Anda di halaman 1dari 61

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN PEMBANGUNAN PENGENDALI BANJIR KAWASAN HILIR


BANDARA KEDIRI

Tahun Anggaran 2024

DAFTAR PERSONIL MANAJERIAL

Pengalaman
No. Jabatan dalam Pekerjaan Profesi/Keahlian Jumlah
Kerja (minimal)
SKA Manajemen
Konstruksi - Madya atau
SKK Ahli Madya
1 Manajer Proyek 4 tahun 1
Manajemen
Konstruksi Jenjang 8

SKA Ahli Teknik Sumber


Daya Air - Madya atau
2 Manajer Teknik 3 tahun SKK Ahli Madya Bidang 1
Keahlian Teknik Sumber
Daya Air Jenjang 8
Pengalaman
No. Jabatan dalam Pekerjaan Profesi/Keahlian Jumlah
Kerja (minimal)
SKA Ahli K3 Konstruksi -
Muda / SKK Ahli Muda
K3 Konstruksi Jenjang 7
/ SKK Ahli Muda
Keselamatan Konstruksi
3 Tahun / Jenjang 7 ATAU SKA
3 Ahli K3 Konstruksi 1
0 tahun Ahli K3 Konstruksi -
Madya / SKK Ahli
Madya K3 Konstruksi
Jenjang 8 / SKK Ahli
Madya Keselamatan
Konstruksi Jenjang 8

4 Manajer Keuangan 3 Tahun - 1

DAFTAR PERSONIL TEKNIS PENUNJANG PEKERJAAN

Pengalaman
No. Jabatan dalam Pekerjaan Profesi/Keahlian Jumlah
Kerja (minimal)
SKT Pengukuran /
1 Juru Ukur (Surveyor) 2 tahun 1
pemetaan
Drafter dan Administrasi
2 2 tahun SKT – Juru Gambar 1
Teknik
DAFTAR PERALATAN UTAMA

No. Jenis Peralatan Kapasitas Jumlah Kepemilikan/Status

1 Excavator (Standar) – Min 138 HP 3 Unit Milik Sendiri/Sewa/Sewa Beli

2 Truck Crane Min 5 Ton 3 Unit Milik Sendiri/Sewa/Sewa Beli

3 Dump Truck Min 5 m3 3 Unit Milik Sendiri/Sewa/Sewa Beli

4 Concrete Mixer Min 0,35 m3 3 Unit Milik Sendiri/Sewa/Sewa Beli

5 Buldozer Max. 150 HP 3 Unit Milik Sendiri/Sewa/Sewa Beli

DAFTAR PERALATAN PENYELESAIAN PEKERJAAN

No. Jenis Peralatan Kapasitas Jumlah Kepemilikan/Status


1 Concrete Vibrator 1 Unit Milik Sendiri/Sewa/Sewa Beli

2 Pompa air diesel 5 KW; 2 Unit Milik Sendiri/Sewa/Sewa Beli

3 Water tank truck 5 Lt 1 Unit Milik Sendiri/Sewa/Sewa Beli

4 Chainshaw 1 Unit Milik Sendiri/Sewa/Sewa Beli

5 Stamper Doubledrum 55 kg 1 Unit Milik Sendiri/Sewa/Sewa Beli

6 Roller Vibro 8 ton 1 Unit Milik Sendiri/Sewa/Sewa Beli

SPESIFIKASI UMUM
A. STANDAR
Semua bahan dan mutu pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari
Standar Nasional Indonesia (SNI). Bila ada pasal-pasal pekerjaan yang tidak ada Standar
Nasional Indonesia, maka dapat dipakai Standar lain yang disetujui oleh Pengguna Jasa dan
sesuai dengan spesifikasi ini.

B. PEMBERSIHAN LAPANGAN
Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, daerah kerja harus dibersihkan dari
pepohonan, semak belukar, sisa-sisa bangunan, sampah, akar-akar pohon yang luasannya
kurang dari 1 m2, dan semua material tersebut harus dibuang dari areal lokasi pekerjaan sesuai
dengan petunjuk Pengguna Jasa.
Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan juga harus
dibersihkan dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai, serta areal diratakan dan
dirapikan kembali sesuai dengan petunjuk Pengguna Jasa.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembersihan ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead”
pada analisa harga satuan pekerjaan.

C. PAPAN NAMA DAN ADMINISTRASI


Penyedia Jasa diwajibkan membuat papan nama kegiatan proyek yang dilaksanakan
dan dipasang di lokasi yang bisa dengan mudah terbaca umum, ukuran papan nama 1.20 m x
1.80 m, dengan tulisan sesuai petunjuk Pengguna Jasa. Bila dalam satu paket terdiri dari
beberapa lokasi pekerjaan, maka papan nama harus dipasang pada lokasi yang mudah terbaca
dan semua lokasi pekerjaan harus disebutkan/atau dicantumkan dalam papan nama tersebut.
Sarana administrasi yang berupa dokumen kontrak termasuk kelengkapannya,
dokumen addendum jika diperlukan, dokumen amandemen jika diperlukan dan lampiran
lainnya, sejak mulai proses pelelangan pekerjaan sampai selesainya pelaksanaan pekerjaan,
termasuk penggandaan dokumen kontrak beserta kelengkapan pendukung lainnya,
sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab Penyedia Jasa.
Sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja dari Pengguna Jasa sampai selesainya
pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa diwajibkan membuat :
- Laporan harian prestasi pelaksanaan pekerjaan
- Laporan mingguan prestasi pelaksanaan pekerjaan
- Laporan bulanan prestasi pelaksanaan pekerjaan
- Laporan dan perhitungan hasil test laboratorium

Isi laporan-laporan tersebut meliputi :


- Tenaga kerja yang bekerja
- Peralatan yang dipakai
- Bahan yang diperlukan
- Data cuaca di lokasi proyek
- Teknis pekerjaan yang dilaksanakan dari waktu ke waktu dan lain-lain
Semua laporan tersebut harus mendapat pengesahan dari pengawas pekerjaan untuk
laporan harian, serta dari Pengguna Jasa untuk laporan mingguan, bulanan serta laporan hasil
test dan perhitungan laboratorium.
Guna mengevaluasi kemajuan prestasi pelaksanaan pekerjaan lapangan, pada awal sebelum
dimulainya pekerjaan Penyedia Jasa diwajibkan membuat schedule waktu pelaksanaan
pekerjaan secara detail yang meliputi :
- Waktu kegiatan masing-masing jenis pekerjaan
- Volume masing-masing jenis pekerjaan
- Bobot masing-masing jenis pekerjaan
- Target rencana pelaksanaan tiap minggu (% bobot)
- Target rencana komulatif pelaksanaan tiap minggu (% bobot)
- Kolom prestasi pelaksanaan tiap minggu (% bobot)
- Kolom prestasi komulatif pelaksanaan tiap minggu (% bobot)
- Keterangan lainnya yang diperlukan
Semua laporan-laporan (laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan, schedule
rencana dan schedule pelaksanaan, dll) direkam/disajikan dalam bentuk hardisk external dan
Penyedia tetap harus mengarsip data-data pelaksanaan yang diserahkan ke Pengguna Jasa.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead” pada analisa harga
satuan pekerjaan.

D. DIREKSI KEET
Penyedia Jasa menyediakan kantor lapangan yang didalamnya terdapat ruang rapat
ukuran minimal 15 m2, base camp untuk para pelaksana lapangan dan gudang material tempat
menyimpan bahan material serta alat-alat yang akan dan sedang dipakai selama pelaksanaan
pekerjaan. Barak kerja dan gudang material harus dipelihara dan dijaga sehingga bahan
material yang akan dipakai tidak rusak saat akan digunakan.
Semua administrasi pendukung untuk pelaksanaan pekerjaan seperti RMPK, RK3K,
gambar-gambar kerja, buku laporan kemajuan fisik, data cuaca, buku Pengguna Jasa, buku
tamu, foto-foto pelaksanaan dan lain sebagainya harus selalu ada dan dipelihara serta disimpan
secara baik di kantor lapangan. Semua sarana administrasi pendukung untuk pelaksanaan
pekerjaan, harus diserahkan kepada Pengguna Jasa setelah semua pekerjaan selesai
seluruhnya. Bentuk, ukuran, lokasi serta tata ruang barak kerja dan gudang material harus
dipersiapkan oleh Penyedia Jasa dalam bentuk gambar rencana dan dikonsultasikan kepada
Pengguna Jasa.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead” pada analisa harga
satuan pekerjaan.

E. GAMBAR-GAMBAR YANG HARUS DIPERSIAPKAN OLEH PENYEDIA JASA


1. Umum
Pelaksanaan pengukuran awal oleh Penyedia Jasa yang dilaksanakan sejak
diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja dari Pengguna Jasa, dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran kondisi lapangan sesungguhnya dibandingkan dengan gambar
yang diterima oleh Penyedia Jasa dari Pengguna Jasa. Data dan hasil pengukuran awal oleh
Penyedia Jasa yang telah disahkan dan disetujui oleh Pengguna Jasa tersebut, akan
menjadi acuan dan dasar pembuatan gambar- gambar selama waktu pelaksanaan sampai
selesai pekerjaan. Gambar-gambar hasil pengukuran awal tersebut diatas, akan merupakan
dasar pokok kesepakatan bersama antara Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa untuk
menghitung volume dari masing-masing jenis pekerjaan yang harus dan telah dilaksanakan
oleh Penyedia Jasa, serta yang harus dibayar oleh Pengguna Jasa.
Semua gambar-gambar yang dipersiapkan oleh Penyedia Jasa, harus bisa memberikan
secara jelas hal-hal yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan pekerjaan yang meliputi
antara lain :
- Bentuk tiap jenis bangunan yang akan dikerjakan
- Elevasi muka tanah asli dan masing-masing bangunan
- Dimensi bangunan lengkap
- Jenis pekerjaan
- Hal-hal lain sesuai petunjuk Pengguna Jasa
Adapun gambar-gambar yang harus dipersiapkan oleh Penyedia Jasa meliputi antara lain:
- Shop Drawing
- As Built Drawing
Semua gambar-gambar tersebut diatas, baru bisa dipakai sebagai pedoman
pelaksanaan pekerjaan dan acuan dasar perhitungan volume pekerjaan sesungguhnya, apabila
sudah mendapat persetujuan dan disahkan oleh Pengguna Jasa. Semua gambar-gambar
(shop drawing dan as built drawing) direkam/ disajikan dalam hardisk external .

2. Shop Drawing
“Shop drawing” adalah gambar rencana bangun yang telah disesuaikan dengan kondisi
lapangan sesungguhnya dan telah disetujui dan disahkan oleh Pengguna Jasa. Semua
dimensi bangunan, jenis serta komposisi jenis material dan rencana elevasi posisi dan
kedudukan dari masing-masing jenis bangunan yang tergambar pada “Shop drawing” harus
mengacu dan didasarkan pada “Design Drawing” yang diberikan oleh Pengguna Jasa.
Apabila karena kondisi dan situasi lapangan sesungguhnya, sehingga mengakibatkan
perlu adanya penyesuaian dimensi, elevasi posisi dan kedudukan bangunan, maka
Penyedia Jasa harus konsultasi dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari
Pengguna Jasa.
Atas dasar persetujuan Pengguna Jasa, jika ada penyesuaian dimensi, elevasi posisi
dan kedudukan bangunan, maka kondisi terakhir rancang bangun yang telah disepakati
bersama, disetujui dan disahkan Pengguna Jasa adalah yang mengikat pada kondisi awal
pelaksanaan pekerjaan, dan merupakan dasar serta acuan utama bagi Penyedia Jasa pada
pelaksanaan pekerjaan.
“Shop drawing” yang dipersiapkan oleh Penyedia Jasa tersebut, harus bisa memberikan
satu gambaran rancang bangun yang akan dilaksanakan pada kondisi nyata lapangan,
sehingga perlu dan harus dicantumkan antara lain :
- Garis elevasi muka tanah asli hasil pengukuran awal
- Dimensi rencana bangunan
- Elevasi posisi dan kedudukan bangunan
- Jenis dan komposisi material yang akan dipakai dan lain-lain
“Shop drawing” yang disahkan oleh Pengguna Jasa, dipakai sebagai dasar dan acuan
perhitungan volume awal saat akan dimulainya pelaksanaan pekerjaan atau “Mutual Check”
pada kondisi pelaksanaan 0 %. Penyedia Jasa wajib membuat copy “Shop drawing”
sebanyak minimum 4 (empat) rangkap ukuran A3.
Selama waktu pelaksanaan pekerjaan dari waktu ke waktu, dimungkinkan adanya
penyesuaian pelaksanaan karena kondisi lapangan “engineering adjusment”, atau
perubahan desain “revised design”, semuanya bisa mengakibatkan perubahan volume
pelaksanaan pekerjaan menjadi bertambah atau berkurang. Untuk kondisi “engineering
adjusment”, tidak diperlukan adanya gambar baru yang disahkan oleh Pengguna Jasa,
namun Penyedia Jasa wajib memberikan laporan tertulis serta sketsa penyesuaian guna
mendapatkan persetujuan dari Pengguna Jasa dan tembusan kepada Pengguna Jasa.
Sedangkan pada kondisi perubahan desain atau “Revised Design”, Pengguna Jasa
secara resmi akan memberikan gambar perubahan desain yang telah disahkan oleh
Pengguna Jasa kepada Penyedia Jasa secara administratif dalam bentuk “Variation Order”.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “Shop drawing“ atau “Working
Drawing” termasuk penggandaannya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban
Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead” pada analisa harga
satuan pekerjaan.
Penyedia Jasa wajib menyerahkan gambar kerja dan dokumen yang dapat dibaca
dengan jelas kepada Pengguna Jasa untuk diperiksa dan disetujui. Format gambar kerja
dan dokumen tersebut harus terlebih dahulu disetujui Pengguna Jasa. Dalam waktu 15 (lima
belas) hari sesudah menerima gambar kerja dan dokumen dari Penyedia Jasa, Pengguna
Jasa akan mengirimkan kembali kepada Penyedia Jasa 1 (satu) copy dengan dibubuhi
keterangan klasifikasi hasil pemeriksaan: ”setuju” atau ”perbaiki”.
Klasifikasi hasil pemeriksaan/ persetujuan pada gambar kerja dan dokumen:
(a) ”DISETUJUI”
(b) ”DISETUJUI DENGAN SYARAT-SYARAT”
(c) ”DIKEMBALIKAN UNTUK DIKOREKSI”
(d) ”TIDAK DISETUJUI”

