Anda di halaman 1dari 19

Detailed Engineering Design for Airport’s 

Facilities
MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari pembuatan rancangan teknik terinci fasilitas bandar udara adalah untuk
melaksanakan pembuatan dokumen rancangan teknik terinci (detailed engineering design)
pembangunan dan pengembangan bandar udara yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan dan memenuhi standar kualitas persyaratan desain di bidang kebandarudaraan.

Tujuan pembuatan rancangan teknik terinci adalah untuk mendapatkan produk detail rekayasa
desain (detailed engineering design) bandar udara berdasarkan atas hasil penyusunan master
plan, sebagai dokumen pedoman teknis pelaksanaan pekerjaan konstruksinya.

LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan yang dilaksanakan dalam tahap penyusunan detail rekayasa desain (detailed
engineering design) meliputi :

1. Melakukan perancangan teknik terinci untuk setiap komponen fasilitas bandar udara yang
akan dibangun baik dalam gambar desain maupun dokumen analisis perhitungannya
2. Menyusun gambar desain/gambar tender masing-masing kelompok pekerjaan sebagai
acuan pembangunan oleh kontraktor pelaksana.
3. Menyusun spesifikasi teknik, yang memuat antara lain, ketentuan umum pelaksanaan
pekerjaan, bahan konstruksi, tata cara pelaksanaan konstruksi
4. Menyusun rencana anggaran biaya pelaksanan pekerjaan dan menyiapkan dokumen bill
of quantity.
5. Menyusun rencana kerja dan syarat-syarat, yaitu dokumen yang diperlukan sebagai
pedoman untuk proses pengadaan dan pelelangan pelaksanaan pekerjaan.

PROSES DAN PROSEDUR PELAKSANAAN

Dalam proses penyusunan suatu detail rekayasa desain, maka langkah dan tahapan yang harus
dilaksanakan oleh Konsultan sekurang-kurangnya adalah berikut:

1. Melakukan kaji ulang rekomendasi tiap tahap master plan sebagai dasar bagi penentuan
kebutuhan serta dimensi komponen, bentuk komponen serta penempatannya pada tahap
yang akan dibuat rancangannya.
2. Menyusun rancangan komponen ruang yang akan dibangun pada tahap-tahap tertentu
dalam bentuk gambar desain dengan berdasarkan kajian-kajian sebagai berikut : a)
Perhitungan dimensi dari setiap komponen bangunan yang akan dibuat rancangannya
berdasarkan standar desain yang berlaku. b) Penentuan desain arsitektur bangunan,
denah, spesifikasi bahan dan struktur bangunan, pertimbangan pengaruh iklim terhadap
arsitektur bangunan. c) Perancangan sistem saluran, pengolahan distribusi/pembagi,
peralatan dan bangunan-bangunan infrastruktur seperti: air bersih, jaringan kabel listrik,
drainase, buangan air kotor, saluran air hujan, pengolah limbah, peralatan dan
perlengkapan pembuangan sampah, pipa gas dan bahan bakar. d) Perkiraan volume
galian dan timbunan.
3. Perhitungan mengenai biaya konstruksi (pengadaan, pelaksanaan pekerjaan dan biaya-
biaya lain yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan konstruksi).

KEDALAMAN KAJIAN DETAIL REKAYASA DESAIN

Dilihat dari kedalaman kajiannya, penyusunan detail rekayasa desain ini harus dapat mengkaji
dan merumuskan hal-hal sebagai berikut:

Perhitungan spesifikasi teknis rancangan dimensi daris setiap komponen bangunan.

Bentuk bangunan/desain arsitektur, tampak muka, belakang, samping, denah dan penempatan
komponen bangunan dan spesifikasi bahan.

1. Analisis struktur perkerasan bandar udara, jalan akses dan jalan di lingkungan bandar
udara, analisis struktur bangunan untuk setiap bangunan.
2. Detail desain dari sistem drainase termasuk dimensi saluran, detail desain dari sistem
jaringan air bersih, pegolahan limbah, sistem penyediaan bahan bakar.
3. Analisis kebutuhan fasilitas telekomunikasi, navigasi udara, elektronika dan listrik serta
gambar skema instalasi dan spesifikasinya.
4. Perhitungan biaya pelaksanaan konstruksi fisik serta pembagian biaya dalam setiap
tahapan pembangunan.

SISTEM PENYAJIAN GAMBAR DESAIN DAN DOKUMEN PERENCANAAN

Produk akhir pekerjaan pada tahap detail rekayasa desain bandar udara adalah Gambar Rencana
Tata Letak berskala 1:1000 yang dilengkapi dengan bentuk dasar tiap bangunan yang disajikan
dalam Gambar Rencana berskala 1:10 sampai dengan 1:100. Disamping itu, hasil penyusunan
detail desain tersebut akan divisualisasikan dalam bentuk maket berskala 1:1000.

Dalam detail rekayasa desain ini akan tergambar rancangan setiap fasilitas bandar udara dengan
skala dari 1:10 sampai dengan 1:100 yang memuat fasilitas-fasilitas bandar udara. Disamping itu,
produk lain yang dihasilkan adalah berupa Buku Rancangan Dasar (Basic Design) yang
merupakan perhitungan analisis fasilitas-fasilitas tersebut, Buku Prakiraan Biaya Pembangunan
dan Jadwal Pelaksanaan Pembangunan.
Gambar yang disajikan adalah berukuran A1 dan A3. Rincian daftar gambar sekurang-kurangnya
akan terdiri dari:

Umum

1.
1. Peta Orientasi Lokasi
2. Rencana Tata Letak Fasilitas Bandar Udara
3. Rencana Pentahapan Penggunaan Lahan
4. Peta Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan
5. Peta Tingkat Kebisingan
2. Pekerjaan Sipil
1. Tata Letak Fasilitas Sisi Udara
2. Rencana Sistem dan Detail profil Saluran Drainase Sisi Udara
3. Rencana Lansekap Sisi Udara
4. Rencana dan Detail Sistem Pagar Pengaman Bandar Udara
5. Profil Memanjang dan Melintang Runway, Taxiway dan Apron
6. Profil Memanjang dan Melintang Service Road
7. Rencana dan Profil Sistem Perkerasan Runway, Taxiway, Apron, dan Service
Road
3. Pekerjaan Arsitektural
1. Tata Letak Bangunan dan Fasilitas Sisi Darat
2. Tampak dan Potongan Bangunan Terminal Penumpang dan Terminal Kargo
3. Detail Komponen-Komponen Bangunan Sisi Darat
4. Pekerjaan Bangunan Penunjang Operasi

1.
1. Tata Letak Bangunan Operasi (Tower, Gedung Administrasi, Power House, dll)
2. Tampak dan Potongan Bangunan Operasi (Tower, Gedung Administrasi, Power
House, dll)
2. Pekerjaan Utilitas
1. Tata Letak dan Jaringan Fasilitas Listrik
2. Tata Letak dan Jaringan Fasilitas Telekomunikasi dan Elektronika
3. Tata Letak dan Detail Fasilitas Navigasi Udara
4. Tata Letak dan Jaringan Air Bersih dan Air Kotor
5. Sistem Pengolahan Limbah
6. Sistem Penyediaan Bahan Bakar
7. Sistem Jaringan dan Detail Struktur Perkerasan Jalan Akses
8. Sistem dan Tata Letak Ruang Parkir Kendaraan dan Detail Struktur Perkerasan
dan Fasilitas Perparkiran.
Airport’s Master Planning

Rencana induk bandar udara atau yang juga dikenal sebagai master plan bandar udara pada
dasarnya merupakan grand-design pembangunan dan pengembangan dalam suatu tinjauan waktu
yang dirancang. Pada umumnya kurun waktu pengembangan adalah 20 tahun. Dengan
memperhatikan perkembangan lalu lintas udara yang dilayaninya serta memperhatikan kondisi
lingkungan strategis yang melingkupinya, dalam kurun waktu tinjauan tersebut sering dilakukan
kaji-ulang atau review terhadap rencana induk bandar udara yang telah disusun.

Definisi Rencana Induk Bandar Udara adalah pedoman pembangunan dan pengembangan bandar
udara yang mencakup seluruh kebutuhan dan penggunaan tanah serta ruang udara untuk kegiatan
penerbangan dan kegiatan penunjang penerbangan dengan mempertimbangkan aspek-aspek
teknis, pertahanan keamanan, sosial budaya serta aspek-aspek terkait lainnya (Kepmenhub
N048/2002).

Menurut dokumen Tatanan Kebandarudaraan Nasional (Permenhub Nomor KM 11/2010),


rencana induk suatu bandar udara paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Prakiraan permintaan kebutuhan pelayanan penumpang dan kargo


2. Kebutuhan fasilitas
3. Tata letak fasilitas
4. Tahapan pelaksanaan pembangunan
5. Kebutuhan dan pemanfaatan lahan
6. Daerah lingkungan kerja
7. Daerah lingkungan kepentingan
8. Kawasan keselamatan operasi penerbangan
9. Batas kawasan kebisingan.
Prakiraan permintaan kebutuhan pelayanan penumpang dan kargo pada dasarnya ditentukan oleh
perhitungan permintaan dan kebutuhan (traffic forecasting) penumpang dan kargo. Tiga hal yang
harus diperhatikan dalam proses prakiraan tersebut adalah: 1) potensi penumpang dan kargo
tahunan dan pada saat jam sibuk dan kajian asal/tujuan penumpang dan kargo, kemampuan
membayar (ability to pay) dan kemauan membayar (willingness to pay) dari suatu populasi yang
ditinjau, 2) potensi jaringan/rute penerbangan dengan kajian asal dan tujuan penumpang dan
kargo, dan 3) potensi ketersediaan armada atau pesawat udara dengan kajian kapasitas
penumpang, jarak tempuh pesawat udara, umur pesawat udara, dan perkembangan teknologi
(jenis/tipe) pesawat udara.

Untuk kebutuhan fasilitas bandar udara merupakan hasil analisis dan perhitungan  serta kajian
kebutuhan fasilitas pokok dan penunjang bandar udara. Dasar analisi dan perhitungan serta
kajian kebutuhan tersebut diturunkan dari parameter-parameter yang digunakan dalam prakiraan
permintaan kebutuhan pelayanan penumpang dan kargo (termasuk indikator jumlah pergerakan
pesawat, tipe/jenis pesawat, dan lain sebagainya).

