Anda di halaman 1dari 3

Kronologi Kasus Kredit Fiktif Rp102 M di Bank Syariah Mandiri Bogor

Jumat, 25 Oktober 2013 | 14:49 WIB

Badan Reserse Kriminal Mabes Polri membeberkan kronologi serta modus korupsi dan
pencucian uang kredit fiktif Rp102 miliar di Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Bogor, Jumat
25 Oktober 2013. Kasus itu bermula dari pengajuan kredit seorang pengusaha properti
bernama Iyan Permana tahun 2011.

Direktur Tindak Pindana Ekonomi Khusus Bareskrim Mabes Polri Brigjen Pol Arief Sulistyanto
mengatakan, Iyan awalnya ingin mengajukan pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR) untuk
dia sendiri. Namun dalam proses pengajuannya, Iyan dan tiga pegawai BSM Bogor melakukan
penyimpangan kredit.

“Developer (Iyan) mengajukan kredit senilai Rp1 miliar kepada BSM Bogor. Kemudian
berkembang ide itu (kredit fiktif),” kata Arief. Iyan dan tiga pegawai BSM Bogor kemudian
membuat nasabah palsu untuk dikucuri fasilitas pendanaan KPR.

Mereka memanipulasi sejumlah dokumen mulai dari surat tanah sampai KTP palsu, dan tidak
menjalani prosedur perbankan yang seharusnya dalam mengajukan kredit.

Ketiga pegawai BSM Bogor itu juga menerima hadiah dari debitur. “Ada yang dapat uang tunai
Rp3-4 miliar, dan ada yang terima mobil,” ujar Arief. Kepolisian masih mendalami siapa di
antara empat tersangka yang mempunyai ide untuk membuat kredit fiktif.

Keempat tersangka yang kini ditahan Mabes Polri adalah M Agustinus Masrie selaku Kepala
Cabang Utama BSM Bogor, Haerulli Hermawan selaku Kepala Cabang Pembantu BSM Bogor,
John Lopulisa selaku accounting officer BSM Bogor, dan Iyan selaku pengembang properti.

BSM Pusat telah memecat tiga pegawainya itu. “John Lopulisa di-PHK November 2012, Haerulli
Hermawan di-PHK 1 Desember 2012, dan Agustinus Masrie di-PHK 4 Oktober 2013,” kata Senior
Vice President Human Capital BSM Ahmad Fauzi.

Modus Kredit Fiktif BSM Bogor Hampir Sempurna: Ini Peran Ketujuh Tersangka Pembobol Rp
102 M

Jumat, 8 November 2013 00:23 WIB

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepolisian sudah menetapkan tujuh orang tersangka dalam


kasus kredit fiktif Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Bogor. Peran dan modus para tersangka
membobol uang bank melalui pembiayaan Al Murabahah pun semakin jelas.

Sindikat kejahatan perbankan ini disebutkan hampir sempurna. Selain melibatkan orang dalam,
juga melibatkan pihak eksternal sehingga bisa secara mudah kredit bisa dicairkan.
Dari sisi debitur ada tiga tersangka, Iyan Permana, Henhen Gunawan, dan Rizky Ardiansyah
masing-masing mengajukan 150 nasabah, 21 nasabah, dan 26 nasabah, sehingga total kredit
yang diajukan ada 197 nasabah.

Dari 197 nasabah yang diajukan kredit, 113 kredit fiktif diajukan Iyan Permana, kemudian
Henhen mengajukan 20 kredit fiktif, dan Rizky mengajukan 20 kredit. Sehingga total kredit fiktif
sebanyak 153 nasabah.

Tiga debitur tersebut melengkapi persyaratan kredit fiktif bermacam-macam. Seperti yang
dilakukan Henhen, sebagai seorang pengusaha dirinya menggunakan KTP karyawannya tanpa
sepengetahuan si pemilik identitas.

Kemudian Rizky yang berprofesi sebagai seorang dokter meminjam KTP tetangganya .
Sementara Iyan meminjam akta tanah seseorang kemudian difoto kopi.

"Ada dua sertifikat tanah kemudian dibuat 14, padahal perumahannya tidak ada," kata Kepala
Sub Direktorat Tindak Pidana Perbankan AKBP Umar Sahid di Mabes Polri, Jakarta Selatan,
Kamis (7/11/2013).

Setelah para debitur melengkapi persyaratannya, kemudian masuk lah ke tangan Accaounting
Officer Bank Syariah Mandiri Bogor John Lopulisa. Pengajuan 197 kredit tersebut dimaksudkan
supaya kredit bisa disetujui hanya setingkat Kepala Cabang saja.

"Kan ada batasan-batasan pengajuan kredit, bila nilainya sekian maka kewenangannya cukup
sampai Kepala Cabang," ujar Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri
Brigjen Pol Arief Sulistyanto.

John sebagai Account Officer yang memang sudah mengetahui data-data fiktif tersebut tidak
melakukan pengecekan lapangan sehingga kredit yang diajukan bisa dengan mudah di kabulkan
Kepala Cabang Pembantu BSM Bogor Chaerulli Hermawan, begitu pula dengan persetujan dari
Kepala Cabang Utama BSM Bogor Agustinus Masrie yang memang sudah bersekongkol.

Kemudian 197 kredit tersebut dibawa kepada Sri Dewi selaku notaris yang membuat akta akad
kredit. Tanpa dihadiri pihak debitur dan serifikat tanah hanya berupa fotocopy dengan mudah
perikatan kredit antara debitur dan pihak bank dibuat.

"Debitur hanya diwakili tersangka Iyan dan sertifikat tanah yang difotocopy pun fiktif," ujar
Arief.

Kredit yang diajukan Rizky cair sebesar Rp 12,2 miliar. Sementara kredit yang diajukan Henhen
cair Rp 12,24 miliar, sisanya cair untuk kredit yang diajukan Iyan. Total kredita yang dicairkan
seluruhnya Rp 102 miliar dan sudah dikembalikan ke pihak bank Rp 59 miliar. Sehingga masih
ada sekitar Rp 43 miliar yang belum masuk ke bank saat ini.

Polisi saat ini menetapkan tujuh dalam kasus kredit fiktif BSM, tersangka masing-masing Kepala
Cabang Utama Bank Syariah Mandiri Bogor M Agustinus Masrie, Kepala Cabang Pembantu Bank
Syariah Mandiri Bogor Chaerulli Hermawan, Accaounting Officer Bank Syariah Mandiri Bogor
John Lopulisa, serta tiga debitur atas nama Iyan Permana, Henhen Gunawan, Rizki Ardiansyah,
dan seorang notaris Sri Dewi.

Enam tersangka tersebut dijerat dengan pasal 63 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah serta pasal 3 dan pasal 5 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010
tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).

Khusus untuk Sri Dewi selain dikenakan pasal diatas, ia pun dijerat dengan pasal 264 ayat 1
KUHP tentang pemalsuan surat autentik dengan ancaman hukuman delapan tahun penjara.

Analisis kasus kresit fiktif bank syariah mandiri Bogor

Anda mungkin juga menyukai