Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“MANAJEMEN INVESTASI WAKAF UANG”

Dosen Pengajar :

Dr. Tri Astuti. S.E., M.Si

Disusun Oleh :

Kelompok III
Nurjanah Sulaiman 102001054
Faldi 102001057
Maria Theresia Yunita 102001058
Wa Eti 102001062
Nur Dirahma Puteri 102001065

ROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. Atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada
Nabi Mauhammad saw, keluarga dan para sahabatnya. Makalah dengan judul: “Manajemen
Investasi Wakaf Uang” ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat lulus pada mata
kuliah manajemen zakat dan wakaf. Penulis menyadari bahwa penyelesaian makalah ini tidak
akan terwujud tanpa bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.

Baubau, 22 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................II

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1

BAB II.............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.............................................................................................................................3

A. Manajemen Investasi..........................................................................................................3

B. Pengertian Wakaf Uang.....................................................................................................5

C. Dasar Hukum Wakaf Uang...............................................................................................7

D. Rukun dan Syarat Wakaf Uang......................................................................................10

E. Manfaat dan Tujuan Wakaf Uang..................................................................................11

F. Instrument Investasi Wakaf Uang..................................................................................12

G. Pola Pendistribusian Hasil Investasi Wakaf..................................................................16

H. Penyisihan Sebagian Hasil Pengelolaan Wakaf untuk Kepentingan Pemeliharaan Harta


Benda Wakaf.............................................................................................................................17

I. Penyaluran Wakaf untuk Kebaikan Secara Umum dan Prioritasnya........................18

BAB III..........................................................................................................................................21

PENUTUP.....................................................................................................................................21
A. Kesimpulan 21

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Wakaf uang adalah wakaf yang diberikan dari muwakif/ wakif (orang yang
berwakaf) dalam bentuk uang tunai yang diberikan kepada lembaga pengelola wakaf
(Nazhir) untuk kemudian dikembangkan dan hasilnya untuk kemaslahatan umat,
sementara pokok wakafnya tidak boleh habis sampai kapanpun.Wakaf terkhusus wakaf
uang, pada hakikatnya adalah investasi. Dimana pemiliknya ingin mewakafkan hartanya
di jalan yang bisa dipanen hasilnya di akhir (yaumul qiyamah), dengan tetap memelihara
pokoknya, seperti wakaf pohon dan kebun yang berbuah, hasil sewa pada barang- barang
yang disewakan, atau berupa dividen atau pendapatan seperti yang ada pada wakaf uang.
Wakaf uang sebagai salah satu instrumen penggalangan dana masyarakat untuk
kepentingan kesejahteraan umat. Saat ini, instrumen ini belum digarap secara maksimal,
baik dari sisi penggalangannya maupun investasinya. Padahal, potensi pengembangan
wakaf sangat besar jika dilihat dari banyaknya wakaf yang diberikan masyarakat,
terutama dalam bentuk wakaf tanah dan bangunan.
Persoalan belum sepahamnya status hukum wakaf uang adalah salah satu
kendalanya. Sebagian pihak berpendapat wakaf uang sah saja, karena sudah dipraktikkan
sejak masa Islam awal. Namun, sebagian lain berpendapat wakaf uang tidak boleh
dengan alasan utama kekekalan uang sebagai ciri khas dari wakaf tidak bisa dijamin.
Lemahnya manajemen penggalangan dan investasi wakaf adalah kendala kedua.
Investasi wakaf uang tereduksi oleh peraturan yang membatasi pada sektor perbankan
syariah saja. Sesungguhnya wakaf uang dapat diivestasikan langsung pada sektor riil,
melalui perbankan syariah, ataupun melalui instrumen keuangan syariah lainnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan manajemen investasi ?

2. Apa yang di maksud dengan wakaf uang ?

3. Jelaskan dasar hukum wakaf uang ?


4
4. Bagaimana rukun dan syarat wakaf uang ?

5. Jelaskan bagaimana manfaat dan tujuan wakaf uang ?

6. Bagaimana instrument investasi wakaf uang ?

7. Bagaimana pola pendistribusian hasil investasi wakaf ?

8. Jelaskan bagaimana penyisihan sebagian hasil pengelolaan wakaf untuk kepentingan


pemeliharaan harta benda wakaf ?
9. Bagaimana penyaluran wakaf untuk kebaikan secara umum dan prioritasnya ?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manajemen Investasi

1. Pengertian Manajemen

Kata manajemen berasal dari bahasa latin manus yang berarti tangan, dalam
bahasa Italia maneggiare berarti mengendalikan, dan dalam bahasa Prancis
management yang berarti seni melaksanakan dan mengatur, sedangkan dalam bahasa
Inggris, manajemen berasal dari kata kerja to manage yang berarti mengurus,
mengatur, mengemudikan, serta melaksanakan dan memimpin.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), manajemen merupakan
penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.
Pengertian lainnya diberikan oleh George R. Terry (1982) management is a
distinc procece consisting of planning, organizing, actuating, and controlling,
utiliting in each both science and art, and followed in order to accomplish
predetermined objective (manajemen adalah suatu proses yang membedakan atas
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pelaksanaan, dan pengawasaan dengan
memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah
ditetapkan).
Lebih lanjut Sheldon (1983) menyatakan bahwa management proper is
function in the industry conderned in the execution of policy: within the limits set up
by administration and employment of the organization for the particular object set
before it (manajemen adalah fungsi dalam industri yang berhubungan dengan
kebijaksanaan dalam batas- batas yang telah ditetapkan dalam administrasi dan
penggunaan organisasi untuk sasaran- sasaran tertentu sebagaimana ditetapkan
sebelumnya).

Menurut Jeff Madura dalam bukunya the principle of management (prinsip


manajemen) menyatakan bahwa manajemen adalah seni dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain.
Sedangkan Harold Koontz dan Cyril O‟Donnel yang dikutip dari buku Asas
Manajemen karya Usman Effendi mendefinisikan manajemen sebagai usaha untuk

6
mencapai suatu tujuan tertentu malalui kegiatan orang lain, yang berarti seorang
manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan dan pengendalian.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses kegiatan yang meliputi perencanaan,
penggorganisasian, penggerakan, dan pengawasan untuk mencapai hasil atau tujuan
dengan memanfaatkan sumber- sumber daya baik manusia maupun non manusia yang
ada seperti tenaga kerja, biaya, bahan- bahan, pemasaran, cara kerja, atau pelayaan
dengan efektif dan efisien dalam suatu organisasi.

2. Pengertian Investasi

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) investasi merupakan


penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan
memperoleh keuntungan. Modal atau penanaman uang dalam proses produksi dengan
membeli gedung-gedung, mesin-mesin, bahan-bahan cadangan, penyelenggaraan
uang kas serta perkembangannya.
Menurut Sunariyah (2003:4) investasi adalah penanaman modal untuk satu atau
lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan
mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.
Sedangkan menurut Husnan (1996) menyatakan investasi merupakan suatu
rencana untuk menginvestasikan sumber- sumber daya, baik proyek raksasa ataupun
proyek kecil untuk memperoleh manfaat pada masa yang akan datang.

Selanjutnya menurut Kamaruddin Ahmad yang dikutip dari buku manajemen


investasi karya Abdul Aziz menyatakan bahwa investasi adalah menempatkan uang
atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas
uang atau dana tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan komitmen sejumlah uang atau
sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini dengan harapan memperoleh manfaat di
kemudian hari.
Sedangkan pengertian manajmen investasi sendiri berdasarkan beberapa definisi
di atas, baik definisi menegenai manajemen maupaun investasi yang telah penulis
uraiakan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen invesatasi adalah
7
manajemen profesional yang mengelola beragam surat berharga seperti saham,
obligasi, dan aset lainnya seperti properti dengan tujuan untuk mencapai target
investasi yang menguntungkan bagi investor (perusahaan asuransi, reksadana, dana
pension, dan lain- lain).

B. Pengertian Wakaf Uang

Kata wakaf berasal dari bahasa Arab waqafa yang berarti habasa (menahan) dan al-
man’u (mencegah). Secara istilah, wakaf adalah menahan harta yang mungkin diambil
manfaatnya tanpa menghabiskan atau merusakkan bendanya dan digunakan untuk
kebaikan. Pengertian lain menyebutkn bahwa wakaf adalah menahan atau menghentikan
harta yang fapat diambil manfaatnya guna kepentingan kebaikan untuk mendekatkan diri
kepada Allah.

Wakaf uang atau dikenal juga dengan istilah wakaf tunai (cash waqf / waqf al-nuqūd)
adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum
dalam bentuk uang tunai. Termasuk dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.
Artinya, wakaf dalam bentuk surat berharga termasuk dalam kategori wakaf uang (wakaf
tunai). Dalam bahasa fikih disebut dengan wakaf dinar dan dirham (Ibn 'Abidīn: 552).

Istilah wakaf uang juga biasa disebut dengan wakaf produktif. Hanya saja wakaf
produktif cakupannya lebih luas, karena selain mencakup wakaf uang, juga mencakup
wakaf harta tidak bergerak yang diproduktifkan (UU 41/2004). Wakaf produktif adalah
wakaf harta yang digunakan untuk kepentingan produksi, baik di bidang pertanian,
perindustrian, perdagangan dan jasa yang manfaatnya bukan pada benda wakaf secara
langsung, tetapi dari keuntungan bersih hasil pengembangan wakaf yang diberikan
kepada orang-orang yang berhak sesuai dengan tujuan wakaf. Wakaf produktif dapat
mengacu kepada dua hal pokok; Pertama, harta tetap (tidak bergerak) seperti tanah,
rumah, toko dan harta tidak tetap (bergerak) seperti hewan, buku dan lain-lain. Kata
kuncinya adalah bagaimana harta wakaf itu bisa produktif (berkembang). Bendanya bisa
jadi tetap, tetapi pemanfaatannya berkembang secara ekonomis. Kedua, wakaf produktif
dalam arti wakaf uang/tunai (PP 42/2006).

Istilah wakaf produktif dan wakaf uang ini untuk mempermudah membedakannya
dengan wakaf harta benda yang umumnya dipraktikkan di masyarakat. Selama ini wakaf
8
lebih banyak digunakan untuk kegiatan ibadah, seperti wakaf untuk masjid atau
madrasah. Sedangkan wakaf produktif dan wakaf uang justru bukan benda wakafnya
yang diambil manfaatnya tetapi hasil dari pemanfaatan harta wakaf itu yang diambil
manfaatnya. Sedangkan wakaf umumnya yang diambil manfaatnya adalah harta benda
wakaf itu sendiri.
Wakaf produktif dan nonproduktif memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk
kemaslahatan umat. Hanya saja wakaf nonproduktif tidak bisa dikembangkan karena
benda wakafnya langsung dinikmati. Sedangkan wakaf produktif, benda wakafnya yang
digunakan untuk kegiatan yang menghasilkan dan hasilnya itu yang dimanfaatkan. Model
wakaf produktif ini dapat dikembangkan sehingga akan memberikan manfaat yang lebih
besar.
Dalam wakaf, harta yang telah diniatkan untuk diwakafkan berarti telah terjadi
perpindahan kepemilikan, dari milik individu atau kelompok tertentu menjadi milik
masyarakat yang pengelolaannya diserahkan kepada nāzir (penerima wakaf). Harta
yang sudah dilepas kepemilikannya tersebut tidak boleh dihibahkan, diwariskan, atau
diperjualbelikan. Manfaat dari benda wakaf itu beralih dari manfaat untuk diri sendiri
kemasyarakat luas. Manfaat yang diharapkan dari wakaf bersifat abadi dan berlanjut
sehingga pemanfaatannya bersifat kekal.
Filosofi wakaf yang menempatkan harta benda milik bersama memiliki peran
yang sangat strategis untuk peningkatan kesejahteraan umat. Wakaf menjadi sarana
menggalang dana masyarakat guna mengentaskan kemiskinan yang umumnya dialami
oleh masyarakat muslim.

C. Dasar Hukum Wakaf Uang

Alquran dan hadis adalah sumber utama hukum Islam. Kedua kitab ini sebagai dasar
pijakan penetapan suatu hukum. Wakaf sebagai salah satu kegiatan ibadah di dalam Islam
juga didasarkan pada dua kitab ini. Ada banyak nash yang menunjukkan dorongan
kepada umat Islam untuk banyak beramal kebajikan di jalan Allah. Di antaranya pada
surat al-Haj ayat 77 disebutkan: "Berbuatlah kebajikan supaya kamu mendapatkan
kemenangan." Di ayat lain disebutkan: "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan
(yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan
apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." (QS. Ali
9
Imran: 92). Ayat lain menyebutkan: "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya)
lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 261).

Dasar hukum dari hadis disebutkan beberapa anjuran Nabi kepada umat Islam untuk
beramal kebajikan sebagai bekal ketika seseorang sudah meninggal. Hadis yang dijadikan
dasar hukum wakaf adalah pengalaman Umar bin Khattab yang mewakafkan tanahnya di
Khaibar (Al-Bukhāry, 2003: 263). Hadis itu diriwayatkan dari Ibnu Umar. Ia
meriwayatkan bahwa sahabat Umar memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian
menghadap kepada Rasulullah untuk memohon petunjuk. Umar berkata: Ya Rasulullah
saya mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan tanah
sebaik itu, maka apakah yang Engkau perintahkan kepadaku? Rasulullah menjawab: bila
kamu suka, kamu tahan pokoknya tanah itu, dan kamu sedekahkan hasilnya. Kemudian
Umar melakukan sedekah, tidak dijual, tidak diwariskan dan tidak dihibahkan. Berkata
Ibnu Umar: “Umar menyedekahkannya kepada orang-orang fakir, kaum kerabat, budak
belian, sabilillah, ibnu sabil, dan tamu. Dan tidak mengapa atau tidak dilarang bagi yang
menguasai tanah wakaf itu makan dari hasilnya dengan cara yang baik (sepantasnya) atau
makan dengan tidak bermaksud menumpuk harta.” (HR. Bukhari).

Dalam konteks Indonesia, wakaf uang diperbolehkan. Hal ini didasarkan pada fatwa
Majelis Ulama Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 11 Mei 2002. Fatwa tersebut
mensyaratkan nilai pokok wakaf harus dijamin kelestariannya. Nilai pokok wakaf uang
tidak boleh dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan.

Fatwa wakaf uang MUI didasarkan pada nash al-Qur'an, hadis, dan pendapat ulama.
Nash Alquran yang menjadi landasan fatwa adalah surah AliImran ayat 92, surah al-
Baqarah ayat 261-262, dan surat al-Hajj ayat 77. Nash hadis yang dijadikan dasar adalah
hadis tentang terputusnya amal orang yang meninggal kecuali tiga perkara di antaranya
sedekah jarih dan hadis tentang Umar yang memperoleh harta di daerah Khaibar yang
kemudian diwakafkan untuk kepentingan umat.

Selain ketentuan boleh wakaf uang, fatwa MUI tersebut menyebutkan bentuk-bentuk
wakaf uang. Fatwa juga memperluas pengertian wakaf yang memungkinkan cakupan
10
wakaf selain harta tidak bergerak. Wakaf menurut fatwa tersebut adalah menahan harta
yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya atau pokoknya, dengan cara tidak
melakukan tindakan hukum terhadap benda tersebut (misal; menjual, memberikan, atau
mewariskannya), untuk disalurkan (hasilnya) pada sesuatu yang mubāh (tidak haram).

Berikut adalah pokok-pokok yang terkandung dalam fatwa tersebut:


a) Wakaf uang (cash waqf / waqf al-nuqūd) adalah wakaf yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.
b) Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga

c) Wakaf wang hukumnya jawāz (boleh).

d) Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan
secara shar’iy.

e) Nilai pokok wakaf wang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual,
dihibahkan, dan atau diwariskan.

Praktik wakaf uang di Indonesia diakui oleh peraturan perundang-undangan.


Setidaknya ada empat peraturan yang mengatur tentang wakaf, yaitu Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, Undang-Undang Nomor Pokok Agraria, Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2004 Tentang Wakaf, dan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang
Kompilasi Hukum Islam (KHI).

Dalam UU 41 Tahun 2004 diatur beberapa hal, di antaranya:

a) Harta benda wakaf terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak. Benda
tidak bergerak meliputi: hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar;
bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah wakaf; tanaman dan
benda lain yang berkaitan dengan tanah; hak milik atas satuan rumah susun sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; benda tidak
bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Sedangkan yang termasuk dalam kategori benda bergerak meliputi:
uang; logam mulia; surat berharga; kendaraan; hak atas kekayaan intelektual; hak
11
sewa; dan benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b) Wakaf harta bergerak berupa uang dilakukan melalui lembaga keuangan syariah
yang ditunjuk oleh Menteri. Wakaf uang akan diterbitkan dalam bentuk sertifikat
wakaf uang. Sertifikat wakaf uang itu diterbitkan dan disampaikan oleh lembaga
keuangan syariah kepada wāqif dan nāzir sebagai bukti penyerahan harta benda
wakaf. Dan lembaga keuangan syariah atas nama nāzir mendaftarkan harta
benda wakaf berupa uang kepada Menteri selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja
sejak diterbitkannya Sertifikat Wakaf Uang.

Rukun dan Syarat Wakaf Uang


Pada dasarnya rukun dan syarat wakaf tunai adalah sama dengan rukun dan syarat
wakaf tanah.
Adapun rukun wakaf tunai, yaitu:

a) Orang yang berwakaf (Al-Waqif)

b) Benda yang diwakafkan ( Al-Mauquf)

c) Orang yang menerima manfaat wakaf (Al-Mauquf alaihi)

d) Lafadz atau ikrar wakaf (Sighah).

Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 terdapat tambahan pada rukun wakaf tunai
yaitu:

a) Ada orang yang menerima harta yang diwakafkan dari waqif sebagai pengelola
wakaf.
b) Ada jangka waktu wakaf (waktu tertentu).
Rukun wakat tunai tersebut harus memenuhi syaratnya masing-masing sebagaimana
wakaf pada umumnya.

Adapun yang menjadi syarat umum sahnya wakaf tunai adalah:


a) Wakaf harus kekal (abadi) dan terus-menerus.

b) Wakaf harus dilakukan secara tunai tanpa digantungkan kepada akan terjadinya
suatu peristiwa dimasa akan datang, sebab pernyataan wakaf berakibat lepasnya
12
hak milik seketika setelah wakif menyatakan berwakaf.
c) Tujuan wakaf harus jelas, maksudnya wakaf harus disebutkan dengan terang
kepada siapa harta/benda tersebut diwakafkan.
d) Wakaf merupakan hal yang harus dilaksanakan tanpa syarat boleh khiyar, artinya
tidak boleh membatalkan atau melangsungkan wakaf yang telah dinyatakan sebab
pernyataan wakaf berlaku tunai dan berlaku untuk selama-lamanya.

D. Manfaat dan Tujuan Wakaf Uang

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa wakaf uang lebih fleksibel dan
tidak mengenal batas pendistribusiannya.
Sehingga ada 4 (empat) manfaat keunggulan wakaf uang dibandingkan dengan
wakaf benda tetap lain, yaitu:
a) Jumlah wakaf uang bisa bervariasi, sehingga seseorang yang memiliki dana
terbatas sudah bisa memulai memberikan dana wakaf tanpa harus menunggu
menjadi tuan tanah terlebi dahulu.
b) Melalui wakaf uang, aset-aset yang berupa tanah-tanah kosong bisa mulai
dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau diolah untuk lahan pertanian.
c) Dana wakaf uang juga bisa membantu sebagian lembaga-lembaga pendidikan
Islam yang cash flow-nya terkadang kembang kempis dalam menggaji civitas
akademika ala kadarnya.
d) Dana wakaf juga dapat disalurkan ke berbagai pihak yang membutuhkan dengan
melakukan verifikasi sekala kebutuhan secara kongkrit dan valid, sehingga tepat
sasaran sesuai dengan asas kemanfaatan dan kebutuhan yang mempunyai nilai
kemaslahatan luas.
e) Adanya dana wakaf tunai yang dikelola secara profesional dapat menumbuhkan
kemandirian umat Islam untuk mengatasi problem social masyarakat muslim
tanpa harus menaruh ketergantungan yang tinggi pada dana bantuan Negara atau
pihak asing.

Adapun tujuan wakaf uang adalah sebagai berikut:


a) Membantu penggalangan tabungan sosial melalui sertifikat wakaf tunai yang di
atas namakan orang-orang tercinta, baik yang masih hidup maupun yang sudah
13
meninggal.
b) Meningkatkan investasi dan mentransformasikan tabungan sosial menjadi modal
sosial dan membantu pengembangan pasar modal sosial.

c) Meningkatkan kesadaran orang kaya akan tanggungjawab sosial mereka terhadap


masyarakat sekitarnya sehingga keamanan dan kedamaian sosial dapat tercapai.

E. Instrument Investasi Wakaf Uang

Wakaf dalam syariah Islam sebenarnya mirip dengan sebuah economic corporation
dimana terdapat modal untuk dikembangkan yang keuntungannya bagi kepentingan
ummat. Ini berarti pengelolaan harta wakaf mengacu pada manajemen perusahaan.
Dengan kata lain, wakaf harus selalu berkembang bahkan bertambah menjadi wakaf-
wakaf baru.

Untuk itu perlu adanya manajemen investasi wakaf uang yang optimal dan tentunya
sesuai prinsip syariah. beberapa cara yang dapat ditempuh dalam mengelola dan
mengembangkan harta wakaf contohnya dengan cara menginvestasikan harta wakaf uang
tersebut. Lewat lembaga keuangan Syariah dengan prinsip kerja sama bagi hasil, prinsip
jual beli, dan prinsip sewa menyawa akan semakin mempermudah bagi pengelolaan
wakaf dalam menginvestasikan dana wakaf yang tersimpan sesuai dengan prinsip Syariat
Islam.

Manajemen investasi wakaf uang dapat dilakukan dengan cara menginvestasikan


dana wakaf tersebut ke berbagai sektor, diantaranya yaitu:

1) Investasi pada Sektor Riil

a) Investasi Mudharabah
Investasi Mudharabah merupakan salah satu alternatif yang ditawarkan oleh
produk keuangan Syariah guna mengembangkan harta wakaf. Salah satu cara
yang dapat dilakukan oleh pengelola wakaf dengan sistem ini ialah dengan
membangitkan sektor usaha kecil dan menengah dengan memberikan modal
usaha kepada rakyat miskin. Dalam hal ini pengelola wakaf uang (nadzir)
berperan sebagai pemilik modal (shahibul maal) yang mengelola modal 100%
dari usaha atau proyek dengan sistem bagi hasil. Pengusaha adalah sebagai

14
mudharib yang memutarkan dana wakaf tersebut. Hasil keuntungan yang
diperoleh dibagi bersama antara pengusaha dengan shahibul maal (nadzir wakaf).

Model ini juga dapat digunakan oleh pengelola wakaf dengan berperan
sebagai enterpreneur (mudharib) yang menerima dana cash dari lembaga
pembiayaan atau bank syariah untuk mengelola suatu usaha dengan prinsip bagi
hasil. Dalam model ini manajemen tetap berada di tangan nadzir secara eklusif.
contoh yang dapat dilakukan oleh pengelola wakaf dengan sistem ini adalah
membangkitkan sektor usaha kecil dan menengah dengan memberikan modal
usaha kepada petani, pedagang kecil, dan menengah (UKM).

b) Investasi Musyarakah
Investasi ini hampir sama dengan sistem investasi mudharobah, hanya saja
pada investasi musyarakah resiko yang ditanggung oleh pengelola wakaf lebih
sedikit, karena modal ditanggung bersama oleh pemilik modal. Investasi ini
memberi peluang bagi pengelola wakaf utuk menyertakan modalnya pada sektor
usaha kecil menengah yang dianggap memilki kelayakan usaha.

c) Investasi Murabahah
Investasi wakaf secara murabahah dapat dilakukan melalui kerja sama dengan
pihak bank syariah, yakni janji untuk membeli barang oleh nazhir dengan marjin
yang disepakati, misalnya 10%. Dalam investasi ini mengharuskan pengelola
wakaf (nadzir) berperan sebagai pengusaha dalam mengendalikan proses investasi
untuk membeli peralatan meteriil yang diperlukan melalui kontrak murabahah
yang pembiayaannya berasal dari lembaga wakaf. Nazhir wakaf berutang kepada
lembaga tersebut untuk membeli peralatan. Utang ini dibayar dari hasil
pengembangan harta wakaf.

d) Investasi Muzara’ah (Kerja sama Lahan Pertanian)

Investasi ini dapat dilakukan dengan cara menanami tanah wakaf untuk
pertanian atau perkebunan, baik dengan cara menyewakan, maupun dengan cara
kerja sama bagi hasil.

e) Investasi Ijarah (Sewa- Menyewa)

15
Salah satu contoh yang dapat dilakukan dengan investasi ijaroh (sewa) adalah
mendayagunakan wakaf benda tidak bergerak (tanah wakaf) yang ada. Dalam hal
ini pengelola wakaf menyediakan dana yang berasal dari wakaf tunai untuk
mendirikan bangunan di atas tanah wakaf, seperti pusat perbelanjaan, rumah sakit,
gedung sekolah dan lain-lainya, kemudian pengelola wakaf menyewakan gedung
tersebut hingga menutup modal pokok dan keuntungan yang dikehendaki.

f) Model Istibdal
Istibdal adalah mengganti uang dengan benda tidak bergerak yang
memungkinkan manfaat dari benda tersebut kekal. Upaya yang dapat dilakukan
melalui model ini adalah dengan cara mengubah bentuk dan kondisi harta wakaf
yang lebih bermanfaat. Misalnya, jika harta wakaf tersebut berupa rumah, nadzir
dapat merubahnya menjadi apartemen, pertokoan. Selain itu model ini juga dapat
dilakukan dengan membangun bangunan diatas tanah wakaf, seperti pertokoan,
perumahan dan lain sebagainya selama itu mampu memberi kemaslahatan dan
manfaat yang lebih besar yang akan diarasakan oleh maukuf alaih.

g) Model Istishna’

Nadzir wakaf mengelola wakaf tanah yang layak untuk menjadi bangunan.
Nadzir boleh menawarkan pada kontraktor untuk membangun kantor dan
menjualnya kembali kepada pihak manajeman wakaf dengan sistem angsuran.
Kontraktor mendapat pembayaran dari pendapat sewa. Ini merupakan formula
istisna’ akad pesanan dengan bangunan dengan pembayaran tunda. Model ini
dapat menimbulkan utang bagi nadzir. Namun dapat dilunasi dari hasil
pengembangan harta wakaf.

2) Investasi pada Sektor Portofolio Keuangan Syari'ah

a) Deposito Mudharabah
Deposito mudharabah merupakan salah satu produk yang dapat dijadikan
sebagai wadah untuk investasi dana wakaf uang di perbankan syariah. Menurut
Muhammad Nabil al-Ghanayim dalam Waqf al-Nuqud wa Ististmaruha, investasi
wakaf uang tidak dibenarkan di bank yang menjalankan usaha dengan sistem
ribawi, seperti yang dilakukan oleh bank konvensional. Untuk itu, menurut dosen

16
Universitas Kairo ini, wakaf uang hanya dapat dilakukan di bank dan lembaga
keuangan Islam.

b) Sukuk
Sukuk dapat dijadikan sebagai wadah untuk menginvestasikan dana wakaf
uang. Portofolio ini terdiri dari 2 macam yaitu:

- Sukuk Ijarah Ini merupakan surat berharga yang menunjukkan bagian yang
sama dalam penyewaan bangunan. Obligasi ini dikeluarkan oleh manajemen
wakaf untuk menanggung biaya bangunan yang berada di atas badan wakaf.
- Sukuk mudharabah Suku jenis ini sebagai kontrak kerja sama yang didasarkan
pada akad bagi hasil, sama seperti investasi deposito di bank syari'ah. Namun,
nazhir yang menerima uang dalam kapasitasnya sebagai mudharib
mengeluarkan obligasi yang nilainya sama dengan nilai uang yang diterima.

c) Pasar Modal Syariah

- Saham Mudharabah
Saham mudharabah adalah perjanjian kerja sama sekuritas yang
dikeluarkan oleh nazhir untuk para investor. Nazhir wakaf dapat menawarkan
saham untuk pembangunan proyek di tanah wakaf. Misalnya membangun
rumah sakit. Kemudian, rumah itu disewakan kepada dinas kesehatan atau
organisasi kedokteran.

- Saham Musyarakah
mekanisme sekuritas ini hampir sama dengan saham mudharabah. Nazhir
wakaf dapat menawarkan saham kepada masyarakat untuk pembangunan suatu
proyek di tanah wakaf. Dalam kontrak ini pemilik saham ikut dalam
kepemilikan bangunan sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki.

- Saham Hurk
Saham ini berupa kerja sama dalam pembangunan di atas tanah wakaf
dengan akad sewa dalam jangka waktu yang lama. Dalam karakternya, saham
hurk berada antara obligasi ijarah dengan saham musyarakah. Di mana saham
hurk merupakan saham penyewaan benda, mendapat bagian yang sama dalam
17
kepemilikan bangunan sejak dilakukan akad sewa selama masa investasi.

F. Pola Pendistribusian Hasil Investasi Wakaf

1) Mengikuti Ketentuan Wakif


Wakaf adalah kehendak tunggal dari seorang wakif. Ia merupakan perbuatan
sunnah yang dilakukan untuk mendapatkan pahala dari Allah Azza wa Jalla, dan
memberikan pelayanan kepada masyarkat.

Melaksanakannya adalah wajib karena ketentuannya bagai teks syariah. Yang


menentang sama halnya dengan menentang teks syariah. Para ulama juga sepakat
bahwa wakif berhak menentukan mauquf alaih yang berhak mendapatkan hasil
pengelolaan wakaf uang. Hak ini dibatasi dengan ketentuan-ketentuan sebagaimana di
atas yaitu tidak bertentangan dengan hukum-hukum Islam dan maksud dari wakaf
uang, yakni:

a) Wakaf uang digunakan untuk kebaikan. Contohnya yaitu menyalurkan


hasilnya untuk kebaikan yang berguna bagi manusia di dunia dan akhirat.
b) Wakaf uang tidak untuk maksiat. Jika wakif menentukan agar hasil disalurkan
untuk maksiat, maka ketentuannya tidak sah.
c) Hasil wakaf uang tidak untuk diri sendiri. Seperti wakif menentukan seluruh
hasil wakaf uang atau sebagiannya untuk dirinya sendiri. hal tersebut tidak
diperbolehkan.
d) Wakaf uang untuk orang kaya. Pandangan mazhab Hanafi membolehkan jika
disyarakatkan untuk orang miskin setelah yang kaya. Sementara mazhab
Maliki membolehkannya secara mutlak. Karena wakaf termasuk kategori
hibah bukan sedekah. Karena itu sah berwakaf untuk orang kaya dan miskin.
Itu pula yang menjadi pendapat paling shahih dari mazhab Syafi’i dan mazhab
Hambali.

G. Penyisihan Sebagian Hasil Pengelolaan Wakaf untuk Kepentingan Pemeliharaan


Harta Benda Wakaf.
Sudah menjadi ketetapan, bahwa keuntungan hasil pengelolaan wakaf uang adalah
menjadi milik mauquf alaih. Imam Syafi‟i berkata, “Barang yang diwakafkan akan keluar
18
dari kepemilikannya.46 Mauquf alaih hanya bisa mendapatkan manfaatnya, bukan
bendanya. Meskipun demikian terdapat beberapa kondisi yang memungkinkan
pengalokasian sebagian keuntungan demi kepentingan harta benda wakaf, yaitu:

a) Pemeliharaan Wakaf
Keselamatan dan keabadian modal (harta wakaf) harus didahulukan daripada
menghasilkan laba karena laba tidak akan didapat kecuali dengan keselamatan
modal. Pemeliharan benda wakaf lainnya yang sudah ada dengan menggunakan
keuntungan wakaf uang juga bisa dilakukan. Hal ini, bermakasud harta wakaf
yang sudah ada tetap terpelihara.

b) Biaya Operasional
Biaya operasional dapat diambil dari hasil pengelolaan harta wakaf. Misalkan
harta yang diwakafkan berupa lahan pertanian, maka ia membutuhkan bibit, air,
pupuk, upah pekerja, dan semua yang diperlukan untuk mendapatkan hasil.

c) Mendirikan Wakaf
Baru Meskipun wakaf yang kedua ini berbeda jenisnya dengan wakaf yang
pertama, itu adalah pola yang diperolehkan. Jadi hasil dari pengelolaan bisa
digunakan untuk mendirikan harta wakaf baru, seperti sekolah dan rumah sakit,
serta masjid. Selama adanya kelebihan dari keuntungan hasil pengelolaan wakaf
uang setelah dibagi kepada mauquf alaih.

H. Penyaluran Wakaf untuk Kebaikan Secara Umum dan Prioritasnya

Pada dasarnya wakaf diperuntukkan untuk kebaikan secara umum yang dipilih oleh
wakif. Dibolehkan baginya berwakaf untuk orang dengan nama atau ciri tertentu.
Dibolehkan pula berwakaf secara mutlak hingga bisa mencakup semua jenis kebaikan,
yang dinamakan dengan waqf am. Bentuknya bisa berupa wakaf untuk masjid, jembatan,
sekolah, fakir miskin, dengan segala dimensinya; ekonomi, sosial, kemanusiaan,
lingkungan, agama, dan budaya.

Di Indonesia, praktik filantropi Islam telah mengakar kuat dalam tradisi masyarakat
Indonesia salah satunya dalam bentuk wakaf. Apalagi dengan situasi krisis moneter yang
masih terasa dan berbagai bencana alam yang datang dan pergi telah merangsang dunia
19
filantropi Indonesia. Kegiatan lembaga social merajalela luar biasa, aliran bantuan uang
dan barang tercatat hingga triliunan. Khusus untuk filantropi Islam, lembaga filantropi
Islam selama hamper tiga decade, hadir untuk menjawab masalah kemiskinan.

Prioritas penyaluran untuk kebaikan secara umum dapat dilakukan dengan standar
dan aturan sebagai berikut:

a) Kebutuhan
Wakaf disyariatkan untuk memenuhi kebutuhan fakir miskin, baik
individu maupun kelompok. Ketentuan lain adalah tingkat kebutuhan dan
terwujudnya yang lebih maslahat.

b) Kedekatan
Tempat Ini termasuk pokok-pokok distribusi sedekah secara umum, yaitu
menyalurkan sedekah ke wilayah dimana sedekah tersebut berasal dan tidak
beralih ke wilayah lain, kecuali wilayah tersebut sudah tercukupi atau karena di
tempat lain ada kebutuhan mendesak.

c) Seimbang dalam Distribusi untuk Kebaikan Secara Umum


Penyaluran wakaf uang tidak boleh terfokus hanya pada satu jenis saja dan
mengabaikan yang lain. Saat ini berbeda dengan yang terjadi dalam sejarah
Islam. Fokus manfaat wakaf uang dapat disalurkan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat tidak hanya untuk layanan agama.

d) Pengorganisasian Terpusat bagi Tempat Penyaluran untuk Kebaikan secara


Umum
Pengorganisasian kegiatan penyaluran wakaf untuk kebaikan secara umum
dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Membatasi kebutuhan pada jenis- jenis kebaikan tertentu dan membuat
daftar kebutuhan untuk membantu wakif.
2) Membuat kotak wakaf untuk masing- masing kebutuhan dan
membentuk panitia untuk masing- masing kotak.
3) Menggunakan metode layanan public bagi fakir miskin melalui rumah
sakit gratis sebagai ganti pemberian bantuan pengobatan individu bagi
setiap orang miskin yang sakit.
20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Status hukum wakaf uang termasuk dalam wilayah ijtihadi yang bisa berbeda
pendapat di kalangan ulama. Melihat besarnya manfaat dalam wakaf uang, maka fatwa
MUI yang membolehkan wakaf uang merupakan solusi yang tepat. Wakaf uang bisa
menjadi salah satu instrumen pengentasan kemiskinan.

Kemanfaatan wakaf uang diambil dari hasil investasinya, bukan pada uangnya
sendiri. Karena itu, model investasi wakaf uang perlu dikembangkan, baik investasi
langsung ke sektor riil, melalui perbankan syariah, ataupun melalui instrumen syariah
lainnya. Saat ini telah banyak instrumen keuangan yang menawarkan produk investasi
berbasis syariah.

21
DAFTAR PUSTAKA

Al-Anshori, Abdul Ghofur, Hukum dan Praktik Perwakafan di Indonesia, Yogyakarta: Pilar
Media, Cet. Ke-2, 2004
Aziz, Abdul, Manajemen Investasi, Bandung: Alfabeta, 2010

Aziz, Muzdalifah, Manajemen Investasi Syariah, Yogyakarta: Depublish, 2015


DepartemenPendidikanNasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta: Balai
Pustaka, 2005

Effendi, Usman, Asas Manajemen, Jakarta: PT Raja GrafindonPersada, 2014

Ismawati dkk, Sosialisasi Pentingnya zakat di Lingkungan Bontoparang Kelurahan


Bontokadatto Kecamatan Polongbangkeng Swlatan Kabupaten Takalar Sulawesi
Selatan. Abdimas Unwahas. Vol. 5. No.1, April 2020
L. Lubis, Suhrawardi dan Farid Wajdi, Hukum Wakaf Tunai, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2016
Madura, Jeff, The Principles of Management, Jakarta: Salemba Empat, 2007
Maksum, Muhammad, Manajemen Investasi Wakaf Uang, UIN Syarif Hidayatullah
Rachmat, Manajemen Strategik, Bandung: Pustaka Setia, 2013
Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2015
Tanthowi, Filosofi Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 2001

Anda mungkin juga menyukai