Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Dana Pensiun Syari’ah


Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH

Dosen Pengampu : Anita, M.Si

Disusun Oleh Kelompok 9

3 PBS A

Imamah Hastiati Hajidah ( 211420021)

Melianah Anggreani (211420023)

Della Wati (211420024)

JURUSAN PERBANKAN SYARI’AH

UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN SERANG BANTEN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami diberi kesempatan dalam
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah BANK DAN
LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH , dengan judul “DANA PENSIUN SYARI’AH”.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita curahkan untuk junjungan Nabi agung kita
yakni Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT kepada kita
semua. Selain itu Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia pendidikan.

Serang, 6 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................... i

Daftar Isi ..................................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................... 2

BAB II Pembahasan ................................................................................................... 3

A. Sejarah Dana Pensiun Syari’ah .......................................................................... 3


B. Pengertian Dana pensiun Syari’ah ..................................................................... 3
C. Landasan Hukum Dana Pensiun Syari’ah .......................................................... 4
D. Perbedaan Dana Pensiun Konvensional dan Dana Pensiun Syari’ah .................. 4
E. Tujuan dan Fungsi Dana Pensiun Syari’ah ........................................................ 5
F. Jenis-jenis Program Dana Pensiun Syari’ah ....................................................... 7
G. Akad- Akad Dana pensiun Syari’ah .................................................................. 13
H. DPS & DSN MUI ............................................................................................. 14
I. Aturan Ketenagakerjaan Terkait Pesangon ........................................................ 15
J. Kendala Dan Srategi Pengembangan dana Pensiun Syari’ah.............................. 16

BAB III Penutup ......................................................................................................... 18

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 18
B. Saran................................................................................................................. 18

Daftar Pustaka ........................................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya aktivitas- aktivitas mu’amalah masyarakat muslim di
Indonesia,semakin berkembang pula sektor ekonomi syar’iah di Indonesia
yang menyebabkan lembaga-lembaga keuangan di Indonesia berlomba-lomba
mengkaji produk syari’ah yang belum ada atau masih jarangdi Indonesia,salah
satunya adalah dana pensiun syar’iah.
Pengelolaan dana pensiun yang sesuai dengan ajaran islam akan
memiliki banyak manfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang
loyal terhadapsyariah dan takut melanggar ajaran Islam. Al-Qur’an sendiri
mengajarkan umatnya untuk tidak meninggalkan masyarakat lemah, tidak
menghambur hamburkan hartanya supaya menyiapkan hari esok agar lebih
baik. Ajaran tersebut dapat dimaknai sebagai pentingnya pencadangan
sebagian kekayaanuntuk hari esok.1
Hal ini sangat penting, mengingat setelah pensiun manusia masih
memilikikebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Dengan pencadangan tersebut
ketikaseseorang memasuki masa kurang produktif, mereka masih memiliki
sumber pendapatan. Maka, dana pensiun memiliki peranan yang penting untuk
kelanjutan hidup seseorang di masa-masa pensiunnya.
Di Indonesia, melalui Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
250/KMK.00111985 tanggal 6 Maret 1985 telah memberikan perlakuan
khusus kepada dana pensiun, sebagai salah satu upaya dalam mengembangkan
minat swasta untuk penyelenggaraan program pensiun guna memberikan
kesejahteraan dan jaminan hidup hari tua kepada karyawaannya. 2Selain itu
diharapkan bahwa dana pensiun, sebagai salah satu alternative pembiayaan,
akan ikut memarakkan sektor keuangan dalam upaya mendorong kehidupan
ekonomi dan pembangunan yang lebih dinamis di Indonesia.

1
Djaslim Saladin, “ Konsep Dasar Ekonomi dan Lembaga Keuangan Islam”, Bandung : Linda Karya,
2000. Hal. 8-14
2
Totok Budisantoso, dan Sigit Triandasu,” Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Jakarta: Salemba
empat,2011, hal. 37

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiaman sejarah dana pensiun Syari’ah ?
2. Apa yang dimaksud Dana Pensiun Syari’ah ?
3. Apa Yang Menjadi Landasan hukum Dana Pensiun Syari’ah?
4. Apa Saja Jenis- Jenis Dana Pensiun Syariah?
5. Apa Tujuan dan Fungsi Dana Pensiun Suari’ah?
6. Apa Akad Yang di gunakan pada Dana Pensiun Syari’ah?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Sejarah Dana Pensiun Syariah
2. Memgetahui apa yang di maksud dengan dana pensiun Syariah
3. Mengetahui apa yang menjadi landasan hukum Dana Pensiun Syariah
4. Mengetahui jemis-jenis dan pensiun syariah
5. Mengetahui Tujuan Dan Fungsi Dana Pensiun Syari’ah
6. Memgetahui Akad Dana Pensiun Syari’ah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Dana pensiun Syari’ah


Dana Pensiun merupakan suatu institusi atau pranata yang berasal dari system
hukum Anglo-Amerika. Untuk di Indonesia, pada tanggal 28 Oktober 1987 dengan
Akta Notaris Ny. Poerbaningsih Adi Warsito No. 116 dan SK Menteri Keuangan RI
pada tanggal 10 Oktober 1988, Dana Pensiun Bank Rakyat Indonesia memperoleh
izin usaha mendirikan PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA yang
menggunakan merek dagang BRINGIN LIFE.

Pada tahun 1995, atas dasar Keputusan Menteri Keuangan RI No. Kep – 184 /
KM. 17 / 1995 BRINGIN LIFE mendirikan Dana Pensiun Keuangan (DPLK) untuk
lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat akan kebutuhan pensiun di hari tua.
BRINGIN LIFE mulai membuka unit usaha baru berupa Asuransi Syariah. Izin
operasional Kantor Cabang (Kancab) syariah BRINGIN LIFE telah dikeluarkan oleh
Menteri Keuangan RI Nomor: KEP-007 / KM.6 / 2003 tanggal 21 Januari 2003.
Pada tahun 2013, DSN MUI menerbitkan Fatwa Nomor 88/DSN-
MUI/XI/2013 tentang pedoman umum penyelenggaraan program pensiun berdasarkan
prinsip syariah.3
B. Pengertian Dana Pensiun Syari’ah
Pengertian pensiun adalah hak seseorang untuk memperoleh penghasilan
setelah bekerja sekian tahun dan sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab-sebab
lain sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Penghasilan dalam hal ini
biasanya diberikan dalam bentuk uang dan besarnya tergantung dari peraturan yang
ditetapkan.
Menurut Undang-Undang Nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun bahwa
Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang
menjanjikan manfaat pensiun. Dengan demikian, jelas bahwa yang mengelola dana
pensiun adalah perusahaan yang memiliki badan hukum seperti bank umum atau
asuransi jiwa.

3
Ismail,” Perbankan Syariah”,Surabaya: Kencana Prenadamedia Group. 2011. hal. 34-35

3
Menurut Abdul Kadir Muhammad dan Rita Murniati (2000) bahwa dana
pensiun adalah yang secara khusus dihimpun dengan tujuan untuk memberikan
manfaat kepada peserta ketika mencapai usia pensiun, mengalami cacat, atau
meninggal dunia. Program dana pensiun adalah dana yang dibentuk untuk
pembayaran karyawan setelah tidak bekerja lagi karena memasuki masa pensiun.
Dengan adanya dana pensiun karyawan peserta kelak akan tetap memperoleh jumlah
penghasilan tertentu, sekalipun sudah tidak bekerja lagi.
Sedangkan Dana Pensiun Syariah adalah dana pensiun yang dikelola dan
dijalankan berdasarkan Prinsip syariah. Pada tahun 2013, DSN MUI menerbitkan
Fatwa Nomor 88/DSN-MUI/XI/2013 tentang pedoman umum penyelenggaraan
program pensiun berdasarkan prinsip syariah, dan Fatwa pensiun mengatur bahwa
pensiun dipercepat hanya dapat dilakukan apabila pegawai telah mencapai usia
misalnya 10 tahun sebelum usia pensiun normal atau karena pegawai mengalami
cacat tetap.
C. Landasan Hukum Dana Pensiun Syari’ah
Landasan hukum operasional dana pensiun adalah Undang-undang Dana
Pensiun No. 11 Tahun 1992 yang merupakan kerangka hukum dasar untuk dana
pensiun swasta di Indonesia. Sedangkan untuk landasan hukum operasional dana
pensiun syariah, dalam konteks regulasi misalnya, pada tahun 2013 lalu DSN MUI
resmi menerbitkan fatwa tentang dana pensiun syariah yaitu Fatwa nomor 88 tentang
pedoman umum penyelenggaraan program pensiun berdasarkan prinsip syariah. Ke
depannya, dana pensiun berbasis syariah dapat menjadi pilihan menarik bagi umat
muslim untuk merencanakan hari tua yang bahagia. Direktur Industri Keuangan Non-
Bank (IKNB) Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mochamad Muchlasin
menyatakan dengan dikeluarkannya Fatwa MUI terkait dana pensiun syariah tersebut
memberikan label halal bagi Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dan Dana Pensiun
Lembaga Keuangan (DPLK) untuk mengelola dana pensiun secara prinsip syariah 4.

4
Totok Budisantoso, dan Sigit Triandasu,” Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Jakarta: Salemba
empat,2011, hal. 41

4
D. Perbedaan Dana Pensiun Syari’ah Dan Dana Pensiun Konvensional

NO KEGIATAN KONVENSIONAL SYARI’AH


1 Penerimaan Iuran Iuran sebagai Diberlakukan
Kewajiban/komitmen Sebagai Hibah,
pemberi kerja kepada Akad Hibah bi
pekerja melalui Syarth dan Akad
pendanaan dana Hibah Muqayyadah,
pensiun dan tidak digunakan antara
dapat di tarik pemberi kerja dan
kembali iurannnya. peserta dalam hal
pembayaran iuran.
2 Investasi Instrumen investasi Instrumen investasi
bebas/ tidak di syariah saja dan di
bedakan syariah atau pasar uang dan
tidak baik pasar uang pasar modal syaria5
dan pasar modal
3 Hasil Dengan mengunakan Bagi hasil/ profit
Investasi/Pengembangan imbal hasil berupa syaring/ mudharaba
Dana bunga/ hasil
pengembangan
4 Manfaat Pensiun Tergantung hasil Manfaat pensiun
investasi/ nom sesuai hasil
syariah, besar investasi syariah
manfaat sesuai hasil
investasi non stariah

5
Didi Handoko CFP, “Sharing Tentang Dana Pensiun Syari’ah dan Asuransi Syari’ah”,dapat
di akses di
http://www.fpsbindonesia.net/download/materi_27_juli/dana_pensiun_dan_asuransi_syariah_didi_ha
ndoko.pdf. (pada Tanggal 04 November 2022 pukul 20.00)

5
E. Tujuan Dan Fungsi Dana Pensiun Syari’ah
Tujuan penyelenggaraan program pensiun baik dari kepentingan pemberi kerja,
karyawan dan lembaga pengelola pensiun dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pemberi Kerja (Perusahaan)
a. Kewajiban moral. Perusahaan mempunyai kewajiban moral
untukmemberikan rasa aman kepada karyawan terhadap masa yang
akandatang karena tetap memiliki penghasilan pada saat mereka
mencapaiusia pensiun (tidak produktif).
b. Loyalitas. Karyawan diharapkan diharapkan mempunyai loyalitas
terhadap perusahaan serta meningkatkan motivasi karyawan dalammelaksana
kan tugas sehari-hari
c. Kompetisi pasar tenaga kerja. Perusahaan akan memiliki daya saingdalam
usaha mendapatkan karyawan yang berkualitas dan profesionaldi pasarn
tenaga kerja.
d. Memberikan penghargaan kepada karyawannya yan telah mengabdi terhadap
perusahaan.
e. Agar di usia pensiun karyawan tersebut tetap dapat menikmati hasilyang
diperoleh setelah bekerja di perusahannya.
f. Meningkatkan citra perusahaan di mata masyarakat dan pemerintah6

2 . Karyawan/Peserta Dana Pensiun

a. Rasa aman bagi karyawan terhadap masa yang akan datang karenatetap
memiliki penghasilan pada saat mereka mencapai usia pensiun.
b. Kompensasi yang lebih baik yaitu karyawan mempunyai
tambahankompensasi meskipun baru bisa dinikmati pada saat mencapai
usia pensiun atau berhenti kerja.
3. Penyelenggara Dana Pensiun
a. Mengelola dana pensiun untuk memperoleh keungtungan
b. Turut membantu dan mendukung program pemerintah.
c. Sebagai bakti sosial terhadap karyawan atau peserta dana pensiun.

6
Shakinna,”Dana Pensiun Syari’ah”, Cianjur:Academia, 2017. Hal.1-2
https://www.academia.edu/36135938/DANA_PENSIUN_SYARIAH (diakses pada Tanggal 4 November 2022
pukul. 20.00)

6
Adapun fungsi dana pensiun menurut Kadarisman dan Sari Wahyuni antara lain
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Asuransi, yaitu peserta yang meninggal dunia atau cacat sebelum mencapai
usia pensiun dapat diberikan uang pertanggungan atas beban bersama dari
dana pensiun.
2. Tabungan, yaitu himpunan iuran peserta dan iuran pemberi kerjamerupakan
tabungan untuk dan atas nama pesertanya sendiri
3. Pensiun, yaitu seluruh himpunan iuran peseerta dan iuran pemberi kerja serta
hasil pengelolaannya akan dibayarkan dalam bentuk manfaat pensiun sejak
bulan pertama, sejak mencapai usia pensiun, selama seumur hidup peserta, dan
janda/duda peserta.

F. Jenis- Jenis Program Dana Pensiun Syari’ah


1. Berdasarkan Jumlah dan saat pembayaran Iuran
a. Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP)
Program Pensiun Manfaat Pasti atau sering disebut difined benefit plan ialah
suatu program yang memberikan formula atas manfaat yang akan diterima
pegawai pada saat mencapai usia pensiun. Pada program ini besarnya manfaat
pensiun yang akan diterima oleh peserta pada saat pensiun ditentukan terlebih
dahulu berdasarkan suatu rumusan manfaat pensiun yang biasanya mempunyai
variable masa kerja dan penghasilan dana pensiun, kemudian aktuaris yang
akan menentukan kontribusi perusahaan lebih besar dari kontribusi pegawai,
7
sehingga resiko investasi pada hakekatnya ditanggung oleh perusahaan.
Program ini memungkinkan adanya kenaikan manfaat pensiun jika
masa kerja pegawai bertambah. Total kompensasi bagi seorang pegawai untuk
suatu periode terdiri dari gaji periode berjalan ditambah hak untuk menerima
suatu jumlah tertentu dari tunjangan mendatang.
Kelebihan Program Pensiun Manfaat Pasti yaitu Lebih menekankan
pada hasil akhir, Program pensiun ditentukan terlebih dahulu mengingat
manfaat dikaitkan dengan gaji pegawai apabila program pensiun dibentuk
setelah perusahaan berjalan, Pegawai lebih dapat menentukan besarnya

7
Mahmud Nunung,Hidayat,Nurhalimah,” Analisis Mekanisme Dan Penerapan Pengelolaan Dana
Pensiun Syariah Terhadap Fatwa Dsn-Mui Nomor 88/Dsn-Mui/Xi/2013 Pada Bank Syariah Cabang
Tamalanrea”, Jurnal Ekonomi Islam, Vol.03/ no 2. Hal. 130-133

7
manfaat yang akan diterima pada saat mencapai usia pensiun. Kelemahan
Program Pensiun Manfaat Pasti yaitu Perusahaan menanggung risiko atas
kekurangan dana apabila hasil investasi tidak mencukupi, Relatif lebih sulit
untuk di administrasikan.
 Ketentuan Terkait PPMP (Program Pensiun Manfaat Pasti)
1) Para Pihak dalam PPMP adalah pemberi kerja, Peserta, Dana Pensiun
Syariah,Investee, Aktuaris, dan penerima manfaat Pensiun.
2) Akad antara pemberi kerja dengan peserta adalah Hibah bi Syarth;
pemberi kerja sebagai pemberi (Wahib), dan Peserta sebagai Penerima
(Mauhub lah);
3) Pemberi kerja memiliki hak untuk menentukan pihak-pihak yang
berhak menerima manfaat Pensiun dengan akad Hibah Muqayyadah sesuai
dengan Peraturan Dana Pensiun Syariah;
4) Akad antara Pemberi kerja dengan Dana Pensiun Syariah adalah akad
Wakalah; pemberi kerja berkedudukan sebagai Muwakkil, dan Dana
Pensiun Syariah sebagai Wakil dalam mengelola program pensiun bagi
pekerjanya;
5) Akad antara Peserta dengan Dana Pensiun Syariah adalah Wakalah,
Peserta berkedudukan sebagai Muwakkil, dan Dana Pensiun Syariah
sebagai Wakil.
6) Dalam rangka penyelenggaraan kegiatan investasi dan non investasi,
Dana Pensiun Syariah boleh melakukan perjanjian (Akad) dengan pihak
lain berdasarkan syariah yang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
7) Akad antara Dana Pensiun Syariah dengan Investee/Manajer Investasi
adalah akad Wakalah bil Ujrah atau akad Mudharabah. Dana Pensiun
Syariah sebagai Muwakkil,dan Investee/Manajer Investasi sebagai Wakil
dalam akad Wakalah bil Ujrah; dan Dana Pensiun Syariah sebagai Shahib
al-Mal, dan Investee/Manajer Investasi sebagai Mudharib dalam akad
Mudharabah;
8) Akad antara Dana Pensiun Syariah dengan Bank Kustodian, Penasehat
Investasi, Akuntan Publik, dan Konsultan Aktuaris adalah akad ijarah;
Dana Pensiun Syariah sebagai Musta’jir; dan Bank Kustodian, Penasehat
Investasi, Akuntan Publik, dan Konsultan Aktuaris sebagai Ajir;
8
 Ketentuan Iuran PPMP
1) Pemberi Kerja dan/atau Peserta menyisihkan dana untuk iuran
penyelenggaraan program pensiun peserta, dan menyerahkannya kepada
Dana Pensiun Syariah dengan akad Wakalah
2) Akad antara pemberi kerja dengan peserta adalah Hibah bi Syarth,
pemberi kerja sebagai Pemberi (Wahib), dan peserta sebagai Penerima
(Mauhub lah).
3) Dalam hal Vesting right, Akad hibah dari pemberi kerja kepada peserta
akan berlaku apabila syarat-syaratnya telah terpenuhi sesuai kesepakatan
dan/atau ketentuan yang ditentukan pemberi kerja yang substansinya
sesuai dengan syariah dan/atau peraturan perundang-undangan
4) Apabila Pemberi Kerja gagal memenuhi kewajiban pada masa Vesting
Right, Muhud Bih menjadi milik pekerja.
5) Dalam hal Locking in, dana hibah dari pemberi kerja berikut hasil
pengelolaannya, sudah menjadi milik Peserta tapi belum bisa dikuasai
secara penuh
6) Peserta berhak menarik dana miliknya dari Dana Pensiun Syariah, dan
Dana Pensiun Syariah wajib menunaikannya, pada saat peserta yang
bersangkutan mencapai usia pensiun yang ditetapkan dalam peraturan
Dana Pensiun (pensiun dipercepat, normal, atau ditunda).
7) Apabila peserta meninggal dunia, maka manfaat Pensiun diberikan
kepada pihak yang ditunjuk dengan syarat tidak bertentangan dengan
prinsip syariah
 Ketentuan Pengelolaan Kekayaan Peserta PPMP
1) Pengelolaan kekayaan harus didasarkan pada prinsip kehati-hatian,
profesionalisme dan memenuhi Prinsip Syariah;
2) Iuran yang diterima Dana Pensiun Syariah harus diinvestasikan sesuai
dengna Prinsip Syariah
3) Kegiatan investasi menggunakan akad yang berlaku sesuai dengan
prinsip Syariah
b. Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP)
Program pensiun iuran pasti atau benefit contribution plan adalah program
pensiun yang menetapkan besarnya iuran pegawai dan perusahaan (pemberi

9
kerja). Sedangkan benefit yang akan diterima pegawai dihitung bersadarkan
akumulasi iuran ditambah dengan hasil pengembangan atau investasinya.
Kelebihan Program Pensiun Iuran Pasti yaitu Pendanaan (biaya/iuran) dari
perusahaan lebih dapat diperhitungkan atau diperkirakan, Pegawai dapat
memperhitungkan besarnya iuran yang akan dilakukan setiap tahunnya, dan
Lebih mudah untuk diadministrasikan. 8
Sedangkan Kelemahan Program Pensiun Iuran Pasti yaitu Penghasilan
pada saat mencapai usia pensiun lebih sulit untuk diperkirankan, Pegawai
menanggung risiko atas ketidak berhasilan investasi, dan Tidak dapat
mengakomodasikan masa kerja yang telah dilalui pegawai.
2. Berdasarkan UU No.11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun
Menurut UU No.11 Tahun tentang dana pensiun, dana pensiun dapat digolongkan
ke dalam beberapa jenis, yaitu :
a. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)
Dana Pensiun pemberi kerja yaitu dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau
badan yang memperkerjakan pegawai, selaku pendiri untuk menyelenggarakan
program pensiun, bagi kepentingan sebagian atau seluruh pegawainya sebagai
peserta dan yang menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja. Dana
pensiun pemberi kerja dapat menyelenggarakan program pensiun manfaat
pasti (definet benefit program) maupun program iuran pasti (defined
contribution program)
b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
Dana pensiun lembaga keuangan adalah dana pensiun yang dibentuk oleh
bank atau perusahaan asuransi untuk menyelenggarakan program pensiun
iuran pasti bagi perorangan, baik pegawai maupun pekerja mandiri, yang
terpisah dari dana pensiun pemberi kerja baik pegawai bank atau perusahaan
asuransi jiwa yang bersangkutan.
Pada umumnya perusahaanperusahaan besar dengan jumlah pegawai
yang relative besar cenderung untuk menyelenggarakan dan pensiun sendiri
dalam bentuk Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK). Hal ini disebabkan
karena perusahaan-perusahaan tersebut pada umumnya sudah memiliki
kemampuan dalam pengelolaannya.

8
Ibid

10
Sedangkan bagi perusahaan dengna jumlah yang relative sedikit,
umumnya akan mempercayakan kepada dana pensiun lembaga keuangan, cara
ini biasanya dipergunakan dengan alasan pertimbangan efiensi biaya. Tujuan
dan fungsi DPLK di bagi jadi tiga yaitu Bagi Perusahaan yaitu untuk
Meningkatkan Efisiensi , Bagi Peserta yaitu memiliki kepastian akan adanya
jaminan hari tua dan keluarga , bagi Penyelenggaraan dana Pensiun yaitu
Mengelola dana pensiun untuk memperoleh keuntungan.
Maka, DPLK adalah sebagai salah satu dari program pensiun sangat
menarik, lentur, serta transparan dengan segmentasi yang luas sehingga mudah
untuk dinikmati dan dilaksanakan para pesertanya dengan jangkauan yang
lebih menyeluruh ke semua laporan masyarakat. Tidak hanya pekerja swasta
maupun pekerja mandiri saja , pegawai negeri sipil (PNS) dan ABRI pun bisa
menjadi DPLK, yang nantinya akan merupakan pensiun ganda disamping PNS
maupun ABRInya.
3. Berdasarkan Akumulasi Dana
a. Program Rencana Pensiun yang didanai (Funded Pension Plans Program)
Program ini perusahaan diharuskan untuk meyisikan dana tertentu
untuk keperluan jaminan pensiun dimasa yang akan datang dengan menbayar
kepada suatu lembaga keuangan yang berdiri sediri (Independen) atau yang
terpisah dari perusahaan, seperti bank atau perusahaan asuransi. Badan
tersebut akan mengelola dana yang terkumpul melalui berbagai investasi dan
melakukan pembayaran pensiun kepada karyawan yang telah berhak
menerimanya.
b. Program Rencana Pensiun Yang Tidak Didanai (Unfunded Pension Plans
Program)
Pada Program ini perusahaan melakukan sendiri pembayaran pensiun
kepada karyawan, baik dengan penumpukan dana maupun tidak dengan
penumpukan dana. Pada program ini dana seluruhnya dikelola oleh
perusahaan sendiri dan bukan oleh lembaga pengelola.
c. Sistem Pembayaran Manfaat Pensiun
Pada saat akan menerima pensiun, biasanya perusahaan menawarkan 2 (dua)
macam sistem pembayaran kepada karyawan. Pembayaran ini ditujukan sesuai
dengan kepentingan perusahaan dan karyawan itu sendiri, Menurut Keputusan

11
Menteri Keuangan No.343/KMK.0.17/1998, tanggal 13 Juli 1998.
Pembayaran pensiun dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
 Pembayaran Secara Sekaligus (lump sum)
 Pembayaran secara bulanan atau berkala (anuili)
Sulit untuk menentukan cara mana yang lebih baik dari kedua cara
pembayaran manfaat tersebut karena hal ini tergantung dari keinginan
penerima manfaat pensiun. Seseorang lebih cenderung memilih pembayaran
manfaat pensiun dengan cara sekaligus, karena selain nilai uang yang diterima
sekarang tentunya lebih tinggi dari pada waktu yang akan datang, juga
manfaat yang diterima secara lump sum dapat dipakai untuk melakukan suatu
usaha yang memberikan hasil secara kontinu. Namun tidak semua rang dapat
berbuat demikian, bahkan dalam banyak hal, pembayaran secara sekaligus
oleh yang bersangkutan kemungkinan akan habis terpakai untuk dikonsumsi,
maka dimasa yang akan datang akan mengalami kesulitan keuangan. Karena
pertimbanganpertimbangan diatas, maka banyak perushaan baik swasta
maupun pemerintah memberikan manfaat pensiun kepada pegawai yang telah
mencapai usia pensiun dengan jalan menggunakan sistem pembayaran dengan
secara berkala (bulanan), kebijakan semacam ini juga diberlakukan di
Indonesia dengan UU No.11 Tahun 1992 Tentang dana pensiun.
d. Prosedur dan Karakteristik Produk Dana Pensiun syariah
 Prosedur yang harus dilalui oleh Peserta Program DPLK Syariah pada
umumnya Yaitu :
 Peserta Merupakan Perorangan atau Badan Usaha
 Usia minimal 18 Tahun atau telah menikah
 Mengisi Formulir pendaftaran kepesertaan DPLK Syariah
 Iuran bulanan dengan Minimum jumlah tertentu, misalnya
Rp.100.000,-
 Menyerahkan Kopian Kartu Identitas diri dan kartu keluarga
 Membayar biaya Pendaftaran
 Membayar Iuran Tambahan berupa Premi bagi peserta program dan
pensiun Plus asuransi jiwa
 Memenuhi semua akad yang ditetapkan oleh DPLK Syariah

12
 Karakteristik Produk Dana Pensiun dengan Konsep Tabungan antara lain,
yaitu :
 Berbentuk setoran tabungan dengan jadwal penarikan diatur dalam
ketentuan
 Selama masa kepesertaan tidak dilindungi oleh asuransi jiwa
 Manfaat pensiun sebesar total iuran dan hasil investasinya
 Sedangkan Karakteristik Produk Dana Pensiun plus Asuransi Jiwa antara
lain yaitu :
 Berbentuk Setoran tabungan dengan jadwal penarikan diatur dalam
ketentuan
 Selama masa kepesertaan dilindungi oleh asuranasi jiwa
 Manfaat pensiun akan diterima apabila peserta meniggal dunia
sebelum memasuki usia pensiun, dan telah memasuki usia pensiun
 Peserta DPLK syariah memiliki beberapa Hak, Antara lain :
 Menetapkan sendiri Usia Pensiun
 Bebas menentukan Pilihan atau perubahan jenis investasi
 Melakukan penarikan sejumlah iuran tertentu selama masa kepesertaan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
 Mendapatkan informasi saldo dana pensiun setiap periode tertentu
 Menunjuk dan menggati pihak yang dituju sebagai ahli waris
 Memilik perusahaan asuransi jiwa guna memperoleh pembayaran dana
pensiun bulanan
 Mengalihkan kepesertaan ke DPLK lain
 Memperoleh manfaat pensiun
G. Akad – Akad Yang Digunakan Dana Pensiun Syari’ah
Akad adalah pertalian Ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan
menerima ikatan) yang dibuat antara dua pihak atau lebih , sesuai prinsip syariah;
Adapun Akad yang digunakan dalam Dana Pensiun Syari’ah yaitu :
 Akad Hibah adalah akad yang berupa pemberian dana (Mauhubbih) dari
Pemberi Kerja (Wahib) kepada Pekerja (Mauhub lah) dalam penyelenggaraan
pensiun; 9

9
Ibid .hal. 136

13
 Akad Hibah bi Syarth adalah hibah yang baru terjadi (efektif) apabila syarat-
syarat tertentu terpenuhi (dalam hal vesting right);
 Akad Hibah Muwayyadah adalah hibah, dimana pemberi (Wahib) menentukan
orang-orang/pihakpihak yang berhak menerima manfaat pensiun termasuk
ketidakbolehan mengambil manfaat pensiun sebelum waktunya (locking in);
 Akad Wakalah adalah akad berupa pelimpahan kuasa oleh pemberi kuasa
kepada pihak lain dalam halhal yang boleh diwakilkan;
 Akad Wakalah bil Ujrah adalah akad wakalah dengan imbalan upah (ujrah);
 Akad Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara Dana Pensiun Syariah
dengan pihak lain; Dana Pensiun Syariah sebagai Shahibul Mal, pihak lain
sebagai Mudharib (pengelola), keuntungan dibagi sesuai sesuai nisbah yang
disepakati, sedangkan kerugian dibebankan kepada Dana Pensiun Syariah
apabila Kerugian tersebut terjadi bukan karena kelalaian pengelola.
 Akad Ijarah adalah Akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna
(manfaat) atas barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran
sewa (ujrah), antara Dana Pensiun yang menyelenggarakan Program Pensiun
Berdasarkan Prinsip Syariah sebagai penyewa (musta’jir) dengan pemberi
sewa (mu’ajir) tanpa diikuti pengalihan kepemilikan atas barang atau jasa itu
sendiri.
H. Dewan Pengawas Syariah (DPS) & Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN MUI)
1. Dewan Pengawas Syariah (DPS)
DPS merupakan bagian dari organ Dana Pensiun yang menyelenggarakan Program
Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah. (3) Masa jabatan;
 Tugas DPS:
i. mengawasi penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip
Syariah terhadap kesesuaian dengan Prinsip Syariah;
ii. memberikan nasihat terkait aspek syariah dari penyelenggaraan Program
Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah; dan
iii. membuat laporan yang paling sedikit memuat kepatuhan penyelenggaraan
Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah terhadap Prinsip Syariah.

14
2. Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI)
adalah lembaga Islam dengan tugas dan fungsi untuk menetapkan fatwa dan
mengawasi penerapannya dalam rangka menumbuhkembangkan usaha bidang
keuangan, bisnis, dan ekonomi syariah di Indonesia.
I. Aturan Ketenagakerjaan Terkait Pesangon
Ketenagakerjaan di Indonesia diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang dalam Bab 1 Pasal 1 angka 1 dinyatakan
bahwa, ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja
pada saat waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.10
Salah satu yang merupakan hak tenaga kerja adalah mendapatkan uang
pesangon. Uang pesangon adalah pembayaran berupa uang dari pengusaha kepada
pekerja/buruh sebagai akibat adanya Pemutusan Hubungan Kerja, pengertian uang
pesangon ini terdapat pada Pasal 1 angka 6 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor Kep-78/MEN/2001 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas
Beberapa Pasal Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep150/MEN/2000 tentang
Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang
Penghargaan Masa Kerja, Dan Ganti Kerugian di Perusahaan (Kepmenaker 78/2001).
Dana pesangon sebagaimana diatur secara eksplisit dalam Pasal 156 Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menuliskan secara tegas
bahwa pesangon merupakan hak yang diperoleh pekerja ketika terjadi Pemutusan
Hubungan Kerja, sehingga kalimat yang termuat dalam pasal tersebut dapat diartikan
bersifat wajib, namun implementasi Pasal 156 dapat tidak terwujud jika dikaitkan
dengan Pasal 167 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan yang berbunyi : “Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan
Kerja terhadap pekerja/buruh karena memasuki usia pensiun dan apabila pengusaha
telah mengikutkan pekerja/buruh pada program pensiun yang iurannya dibayar penuh
oleh pengusaha, maka pekerja/buruh tidak berhak mendapatkan uang pesangon sesuai
ketentuan pasal 156 ayat (2), penghargaan masa kerja sesuai ketentuan Pasal 156 ayat
(3), tetapi tetap berhak atas uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat
(4).”
Dewasa ini didalam prakteknya menimbulkan perselisihan antara pemberi
kerja dengan pekerja, disisi lain dari berbagai kalangan baik akademisi, praktisi, dan

10
Soedarjadi, “Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, “ Yogyakarta : Pustaka Yustisia 2008 hlm. 5

15
pihak pengusaha dan pekerja itu sendiri sering saling berbeda pandangan dalam
memahami pasal-pasal tersebut diatas. Adanya makna yang bersifat fakultatif
cenderung berbagai pihak menggunakan ketentuan tersebut sesuai dengan
kepentingannya masing-masing.
Pemutusan Hubungan Kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 150 Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan mengisyaratkan ketentuan
mengenai Pemutusan Hubungan Kerja yang terjadi di badan usaha yang berbadan
hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan
hukum, baik milik swasta maupun milik negara, maupun usaha-usaha sosial dan
usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan memperkerjakan orang lain dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain 11.
Pemahaman atas kedua pasal ini menimbulkan perselisihan didalam
prakteknya contohnya kasus yang terjadi antara perusahaan Bank Rakyat Indonesia
(BRI) dengan karyawannya yang terkena pemutusan hubungan kerja karena
memasuki usia pensiun, dimana pihak dari bank tersebut sudah memberikan dana
pensiun kepada karyawannya yang sudah memasuki usia pensiun, namun karyawan
yang pensiun tersebut masih menuntut haknya atas dana pesangon, pihak dari
pensiunan bank tersebut mengacu pada pasal 156 ayat (2) yang intinya menyatakan
bahwa dana pesangon itu wajib diberikan perusahaan kepada karyawannya.
J. Resiko / Kendala Pengembangan Dana Pensiun Syari’ah dan Strategi
Menghadapi Kendala Pengembangan Dana Pensiun Syari’ah
1. Resiko / Kendala Pengembangan Dana Pensiun Syari’ah
 Adanya program sejenis yang bersifat wajib yaitu Program Jaminan Pensiun
yang di selenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan;
 Kurangnya Pemahaman Pemberi Kerja untuk mendirikan Dana Pensiun dan
beban iuran Dana Pensiun yang dianggap cost;
 Untuk Dana Pensiun Syariah masih terdapat kendala Konversi dari Dana
Pensiun Konvensional ke Dana Pensiun Syariah dan kurangnya minat
mendirikan;
 Insentif dari Pemerintah terhadap Dana Pensiun masih kurang, khususnya
terkait investasi dan perpajakan12

11
Lalu Husni,” Hukum Ketenagakerjaan Indonesia”, Jakarta : Raja grafindo persada, 2006 , hlm. 179.

16
2. Strategi Menghadapi Kendala Pengembangan Dana Pensiun Syari’ah
 Dana Pensiun Syariah bersinergi dengan program jaminan pensiun yang di
selenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan dengan cara saling mengisi segmen
sesuai bisnisnya, yaitu Jaminan Pensiun BPJS untuk Manfaat Dasar sedangkan
Dana Pensiun Manfaat tambahan (top up);
 Dilakukan sosialisasi tentang Dana Pensiun syariah kepada para Pemberi
Kerja untuk mendirikan Dana Pensiun ;
 Regulator ( OJK) memberikan kemudahan peraturan untuk Dana Pensiun
Syariah melakukan Konversi dari Dana Pensiun Konvensonal menjadi Dana
Pensiun Syariah ;
 Pemerintah menambah insentif bebas pajak bagi investasi Dana Pensiun
Syariah.

12
Didi Handoko CFP, “Sharing Tentang Dana Pensiun Syari’ah dan Asuransi
Syari’ah”,dapat di akses di
http://www.fpsbindonesia.net/download/materi_27_juli/dana_pensiun_dan_asuransi_syariah_didi_ha
ndoko.pdf. (pada Tanggal 04 November 2022 pukul 20.00)

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dana pensiun adalah hak seseorang untuk memperoleh penghasilan


setelah bekerja sekian tahun dan sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab-
sebab lain sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Sedangkan dana
pensiun syariah adalah dana pensiun yang dikelola dan dijalankan berdasarkan
prinsip syariah.

Jenis kelembagaan Berdasarkan Jumlah dan saat pembayaran Iuran


dapat digolongkan menjadi dua yaitu Program pensiun manfaat pasti(PPMP)
dan program pensiun iuran pasti (PPIP)
Jenis kelembagaan dana pensiun menurut Undang-Undang No. 11
Tahun 1992 tentang Dana Pensiun pasal 2 Bab II dapat digolongkan menjadi
dua yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dan Dana Pensiun Lembaga
Keuangan (DPLK).

B. Saran
Dalam Mempelajari mengenai Dana Pensiun Sya’riah kita dapat
mengetahui terkait bisnis dan perekonomian, ini merupakan hal penting yang
harus kita ketahui sebagai mahasiswa. Dengan begitu kita dapat mencontoh
dan sebagai bahan evaluasi serta pembelajaran untuk kita kedepannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Budisantoso, Totok dan Sigit Triandasu. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta :
Salemba empat.
Handoko CFP, Didi. Sharing Tentang Dana Pensiun Syari’ah dan Asuransi Syari’ah. dapat
di akses di
http://www.fpsbindonesia.net/download/materi_27_juli/dana_pensiun_dan_asuransi_syariah
_didi_handoko.pdf
Husni,Lulu. 2006. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta : Raja grafindo persada Jakar
Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Surabaya : Kencana Prenadamedia Group.
Nunung. Mahmud. Hidayat.Nurhalimah. Analisis Mekanisme Dan Penerapan Pengelolaan
Dana Pensiun Syariah Terhadap Fatwa Dsn-Mui Nomor 88/Dsn-Mui/Xi/2013 Pada
Bank Syariah Cabang Tamalanrea. Jurnal Ekonomi Islam, Vol.03/ no 2.
Saladin, Djaslim. 2000. Konsep Dasar Ekonomi dan Lembaga Keuangan Islam, Bandung :
Linda Karya.
Shakinna. 2017. Dana Pensiun Syari’ah, Cianjur:Academia.
https://www.academia.edu/36135938/DANA_PENSIUN_SYARIAH (diakses pada
Tanggal 4 November 2022 pukul. 20.00).
Soedarjadi. 2008.Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia.Yogyakarta : Pustaka Yustisia.

19

Anda mungkin juga menyukai