DISUSUN OLEH :
Sherly Amanda Pradita (B00200010)
Windah Hamidah (B00200009)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya
yang berjudul " BANK GARANSI ” Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan makalah ini, Kami menyadari bahwa Makalah yang kami susun ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kita. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………........................................................………….i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Bank garansi adalah salah satu jasa yang diberikan oleh bankberupa jaminan pembayaran sejumlah
tertentu uang yang akandiberikan kepada pihak yang menerima jaminan,hanya apabila pihak yang
dijamin melakukan cidera janji.
Perjanjian bisa berupa perjanjian jual–beli, sewa, kontrak–mengontrak, pemborongan, dan lain-lain.
Pihak yang dijamin biasanya adalah nasabah bank yang bersangkutan, sedangkan jaminan diberikan
kepada pihak lain yang mengadakan suatu perjanjian dengan nasabah.
2. Bank Garansi untuk Penerimaan Uang Muka Kerja (Advance Payment Bond)
1.3. Tujuan
3. Untuk memahami dan Mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam bank garansi.
6. Untuk memahami dan Mengetahui isi yang terdapat dalam bank garansi.
7. Untuk memahami dan Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam bank garansi.
PEMBAHASAN
Kata Garansi berasal dari bahasa Belanda ‘Garantie’ yang artinya Jaminan.Di masyarakat Bank Garansi
lebih dikenal dengan singkatan BG.Di Bank Syariah Bank garansi disebut ‘Al Kafalah’ yang artinya bank
memberi bank garansi sebagai jaminan pelaksanaan proyek. Pihak yang dijamin (Applicant) menyetor
sejumlah uang dengan prinsip ‘Al Wadiah.
Bank Garansi (atau disingkat BG) adalah perjanjian penanggungan atau borgtocht dimana Bank yang
menjadi pihak ketiga (penanggung, guarantor, borg) bersedia bertindak sebagai penanggung bagi
nasabahnya yang menjadi debitur dalam mengadakan suatu perjanjian (pokok) dengan pihak lain
sebagai kreditur
Bank Garansi adalah jaminan pembayaran dari Bank yang diberikan kepada pihak penerima jaminan
(bisa perorangan maupun perusahaan dan biasa disebut Beneficiary ) apabila pihak yang dijamin
(biasanya nasabah bank penerbit dan disebut Applicant ) tidak dapat memenuhi kewajiban atau cidera
janji (Wanprestasi). Jadi artinya bank menjamin nasabahnya (si terjamin/Applicant) memenuhi suatu
kewajiban kepada pihak lain sesuai dengan persetujuan atau berdasarkan suatu kontrak perjanjian yang
disepakati
Bank garansi merupakan suatu perjanjian tertulis yang isinya bank menyetujui untuk mengikatkan diri
kepada penerima jaminan guna memenuhi kewajiban terjamin dalam suatu jangka waktu tertentu dan
dengan syarat – syarat tertentu berupa pembayaran sejumlah uang tertentu apabila terjamin di
kemudian hari ternyata tidak memenuhi kewajibannya kepada penerima jaminan. Atas pemberian
garansi bank trsebut, maka bank akan menerima fee dari terjamin berupa sejumlah uang tertentu yang
disebut provisi. Jumlah provisi ini dihitung atas dasar prosentase tertentu dari jumlah garansi bank
untuk jangka waktu tertentu pula (Anwari, 1981 : 9)
Bank mengeluarkan garansi bank artinya Bank membuat suatu pengakuan tertulis, yang isinya Bank
penerbit mengikat diri kepada penerima jaminan (Beneficiary) dalam jangka waktu dan syarat-syarat
tertentu apabila dikemudian hari ternyata nasabahnya (si terjamin/Applicant) tidak memenuhi
kewajibannya kepada si penerima jaminan (Beneficiary).
Dasar hukum Bank Garansi, adalah perjanjian penanggungan (borgtocht) yang diatur dalam KUH Perdata
pasal 1820 s/d 1850Untuk menjamin kelangsungan Bank Garansi, maka penanggung mempunyai “Hak
istimewa “ yang diberikan undang-undang, yaitu untuk memilih salah satu, menggunakan pasal 1831
KUH Perdata atau pasal 1832 KUH Perdata.
Pasal 1831 KUH Perdata: Si penanggung tidaklah diwajibkan membayar kepada si berpiutang, selain jika
si berutang lalai, sedangkan benda-benda si berutang ini harus lebih dulu disita dan dijual untuk
melunasi utangnya.
