Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

DANA PENSIUN SYARIAH


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Lembaga Keuangan Syariah
Dosen Pengampu : Jauhar Faradis, S.H.I., M.A.

Kelompok 8 :

1. Novita Dwi Rachmawati (20108020001)


2. Hanifah Annisaa Putri (20108020004)
3. Mutiara Restie Noviani (20108020047)
4. Nafah Ocha Kirana (20108020065)
5. Minsyaatul Mardiyah (20108020066)

PRODI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa salawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad saw. yang syafa’atnya kita
nantikan kelak di yaumul qiyamah. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Jauhar
Faradis, S.H.I., M.A. selaku dosen pengampu mata kuliah Lembaga Keuangan Islam pada
program studi Perbankan Syariah, yang telah memberikan tugas untuk menyusun dan menulis
makalah ini, sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Penulisan makalah yang berjudul “Dana Pensiun Syariah” ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas dari Bapak Jauhar Faradis, S.H.I., M.A. pada mata kuliah
Lembaga Keuangan Islam. Melalui makalah ini, diharapkan pembaca dapat menambah
pengetahuan serta pemahaman mengenai materi tentang dana pensiun syariah. Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan ilmu dan manfaat bagi kami dan para pembaca sekalian.

Yogyakarta, 25 Mei 2022

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992, pensiun bukan hanya


hak pegawai negeri atau TNI semata, namun juga terbuka semua pekerja, baik itu
perusahaan swasta maupun pekerjaan perorangan ataupun pekerjaan mandiri. Melalui
undang-undang tersebut ditegaskan pembentukan Dana Pensiun Pemberian Kerja
(DPPK) dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), pada hakikatnya program pensiun
dapat menciptakan ketenangan kerja bagi karyawan karena kesejahteraan dihari tua akan
dapat terjamin, yang pada gilirannya nanti, mereka akan lebih loyal terhadap
perusahaannya dan akan lebih produktif (Hasibuam, 2011).

Bagi perusahaan pemberi kerja, program pensiun akan mencegah timbulnya program
pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebagai bagian dari program produktivitas
perusahaan. Oleh karena itu, apabila semua pihak konsisten dan memiliki peran besar,
maka dalam hal ini peningkatan produktivitas akan meningkat (Rivai, 2007).

Dari uraian singkat di atas, betapa pentingnya dana pensiun bagi setiap orang.
Dengan program pensiun, program ke-sejahteraaan dan pendapatan seseorang dihari tua
akan lebih terjamin. Sementara itu bagi perusahaan, program pensiun dapat menjadi sarana
untuk menjamin produktivitas karyawan, karena dengan ikut program pensiun
dapat menciptakan ketenangan kerja bagi karyawan yang mengetahui bahwa
kesejahteraan dipurna tugasnya telah terjamin, pada gilirannya meraka akan loyal
terhadap perusahaan serta akan bekerja lebih produktif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian dana pensiun syariah


2. Tujuan dan fungsi dana pensiun syariah
3. Jenis-jenis dana pensiun syariah
4. Landasan hukum dana pensiun syariah

3
5. Manajemen pengelolaan dana pensiun syariah
6. Mekanisme dana pensiun lembaga keuangan syariah

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui Pengertian dana pensiun syariah


2. Untuk mengetahui Maksud dan tujuan dana pensiun syariah
3. Untuk mengetahui Jenis-jenis dana pensiun syariah
4. Untuk mengetahui Landasan hukum dana pensiun syariah
5. Untuk mengetahui Manajemen pengelolaan dana pensiun syariah
6. Untuk mengetahui Mekanisme dana pensiun lembaga keuangan syariah

4
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 3


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................................. 4
BAB II ....................................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6

2.1 Pengertian Dana Pensiun Syariah ................................................................................ 6


2.2 Tujuan dan Fungsi Dana Pensiun Syariah .................................................................. 7
2.3 Jenis-jenis Dana Pensiun Syariah ................................................................................. 8
2.4 Landasan Hukum Dana Pensiun Syariah .................................................................... 9
2.5 Manajemen Pengelolaan Dana Pensiun Syariah ....................................................... 10
2.6 Mekanisme Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah.......................................... 15
BAB III.................................................................................................................................... 17

PENUTUP ............................................................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 17


3. 2 Saran............................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dana Pensiun Syariah

Dana Pensiun adalah sekumpulan aset yang dikelola dan dijalankan oleh suatu
lembaga untuk menghasilkan suatu manfaat pensiun yaitu suatu pembayaran berkala yang di
bayarkan kepada peserta pada saat dan dengan cara yang ditetapkan dalam ketentuan yang
menjadi dasar penyelenggaraan program pensiun di mana pembayaran manfaat tersebut
dikaitkan dengan pencapaian usia tertentu. Dengan kata lain dana pensiun merupakan sebuah
bentuk tabungan, lebih khusus lagi tabungan untuk masa pension (Sanrego, 2015). Sedangkan
dana pensiun syariah adalah dana pensiun yang menyelenggarakan program pensiun
berdasarkan Prinsip Syariah (Fatwa DSN MUI Nomor: 88/DSN-MUI/XI/2013 ).

Program dana pensiun ini dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada


karyawan suatu perusahaan terutama karyawan yang mencapai usia pensiun sesuai perjanjian,
artinya dana pensiun dikelola oleh lembaga atau badan hukum dan memungut dana dari
pendapatan para karyawan suatu perusahaan kemudian membayarkan kembali dana tersebut
dalam bentuk manfaat pensiun setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian. Dalam
hal ini pensiun baru dapat diberikan apabila karyawan tersebut sudah memasuki usia pensiun
atau sebab-sebab lain sehingga memperoleh hak untuk mendapatkan manfaat pension
(Kashmir, 2002)

Perbedaan Dana Pensiun Syariah dan Konvesional

No Kegiatan Syariah Konvesional


1 Penerimaan Iuran Diberlakukan sebagai Iuran sebagai kewajiban/
hibah, akad hibah bi komitmen pemberi kerja
syarth dan akad hibah kepada pekerja melalui
muqayyad, digunakan pendanaan dana pensiun
antara pemberi kerja dan tidak dapat ditarik
dan peserta dalam hal kembali iurannya.
pembayaran iuran.
2 Investasi Instrumen investasi Instrumen investasi
syariah saja dan dipasar bebas/tidak dibedakan

6
uang dan pasar modal syariah atau tidak baik
syariah pasar uang dan pasar
modal.
3 Hasil Investasi/Pengembangan Bagi hasil/profit Dengan menggunakan
Dana syaring/mudharabah imbal hasil berupa
bunga/hasil
pengembangan.
4 Manfaat Pensiun Manfaat pensiun sesuai Tergantung hasil
hasil investasi syariah investasi/nom syariah,
besar manfaat sesuai hasil
investasi non syariah.

2.2 Tujuan dan Fungsi Dana Pensiun Syariah

Tujuan penyelenggaraan dan penerima pensiun dapat dilihat dari 2 atau 3 pihak yang
terlibat. Jika hanya 2 pihak berarti antara pemberi kerja dengan karyawannya sendiri.
Sedangkan jika 3 pihak yaitu pemberi kerja, karyawan dan lembaga pengelola Dana Pensiun,
di mana kemudian masing-masing pihak memiliki tujuan tersendiri, yakni:

Bagi pemberi kerja tujuan untuk menyelenggarakan Dana Pensiun bagi karyawannya
adalah sebagai berikut:

1. Memberikan penghargaan kepada para karyawannya yang telah mengabdi di


perusahaan tersebut.
2. Agar di masa pensiun karyawan tersebut tetap dapat menikmati hasil yang
diperoleh setelah bekerja di perusahaanya.
3. Memberikan rasa aman dari segi batiniah, sehingga dapat menurunkan turn over
karyawan.
4. Meningkatkan motivasi karyawan dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
5. Meningkatkan citra perusahaan di mata masyarakat dan pemerintah.

Sedangkan bagi karyawan yang menerima pensiun, manfaat yang diperoleh dengan
adanya pensiun adalah:

1. Kepastian memperoleh penghasilan di masa yang akan datang sesudah masa


pensiun.

