Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS INDONESIA

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI


PROGRAM STUDI ADMINISTRARI KEUANGAN DAN PERBANKAN

JAWABAN UAS HUKUM DAN ETIKA PERBANKAN


NAMA: AURA FALLONA MAHARANI
NPM : 1906403295

1. Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban tunai dan


agunannya tanpa mengalami kerugian yang tidak dapat diterima. Risiko
likuiditas mengacu pada bagaimana ketidakmampuan bank untuk memenuhi
kewajibannya (baik yang nyata maupun yang dipersepsikan) mengancam posisi
keuangan atau keberadaannya. 
Manajemen risiko likuiditas meliputi proses dan strategi yang digunakan
bank untuk:
 Menilai kemampuannya untuk memenuhi arus kas dan kebutuhan agunan
(dalam kondisi normal dan tertekan) tanpa berdampak negatif pada operasi
sehari-hari atau posisi keuangan secara keseluruhan.
 Mitigasi risiko tersebut dengan mengembangkan strategi dan mengambil
tindakan tepat yang dirancang untuk memastikan bahwa dana dan jaminan yang
diperlukan tersedia saat diperlukan.
 Likuiditas yang tidak mencukupi dapat menyebabkan:
- Kegagalan untuk membayar deposito atas permintaan
- Kecauan Bank
- Kerugian Berat
- Akhir dari Bank tersebut.

Contoh kesulitan likuidasi yang pernah dialami oleh Bank di Indonesia


adalah Bank Century dikategorikan sebagai bank gagal diawali dengan gagal
kliring Rp 5 miliar pada 13 November 2008. Dana pihak ketiga Bank Century
sempat turun akibat penarikan oleh nasabah. Bank Indonesia mengklaim
kegagalan Bank Century karena masalah teknis, yakni adanya keterlambatan

1
penyetoran prefund atau pendanaan awal yang wajib disetorkan bank ke Bank
Indonesia sebelum kliring. Ada kabar juga bahwa Bank Century saat itu tengah
tengah memohon fasilitas pendanaan jangka pendek kepada Bank Indonesia,
namun tidak menjelaskan besarnya dana yang diminta.

Bank Indonesia mengatakan bahwa beberapa waktu lalu Bank Century


menghadapi kesulitan likuiditas karena gagal mendapat pinjaman dana dari
sesama bank di Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Namun, manajemen bank
masih dapat mengatasinya. Ternyata, krisis keuangan global yang terus
berlangsung, memberikan tekanan likuiditas yang semakin berat kepada Bank
Century. Tekanan tersebut diperparah dengan menurunnya persepsi positif
nasabah terhadap bank ini.

Melihat kondisi Bank Century makin parah, Bank Indonesia melakukan


sejumlah tindakan, yakni meminta pemegang saham dan pengurus bank untuk
menyelesaikan masalah likuiditas dengan cara menjual aset likuid berupa
suratsurat berharga. Lalu menempatkan bank dalam status pengawasan intensif,
meminta pemegang saham bank untuk menambah modal (sudah dilakukan
bulan Juni 2007 melalui right issue).

2. Penilaian kesehatan bank merupakan penilaian terhadap kemampuan


bank dalam menjalankan kehiatan operasional perbankan secara normal dan
kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya. Penilaian kesehatan bank
sangat penting untuk mempertahankan kepercayaan dari masyarakat.
Penjelasan menurut POJK No.4/POJK.03/2016 tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum terdapat dua pihak yang melakukan penilaian mengenai
tingkat kesehatan bank, yaitu Otoritas Jasa Keuangan sebagai pengawas
lembaga keuangan perbankan dan bank yang melakukan self assessment atas
tingkat kesehatan bank mereka. Selain bank, Otoritas Jasa Keuangan sebagai
regulator yang melakukan fungsi pengawasan lembaga jasa keuangan termasuk
perbankan wajib memberikan perhatian atas kesehatan bank. Menimbang

2
bahwa kesehatan bank merupakan sarana bagi otoritas pengawas dalam
menetapkan strategi dan fokus pengawasan bank.
Cakupan penilaian tersebut adalah profil risiko, Good Corporate
Governance, rentabilitas, dan permodalan. Hasil dari penilaian tersebut akan
mempengaruhi peringkat tingkat kesehatan bank. Jika bank sudah mengetahui
hasil dari tingkat kesehatan bank, maka bank diwajibkan untuk merencanakan
dan melaksanakan action plan.
Pada Bab I (Ketentuan Umum) disebutkan bahwa Tingkat Kesehatan
Bank adalah hasil penilaian kondisi Bank yang dilakukan terhadap risiko dan
kinerja Bank. Bab II berisikan penilaian tingkat kesehatan Bank. Bab III
menjelaskan bagaimana mekanisme penilaian tingkat kesehatan bank secara
individu. Bab IV menjelaskanmekanisme penilaian tingkat kesehatan bank
secara konsolidasi, Bab V berisikantindak lanjut hasil penilaian tingkat kesehatan
bank, Bab VI menjelasakan sanksi, Bab VII merupakan ketentuan penutup .

3. Kasus pembobolan dana nasabah PT Bank Maybank Indonesia


Tbk (BNII)  milik atlet e-sports Winda Lunardi dan ibunya Floleta senilai Rp 22
miliar yang dilaporkan awal November ini menjadi isu yang ramai
diperbincangkan. Masalah raibnya dana nasabah yang cukup besar senilai Rp
22 miliar akan berpengaruh terhadap tergerusnya kepercayaan masyarakat
terhadap institusi keuangan tersebut.
Aspek kepatuhan peraturan: Aspek ini mematuhi, menaati, menjunjung
tinggi, menghormati dan menghargai berbagai aturan, ketentuan, undang-
undang, norma, kaidah dan kebiasan yang berlaku. Aspek ini dilanggar karena
pelaku telah melanggar aturan, ketentuan, undang-undang karena sudah
melakukan pembobolan rekening bank.
Aspek kebenaran pencatatan: Aspek ini menjelaskan bahwa pihak bank
wajib memelihara arsip atau dokumen dan mencatat semua transaksi dengan
benar serta menjaga kerahasiaannya. Aspek ini dilanggar karena pelaku tidak
melakukan pencatatan yang benar.

3
Aspek kejujuran wewenang: Aspek yang menekankan untuk tidak
menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi, atau dengan kata lain
melakukan penyelewengan. Aspek ini dilanggar karena pelaku telah
menyalahgunakan wewenangnya sebagai kepala cabang untuk kepentingan
pribadi, dan telah melakukan penyelewengan dengan menyalahgunakan dana
nasabah.
Aspek Keterbatasan Keterangan: Adalah aspek yang mengharuskan
pihak bank untuk mejadi informative dalam batas tertentu, dalam arti tidak
melakukan manipulasi data untuk mengelabui pihak lain. Aspek ini dilanggar oleh
pelaku karena pelaku teelah memanipulasi data dengan memberikan informasi
yang tidak benar, dimana pelaku mengelabui nasabah bahwa pelaku akan
membukakan rekening berjangka untuk nasabah.
Aspek Kehormatan Profesi dan Tanggung jawab: Aspek dimana pihak
bank menghindari dirinya dari hal-hal yang negatif dan mempertahankan nilai
moral. Aspek ini dilanggar karena pihak pelaku telah melakukan hal yang negatif
dan mengabaikan nilai moral dengan melakukan pembobolan rekening dan
penggelapan dana demi kepentingan pribadi. Aspek tanggung jawab, dilanggar
karena pelaku sudah melalaikan tanggung jawabnya demi ambisi pribadinya,
dimana hal itu menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi nasabah.

4. Setiap organisasi seharusnya dapat memperoleh manfaat dari audit internal, dan
piagam audit internal sangat penting untuk keberhasilan kegiatan audit internal
(Standar IIA 1000). Piagam audit internal adalah dokumen resmi yang disetujui
oleh fungsi oversight/Dewan Komisaris/Dewan Pengawas dan disepakati dengan
manajemen. Piagam audit internal harus mendefinisikan, minimal hal-hal berikut:
- Tujuan audit internal dalam organisasi.
- Kewenangan audit internal.
- Tanggung jawab audit internal.
- Posisi audit internal dalam organisasi.
IIA telah menerbitkan model piagam audit internal yang tersedia untuk
anggota IIA dan telah diterjemahkan dalam delapan bahasa.

4
Piagam audit internal adalah cetak biru/landasan bagi organisasi yang
mengatur bagaimana audit internal dapat melakukan tugasnya dan membantu
fungsi oversight memberi sinyal yang jelas atas independensi audit internal.
Idealnya piagam audit internal memberikan penegasan atas garis pelaporan
Chief Audit Executive (CAE) yang mendukung independensi audit internal
dengan melaporkan secara fungsional kepada fungsi oversight (atau fungsi yang
bertanggung jawab atas tata kelola organisasi) dan secara administratif kepada
manajemen. Piagam audit internal juga memberikan kewenangan yang
diperlukan audit internal untuk menjalankan tugasnya, misalnya audit internal
memiliki hak akses tanpa batas ke catatan, personel, dan properti organisasi
yang relevan sehingga dapat menjalankan tugasnya.
Karena audit internal dapat beroperasi di seluruh spektrum industri, dari jasa
keuangan, manufaktur bahan kimia hingga institusi pemerintah, piagam audit
internal sebaiknya dapat memungkinkan bahwa ruang lingkup kegiatan audit
internal dapat didefinisikan secara khusus sesuai kebutuhan unik organisasi.
Contoh Piagam Audit Internal PT Astra International Tbk:

5
Piagam Komite Pemantau Risiko merupakan dokumen resmi sebagai bentuk
wujud komitmen Dewan Komisaris dan Direksi dalam usaha menciptakan kondisi
pengawasan dan pemberian nasihat yang baik dalam Perusahaan.
Piagam Komite Pemantau Risiko disusun untuk menjadi acuan bagi Komite
Pemantau Risiko dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dan selanjutnya
disosialisasikan agar dipahami oleh seluruh pihak yang terkait untuk menciptakan
kerjasama yang baik dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan Perusahaan.
Dengan semakin kompleksnya tugas dan fungsi Dewan komisaris, salah satunya
dalam melakukan pengawasan atas pelaksanaan fungsi Direksi dalam mengelola
Perusahaan sesuai dengan Tata Kelola Perusahaan yang Baik maka diperlukan Komite
Pemantau Risiko yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris
dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsinya.

6
Contoh Piagam Komite Pemantauan Risiko PT Maskapai Reasuransi Indonesia 2019:

7
8

Anda mungkin juga menyukai