Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“BISNIS PERLINDUNGAN KONSUMEN”

Di susun oleh :
Roy Sugianto 102001084
Muh. Rehan Aditya 102001090
Hadijah M. Nur 102001092

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
ANGKATAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Etika Bisnis yang berjudul
"Bisnis Perlindungan Konsumen".

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus doa, saran dan kritik sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna


dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.

BauBau, 13 Oktober 2021

Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................
C. Tujuan Penelitian................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Hubungan Produsen dan Konsumen...................................................
B. Gerakan Konsumen............................................................................
C. Konsumen adalah Raja.......................................................................
BAB III URAIAN
A. Uraian Kasus Relevan........................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................
B. Penutup...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat modern adalah masyarakat pasar atau masyarakat
bisnis atau juga disebut sebagai masyarakat konsumen. Alasannya tentu
jelas, semua orang dalam satu atau lain bentuk tanpa terkecuali adalah
konsumen dari salah satu barang yang diperoleh melalui kegiatan bisnis.
Bisnis sudah merasuki seluruh masyarakat manusia di dunia dan semua
sendi kehidupan manusia. Karena itu, tidak seorang pun luput dari bisnis.
Semua manusia adalah konsumen, termasuk pelaku bisnis atau produsen
sendiri. Karena itu, tidak berlebihan kalau di katakana bahwa bisnis adalah
bagian integral dari masyarakat modern, dan mempengaruhi manusia baik
secara positif maupun secara negatif. Bisnis ikut menentukan dari
buruknya dan maju tidaknya kebudayaan pada abad modern ini.
Berdasarkan kenyataan yang tak terbantahkan bahwa bisnis
merasuki seluruh kehidupan semua manusia, maka dari prespektif etis,
bisnis diharapkan bahkan dituntut menawarkan sesuatu yang berguna bagi
manusia dan tidak sekedar menawarkan sesuatu yang merugikan hanya
demi memperoleh keuntungan. Termaksud didalamnya, para pelaku bisnis
dilarang untuk menawarkan sesuatu yang dianggap merugikan manusia.
Hanya saja, para pelaku bisnis punya anggapan bahwa mereka
sesungguhnya hanya memenuhi kebutuhan hidup manusia. Mereka hanya
memenuhi permintaan manusia. Jadi, mereka tidak bertanggungjawab atas
barang atau jasa yang merugikan atau berpotensi merugikan konsumen
dalam hal ini, bisnis lalu dianggap sebagai aktivitas netral yang hanya
ingin melayani kebutuhan dan permintaan manusai. Bisnis sama sekali
tidak mendikte manusia. Contohnya, dalam kasus bisnis rokok,
perusahaaan rokok hanya memenuhi kebutuhan dan permintaan konsumen
akan rokok. Bahwa rokok itu merugikan kesehatan manusia, perusahaan
rokok tidak bertanggungjawab, karena manusia itu sendiri yang
membutuhkannya sementara produsen hanya memenuhi apa yang
dibutuhkan.
Sikap netral tersebut memang merupakan salah satu prinsip yang
harus dipegang oleh pelaku bisnis. Mereka hanya boleh menawarkan
barang yang dibutuhkan manusia dan tidak boleh mendikte apalagi
memaksa konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi produk tersebut.
Namun, apakah betul bahwa dalam menawarkan suatu barang dan jasa,
perusahaan bersikap netral? Apakah betul bahwa kebutuhan itu ada pada
masyarakat dan bukan diciptakan oleh produsen? Apakah betul bahwa
produsen tidak mendikte konsumen?
Dalam kenyataannya tidak demikian . Kenyataan menunjukan
bahwa dalam banyak hal produsen itulah yang menciptakan kebutuan pada
konsumen dan bukan sekedar melayani kebutuan yang sudah ada.
Contonya , dalam kategori yang baik, komputer,peraltan elektronik
transportasi,dan semcamnnya. Dalam arti tertentu prousen
menciptakannya sambil menggeser perangkat perangkat lama. Bahwa
secara potensial manusia membutuhnya ,tidak bisa di banta. Namun
kebutuan itu didorong ,diperkuat bahkan dalam kasus tertentu diciptakan
(komputer untuk games) oleh produsen. Dalam contoh yang negatif ,pil
extasi merupakan kebutuan , kalau maw disebut kebutuan , yang dicipakan
oleh produsen,oleh pelaku bisnis . Buah kaleng impor bukan kebutuan
konsumen Indonesia . Ini hanyah kebutuan masyarakat barat yang dalam
musim tertentu suli mendapat buah apalagi buah dari daera tropis. Bagi
masyarakat ini bukan kebutuan Karena buah segar tersedia dimana-
dimana. Maka, kenyataan bahwa orang Indonesia mengkomsumsi buah
kalengan impor yang akhirnya merusak neraca perdagangan kita, adalh
tanggungjawab orang bisnis. Dalam contoh tersebut orang bisnis tidak
sekedar memenui kebutuan manusia, melainkan kebutuan yang
sesuggunya tidak perlu akan barang-barang itu. Hal yang sama berlaku
sampai tingkat tertentu dalam kasus susu formula atau lebih lagi makanan
kaleng untuk bayi dan masih banyak contoh yang lain .
Dengan demikian, tidak bisa sepenuhnya bahwa bisnis bersikap
netral. Bahkan, bukan hanhya melalui kehadirannya bisnis menciptakan
kebutuhan atau permintaan, melalui iklan yang gencar apa yang semula
tidak dibutuhkan menjadi dibutuhkan. Contohnya, jamu’idaman’ bagi
wanita semula tidak dibutuhkan. Tiba-tiba dengan iklan yang gencar jamu
tersebut menjadi di butuhkan. Bantal kepala buatan luar negri yang gencar
di iklankan di TV untuk mencipatkan kebutuhan pada konsumen semula
tidak berpikir tentang bantal khusus seperti itu begitu banyak produk lain
lagi, yang sesungguhnya bukan kebutuhan tetapi di buat jadi kebutuhan
karena ulah pelaku bisnis.
Tentu saja tidak bisa di sangkal bahwa bisnis mempunyai peran sangat
besar dalam membuat kehidupan manusia modern menjadi jauh lebih
menyenangkan dan nyaman. Tidak bisa di bantah. Namun tidak bisa di
sangkal pula bahwa bisnis tertentu merusak masyarakat, baik dalam kaitan
kesehatan, mental maupun budaya masyarakat. Timbulnya berbagai
penyakit yang sangat dipengaruhi oleh pola konsumsi makanan tidak bisa
tidak merupakan tanggungjawab orang bisnis juga. Demikian pula, sampai
tingkat tertentu orang bisnis membuat masyarakat menjadi konsumtif dan
bahkan sampai melahirkan tindak kriminal seperti pencurian,
perampokkan, dan korupsi hanya demi memenuhi kebutuhan atau
permintaan yang dalam banyak hal tidak perlu itu. Maka, tidak berlebihan
kalau dikatakan bahwa bisnis ikut bertanggungjawab atas baik buruknya
masyarakat manusia modern.
Satu langka positif yang telah ditempuh di Indonesia adalah
kegiatan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia yang melakukan peneliti
tentang berbagai produk dan jasa, kemudian menyebarkan informasi
tentang hasil penelitiannya baik melalui majalanya Warta Konsumen
maupun melalui kerjasam dengan Koran ibukota tertentu. Ini sangat positif
dan sangat bermanfaat bagi masyarakat konsumen, yang umumnya awam,
untuk hati-hati memilih produk dan jangan sampai secara awam dibodohi
atau dicurangi oleh produsen .Dengan kehadiran YLKI serta hasil
penelitiannya yang netral, independen, dan tak bisa kompromi,pengusaha
akan berhitung lebih seksama untuk menawarkan barang dan jasa tertentu
ke dalam pasar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi tujuan penulisan ini
adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana Hubungan Produsen Konsumen
b. Bagaimana Gerakan Konsumen
c. Bagaimana Konsep Konsumen adalah Raja

C. Tujuan Penyusunan Makalah


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan dari
penyusunan makalah ini ialah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui hubungan produsen konsumen
b. Untuk mengetahui gerakan konsumen
c. Untuk mengetahui konsep adalah raja
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Produsen dan Konsumen


Definisi konsumen menurut Undang-undang Perlindungan
Konsumen (UUPK) adalah sebagai berikut: “Konsumen adalah setiap
orang yang meinakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”
Produsen ialah orang yang menghasilkan barang atau jasa untuk keperluan
konsumen. Barang atau jasa yang dihasilkan produsen disebut produksi,
sedangkan yang memakai barang dan jasa disebut konsumen. Dalam ilmu
ekonomi dapat dikelompokkan pada golongan besar suatu rumah tangga
yaitu golongan Rumah Tangga Konsumsi (RTK), dan golongan Rumah
Tangga Produksi (RTP).
Rumah Tangga Konsumsi ialah kelompok masyarakat yang memakai
barang dan jasa, baik secara perorangan, atau keluarga atau organisasi
masyarakat. Tetapi kelompok rumah tangga konsumsi ini juga merupakan
kelompok yang memberikan beberapa faktor produksi:
 Orang yang menyewakan tanah untuk keperluan perusahaan,
pabrik, dan tempat kedudukan perusahaan.
 Orang yang menyerahkan tenaga kerja untuk bekerja pada suatu
perusahaan atau pabrik.
 Orang yang menyertakan modal usaha untuk diusahakan.

Sedangkan Rumah Tangga Produksi yang menerima faktor


produksi (tanah, tenaga kerja, modal, keahlian) dari masyarakat kemudian
di olah dan diorganisir agar menghasilkan barang dan jasa. Produksi
(barang dan jasa) itu dijual pada masyarakat sehingga memperoleh uang
yang banyak dari hasil penjualan itu.

Akibatnya, antara konsumen dan produsen tidak bisa dipisahkan,


artinya saling mempengaruhi dan saling membutuhkan. Jika perusahaan
menghasilkan suatu barang dan jasa harus sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, kalau tidak, maka produksinya tidak akan laku dijual. Namun,
jika produsennya cukup pintar, mereka bahkan bisa menciptakan
kebutuhan konsumen tersebut dengan cara promosi dan iklan yang gencar.
Sehingga kebutuhan konsumen yang sebelumnya tidak ada menjadi ada.
Cara tersebut disebut dengan inovasi, yaitu menciptakan sesuatu yang
belum ada atau menyempurnakan yang sudah ada sehingga mempunyai
fungsi yang lebih hebat lagi.

a. Hubungan Secara Langsung


 Hubungan antara produsen dengan konsumen dilaksanakan dalam rangka
jual beli. Jual beli sesuai Pasal 1457 KUH Perdata adalah suatu perjanjian
dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan
suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah
dijanjikan. Dari pengertian ini, maka terdapat unsur-unsur : 

1. Perjanjian
2. Penjual dan pembeli
3. Harga
4. Barang

b. Hubungan Tidak Langsung


Pada wal sejarah manusia, transaksi bisnis terjadi secara langsung antara
produsen dan konsumen. Seiring dengan revolusi industri, transaksi usaha
berkembang ke arah hubungan yang tidak langsung melalui suatu mata
rantai distribusi, dari pelaku usaha, disalurkan atau di distribusikan kepada
agen, lalu ke pengecer baru sampai konsumen. Dalam hubungan ini tidak
terdapat hubungan kontraktual (perjanjian) antara produsen dan konsumen.
B. Gerakan Konsumen
Kewajiban produsen di satu pihak dan hak konsumen di pihak lain,
sebagaimana dipaparkan di atas, jauh lebih mudah untuk dikatakan
daripada dilaksanakan. Mengapał Pertama, karena kendati banyak
produsen punya hati emas dan punya kesadaran yang tinggi, hati dan
kesadaran moralnya itu sering dibungkam oleh keinginan untuk mendapat
keuntungan atau uang dalam waktu singkat daripada mempedulikan hak
konsumen. Keduả, di banyak negara sedang berkembang, termasuk
Indonesia, para produsen lebih dilindungi oleh pemerintah karena mereka
dianggap punya jasa besar dalam menopang perekonomian negara
tersebut. Akibatnya, kepentingan mereka lebih diamankan pemerintah
daripada kepentingan konsumen. Ketiga, dalam sistem sosial politik di
mana kepastian hukum tidak jalan, pihak produsen akan dengan mu- dah
membeli kekuasaan untuk melindungi kepentingannya terhadap tuntutan
konsu- men. Kalaupun konsumen menuntut, pihak produsen selalu merasa
diri di atas angun. Kekuatan bisnis yang besar di bidang ekonomi dengan
mudah mengakumulasi kekuar- an politik, baik secara halal maupun tidak,
demi mengamankan dirinya dengan akuba munculnya sikap arogan yang
tidak peduli pada kepentingan konsumen.² Keempa, konsumen (individual,
khususnya) merasa rugi kalau harus menuntut produsen dan karena itu
selalu berada dalam posisi yang lemah. Masih beruntung bahwa kini
media massa benar-benar digunakan sebagai kékuatan konsumen di mana
kelubankonsumen elalui rubrik surat pembaca punya dampak efcktif
mempengaruhi produsen karena sirat pembaca itu punya pengaruh
kumulatif bagi semua konsumen atau calon kor- u produk. ca yang ca-
halk ini ju- asyarakat erhati-hati terugikan an lari ke rang dan hususnya
dan lain- ya dalam cerangan. sumen lain. Salah satu syarat bagi terpenuhi
dan terjaminnya hak-hak konsumen adalah nerlunya pasar dibuka dan
dibebaskan bagi semua pelaku ekonomi, termasuk bagi orodusen dan
konsumen untuk keluar masuk dalam pasar. Pasar yang terbulka dan hebas
akan berfungsi semaksimal mungkin untuk menjamini kepentingan
konsumen dan juga kepentingan produsen. Bagi könsumen khususnya,
harya dengan pasar yang terbuka dan bebas mereka bisa leluasa
mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari berbagai perusahaan untuk
pada akhirnya menentukan pilihannya secara bebas dan tepat. Pasar yang
terbuka dan bebas juga memungkinkan mereka mendapatkan barang
dengan kualitas dan harga yang kompetitut serta pelayanan yang lebih
baik. Sebabnya, dalam pasar yang terbuka dan bebas produsen saling
bersaing untuk merebut konsumen, baik dengan menjaga mutu, menekan
harga maupun meningkatkan pela- yanan. Dengan kata lain, dalam sistem
ekonomi pasar bebas, konsumen benar-benar raja dan bahkan mendikte
pasar. Hanya dengan memenuhi kebutuhan, permintaan. dan keinginan
konsumen, produsen bisa memperoleh keuntungan. Termasuk di dalan-
nya, hanya dengan memenuhi hak dan kepentingan konsumen, produsen
dapat meraih keuntungan dan bertahan dalam bisnis penuh persaingan
yang ketat. Sebalikınya, dalam pasar yang tertutup dan monopolistis, hak
dan kepentingan konsumern skan sulit di- jamin. Selain itu, salah satu
langkah yang dirasakan sangat berpengaruh adalah Gerakan Konsumen, Di
banyak negara Barat, Gerakan Konsumen ataupun Lembaga Konsumen
sangat dirasakan manfaatnya oleh konsumen dan pengaruhnya benar-benar
diper- hitungkan oleh pihak produsen. Bahkan dalam kasus tertentu sangat
ditakuti dan membuat produsen berada dalam posisi yang lemah. Gerakan
ini terütama lahir karena dirasakan adanya penggunaan kekuatan bisnis
secara tidak fair. Dirasakan bahwa ada praktek-praktek bisnis yang sangat
merugikan hak dan kepentingan konsumen, yang kalau tidak ditanggapi
dalam bentuk sebuah gerakan" akan semakin merugikan konsumen.
Konsumen dan masyarakat pada umumnya merasakan bahwa kalau
kekuatan bisnis yang begitu besar di dalam masy rakat modern ini tidak
diimbangi oleh kekuatan tandingan dari pihak konsumen, praktek-praktek
bisnis yang tidak fair akan terus berjalan. Kalau kekuatan ini tidak
ditandingi, konsumen akan terus dijejali dengan produk yang rendah
miutunya, yung ddak aman, yang merusak lingkungan, pelayanan tidak
baik, serta iklan yang penuh dengan trik-trik yang menipu dan merusak
nilai budaya dan moral manusia.
Gerakan konsumen, paling kurang di Barat, juga lahir karena
beberapa pertim- bangan sebagai berikut." Pertama, produk yang semakin
banyak di satu pihak meng- untungkan konsumen, karena mereka punya
pilihan bebas yang terbuka, namun di pihak lain juga membuat pilihan
mereka menjadi rumit. Banyak konsumen lalu sulit menentukan
pilihannya. Karena itu, mereka membutuhkan pedoman atau informasi
yang akurat tentang berbagai produk. Padahal informasi seperti itu sulit
didapat dari produsen. Karena itu, kehadiran Gerakan Konsumen atau
Lembaga Konsumen dibutuhkan untuk secara aktif memberi informasi
yang netral dan objektif tentang berbagai produk. Bahkan informasi
tersebut menyangkut hal-hal yang tidak tranparan: kadar dan kandungan
suatu produk, volume, kemampuan mencuci, dan semacamnya yang hanya
diperoleh melalui pengujian ilmiah yang akurat. Kedua, jasa kini semakin
terspesialisasi sehingga menyulitkan konsumen untuk memutuskan mana
yang memang benar-benar dibutuhkannya. Dalam memilih penga- cara,
dokter, universitas, rumah sakit, biro perjalanan, dan semacamnya banyak
orang 1 sangat tidak data objektif tentang baik buruknya jasa pelayanan
tertentu. Pengalaman punya konsumen lain dapat menjadi informasi
terbaik, tapi sering sulit mendapatkannya. Karena itu, kehadiran Gerakan
Konsumen atau Lembaga Konsumen yang juga berfung- si mengumpulkan
data dan informasi semacam itu dan menyebarkannya kepada masya- rakat
luas tentu sangat diperlukan dan berguna. Ketiga, pengaruh iklan yang
merasuki setiap menit dan segi kehidupan manusia modern melalui
berbagai media massa dan media informasi lainnya, membawa penga-
yang sangat besar bagi kehidupan konsumen. Tidak hanya konsumen
dibuat bingung, tetapi juga iklan-iklan itu sering merusak kepribadian
pihak tertentu (anak- anak, khususnya) baik secara moral maupun kultural.
Maka, kehadiran Lembaga Kon- sumen dan "gerakan" konsumen untuk
menangkal pengaruh iklan dalam masyarakat modern sudah sangat
mendesak. Konsumen perlu bersatu untuk melawan pengaruh iklan ini,
untuk tidak membiarkan iklan mengarahkan dan menentukan hidup
manusta sesuka hatinya. Iklan harus dilawan agar tidak mendikte dan
membuat manusia hanya sebagai robot atau budak dari kemauan iklan dan
produsen. Argumen bahwa iktan hanya memberi informasi tidak bisa
dianggap sebagai argumen yang serius ka ruh dengan berbagai cara
manipulasi yang halus ataupun kasar masyarakat telah digirs untuk
membeli produk tertentu, Lebih dari inu, heterogenitas konsumen dalam
hal Usia, kelas sosial, pendidikan tidak pernah di perhitungkan iklan yang
cenderung membuat manusia menjadi homogen. Maka, dengan mudah
kelompok tertentu dirugikan dan dirusak oleh iklan, bahkan tanpa
disengaja dan dimaksudkan pengiklanan.
Keempat, kenyataan menunjukan bahwa keamana produk jarang
sekali diperhatikan secara serius oleh produsen. Ini menyangkut keamanan
pribadi maupun sosial, fisik maupun moral-mental-budaya. Termasuk di
dalamnya adalah keamanan lingkungan hidup. Atas dasar ini, berbagai
pihak menggerakan berbagai kelompok tertentu untuk pertama-tama
menyadarkan kepentingan konsumen yang terkait dan terancam oleh pihak
produsen. Tetapi lebih dari itu, untuk juga menuntut produsen agar serius
memperhatikan keamanan produk yang di tawarkannya.
Kelima, dalam hubungan jual beli yang didasarkan pada kontrak,
konsumen lebih berada pada posisi yang lemah. Dalam hal ini, konsumen,
khususnya yang berasal dari kelas sosial bawah, membutuhkan konsultasi,
advokasi, dan perlindungan untuk menuntut hak dan kepentingan mereka
sesuai dengan prinsip kontrak yang adil dan etis. Karena itu, Gerakan
Konsumen atau Lembaga Konsumen sangat dibutuhkan kehadirannya
untuk memberikan advokasi dan konsultasi yang dibutuhkan konsumen
tersebut, baik secara terang-terangan diminta maupun yang tidak diminta
(khususnya melalui media massa).
Sehubungan dengan muncul dan berkembangnya gerakan
konsumen ini, muncul persoalan baru yang tidak mudah diatasi. Produsen-
produsen di negara-negara Barat, yang karena tuntutan konsumennya
memproduksi produk-produk peduli pada lingkungan hidup, misalnya,
merasa sangat dirugikan. Pasalnya, produk mereka menjadi sangat mahal
dan karena itu lemah daya saingnya dalam pasar global di mana tidak
semua konsumen peduli pada masalah lingkungan. Apalagi, konsumen
dari negara-negara sedang berkembang mempunyai daya beli yang rendah,
dan karena itu mereka sulit bersaing pada skala global. Belum lagi
menghadapi kenyataan bahwa tidak semua Barat serius terhadap masalah
lingkungan dan karena itu hanya memilih produk yang peduli lingkungan.
Maka, mereka bisa saja memilih produk dari negara lain tidak peduli
lingkungan hanya karena lebih murah. Namun, dapat juga terjadi
sebaliknya. Produk dari negara-negara sedang berkembang yang tidak
peduli lingkungan, yang tidak peduli akan hak konsumen dan juga hak
buruh, sering diboikot negara maju. Ini menunjukkan bahwa ketika
gerakan konsumen belum merata di seluruh dunia, dan berarti ketika
standar produk belum merata (dalam kaitan dengan hak konsumen, hak
buruh, lingkungan, kualitas, dari yang kuat sekarang ini mau tidak mau
akan juga bergerak ke arah semakin globalnya semacamnya), produsen
tertentu sangat dirugikan. Hanya saja, kecenderungan global yang kuat
sekarang ini mau tidak mau akan juga bergerak ke arah semakin globalnya
gerakan konsumen sehingga memang pada akhirnya hak-hak konsumen.
Hak-hak buruh, dan masalah etis lainnya akan semakin diperhatikan oleh
produsen. Pada saatnya akan terjadi perimbangan pasar antara kekuatan
produsen dan konsumen yang sama sama akan saling mendikte satu sama
lain. Pada saat itu, kelangsungan bisnis memang hanya akan ditentukan
oleh kemampuan dan keunggulan dalam memenuhi permintaan pasar
global, yang tidak bisa tidak sarat berbagai nilai manusiawi.
Kendati kehadiran Gerakan Konsumen, khususnya yang
dilembagakan dalam sebuah lembaga semacam Lembaga Konsumen,
sangat dibutuhkan demi memperjuangkan hak dan kepentingan konsumen,
ada banyak kesulitan dalam mewujudkan kehadiran lembaga ini. Kesulitan
terbesar menyangkut dana bagi kelangsungan dan operasi lembaga ini.
Sesungguhnya, dana tidak akan menjadi persoalan seandainya kehadiran
lembaga ini merupakan suatu prioritas dari pemerintah karena lembaga ini
membantu pemerintah dalam menjalankan tugas pemerintah untuk
menjaga dan menjamin hak dan kepentingan masyarakat. Pemerintah yang
punya tugas utama menjaga dan melindungi hak dan kepentingan warga
telah dibantu dengan kehadiran lembaga ini. Maka, seharusnya pemerintah
membiayai lembaga ini, sambil tetap memberi otoritas dan menjamin
kemandirian operasi lembaga ini.
Hanya saja, hingga sekarang lembaga konsumen lebih merupakan
sebuah gerakan swadaya masyarakat, dan karena itu hampir tidak dibiayai
oleh pemerintah, bahkan sering berseberangan dengan pemerintah. Dalam
situasi semacam itu, dana menjadi persoalan besar. Tentu saja, dana juga
tidak akan menjadi persoalan seandainya konsumen mau membayar
informasi yang sangat dibutuhkannya tentang berbagai produk kepada
lembaga ini. Artinya, lembaga ini melakukan penelitian dan
mengumpulkan berbagai informasi yang akurat dan semua konsumen yang
mengkonsumsi informasi diminta untuk membayar informasi itu demi
menutup kembali biaya yang telah dikeluarkan
Masalahnya, konsumen cenderung untuk tidak mau membayar
informasi yang sangat dibutuhkannya itu. Ini terutama disebabkan
konsumen tidak memahami nilai dari informasi tentang produk yang
sesungguhnya sangat dibutuhkannya itu. Ini antara lain karena mereka
masih merupakan konsumen tradisional, yaitu konsumen yang sekadar
membeli asal membeli, dan yang karena itu mudah menjadi korban iklan
dan manipulasi produsen. Pada umumnya, konsumen, khususnya kelas
bawah, baru sampai pada "asal kebutuhan terpenuhi".
Dalam situasi semacam ini, memang Lembaga Konsumen harus
pertama-tama berjuang untuk hadir dan tetap bertahan sambil
menunjukkan dirinya sebagai lembaga yang di percaya informasinya dan
karena itu sangat di butuhkan konsumen. Hanya melalui itu, lama-
kelamaan konsumen dapat di anggap dapat sangat di butuhkan dan di
percaya masyarakat konsumen.
C. Konsumen adalah Raja
Sudahkah budaya ini terjadi di bumi kita ? Sebagai raja dalam arti
diberi pelayanan yang baik, service yang baik, lebih penting lagi membeli
barang yang benar-benar sesuai kualitas dengan garansi layak.
Konsumen merupakan setiap orang yang membeli barang atau jasa
dan memakai barang atau jasa tersebut untuk diri sendiri atau orang lain.
Konsumen pada umumnya ingin memiliki atau membeli jasa dengan harga
yang murah namun memiliki kualitas yang baik. Namun konsumen juga
tidak masalah dengan barang atau jasa yang mereka beli di atas harga rata-
rata, asalkan kulitas produknya juga di atas rata-rata. Konsumen juga
sangat menghargai pelayanan yang sangat baik. Apabila konsumen
mendapat pelayanan yang baik dia akan kembali lagi untuk membeli di
situ. Namun apabila konsumen mendapat pelayanan yang buruk
konsumen akan berpikir dua kali untuk membeli barang tersebut atau pun
kembali berkunjung ke toko tersebut walaupu kualitas produk dan jasa nya
sangat baik.
Salah satu cara untuk menarik minat konsumen untuk membeli
sebuah produk adalah dengan menggunakan promosi. Promosi seperti
iklan yang baik yang unik dan mudah di ingat  oleh konsumen akan
membuat konsumen tertarik untuk membelinya. Sepertinya konsumen
memang menjadi lebih tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan
dengan metode societal merketing concept. Konsumen merasa lebih
senang dan lebih tergerak untuk membeli produk tersebut dikarenakan
oleh kesan baik yang ditimbulkan produsen yang membantu kesejahteraan
masyarakat.
Kebutuhan konsumen berbeda-beda dan berubah setiap waktunya.
Pada dasarnya, konsumen yang sudah terpenuhi kebutuhan biologisnya
akan mencoba untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya. Bila kebutuhan
akan hal-hal mendesak sudah terpenuhi, maka konsumen akan mencari
produk dengan hal-hal lain yang bisa memenuhi kebutuhan yang lebih
tinggi.
Contoh kasus 1 pelayan dan kulitas produk yang baik:

Suatu ketika saya pergi ke sebuah bandara di Halim. Saya membeli


Roti xxx, dan saya memesan 5 roti rasa kopi. Begitu saya menyantap salah
satu roti tersebut, rasanya bukan roti kopi tetapi roti vanila. Lalu saya
kembali ke toko tersebut dan meminta pertanggung jawaban dengan
mengganti roti tersebut dengan rasa yang saya inginkan. Pihak toko lalu
menukar roti tersebut dengan roti yang saya ingin kan dan meminta maaf
atas kesalahannya.

Ini lah bentuk dari kepuasan konsumen yang harus di penuhi oleh
para produsen, mereka harus melayani konsumen sesuai dengan keinginan
konsumen. Produsen harus menyediakan produk yang terbaik dan
pelayanan yang memuaskan konsumen. Karena apabila konsumen tidak
terpuaskan, konsumen enggan untuk membeli kembali. Karena konsumen
adalah raja.
BAB III
URAIAN KASUS RELEVAN

Seorang konsumen, apabila dirugikan dalam mengonsumsi barang atau


jasa, dapat menggugat pihak yang menimbulkan kerugian. Pihak di sini bisa
berarti produsen/pabrik, supplier, pedagang besar, pedagang eceran/ penjual
ataupun pihak yang memasarkan produk. Ini tergantung dari siapa yang
melakukan atau tidak melakukan perbuatan yang menimbulkan kerugian bagi
konsumen.
Berikut ini beberapa contoh uraian kasus relevan yakni sebagai berikut :

1. Gugatan Konsumen Nissan March Indonesia

Pada 2011 silam, seorang konsumen Nissan March Indonesia menggugat


perusahaan lantaran mobil yang dibelinya tidak seirit klaim iklan yang beredar.
Dimana pada akhirnya tanggal 16 Februari 2012, BPSK memutuskan agar Nissan
membeli mobil yang digugat itu dengan harga Nissan March bekas senilai Rp138
juta. Hal ini diputuskan sesuai dengan mediasi kedua belah pihak. Selain itu,
BPSK juga menyatakan pihak Nissan March Indonesia melanggar ketentuan pasal
10 huruf C UU Perlindungan Konsumen.

2. Gugatan Konsumen PT BMW Indonesia

Sengketa antara konsumen dengan pihak BMW berawal pada Maret 2013,
seorang konsumen membeli jenis mobil BMW 520i dari PT Tunas Mobilindo
Parama. Namun setelah penggunaan mobil selama 6 bulan, mobil tersebut
mengalami krusakan berupa lompatan secara mendadak saat digunakan, yang
tentu saja hal ini dapat membahayakan pengemudi serta pengguna jalan lainnya.
Setelah mengajukan komplain, hal yang dikeluhkan masih terjadi hingga pada
akhirnya majelis memutuskan BMW untuk menarik kembali unit mobil seri 520i
tahun 2012, tipe sedan, warna hitam milik penggugat dengan seri baru yang
memiliki jenis, tipe, warna yang sama.
3. Gugatan Konsumen PT Securindo Packatama

Tidak hanya pada perusahaan besar, gugatan konsumen juga bisa terjadi
pada pengelola parkir. Seperti yang terjadi pada 1 Maret 2000 dimana seorang
konsumen yang memarkirkan mobilnya di pusat perbelanjaan, raib di daerah
Mangga Dua, Jakarta Pusat.Pemilik mobil lantas melapor pada petugas keamanan
dan polisi, hingga lima hari kemudian PT Securindo Packatama Indonesia (SPI)
minta berdamai dengan pemilik mobil dengan kompensasi Rp5 juta, dimana saat
itu mobilnya ditaksir seharga Rp60 juta. Gugatan berlanjut ke pengadilan dan
dimenangkan oleh pemilik mobil dengan mendapatkan ganti rugi sebesar Rp60
juta.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari setiap pembahasan diatas
yaitu,
Bahwa konsumen adalah setiap orang yang memakai barang atau jasa
yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.”untuk Produsen sendiri ialah orang yang menghasilkan
barang atau jasa untuk keperluan konsumen. Untuk itu hubungan antara
produsen dan konsumen ini sangatlah penting.
Sedangkan untuk gerakan konsumen disini kami menyimpulkan
bahwa barang atau jasa yang dihasilkan produsen disebut produksi,
sedangkan yang memakai barang dan jasa disebut konsumen.
Gerakan Konsumen atau Lembaga Konsumen sangat dibutuhkan
kehadirannya untuk memberikan advokasi dan konsultasi yang dibutuhkan
konsumen tersebut, baik secara terang-terangan diminta maupun yang
tidak diminta (khususnya melalui media massa) Sehubungan dengan
muncul dan berkembangnya gerakan konsumen ini, muncul persoalan baru
yang tidak mudah diatasi. Dalam situasi semacam ini, memang Lembaga
Konsumen harus pertama-tama berjuang untuk hadir dan tetap bertahan
sambil menunjukkan dirinya sebagai lembaga yang di percaya
informasinya dan karena itu sangat di butuhkan konsumen.
Untuk pembahasan mengenai konsumen adalah raja kami juga
memberikan kesimpulan apabila konsumen mendapat pelayanan yang
buruk konsumen akan berpikir dua kali untuk membeli barang tersebut
atau pun kembali berkunjung ke toko tersebut walaupu kualitas produk
dan jasa nya sangat baik.Konsumen merasa lebih senang dan lebih
tergerak untuk membeli produk tersebut dikarenakan oleh kesan baik yang
ditimbulkan produsen yang membantu kesejahteraan masyarakat.
Ini lah bentuk dari kepuasan konsumen yang harus di penuhi oleh para
produsen, mereka harus melayani konsumen sesuai dengan keinginan
konsumen.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai