Anda di halaman 1dari 2

Risalatun Nahdia Tamrin

175020300111022
Akuntansi Forensik & Eksaminasi Fraud CA

KASUS BANK MANDIRISI SYARIAH (BSM) BOGOR

Kronologi Kasus Kredit Fiktif Rp102 M di Bank Syariah Mandiri Bogor


VIVAnews – Badan Reserse Kriminal Mabes Polri membeberkan kronologi serta modus
korupsi dan pencucian uang kredit fiktif Rp102 miliar di Bank Syariah Mandiri (BSM)
Cabang Bogor, Jumat 25 Oktober 2013. Kasus itu bermula dari pengajuan kredit seorang
pengusaha properti bernama Iyan Permana tahun 2011.

Direktur Tindak Pindana Ekonomi Khusus Bareskrim Mabes Polri Brigjen Pol Arief
Sulistyanto mengatakan, Iyan awalnya ingin mengajukan pembiayaan kredit pemilikan
rumah (KPR) untuk dia sendiri. Namun dalam proses pengajuannya, Iyan dan tiga pegawai
BSM Bogor melakukan penyimpangan kredit.

“Developer (Iyan) mengajukan kredit senilai Rp1 miliar kepada BSM Bogor. Kemudian
berkembang ide itu (kredit fiktif),” kata Arief. Iyan dan tiga pegawai BSM Bogor kemudian
membuat nasabah palsu untuk dikucuri fasilitas pendanaan KPR.

Mereka memanipulasi sejumlah dokumen mulai dari surat tanah sampai KTP palsu, dan tidak
menjalani prosedur perbankan yang seharusnya dalam mengajukan kredit.

Ketiga pegawai BSM Bogor itu juga menerima hadiah dari debitur. “Ada yang dapat uang
tunai Rp3-4 miliar, dan ada yang terima mobil,” ujar Arief. Kepolisian masih mendalami
siapa di antara empat tersangka yang mempunyai ide untuk membuat kredit fiktif.

Keempat tersangka yang kini ditahan Mabes Polri adalah M Agustinus Masrie selaku Kepala
Cabang Utama BSM Bogor, Haerulli Hermawan selaku Kepala Cabang Pembantu BSM
Bogor, John Lopulisa selaku accounting officer BSM Bogor, dan Iyan selaku pengembang
properti.

BSM Pusat telah memecat tiga pegawainya itu. “John Lopulisa di-PHK November 2012,
Haerulli Hermawan di-PHK 1 Desember 2012, dan Agustinus Masrie di-PHK 4 Oktober
2013,” kata Senior Vice President Human Capital BSM Ahmad Fauzi.

https://www.viva.co.id/arsip/453908-kronologi-kasus-kredit-fiktif-rp102-m-di-bank-syariah-
mandiri-bogor

Dari artikel diatas dan beberapa artikel lainnya dapat sedikit kita asumsikan
jika kejadian diatas dikarenakan kurangnya pengawasan internal bank terhadap
karyawan dan kelemahan sistem pengendalian di dalam bank sehingga dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh oknum internal bank untuk melakukan tindakan
fraud.
Selain itu dalam kasus ini internal audit juga dianggap tidak tanggap, karena
hampir saja kasus ini tidak terungkap ke publik. Kejadian ini sudah terjadi cukup
lama namun baru saja diketahui, kemudian baru dilaporkan ke pihak yang berwajib
beberapa bulan setelah internal auditnya benar-benar telah kecolongan.

Anda mungkin juga menyukai