Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH INDIVIDU

KREDIT FIKTIF PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG BOGOR


Disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Audit Internal
Dosen pengampu : Drs. Sudarno, M.Si., Ph.D

Disusun Oleh :

Nama Kartikasari (12030117120053)


No. Absen 11
Kelas A/Kamis 12.50-15.20/EB.1.02

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
I. LATAR BELAKANG
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepolisian sudah menetapkan tujuh orang
tersangka dalam kasus kredit fiktif Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Bogor. Peran
dan modus para tersangka membobol uang bank melalui pembiayaan Al Murabahah
pun semakin jelas.
Sindikat kejahatan perbankan ini disebutkan hampir sempurna. Selain melibatkan
orang dalam, juga melibatkan pihak eksternal sehingga bisa secara mudah kredit bisa
dicairkan.
Dari sisi debitur ada tiga tersangka, Iyan Permana, Henhen Gunawan, dan Rizky
Ardiansyah masing-masing mengajukan 150 nasabah, 21 nasabah, dan 26 nasabah,
sehingga total kredit yang diajukan ada 197 nasabah.
Dari 197 nasabah yang diajukan kredit, 113 kredit fiktif diajukan Iyan Permana,
kemudian Henhen mengajukan 20 kredit fiktif, dan Rizky mengajukan 20 kredit.
Sehingga total kredit fiktif sebanyak 153 nasabah.
Tiga debitur tersebut melengkapi persyaratan kredit fiktif bermacam-macam.
Seperti yang dilakukan Henhen, sebagai seorang pengusaha dirinya menggunakan KTP
karyawannya tanpa sepengetahuan si pemilik identitas.
Kemudian Rizky yang berprofesi sebagai seorang dokter meminjam KTP
tetangganya . Sementara Iyan meminjam akta tanah seseorang kemudian difoto kopi.
"Ada dua sertifikat tanah kemudian dibuat 14, padahal perumahannya tidak ada,"
kata Kepala Sub Direktorat Tindak Pidana Perbankan AKBP Umar Sahid di Mabes
Polri, Jakarta Selatan, Kamis (7/11/2013).
Setelah para debitur melengkapi persyaratannya, kemudian masuk lah ke tangan
Accaounting Officer Bank Syariah Mandiri Bogor John Lopulisa. Pengajuan 197 kredit
tersebut dimaksudkan supaya kredit bisa disetujui hanya setingkat Kepala Cabang saja.
"Kan ada batasan-batasan pengajuan kredit, bila nilainya sekian maka
kewenangannya cukup sampai Kepala Cabang," ujar Direktur Tindak Pidana Ekonomi
dan Khusus Bareskrim Polri Brigjen Pol Arief Sulistyanto.
John sebagai Account Officer yang memang sudah mengetahui data-data fiktif
tersebut tidak melakukan pengecekan lapangan sehingga kredit yang diajukan bisa
dengan mudah di kabulkan Kepala Cabang Pembantu BSM Bogor Chaerulli
Hermawan, begitu pula dengan persetujan dari Kepala Cabang Utama BSM Bogor
Agustinus Masrie yang memang sudah bersekongkol.
Kemudian 197 kredit tersebut dibawa kepada Sri Dewi selaku notaris yang
membuat akta akad kredit. Tanpa dihadiri pihak debitur dan serifikat tanah hanya
berupa fotocopy dengan mudah perikatan kredit antara debitur dan pihak bank dibuat.
"Debitur hanya diwakili tersangka Iyan dan sertifikat tanah yang difotocopy pun
fiktif," ujar Arief.
Kredit yang diajukan Rizky cair sebesar Rp 12,2 miliar. Sementara kredit yang
diajukan Henhen cair Rp 12,24 miliar, sisanya cair untuk kredit yang diajukan Iyan.
Total kredita yang dicairkan seluruhnya Rp 102 miliar dan sudah dikembalikan ke
pihak bank Rp 59 miliar. Sehingga masih ada sekitar Rp 43 miliar yang belum masuk
ke bank saat ini.
Polisi saat ini menetapkan tujuh dalam kasus kredit fiktif BSM, tersangka
masing-masing Kepala Cabang Utama Bank Syariah Mandiri Bogor M Agustinus
Masrie, Kepala Cabang Pembantu Bank Syariah Mandiri Bogor Chaerulli Hermawan,
Accaounting Officer Bank Syariah Mandiri Bogor John Lopulisa, serta tiga debitur atas
nama Iyan Permana, Henhen Gunawan, Rizki Ardiansyah, dan seorang notaris Sri
Dewi.
Enam tersangka tersebut dijerat dengan pasal 63 Undang-undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah serta pasal 3 dan pasal 5 Undang-undang
Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).
Khusus untuk Sri Dewi selain dikenakan pasal diatas, ia pun dijerat dengan pasal
264 ayat 1 KUHP tentang pemalsuan surat autentik dengan ancaman hukuman delapan
tahun penjara.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Modus Kredit Fiktif BSM
Bogor Hampir Sempurna: Ini Peran Ketujuh Tersangka Pembobol Rp 102 M,
https://www.tribunnews.com/metropolitan/2013/11/08/modus-kredit-fiktif-bsm-bogor-
hampir-sempurna-ini-peran-ketujuh-tersangka-pembobol-rp-102-m.
Penulis: Adi Suhendi
Editor: Hasiolan Eko P Gultom