Adapun fasilitas pokok bandar udara yang mesti dikaji dalam penyusunan rencana induk adalah
sebagai berikut:

Fasilitas Keselamatan dan Keamanan Penerbangan:

1. PKP-PK (Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran)


2. Salvage
3. Alat Bantu Pendaratan Visual (Airfield Lighting System)
4. Catu Daya Kelistrikan
5. Pagar.

Fasilitas Sisi Udara (Airside Facilities):

1. Landas Pacu (runway)


2. Runway Strip
3. Runway End Safety Area (RESA)
4. Stopway
5. Clearway
6. Landas Hubung (taxiway)
7. Landas Parkir (apron)
8. Marka dan Rambu
9. Taman Metorologi (fasilitas dan peralatan pengamatan cuaca)

Fasilitas Sisi Darat (Landside Facilities):

1. Bangunan Terminal Penumpang


2. Bangunan Terminal Kargo
3. Menara Pengatur Lalu Lintas Penerbangan (Control Tower)
4. Bangunan Operasional Penerbangan
5. Jalan Masuk
6. Parkir Kendaraan Bermotor
7. Depo Pengisian Bahan Bakar Pesawat Udara
8. Bangunan Parkir
9. Bangunan Administrasi/Perkantoran
10. Marka dan Rambu
11. Bangunan Pengolah Limbah.

Sedangkan fasilitas penunjang yang merupakan fasilitas yang secara langsung dan tidak
langsung menunjang kegiatan pelayanan bandar udara dan memberikan nilai tambah secara
ekonomis/finansial kepada penyelenggara bandar udara antara lain sebagai berikut:

1. Fasilitas perbengkelan pesawat udara


2. Fasilitas pergudangan
3. Penginapan/hotel
4. Toko
5. Restoran, dan
6. Lapangan golf.

Rencana induk bandar udara juga memuat tata letak (layout) fasilitas bandar udara. Ini
merupakan rencana penataan fasilitas keselamatan dan keamanan, fasilitas sisi udara, fasilitas
sisi darat, dan fasilitas penunjang bandar udara. Rencana penataan fasilitas pokok dan fasilitas
penunjang ini setidaknya meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Kajian /analisis tapak (site), topografi, penyelidikan tanah (soil investigation)


2. Kajian/analisis sistem drainase bandar udara.
3. Kajian/analisis konfigurasi fasilitas pokok bandar udara: runway, runway strip, apron,
taxiway, terminal area dan jalan masuk menuju bandar udara dengan mengacu kepada
hasil perhitungan dan kajian kebutuhan fasilitas-fasilitas tersebut.
4. Kajian/analisis arah angin (wind rose) tahunan.
5. Kajian/analisis objek-objek obstacle di sekitar bandar udara
6. Kajian/analisis kondisi atmosferik
7. Kajian/analisis ketersediaan lahan pengembangan, dan
8. Kajian/analisis aksesibilitas dengan moda transportasi lainnya.

Untuk analisis atau kajian pelaksanaan pembangunan dilaksanakan dengan fokus pada
optimalisasi fasilitas eksisting dalam kerangka efisiensi dan aspek kemudahan pelaksanakan di
lapangan. Sifat rencana induk harus implementatif. Efisiensi dan efektivitas tahapan pelaksanaan
pembangunan fasilitas pada umumnya dikaji terhadap aspek:

 Rencana tata guna lahan sampai desain tahap akhir (ulimate phase)
 Kebutuhan fasilitas bandar udara dengan mempertimbangkan skala prioritas berdasarkan
kebutuhan dan ketersediaan anggaran.
 Rencana tata letak fasilitas bandar udara secara menyeluruh.
 Rencana pengembangan fasilitas bandar udara tiap-tiap tahapan pembangunan hingga
tahap akhir (ultimate phase).
Adapun kebutuhan pemanfaatan lahan tapak bandar udara pada dasarnya merupakan perhitungan
dan kajian kebutuhan dan pemanfaatan lahan optimal sampai dengan tahap ultimate yang terdiri
atas

 Luas lahan yang telah ada


 Luas lahan tambahan untuk pengembangan
 Prakiraan kebutuhan lahan pembangunan
 Peta kepemilikan lahan dan rencana pembebasan lahan.

Dalam rencana induk bandar udara dikenal istilah Daerah Lingkungan Kerja Bandar Udara atau
disingkat dengan DLKr. DLKr merupakan daerah yang dikuasai badan usaha bandar udara atau
unit penyelenggara bandar udara, yang digunakan untuk pelaksanaan pembangunan,
pengembangan, dan pengoperasian fasilitas bandar udara. Daerah lingkungan kerja bandar udara
digunakan untuk:

 Fasilitas pokok bandar udara (fasilitas sisi udara, fasilitas sisi darat, fasilitas navigasi
penerbangan, fasilitas alat bantu pendaratan visual, dan fasilitas komunikasi
penerbangan).
 Fasilitas penunjang bandar udara (fasilitas penginapan/hotel, fasilitas penyediaan toko
dan restoran, fasilitas penempatan kendaraan bermotor, fasilitas perawatan pada
umumnya, dan fasilitas lainnya yang menunjang secara langsung atau tidak langsung
kegiatan bandar udara).

Dalam rencana induk bandar udara juga dikenal istilah Daerah Lingkungan Kepentingan Bandar
Udata atau dikenal dengan istilah DLKp. Definisi DLKp adalah merupakan daerah di luar
lingkungan kerja bandar udara yang digunakan untuk menjamin keselamatan dan keamanan
penerbangan, serta kelancaran aksesibilitas penumpang dan kargo.
Feasibility Study and Site Selection for
Airport Development

Pembangunan dan pengembangan prasarana bandar udara membutuhkan investasi dana dalam
jumlah yang tidak sedikit. Prinsip dasar pembangunan dan pengembangan bandar udara
utamanya harus memperhatikan tersedianya prasarana bandar udara dan ruang udara di
sekitarnya yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan transportasi secara selamat (safe),
aman (secure), nyaman (convenience) dan memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan
(comply). Oleh karena itu, sebelumnya perlu dilakukan studi kelayakan pembangunan dan/atau
pengembangan fasilitas bandar udara. Bila di suatu wilayah belum ada fasilitas bandar udara,
maka pemilihan lokasi pembangunan bandar udara juga merupakan hal yang sangat signifikan
karena memerlukan kajian yang komprehensif dari berbagai aspek yang perlu diperhatikan,
yaitu: 1) pengembangan wilayah, 2) teknis pelaksanaan pembangunan dan pengembangan, 3)
operasional dan keselamatan penerbangan, 4) lingkungan, 5) pengusahaan jasa angkutan udara,
serta 6) ekonomi dan finansial. Jadi studi kelayakan pembangunan dan pengembangan bandar
udara tidak hanya ditinjau dari aspek untung-rugi secara ekonomi dan finansial semata.

Pada umumnya pembangunan dan pengembangan bandar udara di wilayah yang belum
berkembang atau sedang berkembang dilakukan oleh pemerintah sebagai kewajiban untuk
menyediaan infrastruktur publik. Sedangkan untuk wilayah yang sudah berkembang dan skala
kegiatan ekonominya pesat pada umumnya dibangun oleh badan usaha penyelenggaraan bandar
udara atau pihak swasta. Ada pula bandar udara khusus di wilayah-wilayah yang hanya dapat
dijangkau dengan transportasi udara seperti di kawasan tambang, kawasan perkebunan, kawasan
pengusahaan hutan yang pembangunannya dan pengoperasiannya dilakukan oleh perusahaan
yang memiliki ijin usaha khusus di kawasan tersebut. Bandar udara khusus selalu melekat
penggunaannya untuk mendukung kegiatan pokok perusahaan di kawasan-kawasan khusus
tersebut.

Maksud pelaksanaan studi kelayakan pembangunan/pengembangan bandar udara pada dasarnya


adalah melakukan kajian kelayakan pembangunan dan pengembangan bandar udara serta
menyusun rencana dasar pembangunan dan pengembangan bandar udara. Dalam tahapan studi
kelayakan juga dilakukan analisis dan evaluasi pemilihan alternatif lokasi bandar udara untuk
pembangunan bandar udara yang baru.

Tujuan pelaksanaan studi kelayakan bandar udara pada umumnya adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh informasi awal alternatif rencana lokasi bandar udara, kondisi ruang udara,
prospek pembangunan dan pengembangan fasilitas bandar udara pada rencana lokasi,
kondisi lingkungan dan potensi daerah sekitar;
2. Menentukan lokasi rencana yang terpilih berdasarkan ketentuan dan persyaratan
pembangunan bandar udara serta menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk penetapan
lokasi bandar udara;
3. Mendapatkan gambaran  tingkat kelayakan pembangunan serta menentukan pedoman
langkah perencanaan lanjutan baik menyangkut aspek pengembangan wilayah, ekonomi
dan finansial, teknik pembangunan, operasional, pengusahaan jasa angkutan udara dan
lingkungan.

Rincian lingkup pekerjaan yang dilaksanakan pada tahapan studi kelayakan pembangunan
bandar udara sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut:

1. Inventarisasi data terkait dengan tata ruang dengan fisik wilayah rencana pembangunan
bandar udara (rencana tata ruang, fisiografi daerah, meteorologi, jalur lalu lintas udara
dan kawasan keselamatan operasi penerbangan, ketersediaan bahan baku konstruksi),
data sosio-ekonomi dan lingkungan (demografi, kondisi perekonomian, perdagangan dan
industri, pariwisata, harga lahan, harga bahan bangunan dan unit pekerjaan dana data
sosial budaya dan kesehatan);
2. Telaah awal (desk study) terhadap faktor-faktor terkait dengan rencana pembangunan
bandar udara
3. Survei pendahuluan terhadap beberapa alternatif lokasi bandar udara yang akan
dibangun;
4. Pemilihan/seleksi lokasi bandar udara yang tepat dari beberapa rencana lokasi bandar
udara yang dikaji melalui aspek teknis, operasional, lingkungan dan biaya pembangunan;
5. Survey detail lapangan, pengukuran topografi dan penyelidikan tanah pada rencana lokasi
bandar udara yang terpilih;
6. Analisa mendalam (detailed analysis) kelayakan pembangunan lokasi bandar udara
terpilih, ditinjau dari kelayakan pengembangan wilayah, ekonomi dan finansial, teknis
pembangunan, operasional, pengusahaan jasa angkutan udara serta lingkungan;
7. Konsep tahap pembangunan bandar udara di lokasi terpilih beserta analisis kebutuhan
fasilitas bandar udara sesuai dengan rencana pentahapan pengembangannya;
8. Rencana pendahuluan (preliminary planning) terhadap rencana pembangunan bandar
udara di lokasi terpilih;
9. Penyiapan dokumen teknis untuk pengajuan penetapan lokasi bandar udara kepada
otoritas yang berwenang.

Rincian analisis kelayakan yang diperlukan dalam studi kelayakan pembangunan bandar udara
adalah sebagai berikut (Ref: Permenhub No.11/2010 tentang Tatanan Kebandarudaraan
Nasional):

Analisis Kelayakan dan Keterpaduan dengan Perencanaan Wilayah, yang meliputi:

 Keterpaduan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional


 Keterpaduan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
 Keterpaduan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
 Keterpaduan dengan Sistem/Tataran Transportasi Nasional
 Keterpaduan dengan Tataran Transportasi Wilayah
 Keterpaduan dengan Tataran Transportasi Lokal
 Keterpaduan dengan Kebijakan Daerah Rawan Bencana, Daerah Terisolir, dan Kawasan
Perbatasan
 Keterpaduan dengan Rencana Induk Bandar Udara Nasional.

Analisis Kelayakan Ekonomi dan Finansial, yang meliputi:

Kelayakan Ekonomi (economic feasibility includes: investation analysis and benefit analysis
impacted to the level of airport economic revenue, local governmnet revenue, and local
community revenue) dengan indikator:

 E-Internal Rate of Return


 E-Net Present Value
 E-Benefit Cost Ratio atau E-Profitability Index
 E-Payback Period

Kelayakan Finansial (financial feasibility includes cash-flow analysis for airport business and
the term of payback period) dengan indikator:

 F-Internal Rate of Return


 F-Net Present Value
 F-Benefit Cost Ratio atau F-Profitability Index
 F-Payback Period

Analisis Kelayakan Teknis Pembangunan, yang meliputi:

 Kondisi topografi lahan


 Kondisi relief permukaan bumi dan kemiringan lahan
 Kondisi sistem drainase lahan
 Kondisi cuaca (temperatur, arah dan kecepatan angin), visibility, ceiling, dan kondisi
atmosferik
 Daya dukung tanah dasar, sifat fisik dan mekanik tanah dasar dan lithology tanah dasar
 Kondisi infrastruktur pendukung dan ketersediaannya (jalan, air baku, sumber daya
listrik, jaringan komunikasi)

Analisis Operasional dan Keselamatan Penerbangan, yang meliputi:

 Kondisi ruang udara


 Usability factor
 Unit penyedia layanan pengatur lalu lintas udara
 Usulan desain pesawat rencana
 Dampak cuaca terhadap operasional bandar udara dan penerbangan
 Ceiling
 Visibility
 Prosedur take-off dan landing

Analisis Kelayakan Pengusahaan Jasa Angkutan Udara, yang meliputi:

 Lingkup wilayah pelayanan bandar udara


 Potensi penumpang angkutan udara
 Potensi cargo angkutan udara
 Potensi rute penerbangan baru yang mungkin dikembangkan
 Sistem pengoperasian bandar udara sebagai single airport atau multiple airport
 Analisis ketersediaan armada penerbangan
 Analisis multimoda untuk transportasi logistik

Analisis Kelayakan Lingkungan, yang meliputi:

 Kondisi eksisting lingkungan (rona lingkungan awal)


 Pengunaan lahan eksisting pada rencana lokasi bandar udara (lahan pertanian, industri,
tambang, hutan, perkebunan, kawasan konservasi alam, cagar budaya).
 Status kepemilikan lahan
 Kondisi drainase eksisting dan dampak pembangunan bandara terhadap sistem drainase
 Relokasi penduduk yang diperlukan
 Keterpaduan dan keseimbangan dengan budaya setempat
 Dampak keberadaan bandar udara terhadap masyarakat sekitarnya
 Aspek demografi dan peluang lapangan kerja yang ditimbulkan.
Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara
Perencanaan dan perancangan bandar udara merupakan suatu pekerjaan yang kompleks dan
multi-faset. Sebuah proses yang membutuhkan integrasi dari berbagi disiplin keilmuan dan
keahlian dan memiliki lingkup perencanaan yang kompleks dari level perencanaan strategis
sampai dengan perancangan detail fasilitas yang terinci.

Disiplin keilmuan yang terlibat di dalamnya meliputi beberapa bidang sebagai berikut:

 Airport planning and airport engineering.


 Flight safety, airspace and air traffic operation, and airport operation system
 Meteorological assessment
 Air traffic forecasting and integration with other transport modes
 Civil engineering (pavement engineering, structural engineering, road engineering,
include geotechnical engineering, and drainage system)
 Geodetic engineering
 Spatial and regional planning
 Economic and financial assessment
 Environmental assessment include physical, biological and socio-economic
environmental
 Electrical and mechanical engineering.

Perencanaan dan perancangan bandar udara untuk penerbangan sipil (civil aviation) pada
dasarnya mengacu kepada standar dan rekomendasi praktis yang dikeluarkan oleh organisasi
penerbangan sipil sedunia yang dikenal dengan nama ICAO (International Civil Aviation
Organization). ICAO adalah sebuah badan di bawah naungan PBB yang berkantor pusat di
Montreal Kanada. Regional Office of ICAO untuk kawasan Asia dan Pasifik berada di Bangkok
Thailand. ICAO mengeluarkan dokumen standar dan rekomendasi praktis yang harus dipatuhi
oleh negara-negara anggotanya. Indonesia termasuk negara anggota ICAO sehingga seluruh
fasilitas dan instalasi bandar udara untuk penerbangan sipil semestinya memenuhi standar dan
rekomendasi yang dipersyaratkan oleh ICAO tersebut. Peraturan dan standar yang dikeluarkan
oleh Departemen Perhubungan (Kementerian) dan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara pada
dasarnya senantiasa mengacu kepada standar dan rekomendasi praktis dipersyaratkan oleh ICAO
tersebut.

Dalam proses pembangunan dan pengembangan prasarana bandar udara pada umumnya
dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: 1) studi kelayakan (feasibility study) pembangunan
bandar udara di dalamnya termasuk pemilihan lokasi (site selection analysis), 2) studi rencana
induk (master plan) berikut analisis KKOP (kawasan keselamatan operasi penerbangan) dan
analisis BKK (Batas Kawasan Kebisingan Bandar Udara), 3) studi Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan, dan 4) sampai pada tahapan penyusunan rancangan teknik terinci fasilitas bandar
udara (detailed engineering design).

Dalam implementasi proses perencanaan dan perancangan, sering dijumpai kasus-kasus


perencanaan yang dengan berbagai macam kontroversi permasalahan dan perlu melibatkan
beberapa pemangku kepentingan terkait dengan keberadaan bandar udara. Seperti dalam hal
pembangunan bandar udara baru, maka diperlukan kesepakatan dari berbagai pihak, seperti:
pemerintah, kalangan swasta, masyarakat setempat, airline serta operator bandar udara itu sendiri
terkait dengan tujuan proyek, sistem transportasi yang akan dikembangkan, maupun kebijakan
umum mengenai layak tidaknya suatu bandar udara baru dibangun.

Sedangkan pada kasus pengembangan bandar udara yang sudah ada biasanya tidak terdapat
pertentangan pokok antara berbagai pihak yang berkepentingan karena sasarannya cukup jelas,
yaitu peningkatan kemampuan sistem transportasi atau mutu pelayanan dalam mengantisipasi
peningkatan permintaan jasa transportasi di masa depan. Permasalahan pokok pada
pengembangan bandar udara yang ada pada umumnya terkait dengan ketersediaan lahan
pengembangan dan skala pengembangan bandar udara yang berkaitan dengan batasan-batasan
tata guna lahan yang perlu diatur oleh pemerintah setempat dalam rangka menjaga tersedianya
kawasan keselamatan operasi penerbangan sesuai persyaratan yang ditentukan. Esensinya,
pengembangan bandar udara pasti memiliki dampak terhadap pengaturan pengembangan kota
atau kawasan di mana bandar udara itu berada.

.
Standar dan Regulasi terkait Perencanaan,
Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian
Bandar Udara
Standar dan regulasi terkait dengan perencanaan, perancangan, dan pembangunan bandar udara
adalah sebagai berikut:

A. National Regulation and Standards

Undang-Undang:

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

Peraturan Pemerintah:

 Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan


Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4075);
 Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaga Negara
Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4146);
 Keputusan Menteri Perhubungan Udara Nomor: T.11/2/4-U tanggal 30 November 1960
tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (CASR) sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 22 Tahun 2002;
 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 44 Tahun 2002 tentang Tatanan
Kebandarudaraan Nasional, yang diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
KM 11 Tahun 2010 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional;;
 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan
Bandar Udara Umum;
 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 83 Tahun 1998 tentang Pedoman dan Proses
Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan; yang diubah dengan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman dan Proses
Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan;
 Keputusan Dirjen Perhubungan Udara Nomor SKEP/347/XII/1999 tentang Standar
Rancang Bangun dan/atau Rekayasa Fasilitas dan Peralatan Bandar Udara;
 Keputusan Dirjen Perhubungan Udara Nomor SKEP/120/VI/2002 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penyusunan Rencana Induk Bandar Udara;
 Other regulation/mannual isued by Directoracte General of Civil Aviation of Ministry of
Transportation of The Republic of Indonesia.
 Standar Nasional Indonesia (SNI)
 Standar Industri Indonesia (SII)

B. International Standard and References

1. ICAO (International Civil Aviation Organization); Annex 1 up to Annex 18, Last


Edition, including its manual for the following:
2. Aerodrome Design Manual (Doc 9157):

 Part 1 – Runway
 Part 2 – Taxiway, aprons dan Holding Bays
 Part 3 – Pavement
 Part 4 – Visual Aids
 Part 5 – Electrical System
 Part 6 – Frangibility.

3.Airport Planning Manual (Doc 9184):

 Part 1 – Master Planning


 Part 2 – Land Use and Environmental Control
 Part 3 – Guidelines for Consultant/Construction Services.

4.Airport Services Manual (Doc 9137):

 Part 1 – Rescue and Fire Fighting


 Part 2 – Pavement Surface Conditions
 Part 3 – Bird Control and Reduction
 Part 5 – Removal of Disabled Aircraft
 Part 6 – Control of Obstacles
 Part 7 – Airport Emergency Planning
 Part 8 – Airport Operational Services
 Part 9 – Airport Maintenance Practices

Other standards and law regulations associated to planning, designing, and construction.
Istilah-Istilah dalam Dunia Penerbangan

Berikut dipaparkan istilah-istilah yang pada umumnya dipergunakan dalam dunia penerbangan.
Istilah-istilah ini menjadi standar baku bagi regulator penerbangan, airline operator, airport
operator, supporting business di bidang aviasi dan bandar udara, serta bagi perencana, perancang
dan pembangun bandar udara:

1. Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara,
pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan
keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.
2. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di atas wilayah daratan dan perairan
Indonesia.
3. Pesawat Udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat terbang di atmosfer karena gaya
angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan bumi yang
digunakan untuk penerbangan.
4. Pesawat Terbang adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap tetap, dan
dapat terbang dengan tenaga sendiri.
5. Helikopter adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap putar yang
rotornya digerakkan oleh mesin.
6. Pesawat Udara Indonesia adalah pesawat udara yang mempunyai tanda pendaftaran
Indonesia dan tanda kebangsaan Indonesia.
7. Pesawat Udara Negara adalah pesawat udara yang digunakan oleh Tentara Nasional
Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia, kepabeanan, dan instansi pemerintah lainnya
untuk menjalankan fungsi dan kewenangan penegakan hukum serta tugas lainnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
8. Pesawat Udara Sipil adalah pesawat udara yang digunakan untuk kepentingan angkutan
udara niaga dan bukan niaga.
9. Pesawat Udara Sipil Asing adalah pesawat udara yang digunakan untuk kepentingan
angkutan udara niaga dan bukan niaga yang mempunyai tanda pendaftaran dan tanda
kebangsaan negara asing.
10. Kelaikudaraan adalah terpenuhinya persyaratan desain tipe pesawat udara dan dalam
kondisi aman untuk beroperasi.
11. Kapten Penerbang adalah penerbang yang ditugaskan oleh perusahaan atau pemilik
pesawat udara untuk memimpin penerbangan dan bertanggung jawab penuh terhadap
keselamatan penerbangan selama pengoperasian pesawat udara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
12. Personel Penerbangan, yang selanjutnya disebut personel, adalah personel yang berlisensi
atau bersertifikat yang diberi tugas dan tanggung jawab di bidang penerbangan.
13. Angkutan Udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk
mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu
bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara.
14. Angkutan Udara Niaga adalah angkutan udara untuk umum dengan memungut
pembayaran.
15. Angkutan Udara Bukan Niaga adalah angkutan udara yang digunakan untuk melayani
kepentingan sendiri yang dilakukan untuk mendukung kegiatan yang usaha pokoknya
selain di bidang angkutan udara.
16. Angkutan Udara Dalam Negeri adalah kegiatan angkutan udara niaga untuk melayani
angkutan udara dari satu bandar udara ke bandar udara lain di dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
17. Angkutan Udara Luar Negeri adalah kegiatan angkutan udara niaga untuk melayani
angkutan udara dari satu bandar udara di dalam negeri ke bandar udara lain di luar
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan sebaliknya.
18. Angkutan Udara Perintis adalah kegiatan angkutan udara niaga dalam negeri yang
melayani jaringan dan rute penerbangan untuk menghubungkan daerah terpencil dan
tertinggal atau daerah yang belum terlayani oleh moda transportasi lain dan secara
komersial belum menguntungkan.
19. Rute Penerbangan adalah lintasan pesawat udara dari bandar udara asal ke bandar udara
tujuan melalui jalur penerbangan yang telah ditetapkan.
20. Badan Usaha Angkutan Udara adalah badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau koperasi, yang
kegiatan utamanya mengoperasikan pesawat udara untuk digunakan mengangkut
penumpang, kargo, dan/atau pos dengan memungut pembayaran.
21. Jaringan penerbangan adalah beberapa rute penerbangan yang merupakan satu kesatuan
pelayanan angkutan udara.
22. Tanggung Jawab Pengangkut adalah kewajiban perusahaan angkutan udara untuk
mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau pengirim barang serta pihak
ketiga.
23. Kargo adalah setiap barang yang diangkut oleh pesawat udara termasuk hewan dan
tumbuhan selain pos, barang kebutuhan pesawat selama penerbangan, barang bawaan,
atau barang yang tidak bertuan.
24. Bagasi Tercatat adalah barang penumpang yang diserahkan oleh penumpang kepada
pengangkut untuk diangkut dengan pesawat udara yang sama.
25. Bagasi Kabin adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan berada dalam pengawasan
penumpang sendiri.
26. Pengangkut adalah badan usaha angkutan udara niaga, pemegang izin kegiatan angkutan
udara bukan niaga yang melakukan kegiatan angkutan udara niaga berdasarkan ketentuan
Undang-Undang ini, dan/atau badan usaha selain badan usaha angkutan udara niaga yang
membuat kontrak perjanjian angkutan udara niaga.
27. Tiket adalah dokumen berbentuk cetak, melalui proses elektronik, atau bentuk lainnya,
yang merupakan salah satu alat bukti adanya perjanjian angkutan udara antara
penumpang dan pengangkut, dan hak penumpang untuk menggunakan pesawat udara
atau diangkut dengan pesawat udara.
28. Surat Muatan Udara (airway bill) adalah dokumen berbentuk cetak, melalui proses
elektronik, atau bentuk lainnya, yang merupakan salah satu bukti adanya perjanjian
pengangkutan udara antara pengirim kargo dan pengangkut, dan hak penerima kargo
untuk mengambil kargo.
29. Perjanjian Pengangkutan Udara adalah perjanjian antara pengangkut dan pihak
penumpang dan/atau pengirim kargo untuk mengangkut penumpang dan/atau kargo
dengan pesawat udara, dengan imbalan bayaran atau dalam bentuk imbalan jasa yang
lain.
30. Keterlambatan adalah terjadinya perbedaan waktu antara waktu keberangkatan atau
kedatangan yang dijadwalkan dengan realisasi waktu keberangkatan atau kedatangan.
31. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan bandar
udara dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi keselamatan, keamanan,
kelancaran, dan ketertiban arus lalu lintas pesawat udara, penumpang, kargo dan/atau
pos, tempat perpindahan intra dan/atau antarmoda serta meningkatkan pertumbuhan
ekonomi nasional dan daerah.
32. Tatanan Kebandarudaraan Nasional adalah sistem kebandarudaraan secara nasional yang
menggambarkan perencanaan bandar udara berdasarkan rencana tata ruang, pertumbuhan
ekonomi, keunggulan komparatif wilayah, kondisi alam dan geografi, keterpaduan intra
dan antarmoda transportasi, kelestarian lingkungan, keselamatan dan keamanan
penerbangan, serta keterpaduan dengan sektor pembangunan lainnya.
33. Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu
yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun
penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda
transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan,
serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
34. Bandar Udara Umum adalah bandar udara yang digunakan untuk melayani kepentingan
umum.
35. Bandar Udara Khusus adalah bandar udara yang hanya digunakan untuk melayani
kepentingan sendiri untuk menunjang kegiatan usaha pokoknya.
36. Bandar Udara Domestik adalah bandar udara yang ditetapkan sebagai bandar udara yang
melayani rute penerbangan dalam negeri.
37. Bandar Udara Internasional adalah bandar udara yang ditetapkan sebagai bandar udara
yang melayani rute penerbangan dalam negeri dan rute penerbangan dari dan ke luar
negeri.
38. Bandar Udara Pengumpul (hub) adalah bandar udara yang mempunyai cakupan
pelayanan yang luas dari berbagai bandar udara yang melayani penumpang dan/atau
kargo dalam jumlah besar dan mempengaruhi perkembangan ekonomi secara nasional
atau berbagai provinsi.
39. Bandar Udara Pengumpan (spoke) adalah bandar udara yang mempunyai cakupan
pelayanan dan mempengaruhi perkembangan ekonomi terbatas.
40. Pangkalan Udara adalah kawasan di daratan dan/atau di perairan dengan batas-batas
tertentu dalam wilayah Republik Indonesia yang digunakan untuk kegiatan lepas landas
dan pendaratan pesawat udara guna keperluan pertahanan negara oleh Tentara Nasional
Indonesia.
41. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) Bandar Udara adalah wilayah daratan dan/atau
perairan yang digunakan secara langsung untuk kegiatan bandar udara.
42. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan adalah wilayah daratan dan/atau perairan
serta ruang udara di sekitar bandar udara yang digunakan untuk kegiatan operasi
penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan.
43. Badan Usaha Bandar Udara adalah badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah,
atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau koperasi, yang kegiatan
utamanya mengoperasikan bandar udara untuk pelayanan umum.
44. Unit Penyelenggara Bandar Udara adalah lembaga pemerintah di bandar udara yang
bertindak sebagai penyelenggara bandar udara yang memberikan jasa pelayanan
kebandarudaraan untuk bandar udara yang belum diusahakan secara komersial.
45. Otoritas Bandar Udara adalah lembaga pemerintah yang diangkat oleh Menteri dan
memiliki kewenangan untuk menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap
dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjamin keselamatan,
keamanan, dan pelayanan penerbangan.
46. Navigasi Penerbangan adalah proses mengarahkan gerak pesawat udara dari satu titik ke
titik yang lain dengan selamat dan lancar untuk menghindari bahaya dan/atau rintangan
penerbangan.
47. Aerodrome adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang
hanya digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas.
48. Keselamatan Penerbangan adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan
dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara,
navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.
49. Keamanan Penerbangan adalah suatu keadaan yang memberikan perlindungan kepada
penerbangan dari tindakan melawan hukum melalui keterpaduan pemanfaatan sumber
daya manusia, fasilitas, dan prosedur.
50. Lisensi adalah surat izin yang diberikan kepada seseorang yang telah memenuhi
persyaratan tertentu untuk melakukan pekerjaan di bidangnya dalam jangka waktu
tertentu.
51. Sertifikat Kompetensi adalah tanda bukti seseorang telah memenuhi persyaratan
pengetahuan, keahlian, dan kualifikasi di bidangnya.

Anda mungkin juga menyukai