Anda di halaman 1dari 15

BUSINESS LAW: Arbitration Case on Investment Dispute

Sengketa Pelunasan Pokok Investasi Produk GOVERNMENT BONDS FUND


antara PT. Bank Permata Tbk dan PT. Nikko Securities Indonesia

Ahmad Yusuf Brajani


Aland Setiadi
Ana Maratu Al Sholihah
Andika Nugraha
Andrian Novando
Arvind Shirodkar

GROUP 1 KELAS EKSEKUTIF A 36A

Fakultas Ekonomika dan Bisnis


Program Studi Magister Manajemen
Universitas Gadjah Mada, Kampus Jakarta
2014

DAFTAR ISI

BAB I - PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................................................................. 3
1.2. Identifikasi Masalah...................................................................................................................... 4

BAB II - ISU
2.1. Pengertian Obligasi Negara ........................................................................................................ 5
2.2. Sengketa Isu Pelunasan Pokok Investasi Government Bonds Issue...................................... 6

BAB III - ANALISIS MASALAH


3.1.

Kronologis Sengketa Bank Permata dan PT. Nikko Securities Indonesia7

3.2.

Sengketa Pelanggaran Kontrak Kerja Sama antara Bank Permata dan PT. Nikko
Securities Indonesia pada penjualan produk Government Bonds Fund..8

3.3.

Pembatalan Arbitrase mengacu pada Pasal 70 UU No. 30 Tahun 19999

3.4.

Putusan Akhir Mahkamah Agung terhadap kasus Bank Permata dan PT. Nikko
Securities Indonesia.10

BAB IV - PENUTUP
4.1. Kesimpulan ................................................................................................................................. 14
4.2. Saran ............................................................................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT Bank Permata Tbk adalah salah satu bank swasta di Indonesia yang merupakan hasil
merger pada tahun 2002 dari 5 bank, terdiri dari PT Bank Bali, PT Bank Universal, PT Bank
Prima Express, PT Bank Artamedia dan PT Bank Patriot. Pada 2004, Bank Permata di akuisisi
oleh Standar Chartered Bank dan PT Astra International Tbk dan kepemilikan saham nya
mencapai 89,01%.
Visi dari Bank Permata menjadi pionir dalam memberikan inovatif solusi keuangan. Bank
Permata telah tumbuh menjadi Bank swasta besar yang memberikan inovasi produk khusus nya
pada internet banking dan mobile banking. Bank Permata memiliki peran yang signifikan dalam
industry perbankan di Indonesia, Bank Permata memiliki 2 juta pelanggan, 289 cabang, dan 776
ATM tersebar di 57 kota di Indonesia.
PT Nikko Securities Indonesia merupakan perusahaan investment banking yang menyediakan
jasa keuangan. PT. Nikko Securities Indonesia ini sendiri merupakan bagian dari perusahaan
Sumitomo Mitsui Banking Corporation Nikko Securities Inc., salah satu perusahaan terkemuka di
Jepang yang memberikan layanan investasi penuh. PT Nikko Securities Indonesia berdiri pada
tahun 1990 dan berkantor di Jakarta. Salah satu produk nya adalah menyediakan solusi merger
dan akuisisi, modal, restrukturisasi, jasa konsultasi penjualan asset dan lain nya.
Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI) adalah sebuah lembaga yang didirikan pada
tanggal 9 Agustus 2002 dengan dukungan dari Badan Pengawas Pasar Modal, Bursa Efek Jakarta
& Surabaya, KSEI dan 17 organisasi lainnya pada komunitas pasar modal Indonesia. Fungsi
utama BAPMI adalah untuk menangani permasalahan pada pasar modal. BAPMI memberikan 3
mekanisme penyelesaian sengketa untuk para pihak berdasarkan Binding Opinion, Mediation dan
Arbitration. Dalam hal ini, Bank Permata menuntuk Nikko Securities ke BAPMI karena kasus ini
berkaitan dengan sengketa investasi bisnis dalam instrument keuangan.
Pada 25 Agustus 2011, Bank Permata mengajukan kasus petisi kepada Badan Arbitrase Pesar
Modal Indonesia (BAPMI) dengan nomer registrasi BAPMI-004/ARB-03/VII/2011. Bank
Permata menggugat Nikko Securities karena menganggap Nikko tidak melaksanakan kewajiban
nya kepada para investor yang tidak membayar investasi pokok pada akhir kontrak kepada
investor berdasarkan Kontrak Pengelola Dana (KPD) yang telah di setujui. Bank Permata

