DANA PENSIUN
Oleh Kelompok VII :
1. Andika Ramadhana
2. Sinta Raodah Sulastri
3. Pontas Oloan Hasibuan
4. Widi Moerni Sekar Asrri
1
2019
KATA PENGANTAR
سمم ا
ام الرريحمممن الررمحييمم بم ي
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
Semakin berkembangnya aktivitas-aktivitas mu’amalah masyarakat muslim di
Indonesia, semakin berkembang pula sektor ekonomi syar’iah di Indonesia yang
menyebabkan lembaga-lembaga keuangan di Indonesia berlomba-lomba
mengkaji produk syari’ah yang belum ada atau masih jarang di Indonesia, salah
satunya adalah dana pensiun syar’iah.
Pengelolaan dana pensiun yang sesuai dengan ajaran islam akan memiliki
banyak manfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang loyal terhadap
syariah dan takut melanggar ajaran Islam. Al-Qur’an sendiri mengajarkan
umatnya untuk tidak meninggalkan masyarakat lemah, tidak menghambur–
hamburkan hartanya supaya menyiapkan hari esok agar lebih baik. Ajaran
tersebut dapat dimaknai sebagai pentingnya pencadangan sebagian kekayaan
untuk hari esok.
Hal ini sangat penting, mengingat setelah pensiun manusia masih memiliki
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Dengan pencadangan tersebut ketika
seseorang memasuki masa kurang produktif, mereka masih memiliki sumber
pendapatan. Maka, dana pensiun memiliki peranan yang penting untuk
kelanjutan hidup seseorang di masa-masa pensiunnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang dana pensiun ?
2. Apa pengertian dan jenis program dana pensiun?
3. Apa asas, tujuan dan fungsi dana pensiun?
4. Apa saja jenis-jenis dana pensiun?
5. Bagaimana mekanisme dana pensiun lembaga keuangan syariah?
6. Bagaimana manajemen pengelolaan dana pensiun?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang dana pensiun
2. Untuk mengetahui pengertian dan jenis program dana pensiun
3. Untuk mengetahui asas, tujuan dan fungsi dana pensiun
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dana pensiun
5. Untuk mengetahui mekanisme dana pensiun lembaga keuangan syariah
6. Untuk mengetahui manajemen pengelolaan dana pensiun
4
BAB II
(PEMBAHASAN)
5
menyelenggarakan dana pensiun bagi karyawannya, banyak alternatif pilihan
untuk memperoleh pensiun dari lembaga lainnya.
Pemberian pensiun kepada para karyawannya bukan saja hanya
memberikan kepastian penghasilan dimasa depan, tetapi juga ikut
memberikan motivasi bagi para karyawannya untuk lebih giat bekerja.
Dengan memberikan program jasa pensiun para karyawan merasa aman,
terutama bagi mereka yang menganggap pada usia pensiun sudah tidak
produktif lagi. Sedangkan bagi sebagian masyarakat yang merasa masih
produktif juga akan memberikan motivasi bahwa jasa-jasa mereka masih
dihrgai oleh perusahaannya.
Berkembangnya jasa pensiun dewasa ini telah menarik beberapa
lembaga untuk mendirikan dana pensiun. Hal ini disebabkan pengelolaan dana
pensiun ini jika dilihat dari kacamata bisnis sangat menguntungkan. Dapat
dibayangkan keuntungan yang akan diperoleh dari iuran yang diperoleh tanpa
bunga yang kemudian diinvestasikan kembali dalam bentuk berbagai bidang
investasi.1
1
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta:Prenadamedia Group, 2010)
hlm..324
6
Dengan adanya dana pensiun karyawan serta peserta kelak akan tetap
memperoleh jumlah penghasilan tertentu, sekalipun sudah tidak bekerja lagi.
Sedangkan dana pensiun syariah adalah dana pensiun yang dikelola dan
dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Pertumbuhan lembaga keuangan
syariah di Indonesia secara perlahan mendorong perkembangan dana pensiun
yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah. Sampai saat ini, dana pensiun
syariah berkembangan pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) yang
dilaksanakan oleh beberapa bank dan asuransi syariah. Terdapat dua jenis
program pensiun, yaitu:
7
baik dari pemberi kerja maupun peserta ditetapkan dalam Peraturan Dana
Pensiun. Kelebihan dan kekurangan program ini antara lain:
a. Kelebihan:
1) Beban biaya stabil dan mudah diperkirakan;
2) Nilai hak peserta setiap saat mudah ditetapkan; dan
3) Risiki investasi dan moralitas ditanggung oleh peserta.
b. Kekurangan:
1) Besar manfaat pensiun tidak mudah ditentukan; dan
2) Lebih sulit memperkirakan besar penghargaan untuk masa
kerja lampau
2
Nurul Huda dan Mohamad Heykal,Lembaga Keuangan Islam, (Jl.Pelepah Hijau-jakarta:PT
Rajagrafindo Persada,1998), hlm.337-341
10
melipui system pendanaan dan pengawasan atas investasi kekayaan dana
pensiun.