7
2. Memberikan rasa aman dan dapat meningkatkan motivasi untuk bekerja.
Selanjutnya bagi lembaga pengelola Dana Pensiun tujuan penyelenggaraan
Dana Pensiun adalah:
1. Mengelola Dana Pensiun untuk memperoleh keuntungan dengan
melakukan berbagai kegiatan investasi.
2. Turut membantu dan mendukung program pemerintah.
 Adapun fungsi program Dana Pensiun bagi para peserta antara lain:
1. Asuransi, yaitu peserta yang meninggal dunia atau cacat sebelum
mencapai usia pensiun dapat diberikan uang pertanggungan atas beban
bersama dari Dana Pensiun.
2. Tabungan, yaitu himpunan iuran peserta dan iuran pemberi kerja
merupakan tabungan untuk dan atas nama pesertanya sendiri. Iuran yang
dibayarkan oleh karyawan dapat dilihat setiap bulan sebagai tabungan dari
para pesertanya.
3. Pensiun, yaitu seluruh himpunan iuran peserta dan iuran pemberi kerja
serta hasil pengelolaannya akan dibayarkan dalam bentuk manfaat pensiun
sejak bulan pertama sejak mencapai usia pensiun selama seumur hidup
peserta, dan janda/duda peserta.

2.3 Jenis-jenis Dana Pensiun Syariah

Menurut UU No. 11 tahun 1992, dana pensiun terdiri dari tiga jenis :

 Dana Pensiun Pemberi Kerja


Dana pensiun pemberi kerja adalah dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan
yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan program
pensiun manfaat pasti atau program pensiun iuran pasti, bagi kepentingan sebagian
atau seluruh karyawannya sebagai peserta dan yang menimbulkan kewajiban terhadap
pemberi kerja.
 Dana Pensiun Lembaga Keuangan
Dana pensiun lembaga keuangan adalah sebuah dana pensiun pemberi kerja yang
menyelenggarakan iuran pasti, dengan iuran hanya dari pemberi kerja yang
didasarkan pada rumus yang dikaitkan dengan keuntungan pemberi kerja.
 Dana Pensiun Lembaga Asuransi Kesehatan

8
Dana pensiun lembaga asuransi kesehatan adalah sebuah dana pensiun yang dibentuk
oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan program pensiun
iuran pasti bagi perorangan, baik karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah
dari dana pensiun pemberi kerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa
yang bersangkutan.

2.4 Landasan Hukum Dana Pensiun Syariah

Dasar hukum yang digunakan dalam pengelolaan dana pensiun syariah yaitu:

a. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun;


b. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun Pemberi Kerja;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun
Lembaga Keuangan;
d. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 50/PMK.010/2012
tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor
343/KMK/017/1998 tentang Iuran dan Manfaat Pensiun;
e. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 3/POJK.05/2015 tentang Investasi
Dana Pensiun;
f. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 88/DSN-MUI/XI/2013 tentang Pedoman
Umum Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah;
g. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 99/DSN-MUI/XII/2015 tentang Anuitas
Syariah untuk Program Pensiun.

Meski aturan dana pensiun syariah relatif baru diterbitkan, tetapi nasabah dapat
menentukan investasinya sendiri. Jika nasabah memilih instrumen syariah di pasar modal,
maka unsur keraguan dapat dihilangkan. Nasabah cukup menyampaikan pilihan investasinya
ketika mengisi formulir.
Berikut peninjauan dana pensiun syariah pada umumnya dengan nilai-nilai
maqashid syariah:
a. Menjaga agama(hifzd ad-din). Hal ini diwujudkan dengan dana pension lembaga
keuangan syariah menggunakan AlQur’an, hadits, dan hukum Islam lainnya
sebagai pedoman dalam menjalankan segala sistem operasional dan produknya.
Dengan adanya Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Syariah Nasional, membuat

9
keabsahan bank tersebut dalam nilai-nilai dan aturan Islam semakin terjamin
dan Insya Allah dapat dipercaya oleh kalangan muslim dan non-muslim.
b. Menjaga jiwa(hifzd an-nafs). Hal ini terwujud dari akad-akad yang diterapkan
dalam setiap transaksi di DPLK syariah. Secara psikologis dan sosiologis
penggunaan akad-akad antar pihak menuntun manusia untuk saling menghargai
dan menjaga amanah yang diberikan. Di sinilah nilai jiwanya. Selain itu, hal ini
juga terwujud dari pihak stakeholder dan stockholder DPLK syariah dimana
dalam menghadapi nasabah dituntut untuk berperilaku, berpakaian, dan
berkomunikasi secara sopan dan Islami.
c. Menjaga akal (hifzd al-aql). Menjaga akalpikiran baik pihak nasabah dan DPLK
syariah. Hal ini terwujud dari adanya tuntutan bahwa pihak DPLK syariah
harus selalu mengungkapkan secara detail mengenai sistem produknya dan dilarang
untuk menutup-nutupi barang sedikit pun. Di sini terlihat bahwa nasabah diajak
untuk berpikir bersama ketika melakukan transaksi di bank tersebut tanpa ada
yang dizalimi oleh pihak DPLK syariah. DPLK syariah ikut mencerdaskan
nasabah dengan adanya edukasi di setiap produk DPLK syariah kepada nasabah
d. Menjaga harta (hifzd al-mal). Hal ini terwujud jelas dalam setiap produk-produk
yang dikeluarkan oleh DPLK syariah dimana DPLK syariah berupaya untuk
menjaga dan mengalokasikan dana nasabah dengan baik dan halal serta
diperbolehkan untuk mengambil profit yang wajar. Selain itu, terlihat juga dari
adanya penerapan sistem zakat yang bertujuan untuk membersihkan harta
nasabah secara transparan dan bersama sama. Selain itu, Agar dimasa usia
pensiun karyawan tersebut tetap dapat menikmati hasil yang diperoleh setelah
bekerja diperusahaannya.
e. Menjaga keturunan (hifzd al-nasl). Hal ini terwujud dengan terjaganya empat hal di
atas, maka dana nasabah yang Insya Allah dijamin halal akan berdampak baik
bagi keluarga dan keturunan yang dinafkahi dari dana tabungan maupun usahanya
tersebut.

2.5 Manajemen Pengelolaan Dana Pensiun Syariah

Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Dana Pensiun lembaga keuangan konvensional
ini sudah cukup bagus dan memang sangat membantu. Apalagi sebagai pegawai swasta atau

10
negeri yang biasanya tidak punya pensiun, dengan adanya program ini, bolehlah dibilang
sudah punya persiapan untuk hari depan. Mungkin bentuk ini bisa menjadi solusi yang baik
lagi , jika dikelola secara profesional dan tentunya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Masalahnya, justru dalam pandangan syariah, program ini masih perlu dikritisi ulang.

Salah satunya yang paling berat adalah pada sistem depositonya khususnya
dan instrumen lain yang masih saja menggunakan sistem ribawi. Konsep fiqih, khusus
untuk masalah riba, semua ulama sepakat akan beratnya dosa bagi pelakunya, bahkan
sampai-sampai Allah SWT memaklumatkan perang. Jarang sekali ada dosa yang
sampai membuat Allah SWT geram hingga mengajak perang.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan, maka
ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu
bertaubat, maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak
dianiaya. (QS. Al-Baqarah: 278-279)

Oleh karena itu, sebagai solusi yang baik, mengganti sistem investasi dan
depositonya dengan yang menggunakan program syariah. Barangkali kalau dapat
diteliti secara cermat, mungkin sudah cukup banyak lembaga keuangan yang berbasis
syariah yang terbaik dalam menggunakan Instrumen yang berorientasi bagi hasil.

Larangan terhadap pemberian dan pengambilan riba sudah jelas dan tegas
dalam Islam. Oleh karena itu maka Bank Islam harus bebas dan bersih dari unsur riba.
Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang
merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan dari harta pokok
atau modal secara batil,

Dalam transaksi simpan pinjam dana, secara konvensional, si pemberi


pinjaman memberi mengambil tambahan dalam bentuk bunga tanpa adanya suatu
penyeimbang yang diterima peminjam kecuali kesempatan dan faktor waktu yang
berjalan selama proses peminnjaman tersebut. Yang tidak adil disini adalah
sipeminjam untuk diwajibkan untuk selalu, tidak boleh tidah, harus selalu , mutlak,
dan pasti untung dalam penggunaan kesepatan tersebut.

Menurut Smith, bunga merupakan kompensasi yang dibayarkan oleh debitor


kepada kreditor sebagai balas jasa atas keuntungan yang diperoleh dari uang pinjaman
tersebut. Ekonom ini percaya bahwa akumulasi kapital uang sebagai akibat dari

11
penghematan, dimana penghematan ini tidak dapat dilaksanakan tanpa mengharapkan
balas jasa atas pengorbanannya. Karena itulah bunga sebagai balas jasa atau
perangsang tabungan.

Sedangkan pendekatan Keynes terhadap teori bunga sering dikenal sebagai


pendekatan persediaan (stock), Keynes berpendapat bahwa bukan tingkat bunga,tapi
tingkat pendapatan yang menjamin untuk menyamakan tingkat tabungan dengan
tingkat investasi.
Dengan demikian, dalam sistem nilai Islam, Dana Pensiun Lembaga
Keuangan Syari’ah memberi perlindungan hak-hak semua stakeholder secara adil,
tanpa memandang mereka memiliki saham atau tidak sangat ditekankan. Konsep
Islam memberikan kerangka sistem nilai yang memberikan prioritas maksimum pada
realisasi keadilan dan kewajaran tanpa bunga sepeserpun. Sehingga tidak akan ada
keraguan tentang proteksi kepentingan semua pihak secara tidak adil. Stakeholder
terpenting dalam keuangan Islam, didalamnya juga dana pensiun syariah adalah Islam
itu sendiri. Jika dana pensiun syariah tersebut tidak beroperasi dengan baik, publik
akan berpikir bahwa sistem Islam sudah tidak relevan dengan dunia modern, dan
meraka akan menyalahkan Islam atas rendahnya kinerja institusi tersebut meskipun
Islamnya sendiri tidak ada hubungan apa-apa dengannya. Porsi untuk memperhatikan
kepentingan pemegang saham jelas ada.
Namun selain itu, para peserta dana pensiun yang kepentingannya juga
dipertaruhkan, secara umum tidak mendapat banyak perhatian di perusahaan
konvensional. Sedang Peserta dana pensiun dalam syari’ah telah berinvestasi dan
mengambil bagian dalam untung atau rugi pada sistem syariah, sehingga kepentingan
mereka harus dilindungi. Para pegawai juga memiliki kepentingan. Kontribusi mereka
terhadap kinerja dana pensiun syariah yang efisien dan imbalan mereka keduanya
ditentukan oleh struktur insentif perusahaan.
Sampai dengan pertengahan 2005, terbatasnya pilihan investasi syariah masih
menjadi salah satu hambatan bagi dana pensiun syariah. Padahal sebagaimana
asuransi dan perbankan syariah, dana pensiun syariah pun harus mengelola dan
menginvestasikan dananya pada portofolio instrumen syariah. Ada beberapa jenis
portofolio instrumen investasi syariah yang sudah tersedia:
Pertama, Deposito Mudharabah. Merupakan jenis investasi syariah yang
dikeluarkan oleh bank syariah dalam bentuk dengan akad mudharabah. Dalam

12
transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank
bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. Dalam kapasitasnya sebagai
mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan
dengan prinsip syari’ah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya
melakukan mudharabah dengan pihak lain. Modal dalam bentuk tunai dan bukan
piutang dan harus dinyatakan jumlahnya. Pembagian keuntungan dinyatakan dalam
bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
Kedua, Saham Syariah. Saham syariah merupakan bukti kepemilikan atas
suatu perusahaan yang memenuhi kriteria syariah, dan tidak termasuk saham yang
memiliki hak-hak istimewa. Saham syariah dapat diakses pada kelompok Jakarta
Islamic Index (JII). JII adalah papan indeks untuk 30 saham yang sudah
dikategorikan shariah compliance atau tidak bertentangan dengan syariah. Biasanya
JII ini di-review setiap enam bulan sekali. Tapi, bukan hanya saham yang masuk JII
saja yang sudah sesuai dengan ketentuan syariah. Karena JII ini hanya menampung 30
saham terbaik yang sudah sesuai syariah. Di luar JII-pun masih ada saham yang bisa
kita kategorikan sebagai saham yang sesuai dengan kaidah syariah, dan sepertinya
dalam waktu dekat akan disusun indek syariah baru.
Setidaknya ada dua syarat untuk menyatakan bahwa suatu saham bisa
dikategorikan tidak melanggar ketentuan syariah, yaitu: (1) Perusahaan tidak
bertentangan dengan syariat Islam. Yang dimaksud dengan perusahaan yang tidak
bertentangan dengan syariat Islam yaitu perusahaan dengan bidang usaha dan
manajemen yang tidak bertentangan dengan syariat, serta memiliki produk yang halal.
Perusahaan yang memproduksi minuman keras atau perusahaan keuangan
konvensional tentu saja tidak memenuhi kategori ini; dan (2) Semua saham yang
diterbitkan memiliki hak yang sama.
Saham adalah bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan, maka peran setiap
pemilik saham ditentukan dari jumlah lembar saham yang dimilikinya. Namun, pada
kenyataannya ada perusahaan yang menerbitkan dua macam saham, yaitu saham biasa
dan saham preferen yang tidak punya hak suara namun punya hak untuk mendapatkan
deviden yang sudah pasti. Tentunya hal ini bertentangan dengan aturan syariat tentang
bagi hasil. Maka saham yang sesuai syariah adalah saham yang setiap pemiliknya
memiliki hak sama dan proporsional dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya
Ketiga, Reksa Dana Syari’ah. Merupakan Reksa Dana yang beroperasi
menurut ketentuan dan prinsip syari’ah, baik dalam bentuk akad antara pemodal

13
sebagai pemilik harta (shahib al-mal/rabb al-mal) dengan Manajer Investasi sebagai
wakil shahib al-mal, maupun antara Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-
mal dengan pengguna investasi. Saat ini sudah banyak reksadana syariah telah
ditawarkan dan terkategori pada reksadana pendapatan tetap dan reksadana campuran.
Reksadana pendapatan tetap adalah reksadana yang sebagian besar komposisi
portofolio-nya di efek berpendapatan relatif tetap seperti; Obligasi Syariah, SWBI,
Certificate Deposit Mudharabah, Sertifikat Investasi Mudharabah antarbank serta
efek-efek sejenis. Yang termasuk reksadana syariah jenis ini di antaranya; BNI Dana
Syariah (sejak tahun 2004), Dompet Dhuafa-BTS Syariah (2004), PNM Amanah
Syariah (2004), Big Dana Syariah (2004) dan I- Hajj Syariah Fund (2005).
Sedangakan reksadana campuran merupakan reksadana yang sebagian besar
komposisi portofolio ditempatkan di efek yang bersifat ekuitas seperti saham syariah
(JII) dengan campuran beberapa instrumen investasi lain non saham yang
memberikan keuntungan relatif lebih tinggi. Termasuk dalam reksadana ini
diantaranya: Reksadana PNM Syariah (sejak tahun 2000), Danareksa Syariah
Berimbang (2000), Batasa Syariah (2003), BNI Dana Plus Syariah (2004), AAA
Syariah Fund (2004) dan BSM Investa Berimbang (2004).

Keempat, Obligasi Syariah. Merupakan surat berharga jangka panjang


berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan perusahaan (emiten) kepada pemegang
obligasi syariah yang mewajibakan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta Membayar kembali
dana obligasi pada saat jatuh tempo. Saat ini setidaknya ada dua jenis obligasi syariah
yang sedang berkembang di Indonesia: Obligasi Mudharabah dan Ijarah. Keberadaan
instrumen-instrumen investasi tersebut ternyata masih dianggap belum mencukupi.
Manulife misalnya, tidak bisa memilih syariah corporate bond dengan alasan risiko
likuiditas dan lainnya. Mereka cenderung memilih syariah government bonds, tetapi
sayangnya sampai saat ini belum ada obligasi negara dengan skim syariah. Dengan
demikian sangat dibutuhkan adanya obligasi syariah negara tersebut. Keberadaan
obligasi syariah negara sangat penting bagi perkembangan industri keuangan syariah.
Selain itu ketentuan UU No.11/ 1992 tentang Dana Pensiun yang menganggap
produk mudharabah mukayyadah sebagai investasi langsung yang dilarang
tampaknya perlu ditinjau kembali. Dengan tuntutan skema akad syariah yang khas,
sesuai khitah-nya mau tidak mau dana pensiun syariah memang membutuhkan sarana

14
melakukan investasi secara langsung. Sehingga pilihan investasi dana pensiun syariah
lebih luas dan bisa mendapat bagi hasil yang tinggi dari return investasi jenis ini.
Disinilah sebenarnya pendekatan fiqih yang diharapkan dalam pembahasan Mengenai
dana pensiun yang sesuai dengan asas Syari’ahnya, yakni menjauhi riba,
mengutamakan keadilan (kemaslahatan orang banyak) dan mempu membangitkan
nilai-nilai moral yang berlandaskan Ilahiyyah.

2.6 Mekanisme Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah

Sejauh ini, program pensiun syariah di Indonesia masih dilaksanakan secara terbatas
oleh DPLK di beberapa bank dan asuransi syariah. Umumnya, produk DPLK syariah
merupakan salah satu produk penghimpunan dana yang ditawarkan oleh bank atau asuransi
syariah untuk memberikan jaminan kesejahteraan di hari tua atau di akhir masa jabatan
karyawan ataupun nasabahnya.
Prosedur yang harus dilalui oleh peserta program DPLK syariah, umumnya
adalah:
1. Peserta merupakan perorangan atau badan usaha;
2. Usia mininmal 18 tahun atau telah menikah;
3. Mengisi formulir pendaftaran kepesertaan DPLK syariah;
4. Iuran bulanan dengan minimum jumlah tertentu, misalnya Rp. 100.000,-;
5. Menyerahkan kopian kartu identitas diri dan kartu keluarga;
6. Membayar biaya pendaftaran;
7. Membayar iuran tambahana berupa premi bagi peserta program Dana Pensiun
plus asuransi jiwa;
8. Memenuhi semua akad yang ditetapkan oleh DPLK syariah;
Umumnya produk Dana Pensiun yang ditawarkan oleh DPLK syariah
menawarkan produk pensiun dengan konsep tabungan dan produk pensiun plus
asuransi jiwa. Karakteristik produk Dana Pensiun dengan konsep tabungan antara
lain, yaitu:

1. Berbentuk setoran tabungan dengan jadwal penarikan diatur dalam ketentuan;


2. Selama masa kepesertaan tidak dilindungi oleh asuransi jiwa; dan
3. Manfaat pensiun sebesar total iuran dan hasil investasinya.

Sedangkan karakteristik produk dana pensiun plus asuransi jiwa antara lain:

15
1. Berbentuk setoran tabungan dengan jadwal penarikan diatur dalam ketentuan;
2. Selama masa kepesertaan dilindungi oleh asuransi jiwa;
3. Manfaat pensiun yang akan diterima adalah sebesar:
a. Manfaat auransi apa bila peserta meninggal dunia sebelum memasuki usia
pensiun; dan
b. Total iuran ditambah hasil investasinya apa bila telah memasuki usia pensiun.

Para peserta DPLK syariah memiliki beberapa hak, antara lain:

1. Menetapkan sendiri usia pensiun, umumnya antara usia 45-65 tahun;


2. Bebas menentukan pilihan atau perubahan jenis investasi;
3. Melakukan penarikan sejumlah niuran tertentu selama masa kepesertaan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
4. Mendapatkan informasi saldo Dana Pensiun/statement setiap periode tertentu,
misalnya 6 bulan atau melalui telepon setiap saat diinginkan;
5. Menunjuk dan menggantti pihak yang ditunjuk sebagai ahli warisnya;
6. Memilih perusahaan asuransi jiwa guna memperoleh pembayaran Dana Pensiun
bulanan;
7. Mengalihkan kepesertaan ke DPLK lain; dan
8. Memperoleh manfaat pensiun.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dana Pensiun adalah sekumpulan aset yang dikelola dan dijalankan oleh suatu
lembaga untuk menghasilkan suatu manfaat pensiun yaitu suatu pembayaran berkala yang di
bayarkan kepada peserta pada saat dan dengan cara yang ditetapkan dalam ketentuan yang
menjadi dasar penyelenggaraan program pensiun di mana pembayaran manfaat tersebut
dikaitkan dengan pencapaian usia tertentu.

3. 2 Saran
Dengan demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat kepada
pembaca. Apabila ada saran atau kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada
kami. Apabila terdapat kesalahan, mohon dapat dimaafkan dan memaklumi karena kami
merupakan hamba allah yang tidak luput dari kesalahan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Harrahmawati. (2011). Pelaksana Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Bumi
Putra Cabang Padang.

Hasibuan, Rodho I. (2010). Pengelolaan Dana Pensiun dalam Perspektif Syariah. ASAS, Vol.
2, No. 2, Juli 2010.

Iqbal, M. (2020). Maqasid Syariah dan Dana Pensiun Syariah. Indonesian Journal of Islamic
Business and Economics, 2(1), 30-36.

Iqbal, Muhammad. 2020. Maqasid Syariah dan dana pensiun Syariah. Indonesian Journal of
Islamic Business and Economics. Vol. 01, No. 01

Yuliani, M. (2017). Manajemen Lembaga Keuangan Non Bank Dana Pensiun Berdasarkan
Prinsip Syariah. Dinamika Penelitian: Media Komunikasi Penelitian Sosial
Keagamaan, 17(2), 221-240.

Yuliani, Marifah. Manajemen Lembaga Keuangan Non Bank Dana Pensiun Berdasarkan
Prinsip Syariah. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Tanjung Redeb.
Diakses dari http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id

18

Anda mungkin juga menyukai