TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NURTANIO BANDUNG
2020
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini menyatakan bahwa naskah SKRIPSI yang saya susun adalah
ASLI, dan dibuat berdasarkan penelitian yang telah saya lakukan dan telah selesai
sesuai dengan prosedur penulisan ilmiah.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan kesadaran dan bersedia
menanggung segala akibatnya apabila di kemudian hari ternyata pernyataan ini
tidak benar.
iv
ABSTRACT
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta
salam kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarga nya yang suci karena dengan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis berupa skripsi
yang berjudul “ANALISIS PRESTASI TERBANG PESAWAT TANPA
AWAK SABER N-15 PADA POSISI CRUISE DAN LANDING ”. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat kelulusan Program Strata Satu (S-1) di program
studi Teknik Penerbangan, Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung.
Skripsi ini secara khusus dipersembahkan kepada kedua orangtua penulis
sekaligus ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya dan tulus-
tulusnya kepada kedua orangtua penulis yang telah memberikan do’a, cinta,
motivasi dan perhatian moril maupun materil. Semoga Allah SWT selalu
melimpahkan rahmat, kesehatan, nikmat dan keberkahan di dunia dan di akhirat.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari banyak mengalami
hambatan, namun demikian berkat dukungan dari berbagai pihak, hambatan
tersebut dapat diatasi. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan,
bimbingan kepada penulis. Secara khusus penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Bapak Marsda (Purn) Dr. Sukmo Gunardi, M.Si., Rektor Universitas
Nurtanio Bandung.
2. Ibu DR. Lies Banowati, S.T., M.T., Dekan Fakultas Teknik Universitas
Nurtanio Bandung.
3. Ibu Ema, S.T., M.T., Wakil Dekan I dan Ketua BPTA Universitas Nurtanio
Bandung.
4. Bapak Ir. Herry Hartopo, M.T., Wakil Dekan II Fakultas Teknik Universitas
Nurtanio Bandung.
5. Bapak Yoga Yulasmana, S.T., M.T., Ketua Program Studi Teknik
Penerbangan dan Pembimbing yang selalu membimbing, memotivasi dan
mengarahkan penulis.
vi
6. Bapak Dipl. Ing. Djoko Sartono, Pembimbing yang selalu membimbing dan
mengarahkan penulis.
7. Seluruh dosen jurusan Teknik Penerbangan Universitas Nurtanio Bandung.
8. Seluruh staf dan karyawan Universitas Nurtanio Bandung.
9. PT. Uavindo Nusantara Indonesia, yang telah membimbing dan
memfasilitasi penulis selama melakukan penelitian.
10. Kedua orang tua dan adik – adik tercinta yang telah membantu dan
memberikan dukungan baik dari segi materi maupun non-materi kepada
penulis.
11. Rekan-rekan Teknik Penerbangan angkatan 2015 yang selalu memberikan
semangat dan motivasi serta berbagi ilmu.
12. Senior dan junior di Fakultas Teknik khususnya Program Studi Teknik
Penerbangan yang bersedia memberikan bantuan kepada penulis untuk
membantu kesukaran yang penulis hadapi.
13. Semua pihak yang telah membantu sampai penulisan tugas akhir ini selesai
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
bidang lainnya. Sehingga, penulis mengharapkan adanya kritik, saran dan usulan
yang membangun demi perbaikan karya penulis di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada suatu karya yang bagus tanpa saran yang membangun.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis maupun semua pihak
ABSTRAK.................................................................................................. i
ABSTRACT .............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR................................................................................ xi
2.1 Gaya – Gaya yang Bekerja pada Pesawat Terbang ................ II-1
2.1.1 Gaya Angkat (Lift) ............................................................ II-1
2.1.2 Gaya Hambat (Drag)......................................................... II-2
2.1.3 Gaya Berat (Weight).......................................................... II-2
2.1.4 Gaya Dorong (Thrust) ....................................................... II-3
2.2 Drag Polar ........................................................................... II-3
2.3 Kecepatan Stall (Stalling Speed) ........................................... II-4
2.4 Thrust Required dan Thrust Available ................................... II-5
2.5 Power Required dan Power Available ................................... II-7
viii
2.6 Prestasi Terbang Jelajah (Cruise) .......................................... II-8
2.6.1 Range dan Endurance ..................................................... II-10
2.7 Prestasi Terbang Mendarat (Landing).................................. II-14
2.7.1 Approach Distance .......................................................... II-15
2.7.2 Flare Distance ................................................................ II-18
2.7.3 Ground Roll Distance ..................................................... II-19
2.8 Absolute dan Service Ceilings ............................................. II-22
2.9 Level Turn........................................................................... II-23
2.10 Minimum Turn Radius ........................................................ II-27
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kategori UAV berdasarkan ukuran dan berat [Lee, 2004]. .............. I-3
Gambar 2.1 Gaya – gaya pada pesawat [Federal Aviation Administration, 2008]
........................................................................................................................ II-1
Gambar 2.2 Grafik drag terhadap kecepatan [Saarlas, 2007] ............................ II-4
Gambar 2.3 Contoh kurva thrust required terhadap kecepatan [Anderson, 2010]
........................................................................................................................ II-5
Gambar 2.4 Force diagram untuk thrust required [Anderson, 2010] ................. II-6
Gambar 2.5 Jarak landing pesawat [Anderson, 2010] ..................................... II-15
Gambar 2.6 Gaya yang bekerja pada pesawat saat landing approach [Anderson,
2010] ............................................................................................................. II-15
Gambar 2.7 Geometri landing flare [Anderson, 2010].................................... II-18
Gambar 2.8 Gaya yang bekerja saat landing [Anderson, 2010]....................... II-19
Gambar 2.9 Grafik absolute dan service ceilings [Anderson, 2010] ................ II-23
Gambar 2.10 Pesawat terbang pada level turn [Anderson, 2010] .................... II-24
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian prestasi terbang pesawat tanpa awak SABER
N-15 pada kondisi fase terbang cruise dan landing.......................................... III-2
Gambar 4.1 Profil misi UAV SABER N-15 ..................................................... IV-1
Gambar 4.2 Wing UAV SABER N-15 ............................................................. IV-2
Gambar 4.3 Tail UAV SABER N-15 ............................................................... IV-3
Gambar 4.4 Fuselage UAV SABER N-15 ....................................................... IV-4
Gambar 4.5 Airfoil LS413mod (UIUC, 2019) ................................................. IV-5
Gambar 4.6 Motor listrik O.S. OMA-5010-810................................................ IV-7
Gambar 4.7 Baterai Revox Pro Lithium Polymer ............................................. IV-8
Gambar 4.8 3D-View drawing full configuration UAV SABER N-15 .............. IV-8
Gambar 4.9 3D-View drawing fuselage UAV SABER N-15 ............................ IV-9
Gambar 4.10 3D-View drawing wing UAV SABER N-15................................ IV-9
Gambar 4.11 3D-View drawing tail UAV SABER N-15 ................................ IV-10
Gambar 5.1 Grafik landing distance dengan variasi ketinggian ........................ V-4
Gambar 5.2 Grafik landing time dengan variasi elevasi runway ....................... V-7
Gambar 5.3 Grafik endurance dengan variasi ketinggian ............................... V-10
Gambar 5.4 Grafik maximum endurance dengan variasi ketinggian ............... V-11
Gambar 5.5 Grafik range dengan variasi ketinggian ....................................... V-13
Gambar 5.6 Grafik maximum range dengan variasi ketinggian ....................... V-14
Gambar 5.7 Grafik turn radius dengan variasi ketinggian .............................. V-16
Gambar 5.8 Grafik turn rate dengan variasi ketinggian .................................. V-17
Gambar 5.9 Grafik loiter time per putaran dengan variasi turn radius ............ V-18
Gambar 5.10 Grafik minimum turn radius dengan variasi ketinggian ............ V-20
Gambar 5.11 Grafik service and absolute ceiling dengan variasi ketinggian ... V-24
xii
DAFTAR TABEL
xiv
27 𝑁 Normal Force 𝑙𝑏𝑓 atau 𝑁
28 𝑛 Puekert Constant -
29 𝑛 Load Factor -
30 𝑛𝑅𝑚𝑖𝑛 Load Factor Minimum Turn Radius -
31 𝑃𝐴 Power Available 𝑓𝑡 𝑙𝑏𝑠/𝑠𝑒𝑐 atau ℎ𝑝
32 𝑃𝐵 Battery Power 𝑊
33 𝑃𝑅 Power Required 𝑓𝑡 𝑙𝑏𝑠/𝑠𝑒𝑐 atau ℎ𝑝
34 𝑃𝑠ℎ𝑎𝑓𝑡 Power Shaft 𝑓𝑡 𝑙𝑏𝑠/𝑠𝑒𝑐 atau ℎ𝑝
35 𝑅 Range 𝑘𝑚
36 𝑅𝑚𝑎𝑥 Range Maximum 𝑘𝑚
37 𝑅𝑚𝑖𝑛 Minimum Turn Radius 𝑓𝑡 atau 𝑚
38 𝑅 Flare Radius 𝑓𝑡 atau 𝑚
39 𝑅 Turn Radius 𝑓𝑡 atau 𝑚
40 𝑅𝑡 Battery Hour Rating ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠
41 𝑆 Luas Sayap 𝑓𝑡 2 atau 𝑚2
42 𝑠𝑎 Jarak Approach 𝑓𝑡 atau 𝑚
43 𝑠𝑓 Jarak Flare 𝑓𝑡 atau 𝑚
44 𝑠𝑔 Jarak Ground 𝑓𝑡 atau 𝑚
45 𝑇 Thrust 𝑙𝑏𝑓 atau 𝑁
46 𝑇𝐴 Thrust Available 𝑙𝑏𝑓 atau 𝑁
47 𝑇𝑅 Thrust Required 𝑙𝑏𝑓 atau 𝑁
48 𝑡 Time ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠
49 𝑡 Waktu Loiter per Putaran 𝑠𝑒𝑐 atau ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠
50 𝑣∞ Kecepatan 𝑓𝑡/𝑠 atau 𝑚/𝑠
51 𝑣𝑆𝑡𝑎𝑙𝑙 Kecepatan Stall 𝑓𝑡/𝑠 atau 𝑚/𝑠
52 𝑣𝑓 Kecepatan Flare 𝑓𝑡/𝑠 atau 𝑚/𝑠
53 𝑣𝑎 Kecepatan Approach 𝑓𝑡/𝑠 atau 𝑚/𝑠
54 𝑣 𝑇𝐷 Kecepatan Touchdown 𝑓𝑡/𝑠 atau 𝑚/𝑠
55 𝑣∞ 𝐸 Kecepatan Maximum Endurance 𝑓𝑡/𝑠 atau 𝑚/𝑠
56 𝑣∞ 𝑅 Kecepatan Maximum Range 𝑓𝑡/𝑠 atau 𝑚/𝑠
57 (𝑣∞ )𝑅𝑚𝑖𝑛 Kecepatan Minimum Turn Radius 𝑓𝑡/𝑠 atau 𝑚/𝑠
58 𝑉𝑜𝑙𝑡 Voltage 𝑉olt
59 𝑊 Berat 𝑙𝑏𝑓 atau 𝑁
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1 a
1.1 Latar belakang
Sejak pesawat terbang mulai dibuat pertama kali sampai pada saat ini,
bentuk pesawat maupun ukurannya terus berevolusi mengikuti perkembangan
zaman dan teknologi. Pesawat terbang dianggap moda transportasi berteknologi
tinggi yang paling efektif dan efisien dalam menjangkau jarak yang jauh dengan
waktu yang relatif singkat jika dibandingkan dengan moda transportasi lainnya
seperti kendaraan laut dan kendaraan darat. Kemajuan teknologi tentang pesawat
terbang semakin bertambah pesat dengan berbagai penelitian dan penemuan
teknologi, contohnya pengembangan pesawat tanpa awak yaitu UAV (Unmanned
Aerial Vehicle).
UAV merupakan sebuah pesawat atau perangkat yang dioperasikan atau
diterbangkan di udara tanpa ada pilot di dalamnya dan tidak dapat membawa
personel di dalamnya. UAV dioperasikan dan dikendalikan dari jarak jauh atau
biasa disebut remotely controlled. UAV dipilih jika kemungkinan misi yang akan
dilakukan sangat berbahaya jika harus menggunakan awak pesawat [Meredith,
2011].
Austin, (2010) dalam bukunya mengkategorikan UAV berdasarkan jenis air
vehicle sebagai berikut:
HALE (High Altitude Long Endurance). Kemampuan terbang hingga
ketinggian lebih dari 15 km dan mampu beroperasi selama lebih dari 24
jam. UAV ini melakukan pengintaian dan pengawasan yang sangat panjang
(transglobal) dan banyak dipersenjatai. UAV ini biasanya dioperasikan oleh
angkatan udara dari pangkalan tetap.
MALE (Medium Altitude Long Endurance). Mampu terbang pada ketinggian
5 – 15 km dan dapat terbang selama 24 jam. Peran UAV ini mirip dengan
sistem HALE tetapi umumnya beroperasi pada rentang jarak yang lebih
I-1
pendek, namun masih lebih dari 500 km dan dioperasikan dari pangkalan
tetap.
TUAV (Medium Range or Tactical UAV). Dapat dioperasikan dengan jarak
100 hingga 500 km. UAV ini lebih kecil dan dioperasikan dalam sistem yang
lebih sederhana daripada HALE dan MALE dan dioperasikan juga oleh
angkatan udara dan laut.
MUAV atau Mini UAV. Berkaitan dengan UAV yang memiliki massa di
bawah tertentu (belum ditentukan) mungkin di bawah 20 kg, tetapi tidak
sekecil MAV, mampu diluncurkan menggunakan tangan (hand launched)
dan beroperasi pada jarak hingga 30 km. UAV ini digunakan oleh pasukan
tentara tempur yang bergerak dan khususnya untuk berbagai tujuan sipil.
Micro UAV atau MAV. MAV didefinisikan sebagai UAV yang memiliki
rentang sayap tidak lebih dari 150 mm. MAV umumnya diharapkan dapat
diluncurkan dengan tangan dan oleh karena itu sayapnya harus memiliki
beban yang sangat rendah.
Sementara itu, UAV memiliki berbagai macam ukuran yang dirancang
tergantung pada penggunaannya. UAV bisa dikategorikan menjadi empat
kelompok yang berbeda berdasarkan ukuran dan berat yaitu besar (large) yang
memiliki massa >100kg dan wingspan 15m – 20m , sedang (medium) yang
memiliki massa 10kg – 100kg dan wingspan 5m – 15m, kecil (small) yang
memiliki massa 1kg – 10kg dan wingspan 1m – 5m , dan mikro (micro) yang
memiliki massa < 1kg dan wingspan < 1m [Lee, 2004]. Pengelompokkan UAV
berdasarkan berat dan ukuran ditunjukkan pada Gambar 1.1.
I-2
I-3
Gambar 1.1 Kategori UAV berdasarkan ukuran dan berat [Lee, 2004].
UAV SABER N-15 adalah MUAV atau Mini UAV yang didesain fix wing
dan menggunakan T-tail dengan misi pemetaan suatu wilayah yang sulit dijelajah
dengan kendaraan umum. Power yang digunakan pesawat ini menggunakan
baterai dan takeoff diluncurkan dengan tangan (hand throw launched). Untuk
mengetahui kemampuan terbang dari pesawat ini tentu saja harus dilakukan
perhitungan rumus prestasi terbang, dimana prestasi terbang merupakan suatu
tolak ukur penting yang dapat dicapai pada setiap fase terbang.
Secara umum, fase terbang pesawat terdiri atas fase lepas landas (takeoff),
menanjak (climb), terbang jelajah (cruise), turun (descend), dan mendarat
(landing). Oleh karena itu, agar dapat mengetahui batasan-batasan yang dapat
dicapai serta untuk mendapatkan kemampuan dan performa yang maksimal sesuai
dengan Design Requirement and Objective (DRO) yang telah ditentukan, maka
perlu dilakukan perhitungan dan analisis prestasi terbang.
Berdasarkan latar belakang yang telah dideskripsikan diatas, maka dalam
laporan tugas akhir ini berisi mengenai analisis prestasi terbang pesawat tanpa
awak SABER N-15 pada kondisi fase terbang cruise dan landing.
I-4
I-5
1.5.1 Peneliti
Penelitian tugas akhir ini dibuat untuk memenuhi memenuhi
persyaratan mencapai derajat Sarjana Strata 1 (Sarjana Teknik). Manfaat
yang diperoleh dari penyusunan tugas akhir ini yaitu dapat menambah ilmu
dan wawasan mengenai bagaimana mendapatkan nilai-nilai prestasi terbang
pesawat tanpa awak SABER N-15 pada kondisi cruise dan landing. Hasil
penelitian tugas akhir ini diharapkan juga dapat memberikan manfaat berupa
perkiraan dan gambaran prestasi terbang yang mampu dicapai oleh pesawat
tanpa awak SABER N-15, sehingga saat pesawat tanpa awak SABER N-15
dilakukan uji terbang maka penerbang yang menerbangkan pesawat tanpa
awak SABER N-15 mengetahui batasan-batasan yang dapat dicapai oleh
pesawat tanpa awak SABER N-15.
I-6
BAB II
LANDASAN TEORI
2 ad
2.1 Gaya – Gaya yang Bekerja pada Pesawat Terbang
Suatu pesawat terbang yang bergerak melewati atmosfer merespon empat
gaya selama terbang. Gaya – gaya tersebut yaitu gaya – gaya aerodinamika, gaya
dorong (thrust), dan gaya berat (weight). Cara pesawat merespon empat gaya ini
dapat menentukan kecepatan, ketinggian, dan seberapa jauh pesawat dapat
terbang, dan sebagainya.
II-1
Dimana:
𝐿 = Lift (𝑙𝑏𝑓 atau 𝑁)
𝜌 = Kerapatan udara (𝑠𝑙𝑢𝑔/𝑓𝑡 3 atau 𝑘𝑔/𝑚3 )
𝑣∞ = Kecepatan (𝑓𝑡/𝑠 atau 𝑚/𝑠)
𝑆 = Luas sayap (𝑓𝑡 2 atau 𝑚2 )
𝐶𝐿 = Lift coefficient
Dimana:
𝐷 = Drag (𝑙𝑏𝑓 atau 𝑁)
𝜌 = Kerapatan udara (𝑠𝑙𝑢𝑔/𝑓𝑡 3 atau 𝑘𝑔/𝑚3 )
𝑣∞ = Kecepatan (𝑓𝑡/𝑠 atau 𝑚/𝑠)
𝑆 = Luas sayap (𝑓𝑡 2 atau 𝑚2 )
𝐶𝐷 = Drag coefficient
II-2
II-3
1
𝑘= (2.6)
(𝜋 𝐴𝑅 𝑒)
Dimana:
𝐶𝐷.0 = Zero lift drag coefficient
𝜋 = Rasio keliling terhadap diameter sebuah lingkaran
𝐶𝐷 = Drag coefficient
𝐶𝐿 = Lift coefficient
𝐴𝑅 = Aspect ratio
𝑒 = Oswald’s efficiency factor
𝑘 = Coefficient induced drag
2𝑊
𝑣𝑆𝑡𝑎𝑙𝑙 = √ (2.10)
𝜌𝑆𝐶𝐿𝑚𝑎𝑥
II-4
II-5
Dimana:
𝑣𝑆𝑡𝑎𝑙𝑙 = Kecepatan stall (𝑓𝑡/𝑠 atau 𝑚/𝑠)
𝑊 = Berat (𝑙𝑏𝑓 atau 𝑁)
𝜌 = Kerapatan udara (𝑠𝑙𝑢𝑔/𝑓𝑡 3 atau 𝑘𝑔/𝑚3 )
𝑆 = Luas sayap (𝑓𝑡 2 atau 𝑚2 )
𝐶𝐿𝑚𝑎𝑥 = Lift coefficient maximum
Thrust yang dibutuhkan untuk terbang dengan kecepatan konstan dan level
flight dituliskan pada Persamaan 2.11.
𝑇𝑅 = 𝐷 = 1⁄2 𝜌 𝑣∞ 2 𝑆𝐶𝐷 (2.11)
Dimana:
𝑇𝑅 = Thrust required (𝑙𝑏𝑓 atau 𝑁)
𝐷 = Drag (𝑙𝑏𝑓 atau 𝑁)
𝜌 = Kerapatan udara (𝑠𝑙𝑢𝑔/𝑓𝑡 3 atau 𝑘𝑔/𝑚3 )
𝑣∞ = Kecepatan (𝑓𝑡/𝑠 atau 𝑚/𝑠)
𝑆 = Luas sayap (𝑓𝑡 2 atau 𝑚2 )
𝐶𝐷 = Drag coefficient
Thrust available (TA) adalah thrust yang dihasilkan oleh power plant
pesawat. Tujuan utama dari propulsion device ini adalah untuk memberikan thrust
yang efisien untuk mendorong pesawat. Berbeda dengan thrust required TR, yang
hampir semuanya berkaitan dengan badan pesawat termasuk weight pesawat dan
hampir tidak ada hubungannya dengan powerplant, thrust available hampir
semuanya berkaitan dengan powerplant.
II-6
II-7
Untuk propeller thrust ini yang merupakan thrust available. Pada propeller
thrust tertinggi pada kecepatan nol (thrust statis) dan menurun dengan
peningkatan V∞.
Untuk pesawat pada steady level flight, power required sama dengan nilai
drag dikalikan dengan nilai kecepatan pesawat. Persamaan yang diberikan untuk
power required dituliskan dalam persamaan 2.13. Untuk drag polar dan drag
dituliskan dalam persamaan 2.18 dan persamaan 2.19.
𝐶𝐷 = 𝐶𝐷𝑜 + 𝑘𝐶𝐿 2 (2.18)
𝐷 = 𝑞𝑆(𝐶𝐷𝑜 + 𝑘𝐶𝐿 2 ) (2.19)
Dengan asumsi steady level flight mebutuhkan kesetaraan lift dan weight.
Maka 𝐿 = 𝑊 = 0.5𝜌𝑣∞ 2 𝑆𝐶𝐿 menjadi:
1 3
2𝑊 2 𝑘
𝑃𝑅 = 𝜌𝑣∞ 𝑆𝐶𝐷𝑜 + (2.20)
2 𝜌𝑣∞ 𝑆
Dimana:
𝑃𝑅 = Power required (𝑓𝑡 𝑙𝑏𝑠/𝑠𝑒𝑐 atau ℎ𝑝)
𝐶𝐷.0 = Zero lift drag coefficient
𝜌 = Kerapatan udara (𝑠𝑙𝑢𝑔/𝑓𝑡 3 atau 𝑘𝑔/𝑚3 )
𝑣∞ = Kecepatan (𝑓𝑡/𝑠 atau 𝑚/𝑠)
𝑆 = Luas sayap (𝑓𝑡 2 atau 𝑚2 )
II-8
II-9
II-10
II-11
2𝑊 𝑘
𝑣∞ 𝐸 = √ √ (2.29)
𝜌𝑆 3𝐶𝐷𝑜
2𝑊 𝑘
𝑣∞ 𝑅 = √ √ (2.30)
𝜌𝑆 𝐶𝐷𝑜
Dimana:
𝑣∞ 𝑅 = Kecepatan maximum range (ft/s atau m/s)
𝑣∞ 𝐸 = Kecepatan maximum endurance (ft/s atau m/s)
𝐶𝐷.0 = = Zero lift drag coefficient
𝜌 = Kerapatan udara (𝑠𝑙𝑢𝑔/𝑓𝑡 3 atau 𝑘𝑔/𝑚3 )
𝑆 = Luas sayap (𝑓𝑡 2 atau 𝑚2 )
𝑘 = Coefficient induced drag
𝑊 = Berat (𝑙𝑏𝑓 atau 𝑁)
Range (R) adalah jarak suatu pesawat dengan hanya sekali pengisian power
baterai. Untuk range pesawat listrik bertenaga baterai pada steady level flight
dituliskan dalam persamaan 2.31.
𝑅 = 𝐸 × 𝑣∞ 𝑅 (2.31)
Dimana:
𝑅 = Range (km)
𝑣∞ 𝑅 = Kecepatan maximum endurance (ft/s atau m/s)
𝐸 = Endurance (ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠)
ƞ𝑡𝑜𝑡 𝑉𝑜𝑙𝑡 𝐶
𝐸𝑚𝑎𝑥 = 𝑅𝑡 1− 𝑛 ( 3⁄2
) (2.34)
(2⁄√𝜌𝑆)𝐶𝐷𝑜 1⁄4 (2𝑊√𝑘⁄3)
Dimana:
𝐸𝑚𝑎𝑥 = Endurance maximum (ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠)
ƞ𝑡𝑜𝑡 = Efficiency total
𝑉𝑜𝑙𝑡 = Voltage (𝑉)
𝐶 = Battery capacity (𝐴ℎ)
𝑛 = Puekert constant
𝑅𝑡 = Battery hour rating (ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠)
II-12
II-13
Dimana:
𝑅𝑚𝑎𝑥 = Range maximum (𝑘𝑚)
ƞ𝑡𝑜𝑡 = Efficiency total
𝑉𝑜𝑙𝑡 = Voltage (𝑉)
𝐶 = Battery capacity (𝐴ℎ)
𝑛 = Puekert constant
𝑅𝑡 = Battery hour rating (ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠)
𝐶𝐷.0 = Zero lift drag coefficient
𝜌 = Kerapatan udara (𝑠𝑙𝑢𝑔/𝑓𝑡 3 atau 𝑘𝑔/𝑚3 )
𝑆 = Luas sayap (𝑓𝑡 2 atau 𝑚2 )
𝑘 = Coefficient induced drag
𝑊 = Berat (𝑙𝑏𝑓 atau 𝑁)
2.7 Prestasi Terbang Mendarat (Landing)
Mendarat (landing) merupakan suatu manuver terbang dimana pesawat
udara dikemudikan dari kondisi approach pada tinggi terbang 35 ft (10,7 m)
untuk pesawat udara transport dan pada tinggi terbang 50 ft (15,2 m) untuk
pesawat udara kecil bermesin propeller, pesawat militer, atau pesawat ringan
tanpa awak sampai dengan kondisi diam di atas landasan.
Analisis prestasi fase landing dimulai ketika pesawat mencapai ketinggian
obstacle (50 ft untuk pesawat militer dan 35 ft untuk pesawat komersial). Saat itu
pesawat akan membentuk jalur approach dengan sudut approach (ua). Kecepatan
pesawat ketika melewati obstacle dilambangkan dengan Va, nilainya sama dengan
1,3Vstall untuk pesawat komersil dan 1,2Vstall untuk pesawat militer.
Pada ketinggian flare (hf), pesawat kemudian mulai melewati jarak flare,
yang mana merupakan transisi dari approach ke ground roll. Jarak yang dilewati
sepanjang ground mulai dari obstacle sampai ketitik awal flare disebut dengan
jarak approach (Sa). Sedangkan jarak yang dilewati sepanjang ground ketika
flare disebut dengan jarak flare (Sf).
Kecepatan touchdown (VTD) nilainya 1,15Vstall untuk pesawat komersil dan
1,1Vstall untuk pesawat militer. Setelah touchdown pesawat dalam kondisi free-roll
untuk beberapa detik sebelum pilot melakukan pengereman atau mengaktifkan
thrust reverser. Jarak free-roll ini sangat pendek, sehingga kecepatan sepanjang
jarak ini dianggap konstan, dan nilainya sama dengan VTD. Jarak ketika pesawat
roll di ground mulai dari touchdown sampai ketitik dimana kecepatan menjadi nol
disebut ground roll. Berikut gambar 2.5 menunjukkan gambaran jarak mendarat
pesawat.
II-14
II-15
Gambar 2.6 Gaya yang bekerja pada pesawat saat landing approach
[Anderson, 2010]
Dari gambar 2.5 dapat dilihat bahwa jarak approach (Sa) tergantung pada
sudut approach (ua) dan tinggi flare (hf). Sebaliknya, ua tergantung pada T/W dan
L/W. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.5 yang menunjukkan diagram gaya pada
pesawat saat approach. Dengan mengasumsikan kondisi terbang setimbang, dari
gambar 2.6.
𝐿 = 𝑊 cos 𝑢𝑎 (2.37)
𝐷 = 𝑇 + 𝑊 sin 𝑢𝑎 (2.38)
Dari persamaan (2.38)
𝐷−𝑇 𝐷 𝑇
sin 𝑢𝑎 =
= − (2.39)
𝑊 𝑊 𝑊
Sudut approach biasanya kecil. Sebagai contoh, Raymer (Ref.25)
menyatakan ua ≤ 3o. Oleh karena itu, cos ua ≈ 1 dan dari persamaan (2.37) L ≈
W. Pada kasus ini, persamaan (2.39) dapat ditulis menjadi:
1 𝑇
sin 𝑢𝑎 = − (2.40)
𝐿 ⁄𝐷 𝑊
Tinggi flare (hf), seperti yang ditunjukkan pada gambar (2.5) dapat dihitung
sebagai berikut:
ℎ𝑓 = 𝑅 − 𝑅 cos 𝑢𝑓 (2.41)
Namun, karena busur lingkaran flight path dari flare bersinggungan
(tangent) pada approach path dan ground, seperti yang terlihat pada gambar 2.5,
ua = uf. Oleh karena itu, persamaan (2.41) menjadi:
ℎ𝑓 = 𝑅(1 − cos 𝑢𝑎 ) (2.42)
Dimana:
ℎ𝑓 = Ketinggian flare (𝑓𝑡 atau 𝑚)
𝑅 = Flare radius (𝑓𝑡 atau 𝑚)
𝑢𝑎 = Sudut approach
𝑢𝑓 = Sudut flare
II-16
II-17
Dimana:
𝑅 = Flare radius (𝑓𝑡 atau 𝑚)
𝑔 = Gravitasi (𝑓𝑡/𝑠 2 atau 𝑚/𝑠 2 )
𝑣𝑓 = Kecepatan flare (𝑓𝑡/𝑠 atau 𝑚/𝑠)
Dari gambar 2.7 diatas, didapat persamaan jarak flare sf sebagai berikut:
𝑠𝑓 = 𝑅 sin 𝑢𝑓 (2.46)
Karena uf = ua, persamaan (2.45) menjadi:
𝑠𝑓 = 𝑅 sin 𝑢𝑎 (2.47)
Dimana:
𝒔𝒇 = Jarak flare (𝑓𝑡 atau 𝑚)
𝑅 = Flare radius (𝑓𝑡 atau 𝑚)
𝑢𝑎 = Sudut approach
𝑢𝑓 = Sudut flare
II-18
II-19
Gaya pada bekerja pada pesawat ketika ground roll menggunakan Hukum
Newton II, persamaannya menjadi:
𝑑𝑣∞
𝑚 = 𝑇 − 𝐷 − 𝜇𝑟 (𝑊 − 𝐿) (2.48)
𝑑𝑡
Namun, dalam praktik landing yang normal diasumsikan ketika touchdown,
gaya dorong mesin dikurangi menjadi idle (sangat utama 0). Pada kasus ini,
dengan T = 0 persamaan (2.48) menjadi:
𝑑𝑣∞
𝑚 = −𝐷 − 𝜇𝑟 (𝑊 − 𝐿) (2.49)
𝑑𝑡
Banyak pesawat jet dilengkapi dengan thrust reverser yang pada umumnya
menghasilkan thrust negatif yang sama besarnya dengan 40% atau 50% dari
maximum forward thrust. Dalam banyak kasus, jika Trev menandakan besar dari
reverse thrust secara mutlak. Kemudian persamaan (2.48) menjadi:
𝑑𝑣∞
𝑚 = −𝑇𝑟𝑒𝑣 − 𝐷 − 𝜇𝑟 (𝑊 − 𝐿) (2.50)
𝑑𝑡
Juga harga dari D di persamaan 2.49 dan 2.50 dapat ditingkatkan dengan
mengunakan spoiler, speed brakes, atau meluncurkan parasut. Perlu diperhatikan
bahwa kedua persamaan 2.49 dan 2.50 dv ͚ /dt akan menjadi bentuk yang negatif.
Dengan begitu, pesawat akan memperlambat selama landing ground run.
Suatu cara untuk mencari nilai sg dapat diperoleh dengan cara yang sama
seperti pada ground roll. Dari persamaan (2.41), diperoleh:
𝑑𝑣∞ 𝑇𝑟𝑒𝑣
= −𝑔 [ + 𝜇𝑟
𝑑𝑡 𝑊
𝜌∞ 𝐺
+ [𝐶𝐷.𝑂 + ∆𝐶𝐷.𝑂 + (𝑘1 + )𝐶 2 (2.51)
2(𝑊 ⁄𝑆 ) 𝜋𝑒𝐴𝑅 𝐿
− 𝜇𝑟 𝐶𝐿 ] 𝑣∞ 2 ]
atau
𝑣 𝑑(𝑉∞ 2)
𝑠𝑔 − 𝑠𝑓𝑟 =∫0 𝑇𝐷 2𝑔(𝐽 2) (2.58)
𝑇 +𝐽𝐴 𝑉∞
II-20
II-21
2 𝑊 1
𝑠𝑔 = 𝑗𝑁√
𝜌∞ 𝑆 (𝐶𝐿 )𝑚𝑎𝑥
(2.65)
2(
𝑗 𝑊 ⁄𝑆 )
+
𝑔𝜌∞ (𝐶𝐿 )𝑚𝑎𝑥 [𝑇𝑟𝑒𝑣 ⁄𝑊 + 𝐷⁄𝑊 + 𝜇𝑟 (1 − 𝐿⁄𝑊 )]0.7𝑣𝑇𝐷
Dimana:
𝑠𝑔 = Jarak ground (𝑓𝑡 atau 𝑚)
𝑗 = Propeller advance ratio
𝑁 = Normal force
𝜌 = Kerapatan udara (𝑠𝑙𝑢𝑔/𝑓𝑡 3 atau 𝑘𝑔/𝑚3 )
𝑆 = Luas sayap (𝑓𝑡 2 atau 𝑚2 )
𝑊 = Berat (𝑙𝑏𝑓 atau 𝑁)
𝐶𝐿𝑚𝑎𝑥 = Lift coefficient maximum
𝑔 = Gravitasi (𝑓𝑡/𝑠 2 atau 𝑚/𝑠 2 )
𝜇𝑟 = Coefficient rolling resistance
Parameter desain yang memberikan efek yang penting pada saat landing
ground roll secara jelas dapat dilihat pada persamaan (2.65), sehingga dapat
disimpulkan bahwa:
1. sg meningkat dengan meningkatnya W/S
2. sg menurun dengan meningkatnya (𝐶𝐿 )𝑚𝑎𝑥
3. sg menurun dengan meningkatnya Trev/W
4. sg meningkat dengan menurunnya ρ∞
II-22
II-23
ketinggian di mana (𝑅⁄𝐶 )𝑚𝑎𝑥 = 100 𝑓𝑡⁄𝑚𝑖𝑛. Service ceiling mewakili batas
atas untuk steady, level flight [Anderson, 2010].
Absolute dan service ceilings dilambangkan dalam Gambar 2.9, yang juga
menggambarkan teknik grafis sederhana untuk mendapatkan nilai ceilings. Dalam
Gambar 2.9, maximum rate of climb diplot terhadap ketinggian, untuk banyak
pesawat konvensional variasi ini hampir (tetapi tidak tepat) linear.
Dalam kondisi ini, ketinggian akan tetap konstan. Cara menganalisis level
turn adalah dengan mempertimbangkan gaya yang dihasilkan Fr, yang merupakan
jumlah vektor L dan W. Dari gambar 2.10 diatas, besarnya gaya adalah:
𝐹𝑟 = √𝐿2 − 𝑊 2 (2.67)
Load factor, diperoleh dengan persamaan berikut:
𝐿
𝑛= (2.68)
𝑊
Atau
1
𝑛= (2.69)
cos ∅
II-24
II-25
𝐹𝑟 = 𝑊 √𝑛2 − 1 (2.70)
Pesawat terbang di jalur melingkar pada kecepatan v∞. Oleh karena itu
2⁄
percepatan radial diperoleh dengan 𝑣∞ 𝑅 dan m sama dengan 𝑚 = 𝑊 ⁄𝑔 Dari
hukum II Newton, diperoleh:
2 2
𝑣∞ 𝑊 𝑣∞
𝐹𝑟 = 𝑚 = (2.71)
𝑅 𝑔 𝑅
Maka persamaan tangen untuk flight path menjadi:
2
𝑣∞
tan ∅ = (2.72)
𝑔×𝑅
Dengan menggabungkan persamaan (2.70) dan (2.71), maka diperoleh turn
radius (R) sebagai berikut:
2
𝑉∞
𝑅= (2.73)
𝑔√𝑛 2−1
Atau
2
𝑣∞
𝑅= (2.74)
𝑔 × tan ∅
Dimana:
𝑅 = Turn radius (𝑓𝑡 atau 𝑚)
𝑣∞ = Kecepatan (𝑓𝑡/𝑠 atau 𝑚/𝑠)
𝑛 = Load factor
𝑔 = Gravitasi (𝑓𝑡/𝑠 2 atau 𝑚/𝑠 2 )
∅ = Sudut
Atau
𝑣∞
𝜔= (2.76)
𝑅
Dimana:
𝜔 = Turn rate
𝑅 = Turn radius (𝑓𝑡 atau 𝑚)
𝑣∞ = Kecepatan (𝑓𝑡/𝑠 atau 𝑚/𝑠)
𝑛 = Load factor
𝑔 = Gravitasi (𝑓𝑡/𝑠 2 atau 𝑚/𝑠 2 )
2 𝑊 𝑛
𝑃𝑅 = 𝑇𝑅 × √ (2.78)
𝜌∞ 𝑆 𝐶𝐿𝑚𝑎𝑥
Dimana:
𝑃𝑅 = Power required (𝑓𝑡 𝑙𝑏𝑠/𝑠𝑒𝑐 atau ℎ𝑝)
𝑇𝑅 = Thrust required (𝑙𝑏𝑓 atau 𝑁)
𝜌 = Kerapatan udara (𝑠𝑙𝑢𝑔/𝑓𝑡 3 atau 𝑘𝑔/𝑚3 )
𝑆 = Luas sayap (𝑓𝑡 2 atau 𝑚2 )
𝑊 = Berat (𝑙𝑏𝑓 atau 𝑁)
𝐶𝐿𝑚𝑎𝑥 = Lift coefficient maximum
𝑛 = Load factor
II-26
II-27
𝑣∞ × 𝜔
𝑡= (2.81)
𝑔 × tan ∅
Dimana:
𝑡 = Waktu loiter per putaran (𝑠𝑒𝑐 atau ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠)
𝜔 = Turn rate
𝑅 = Turn radius (𝑓𝑡 atau 𝑚)
𝑣∞ = Kecepatan (𝑓𝑡/𝑠 atau 𝑚/𝑠)
𝑔 = Gravitasi (𝑓𝑡/𝑠 2 atau 𝑚/𝑠 2 )
∅ = Sudut
𝜋 = Rasio keliling terhadap diameter sebuah lingkaran
4𝑘(𝑊⁄𝑆 )
(𝑣∞ )𝑅𝑚𝑖𝑛 = √ (2.82)
𝜌 ∞ (𝑇 ⁄𝑊)
Dimana:
(𝑣∞ )𝑅𝑚𝑖𝑛 = Kecepatan minimum turn radiu (𝑓𝑡/𝑠 atau 𝑚/𝑠)
𝑘 = Coefficient induce drag
𝑇 = Thrust (𝑙𝑏𝑓 atau 𝑁)
𝜌 = Kerapatan udara (𝑠𝑙𝑢𝑔/𝑓𝑡 3 atau 𝑘𝑔/𝑚3 )
𝑆 = Luas sayap (𝑓𝑡 2 atau 𝑚2 )
𝑊 = Berat (𝑙𝑏𝑓 atau 𝑁)
Dimana:
𝑛𝑅𝑚𝑖𝑛 = Load factor minimum turn radius
𝑘 = Coefficient induce drag
𝐶𝐷.0 = Zero lift drag coefficient
𝑇 = Thrust (𝑙𝑏𝑓 atau 𝑁)
𝑊 = Berat (𝑙𝑏𝑓 atau 𝑁)
Jika sudah diketahui nilai (𝑣∞ )𝑅𝑚𝑖𝑛 dan 𝑛𝑅𝑚𝑖𝑛 maka dapat diperoleh nilai
minimum turn radius dengan menggunakan persamaan:
(𝑣∞ )2𝑅
𝑚𝑖𝑛
𝑅𝑚𝑖𝑛 = (2.85)
2
𝑔√𝑛𝑅 −1
𝑚𝑖𝑛
Atau
4𝐾(𝑊⁄𝑆 )
𝑅𝑚𝑖𝑛 = (2.86)
𝑔𝜌∞ (𝑇 ⁄𝑊)√1−4𝐾𝐶𝐷.0 ⁄(𝑇 ⁄𝑊 )2
Dimana:
𝑅𝑚𝑖𝑛 = Minimum turn radius (𝑓𝑡 atau 𝑚)
𝑛𝑅𝑚𝑖𝑛 = Load factor minimum turn radius
(𝑣∞ )𝑅𝑚𝑖𝑛 = Kecepatan minimum turn radius (𝑓𝑡/𝑠 atau 𝑚/𝑠)
𝑔 = Gravitasi (𝑓𝑡/𝑠 2 atau 𝑚/𝑠 2 )
𝜌 = Kerapatan udara (𝑠𝑙𝑢𝑔/𝑓𝑡 3 atau 𝑘𝑔/𝑚3 )
𝑘 = Coefficient induce drag
𝐶𝐷.0 = Zero lift drag coefficient
𝑇 = Thrust (𝑙𝑏𝑓 atau 𝑁)
𝑊 = Berat (𝑙𝑏𝑓 atau 𝑁)
II-28
BAB III
METODE PENELITIAN
3 ad
3.1 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Metodologi penelitian berperan penting untuk membantu penyelesaian
masalah dengan lebih terarah dan sistematis. Model rumusan masalah ini
digambarkan sebagai diagram alir sebagai alur berfikir peneliti untuk menjelaskan
urutan penelitian yang mencakup seluruh rangkaian kegiatan. Fungsi penelitian ini
adalah mencari jawaban terhadap permasalahan serta memberikan alternatif bagi
kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah, penarikan
kesimpulan, dan pemberian saran.
Penelitian yang akan dilakukan adalah analisis prestasi terbang untuk
mengetahui performa pesawat tanpa awak SABER N-15. Prestasi terbang yang
dianalisis meliputi cruise performance, loiter performance, dan landing
performance pesawat tanpa awak SABER N-15. Proses perhitungan yang
dilakukan menggunakan program Microsoft Excel dengan memberikan beberapa
variasi nilai disetiap fase terbangnya sebagai pembanding dari hasil yang
diperoleh.
Metode penelitian prestasi terbang pesawat dengan misi pemetaan dibagi
menjadi beberapa tahapan yang saling berhubungan. Secara garis besar metode
penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan penelitian, yaitu persiapan, pengolahan
data dan analisa. Dalam metode penelitian ini diuraikan langkah – langkah
pemecahan masalah mulai sebagai berikut:
1. Melakukan studi literatur.
2. Mengidentifikasi masalah.
3. Mengumpulkan data-data.
4. Mengolah data.
5. Menganalisa hasil.
6. Kesimpulan dan saran.
III-1
3.2 Diagram Alir Penelitian
Berikut diagram alir (flow chart) pemecahan masalah analisa prestasi
terbang pesawat tanpa awak SABER N-15:
Mulai
Studi Literatur
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data
1. Data untuk Perhitungan Performance
2. Data UAV SABER N-15
Pengolahan Data
Selesai
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian prestasi terbang pesawat tanpa awak
SABER N-15 pada kondisi fase terbang cruise dan landing
III-2
III-3
III-4
III-5
a. Landing
Fase terbang awal yang dilakukan perhitungan adalah landing. Dalam
perhitung landing akan diketahui landing distance required. Variasi data yang
diterapkan pada perhitungan ini adalah elevasi runway, sehingga akan diperoleh
variasi nilai untuk landing distance required dan landing time.
b. Cruise
Fase terbang yang dilakukan perhitungan selanjutnya adalah cruise. Dalam
perhitungan ini akan diperoleh waktu dan jarak yang dibutuhkan untuk melakukan
cruising dengan variasi ketinggian.
c. Loiter
Fase terbang yang dilakukan perhitungan selanjutnya adalah loiter. Dalam
perhitungan ini akan diperoleh waktu per putaran yang dapat dilakukan selama
operasi. Variasi yang diterapkan dalam perhitungan ini adalah radius operasi.
BAB IV
SPESIFIKASI PESAWAT & ENGINE UAV SABER N-15 DAN
DATA – DATA ANALISIS
4 ada
4.1 Pengenalan UAV SABER N-15
UAV SABER N-15 merupakan sebuah project mahasiswa Universitas
Nurtanio Bandung jurusan Teknik Penerbangan. Nantinya, UAV SABER N-15
merupakan pesawat tanpa awak kelas ringan dengan konfigurasi mid wing, t-tail,
tractor engine. Engine yang digunakan untuk UAV ini adalah Brushless motor
yang merupakan jenis piston engine. Take off UAV ini menggunakan hand throw
launched. Pesawat ini bertujuan untuk misi pemetaan.
3. Span (b) 2 m
8. Airfoil Clark X
IV-2
IV-3
2. HTP + VTP
Berikut adalah data - data terkait ukuran awal ekor pesawat.
Konfigurasi ekor yang digunakan adalah ekor bentuk T atau T-tail. Data
tersebut dipaparkan dalam bentuk tabel dan gambar berikut.
T-Tail
No. Geometri
HTP VTP Satuan
1. Panjang 1.379 m
2. Lebar 0,018 m
3. Tinggi 0,014 m
2. Payload 0.5 kg
IV-4
IV-5
1. Blade number 2
2. Diameter 14 Inch
Q
RPM Rad/s Rev/s J T (N) P (W) CT CP Eff
(N.m)
10000 1047.2 166.667 0.286 34.200 1.380 1445.13 0.0763 0.055 0.395
9000 942.478 150.000 0.318 26.220 1.096 1032.96 0.0722 0.054 0.423
8000 837.758 133.333 0.357 19.250 0.844 707.068 0.0671 0.053 0.454
7000 733.038 116.667 0.408 13.250 0.621 455.217 0.0603 0.051 0.485
6000 628.319 100.000 0.476 8.218 0.425 267.035 0.0509 0.047 0.513
5000 523.599 83.333 0.572 4.138 0.257 134.565 0.0369 0.041 0.513
4000 418.879 66.667 0.714 1.048 0.116 48.59 0.0146 0.029 0.360
IV-6
IV-7
1. Capacity 5.5 Ah
2. Voltage 14.8 V
3. Weight 525 gr
4. Length 138 mm
5. Width 43 mm
6. Height 41 mm
Gambar 4.7 Baterai Revox Pro Lithium Polymer
IV-8
IV-9
IV-10
BAB V
ANALISIS PRETASI TERBANG PESAWAT TANPA AWAK
SABER N-15 PADA POSISI CRUISE DAN LANDING
5 ad
Pada bab ini dilakukan analisis prestasi terbang UAV SABER N-15 pada
kondisi cruise dan landing. Perhitungan pretasi terbang UAV SABER N-15
dengan beberapa variasi. Analisis dengan variasi elevasi runway saat landing,
jarak cruising, radius operasi saat loiter.
5.1 Perhitungan Pretasi Terbang UAV SABER N-15 pada Posisi Cruise dan
Landing
Pada bagian ini akan dilakukan perhitungan prestasi terbang UAV SABER
N-15 pada kondisi terbang cruise dan landing untuk mengetahui hasil dari
rumusan masalah yang sudah ditentukan.
5.1.1 Landing
Pada kondisi landing pesawat dengan berat MTOW yaitu 4 kg. Variasi yang
diterapkan pada kondisi landing adalah elevasi runway dimulai dari 0 ft sampai
500 ft. Hasil analisis pada kondisi landing distance dan landing time dengan
variasi elevasi runway ditunjukan pada Tabel 5.1, Tabel 5.2 dan digambarkan
secara grafik pada Gambar 5.1, Gambar 5.2.
𝜇𝑟 = 0,05
𝑢𝑎𝑝𝑝𝑟𝑜𝑎𝑐ℎ = 3°
𝜌 𝑘𝑔⁄
= 1,204 𝑚3
𝐶𝐿𝑚𝑎𝑥 = 1.2974
𝑔 = 9,807 𝑚⁄𝑠 2
𝑗 = 1,15
𝑁 =1𝑠
𝑆 = 0,5682 𝑚2
𝑊 = 39,228 𝑁
V-1
Perhitungan kecepatan stall pesawat
Untuk mendapatkan jarak approach, maka harus menentukan
kecepatan stall terlebih dahulu.
2𝑊
𝑣𝑆𝑡𝑎𝑙𝑙 = √
𝜌𝑆𝐶𝐿𝑚𝑎𝑥
2 × 39,338 𝑁
𝑣𝑆𝑡𝑎𝑙𝑙 =
√1,225 𝑘𝑔⁄ × 0,5682 𝑚2 × 1.2974
𝑚3
𝑅 = 67,012991 𝑚
= 219,8588945 𝑓𝑡
V-2
V-3
2 𝑊 1 𝑗 2 (𝑊 ⁄𝑆 )
𝑠𝑔 = 𝑗𝑁√ +
𝜌∞ 𝑆 (𝐶𝐿 )𝑚𝑎𝑥 𝑔𝜌∞ (𝐶𝐿 )𝑚𝑎𝑥 𝜇𝑟
2 × 39,338 𝑁
𝑠𝑔 = 1,15 × 1 𝑠
√1,225 𝑘𝑔⁄ × 0,5682 𝑚2 × 1.2974
𝑚3
𝑠𝑔 = 127,877702 𝑚
= 419,5462665 𝑓𝑡
Dengan demikian jarak total landing yang dibutuhkan oleh pesawat
UAV SABER N-15 pada ketinggian sea level dengan berat 4 kg adalah:
𝑠𝑙𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 = 𝑠𝑎 + 𝑠𝑓 + 𝑠𝑔
𝑠𝑙𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 = 289,044131 𝑚 + 3,50718897 𝑚 + 127,877702 𝑚
V-3
𝑠𝑙𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 = 420,4290221 𝑚 = 1379,360309 𝑓𝑡
Berikut ini adalah tabel dan grafik dari jarak landing yang dibutuhkan
pesawat UAV SABER N-15 dengan variasi ketinggian.
Table 5.1 Jarak yang dibutuhkan untuk melakukan landing dengan variasi
ketinggian.
422.5
422.0
Landing distance (m)
421.5
421.0
420.5
420.0
419.5
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Ketinggian (ft)
𝑡𝑔 = 21,859948 𝑠
V-5
Dengan demikian waktu total landing yang dibutuhkan oleh pesawat
UAV SABER N-15 pada ketinggian sea level dengan berat 4 kg adalah:
𝑡𝑙𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 = 𝑡𝑎 + 𝑡𝑓 + 𝑡𝑔
𝑡𝑙𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 = 23,854116 𝑠 + 3 𝑠 + 21,859948 𝑠
𝑡𝑙𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 = 48,71406 𝑠
Berikut ini adalah tabel dan grafik dari jarak landing yang dibutuhkan
pesawat UAV SABER N-15 dengan variasi ketinggian.
Table 5.2 Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan landing dengan variasi
ketinggian.
V-6
V-7
48.72
48.72
Landing time (s)
48.71
48.71
48.70
48.70
48.69
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Ketinggian (ft)
5.1.2 Cruise
Pada kondisi ini terdapat dua parameter yang akan dihitung dalam analisis
prestasi terbang jelajah (cruise), yaitu jangkauan terbang (range) dan lama terbang
(endurance). Untuk menghitung parameter tersebut, diasumsikan bahwa cruise
dilakukan pada ketinggian, sudut serang, kecepatan, power mesin, konsumsi
baterai, dan efisiensi propeller yang konstan.
Perhitungan range dan endurance dilakukan dengan variasi ketinggian
cruise dari 600ft sampai 2100ft. Hasil analisis pada kondisi range dan endurance
dengan variasi ketinggian cruise ditunjukan pada Tabel 5.3, Tabel 5.4 dan
digambarkan secara grafik pada Gambar 5.3 sampai Gambar 5.6.
ƞ𝑡𝑜𝑡 = 0,571
V-7
𝑘𝑔⁄
𝜌 = 1,204 𝑚3
C = 5,5 Ah
C𝐷.0 = 0,062670
𝑔 = 9,807 𝑚⁄𝑠 2
k = 0,045239
n = 1,3 (lipo baterai)
R𝑡 =1ℎ
𝑆 = 0,5682 𝑚2
𝑉 = 14,8 𝑉
𝑣∞ = 16,67 𝑚⁄𝑠
𝑊 = 39,228 𝑁
V-8
V-9
𝐸 = 0,320566 ℎ
= 19,23396 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Perhitungan kecepatan maximum endurance pesawat
Untuk kecepatan maximum endurance yang dicapai oleh pesawat
UAV SABER N-15 pada ketinggian 600 feet dengan berat 4 kg adalah:
2𝑊 𝑘
𝑣∞ 𝐸 = √ √
𝜌𝑆 3𝐶𝐷𝑜
2 × 39,228 𝑁 0,045239
𝑣∞ 𝐸 = √ √
𝑘𝑔
1,204 3 × 0,5682 𝑚2 3 × 0,062670
𝑚
𝑣∞ 𝐸 = 7,500349 𝑚⁄𝑠
2
𝑃𝑟𝑒𝑞 = × 0,0626701⁄4
√1,204 𝑘𝑔⁄𝑚3 × 0,5682 𝑚2
3⁄2
0,045239
× (2 × 39,228 𝑁 × √ )
3
𝑃𝑟𝑒𝑞 = 36,179576 𝑊
ƞ𝑡𝑜𝑡 𝑉𝑜𝑙𝑡 𝐶
𝐸𝑚𝑎𝑥 = 𝑅𝑡 1− 𝑛 ( 3⁄2
)
1⁄4
(2⁄√𝜌𝑆)𝐶𝐷𝑜 (2𝑊√𝑘⁄3)
V-9
1,3
1− 1,3
0,571 × 14,8 𝑉 × 5,5 𝐴ℎ
𝐸𝑚𝑎𝑥 = 1 ( )
36,179576 𝑊
𝐸𝑚𝑎𝑥 = 1,384957 ℎ
= 83,09742 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Berikut ini adalah tabel dan grafik dari endurance dan maximum endurance
yang dicapai pesawat UAV SABER N-15 dengan variasi ketinggian.
0.34
0.34
0.33
Endurance (h)
0.33
0.32
0.32
0.31
600 750 900 1050 1200 1350 1500 1650 1800 1950 2100
Ketinggian (ft)
1.39
1.38
Maximum Endurance (h)
1.37
1.36
1.35
1.34
1.33
1.32
600 750 900 1050 1200 1350 1500 1650 1800 1950 2100
Ketinggian (ft)
2𝑊 𝑘
𝑣∞ 𝑅 = √ √
𝜌𝑆 𝐶𝐷𝑜
2 × 39,228 𝑁 0,045239
𝑣∞ 𝑅 = √ √
𝑘𝑔
1,204 3 × 0,5682 𝑚2 0,062670
𝑚
𝑣∞ 𝑅 = 9,871014 𝑚⁄𝑠
V-11
Dengan demikian range yang dicapai oleh pesawat UAV SABER N-15 pada
ketinggian 600 feet dengan berat 4 kg adalah:
𝑅 = 𝐸 × 𝑣∞ 𝑅
𝑅 = 0,320566 ℎ × 9,871014 𝑚⁄𝑠 × 3,6
𝑅 = 11,39153 𝑘𝑚
𝑃𝑟𝑒𝑞 = 41,2358 𝑊
1− 1,3
0,571 × 14,8 𝑉 × 5,5 𝐴ℎ 1,3
𝑅𝑚𝑎𝑥 = 1 ( ) × 9,871014 𝑚⁄𝑠 × 3.6
41,2358 𝑊
𝑅𝑚𝑎𝑥 = 41,51893 𝑘𝑚
Berikut ini adalah tabel dan grafik dari range dan maximum range yang
dicapai pesawat UAV SABER N-15 dengan variasi ketinggian.
V-12
V-13
12.4
12.2
12
Range (km)
11.8
11.6
11.4
11.2
11
600 750 900 1050 1200 1350 1500 1650 1800 1950 2100
Ketinggian (ft)
V-13
41.6
41.4
41.3
41.2
41.1
41.0
600 750 900 1050 1200 1350 1500 1650 1800 1950 2100
Ketinggian (ft)
C𝐷.0 = 0,062670
𝑔 = 9,807 𝑚⁄𝑠 2
k = 0,045239
𝑛 = 1,161
𝑆 = 0,5682 𝑚2
𝑣∞ = 16,67 𝑚⁄𝑠
V-14
V-15
𝑊 = 39,228 𝑁
Perhitungan kecepatan level turn pesawat
Untuk mengetahui prestasi terbang belok maka harus dicari terlebih
dahulu kecepatannya.
2 𝑊 𝑛
𝑣𝑠𝑡𝑎𝑙𝑙 = √𝜌
∞ 𝑆 𝐶𝐿𝑚𝑎𝑥
2 4 𝑘𝑔 ×9,807𝑚⁄ 2 1,161
𝑠
𝑣𝑠𝑡𝑎𝑙𝑙 = √ 𝑘𝑔 × × 1.2974
1,193 ⁄ 3 0,5682 𝑚 2
𝑚
2 𝑊 𝑛
𝑃𝑟𝑒𝑞 = 𝑇𝑟𝑒𝑞 × √
𝜌∞ 𝑆 𝐶𝐿𝑚𝑎𝑥
(10,1795 𝑚 ⁄𝑠 )2
𝑅=
9,807 𝑚⁄ 2×√1,1612 −1
𝑠
𝑅 = 17,87989 𝑚
Dengan demikian turn radius pesawat UAV SABER N-15 pada ketinggian
900 feet dengan berat 4 kg dan load factor 1,161 adalah 17,87989 𝑚
V-15
Perhitungan turn rate pesawat
𝑔√𝑛 2−1
𝜔= 𝑉∞
9,807 𝑚⁄ 2×√1,1612 −1
𝑠
𝜔=
10,1795 𝑚 ⁄𝑠
𝜔 = 0,569327
Dengan demikian turn rate pesawat UAV SABER N-15 pada ketinggian 900
feet dengan berat 4 kg dan load factor 1,161 adalah 0,569327.
Berikut ini adalah tabel dan grafik dari turn radius dan turn rate yang
dicapai pesawat UAV SABER N-15 dengan variasi ketinggian.
Table 5.5 Turn radius dan turn rate yang dibutuhkan untuk melakukan level
turn dengan variasi ketinggian.
18.5
18.3
Turn Radius (m)
18.1
17.9
17.7
17.5
900 1050 1200 1350 1500
Ketinggian (ft)
0.57
0.57
0.57
0.57
Turn Rate
0.57
0.57
0.56
0.56
0.56
0.56
0.56
900 1050 1200 1350 1500
Ketinggian (ft)
Gambar 5.8 Grafik turn rate dengan variasi ketinggian
𝑡 = 57,29375 𝑠
Berikut ini adalah tabel dan grafik dari loiter time per putaran yang dicapai
pesawat UAV SABER N-15 dengan variasi ketinggian.
Table 5.6 Loiter time per putaran yang dibutuhkan untuk melakukan level
turn dengan variasi ketinggian.
V-17
1,188 1050 10,20 17,96 57,1
57.5
Loiter Waktu per putaran (s)
57.0
56.5
56.0
55.5
55.0
17.88 17.96 18.03 18.12 18.20
Turn radius (m)
Gambar 5.9 Grafik loiter time per putaran dengan variasi turn radius
C𝐷.0 = 0,062670
𝐶𝐿𝑚𝑎𝑥 = 1.2974
𝑔 = 9,807 𝑚⁄𝑠 2
K = 0,045239
V-18
V-19
𝑛 = 1,161
𝑆 = 0,5682 𝑚2
𝑣∞ = 16,67 𝑚⁄𝑠
𝑊 = 39,228 𝑁
4×0,045239×69,03907 N⁄ 2
(𝑣∞ )𝑅𝑚𝑖𝑛 = √ 𝑚
𝑘𝑔
1,193 ⁄ 3 ×0,179263
𝑚
4×0,045239×0,062670
𝑛𝑅𝑚𝑖𝑛 = √2 − (0,179263) 2
𝑛𝑅𝑚𝑖𝑛 = 1,28031
V-19
(𝑣∞ )2𝑅
𝑚𝑖𝑛
𝑅𝑚𝑖𝑛 = 2
𝑔√𝑛𝑅 −1
𝑚𝑖𝑛
(1,352106𝑚⁄𝑠 )2
𝑅𝑚𝑖𝑛 =
9,807 𝑚⁄ 2×√(1,283394) 2 −1
𝑠
𝑅𝑚𝑖𝑛 = 0,153037 m
Berikut ini adalah tabel dan grafik dari minumum turn radius per putaran
yang dicapai pesawat UAV SABER N-15 dengan variasi ketinggian.
𝑘𝑔
𝜌 ( ⁄𝑚3 ) h (ft) 𝑣𝑠𝑡𝑎𝑙𝑙 (𝑚⁄𝑠) N R (m)
0.16
0.16
Minimum Turn Radius (m)
0.16
0.16
0.15
0.15
0.15
0.15
0.15
0.15
0.15
900 1050 1200 1350 1500
Ketinggian (m)
V-20
V-21
C𝐷.0 = 0,062670
𝐶𝐿𝑚𝑎𝑥 = 1.2974
𝑔 = 9,807 𝑚⁄𝑠 2
k = 0,045239
𝑃 = 80,86961 𝑊
𝑆 = 0,5682 𝑚2
𝑣∞ = 16,67 𝑚⁄𝑠
𝑊 = 39,228 𝑁
V-21
Perhitungan maximum L/D
1
(𝐿⁄𝐷) =√
𝑚𝑎𝑥 4C𝐷.0 𝑘
1
(𝐿⁄𝐷) =√
𝑚𝑎𝑥 4 × 0,062670 × 0,045239
(𝐿⁄𝐷) = 9,390388
𝑚𝑎𝑥
1⁄
2
2 0,045239
𝑣(𝑅⁄ = ×√ × 69,03907 𝑁⁄𝑚2
𝐶) 𝑚𝑎𝑥 𝑘𝑔⁄ 3 × 0,062670
1,225 𝑚3
( )
𝑣(𝑅⁄ = 7,435782 𝑚⁄𝑠
𝐶 ) 𝑚𝑎𝑥
V-22
V-23
Table 5.8 Service and absolute ceiling pada dengan variasi ketinggian
4,500
4,000
3,500
Ketinggian (ft)
3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
500
0
0.0 0.0 0.0 0.1 0.1
R/C (m/s)
V-23
Gambar 5.11 Grafik service and absolute ceiling dengan variasi ketinggian
V-24
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6 ad
6.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis prestasi terbang UAV SABER N-15 pada kondisi
cruise dan landing, maka diperoleh kesimpulan, yaitu :
1. Jarak jelajah (range) pesawat UAV SABER N-15 dengan kondisi power
baterai penuh (5 Ah) pada ketinggian 600 ft adalah 11,39 km, dan lama
terbang (endurance) selama 0,32 hour. Range dan endurance akan
meningkat seiring dengan meningkatnya ketinggian pesawat.
2. Turn radius pesawat UAV SABER N-15 dengan kondisi power baterai
penuh (5 Ah) pada ketinggian 900 ft dan load factor 1,161 adalah 17,88
meter, turn rate adalah 0,57, dan kecepatan stall adalah 10,18 m/s. Turn
radius akan meningkat seiring dengan meningkatnya load factor dan
ketinggian pesawat, sedangkan turn rate menurun seiring dengan
meningkatnya ketinggian pesawat.
3. Loiter time per putaran pada ketinggian 900 ft adalah 57,3 s.
4. Jarak total landing pesawat UAV SABER N-15 dengan kondisi power
baterai penuh (5 Ah) pada kondisi sea level adalah 420,43 m. Jarak total
landing akan meningkat seiring dengan meningkatnya ketinggian pesawat
saat landing.
6.2 Saran
Untuk meyempurnakan penelitian yang telah dilakukan, maka saran untuk
penelitian selanjutnya yang dapat dipertimbangkan antara lain adalah :
1. Menggunakan data-data final hasil pengujian pada pesawat UAV SABER
N-15 tersebut yaitu data geometri, data aerodinamika, dan spesifikasi
pesawat.
2. Perlu dilakukan pengujian pada pesawat UAV SABER N-15 diharapkan
sudah mengaplikasikan kamera pada pesawat sehinggadata aerodinamika
lebih akurat.
VI-1
3. Pehitungan yang dilakukan selanjutnya diharapkan dapat menerapkan
beberapa factor yang mempengaruhi performance pesawat sesuai dengan
kodisi lingkungan sekitar pesawat seperti pengaruh arah angin, kondisi
permukaan runway, kemiringan runway dan lain sebagainya.
VI-2
DAFTAR PUSTAKA
xiv
13. Tan Chang. 2014. Improving Electric Powered UAVs’ Endurance by
Incorporating Battery Dumping Concept. Shaanxi: Northwestern
Polytechnical University.
xv