II. MASALAH
Berdasarkan permasalahan diatas rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah kasus ini telah dikomunikasikan dengan auditor eksternal yang melakukan
audit tahun 2012?
2. Jika sudah, apakah sudah ada adjustment biaya penyisihan piutang terkait kasus
tersebut?
3. Apakah jika tidak ada adjustment biaya penyisihan piutang berarti laba di laporan
keuangan tersebut overstated?
4. Apa motivasinya

III. TEORI
Peran Komite Audit
Agar dapat melaksanakan rencana audit, fungsi internal audit harus
mendapat otorisasi dan persetujuan dari komite audit melaluipiagam audit. Komite
audit merupakan komite yang berbeda dari komite lainnya, yang merupakan
outside directordan harus independen terhadap manajemen, memiliki pemahaman,
dapat memonitor, mengkoordinasi, menginterpretasikan internal control dan
menghubungkan aktivitas keuangan terkait untuk seluruh board. Bagi perusahaan
non profit dan swasta,internal audit tidak di atur dalam Sox dan SEC dan audit
internal dapat dilakukan oleh fungsi internal auditor dan seluruh manajemen
perusahaan.
Organisasi dan Piagam Komite Audit
Komite audit merupakan komponen operasi dari BOD yang
bertanggungjawab terhadap internal control dan pengawasan pelaporan keuangan.
Tidak ada batasan untuk ukuran komite audit, namun dalam 12-16 board
biasanya terdiri dari 5-6 anggota komite audit. Pihak manajemen atau pihak luar
yang diundang dalam rapat komite audit tidak dapat menjadi anggota dengan hak
voting penuh
Fungsi internal audit perusahaan beroperasi melalui piagam audit internal,
sebuah dokumen yang disetujuikomite audit untuk menguraikan peran dan
tanggungjawab internal audit mengenai:
a. Identifikasi, menilai, dan mengelola risiko keuangan dan ketidakpastian
b. Perbaikan sistem keuangan yang berkelanjutan
c. Integritas laporan keuangan dan pengungkapan keuangan
d. Kepatuhan terhadap persyaratan dan peraturan hokum
e. Kualifikasi, independensi, dan kinerja dari auditor luar independen
f. Kapabilitas, sumber dan kinerja dari departemen audit internal
g. Komunikasi penuh dan terbuka dengan dan antara akuntan independen,
manajemen, auditor internal, counsel, karyawan, komite audit, dan board
Pengetahuan dan pemahaman tentang auditor internal, kode perilaku professional
adalah kunci badan audit internal umum tentang kebutuhan pengetahuan (CBOK).
Etika dan enterprisewide kode etik memiliki peran yang lebih besar pada saat ini.
Selama bertahun-tahun, banyak perusahaan mengucapkan kata-kata tentang komitmen
mereka untuk etika tetapi tidak pernah ada tindak lanjutnya. Namun, adanya
serangkaian skandal akuntansi utama AS pada 1980-an, peluncuran Komite of
Sponsoring kerangka Organisasi Internal Kontrol pada 1990-an, dan yang sekarang ini,
Peraturan Sarbanes Oxley (Sox), telah ada penekanan hampir di seluruh dunia tentang
pentingnya membangun lingkunganetis di seluruh perusahaan.
Sementara audit internal memiliki peran yang terus-menerus, banyak dari inisiatif
ini juga telah diluncurkan oleh departemen lain, termasuk sumber daya manusia (SDM)
dan badan hukum. Sekedar mempromosikan lingkungan etika bagi semua stakeholder
perusahaan, inisiatif seluruh perusahaan harus menekankan pemangku kepentingan
kode etik indi-idu yang kuat, pengakuan nilai-nilai inti perusahaan, dan program
whistleblower . Saat ini karyawan dan pemangku kepentingan di semua tingkat
didorong untuk berpikir dan bertindak berbeda dari pada tahun terakhir. Seluruh konsep
di balik program ini adalah bahwa setiap karyawan atau pihak lain yang mengamati
beberapa hal yang salah di lingkungan kerja dan independen/meniup peluit atau
melaporkan kepada manajemen senior, tanpa adanya ketakutan akan tindakan balasan.
Konsep seperti ini telah memilikistandar di AS, banyak aturan hukum dan telah
menjadi unsur SOx. Meskipun belum tentu penerima yang ditunjuk dari laporan
whistleblower, internal auditor perlu memahami peran dan whistleblowing bagaimana
kegiatan ini dapat disimpan dalam lingkungan kontrol perusahaan.
Good Corporate Governance
Sebagai sebuah konsep, Good Corporate Governance (GCG) tidak memiliki
definisi tunggal. Istilah corporate governance sendiri untuk pertama kali diperkenalkan
oleh Cadbury Committe di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut. Dalam
laporan mereka yang dikenal sebagai Cadbury Report, laporan ini dipandang sebagai
titik balik yang menentukan bagi praktek corporate governance di seluruh dunia.
Cadbury Report mendefinisikan corporate governance adalah:
“GCG adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai
keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan
pertanggung jawabannya kepada para shareholders khususnya, dan stakeholders pada
umumnya.”
Corporate Governance menurut forum for Corporate Governance in Indonesia
(FCGI, 2001:2):
“Corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara
para pemegang saham, pengurus, pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,
karyawan, serta pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan
dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu system yang
digunakan untuk mengendalikan perusahaan. Tujuannya untuk menciptakan nilai
tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).”
Organization for Economic Coorperation and Development (2004)
mendefinisikan:
“Corporate governance adalah struktur hubungan serta kaitannya dengan tanggung
jawab di antara pihak-pihak terkait yang terdiri dari pemegang saham, anggota dewan
direksi dan komisaris termasuk manajer, yang dirancang untuk mendorong terciptanya
suatu kinerja yang kompetitif yang diperlukan dalam mencapai tujuan utama
perusahaan.”
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG),
“Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi
pasar. Corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap
perusahaan yang Melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara.
Penerapan Good Corporate Governance (GCG) mendorong terciptanya persaingan
yang sehat dan iklim usaha yang kondusif.”
IV. PEMBAHASAN
Pada berita yang disajikan di atas menunjukkan bahwa tim internal audit telah
menemukan adanya kasus fraud berupa kredit fiktif pada September 2012. Seharusnya
tim internal auditor memberikan informasi terkait kasus ini kepada tim eksternal auditor
yang melakukan audit atas laporan keuangan 2012. Hal ini sesuai dengan yang diatur di
ISA 610 (Revised) yang menyatakan :
“ISA 315 (Revised) addresses how the knowledge and experience of the internal audit
function can inform the external auditor’s understanding of the entity and its
environment and identification and assessment of risks of material misstatement. ISA
315 (Revised) also explains how effective communication between the internal and
external auditors also creates an environment in which the external auditor can be
informed of significant matters that may affect the external auditor’s work.”
Apakah ini berarti tim auditor internal menyembunyikan informasi? Belum tentu!
Untuk menjawab pertanyaan pertama ini juga perlu mempertimbangkan untuk
menggunakan salah satu aksioma yang digunakan Association of Certified Fraud
Examiner (ACFE) yaitu “reverse proof” (pembuktian terbalik) yang artinya kita harus
menguji apakah tindakan fraud telah dilakukan atau tidak dilakukan. Argumentasi yang
memungkinkan bahwa auditor internal tidak menyembunyikan informasi adalah bahwa
auditor eksternal mempertimbangkan internal audit yang dilakukan tidak relevan.
Seperti yang dituangkan dalam ISA 315 di bawah ini :
“If the entity has an internal audit function, the auditor shall obtain an understanding of
the following in order to determine whether the internal audit function is likely to be
relevant to the audit: (a) The nature of the internal audit function’s responsibilities and
how the internal audit function fits in the entity’s organizational structure; and (b) The
activities performed, or to be performed, by the internal audit function.(Ref: Para.
A101–A103)”.
Jika auditor internal telah menyampaikan kasus kredit fiktif tersebut ke auditor
eksternal maka seharusnya auditor eksternal melakukan jurnal koreksi untuk kredit
fiktif (pembiayaan mudharabah) tersebut. Caranya dengan membebankan penyisihan
kerugian aset produktif pembiayaan mudhrabah sebesar Rp50 Milyar atau senilai
kerugian yang ditanggung BSM (walaupun dengan prinsip konservatisme akuntansi
lebih memilih untuk membebankan sebesar Rp102 Milyar). Faktanya ketika kita
membaca laporan keuangan BSM tahun 2012 beban penyisihan kerugian pembiayaan
mudharabah adalah sebesar Rp31.900.238.975,00. Masih belum mencukupi untuk
meng-cover nilai kerugian yang sebesar Rp50 Milyar. Namun, perlu dipastikan juga
apakah benar kredit yang dilakukan melalui pembiayaan mudharabah. Jika melalui
akun lain maka bisa jadi analisa ini gugur. Misalnya melalui akun piutang dimana
penyisihannya adalah sebesar Rp226.151.228.835,00. Maka bisa jadi angka Rp50
Milyar itu termasuk di dalam akun penyisihan kerugian piutang.
Jika audItor tidak melakukan pembebanan biaya penyisihan kerugian pembiayaan
mudharabah tersebut maka jelas laba di laporan keuangan overstated.

V. KESIMPULAN
Kasus kredit fiktif pada bank syariah mandiri cabang bogor ini terdapat
pelanggaran kode etik profesi. Seperti prinsip tanggung jawab, kepentingan publik,
integritas, dan obyektifitas. Di karenakan adanya pelanggaran internal perusahaan yang
terjadi, adanya kerjasama antara pihak bank dengan pihak eksternal untuk melakukan
kecurangan dengan modus pengajuan kredit oleh 197 nasabah yang di ajukan oleh iyan
permana selaku debitur, yang ternyata dari 113 nasabah tersebut menggunakan data-
data palsu untuk memperoleh keuntungan pribadi. Yang mana pada awalnyadilakukan
pengajuan kredit untuk pengerjaan proyek pembangunan perumahansebagaimana yang
diajukan oleh debitur namun pada kenyataannya tidak demikian.Dalam kasus ini
tersangka dapat menampung uang hasil kejahatannya senilai Rp.102miliar.
Dari kasus yang terjadi merupakan bukti bahwa fungsi pengawasan internal bank
dan regulator masih lemah karena masih bisa dibobol. Baik itu karena standard
operating procedure (SOP) tidak benar-benar berjalan, atau karena ada bagian-bagian
tertentu yangtidak dijalani. Bisa juga karena tidak adanya evaluasi dan monitoring yang
rutin dan kuatdari pihak BSM pusat ketika SOP berjalan. Tetapi apabila melihat modus
pembobolanyang terjadi di KCP BSM Bogor, seharusnya tidak perlu terjadi abila
manajemen pekadan mulai bisa mendeteksi sedini mungkin, sehingga kerugian tidak
membesar.
Dampak yang terjadi dari kasus ini selain menyebabkan kerugian dan
rusaknyareputasi bank syariah mandiri, berakibat pula pada hilangnya kepercayaan
masyarakatkepada bank yang berbasis syariah tersebut.
Bank syariah harus mengetatkan pengawasan. Apalagi BSM adalah bank
berbasissyariah, internal audit harus benar-benar dipastikan berjalan. Bank juga
harusmelakukan perbaikan terus menerus. Pihak BSM seharusnya menindak lanjuti
permasalahan didalam perusahaannya agartidak ada lagi yang merasa dirugikan apalagi
jumlah kerugian yg masih ada. Danmasalah seharusnya jangan ditutupi, masalah
tersebut harus segera diselesaikan.

REFERENSI
Brink’s Modern Internal Auditing Eight Edition
https://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2015_1_1002_Bab2.pdf diunduh 28 Mei
2020
https://www.academia.edu/31734178/KREDIT_FIKTIF_PADA_BANK_SYARIAH_MANDIRI_CABANG_B
OGOR diunduh 27 Mei 2020
https://www.tribunnews.com/metropolitan/2013/11/08/modus-kredit-fiktif-bsm-bogor-hampir-
sempurna-ini-peran-ketujuh-tersangka-pembobol-rp-102-m diunduh 27 Mei 2020

Anda mungkin juga menyukai