Disusun Oleh
Kelompok 10
Fajriah (4022021071)
Dina Yunita (4022021014)
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi
Allah SWT.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah yang bersangkutan yang diamanatkan oleh dosen penulis. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya baik dalam cara
penulisan maupun dalam isi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 3
D. Investasi ........................................................................................................ 9
A. Kesimpulan .................................................................................................. 16
B. Saran ............................................................................................................ 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al- Qur‟an merupakan dasar dari setiap kehidupan yang ada. Sebagai
pedoman dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Segala hal terdapat dalam al-
Qur‟an tidak terlepas tentang menabung dan investasi.
Kekurangan dan hal lain menyebabkan kita harus melakukan tabungan dan
investasi. Untuk melakukan hal tersebut haruslah sesuai dengan tuntunan al-
Qur‟an. Dalam al- Qur‟an juga disebutkan bahaya dari melakukan hal tersebut.
Hal tersebut dimaksudkan agar setiap insan manusia dapat melakukan investasi
dan tabungan dengan bijak untuk mencapai kemalahatan umat.
Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh umat Islam, karena dengan
menabung berarti seorang muslim menyiapkan diri untuk pelaksanaan
perencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal
yangtidak diinginkan. Seseorang yang menabung di bank syariah dapat memilih
antaraakad al-wadi‟ah atau al-mudharabah. Tabungan mengukuti prinsip
wadi‟ahyadadh-dhamanah yaitu tabungan yang tidak mendapatkan keuntungan
karenasifatnya titipan dan dapat diambil sewaktu dengan menggunakan buku
tabungan atau kartu ATM, akan tetapi bank tidak dilarang jika ingin memberikan
semacam bonus atau hadiah.1
Indonesia sebenarnya mengenal ekonomi syariah lebih dulu bahkan jauh
sebelum sistem kapitalis. Perkembangan ekonomi syariah saat ini sangat diwarnai
oleh perkembangan perbankan syariah. Dalam fenomena meningkatnya
kebutuhan masyarakat terhadap keberadaan sistem perbankan yang sesuai dengan
prinsip syariah mendapat respon dari pemerintah, yang antara lain melalui
dikeluarkannya Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, yang
1
Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dan Teori Praktik, (Jakarta : Gema Insani, 2001), Hlm156.
1
menetapkan bahwa sistem perbankan di Indonesia menganut Dual Banking
System, yaitu perbankan konvensional dan perbankan syariah. Kemudian
Undang- Undang tersebut disempurnakan dengan Undang-Undang No.10 tahun
1998, guna memberikan landasan hukum yang lebih jelas bagi operasional
perbankan syariah. UU. No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah bahwa
Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah
dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalambentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat.2
Investasi secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan yang bertujuan
untuk mengembangkan harta, selain itu investasi juga merupakan suatu komitmen
atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini
memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan finansial dimasa yang akan
datang. Investasi diawali dengan mengurangi konsumsi saat ini untuk
mendapatkan hasil dan manfaat yang lebih besar di masa yang akan datang.3
2
Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syariah,(Jakarta: Pt.Raja Grafindo,2007) Hlm 205
3
Mardhiyah Hayati, “Investasi Menurut Persepektif Islam”, Jurnal Ekonomi Dan Bisnis
Islam, 1, (Mei, 2016), 67
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Menabung dan Investasti ?
2. Apa Saja Akad Dalam Menabung dan Investasi ?
3. Apa Saja Jenis-Jenis Tabungan ?
C. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui definisi menabung dan investas dalam
pandanagn ekonomi Islam.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Menabung/Tabungan
Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh Islam ,karena dengan
menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan masa
yang akan datang sekaligus untuk mnghadapi hal-hal yang tidak diinginkan .
Dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang secara tidak langsung telah
memerintahkan kaum muslimin untuk mempersiapkan hari esok secara lebih baik.
Tabungan adalah simpanan uang yang berasal dari pendapatan yang tidak
dibelanjakan dan bisa dilakukan oleh perorangan maupun instansi terntentu.
Simpanan uang (tabungan) ini bisa diambil kapan saja tanpa terikat waktu.
Bahkan bisa ditarik tunai secara mandiri melalui fasilitas ATM (Anjungan Tunai
Mandiri) yang diberikan oleh berbagai bank.
4
Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, tabungan
adalah simpanan yang hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya
yang dipersamakan dengan itu.4 Tujuan menabung dibank adalah:
Tabungan dalam Ekonomi Islam merupakan prinsip ekonomi Islam dan nilai
moral Islam yang menyebutkan bahwa manusia harus hidup hemat dan tidak
bermewah-mewah karena Allah swt sangan mengutuk perbuatan Israf
(pemborosan) dan Tabzir (menghambur-hamburkan harta tanpa guna). Jadi dapat
dikatakan bahwa motifasi menabung adalah nilai moral hidup sederhana dan
keutamaan tidak fakir, serta dengan adanya tabungan akan mendorong umat
muslim untuk sering melakukan investasi sehingga akan mengurangi kesenjangan
sosial yang ada.
Selain karena dianjurkan oleh Islam bergaya hidup hemat yang salah satunya
dilakukan dengan menabung, memang merupakan hal yang sangat penting demi
menjaga kelangsungan kehidupan ekonomi, bukan saja untuk generasi sekarang
tetapi juga untuk generasi yang akan datang.
4
Ismail, Akuntasi Bank, Teori Dan Aplikasi Dalam Rupiah, (Jakarta: Prenadamedia Group:
2010).
5
Selama ini umat Islam kebanyakan menyimpan uang dibank-bank
konvensional yang banyak berkembang dinegeri ini, selain karena memang di
bank-bank konvensional yang selama ini cukup berkembang, faktor pemberian
bunga yang merupakan produk yang ditawarkan oleh bank-bank konvensional
juga menarik minat tersendiri bagi masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank
konvensional.
B. Akad Tabungan
1. Akad Wadiah
Al-Wadai‟ adalah bentuk jamak dari kata Al-Wadi‟ah (titipan) secara
bahasa berasal dari kata Al-Wada‟ yang bermakna menetap.
Adapun secara istilah Al-Wadi‟ah adalah usaha untuk menjaga dan
menyimpan harta milik orang lain tanpa adanya kompensasi atau imbalan
apapun atas jasa penyimpanan tersebut.5
Wadi‟ah adalah sesuatu yang ditempatkan bukan pada pemiliknya supaya
dijaganya. Wadi‟ah berarti memberikan, makna yang kedua al-wadi‟ah dalam
segi bahasa ialah menerima, seperti seseorang berkata “aku menerima harta
tersebut darinya”6
Akad Wadi‟ah ialah memanfaatkan sesuatu di tempat yang bukan pada
pemiliknya untuk di pelihara. Dalam bahasa Indonesia disebut “titipan”. Akad
5
Khalid Bin Ali Al-Mu‟Ashirah, Buku Pintar Muamalah (Aktual & Mudah), (Klaten: Wafa
Press, 2012) H. 177
6
Sohari Sahrani Dan Ruf‟Ah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011)
6
wadi‟ah merupakan suatu akad yang yang bersifat tolongmenolong anatara
sesama manusia.7
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
wadi‟ah ialah titipan dari satu pihak kepihak lainnya, baik dalam bentuk
badan hukum yang harus dijaga serta dikembalikan kapan saja sesuai dengan
keinginan pemilik.
2. Akad Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata al-dharb, yang berarti secara harfiah adalah
bepergian atau berjalan. Selain al-dharb disebut juga qiradh yang berasal dari
al-qardhu, berarti al-qath‟u (potongan) karena pemilik memotong sebagian
hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungannya.
Adapula yang menyebut mudharabah atau qiradh dengan muamalah.
7
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Pt
Rajagrafindo Persada, 2004).
8
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Raja Wali Pers, 2014) H. 139
7
C. Jenis-Jenis Tabungan
1. Tabungan bagi hasil (mudharabah)
Tabungan ini menggunakan sistem bagi hasil sebagai imbal balik pada
nasabah atas kesediaanya menabung di bank syariah. Pola bagi hasil adalah
pola kerja sama antara nasabah dan bank seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Nasabah berperan sebagai mitra usaha yang menyediakan dana
bagi bank untuk melakukan usahanya. Dana yang didapat oleh bank kemudian
akan disalurkan lagi ke konsumen yang membutuhkan pembiayaa.
Pembiayaan itu akan mendatangkan keuntungan bagi pihak bank.
Oleh karena Anda berperan sebagai pemodal, maka Anda juga berhak atas
hasil usaha atau keuntungan yang diperoleh bank syariah. Setiap bulan, bank
akan menghitung berapa keuntungan yang diperolehnya dari perputaran dana
nasabah.
8
umumnya hanya menggunakan skema wadi‟ah ini untuk produk giro saja,
tidak untuk tabungan.
3. Tabunagan haji
Ini adalah produk tabungan yang bersifat khusus yang diselenggarakan
oleh bank. Tabungan ini selain berfungsi sebagai sarana menyimpan uang,
juga membantu nasabah dalam hal administrasi pendaftaran haji.
Kelebihan lain dari tabungan haji ini adalah, bank juga dapat memberikan
dana talangan pada nasabah yang ingin naik haji tahun itu tetapi masih
memiliki kendala arus kas. Tentu dengan memastikan terlebih dahulu bahwa
ia mampu untuk melunasi biaya ONH-nya sebelum berangkat.9
D. Investasi
Investasi berasal dari bahasa Inggris investment dari kata dasar invest yang
berarti menanam, atau istathmara dalam bahasa Arab, yang berarti menjadikan
berbuah, berkembang dan bertambah jumlahnya (Antonio 2007). Secara istilah,
investasi adalah barang tidak bergerak atau barang milik perseorangan atau
perusahaan yang dimiliki dengan harapan untuk mendapatkan pendapatan
periodik atau keuntungan atas penjualan dan pada umumnya dikuasai untuk
periode yang relatif panjang (Rahmawan 2005).
9
Ahmad Gozali, Halal, Berkah, Bertambah, Mengenal Dan Memilih Produk Investasi
Syariah, (Jakarta: Pt.Elex Media Koputindo Kelompok Gramedia, 2004).
9
Definisi yang sama diungkapkan Kasmir dan Jakfar, dimana investasi dapat
diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka
waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha atau proyek yang
membutuhkan dana dengan tujuan memperoleh keuntungan (Kasmir dan Jakfar
2015); (Arifin 2009). Investasi menurut Islam adalah penanaman dana atau
penyertaan modal untuk suatu bidang usaha tertentu yang kegiatan usahanya tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, baik objeknya maupun prosesnya.
10
2. pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah
kapasitas produksi;
3. investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi. Pendapat serupa
dikemukakan Nopirin (Nopirin 2000), untuk terjadinya pertumbuhan
ekonomi, diperlukan peningkatan produksi nasional. Peningkatan produksi
nasional dapat terjadi karena adanya akumulasi modal yang diperoleh dari
tabungan nasional yang nantinya akan digunakan untuk melakukan
investasi.
11
Islam adalah agama yang pro-investasi, karena di dalam ajaran Islam sumber
daya (harta) yang ada tidak hanya disimpan tetapi harus diproduktifkan, sehingga
bias memberikan manfaat kepada umat (Hidayat 2011). Hal ini berdasarkan
firman Allah swt.:
“supaya harta itu tidak beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kalian”. (QS. al-Hasyr [59]: 7).
Islam memandang investasi sebagai hal yang sangat penting sebagai langkah
atisipatif terhadap kejadian di masa depan. Seruan bagi orang-orang yang beriman
untuk mempersiapkan diri (antisipasi) di hari esok mengindikasikan bahwa segala
sesuatunya harus disiapkan dengan penuh perhitungan dan kecermatan. Dalam
perspektif ekonomi, hari esok dalam ayat-ayat di atas bisa dimaknai sebagai masa
depan (future).
12
4. Bāṭil, yaitu jual beli yang tidak sesuai dengan rukun dan akadnya
(ketentuan asal/ pokok dan sifatnya) atau tidak dibenarkan oleh syariat
Islam;
5. Bay„i ma„dūm, yaitu melakukan jual beli atas barang yang belum dimiliki;
6. Iḥtikār, yaitu membeli barang yang sangat dibutuhkan masyarakat (barang
pokok) pada saat harga mahal dan menimbunnya dengan tujuan untuk
menjual kembali pada saat harganya lebih mahal;
7. Taghrīr, yaitu upaya mempengaruhi orang lain, baik dengan ucapan
maupun tindakan yang mengandung kebohongan, agar terdorong untuk
melakukan transaksi;
8. Ghabn, yaitu ketidakseimbangan antara dua barang (objek) yang
dipertukarkan dalam suatu akad, baik segi kualitas maupun kuantitas;
9. Talaqqī al-rukbān, yaitu merupakan bagian dari ghabn, jual beli atas
barang dengan harga jauh di bawah harga pasar karena pihak penjual tidak
mengetahui harga tersebut;
10. Tadlīs, tindakan menyembunyikan kecacatan objek akad yang dilakukan
oleh penjual untuk mengelabui pembeli seolah-olah objek akad tersebut
tidak cacat;
11. Ghishsh, merupakan bagian dari tadlīs, yaitu penjual menjelaskan atau
memaparkan keunggulan atau keistimewaan barang yang dijual serta
menyembunyikan kecacatan;
12. Tanājush/Najsh, yaitu tindakan menawar barang dangan harga lebih tinggi
oleh pihak yang tidak bermaksud membelinya, untuk menimbulkan kesan
banyak pihak yang bermniat memblinya;
13. Dharar, tindakan yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian bagi
pihak lain;
14. Rishwah, yaitu suatu pemberian yang bertujuan untuk mengambil sesuatu
yang bukan haknya, membenarkan yang bathil dan menjadikan yang
bathil sebagai ssesuatu yang benar;
13
15. Maksiat dan zalim, yaitu perbuatan yang merugikan, mengambil atau
menghalangi hak orang lain yang tidak dibenarkan secara syariah,
sehingga dapat dianggap sebagai salah satu bentuk penganiayaan
E. Akad-Akad Investasi
Terdapat banyak pilihan dan skema akad yang menunjang kegiatan ekonomi,
bisnis dan investasi baik di sektor riil maupun sektor non-riil, perusahaan privat
maupun publik, dan perusahaan swasta maupun perusahaan milik pemerintah, di
antaranya adalah:
1. Akad mushārakah atau shirkah (perkongsian), yaitu perjanjian (akad)
kerjasama antara dua pihak atau lebih (syarīk) dengan cara menyertakan
modal baik dalam bentuk uang maupun bentuk aset lainnya untuk
melakukan suatu usaha (Mas‟adi 2002);
2. Muḍārabah/qirāḍ, yaitu perjanjian (akad) kerjasama antara pihak pemilik
modal (ṣāḥib al-māl) dan pihak pengelola usaha (muḍārib) dengan cara
pemilik modal (ṣāḥib al-māl) menyerahkan modal dan pengelola usaha
(muḍārib) mengelola modal tersebut dalam suatu usaha (Suhendi 2010);
3. Ijārah (sewa/jasa), yaitu perjanjian (akad) antara pihak pemberi sewa atau
pemberi jasa (mu‟jir) dan pihak penyewa atau pengguna jasa (musta‟jir)
untuk memindahkan hak guna (manfaat) atas suatu objek ijarah, yang
dapat berupa manfaat barang dan/atau jasa dalam waktu tertentu, dengan
pembayaran sewa dan/atau upah (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan objek Ijarah itu sendiri;
4. Kafālah adalah perjanjian (akad) antara pihak penjamin (kafīl/guarantor)
dan pihak yang dijamin (makfūl „anhu/aṣīl/orang yang berutang) untuk
menjamin kewajiban pihak yang dijamin kepada pihak lain (makfūl
lahu/orang yang berpiutang);
14
5. Wakālah adalah perjanjian (akad) antara pihak pemberi kuasa (muwakkil)
dan pihak penerima kuasa (wakīl) dengan cara pihak pemberi kuasa
(muwakkil) memberikan kuasa kepada pihak penerima kuasa (wakīl)
untuk melakukan tindakan atau perbuatan tertentu.
Tentunya, akad dalam dunia investasi tidak terbatas pada akad yang
dipaparkan di atas, namun masih banyak lagi akad yang dapat
diimplementasikan pada sektor bisnis dan investasi ini. Terlebih saaat ini,
perkembangan zaman sudah begitu cepat khususnya dalam sektor investasi.
Munculnya produk-produk baru di dunia bisnis mendorong para pemangku
kepentingan untuk berinovasi dan menkreasi desain akad-akad syariah agar
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi zaman. Akad tunggal seperti yang
dipaparkan di atas dirasa tidak mampu lagi menjawab permasalahan dunia
bisnis, keuangan dan investasi. Karena itu, dilakukanlah pengembangan
dengan mengkombinasikan beberapa akad. Inilah yang kemudian dinamakan
multi akad atau hybrid contract(al-uqūd al-murakkabah).
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh umat Islam, karenadengan
menabung berarti seorang muslim menyiapkan diri untuk
pelaksanaanperencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-
hal yangtidak diinginkan. Seseorang yang menabung di bank syariah dapat
memilih antaraakad al-wadi‟ah atau al-mudharabah. Tabungan mengukuti prinsip
wadi‟ahyadadh-dhamanah yaitu tabungan yang tidak mendapatkan keuntungan
karenasifatnya titipan dan dapat diambil sewaktu dengan menggunakan buku
tabunganatau kartu ATM, akan tetapi bank tidak dilarang jika ingin memberikan
semacambonus atau hadiah.
Dasar prinsip investasi syariah adalah semua bentuk investasi pada dasarnya
adalah boleh dilakukan sampai ada dalil yang melarangnya, yaitu apabila
ditemukan kegiatan terlarang dalam suatu kegiatan bisnis, baik objek maupun
caranya (prosesnya), yaitu kegiatan yang mengandung gharar, maysīr, riba, tadlīs,
talaqqī rukbān, taghrīr, ghabn, ḍarar, risywah, maksiat dan zalim. Untuk melihat
suatu entitas menjalankan kegiatan usahanya berasarkan prinsip syariah atau tidak
dapat dilihat dengan metode screening syariah yaitu, pertama melihat bisnis yang
dijalankannya, baik itu proses, maupun produk barangnya; kedua, menganalisa
rasio pendapatan non-halal dan rasio utang berbasis bunga terhadap jumlah aset
yang dimiliki.
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan dan kesempurnaan di masa
mendatang.
16
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Syafi‟i. 2001. Bank Syariah Dan Teori Praktik. Jakarta : Gema Insani.
Ascarya. 2007. Akad Dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Pt.Raja Grafindo.
Ismail. 2010. Akuntasi Bank, Teori Dan Aplikasi Dalam Rupiah. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Al-Mu‟Ashirah, Khalid Bin Ali. 2012. Buku Pintar Muamalah (Aktual & Mudah), K
laten: Wafa Press
Ruf‟Ah Abdullah, Sohari Sahrani. 2011. Fikih Muamalah. Bogor: Ghalia Indonesia
Hasan, M. Ali. 2004. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Fiqh Muamalat,
Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada
Gozali, Ahmad. 2004. Halal, Berkah, Bertambah, Mengenal Dan Memilih Produk
Investasi Syariah. Jakarta: Pt.Elex Media Koputindo Kelompok Gramedia
17