Pasal 1832 KUH Perdata berbunyi: Si penanggung tidak dapat menuntut supaya benda-benda si
berutang lebih dulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya.
Perbedaan kedua pasal tersebut menjelaskan, bahwa jika Bank menggunakan pasal 1831 KUH Perdata,
apabila timbul cidra janji, si penjamin dapat meminta benda-benda si berhutang disita dan dijual
terlebih dahulu. Sedangkan jika menggunakan pasal 1832 KUH Perdata, Bank wajib membayar Garansi
Bank yang bersangkutan segera setelah timbul cidra janji dan menerima tuntutan pemenuhan kewajiban
(klaim).
Pasal 1 butir 1 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia (SKBI) No. 11 / 110 / Kep / Dir / UPPB tanggal 28
maret 1979 tentang pemberian Jaminan oleh Bank dan Pemberian jaminan oleh lembaga keuangan
bukan Bank, menyebutkan :
Jaminan adalah warkat yang diterbitkan oleh bank atau lembaga keuangan bukan bank yang
mengakibatkan kewajiban membayar terhadap pihak yang menerima jaminan apabila jaminan pihak
yang dijamin cidera janji (wanprestasi).
Dalam Bank Garansi, Bank wajib mencantumkan ketentuan yang dipilihnya dalam Bank Garansi yang
bersangkutan, agar pihak yang dijamin maupun pihak yang menerima garansi mengetahui dengan jelas
ketentuan mana yang dipergunakan.
Bank garansi diberikan kepada supplier/pabrik sebagai jaminan pembayaran atas pembelian barang oleh
nasabah atau pihak yang dijamin oleh bank.
Bank garansi yang diberikan kantor bea cukai sebagai jaminan pembayaran pita cukai tembakau atas
rokok yang dijual oleh pabrik rokok, dalam hal ini pihak yang dijamin adalah pabrik rokok
Bank garansi yang diberikan kepada kantor bea cukai sebagai jaminan pembayaran bea masuk atas
barang yang dikeluarkan dari pelabuhan milik nasabah.
Bank garansi yang diberikan kepada pemilik proyek (bouwheer) untuk kepentingan kontraktor/leverensi
yang akan mengikuti tender atas suatu proyek, dalam hal ini pihak. Salah satu persyaratan
kontraktor/leverensi dapat mengikuti tender adalah menyerahkan bank garansi.
Bank garansi yang diberikan kepada pemilik proyek (bouwheer) untuk kepentingan kontraktor/leverensi
guna menjamin pelaksanaan pekerjaan/proyek oleh kontraktor/leverensi, dalam hal ini pihak yang
dijamin adalah kontraktor/leverensi.
Bank garansi yang diberikan kepada pemilik proyek (bouwheer) untuk kepentingan kontraktor/leverensi
atas uang muka yang diterima oleh kontraktor/leverensi, dalam hal ini pihak yang dijamin adalah
kontraktor/leverensi.
Bank garansi yang diberikan pemilik proyek (bouwheer) untuk kepentingan kontraktor/leverensi guna
menjamin pemeliharaan atas proyek yang telah diselesaikan oleh kontraktor/leverensi.
Ada beberapa jenis Bank Garansi yang sering ditemui dalam dunia usaha :
2. Bid Bond :
Bank Garansi yang diterbitkan untuk kepentingan mengikuti suatu tender. Ini untuk mengantisipasi, bila
suatu perusahaan telah dinyatakan menang dalam tender, tetapi perusahaan tersebut tidak dapat
melaksanakan kewajiban dalam tender, maka Bank Garansi ini akan dicairkan
3. Performance Bond :
Contoh : Kontraktor untuk membangun statu gedung, perlu memberikan performance bond kepada
pemilk tanah bahwa kontraktor membangun gedung tersebut sesuai dengan perjanjiannya. Bila
kontraktor wan prestasi, maka pemilik tanah akan mencairkan bank garansi itu ke Bank penerbit Bank
Garansi.
Bank Garansi yang diterbitkan karena kontraktor telah menerima uang muka dari pemilik tanah. Untuk
memulai satu perjanjian/proyek, biasanya pemilik uang muka/down payment kepada kontraktor.
Namun pemilik tanah juga khawatir bila kontraktor setelah menerima uang muka/down payment
kemudian ingkar janji. Karena kekhawatiran itu, pemilik tanah minta Advance Payment Bond dari
Kontraktor sebelum uang muka dibayarkan ke kontraktor.
Disebarkan sebagai bagian dari Program Edukasi Masyarakat dalam rangka Implementasi Arsitektur
Perbankan Indonesia”
1. penerimaan berupa biaya administrasi (provisi/komosi) yang merupakan fee based income bagi bank
3. memberikan pelayanan kepada nasabahnya sehingga nasabah menjadi lebih loyal kepada bank
3. Waktu terjadinya cidra janji yang secara sah masih dapat ditanggung oleh Garansi Bank
Keempat hal di atas perlu mendapatkan perhatian, terutama bagi tertanggung, agar bilamana terjadi
sesuatu yang tak diharapkan, maka klaim masih bisa dilakukan. Bagi tertanggung juga harus
memperhatikan, apakah Bank Garansi tadi menggunakan pasal 1831 atau 1832, karena jika
menggunakan pasal 1831, Bank tidak serta merta membayar klaim tersebut.
Kesepakatan pemberian garansi bank oleh perbankan kepada terjamin dituangkan dalam suatu
perjanjian yang disebut perjanjian bank garansi vide pasal 1824 KUH Perdata, pasal tersebut
menentukan bahwa penaggungan (jaminan) harus ditentukan secara tegas meski tidak harus secara
tertulis. Namun sebagaimana lazimnya, suatu perjanjian perbankan selalu dituangkan dalam bentuk akta
tertulis untuk menjamin kepentingan hukum para pihak. Berdasarkan surat perjanjian garansi bank
tersebut bank akan memberikan surat garansi bank kepada terjamin untuk diserahkan kepada penerima
jaminan.
Menurut Anwari (1981 : 26) Surat Perjanjian Garansi Bank memuat syarat minimal sebagai berkut :
5. Macam jaminan lawan yang diserahkan oleh jaminan kepada bank serta nilainya
7. Terjamin tunduk kepada intruksi – intruksi dan peraturan – peraturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah dan bank indonesia serta kelaziman perbankan
9. Terjamin memberi kuasa yang tak dapat dicabut kembali kepada bank untuk sewaktu – waktu
mencairkan jaminan lawan guna melunasi hutang terjamin sebagai akibat dilaksanakannya
pembayaran garansi bank maupun hutang lainnya yang timbul sehubungan dengan pemberian garansi
bank tersebut.
SKBI No. 11 / 110 tahun 1979 tidak memberikan definisi tentang perjanjian garansi bank. SKBI
tersebut hanya menentukan hal – hal minimal yang harus dipenuhi dalam satu garansi bank
.Pasal 2 butir 2 SKBI mengatur syarat minimal dalam garansi bank sebagai berikut :
8. Pernyataan bahwa penjamin (bank) akan memenuhi pembayaran denganterlebih dahulu menyita
dn menjual benda – benda terjamin (nasabah) untuk melunasi hitungannya sesuai dengan pasal
1831KUHPerdata, atau pernyataan bahwa penjamin (bank) melepaskan bank istimewanya untuk
menuntut supaya benda – benda terjamin (nasabah) lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi
hutangnya vide pasal 1832 KUHPerdata.
Pasal 2 butir 3 SKBI menentukan hal yang tidak dimuat dalam garansi bank sebagai berikut :
1. Syarat – syarat yang terlebih dahulu harus dipenuhi untuk berlakunya garansi bank
2. Ketentuan bahwa garansi bank dapat diubah atau dibatalkan secara sepihak.
Sebagaimana diketahui, lembaga perbankan diwajibkan untuk bersikap selektif dalam melakukan
aktivitas untuk meminimalisasi risiko. Berdasarkan prudential banking (prinsip kehati – hatian bank),
dalam pemberian garansi bank, garansi harus melakukan penilaian secara seksama terhadap calon
nasabah. SEBI No. 11 / 11 UPPB tanggal 28 Maret 1979, mengharuskan bank untuk :
2. Meneliti sifat dan menilai transaksi yang akan dijamin sehingga dapat diberikan jaminan yang
sesuai
4. Menilai kemampuan pihak yang akan dijamin untuk memberikan kontra jaminan yang cukup sesuai
dengan kemungkinan terjadinya resiko.
Menurut Munir Fuady (1997 : 202) untuk membatasi risiko dalam penerbitan garansi bank, pihak bank
mensyaratkan adanya jaminan lawan (counter garanty) yang nilainya ditentukan oleh kebijakan bank
namun biasanya setara dengan nilai jaminan yang tercantum dalam garansi bank. Jaminan lawan
tersebut tidak harus dalam bentuk uang tunai, melainakn bias berupa giro, deposito, surat – surat
berharga, atau lainnya yang dianggap aman oleh bank
Sebagaimana diuraikan di atas, bahwa garansi bank diterbitkan oleh perbankan untuk meminjam
pelaksanaan prestasi yang dijanjikan terjamin kepada penerima jaminan apabila terjamin tidak
melakukan prestasi tersebut. Dengan demikian, lembaga garansi bank merupakan bentuk dari perjanjian
penanggungan ( borghtoch ) yang diatur dalam Buku III KUHPerdata dalam pasal 1820 – 1850
KUHPerdata.
Penanggungan adalah suatu perjanjian dengan nama seorang pihak ketiga guna kepentingan si
berpiutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatnya si berhutang manakala orang ini sendiri tak
memenuhinya.
Sebagaimana perjanjian jaminan pada umumnya, perjanjian garansi bank merupakan perjanjian assesoir
( perjanjian tambahan ) yang menyertai suatu perjanjian pokok. Perjanjian pokok yang dibuat oleh pihak
terjamin dan penerima jaminan merupakan dasar dari dibuatnya perjanjian garansi bank.
Berdasarkan ketentuan pasal 1820 – 1821 KUHPerdata, ada beberapa karakteristik dari perjanjian
penanggungan sebagai berikut :
1. Perjanjian garansi bersifat assesoir.
2. Hak – hak yang terbit dari suatu garansi bersifat kontraktual bukan hak kebendaan.
Akibat – akibat hukum yang timbul dari suatu perjanjian jaminan antara penjamin dan penerima jaminan
diatur dalam 1831 – 1838 KUHPerdata sedangkan akibat – akibat hukum yang muncul antara penjamin
dan terjamin ditentukan dalam pasal 839 – 1844 KUHPerdata.
Ketentuan tentang perjanjian yang diatur dalam buku III KUHPerdata, termasuk ketentuan mengenai
perjanjian jaminan ( penaggungan hutang ) dalam pasal 1820 – 1850 KUHPerdata menganut sistem
terbuka. Para pihak bebas menentukan sendiri isi perjanjian diantara mereka. Peraturan dalam hukum
perjanjian bersifat pelengkap yang berarti ketentuan tersebut disediakan oleh pembentuk undang –
undang untuk dipergunakan oleh para pihak yang membuat perjanjian apabila ternyata mereka kurang
lengkap atau belum mengatur suatu hal tertentu.
Dalam pelaksananan perjanjian garansi bank, apabila terjamin tidak melakukan kewajibannya kepada
penerima jaminan maka pihak bank yang harus menunaikan kewajiban tersebut dengan membayar
sejumlah uang seperti yang tertera dalam garansi bank.
Dengan dilaksanakannya pembayaran garansi bank kepada penerima jaminan, maka jumlah yang
dibayarkan itu menjadi hutang terjamin kepada bank. Pihak bank akan segera mencairkan counter
garanty yang telah diberikan terjamin untuk membayar kembali dana yang diserahkan bank kepada
pihak penerima jaminan. Apabila langkah tersebut masih menyisakan hutang bagi terjamin kepada pihak
bank maka terjamin harus membayar hutang tersebut dalam suatu jangka waktu tertentu. Apabila
dalam durasi waktu yang telah ditentukan, terjamin tidak melunasi hutangnya maka hubungan hukum
antara penjamin (bank ) dengan terjamin (nasabah) berubah menjadi hubungan kreditor dengan debitor
dalam suatu perjanjian kredit biasa. Berdasarkan hal ini, maka diantara terjamin dan bank dibuat akta
perjanjian kredit untuk jangka waktu yang ditentukan pihak bank.
Sebagai contoh saya berikan ilustrasi sebagai berikut. Misalkan anda akan membuat sebuah rumah yang
baru, lalu anda akan mencari kontraktor atau pemborong untuk melaksanakan proses pembangunan
rumah anda, akan tetapi anda merasa ragu dengan si kontraktor tersebut, yang anda takutkan jika anda
memberikan uang untuk membangun rumah anda kepada si kontraktor atau pemborong, si kontraktor
tersebut tidak melaksanakan pembangunan rumah anda atau berhenti di jalan, atau si kontraktor
membawa lari uang yang anda berikan, sehingga anda akan menanggung resiko. Dan sebaliknya si
kontraktor juga misalkan ragu sama si pemilik proyek atau anda, kontraktor ragu karena jika dia
mengerjakan pembangunan rumah anda dan setelah selesai dikhawatirkan ternyata anda tidak sanggup
membayar pekerjaan pembangunan yang telah diselesaikan oleh si kontraktor.
Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang mungkin terjadi tersebut, maka kedua pihak yaitu anda dan si
kontraktor bersepakat untuk menetapkan suatu Bank sebagai penjamin terhadap hal-hal yang mungkin
tidak diinginkan oleh kedua belah pihak. Bank yang harus dipilih oleh anda dan si kontraktor adalah Bank
yang dipercaya masyarakat dan sudah dikenal bonafiditasnya. Lalu anda membuat kontrak perjanjian
dengan si Kontraktor. Isi perjanjan, karena anda sebagai pemilik proyek rumah anda dan anda akan
mengeluarkan uang untuk pembangunan rumah anda, anda meminta Jaminan Bank Garansi dari si
kontraktor sebagai jaminan pelaksanaan pembangunan rumah anda. Lalu si Kontraktor akan
mengajukan permohonan penerbitan Bank Garansi (Kontraktor sebagai Applicant) kepada Bank dimana
dia menjadi nasabahnya, Bank Garansi tersebut ditujukan atas nama Anda sebagai penerima jaminan
(Beneficiary), kenapa? Karena anda akan mengeluarkan uang dimuka sebelum pelaksanaan
pembanguan dimulai oleh kontraktor. Setelah anda memegang Bank Garansi dari si kontraktor maka
tentu anda sudah tidak akan ragu lagi untuk melepas uang anda kepada si kontraktor untuk
melaksanakan pembangunan rumah anda. Karena jika si kontraktor tidak melaksanakan kewajibannya
sesuai dengan kontrak pekerjaan, maka Bank yang menerbitkan Bank Garansi akan menangung
kewajiban si kontraktor.
Ilustrasi tadi bisa terjadi sebaliknya tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak. Jika misalkan
pembangunan rumah anda dibangun melalui uang si kontraktor dan anda akan membayar setelah si
kontraktor menyelesaikan pekerjaannya, maka dalam hal ini andalah yang harus memberikan jaminan
kepada si kontraktor, anda yang harus mengajukan permohonan pada bank anda untuk menerbitkan
Bank Garansi atas nama si penerima jaminan si kontraktor (beneficiary). Jadi dalam hal ini anda sebagai
Applicant atau pemohon dan si kontraktor menjadi Beneficiary atau penerima jaminan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bank garansi adalah merupakan jaminan pembayaran yang diberikan oleh bank kepada suatu pihak, baik
perorangan, perusahaan atau badan/lembaga lainnya dalam bentuk surat jaminan. Jaminan semacam
ini biasanya diberikan oleh bank dengan catatan terlebih dulu nasabah harus menyediakan jaminan
lawan dimana besarnya jaminan lawan besarnya melebihi nilai proyek. Hal ini dilakukan untuk menjamin
nasabah apabila akan mengerjakan suatu proyek tertentu atau untuk mengikuti tender diinstansi
tertentu pula.
Disamping bank garansi biasanya nasabah juga diminta untuk melengkapinya dengan surat refrensi
bank. Refrensi bank merupakan sejenis surat untuk menunjukkan bahwa yang diberi refrensi
mempunyai tindak tanduk baik selama menjadi nasabah bank yang memberikan refrensi bank. Refrensi
bank ini diberikan kepada nasabah untuk keperluan tertentu misalnya mengikuti tender.
Sebelum pemberian refrensi ini bank terlebih dulu melihat catatan tentang nasabah dibank yang
bersangkutan. Nasabah pemohon refrensi bank haruslah nasabah bank tersebut. Penelitian tentang
kondite nasabah yang memohon surat refrensi bank juga dilakukan dari sumber diluar bank itu sendiri,
misalnya dari catatan bank lainnya atau dari pihak berwajib.
B. Saran
Demikian pembahasan yang dapat kami sampaikan. Harapan kami, dengan adanya tulisan ini dapat
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kita, semoga bermanfaat bagi para pembaca dan sudilah
memberi motivasi, kritik, saran yang selalu penulis nantikan untuk membebani karya-karya tulis yang
lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Anwari, 1981, Garansi Bank Menjamin Usaha Anda, Aksara Pustaka, Jakarta.
Munir Fuady, 1997, Pembiayaan Perusahan Masa Kini (Tinjauan Hukum Bisnis), Citra Aditya, Bandung.
Subekti Dan Tjitrorosudibyo, 1992, Kitab Undang – Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta.
Bank Indonesia, Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No. 11 / 110 / Kep / Dir / UPPD, 28 Maret
1979.
Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia No. 11 / 11 / UPPD, 28 Maret 1979
Pertanyaan : Apakah semua bank di Indonesia memiliki produk bank garansi