Anda di halaman 1dari 3

Kasus 2

KREDIT FIKTIF BANK SYARIAH MANDIRI CABANG BOGOR

A. URAIAN KASUS

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA (8/11/2013) - Kepolisian sudah menetapkan tujuh


orang tersangka dalam kasus kredit (pembiayaan mudharabah) fiktif Bank Syariah Mandiri
(BSM) Cabang Bogor. Peran dan modus para tersangka membobol uang bank melalui
pembiayaan Al Murabahah pun semakin jelas.

Sindikat kejahatan perbankan ini disebutkan hampir sempurna. Selain melibatkan orang
dalam, juga melibatkan pihak eksternal sehingga bisa secara mudah kredit bisa dicairkan.

Dari sisi debitur ada tiga tersangka, Iyan Permana, Henhen Gunawan, dan Rizky Ardiansyah
masing-masing mengajukan 150 nasabah, 21 nasabah, dan 26 nasabah, sehingga total kredit
yang diajukan ada 197 nasabah.

Dari 197 nasabah yang diajukan kredit, 113 kredit fiktif diajukan Iyan Permana, kemudian
Henhen mengajukan 20 kredit fiktif, dan Rizky mengajukan 20 kredit. Sehingga total kredit
fiktif sebanyak 153 nasabah.

Tiga debitur tersebut melengkapi persyaratan kredit fiktif bermacam-macam. Seperti yang
dilakukan Henhen, sebagai seorang pengusaha dirinya menggunakan KTP karyawannya
tanpa sepengetahuan si pemilik identitas.

Kemudian Rizky yang berprofesi sebagai seorang dokter meminjam KTP tetangganya .
Sementara Iyan meminjam akta tanah seseorang kemudian difoto kopi.

"Ada dua sertifikat tanah kemudian dibuat 14, padahal perumahannya tidak ada," kata
Kepala Sub Direktorat Tindak Pidana Perbankan AKBP Umar Sahid di Mabes Polri, Jakarta
Selatan, Kamis (7/11/2013).

Setelah para debitur melengkapi persyaratannya, kemudian masuk lah ke tangan


Accaounting Officer Bank Syariah Mandiri Bogor John Lopulisa. Pengajuan 197 kredit
tersebut dimaksudkan supaya kredit bisa disetujui hanya setingkat Kepala Cabang saja.

"Kan ada batasan-batasan pengajuan kredit, bila nilainya sekian maka kewenangannya
cukup sampai Kepala Cabang," ujar Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus
Bareskrim Polri Brigjen Pol Arief Sulistyanto.

John sebagai Account Officer yang memang sudah mengetahui data-data fiktif tersebut tidak
melakukan pengecekan lapangan sehingga kredit yang diajukan bisa dengan mudah di
kabulkan Kepala Cabang Pembantu BSM Bogor Chaerulli Hermawan, begitu pula dengan
persetujan dari Kepala Cabang Utama BSM Bogor Agustinus Masrie yang memang sudah
bersekongkol.
Kasus 2

Kemudian 197 kredit tersebut dibawa kepada Sri Dewi selaku notaris yang membuat akta
akad kredit. Tanpa dihadiri pihak debitur dan serifikat tanah hanya berupa fotocopy dengan
mudah perikatan kredit antara debitur dan pihak bank dibuat.

"Debitur hanya diwakili tersangka Iyan dan sertifikat tanah yang difotocopy pun fiktif," ujar
Arief.

Kredit yang diajukan Rizky cair sebesar Rp 12,2 miliar. Sementara kredit yang diajukan
Henhen cair Rp 12,24 miliar, sisanya cair untuk kredit yang diajukan Iyan. Total kredita
yang dicairkan seluruhnya Rp 102 miliar dan sudah dikembalikan ke pihak bank Rp 59
miliar. Sehingga masih ada sekitar Rp 43 miliar yang belum masuk ke bank saat ini.

Polisi saat ini menetapkan tujuh dalam kasus kredit fiktif BSM, tersangka masing-masing
Kepala Cabang Utama Bank Syariah Mandiri Bogor M Agustinus Masrie, Kepala Cabang
Pembantu Bank Syariah Mandiri Bogor Chaerulli Hermawan, Accaounting Officer Bank
Syariah Mandiri Bogor John Lopulisa, serta tiga debitur atas nama Iyan Permana, Henhen
Gunawan, Rizki Ardiansyah, dan seorang notaris Sri Dewi.

ANALISA KASUS
Berdasarkan uraian kasus di atas diketahui bahwa Bank Syariah Mandiri telah membuat
pejanjian mudharabah fiktif yang melibatkan 3 orang pegawai Bank Syariah Mandiri,
3 orang debitur dan seorang notaris. Akibat persekongkolan antara pihak internal dan
eksternal dari Bank Syariah Mandiri maka pinjaman fiktif sebesar Rp 102 miliar dapat
dengan mudah dicairkan oleh Bank Syariah Mandiri.
Dari pinjaman fikif sebesar Rp 102 miliar tersebut sudah dikembalikan ke pihak bank sebesr
Rp 59 miliar, sehingga masih ada sekitar Rp 43 miliar yang dapat berindikasi menjadi
kerugian perusahaan Bank Syariah Mandiri.
Kasus 2

Perjanjian mudharabah diatur di dalam PSAK No. 105. Di dalam PSAK No. 105 paragraf 4
perjanjian mudharabah memiliki pengertian sebagai akad kerjasama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua
(pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka
sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.

Pada kasus perjanjian mudharabah fiktif Bank Syariah Mandiri Cabang Bogor, pihak
pemilik dana adalah Bank Syariah Mandiri sedangkan pihak pengelola dana adalah 3 orang
debitur sehingga apabila perjanjian tersebut fiktif dengan surat-surat jaminan yang fiktif
maka perjanjian tersebut pasti akan merugikan Bank Syariah Mandiri. Selain itu, menurut
hukum islam adanya niat yang tidak baik dari kedua belah pihak untuk menggelapkan dana
nasabah yang ada di Bank Syariah Mandiri telah dengan sendirinya menggugurkan
perjanjian mudharabah tersebut sehingga orang-orang yang terlibat dapat dikenakan pasal-
pasal terkait undang-undang perbankan syariah, tindak pidana pencucian uang, dan
pemalsuan dokumen.

Untuk enam tersangka dapat dijerat dengan pasal 63 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah serta pasal 3 dan pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). Sedangkan khusus untuk seorang notaris,
selain dikenakan pasal di atas, dia juga dapat dijerat dengan pasal 264 ayat 1 KUHP tentang
pemalsuan surat autentik dengan ancaman hukuman delapan tahun penjara.

Anda mungkin juga menyukai