Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI DAN MATERI PERUSAHAAN DANA PENSIUN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

“Manajemen Lembaga Keuangan Syariah Bukan Bank”

Dosen Pengampu:

Farid Ardhy Sudirman, M.AB.

Disusun Oleh:

Adinda Octaviana Maharani (402210005)


Anisa Yuliasari (402210018)
Ardila Valentina Rahmawati (402210026)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN PONOROGO
2023
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berka
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori dan
Materi Perusahaan Dana Pensiun” guna memenuhi dan melengkapi tugas Manajemen
Lembaga Keuangan Syariah Bukan Bank.

Dalam proses penulisan makalah ini penulis banyak menemui kesulitan dalam
menjabarkan materi dan keterbatasan kemampuan yang dimiliki, namun penulis menyadari
banyaknya kekurangan dalam menyajikannya. Oleh karena itu, penulis sangat menghargai
bantuan dari segala pihak yang telah memberi bantuan baik berupa dukungan dan semangat
dari orang tua, buku-buku, serta bermacam-macam bahan penulisan sehingga makalah ini
dapat terwujud.

Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberi
bimbingan berupa materi, orang tua, dan juga teman-teman yang telah memberi saran,
sehingga penulis dapat menyelesaikannya. Demi kesempurnaan makalah ini, penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Dengan demikian, penulis berharap makalah
ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan pembaca dalam kehidupan kita.

Ponorogo, 18 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era tahun 70 – an sampai dengan era 80 – an masyarakat Indonesia
berlomba – lomba masuk menjadi pegawai negeri, dengan tujuan hidup sejahtera dan
memperolah pensiun dimasa tua. Pensiun merupakan dambaan memperoleh
penghasilan setelah berakhirnya masa kerja seseorang. Pada masa itu masyarakat
berpikir bahwa usia menjelang pensiun adalah masa seseorang tidak produktif
lagi. Oleh karena itu tidak mengherankan jika pilihan utama mereka terjunke
dunia kerja adakah menjadi pegawai negeri, karena pada saat itu pegawai
negerilah yang memberikan kepastian dana pensiun. Jika pada era 70 – an sampai
80 – an belum banyak perusahaan yang menyediakan pension bagi karyawannya,
maka pada era 90 – an malah sebaliknya. Apalagi dengan dikeluarkannya UU Nomor
11 tahun 1992 yang isinya mengatur dana pensiun. Hampir seluruh perusahaan di
masa ini telah menyelenggarakan dana pensiun bagi karyawan, baik yang dikelola
perusahaan tersebut maupun dikelola lembaga lain.1
Makin berkembangnya aktivitas-aktivitas muamalah masyarakat muslim di
Indonesia, makin berkembang pula sektor ekonomi syariah. Ini menyebabkan
lembaga – lembaga keuangan berlomba – lomba mengkaji produk syariahyang belum
ada atau masih jarang di Indonesia, salah satunya dana pensiun syariah. Dana pensiun
syariah adalah salah satu upaya untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan
program pensiun berdasarkan prinsip syariah sehingga dapat memberikan kontribusi
terhadap perekonomian nasional sesuai dengan fatwa DSN MUI Nomor 88 tahun
2013 tentang pedoman umum penyelenggaraan program pensiun berdasarkan prinsip
Syariah. Selanjutnya diperkuat dengan fatwa DSN MUI no 99 tahun 2015 tentang
anuitas Syariah untuk program pensiunan.2
Pengelolaan dana pensiun yang sesuai dengan ajaran Islam akan memiliki
banyak manfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang loyal terhadap
syariah dan takut melanggar ajaran Islam. Al-Qur’an mengajarkan umat Islam untuk
tidak meninggalkan masyarakat lemah dan mengajarkan konsep gotong royong dan

1
Marifah Yuliani, “Manajemen Lembaga Keuangan Non Bank Dana Pensiun Berdasarkan Prinsip
Syariah”Dinamika Penelitian, Vol 7, No.2, November 2017
2
IKNB OJK
tolong menolong, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an Surat Al-Hasyr 18 yaitu:
“Wahai orang – orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat),
dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu
kerjakan.”
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan dasar hukum Perusahaan Dana Pensiun?
2. Apa azas – azas pengelolaan Dana Pensiun?
3. Apa jenis – jenis Peusahaan Dana Pensiun?
4. Bagaimana manajemen operasional Perusahaan Dana Pensiun?
5. Bagaimana mekanisme operasional Pensiun Syariah?
6. Apa kebijakan dan kendala pengembangan Dana Pensiun Syariah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan dasar hukum Perusahaan Dana Pensiun.
2. Untuk mengetahui azas – azas pengelolaan Dana Pensiun.
3. Untuk mengetahui jenis – jenis Peusahaan Dana Pensiun.
4. Untuk mengetahui manajemen operasional Perusahaan Dana Pensiun.
5. Untuk mengetahui mekanisme operasional Pensiun Syariah.
6. Untuk mengetahui kebijakan dan kendala pengembangan Dana Pensiun Syariah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum Perusahaan Dana Pensiun


a. Pengertian Perusahaan Dana Pensiun
Pensiun adalah hak seseorang untuk memperoleh penghasilan setelah bekerja
sekian tahun dan sudah memasuki masa pension atau ada sebab – sebab lain
sesuai dengan perjanjian yang ditetapkan. Uang pensiun merupakan sejumlah
uang yang dibayarkan kepada seorang pekerja yang telah pensiun, disebabkan
karena usia tua atau ketidakmampuan lagi untuk bekerja. Perusahaan dana pensiun
secara umum dapat dikatakan merupakan perusahaan yang memungut dana dari
karyawan suatu perusahaan dan memberikan pendapatan kepada peserta pensiun
sesuai perjanjian. Artinya dana pensiun dikelola oleh suatu lembaga dan
memungut dana dari pendapatan para karyawan suatu perusahaan, kemudian
membayarkan kembali dana tersebut dalam bentuk pensiun setelah jangka waktu
tertentu sesuai dengan perjanjian antara kedua belah pihak. Pengertian sesuai
perjanjian artinya pensiun dapat diberikan pada saat karyawan tersebut
memasuki usia pensiun atau ada sebab lain sehingga memperoleh hak untuk
mendapatkan dana pensiun.
Dengan demikian, jelas bahwa perusahaan dana pensiun merupakan lembaga
atau badan hukum yang mengelola program pensiun yang dimaksudkan
untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan pada suatu perusahaan
terutama yang telah pensiun. Penyelenggaraan program pensiun tersebut dapat
dilakukan oleh pemberi kerja atau diserahkan kepada lembaga-lembaga
keuangan yang menawarkan jasa pengelolaan program pensiun.3
Dalam Undang-Undang Dana Pensiun No.11 Tahun 1992, tersurat makna
bahwa keberadaaan Dana Pensiun dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan
penghasilan bagi pekerja setelah purna tugas (memasuki usia pensiun). Sebagai
badan hukum yang mengelola kekayaan dan menjalankan program pensiun yang
menjanjikan manfaat pensiun untuk memelihara kesinambungan penghasilan bagi
para pesertanya pada periode purna kerja, Dana Pensiun sangat rentan terhadap
risiko. Risiko secara umum dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya

3
Budi Santoso, Sigit Triandaru, 2011, Bankdan Lembaga Keuangan Lain, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta
kerugian yang bersifat materiel dan imateriel, yang timbul secara langsung atau
tidak langsung dan berdampak pada finansial perusahaan saat ini dan di masa
mendatang. Dalam konteks pengelolaan Dana Pensiun, risiko yang dihadapi
adalah masalah ketidakcukupan dana yang pada gilirannya dapat mengganggu
pemenuhan kewajiban Dana Pensiun untuk membayar hak-hak peserta untuk
menerima manfaat pension.4
Dana pensiun menurut UU Nomor 11 tahun 1992 tentang dana pensiun,
lembaga pengelola dana pensiun dibedakan menjadi dua jenis yaitu Dana Pensiun
Pemberi Kerja (DPPK) dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).
Perbedaan kedua jenis lembaga ini didasarkan pada penyelenggaraan atau pihak
yang mendirikannya. Berikut penjelasannya 5:
DPPK adalah dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang
mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan program
pensiun manfaat pasti, bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawan sebagai
peserta dan yang menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja. Dengan
demikian dana pensiun jenis ini disediakan langsung oleh pemberi kerja.
Pendirian DPPK ini harus mendapatkan pengesahan dari menteri keuangan.
DPLK adalah dana pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi
jiwa untuk menyelenggarakan program pensiun iuran pasti bagi perseorangan,
baik karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari DPPK bagi karyawan
bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan. Bagi masyarakat pekerja
mandiri seperti dokter, petani, nelayan dan lain sebagainya dimungkinkan untuk
memanfaatkan DPLK. Tidak tertutup pula kemungkinan para karyawan suatu
perusahaan untuk memanfaatkan DPLK sesuai kemampuan. Pendirian DPLK oleh
bank atau perusahaan asuransi jiwa harus mendapatkan pengesahan dari menteri
keuangan.
Program Dana Pensiun di Indonesia dilaksanakan oleh lembaga pemerintah
maupun swasta. Pelaksana Dana Pensiun pemerintah di Indonesia, antara lain
Jamsostek, suatu program kontribusi tetap wajib untuk karyawan swasta dan
BUMN di bawah Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Departemen
Keuangan memegang peranan dalam pengawasannya sesuai Undang-Undang No.
3 Tahun 1992. Taspen, yaitu tabungan pensiun pegawai negeri sipil dan program

4
Santoso, Haris E. 2011. Manajemen Risiko Dana Pensiun. Jakarta.
5
IKNB OJK
pensiun swasta (dana pensiun lembaga keuangan dan dana pensiun yang
disponsori pemilik usaha) yang ditanggungjawabi oleh Departemen Keuangan
(Keputusan Presiden No. 8 Tahun 1997) dan ASABRI, Dana Pensiun angkatan
bersenjata, berada di bawah Departemen Pertahanan (Keputusan Presiden No. 8
Tahun 1977).6
b. Dasar Hukum Perusahaan Dana Pensiun
Dasar hukum Lembaga Dana Pensiun di Indonesia terdapat pada Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun; Peraturan Pemerintah
Nomor 76 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun Pemberi Kerja; dan Peraturan
Pemerintah Nomor 77 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun Lembaga Keuangan. 7
B. Azas – Azas Pengelolaan Dana Pensiun
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang dana pensiun telah membawa
angin segar pada pertumbuhan dana pensiun di negara kita. Dalam kedudukannya
penyelenggaraan dana pensiun memiliki landasan hukum yang memiliki 5 (lima) asas
yang berfungsi sebagai pengarah untuk mencapai maksud dan tujuan utama dan
pensiun di Indonesia ini.8
Asas-asas pokok yang dimaksud, yaitu:
a. Asas keterpisahan kekayaan dana pensiun dari kekayaan badan hukum pendirinya.
Disini memiliki arti bahwa dan pensiun merupakan suatu badan hukum yang
berdiri sendiri, serta diurus dan dikelola oleh suatu badan pengurus yang terdapat
didalammya yang keseluruhannya berdasarkan ketentuan yang ada dalam undang-
undang.
b. Asas penyelenggaraan dana sistem pendanaan adalah mengharuskan
penyelenggaraan program pensiun itu dilakukan dengan cara pemupukan dana
yang dikelola secara terpisah dari kekayaan pendiri. Ini dimaksudkan agar dana
yang tersedia dapat memenuhi pembayaran hak peserta di waktu peserta itu
pensiun. Sebab itulah undang-undang tidak memperkenankan pembentukan
cadangan dalam perusahaan guna membiayai pembayaran manfaat pasti.
c. Asas pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah. Asas ketiga dana pensiun ini
adalah dimaksudkan untuk mengawasi dan membina penggunaan kekayaan dana
pensiun dari kepentingan-kepentingan yang dapat mengakibatkan tidak

6
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah ,(Jakarta : kencana, 2009) Hal.291
7
Zulaini Wahab, Segi Hukum Dana Pensiun, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 179-312
8
Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2014, hal 296
tercapainya maksud utama dari penumpukan dana yaitu untuk memenuhi
pembayaran hak peserta.
d. Asas penghasilan yang ditunda Dana yang terkumpul dalam dana pensiun akan
digunakan untuk pembayaran hak peserta ketika peserta memasuki masa pensiun.
Asas penundaan manfaat ini mengharuskan pembayaran hak peserta hanya dapat
dilakukan setelah peserta pensiun, yang pembayarannya dilakukan secara berkala.
e. Asas kebebasan pembentukan Dana Pensiun. Asas yang dimaksud disini adalah
memberikan kebebasan kepada pemberi kerja untuk membentuk atau tidak
membentuk dana pensiun yang menjanjikan manfaat pensiun bagi karyawan. Ini
mengingat pembentukan dana pensiun memberikan konsekuensinya pendanan
yang terkait dengan kemampuan keuangan pemberi kerja. Keputusan yang
diambil pemberi kerja untuk menyelenggarakan dana pensiun tidak lepas dari
konsekwensi pembiayaan bahkan sampai pada saat dana pensiun terpaksa
dibubarkan.

Asas-asas penyelenggaraan dana pensiun itu dimaksudkan di atas adalah untuk


menyediakan suatu tata kelembagaan yang memungkinkan setiap anggota masyarakat
untuk membentuk atau ikut serta dalam dana pensiun.

C. Jenis – Jenis Perusahaan Dana Pensiun


D. Manajemen Operasional Perusahaan Dana Pensiun
E. Mekanisme Operasional Pensiun Syariah
Sejauh ini, program pensiun syariah di Indonesia masih dilaksanakan secara
terbatas oleh DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) di beberapa bank dan
asuransi syariah. Umumya, produk DPLK syariah merupakan salah satu poduk
penghimpunan dana yang ditawarkan oleh bank atau asuransi syariah untuk
memberikan jaminan kesejahteraan di hari tua atau di akhir masa jabatan karyawan
ataupun nasabahnya.
Prosedur yang harus dilalui oleh peserta program DPLK syariah, umumnya adalah:
1. Peserta merupakan perorangan atau badan usaha.
2. Usia minimal 18 tahun atau telah menikah.
3. Mengisi formulir pendaftaran kepesertaan DPLK Syariah .
4. Iuran bulanan dengan minimum jumlah tertentu, misalnya Rp 100.000.
5. Menyerahkan copian kartu identitas diri dan kartu keluarga.
6. Membayar biaya pendaftaran.
7. Membayar iuran tambahan berupa premi bagi peserta program dana pensiun plus
asuransi jiwa. ]
8. Memenuhi semua akad yang ditetapkan oleh DPLK Syariah.
Umumnya, produk dana pensiun yang ditawarkan oleh DPLK Syariah
menawarkan produk pensiun dengan konsep tabungan dan produk pensiun plus
asuransi jiwa. Karakteristik produk dana pensiun dengan konsep tabungan antara
lain:
1. Berbentuk setoran tabungan dengan jadwal penarikan diatur dalam ketentuan.
2. Selama masa kepesertaan tidak dilindungi oleh asuransi jiwa.
3. Manfaat pensiun sebesar total iuran dan hasil investasinya.
Sedangkan karakteristik produk dana pensiun plus asuransi jiwa antara
Lain:
1. Berbentuk setoran tabungan dengan jadwal penarikan diatur dalam ketentuan.
2. Selama masa kepesertaan tidak dilindungi oleh asuransi jiwa.
3. Manfaat pensiun yang akan diterima adalah sebesar:
a. Manfaat asuransi apabila peserta meninggal dunia sebelum memasuki usia
pensiun.
b. Total iuran ditambah hasil investasinya apabila telah memasuki usia pensiun
Para peserta DPLK Syariah memiliki beberapa hak, antara lain:
1. Menetapkan sendiri usia pensiun, umumnya antara usia 45 s/d 65 tahun.
2. Batas menentukan pilihan atau perubahan jenis investasi.
3. Melakukan penarikan sejumlah iuran tertentu selama masa kepesertaan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
4. Mendapatkan informasi saldo dana pensiun/statement setiap periode tertentu,
misalnya 6 bulan atau melalui telepon setiap saat diinginkan.
5. Menunjuk dan mengganti pihak yang ditunjuk sebagai ahli warisnya.
6. Memilih perusahaan asuransi jiwa guna memperoleh pembayaran dana pensiun
bulanan.
7. Mengalihkan kepesertaan ke DPLK lain.
8. Memperoleh manfaat pensiun.
F. Kebijakan dan Kendala Pengembangan Dana Pensiun Syariah
Pengelolan dana pensiun yang sesuai dengan ajaran islam akan memiliki
banyak manfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang loyal terhadap syariah.
Al-Quran sendiri mengajarkan umatnya untuk tidak meninggalkan keturunan yang
lemah dan menyiapkan hari esok agar lebih baik. Ajaran tersebut dapat dimaknai
sebagai pentingnya pencadangan sebagian kekayaan untuk hari depan. Hal ini sangat
penting, mengingat setelah pensiun manusia masih memiliki kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi. Dengan pencadangan tersebut ketika seseorang memasuki masa
kurang produktif, masih memiliki sumber pendapatan.
Dana pensiun syariah memiliki potensi besar untuk berkembang di Indonesia
dengan sejumlah alasan:
1. Masih sedikit sekali proporsi masyarakat yang mau mengikuti program dana
pensiun. Kecuali pegawai negeri yang secara otomatis menjadi anggota taspen
dan Askes (BPJS), pegawai swasta dan pegawai mandiri (wiraswasta) yang
jumlahnya sangat besar sangat potensial untuk menjadi target pasar program
dana pensiun syariah.
2. Dengan berkembangnya lembaga keuangan dan bisnis syariah, tentunya SDM
yang bekerja dalam institusi tersebut menjadi pasar khusus yang jelas bagi
dana pensiun syariah.
3. Rasa percaya, rasa memiliki, dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
industri keuangan dan bisnis syariah yang terus membaik akan menjadi modal
dasar yang penting untuk terus memperbesar konsumen dan nasabah yang
loyal, terutama bagi dana pensiun syariah.
Untuk itu, kebijakan dan program akselerasi sangat dibutuhkan untuk
mempercepat pertumbuhan dana pensiun syariah. Kebijakan dan program tersebut
diharapkan mencukupi untuk dapat mendorong pertumbuhan dari sisi supply dan
demand secara seimbang dan memperkuat permodalan, manajemen, dan sumber daya
manusia bagi dana pensiun syariah. Selain itu, sas.aran selanjutnya yang juga penting
adalah melibatkan seluruh stakeholder dana pensiun syariah untuk berpartisipasi aktif
dalam program akselerasi sesuai otoritas, tanggung jawab, dan kompetensi masing-
masing.
Harus diakui bahwa perkembangan dana pensiun syariah relatif tertinggal bila
dibandingkan dengan industri keuangan syariah yang lain. Hal ini terjadi diantaranya
disebabkan minimnya dukungan strategi dan regulasi. Hal ini dapat terlihat dalam
beberapa hal:
1. Dalam konteks strategi pengembangan industri. Ketika perbankan, asuransi,
dan pasar modal syariah sudah memiliki dan masuk dalam road map strategi
pengembangan masing-masing industri, dana pensiun syariah belum disentuh
sedikit pun dalam kebijakan dan strategi pengembangan Industri Dana Pensiun
Tahun 2007-2011.
2. Dalam konteks regulasi. Jika perbankan, asuransi, obligasi, dan reksa dana
syariah sudah banyak memiliki peraturan dan juga dukungan fatwa DSN-MUI,
maka dana pensiun syariah belum ada satu pun peraturan dan fatwa yang
mendukung. Sehingga regulasi sebagai kerangka operasional dana pensiun
syariah hanya mengacu pada peraturan dana pensiun yang umum dan fatwa
MUI yang juga umum, tidak bersifat khusus dan mendetail.
3. Ketentuan Investasi langsung dalam UU No. 11/1992 tentang Dana Pensiun.
Selama ini Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Syariah mengeluhkan
tentang produk investasi terikat (Mudharabah muqayadah/restricted
investment) yang berpotensi besar, tidak dapat dimasuki oleh DPLK Syariah.
Produk mudharabah muqayadah merupakan produk bank syariah berupa
investasi di bidang properti atau infrastruktur dengan nilai proyek sangat
besar, tidak dapat dimasuki oleh DPLK Syariah. Selama ini bank syariah
kesulitan membiayai proyek tersebut karena terbentur dengan batas
maksimum pemberian kredit.
Instrumen investasi dana pensiun syariah perlu dimasukkan ke dalam revisi UU
Dana Pensiun. DPLK Syariah memerlukan regulasi itu untuk memperluas instrumen
investasi yang sesuai dengan karakternya. Keterbatasan instrumen investasi ini
kemudian berakibat dana kelolaan dana pensiun syariah justru kebanyakan ditanam
dalam bentuk obligasi, saham, dan reksa dana syariah saja. Padahal dengan potensi
besar masyarakat muslim dan dengan pasar yang sangat terbuka lebar tentunya dana
pensiun syariah memiliki harapan masa depan yang cerah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pensiun adalah hak seseorang untuk memperoleh penghasilan setelah bekerja
sekian tahun dan sudah memasuki masa pension atau ada sebab – sebab lain sesuai
dengan perjanjian yang ditetapkan. Uang pensiun merupakan sejumlah uang yang
dibayarkan kepada seorang pekerja yang telah pensiun, disebabkan karena usia tua
atau ketidakmampuan lagi untuk bekerja. Dalam artian dana pensiun dikelola oleh
suatu lembaga dan memungut dana dari pendapatan para karyawan suatu perusahaan,
kemudian membayarkan kembali dana tersebut dalam bentuk pensiun setelah jangka
waktu tertentu sesuai dengan perjanjian antara kedua belah pihak.
Dalam kedudukannya penyelenggaraan dana pensiun memiliki landasan
hukum yang memiliki 5 (lima) asas yang berfungsi sebagai pengarah untuk mencapai
maksud dan tujuan utama dan pensiun di Indonesia ini.

B. Saran
Dalam pengelolaan dana pensiun lebih hati-hati dalam menginvestasikan dana
sehingga tidak salah langkah dalam menggelola dana pensiun dan mengalami
kerugian yang besar, yang jika diperlikan dananya segera bisa langsung dicairkan
untuk para purna tugas yang berhak atas manfaat pensiunnya, dan membuat target
penghasilan sesuai keadaan suku bunga pasar pada saat itu. Selain itu diperlukan
adanya kedisiplinan dari sumber daya manusia yang ada sehingga kecil kemungkinan
adanya penyelewengan terhadap dana pensiun.
DAFTAR PUSTAKA

Budi Santoso, Sigit Triandaru, 2011, Bankdan Lembaga Keuangan Lain, Edisi 2,
SalembaEmpat, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai