Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERPAJAKAN
BEA METERAI
Dosen Pengampu : Rachamadany, SE.,M.Acc,Ak

Disususn Oleh :

Zihan Risqina Marinda (2019620122)

Kiki Lasmanah Hidayanti (2019620151)

Maratus Sollekah (2019620128)

Jurusan Akuntansi

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BALIKPAPAN

BALIKPAPAN

2020

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang MahaEsa karena berkat Rahmat-
Nyalah makalah ini dapat terselesaikan. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas
Perpajakan mengenai Bea Meterai ,Selain itu juga untuk meningkatkan pemahaman saya mengenai materi .

Dengan membaca makalah ini penulis kami berharap dapat membantu teman-teman serta pembaca dapat
memahami materi ini dan dapat memperkaya wawasan pembaca. Walaupun penulis telah berusaha sesuai
kemampuan penulis, namun penulis yakin bahwa manusia itu tak ada yang sempurna. Seandainya dalam
penulisan makalah ini ada yang kurang, maka itulah bagian dari kelemahan penulis. Mudah-mudahan melalui
kelemahan itulah yang akan membawakesadaran kita akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini dan kepada pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini.
Untuk itu kami selalu menantikan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan penyusunan
makalah ini.

Balikpapan, 5 Desember 2020


Penyusun

Kelompok 10

2
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................................................. 1
Kata pengantar.................................................................................................................................. 2
Daftar Isi............................................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 5
C. Tujuan............................................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Dasar Hukum Bea Meterai..................................................................... 6
B. Sebab Dikeluarkannya UU No.13 Tahun 1985 tentang Bea
Meterai............................................................................................................................ 6
C. Prinsip Umum Pemungutan atau Pengenaan Bea
Meterai………................................................................................................................ 6
D. Tarif Bea Meterai Rp. 6.000………………................................................................... 7
E. Tarif Bea Meterai Rp. 3.000……………....................................................................... 7
F. Yang Tidak Dikenakan Bea
Meterai........................................................................................................................... 8
G. Saat Terutang Bea Meterai dan Pihak yang Terutang Bea
Meterai............................................................................................................................ 8
H. Cara Pelunasan Bea Meterai........................................................................................... 8
I. Cara Menggunaan Benda Meterai................................................................................... 9
J. Pemeteraian Kemudian, Sanksi,
daluwarsa........................................................................................................................ 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................................................... 12
B. Saran.............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................... 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Segenap warga negara berperan dalam menghimpun dana Pembangunan Nasional Salah satu
caranya adalah dengan memenuhi kewajiban pembayaran atas pengenaan Bea Materai terhadap
dokumen-dokumen tertentu yang digunakan oleh masyarakat dalam lalu lintas hukum. Bea Materai yang selama
ini dipungut berdasarkan Aturan Bea Materai 1921 (Zegelverordening 1921) sebagaimana diubah beberapa kali,
terakhir dengan UU No. 13 Tahun 1985. Bea Materai adalah pajak atas dokumen seperti yang telah disebutkan
dalam Undang-undang Bea Materai. Benda materai adalah materai tempel dan kertas materai yang dikelarkan
oleh pemerintah republik Indonesia.
Banyak masyarakat yang belum mengerti benar akan maksud dari penggunaan Bea Materai, sehingga
menimbulkan pelanggaran dalam pengenaan Bea Materai. Sehubungan dengan hal itu, perlu diadakan
pengaturan kembali tantang Bea Materai yang lebih bersifat sederhana dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat.
Yang menjadi objek Bea Materai adalah dokumen. Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang
mengandung arti dan maksud tentang: perbuatan, keadaan/kenyataan bagi seseorang dan/atau pihak-pihak
yang berkepentingan. Tidak semua dokumen dikenakan Bea Materai, adapun dokumen yang tidak
dikenakan bea materai adalah dokumen yang berupa surat penyimpanan barang, konosemen, surat angkutan
penumpang dan barang, keterangan pemindahan yang ditulis diatas dokumen surat penyimpanan barang,
konosemen dan surat angkutan penumpang dan barang, bukti untuk pengiriman barang untuk dijual atas
tanggungan pengirim, surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim, surat-surat lainnya yang
dapat disamakan dengan surat-surat di atas dan segala bentuk ijazah.
Walaupun di dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1983 yang operasionalnya berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang tarif bea materai telah menjelaskan secara rinci tentang
dokumen yang wajib atau tidak wajib diberi materai, namun masih saja terdapat pelanggaran dalam penggunaan
Bea Materai. Pelanggaran Bea Materai ringan seperti kurang materai tempel dapat dilakukan dengan pemetraian
kemudian. Namun pemalsuan atau perbuatan dengan sengaja membuat atau meniru Bea Materai merupakan
tindakan melanggar hukum yang dapat dituntut secara pidana.

4
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini,
yaitu sebagai berikut.
1. Pengertian dan Dasar Hukum Bea Meterai
2. Sebab Dikeluarkannya UU No.13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai
3. Prinsip Umum Pemungutan atau Pengenaan Bea Meterai
4. Tarif Bea Meterai Rp. 6.000
5. Tarif Bea Meterai Rp. 3.000
6. Yang Tidak Dikenakan Bea Meterai
7. Saat Terutang Bea Meterai dan Pihak yang Terutang Bea Meterai
8. Cara Pelunasan Bea Meterai
9. Cara Menggunaan Benda Meterai
10. Pemeteraian Kemudian, Sanksi, daluwarsa

C. TUJUAN
Setelah membaca bab ini, Anda di harapkan akan memperoleh pencerahan tentang :
1. Apa yang dimaksud dengan Bea Meterai ?
2. Apa penyebab dikeluarkannya UU No.13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai ?
3. Apa saja prinsip umum pemungutan dan pengenaan Bea Meterai ?
4. Berapa tarif Bea Meterai Rp 6.000 dan Rp 3.000 ?
5. Apa saja yang tidak termaksud dalam pengenaan Bea Meterai ?
6. Bagaimana saat terutang Bea Meterai ?
7. Pihak mana yang terutang Bea Meterai ?
8. Bagaimana cara pelunasan Bea Meterai ?
9. Bagaimana cara menggunakan benda Meterai ?
10. Apa yang di maksud dengan Pemeteraian Kemudian, Sanksi, daluwarsa ?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. DASAR HUKUM DAN PENGERTIAN


Dasar hukum pengenaan Bea Meterai adalah Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 atau disebut juga
Undang-undang Bea Meterai. Undang-undang ini berlaku sejak tanggal 1 januari 1986. Selain itu untuk mengatur
pelaksanaannya, telah dikeluarkan peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan
peraturan pemerintah No. 24 Tahun 2000 tentang perubahan tariff Bea Meterai dan besarnya batas pengenaan
harga nominal yang dikenakan Bea Meterai.
1. Bea Meterai adalah pajak atas dokumen.
2. Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan,
keadaan, atau kenyataan bagi seseorang dan/ atau pihak-pihak yang berkepentingan.
3. Benda materai adalah meterai temple dan kertas meterai yang dikeluarkan oleh pemerintah republic
Indonesia.
4. Tanda tangan adalah tanda tangan sebagaimana lazimnya dipergunakan, termasuk pula paraf, teraan atau
cap tanda tangan atau cap paraf, teraan cap nama atau tanda lainnya sebagai pengganti tanda tangan.
5. Pemeteraian kmeudian adalah sutu cara pelunasan Bea Meterai yang dilakukan oleh pejabat pos atas
permintaan pemegang dokumen yang Bea Meterainya be;um dilunasi sebagaimana mestinya.
6. Pejabat pos adalah pejabat PT Pos dan Giro yang diserahi tugas melayani permintaan pemeteraian
kemudian.

B. SEBAB-SEBAB DIKELUARKANNYA UU NO. 13 TAHUN 1985 TENTANG BEA METERAI


1. Agar lebih sempurna dan sederhana (hanya terdiri 7 bab, 18 pasal)
2. Lebih mudah dilaksanakan karena hanya mengenal 1 (satu) jenis Bea Meterai tetap, yaitu Rp 6.000 dan
Rp 3.000 .
3. Objek lebih luas.

C. PRINSIP UMUM PEMUNGUTAN ATAU PENGENAA BEA METERAI


1. Bea materai dikenakan atas dokumen (merupakan pajak atas dokumen)
2. Satu dokumen hanya terutang satu bea meterai
3. Rangkap/tindasan (yang ikut ditandatangani) terutang bea meterai sama dengan aslinya

6
D. TARIF BEA METERAI Rp 6.000 DIKENAKAN ATAS DOKUMEN
1.
a. Surat perjanjian dan surat-surat lainya (antara lain : surat kuasa, hibah, dan surat pernyataan) yang dibuat
dengan tujuan digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang
bersifat perdata.
b. Akta-akta notaris termasuk salinannya.
c. Akta-akta yang dibuat pejabat pembuat akta tanah (PPAT) termasuk rangkap-rangkapnya.
d. Surat yang memuat jumlah yang mempuyai harga nominal lebih dari Rp 1.000.000 :
1) Yang menyabutkan penerimaan uang.
2) Yang menyebutkan pembukan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di bank.
3) Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank.
4) Yang berisi pengakuan bahwa utang uang sebagaian atau seluruhnya telah dilunasi atau
diperhitungkan.
e. Surat-surat berharga seperti : wesel, promos, dan aksep yang harga nominalnya lebih dari Rp 1.000.000.
f. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun sepanjangan harga nominalnya lebih dari Rp 1.000.000.

2. Dokumen-dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan :


a. Surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan.
b. Surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan tujuannya, jika digunakan untuk
tujuan lain atau digunakan untuk orang lain, lain dai maksud semula.

E. TARIF BEA METERAI Rp 3.000 DIKENAKAN ATAS DOKUMEN

1. Surat yang memuat jumlah uang yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 250.000 tetapi tidak lebih
dari Rp 1.000.000 :
a. Yang menyebutkan penerimaan uang.
b. Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di bank.
c. Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank.
d. Yang berisi pengakuan bahwa utang uang sebagian atau seluruhnya telah dilunasi atau di
perhitungkan.
2. Surat-surat berharga seperti : wesel, promes, dan aksep yang harga nominalnya lebih dari Rp 250.000
tetapi tidak lebih dari Rp 1.000.000.
3. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun, sepanjangn harga nominalnya lebih dari Rp 250.000 tetapi
tidak lebih dari Rp 1.000.000.
4. Cek dan bilyet giro dengan harga nominal berapa pun.
Apabila suatu dokumen (kecuali cek dan bilyet giro) mempuyai nominal tidak lebih dari Rp 250.000, maka
atas dokumen tersebut tidak terutang Bea Meterai.

7
F. YANG TIDAK DIKENAKAN BEA METERAI

1. Dokumen yang berupa, antara lain :


a. Surat penyimpanan barang.
b. Konosemen.
c. Surat angkutan penumpang dan barang.
d. Keterangan pemindahan yang ditulis di atas dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b,
dan c.
e. Bukti pengiriman dan penerimaan barang.
f. Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim.
g. Surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat tersebutdi atas.
2. Segala bentuk ijazah. Yang termasuk dalam pengertian ini adalah surat tanda tamat belajar (STTB), tanda
lulus, surat keterangan telah mengikuti suatu pendidikan, latihan, khusus, dan penataran.
3. Tanda terima gaji, uang tunggu, pension, uang tunjangan, dan pembayaran lainnya yang ada kaitannya
dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran itu.
4. Tanda bukti penerimaan uang negara dari kas negara, kas pemerintah daerah.
5. Kuitansi untuk semua jenis pajak dan penerimaan lainnya yang dapat disamakan dengan itu dari kas
negara, kas pemerintah daerah, dan bank.
6. Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi.
7. Dokumen yang meyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada penabung oleh bank, koperasi,
dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut.
8. Surat gadai yang diberikan oleh perm pegadaian.
9. Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.

G. SAAT TERUTANG BEA METERAI DAN PIHAK YANG TERUTANG BEA METERAI

1. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak adalah pada saat dokumen itu diserahkan dan diterima oleh pihak
untuk siapa dokumen itu dibuat jadi bukan pada saat ditandatangani. Mislanya kuitansi, sek.
2. Dokumen yang dibuat oleh lebih dari satu pihak adalah pada saat dokumen itu telah selesai dibuat, yang
ditutup dengan pembubuhan tanda tangan dari yang bersangkutan. Mislanya : surat perjanjian jual beli.
3. Dokumen yang dibuat di luar negeri adalah pada saat digunakan di Indonesia. Bea meterai yang terutang
dilunasi dengan cara pemeteraian kemudian.
Pihak yang terutang Bea Meterai adalah pihak yang mendapat manfaat dari dokumen, kecuali pihak atau pihak-
pihak yang bersangkutan menentukan lain.

H. CARA PELUNASAN BEA METERAI

1. Dengan menggunakan benda meterai, yaitu :


a. Meterai temple
b. Kertas meterai
2. Dengan cara lain yang ditetapkan oleh menteri keuangan
Untuk lebih jelasnya, cara pelunasan Bea Metrai tersebut dapat digambarkan dengan bagan berikut ini ;

8
CARA PELUNASAN BEA METERAI

Benda Meterai Cara Lain

Pemeteraian
Biasa kemudian
Mesin Teraan
Alat Lain
Meterai

Oleh wajib Oleh


Bea Pejabat Pos Harus seizin
Menteri Kuangan

I. CARA PENGGUNAAN BEDA METERAI

1. Meterai Tempel
a. Meterai temple direkatkan seluruhnya dengan utuh dan tidak rusak di atas dokumen yang dikenakan
Bea Meterai.
b. Meterai temple direkatkan di tempat di mana tanda tangan akan dibubuhkan.
c. Pembubuhan tanda tangan disertai dengan tanggal, bulan, dan tahun dilakukan dengan menggunakan
tinta atau yang sejenisnya. Sebagian tanda tangan berada di atas meterai dan sebagian lagi di atas
kertas dokumen.
d. Jika digunakan lebih dari satu meterai temple, tand atangan harus dibubukan debagian di atas semua
meterai temple dan sebagian di atas kertas dokumen.
2. Kertas Meterai
a. Dokuemn ditulis di atas kertas meterai. Jika isi dokumen terlalu panjang untuk dimuat seluruhnya di
atas kertas meterai yang digunakan, maka untuk bagian isi yang masih tertinggal dapat digunakan
kertas tidak bermeterai.
b. Kertas meterai yang sudah digunakan, tidak boleh digunakan lagi.
Apabila ketentuan-ketentuan di atas tidak dipenuhi, maka dokumen yang bersangkutan dianggap
tidak bermeterai.

J. PEMETERAIAN KEMUDIAN, SANKSI, DALUWARSA

• Pemetteraian kemudian
Adalah suatu cara pelunasan bea meterai yang dilakukan oleh pejabat pos atas permintaan pemegang
dokumen yang bea materaiannya belum dilunasi sebagaimana mestinya.
Pemeteraian kemudian dilakukan atas :
9
a. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan.
b. Dokmen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya.
c. Dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan digunakan di Indonesia.
• Sanksi-sanksi

1. Sanksi Administrasi
Apabila dokumen tidak atau kurang dilunasi bea meterai sebagaimana mestinya, maka akan dikenakan
denda administrasi sebesar 200% dari bea meterai yang tidak atau kurang dibayar.
Misalnya bea meterai terutang Rp 6.000. karena kelalaian belum mengenakan bea meterai, maka bea
meterai dan saksi yang harus dibayar adalah :
Bea meterai yang terutang Rp 6.000
Denda administrasi Rp 12.000
Jumlah pemeteraian kemudian Rp 18.000

Pemeteraian kemudian atas dokumen tersebut dilakukan oleh pejabat pos menurut tata cara yang
ditetapkan oleh Menteri keuangan.
Untuk lebih memperjelas hubungan antara pemeterian kemudian dengan denda administrasi,
digambarkan dengan bagan berikut ini :

PEMETERAIAN KEMUDIAN

Berikut Denda
Tanpa Denda
(200%)

1. Dokumen yang dibuat di luar negeri sebelum 1. Semua dokumen yang dikenakan Bea Meterai
digunakan di Indonesia. tetapi dokumen tersebut tidak/kurang dibayar
Bea Meterainya, kecuali dokumen yang akan
digunakan sebagai alat pembuktian di muka
pengadilan.

2. Surat-surat biasa dan surat kerumahtanggan 2. Dokumen yang dibuat di luar negeri, yang
sebagai alat bukti di pengadilan. Bea Meterainya dilunasi sesudah dokumen
tersebut digunakan di Indonesia.

3. Dokumen yang semula tidak dikenakan Bea


Meterai berdasarkan tujuannya, kemudian
berubah tjuan atau dipergunakan oleh orang
lain (sebagai alat bukti di pengadilan)
10
Ketentuan khusus :
1. Pejabat pemerintah, hakim, panitera, jurusita, notaris, dan pejabat umum lainnya dalam tugas atau
jabatannya tidak dibenarkan :
a. Menerima, mempertimbangkan atau menyimpan dokumen yang bea meterainya tidak atau
kurang dibayar.
b. Melekatnya dokumen yang bea meterainya tidak atau kurang dibayar pada dokumen lain yang
berkaitan.
c. Membuat Salinan, tembusan, rangkapan, atau petikan dari dokumen yang bea meterainya tidak
atau kurang dibayar.
d. Memberikan keterangan atau catatan pada dokumen yang bea meteraunya tidak atau kurang
dibayar sesuai dengan tarif bea meterainya.
2. Sanksi atas point 1, sanksi administrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
mislanya : untuk yang berstatus pegawai negeri sipl dapat diberlakukan dengan PP. No. 53 tahun 2010,
antara lain :
a. Teguran lisan, teguran tertulis.
b. Penundaan kenaikan gaji berkala/pengkat.
c. Pemberhentian.
2. Sanksi pidana
1.
a) Pemalsuan/peniruan meterai temple, kertas meterai dan tanda tangan yang perlu untuk
mengesahkan meterai.
b) Dengan sengaja menyimpan dengan maksud untuk diedarkan atau memasukkan ke negara
Indonesia meterai palsu, yang dipalsukan atau yang dibuat dengan melawan hak.
c) Dengan sengaja menggunakan, menjual, menawarkan, menyerahkan, menyediakan untuk dijual
atau dimasukkan ke negara Indonesia meterai yang mereknya, capnya, tanda tangannya, tanda
sahnya atau tanda waktunya mempergunakan telah dihilangkan seolah-olah meteraia itu belum
dipakai dana tau menyuruh orang lain mengunakannya dengan melawan hak.
d) Dengan sengaja menyimpan bahan-bahan/perkakas-perkakas yang diketahui untuk meniru dan
memalsukan benda meterai.
Sanksi :
Sesuai dengan keputusan pengadilan yang telah mempuyai kepastian hukum, dapat berupa kurungan
atau penjara sesuai dengan pasal 253 kitab undang-undang hukum pidana (KUHP).
2. Dengan sengaja menggunakan cara lain untuk pelunasan bea meterai (pasal 7 (2) b) tanpa seizin menteri
keuangan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 7 tahun.
Penaggung jawab sanksi :
1. Untuk sanksi administrasi : pemegang dokumen
2. Untuk sanksi pidana : sesuai keputusan pengadilan

• Kedaluwarsa
Kedaluwarsa dari kewajiban memenuhi Bea Meterai ditetapkan 5 tahun, terhitung sejak tanggal dokumen
dibuat.
11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu Bea Materai merupakan pajak yang dikenakan atas
pemanfaatan dokumen, seperti surat perjanjian, akta notaris, kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek,
yang memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan dan dokumen yang
digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.
Bea materai digunakan untuk dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penerimaan uang, ataupun
untuk surat-surat berharga yang penggunaannya telah diatur oleh menteri keuangan, adapun jenisnya berupa
materai tempel dengan nominal Rp. 3.000,00 dan Rp. 6.000,00 maupun materai kertas yang biasanya digunakan
untuk surat berharga seperti surat tanda tamat belajar maupun akta tanah.Penggunaan bea materai dalam
dokumen-dokumen tersebut adalah sebagai alat pengesahan dokumen tersebut.

B. SARAN
Bea Materai merupakan pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen, seperti surat perjanjian, akta
notaris, kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek, yang memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah
tertentu sesuai dengan ketentuan dan dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.Sebagai warga
Negara yang baik kita harus mengerti tentang Bea Materai, serta dapat menggunakannya sesuai aturan yang
berlaku agar tidak terkena sanksi nantinya.

DAFTAR PUSTAKA
Buku Perpajakan Edisi 2019 - Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Akt., QIA., CFrA., CA.

12

Anda mungkin juga menyukai