4. Asas penundaan manfaat
Penyelenggaraan program dana pensiun dimaksudkan agar
kesinambungan penghasilan yang menjadi hak peserta maka berlaku asa
penundaan manfaat yang mengharuskan pembayara hak peserta hanya
dapat dilakukan setelah peserta pensiun yang pembayarannya dilakukan
secara berkala.
5. Asas kebebasan untuk membenuk atau tidak membentuk dana
pensiun
Pebentukan dana pensiun dilakukan atas prakarsa pemberi kerja
untuk menjanjikan manfaat pensiun. Konsekuensi pendanaan dan
pembiayaan merupak komitmen yang harus dilakukannya sampai dengan
pada saat dana pensiun terpaksa dibubarkan.3
Tujuan penyelenggaraan program pensiun baik dari kepentingan
pemberi kerja, karyawan dan lembaga pengelola pensiun dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pemberi Kerja (Perusahaan)
a. Kewajiban moral. Perusahaan mempunyai kewajiban moral untuk
memberikan rasa aman kepada karyawan terhadap masa yang akan
datang karena tetap memiliki penghasilan pada saat mereka mencapai
usia pensiun (tidak produktif).
b. Loyalitas. Karyawan diharapkan mempunyai loyalitas terhadap
perusahaan serta meningkatkan motivasi karyawan dalam
melaksanakan tugas sehari-hari.
3
Al Arif M. Nur Rianto, Lembaga Keuangan Syari’ah, Suatu Kajian Teoretis
Praktis. Bandung: CV Pustaka Setia, 2012. Hal. 30-31
11
c. Kompetisi pasar tenaga kerja. Perusahaan akan memiliki daya saing
dalam usaha mendapatkan karyawan yang berkualitas dan profesional
di pasarn tenaga kerja.
d. Memberikan penghargaan kepada karyawannya yan telah mengabdi
terhadap perusahaan.
e. Agar di usia pensiun karyawan tersebut tetap dapat menikmati hasil
yang diperoleh setelah bekerja di perusahannya.
f. Meningkatkan citra perusahaan di mata masyarakat dan pemerintah.
12
Jenis kelembagaan dana pensiun menurut Undang-Undang No.11
tahun 1992 tentang dana pensiun Pasal 2 Bab II dapat digolongkan
menjadi dua sebagai berikut:
1. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)
Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) adalah unit organisasi dalam
suatu perusahaan yang khusus menangani dana pensiun bagi
karyawannya. DPPK dibentuk oleh orang atau badan yang
memperkerjakan karyawan, untuk menyelenggarakan program pensiun.
Pendirian dan penyelenggaraan program pensiun melalui dana pensiun
oleh pemberi kerja sifatnya tidak wajib. Akan tetapi, mengingat dampak
dan peranan yang positif dari program dana pensiun kepada para
karyawan, pemerintah sangat menganjurkan kepada setiap pemberi kerja
untuk mendirikan dana pensiun.
Peraturan dana pensiun kerja menurut PP No. 76 Tahun 1997 terdapat
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Nama dana pensiun yang bersangkutan
b. Nama pendiri
c. Karyawan yang berhak menjadi peseta dan persyaratan untuk menjadi
peserta
d. Nama mitra pendiri
e. Tanggal pembentukan dana pensiun
f. Pembentukan kekayaan dana pensiun yang terpisah dari kekayaan
pemberi kerja
g. Maksud dan tujuan pembentukan dana pensiun
h. Masa jabatan pengurus dan dewan pengawas, hak, kewajiban dan
tanggung jawab pengurus, dewan pengawas, peserta, pemberi kerja
i. Besarnya iuran untuk program pensiun dan rumus manfaat pensiun
serta faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan.
j. Tata cara pembayaran manfaat pensiun dan lainnya
k. Tata cara penunjukan dan penggantian pihak yang berhak atas manfaat
pensiun apabila peserta meninggal dunia.
l. Tata cara perubahan peraturan dana pensiun dan tata cara pembubaran
dan penyelesaian dana pensiun
2. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
13
Menurut UU No. 11 tahun 1992 pasal 1 butir 4 mengatakan bahwa
Dana Pensiun Lembaga Keuangan adalah dana pensiun yang dibentuk
oleh Bank atau perusahaan asuransi jiwa, untuk menyelenggarakan
program pensiun iuran pasti bagi perorangan. Baik karyawan, maupun
pekerja mandiri yang terpisah dari dana pensiun pemberi kerja bagi
karyawan bank atau perusahaan asuransi yang bersangkutan. Pihak yang
diperkenankan untuk mendirikan dana pensiun hanyalah bank umum dan
perusahaan asuransi jiwa.
Dana pensiun lembaga keungan hany dapat menjalankan Program
Pendiun Iuran Pasti. Program ini terutama diperuntukan bagi para pekerja
mandiri atau perorangan, misalnya dokter, pengacara, pengusaha yang
bukan merupakan karyawan dari lembaga atau orang lain, biasanya
mereka memiliki penghasilan yang bukan berasal dari pemberi kerja tetapi
dari usahanya.
14
4. Iuran bulanan dengan minimum jumlah tertentu, misalnya Rp.
100.000.
5. Menyerahkan foto copy kartu identitas diri dan kartu keluarga.
6. Membayar biaya pendaftaran.
7. Membayar iuran tambahan berupa premi bagi peserta program dana
pensiun plus asuransi jiwa.
8. Memenuhi semua akad yang ditetapkan oleh DPLK syariah.
Produk dana pensiun yang ditawarkan oleh DPLK syariah
menawarkan produk pensiun dengan konsep tabungan dan produk
pernsiun plus asuransi jiwa.
Karakteristik produk dana pensiun dengan konsep tabungan antara
lain:
1. Berbentuk setoran tabungan dengan jadwal penarikan diatur dalam
ketentuan.
2. Selama masa kepesertaan tidak dilindungi oleh asuransi jiwa.
3. Manfaat pensiun sebesar total iuran dan hasil asuransi jiwa
15
b. Reksa dana terporteksi, reksa dana dengan penjaminan dan reksa dana
indeks
c. Reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif penyertaan terbatas
d. Reksa dana yang unit penyertaanya diperdagangkan di bursa efek.
11. Efek beragun aset dari kontrak investasi kolektif efek beragun aset.
12. Unit penyertaan dana investasi real estat berbentuk kontrak investasi
kolektif
13. Kontrak opsi saham yang tercatat di bursa efek di indonesisa.
14. Penempatan langsung pada saham
15. Tanah di Indonesia, dan / atau
16. Bangunan di Indonesia
Bagi dana pensiun yang beroperasi secarah syariah, maka kebijakan
investasi harus memenuhi prinsip-prinsip syariah. Investasi hanya boleh
dilakukan pada instrumen-instrumen yang dibenarkan menurut fatwa DSN-
MUI. Dana pensiun syariah harus mengelola dan menginvestasikan dananya
pada portofolio instrument syariah. Hampir seluruh investasi yang ditentukan
oleh peraturan menteri keuangan diatas sudah tersediah dalam bentuk
instrument syariah. Kebijakan investasi dana pensiun syariah disamping
terpenuhinya prinsip syariah juga minimal mencakup komponen:
1. Tingkat keuntungan (rate of return), yang dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain dengan memaksimalkan keuntungan dengan
memerhatikan keamanan dana dan kebutuhan likuiditas. Beberapa strategi
dapat dilakukan baik dengan tidak menyebutkan suatu jumlah tetentu,
menyebutkan besaran jumlah pengembangan yang diinginkan, atau
menyatakan tingkat bunga nominal keuntungan.
2. Risiko yang dapat diterima, yaitu penentuan jumlah risiko yang mungkin
dihadapi dalam kegiatan invetasi
16
3. Kebutuhan likuiditas, dana pensiun membutuhkan likuiditas lebih kecil,
apabila ada kebutuhan likuiditas khusus, maka perlu ditetapkan dalam
pedoman kebijakan investasi.
4. Diversifikasi yang merupakan metode untuk mencapai tingkat keuntungan
yang diinginkan, menjaga berkurangnya dana dari risiko investasi, dan
memenuhi kebutuhan likuiditas. Diversifikasi portofolio dapat dilakukan
dengan menggunakan jenis kekayaan, sector dan kualitas perangkat asset
yang akan dijadikan sebagai instrumen investasi.4
4
Soemitra Andri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah”. Jakarta: Kencana, 2010. Hal
297-299
17
BAB III
(PENUTUP)
SIMPULAN
REFERENSI
18
Herlan Firmanyah dan Dadang Husein. 2014. Bank dan Industri
Keuangan Non Bank Syariah. Jakarta : PT. Nagakusuma Media
Kreatif.
Huda, Nurul. 1998. Lembaga Keuangan Islam. Jakarta : Raja Grafondo
Persada.
Kasmir. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta :
Prenadamedia.
Mardani. 2015. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta : Prenadamedia
Group.
Pandia, Frianto dkk. 2005. Lembaga Keuangan.2005. Jakarta : Salemba.
Rianto, Nur. 2012. Lembaga Keuangan Syariah, Suatu Kajian Teoretis
Praktis. Bandung : CV Pustaka Setia
Saladin, Djaslim. 2000. Konsep Dasar Ekonomi dan Lembaga Keuangan
Islam. Bandung : Linda Karya.
Soemitra, Andri. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta :
Kencana.
19