelumnya, harus
dibayarkan bank sesuai dengan keuntungan bank syariah.

Ilustrasi Penerimaan Bagi Hasil Dalam Giro Mudharabah


5 Mar 2012 Haniya adalah nasabah Bank Peduli Syariah (BPS) yang menerima imbalan bagi
hasil sebesar Rp. 45.000.

15
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

a) Pengertian giro menurut Undang-Undang Pokok Perbankan (No. 1 tahun 1967 Bab 1
adalah “Simpanan pihak ketiga pada bank, yang penarikkannya dapat dilakukan setiap
saat dengan menggunakan cek, suratperintah pembayaran lain atau dengan cara
pemindah bukuan
Giro sebagai salah satu bentuk atau jenis simpanan tidak dapat dilepaskan dari
pengertian simpanan. Disamping giro, bentuk simpanan lainnya adalah tabungan dan
deposito. Ketiga bentuk simpanan tersebut harus dikaitkan dan dilakasanakan sesuai
dengan pengertian simpanan
b) Tabungan adalah Simpanan berdasarkan Akad Wadi’ah atau Investasi dana
berdasarkan Akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat
lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Adapu yang dimaksud dengan tabungan syariah adalah tabungan yang dijalankan
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional telah
mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan adalah
tabungan yang berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah.
c) Deposito adalah simpanannya yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah dengan bank. Transaksi penanaman dana
dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan
kegiatan usaha tertentu sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua
belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
Deposito merupakan dana nasabah yang ada pada bank yangpenarikannya dapat
dilakukan pada saat jatuh tempo atau jangka waktu yangditentukan. Misalnya 3 bulan,
6 bulan, dan seterusnya. Pada produk deposito ini bank menggunakan prinsip bagi hasil
(Anshari 2007, 94). Sumber dana dari masyarakat luas yang ketiga adalah simpanan
deposito dan pemilik deposito disebut deposan. Berbeda dengan dua jenis simpanan
sebelumnya, di mana simpanan deposito mengandung unsur jangka waktu (jatuh
tempo) lebih panjang dan dapat ditarik atau dicairkan setelah jatuh tempo. Begitu juga
dengan suku bunga yang relatif tinggi dari kedua jenis simpanan sebelumnya

16
2. SARAN

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca

17
DAFTAR PUSTAKA

Prathama Rahardja, Uang dan Perbankan ( Jakarta: PT. Rineka


Ciptam 1990) hal: 81
M. Bahsan, Giro dan Bilyet Perbankan Indonesia (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada,
2005) hal : 14M. Bahsan,
Kasmir. Dasar-dasar Perbankan edisi revisi 2014 ( Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2014) hal: 76-77
Muhamad syafi‟ai antonio. Bank Syari’ah dari Teori Keprakti.
(Jakarta: Gema Insani,2001) hal: 85
Hasan Abdullah Amin, al-wadi’ah al-mashrifiyah an-naqdiyah wa
istitssmariha fi alislam, (Jeddah : dar asy-syuruq, 1983), hal 23-31
Ahmad Dahlan, Bank Syari’ah, Teori, Praktik, Kritik ( Yogyakarta:
Teras, 2012) hal:124
Fatwa DSN MUI NO:03/DSN-MUI/IV/2000
Gibtiah. Fiqih Kotemporer, cet-1. Jakarta: Prenadamedia Group, 2016.

Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syari’ah: Dari Teori ke Praktek.


Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Sarwat, Ahmad. Qiyas: Sumber Hukum Syariah Keempat. Jakarta:


Rumah Fiqih Publishing, 2019.

Sudirman. Fiqh Kotemporer (Cotemporery Studies Of Fiqh).


Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018.

iriani, w. (2020). pengaruh sistem bagi hasil deposito persepsi


nasabah. jurnal perbankan syariah, 172-173.

18

Anda mungkin juga menyukai