DAFTAR ISI
BAB I - PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................................................................. 3
1.2. Identifikasi Masalah...................................................................................................................... 4
BAB II - ISU
2.1. Pengertian Obligasi Negara ........................................................................................................ 5
2.2. Sengketa Isu Pelunasan Pokok Investasi Government Bonds Issue...................................... 6
3.2.
Sengketa Pelanggaran Kontrak Kerja Sama antara Bank Permata dan PT. Nikko
Securities Indonesia pada penjualan produk Government Bonds Fund..8
3.3.
3.4.
Putusan Akhir Mahkamah Agung terhadap kasus Bank Permata dan PT. Nikko
Securities Indonesia.10
BAB IV - PENUTUP
4.1. Kesimpulan ................................................................................................................................. 14
4.2. Saran ............................................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
PT Bank Permata Tbk adalah salah satu bank swasta di Indonesia yang merupakan hasil
merger pada tahun 2002 dari 5 bank, terdiri dari PT Bank Bali, PT Bank Universal, PT Bank
Prima Express, PT Bank Artamedia dan PT Bank Patriot. Pada 2004, Bank Permata di akuisisi
oleh Standar Chartered Bank dan PT Astra International Tbk dan kepemilikan saham nya
mencapai 89,01%.
Visi dari Bank Permata menjadi pionir dalam memberikan inovatif solusi keuangan. Bank
Permata telah tumbuh menjadi Bank swasta besar yang memberikan inovasi produk khusus nya
pada internet banking dan mobile banking. Bank Permata memiliki peran yang signifikan dalam
industry perbankan di Indonesia, Bank Permata memiliki 2 juta pelanggan, 289 cabang, dan 776
ATM tersebar di 57 kota di Indonesia.
PT Nikko Securities Indonesia merupakan perusahaan investment banking yang menyediakan
jasa keuangan. PT. Nikko Securities Indonesia ini sendiri merupakan bagian dari perusahaan
Sumitomo Mitsui Banking Corporation Nikko Securities Inc., salah satu perusahaan terkemuka di
Jepang yang memberikan layanan investasi penuh. PT Nikko Securities Indonesia berdiri pada
tahun 1990 dan berkantor di Jakarta. Salah satu produk nya adalah menyediakan solusi merger
dan akuisisi, modal, restrukturisasi, jasa konsultasi penjualan asset dan lain nya.
Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI) adalah sebuah lembaga yang didirikan pada
tanggal 9 Agustus 2002 dengan dukungan dari Badan Pengawas Pasar Modal, Bursa Efek Jakarta
& Surabaya, KSEI dan 17 organisasi lainnya pada komunitas pasar modal Indonesia. Fungsi
utama BAPMI adalah untuk menangani permasalahan pada pasar modal. BAPMI memberikan 3
mekanisme penyelesaian sengketa untuk para pihak berdasarkan Binding Opinion, Mediation dan
Arbitration. Dalam hal ini, Bank Permata menuntuk Nikko Securities ke BAPMI karena kasus ini
berkaitan dengan sengketa investasi bisnis dalam instrument keuangan.
Pada 25 Agustus 2011, Bank Permata mengajukan kasus petisi kepada Badan Arbitrase Pesar
Modal Indonesia (BAPMI) dengan nomer registrasi BAPMI-004/ARB-03/VII/2011. Bank
Permata menggugat Nikko Securities karena menganggap Nikko tidak melaksanakan kewajiban
nya kepada para investor yang tidak membayar investasi pokok pada akhir kontrak kepada
investor berdasarkan Kontrak Pengelola Dana (KPD) yang telah di setujui. Bank Permata
mengklaim bahwa mereka telah melakukan pembayaran langsung pada investor sebesar 15,3
milliar. Oleh karena itu, Bank Permata menuntut Nikko Securities untuk mengembalikan semua
dana talangan untuk bank Permata.
Namun, pihak Nikko Securities melakukan upaya hukum dengan membawa kasus tersebut ke
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pada 11 Desember 2011, hakim memutuskan bahwa
memenangkan Nikko Securities sekaligus membatalkan putusan arbitrase BAPMI-004/ARB03/VIII/2011 yang dikeluarkan pada 18 September 2011.
Pihak Bank Permata tidak bisa menerima keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut,
karena benganggapan majelis hakim telah melanggar Undang Undang dengan membatalkan
keputusan BAPMI dan mengajukan permohonan ke Mahkamah Agung. Dalam Undang Undang
No 30 pasal 17 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa memang
menjelaskan bahwa pembatalan putusan arbitrase dapat diajukan apabila putusan tersebut diduga
mengandung unsur unsur tertentu.
BAB II
ISU
Tanpa kupon : Pembayaran bunganya tercermin secara implisit di dalam selisih antara harga
pada saat penerbitan dan nilai nominal yang diterima pada saat jatuh tempo.
Dengan kupon: Pembayaran bunganya dihitung dengan persentase tertentu atas nilai nominal dan
dibayarkan secara berkala
Berbunga tetap
Berbunga mengambang
Obligasi Republik Indonesia ( ORI) yaitu SUN ritel yang dijual kepada investor publik dengan
nilai nominal per lembarnya Rp. 5.000.000
BAB III
ANALISIS KASUS
3.1
Kronologis Sengketa PT Bank Permata Tbk dan PT. Nikko Securities Indonesia
Untuk mengetahui dasar pertimbangan diajukannya gugatan hukum dari PT. Bank Permata
Tbk ke BAPMI dan gugatan hukum PT. Nikko Securities Indonesia ke PT. MAP kepada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat, berikut merupakan kronologi sengketa:
25 Agustus 2011: PT. Bank Permata Tbk mengajukan kasus ini ke BAPMI (Badan Arbitrase
Pasar Modal Indonesia) dengan tuduhan bahwa PT. Nikko Securities Indonesia tidak
melakukan kewajibannya. Bank Permata mengklaim telah memberikan dana talangan kepada
para investor, dan kemudian mereka menuntut Nikko untuk mengganti seluruh dana talangan
tersebut.
12 November 2012: PT. Nikko Securities Indonesia mendaftarkan perkara banding dengan
nomor registrasi 513/Pt.G.Arb/2012/PN.Jkt.Pst ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Berkas
ajuan menyatakan bahwa tidak pernah ada investor yang mengajukan tagihan atau tuntutan
kepada Nikko dan sengketa terjadi saat Bank Permata justru memperkarakan Nikko di
BAPMI dengan alasan bahwa Nikko tidak memenuhi kewajiban kepada investor. Atas
seluruh Produk Investasi GBF, Nikko telah melaksanakan seluruh kewajibannya kepada
Investor berdasarkan KPD [Kontrak Pengelolaan Dana] antara Investor dengan Nikko. Nikko
juga minta putusan provisi penundaan eksekusi terhadap putusan arbitrase yang telah
didaftarkan ke pengadilan negeri pada 15 Oktober.
5 Desember 2012: Sidang dimulai dengan menghadirkan Termohon I dan II yaitu PT. Bank
Permata Tbk dan BAPMI. Kehadiran termohon I saat itu belum diakui karena kuasa
hukumnya belum membawa surat kuasa sebagai syarat beracara di pengadilan.
11 Desember 2012: Pengadilan Tinggi Negeri Jakarta Pusat membatalkan putusan arbitrase
BAPMI-004/ARB-03/VIII/2011 dan menyatakan bahwa yang seharusnya berhak mengajukan
upaya arbitrase adalah investor atau pembeli produk GBF, bukan Bank Permata selaku agen
penjual. Hakim mengatakan bahwa Bank Permata melakukan pembayaran talangan Rp15,3
miliar kepada investor GBF atas inisiatif sendiri. Bank Permata, bisa saja mengajukan perkara
ke arbitrase hanya dengan alasan Nikko tidak bisa membayar komisi atas produk yang
berhasil dijual.
20 Desember 2012: PT. Bank Permata Tbk mengajukan banding terhadap keputusan
Pengadilan Tinggi Negeri Jakarta Pusat ke Mahkamah Agung.
18 Juli 2013: Mahkamah Agung memutuskan bahwa PT. Nikko Securities Indonesia
dihukum untuk mengganti sebagian pembayaran yang telah dibayarkan terlebih dahulu oleh
Pemohon kepada para Investor GBF seri 8 sampai dengan seri 47 sebesar 35% (tiga puluh
lima per seratus) dari keseluruhan dana talangan, atau sama dengan Rp. 5.379.949.537,00
(lima miliar tiga ratus tujuh puluh sembilan juta sembilan ratus empat puluh sembilan ribu
lima ratus tiga puluh tujuh rupiah)
3.2
Sengketa Pelanggaran Kontrak Kerja Sama antara PT. Bank Permata Tbk dan PT.
Nikko Securities Indonesia pada penjualan produk Government Bonds Fund (GBF)
PT. Bank Permata Tbk dan PT. Nikko Securities Indonesia menandatangani perjanjian kerja sama
penjualan produk investasi Government Bonds Fund (GBF). Berdasarkan perjanjian, Nikko berposisi
sebagai manajer investasi yang menerbitkan
agen penjual yang memasarkan dan
terjadi saat PT. Nikko Securities Indonesia tidak membayarkan pokok investasi kepada investor saat
jatuh tempo.
Produk yang KPD Nikko Securities memuat ketentuan "capital protected" dimana pada akhir
investasi Nikko Securities wajib mengembalikan seluruh pokok investasi investor dalam jumlah
penuh. Pada kenyataannya, pada akhir investasi Nikko Securities tidak mengembalikan seluruh
pokok investasi investor dengan dalih antara lain investor sudah menyadari resiko investasi. Dengan
berlandaskan itikad baik dan
membayarkan terlebih dahulu kekurangan pembayaran Nikko Securities pada investor dan
selanjutnya berdasarkan azas subrogasi mengajukan tagihan kepada Nikko Securities guna
membayar kepada Permata jumlah yang telah dibayarkan kepada nasabah.
Saat PT. Bank Permata Tbk mengajukan kasus sengketa penyelesaian pelunasan pokok investasi dari
produk Government Bonds Fund yang dijualnya, BAPMI memeriksa permohonan arbitrase
Permata terhadap Nikko Securities berdasarkan perjanjian yang memuat klausula arbitrase BAPMI.
Permohonan arbitrase Bank Permata didasarkan pada kewajiban Nikko Securities selaku manajer
investasi yang menjual produk Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) dengan kliennya sebagai agen
penjual.
Atas perkara arbitrase di BAPMI tersebut, dibentuklah majelis arbiter pada 24 Oktober 2011.
BAPMI menerbitkan putusannya pada 18 September 2012.
BAPMI sendiri dalam putusannya mewajibkan Nikko Securities mengganti sebagian pembayaran
yang dilakukan Permata pada para investor. Namun, Nikko Securities mengajukan gugatan
pembatalan putusan BAPMI kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan alasan adanya tipu
muslihat dalam putusan BAPMI.
Beberapa pihak menganggap bahwa tindakan Nikko Securities harus dipertanyakan. Pasalnya, UU
Arbitrase (UU No.30/1999) Pasal 70 menyebutkan putusan arbitrase hanya bisa dibatalkan apabila
putusan mengandung unsur adanya dokumen palsu, ada dokumen penting yang disembunyikan
selama pemeriksaan atau putusan diambil dengan tipu muslihat.
Penjelasan Pasal 70 UU Arbitrase menyebutkan secara jelas alasan permohonan pembatalan putusan
arbitrase
pembatalan putusan arbitrase tidak boleh membahas kembali materi dalam putusan arbitrase karena
pemeriksaan oleh Pengadilan Negeri bersifat limitatif yaitu apakah terpenuhi unsur membatalkan
putusan arbitrase tersebut.
Majelis Hakim dalam putusannya membatalkan putusan BAPMI dengan pertimbangan, antara lain,
Bank Permata tidak mempunyai hak menggugat Nikko Securities dan menilai yang mempunyai hak
menggugat Nikko adalah investor.
Pasal 70 dari UU No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
menegaskan bahwa pembatalan putusan arbitrase dapat diajukan apabila putusan tersebut diduga
mengandung unsur-unsur tertentu. Penjelasan pasal 70 menyatakan bahwa alasan-alasan
permohonan pembatalan yang disebut dalam pasal ini harus dibuktikan dengan putusan pengadilan.
3.4 Putusan Akhir Mahkamah Agung terhadap kasus PT. Bank Permata Tbk dan PT. Nikko
Securities Indonesia
Sengketa pelunasan pokok investasi terhadap produk GBF antara PT. Bank Permata Tbk dan PT.
Nikko Securities Indonesia telah memasuki 3 babak berbeda persidangan penyelesaian sengketa.
: BAPMI
Pemohon
Termohon
Putusan
Pemohon
Termohon I
10
Termohon II
: BAPMI
Putusan
: Mahkamah Agung
Pemohon I
Pemohon II
: BAPMI
Termohon
Putusan
Putusan terakhir dari Mahkamah Agung yang dirilis pada 18 Juli 2013 ini adalah putusan yang
berlaku dan harus dipatuhi baik oleh PT. Bank Permata Tbk, PT. Nikko Securities Indonesia dan
BAPMI.
Berikut adalah detail putusan akhir dari Mahkamah Agung terhadap sengketa pelunasan pokok
investasi produk GBF antara PT. Bank Permata Tbk dan PT. Nikko Securities Indonesia;
Menghukum Termohon untuk mengganti sebagian pembayaran yang telah dibayarkan terlebih
dahulu oleh Pemohon kepada para Investor GBF seri 8 sampai dengan seri 47 sebesar 35% (tiga
puluh lima per seratus) dari keseluruhan dana talangan, atau sama dengan Rp. 5.379.949.537,00
(lima miliar tiga ratus tujuh puluh sembilan juta sembilan ratus empat puluh sembilan ribu lima
ratus tiga puluh tujuh rupiah) dan membayarkannya kepada Pemohon paling lambat 30 (tiga
puluh) hari kalender sejak Termohon menerima salinan Putusan ini;
Menghukum Pemohon untuk memberikan surat Pernyataan kepada Termohon yang bersifat tidak
bisa ditarik kembali (irrevocable), setelah Termohon melaksanakan Putusan tersebut di atas, yang
menyatakan bahwa Pemohon membebaskan Termohon dari segala tuntutan ganti rugi keperdataan
apapun dari Pemohon dan/atau investor yang mungkin muncul di kemudian hari atas dasar masih
adanya kekurangan pembayaran pokok investasi dan/atau kupon GBF, termasuk namun tidak
terbatas pada mengganti semua biaya beracara yang terpaksa dikeluarkan Termohon berkenaan
dengan munculnya tuntutan-tuntutan tersebut;
11
Menghukum Pemohon dan Termohon untuk membayar biaya Imbalan Arbitrase kepada BAPMI,
masing-masing sebesar Rp. 79.113.700,00 (tujuh puluh sembilan juta seratus tiga belas ribu tujuh
ratus rupiah) yang akan diperhitungkan dengan biaya Imbalan Arbitrase yang telah dibayarkan
dimuka oleh masing-masing Pemohon dan Termohon kepada BAPMI
12
delapan puluh empat ribu tiga ratus sembilan puluh empat rupiah) yang harus dipikul bersama
oleh Termohon dengan pembagian beban tanggungjawab yang adil menurut pertimbangan
Majelis;
Pemohon, setelah Termohon melakukan pembayaran di atas, harus membebaskan Termohon dari
segala tuntutan ganti rugi keperdataan apapun yang mungkin muncul di kemudian hari atas dasar
masih adanya kekurangan pembayaran pokok investasi dan/atau kupon GBF;
Tuntutan Pemohon berkenaan dengan kerugian berupa kehilangan keuntungan, bunga moratoir,
dan uang paksa (dwangsom) adalah tidak beralasan;
Permohonan Arbitrase tidak kurang pihak dan tidak pula mengandung ketidakjelasan (obscuur
libel) mengenai dasar tuntutan, apa yang dituntut, dan kedudukan hukum (legal standing)
Pemohon dalam melakukan gugatan;
13
BAB VI
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengertian Arbitrase termuat dalam pasal 1 angka 8 Undang Undang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa Nomor 30 tahun 1999;
Lembaga Arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa
untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu, lembaga tersebut juga dapat
memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu hubungan hukum tertentu
dalam hal belum timbul sengketa.
Dalam banyak perjanjian perdata, klausula arbitrase banyak digunakan sebagai pilihan
penyelesaian sengketa. Dalam kasus sengketa antara PT. Bank Permata Tbk dan PT. Nikko
Securities Indonesia terlihat bahwa pendapat hukum yang diberikan lembaga arbitrase bersifat
mengikat. Pendapat arbitrase itu sendiri bersifat mandiri, final dan mengikat sehingga ketua
pengadilan sebaiknya memang tidak diperkenankan memeriksa alasan atau pertimbangan dari
putusan arbitrase nasional tersebut.
Hal ini terbukti dari putusan akhir Mahkamah Agung yang sesuai dengan putusan awal
BAPMI dan justru tidak sesuai dengan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat karena meskipun
PT. Bank Permata Tbk melakukan apa yang bukan kewajibannya, tetapi kewajiban atas PT. Nikko
Securities Indonesia tidak dapat hilang begitu saja meski PT. Bank Permata Tbk sudah menyalurkan
dana talangan.
SARAN
Ada beberapa pihak yang terkait dalam sengketa pelunasan pokok investasi produk GBF ini.
Saran yang diberikan mencakup beberapa pihak tersebut, yaitu;
- Bank Permata:
Sebaiknya tidak perlu melakukan apa yang bukan kewajibannya, patuhi apa
yang tertera dalam surat kontrak kerjasama.
- Nikko Securities:
- BAPMI:
- PNJakartaPusat:
14
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Utang_Negara
http://id.wikipedia.org/wiki/Obligasi_pemerintah
Investopedia:
http://www.investopedia.com/terms/g/government-bond.asp
News Portal:
http://nasional.kontan.co.id/news/nikko-dan-permata-saling-membantah
http://ekbis.sindonews.com/read/699411/32/sengketa-nikko-securities-bank-permata-ancambisnis-mi
http://www.lintas.me/news/politik-hukum/bisnis.com/kasus-arbitrase-nikko-kalahkan-bankpermata
Blog:
http://sengketabisnis.wordpress.com/2012/12/08/nikko-securities-minta-pembatalan-putusanbapmi/
BANI: http://www.bani-arb.org/bani_peraturan_ind_1.htm
15