mengklaim bahwa mereka telah melakukan pembayaran langsung pada investor sebesar 15,3
milliar. Oleh karena itu, Bank Permata menuntut Nikko Securities untuk mengembalikan semua
dana talangan untuk bank Permata.
Namun, pihak Nikko Securities melakukan upaya hukum dengan membawa kasus tersebut ke
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pada 11 Desember 2011, hakim memutuskan bahwa
memenangkan Nikko Securities sekaligus membatalkan putusan arbitrase BAPMI-004/ARB03/VIII/2011 yang dikeluarkan pada 18 September 2011.
Pihak Bank Permata tidak bisa menerima keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut,
karena benganggapan majelis hakim telah melanggar Undang Undang dengan membatalkan
keputusan BAPMI dan mengajukan permohonan ke Mahkamah Agung. Dalam Undang Undang
No 30 pasal 17 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa memang
menjelaskan bahwa pembatalan putusan arbitrase dapat diajukan apabila putusan tersebut diduga
mengandung unsur unsur tertentu.

1.2. Identifikasi Masalah:


1. Apa alasan Bank Permata menuntut Nikko Securities Indonesia?
2. Mengapa Nikko Securities mengajukan banding ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
mengenai putusan BAPMI? Apa dasar dari tindakan tersebut?
3. Apa keputusan akhir dari Mahkamah Agung mengenai kasus ini?

BAB II
ISU

2.1. Pengertian Obligasi Negara


Obligasi pemerintah atau biasa juga disebut government bond adalah suatu obligasi yang
diterbitkan oleh pemerintahan suatu negara dalam denominasi mata uang negara tersebut. Di
Indonesia, obligasi negara disebut juga sebagai Surat Utang Negara (SUN).
Sebuah surat utang yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mendukung pengeluaran
pemerintah, biasanya sering dikeluarkan dalam mata uang negara tersebut. Utang pemerintah adalah
uang yang dimiliki oleh setiap tingkat pemerintahan dan didukung oleh kepercayaan penuh dari
pemerintah. Sebelum berinvestasi di obligasi pemerintah, investor perlu menilai beberapa risiko yang
terkait dengan negara seperti: risiko negara, risiko politik, risiko inflasi, dan risiko suku bunga.
Surat Utang Negara di Indonesia diterbitkan oleh Dirjen Perbendaharaan Departemen
Keuangan Republik Indonesia. Surat Utang Negara (SUN) - Obligasi Negara seringkali berjangka
waktu diatas 12 bulan.
Berikut jenis-jenis obligasi negara yang ada di Indonesia;

Tanpa kupon : Pembayaran bunganya tercermin secara implisit di dalam selisih antara harga
pada saat penerbitan dan nilai nominal yang diterima pada saat jatuh tempo.

Dengan kupon: Pembayaran bunganya dihitung dengan persentase tertentu atas nilai nominal dan
dibayarkan secara berkala

Berbunga tetap

Berbunga mengambang

Obligasi berdenominasi valuta asing

Obligasi Republik Indonesia ( ORI) yaitu SUN ritel yang dijual kepada investor publik dengan
nilai nominal per lembarnya Rp. 5.000.000

2.2. Sengketa Isu Pelunasan Pokok Investasi Government Bonds Issue


Pada 21 November 2006, ditandatanganinya perjanjian kerja sama penjualan produk investasi
Government Bonds Fund (GBF). Berdasarkan perjanjian, Nikko berposisi sebagai manajer investasi
yang menerbitkan dan mengelola GBF. Adapun, Permata sebagai agen penjual yang memasarkan
dan menjual GBF tersebut kepada investor. Produk investasi GBF tersebut merupakan produk
investasi yang underlying asset-nya adalah obligasi pemerintah, Surat Utang Negara RI.
Produk investasi GBF ini terdiri dari 59 seri (seri 1 - seri 59), kecuali GBF Seri 3 dan GBF
Seri 13 tidak ada karena memang sengaja tidak diterbitkan oleh Pemohon Pembatalan (Bank
Permata). Apabila nasabah berminat untuk membeli/berinvestasi pada produk investasi GBF, nasabah
mengisi dan menandatangani Formulir Pemesanan Produk Investasi Government Bonds Fund dan
secara individual menandatangani Kontrak Pengelolaan Dana Government Bonds Fund dengan Bank
Permata dengan masa periode pengelolaan selama 2 tahun (jangka waktu KPD). Setiap KPD terdapat
nomor dan tanggal yang berbeda untuk setiap Investor. Jadi, KPD ini merupakan dasar hubungan
hukum (secara bilateral) antara Investor dengan Bank Permata.
Penyebab sengketa adalah Nikko Securities tidak melakukan kewajibannya untuk melakukan
pembayaran kepada investor pada saat jatuh tempo. Nikko Securities beranggapan bahwa investor
harus menyadari risiko investasi & juga karena tidak ada investor yang diklaim sama dengan Nikko
Securities, sedangkan menurut perjanjian yang dibuat oleh Nikko selama penawaran Obligasi, produk
yang dijual oleh Nikko Securities adalah "perlindungan modal" yang berarti bahwa pada saat jatuh
tempo, Nikko bertanggung jawab untuk membayar jumlah yang dijanjikan kepada investor. Oleh
karena itu atas dasar perjanjian, Bank Permata melakukan pembayaran kepada investor dan kemudian
dilanjutkan dengan mengklaim nilai yang sama ke Nikko Securities, tetapi Nikko menolak untuk
melakukan pembayaran.
Dalam kasus ini, Nikko Securities tidak terbukti bersalah atas investor GBF seri 1-7 dan seri
48-59. Seri yang menjadi tanggung jawab Nikko Securities adalah 8-47 sebagai kekurangan
pembayaran (pengembalian) pokok investasi pada saat berakhirnya jangka waktu investasi GBF. Dari
total pokok investasi sebesar 15,3 Milyar rupiah, Nikko Securities harus membayar sebesar 5,37
Milyar rupiah.

BAB III
ANALISIS KASUS

3.1

Kronologis Sengketa PT Bank Permata Tbk dan PT. Nikko Securities Indonesia

Untuk mengetahui dasar pertimbangan diajukannya gugatan hukum dari PT. Bank Permata
Tbk ke BAPMI dan gugatan hukum PT. Nikko Securities Indonesia ke PT. MAP kepada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat, berikut merupakan kronologi sengketa:

21 November 2006: Ditandatanganinya perjanjian kerja sama penjualan produk investasi


Government Bonds Fund (GBF). Berdasarkan perjanjian, Nikko berposisi sebagai manajer
investasi yang menerbitkan dan mengelola GBF. Adapun, Permata sebagai agen penjual yang
memasarkan dan menjual GBF tersebut kepada investor. Produk investasi GBF tersebut
merupakan produk investasi yang underlying asset-nya adalah obligasi pemerintah, Surat
Utang Negara RI.

25 Agustus 2011: PT. Bank Permata Tbk mengajukan kasus ini ke BAPMI (Badan Arbitrase
Pasar Modal Indonesia) dengan tuduhan bahwa PT. Nikko Securities Indonesia tidak
melakukan kewajibannya. Bank Permata mengklaim telah memberikan dana talangan kepada
para investor, dan kemudian mereka menuntut Nikko untuk mengganti seluruh dana talangan
tersebut.

18 September 2012: Keputusan BAPMI keluar (BAPMI-004/ARB-03/VIII/2011). Putusan


arbitrase itu menghukum Nikko Securities membayar kekurangan pokok investasi pada saat
berakhirnya jangka waktu investasi GBF. Nilai yang harus dibayar adalah Rp5,13 miliar,
yang telah dibayarkan terlebih dahulu atau ditalangi oleh Bank Permata atas kupon GBF seri
8 sampai seri 47. Pokok investasinya sendiri adalah Rp15,37 miliar yang harus dipikul
bersama. Dalam berkas ajuan, Bank Permata mendalilkan bahwa Nikko tidak memenuhi
kewajiban kepada investor yaitu tidak mengembalikan atau membayarkan kekurangan pokok
investasi.

12 November 2012: PT. Nikko Securities Indonesia mendaftarkan perkara banding dengan
nomor registrasi 513/Pt.G.Arb/2012/PN.Jkt.Pst ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Berkas
ajuan menyatakan bahwa tidak pernah ada investor yang mengajukan tagihan atau tuntutan

kepada Nikko dan sengketa terjadi saat Bank Permata justru memperkarakan Nikko di
BAPMI dengan alasan bahwa Nikko tidak memenuhi kewajiban kepada investor. Atas
seluruh Produk Investasi GBF, Nikko telah melaksanakan seluruh kewajibannya kepada
Investor berdasarkan KPD [Kontrak Pengelolaan Dana] antara Investor dengan Nikko. Nikko
juga minta putusan provisi penundaan eksekusi terhadap putusan arbitrase yang telah
didaftarkan ke pengadilan negeri pada 15 Oktober.

5 Desember 2012: Sidang dimulai dengan menghadirkan Termohon I dan II yaitu PT. Bank
Permata Tbk dan BAPMI. Kehadiran termohon I saat itu belum diakui karena kuasa
hukumnya belum membawa surat kuasa sebagai syarat beracara di pengadilan.

11 Desember 2012: Pengadilan Tinggi Negeri Jakarta Pusat membatalkan putusan arbitrase
BAPMI-004/ARB-03/VIII/2011 dan menyatakan bahwa yang seharusnya berhak mengajukan
upaya arbitrase adalah investor atau pembeli produk GBF, bukan Bank Permata selaku agen
penjual. Hakim mengatakan bahwa Bank Permata melakukan pembayaran talangan Rp15,3
miliar kepada investor GBF atas inisiatif sendiri. Bank Permata, bisa saja mengajukan perkara
ke arbitrase hanya dengan alasan Nikko tidak bisa membayar komisi atas produk yang
berhasil dijual.

20 Desember 2012: PT. Bank Permata Tbk mengajukan banding terhadap keputusan
Pengadilan Tinggi Negeri Jakarta Pusat ke Mahkamah Agung.

18 Juli 2013: Mahkamah Agung memutuskan bahwa PT. Nikko Securities Indonesia
dihukum untuk mengganti sebagian pembayaran yang telah dibayarkan terlebih dahulu oleh
Pemohon kepada para Investor GBF seri 8 sampai dengan seri 47 sebesar 35% (tiga puluh
lima per seratus) dari keseluruhan dana talangan, atau sama dengan Rp. 5.379.949.537,00
(lima miliar tiga ratus tujuh puluh sembilan juta sembilan ratus empat puluh sembilan ribu
lima ratus tiga puluh tujuh rupiah)

3.2

Sengketa Pelanggaran Kontrak Kerja Sama antara PT. Bank Permata Tbk dan PT.
Nikko Securities Indonesia pada penjualan produk Government Bonds Fund (GBF)

PT. Bank Permata Tbk dan PT. Nikko Securities Indonesia menandatangani perjanjian kerja sama
penjualan produk investasi Government Bonds Fund (GBF). Berdasarkan perjanjian, Nikko berposisi
sebagai manajer investasi yang menerbitkan
agen penjual yang memasarkan dan

dan mengelola GBF sedangkan Permata sebagai

menjual GBF tersebut kepada investor. Sengketa mulai

terjadi saat PT. Nikko Securities Indonesia tidak membayarkan pokok investasi kepada investor saat
jatuh tempo.

Produk yang KPD Nikko Securities memuat ketentuan "capital protected" dimana pada akhir
investasi Nikko Securities wajib mengembalikan seluruh pokok investasi investor dalam jumlah
penuh. Pada kenyataannya, pada akhir investasi Nikko Securities tidak mengembalikan seluruh
pokok investasi investor dengan dalih antara lain investor sudah menyadari resiko investasi. Dengan
berlandaskan itikad baik dan

meskipun tidak mempunyai kewajiban apapun, Bank Permata

membayarkan terlebih dahulu kekurangan pembayaran Nikko Securities pada investor dan
selanjutnya berdasarkan azas subrogasi mengajukan tagihan kepada Nikko Securities guna
membayar kepada Permata jumlah yang telah dibayarkan kepada nasabah.

Saat PT. Bank Permata Tbk mengajukan kasus sengketa penyelesaian pelunasan pokok investasi dari
produk Government Bonds Fund yang dijualnya, BAPMI memeriksa permohonan arbitrase
Permata terhadap Nikko Securities berdasarkan perjanjian yang memuat klausula arbitrase BAPMI.
Permohonan arbitrase Bank Permata didasarkan pada kewajiban Nikko Securities selaku manajer
investasi yang menjual produk Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) dengan kliennya sebagai agen
penjual.

Atas perkara arbitrase di BAPMI tersebut, dibentuklah majelis arbiter pada 24 Oktober 2011.
BAPMI menerbitkan putusannya pada 18 September 2012.

BAPMI sendiri dalam putusannya mewajibkan Nikko Securities mengganti sebagian pembayaran
yang dilakukan Permata pada para investor. Namun, Nikko Securities mengajukan gugatan
pembatalan putusan BAPMI kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan alasan adanya tipu
muslihat dalam putusan BAPMI.

3.3 Pembatalan Arbitrase mengacu pada Pasal 70 UU No. 30 Tahun 1999

Melihat hasil putusan BAPMI pada berkas BAPMI-004/ARB-03/VIII/2011, Nikko Securities


mendaftarkan perkara banding untuk aksi pembatalan arbitrase dengan nomor registrasi
513/Pdt.G.Arb/2012/PN.Jkt.Pst. Pembatalan arbitrase ini dilakukan Nikko Securities karena
mengacu pada Pasal 70 UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa

Beberapa pihak menganggap bahwa tindakan Nikko Securities harus dipertanyakan. Pasalnya, UU
Arbitrase (UU No.30/1999) Pasal 70 menyebutkan putusan arbitrase hanya bisa dibatalkan apabila

putusan mengandung unsur adanya dokumen palsu, ada dokumen penting yang disembunyikan
selama pemeriksaan atau putusan diambil dengan tipu muslihat.

Penjelasan Pasal 70 UU Arbitrase menyebutkan secara jelas alasan permohonan pembatalan putusan
arbitrase

harus dibuktikan dengan putusan pengadilan. Pengadilan Negeri dalam permohonan

pembatalan putusan arbitrase tidak boleh membahas kembali materi dalam putusan arbitrase karena
pemeriksaan oleh Pengadilan Negeri bersifat limitatif yaitu apakah terpenuhi unsur membatalkan
putusan arbitrase tersebut.

Majelis Hakim dalam putusannya membatalkan putusan BAPMI dengan pertimbangan, antara lain,
Bank Permata tidak mempunyai hak menggugat Nikko Securities dan menilai yang mempunyai hak
menggugat Nikko adalah investor.

Pasal 70 dari UU No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
menegaskan bahwa pembatalan putusan arbitrase dapat diajukan apabila putusan tersebut diduga
mengandung unsur-unsur tertentu. Penjelasan pasal 70 menyatakan bahwa alasan-alasan
permohonan pembatalan yang disebut dalam pasal ini harus dibuktikan dengan putusan pengadilan.

3.4 Putusan Akhir Mahkamah Agung terhadap kasus PT. Bank Permata Tbk dan PT. Nikko
Securities Indonesia

Sengketa pelunasan pokok investasi terhadap produk GBF antara PT. Bank Permata Tbk dan PT.
Nikko Securities Indonesia telah memasuki 3 babak berbeda persidangan penyelesaian sengketa.

Sidang Pertama - 18 September 2012


Persidangan

: BAPMI

Pemohon

: PT. Bank Permata, Tbk

Termohon

: PT. Nikko Securities Indonesia

Putusan

: BAPMI-004/ARB-03/VIII/2011 - Putusan arbitrase itu menghukum Nikko


Securities membayar kekurangan pokok investasi pada saat berakhirnya
jangka waktu investasi GBF.

Sidang Kedua - 11 Desember 2012


Persidangan

: Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

Pemohon

: PT. Nikko Securities Indonesia

Termohon I

: PT. Bank Permata, Tbk

10

Termohon II

: BAPMI

Putusan

: Pembatalkan putusan arbitrase BAPMI-004/ARB-03/VIII/2011 dan


menyatakan bahwa yang seharusnya berhak mengajukan upaya arbitrase
adalah investor atau pembeli produk GBF, bukan Bank Permata selaku agen
penjual.

Sidang Ketiga 18 Juli 2013


Persidangan

: Mahkamah Agung

Pemohon I

: PT. Bank Permata, Tbk

Pemohon II

: BAPMI

Termohon

: PT. Nikko Securities Indonesia

Putusan

: Pemutusan PT. Nikko Securities Indonesia dihukum untuk mengganti dana


talangan sebesar 5,3 Milyar Rupiah

Putusan terakhir dari Mahkamah Agung yang dirilis pada 18 Juli 2013 ini adalah putusan yang
berlaku dan harus dipatuhi baik oleh PT. Bank Permata Tbk, PT. Nikko Securities Indonesia dan
BAPMI.

Berikut adalah detail putusan akhir dari Mahkamah Agung terhadap sengketa pelunasan pokok
investasi produk GBF antara PT. Bank Permata Tbk dan PT. Nikko Securities Indonesia;
Menghukum Termohon untuk mengganti sebagian pembayaran yang telah dibayarkan terlebih
dahulu oleh Pemohon kepada para Investor GBF seri 8 sampai dengan seri 47 sebesar 35% (tiga
puluh lima per seratus) dari keseluruhan dana talangan, atau sama dengan Rp. 5.379.949.537,00
(lima miliar tiga ratus tujuh puluh sembilan juta sembilan ratus empat puluh sembilan ribu lima
ratus tiga puluh tujuh rupiah) dan membayarkannya kepada Pemohon paling lambat 30 (tiga
puluh) hari kalender sejak Termohon menerima salinan Putusan ini;
Menghukum Pemohon untuk memberikan surat Pernyataan kepada Termohon yang bersifat tidak
bisa ditarik kembali (irrevocable), setelah Termohon melaksanakan Putusan tersebut di atas, yang
menyatakan bahwa Pemohon membebaskan Termohon dari segala tuntutan ganti rugi keperdataan
apapun dari Pemohon dan/atau investor yang mungkin muncul di kemudian hari atas dasar masih
adanya kekurangan pembayaran pokok investasi dan/atau kupon GBF, termasuk namun tidak
terbatas pada mengganti semua biaya beracara yang terpaksa dikeluarkan Termohon berkenaan
dengan munculnya tuntutan-tuntutan tersebut;

11

Menghukum Pemohon dan Termohon untuk membayar biaya Imbalan Arbitrase kepada BAPMI,
masing-masing sebesar Rp. 79.113.700,00 (tujuh puluh sembilan juta seratus tiga belas ribu tujuh
ratus rupiah) yang akan diperhitungkan dengan biaya Imbalan Arbitrase yang telah dibayarkan
dimuka oleh masing-masing Pemohon dan Termohon kepada BAPMI

Melihat sengketa ini, Mahkamah Agung kemudian meyimpulkan bahwa;


Investor berhak atas pembayaran (pengembalian) dana pokok investasi pada saat berakhirnya
jangka waktu investasi GBF sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat 2 KPD juncto angka 5 Info
Memo, suatu pengembalian penuh sesuai nilai initial investment yang tidak dipengaruhi oleh
kondisi pasar;
Termohon terbukti ingkar janji kepada Investor GBF Seri 8 sampai dengan Seri 47 terhadap
ketentuan Pasal 5 ayat 2 juncto angka 5 Info Memo dan Pasal 7 huruf a KPD, serta terhadap Pasal
7 ayat 4 PKP, untuk membayar (mengembalikan) pokok investasi secara penuh pada saat
berakhirnya jangka waktu investasi GBF; namun Termohon tidak terbukti ingkar janji mengenai
hal tersebut kepada Investor GBF Seri 1 sampai dengan Seri 7 dan Seri 48 sampai dengan Seri 59;
Ingkar janji Termohon tersebut menyebabkan kerugian bagi Investor GBF Seri 8 sampai dengan
Seri 47 berupa kekurangan pembayaran (pengembalian) pokok investasi pada saat berakhirnya
jangka waktu investasi GBF;
GBF merupakan produk bersama antara Pemohon dengan Termohon, dan baik Pemohon maupun
Termohon terbukti mempunyai andil/ kontribusi terhadap timbulnya kerugian bagi Investor;
Pemohon sebenarnya adalah juga pihak dalam KPD, dan PKP sebenarnya bersifat perjanjian
accesoir terhadap KPD;
Berdasarkan keadilan dan kepatutan (ex aequo et bono), Pemohon dan Termohon
bertanggungjawab bersama-sama terhadap pemenuhan hak Investor GBF Seri 8 sampai dengan
Seri 47 atas Pasal 5 ayat 2 KPD juncto angka 5 Info Memo berupa kekurangan pembayaran
(pengembalian) pokok investasi pada saat berakhirnya jangka waktu investasi GBF;
Pemohon telah melakukan pembayaran terlebih dahulu (penalangan) kepada para Investor GBF
Seri 8 sampai dengan Seri 47 berupa kekurangan pembayaran (pengembalian) pokok investasi
total sebesar Rp.15.371.284.394,00 (lima belas miliar tiga ratus tujuh puluh satu juta dua ratus

12

delapan puluh empat ribu tiga ratus sembilan puluh empat rupiah) yang harus dipikul bersama
oleh Termohon dengan pembagian beban tanggungjawab yang adil menurut pertimbangan
Majelis;
Pemohon, setelah Termohon melakukan pembayaran di atas, harus membebaskan Termohon dari
segala tuntutan ganti rugi keperdataan apapun yang mungkin muncul di kemudian hari atas dasar
masih adanya kekurangan pembayaran pokok investasi dan/atau kupon GBF;
Tuntutan Pemohon berkenaan dengan kerugian berupa kehilangan keuntungan, bunga moratoir,
dan uang paksa (dwangsom) adalah tidak beralasan;
Permohonan Arbitrase tidak kurang pihak dan tidak pula mengandung ketidakjelasan (obscuur
libel) mengenai dasar tuntutan, apa yang dituntut, dan kedudukan hukum (legal standing)
Pemohon dalam melakukan gugatan;

13

BAB VI
PENUTUP

KESIMPULAN
Pengertian Arbitrase termuat dalam pasal 1 angka 8 Undang Undang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa Nomor 30 tahun 1999;
Lembaga Arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa
untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu, lembaga tersebut juga dapat
memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu hubungan hukum tertentu
dalam hal belum timbul sengketa.
Dalam banyak perjanjian perdata, klausula arbitrase banyak digunakan sebagai pilihan
penyelesaian sengketa. Dalam kasus sengketa antara PT. Bank Permata Tbk dan PT. Nikko
Securities Indonesia terlihat bahwa pendapat hukum yang diberikan lembaga arbitrase bersifat
mengikat. Pendapat arbitrase itu sendiri bersifat mandiri, final dan mengikat sehingga ketua
pengadilan sebaiknya memang tidak diperkenankan memeriksa alasan atau pertimbangan dari
putusan arbitrase nasional tersebut.
Hal ini terbukti dari putusan akhir Mahkamah Agung yang sesuai dengan putusan awal
BAPMI dan justru tidak sesuai dengan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat karena meskipun
PT. Bank Permata Tbk melakukan apa yang bukan kewajibannya, tetapi kewajiban atas PT. Nikko
Securities Indonesia tidak dapat hilang begitu saja meski PT. Bank Permata Tbk sudah menyalurkan
dana talangan.

SARAN
Ada beberapa pihak yang terkait dalam sengketa pelunasan pokok investasi produk GBF ini.
Saran yang diberikan mencakup beberapa pihak tersebut, yaitu;
- Bank Permata:

Sebaiknya tidak perlu melakukan apa yang bukan kewajibannya, patuhi apa
yang tertera dalam surat kontrak kerjasama.

- Nikko Securities:

Sama halnya seperti Bank Permata, patuhi kontrak kerjasama dengan


seksama, baik poin hak maupun kewajiban.

- BAPMI:

Berhati-hati dalam mengambil keputusan sehingga tidak terlihat


adanya cacat hukum atas pengambilan pengajuan kasus dari agen
penjual ke pihak KPD.

- PNJakartaPusat:

Dengan memenangkan Nikko Securities berarti pihak PN Jakarta Pusat


mengingkari keputusan BAPMI dan mencederai kredibilitas BAPMI,
menyebabkan pihak-pihak yang ingin memulai usaha investasi menjadi ragu
atas tegasnya hukum arbitrasi di Indonesia.

14

DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Utang_Negara
http://id.wikipedia.org/wiki/Obligasi_pemerintah

Investopedia:
http://www.investopedia.com/terms/g/government-bond.asp

News Portal:
http://nasional.kontan.co.id/news/nikko-dan-permata-saling-membantah
http://ekbis.sindonews.com/read/699411/32/sengketa-nikko-securities-bank-permata-ancambisnis-mi
http://www.lintas.me/news/politik-hukum/bisnis.com/kasus-arbitrase-nikko-kalahkan-bankpermata

Blog:
http://sengketabisnis.wordpress.com/2012/12/08/nikko-securities-minta-pembatalan-putusanbapmi/

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia on


www.putusan.mahkamahagung.go.id

BANI: http://www.bani-arb.org/bani_peraturan_ind_1.htm

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999


TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA on
http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/regulasi_pm/regulasi_terkait_pm/regulasi_terka
it_pm/UU%20nomor%2030%20tahun%201999.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai