BAB 10
DANA PENSIUN SYARIAH
A. Pendahuluan
Setiap pekerja membutuhkan kepastian masa tua setelah ia tidak aktif
bekerja atau setelah pensiun. Oleh karena kebutuhan tersebut lahirlah suatu
program dana pensiun yang bertujuan untuk memberikan kepastian masa tua
kepada para pekerja setelah mereka tidak aktif bekerja lagi. Oleh karena ingin
kepastian pada hari tua inilah, pada dasawarsa 1970-an dan 1980-an banyak
yang berlomba-lomba untuk mendaftar jadi pegawai negeri sipil (PNS), karena
adanya tunjangan pensiun. Meskipun saat ini sudah banyak perusahaan swasta
yang telah menyediakan program dana pensiun bagi para karyawannya, baik
dengan cara membuka perusahaan dana pensiun sendiri ataupun dengan
mempercayakan pengelolaan dana pensiun kepada lembaga keuangan.
Dana pensiun diselenggarakan dalam upaya memberikan jaminan
kesejahteraan pada karyawan. Jaminan tersebut diberikan dalam bentuk manfaat
pensiun pada saat karyawan tersebut memasuki masa pensiun atau mengalami
kecelakaan. Jaminan tersebut akan memberikan ketenangan kepada karyawan
karena adanya kepastian akan masa depannya. Secara psikologis, jaminan akan
masa depan ini akan meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga akan
menguntungkan baik pihak perusahaan maupun karyawan itu sendiri.
Di Indonesia program dana pensiun dilaksanakan oleh lembaga
pemerintah maupun swasta. Pelaksana dana pensiun yang dikelola oleh
pemerintah di Indonesia antara lain:
(1) PT Jamsostek (persero), suatu program kontribusi tetap wajib untuk
karyawan swasta dan BUMN di bawah Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi. Setiap perusahaan diharapkan mendaftarkan karyawannya
untuk ikut dalam program Jamsostek untuk kepastian masa tuanya.
Namun, Departemen Keuangan memegang peranan dalam
pengawasannya (Undang-Undang No. 3/ 1992);
170
Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktis
(2) PT Taspen (persero), yaitu tabungan pensiun pegawai negeri sipil dan
program pensiun swasta (dana pensiun lembaga keuangan dan dana
pensiun yang disponsori pemilik usaha) yang bertanggungjawab kepada
Departemen Keuangan (Keputusan Presiden No. 8/ 1997);
(3) PT ASABRI (persero) yaitu dana pensiun bagi pensiunan tentara yang
pengelolaannya berada di bawah Departemen Pertahanan (Keputusan
Presiden No. 8/ 1997).
Ketiga program ini diatur melalui ketentuan hukum yang berbeda-beda. Di
samping itu, ada pula UU No. 40/ 2004 tentang sistem Jaminan Sosial Nasional
yang terbit tahun 2004. Dalam UU itu, upaya mewujudkan kesejahteraan
(memberantas kemiskinan) diupayakan dengan mewujudkan rasa aman bagi
setiap penduduk Indonesia, sejak lahir hingga ke liang kubur, dalam bentuk
program perlindungan sosial di bidang kesehatan, kecelakaan kerja, hari tua,
pensiun dan kematian.
Undang-Undang Dana Pensiun No. 11 Tahun 1992 merupakan kerangka
hukum dasar untuk dana pensiun swasta di Indonesia. Undang-undang ini
didasarkan pada prinsip “kebebasan untuk memberikan janji dan kewajiban
untuk menepatinya” yaitu, walaupun pembentukan program pensiun bersifat
sukarela, hak penerima manfaat harus dijamin. Tujuan utama diajukannya
Undang-undang Pensiun adalah untuk menetapkan hak peserta, menyediakan
standar peraturan, yang dapat menjamin diterimanya manfaat-manfaat pensiun
pada waktunya, untuk memastikan bahwa manfaat pensiun digunakan sebagai
sumber penghasilan yang berkesinambungan bagi para pensiunan, untuk
memberikan pengaturan yang tepat untuk dana pensiun, untuk mendorong
mobilisasi tabungan dalam bentuk dana pensiun jangka panjang, dan untuk
memastikan bahwa dana tersebut tidak ditahan dan digunakan oleh pengusaha
untuk investasi-investasi yang mungkin berisiko dan tidak sehat, tetapi akan
mengalir ke pasar–pasar keuangan dan tunduk pada persyaratan tentang
penaggulangan risiko.
171
Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktis
172
Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktis
Perusahaan
Investasi
173
Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktis
1
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya ed. Revisi, Jakarta: Rajawali Press,
2008, h. 333-334
174
Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktis
2
Ibid, h. 326
175
Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktis
3
Y Sri Susilo, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Salemba Empat,
2000, h. 217-218
4
Ibid, h. 218
176
Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktis
3. Nilai tunai bagi peserta yang berhenti sebelum mencapai masa kepesertaan
3 tahun, hanya didasarkan atas himpunan iuran sendiri ditambah bonus
dari cadangan bonus
4. Bagi peserta yang berhenti setelah 3 (tiga) tahun, perhitungan nilai tunai
didasarkan atas himpunan iuran sendiri dan iuran pemberi kerja serta
bonus
5. Pembayaran manfaat pensiun, uang pertanggungan dan nilai tunai
ditujukan kepada peserta/ahli waris peserta ditunjuk dalam sertifikat dana
pensiun.
Untuk dapat memahami peran dana pensiun dapat dilihat pada Undang-
undang no. 11 tahun 1992 sebagai berikut:
1. Sejalan dengan hakekat pembangunan nasional, diperlukan penghimpunan
dan pengelolaan dana guna memelihara kesinambungan penghasilan pada
hari tua dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
2. Dana pensiun merupakan sarana penghimpun dana guna meningkatkan
peran serta masyarakat dalam melestarikan pembangunan nasional yang
meningkat dan berkelanjutan
3. Dana pensiun dapat pula meningkatkan motivasi dan ketenangan kerja
untuk meningkatkan produktivitas.
177
Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktis
178
Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktis
179
Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktis
180
Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktis
5
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Penerbit Kencana, 2009,
h. 298-299
181
Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktis
182
Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktis
183
Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktis
184
Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktis
185
Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktis
186