Setelah gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah ditandai dengan


klasifikasi (a) atau (b) diterima, Kontraktor akan diberi wewenang untuk memproses gambar-
gambar kerja dan dokumen-dokumen lebih lanjut, membuat pembetulan/koreksi jika
terdapat kesalahan yang telah ditunjukkan oleh Pengguna Jasa. Semua rekaman gambar
kerja yang disetujui harus dikelola di kantor lapangan Penyedia Jasa dan dicetak ulang
dengan biaya sendiri seperti yang diminta oleh Pengguna Jasa.
Bila gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang dikembalikan dengan diberi
tanda dengan klasifikasi (c) seperti tersebut di atas, Penyedia Jasa harus segera membuat
perbaikan/koreksi dan/atau revisi pada gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen
dengan cepat dan tepat dan menyampaikannya lagi gambar dan dokumen yang telah direvisi
kepada Pengguna Jasa. Sesudah revisi gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen
tersebut diterima, Pengguna Jasa akan melakukan/melanjutkan pemeriksaannya atas
gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen dalam 15 (lima belas) hari kerja; Bergantung
dari tingkat kesalahan dan koreksi/revisi gambar kerja dan dokumen yang diperiksa
sebelumnya. Prosedur ini akan berlanjut hingga gambar-gambar kerja dinyatakan dalam
klasifikasi (a) atau (b) seperti tersebut di atas.
Apabila gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah dikembalikan
dinyatakan ke dalam klasifikasi (d) seperti tersebut di atas, berarti gambar-gambar kerja dan
dokumen- dokumen tidak disetujui oleh Pengguna Jasa. Tidak satupun pekerjaan permanen
boleh dilaksanakan hingga gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang dipakai telah
mendapatkan persetujuan oleh Pengguna Jasa. Sebelum memulai pekerjaan, pemeriksaan
bersama akan dilakukan oleh Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa untuk memastikan bahwa
gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang disetujui telah sesuai secara penuh. Jika
ditemukan beberapa perbedaan dan ketidak efisiensian, Penyedia Jasa harus
membetulkannya dan memperoleh persetujuan dari Pengguna Jasa seperti cara yang telah
dijelaskan di atas. Bila diperlukan revisi atas gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen
yang telah disetujui, Penyedia Jasa harus menyampaikannya kepada Pengguna Jasa untuk
persetujuannya seperti tata cara yang telah dijelaskan di atas.
Pengguna Jasa mempunyai wewenang memerintahkan Penyedia Jasa menambahkan
rincian, perubahan atau modifikasi pada gambar-gambar kerja dan/atau dokumen-dokumen
yang diperlukan agar sesuai dengan ketentuan dan syarat yang ditetapkan dalam spesifikasi
dan Penyedia Jasa harus melaksanakannya tanpa penambahan biaya.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “Shop Drawing” termasuk
penggandaannya sebanyak 5 (lima) copy, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban
Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead” pada analisa harga
satuan pekerjaan

3. As Built Drawing
Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan sesuai gambar pelaksanaan, berikut
pekerjaan tambah atau kurang berdasarkan “Variation Order” yang diberikan oleh Pengguna
Jasa, dan Penyedia Jasa telah melakukan pengukuran ulang akhir pekerjaan, maka
Penyedia Jasa diwajibkan membuat gambar purna bangun atau “As Built Drawing”.
Gambar purna bangun atau “As Built Drawing” tersebut, harus lengkap berisi antara lain:
- Garis elevasi muka tanah yang sekarang ada
- Dimensi dan masing-masing bangunan
- Elevasi posisi dan kedudukan masing-masing bangunan
- Jenis material dan komposisi yang telah dipergunakan
Gambar purna bangun yang telah selesai tersebut harus diserahkan Penyedia Jasa
kepada Pengguna Jasa untuk diperiksa dan disetujui, selanjutnya diserahkan kepada
Pengguna Jasa guna mendapatkan pengesahan dari Pengguna Jasa. Perhitungan volume
akhir dari pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh Penyedia Jasa atau yang “mutual check”
volume pekerjaan 100%, semua mengacu dan didasarkan pada gambar purna bangun yang
telah disahkan oleh Pengguna Jasa, dan merupakan volume akhir yang akan dibayar oleh
Pengguna Jasa kepada Penyedia Jasa. Penyedia Jasa wajib membuat copy “As Built
Drawing” sebanyak 4 (empat) copy, termasuk data dan perhitungan hasil pengukuran akhir
sebagai pendukungnya.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “As Built Drawing” termasuk
penggandaannya sebanyak 4 (empat) copy, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead” pada analisa
harga satuan pekerjaan.
F. RENCANA MUTU PEKERJAAN KONSTRUKSI (RMPK)
Penyedia Jasa harus melaksanakan sistem pengendalian dan kepastian kualitas yang
menjamin ketentuan-ketentuan dalam kontrak khususnya kualitas pekerjaan dipenuhi/diikuti
dengan baik sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat No. 10 tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi.
Penyedia Jasa diwajibkan membuat Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi sebanyak 3 (tiga) set
dijilid rapi dan diserahkan serta dipresentasikan pada saat rapat persiapan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi atau disebut Pre Contruction Meeting (PCM) kepada Pengguna Jasa
untuk mendapatkan persetujuan rencana mutu terhadap proses dan hasil pekerjaan yang telah
dipersyaratkan, dengan menguraikan ketentuan seperti tertuang dalam daftar isi Rencana Mutu
Pekerjaan Konstruksi.
Adapun daftar isi Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi sebagai berikut:
A. Cover
B. Lembar Pengesahan
C. Daftar Isi
1. Informasi Pekerjaan
2. Struktur Organisasi
3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
4. Tahapan Pekerjaan
5. Gambar dan Spesifikasi Teknik
6. Rencana Pelaksanaan Pekerjaan (Work Method Statement)
7. Rencana Pemeriksaan dan Pengujian
8. Pengendalian Sub-Penyedia dan Pemasok

Acuan untuk pembuatan atau penyusunan dokumen RMPK (Rencana Mutu Pekerjaan
Konstruksi) adalah sebagai berikut :
1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 10 tahun 2021
2. Dokumen Kontrak.
3. Dokumen Spesifikasi Teknik.
4. Dokumen Teknis Penawaran (Analisa Harga Satuan, Jadual Pelaksanaan).
5. Standar prosedur dan instruksi kerja.
6. Uraian tugas jabatan setiap pejabat pelaksana pekerjaan.
Dokumen RMPK yang sudah disejutui oleh Pengguna Jasa akan menjadi acuan kerja
bagi konsultan pengawas proyek konstruksi dalam melaksanakan kewajibannya. Methode
statement dan Inspection Test Plan merupakan komponen pada RMPK yang digunakan
sebagai salah satu persyaratan dalam permohonan izin memulai pekerjaan.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead” pada analisa satuan
pekerjaan.

G. JALAN KERJA
Untuk menuju ke lokasi pekerjaan, mengangkut bahan material yang akan dipakai, dan
transportasi pembuangan bahan material tidak terpakai keluar lokasi pekerjaan, dan
pemeriksaan berkala Pengguna Jasa atau Pemberi Pekerjaan serta keperluan lainnya,
Penyedia Jasa diwajibkan menyiapkan atau membuat jalan kerja yang layak guna kegiatan
tersebut diatas untuk menunjang dan memperlancar pelaksanaan pekerjaan.
Jalan kerja yang dimaksud, bisa mempergunakan jalan kampung atau jalan desa yang
sudah ada kemudian ditingkatkan kapasitas pelayanan tingkat jalannya, atau mempergunakan
lahan penduduk yang disewa selama jangka waktu pelaksanaan pekerjaan. Dari waktu ke
waktu selama pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa berkewajiban memelihara jalan kerja
agar selalu layak dilalui sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan
masyarakat disekitarnya maupun masyarakat lain yang juga memerlukan dan melewati jalan
kerja tersebut. Kelancaran fungsi drainase lingkungan disepanjang jalan kerja, juga yang secara
langsung terpengaruh adanya jalan kerja, juga termasuk menjadi tanggung jawab.
Penyedia Jasa dari segi pemeliharaannya. Pada kondisi sarana jalan kerja yang dibuat
oleh Penyedia Jasa, merupakan jalan desa atau jalan kampung yang sudah ada, atau lahan
penduduk yang disewa sementara untuk dipergunakan sebagai sarana jalan kerja, setelah
selesainya pelaksanaan pekerjaan Penyedia Jasa berkewajiban mengembalikan kondisi lahan
sesuai dan seperti kondisi awal sebelum dipergunakan.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan sarana jalan kerja ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead”
pada analisa harga satuan pekerjaan.

H. RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RKK)


Penyedia Jasa harus melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sesuai dengan ketentuan dalam
Permen PUPR No. 10 tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi. Penyedia Jasa diwajibkan membuat Rencana K3 Kontrak sebanyak 3 (tiga) set
dijilid rapi dan diserahkan pada saat rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi atau
disebut Pre Contruction Meeting (PCM) kepada Pengguna Jasa untuk mendapatkan
persetujuan, dengan menguraikan ketentuan seperti tertuang dalam daftar isi Rencana K3
Kontrak.
Adapun susunan dokumen laporan pelaksanaan rencana keselamatan konstruksi (RKK)
sesuai Permen PUPR No. 10 tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi antara lain :
A. Cover dokumen
B. Halaman lembar pengesahan
C. Halaman daftar isi
1. Kepemimpinan dan Partisipasi Tenaga Kerja dalam Keselamatan Konstruksi
2. Perencanaan Keselamatan Konstruksi
3. Dukungan Keselamatan Konstruksi
4. Operasi Keselamatan Konstruksi
5. Evaluasi Kinerja Penerapan SMKK
Acuan untuk pembuatan atau penyusunan Rencana K3 Kontrak adalah sebagai berikut :
1. Permen PUPR No. 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi.
2. Peraturan Perundang-Undangan dan persyaratan K3 lainnya.
3. Dokumen Kontrak.
4. Dokumen Spesifikasi Teknik.
5. Dokumen Penawaran.

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead” pada analisa satuan
pekerjaan.

I. TELEPON DAN SISTEM RADIO KOMUNIKASI


Penyedia Jasa harus menyediakan sarana komunikasi dan informasi selama
pelaksanaan di lapangan.
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap kelancaran komunikasi dan informasi
selama pelaksanaan pekerjaan. Tidak ada pembayaran tambahan, dan dalam hal ini semua
biaya sudah termasuk dalam harga kontrak serta sudah harus diperhitungkan dalam
“overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
J. LABORATORIUM, PERALATAN LABORATORIUM DAN PENGUJIAN
Penyedia Jasa harus menyediakan sarana uji laboratorium atau menunjuk laboratorium
yang sudah terakreditasi untuk pemeriksaan kualitas pekerjaan dan harus mendapat
persetujuan Pengguna Jasa.
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap kelancaran pengujian kualitas
pekerjaan. Dan bila tidak tercantum dalam daftar kuantitas dan biaya, maka semua biaya sudah
termasuk dalam harga kontrak serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead” pada
analisa harga satuan pekerjaan.

K. PERUBAHAN DESAIN DAN GAMBAR


Sesuai dengan kondisi dan analisa geologi di lokasi pekerjaan khususnya terkait dengan
stabilitas konstruksi bangunan, Pengguna Jasa diijinkan untuk melakukan perubahan desain
apabila hal tersebut perlu dilakukan.
Penyedia Jasa wajib mempelajari dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
modifikasi/ perubahan desain disertai usulan perubahan metoda pelaksanaan dan harga satuan
pekerjaan bila diperlukan.

L. SUMBER BAHAN UNTUK PASANGAN BATU DAN BETON


Sebelum bahan bangunan tersebut dipergunakan, Penyedia Jasa wajib mengusulkan
lokasi sumber bahan bangunan/agregat beton dengan dilampiri hasil uji/tes laboratorium sesuai
dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknik kepada Pengguna Jasa guna dipelajari dan
disetujui bila ternyata hasil uji laboratorium tersebut sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi
Teknik.
Pengambilan contoh (sample) agregat beton dan juga contoh beton yang diambil oleh
Penyedia Jasa pada saat proses pengecoran beton sedang berlangsung, harus disaksikan oleh
Pengguna Jasa. Jenis dan jumlah contoh benda uji harus sesuai dengan ketentuan dalam
Spesifikasi Teknik dan atau perintah Pengguna Jasa. Tanggapan, penilaian dan persetujuan
Pengguna Jasa terhadap hasil uji laboratorium untuk beton dan agregatnya, tidak dapat dipakai
sebagai alasan bagi Penyedia Jasa bebas dari tanggung jawabnya terhadap kualitas, daya-
guna dan hasil kerja pekerjaan beton yang dilaksanakannya.
Segala biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan uji pekerjaan beton termasuk biaya ijin
penambangan galian Tipe C, fee dan royalti (kalau ada), uji laboratorium dan kegiatan untuk
menjamin mutu beton agar sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknik, dianggap sudah
termasuk dalam harga satuan pekerjaan pasangan/beton yang ditawarkan dan harus sudah
diperhitungkan dalam “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
M. TANAH BAHAN TIMBUNAN
Bahan timbunan tanah dapat diambil dari tanah bekas galian atau tanah dari luar
(pembelian/mendatangkan tanah dari luar) yang berasal dari tanah sawah sekitar tanggul
sungai yang akan ditimbun. Penyedia Jasa bertanggung jawab terhadap tanah bahan timbun
berikut penyediaan borrow-area dari mana tanah tersebut diambil, baik kuantitas maupun
kualitas. Lokasi borrow-area harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan Pengguna Jasa
sebelum dipakai oleh Penyedia Jasa sebagai sumber tanah bahan timbun.

N. BAHAN DAN PERALATAN (BUKAN PERALATAN BERAT)


Semua bahan dan peralatan yang akan dipergunakan oleh Penyedia Jasa untuk
melaksanakan/ menyelesaikan pekerjaan, harus dimintakan persetujuan terlebih dahulu oleh
Penyedia Jasa kepada Pengguna Jasa sebelum bahan dan peralatan tersebut dikirim/
mobilisasi ke lokasi pekerjaan. Bila bahan dan/atau peralatan tersebut merupakan item/jenis
pekerjaan yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, maka biaya yang dikeluarkan
oleh Penyedia Jasa untuk pengadaan, pengangkutan, penyimpanan dan penanganan/
perawatannya harus sudah termasuk dalam harga penawaran untuk jenis/item pekerjaan
tersebut.
Bila bahan dan/ atau peralatan tersebut tidak tercantum dalam Daftar Kuantitas dan
Harga, maka biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa untuk pengadaan, pengangkutan,
penyimpanan, penanganan dan pemeliharaan harus sudah termasuk/ diperhitungkan dalam
harga satuan pekerjaan yang membutuhkan bahan dan peralatan tersebut. Bila karena alasan
prioritas atau karena sebab lain misalnya bahan atau peralatan yang memenuhi Spesifikasi
Teknik tidak tersedia dipasaran maka Pengguna Jasa akan mengeluarkan perintah tertulis
tentang perubahan dan penggantian bahan atau peralatan baik jumlah maupun spesifikasinya.
Bila perubahan dan penggantian bahan atau peralatan berakibat pada pengurangan
biaya/ harga pekerjaan maka perlu ditindak lanjuti dengan negosiasi teknis dan harga dengan
tetap mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam kontrak termasuk Syarat-Syarat Umum
Kontrak

O. PENGUJIAN DAN PEMERIKSAAN


a) Umum
Pengujian dan pemeriksaan pekerjaan dilakukan Pengguna Jasa pada waktu
pelaksanaan, pabrikasi, pemasangan dan penyelesaiannya dilapangan sesuai dengan
ketentuan dalam Syarat-Syarat dan Spesifikasi Teknik.
Penyedia Jasa harus memberikan informasi kepada Pengguna Jasa tentang pengujian
yang akan dilakukan agar pengujian tersebut dilaksanakan dengan kesaksian Pengguna Jasa.
Penyedia Jasa harus menyampaikan hasil pengujian, dan sertifikat yang diperlukan
kepada Pengguna Jasa dalam formulir yang sudah disepakati.
Persetujuan Pengguna Jasa, serta hasil pengujian dan pemeriksaan tidak dapat
menghalangi Pengguna Jasa untuk menolak material dan peralatan yang akan dipasang
dilokasi pekerjaan bila ternyata tidak memenuhi Spesifikasi.

b) Pengujian dan Pemeriksaan di Lokasi Pekerjaan


Bila laboratorium dilokasi pekerjaan belum siap dimanfaatkan atau peralatannya tidak
lengkap, maka pengujian harus dilakukan oleh instansi/ badan usaha lain yang memperoleh
persetujuan Pengguna Jasa atas beban biaya Penyedia Jasa.

c) Pengujian dan Pemeriksaan di Pabrik


Penyedia Jasa harus menyampaikan secara tertulis dan rinci kepada Pengguna Jasa
tentang jadwal pengujian dan pemeriksaan di pabrik yang akan dilakukan termasuk pengujian
terhadap item tertentu dari peralatan atau barang guna memastikan kualitasnya memenuhi
Spesifikasi Teknik. Hasil pengujian dan pemeriksaan ini harus dicatat dengan tertib oleh
Penyedia Jasa dan disampaikan kepada Pengguna Jasa. Penyedia Jasa bertanggung jawab
atas segala biaya yang dikeluarkan untuk pengujian dan pemeriksaan di pabrik.

d) Pengujian Pekerjaan Selesai


Paling lambat 1 (satu) bulan sebelum dilakukan pengujian dan verifikasi untuk pekerjaan
selesai, Penyedia Jasa wajib menyerahkan kepada Pengguna Jasa rincian jadwal dan tata cara
pengujian untuk memperoleh persetujuan.
Sesudah dilaksanakannya Pengujian Pekerjaan Selesai, Penyedia Jasa harus
menyiapkan dan menyerahkan kepada Pengguna Jasa kurva verifikasi atau data verifikasi
lainnya dalam format yang telah disepakati untuk peralatan ukur dan fasilitas lain yang didesain
Pengguna Jasa.

e) Pemberitahuan untuk Pengoperasian


Pengoperasian seluruh pekerjaan hanya dapat dilakukan dengan ijin Pengguna Jasa atau
yang mewakilinya. Pemberitahuan secara lengkap dan tertulis kepada Pengguna Jasa atau
wakilnya harus disampaikan dengan tenggang waktu yang cukup sebelum dilakukan
pengoperasian untuk memberikan kesempatan baginya melakukan pengaturan yang
diperlukan.
Segala biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa, kecuali bila sudah disediakan secara
tersendiri sebagai jenis pekerjaan penunjang dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dianggap
sudah termasuk/ diperhitungkan dalam harga satuan pekerjaan yang membutuhkan pengujian
dan pemeriksaan tersebut.

P. RENCANA PELAKSANAAN PEKERJAAN


1) Metoda dan jadwal pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan Penyedia Jasa dalam dokumen
penawaran dianggap sebagai satu kesatuan dengan dokumen kontrak dan disebut sebagai
Rencana Pelaksanaan Kontrak. Paling lambat 14 (empat belas) hari sesudah rapat
persiapan pelaksanaan kontrak yang ditetapkan dalam Syarat-Syarat Umum, Penyedia Jasa
harus menyerahkan kepada Pengguna Jasa rincian dan perbaikan dari Rencana
Pelaksanaan Kontrak guna mendapat persetujuan yang untuk selanjutnya disebut Rencana
Pelaksanaan Pekerjaan.
Rencana Pelaksanaan Pekerjaan berisi uraian/rincian metoda pelaksanaan, jadwal
pelaksanaan, metoda kerja dan jadwal kerja setiap jenis pekerjaan, jadwal pengadaan
bahan, mobilisasi personil dan peralatan, sosialisasi dan konsultasi kepada masyarakat dan
pemerintah daerah dan program mutu. Rencana Pelaksanaan Pekerjaan yang sudah
disetujui Pengguna Jasa tidak boleh dirubah atau dimodifikasi oleh Penyedia Jasa tanpa
persetujuan Pengguna Jasa, perubahan dan modifikasi Rencana Pelaksanaan Pekerjaan
dapat dipertimbangkan dengan alasan dan sebab yang dapat dipertanggungjawabkan,
antara lain karena timbulnya perubahan kegiatan pekerjaan sesuai dengan Syarat-Syarat
Umum Kontrak.
Penyedia Jasa harus menyediakan Rencana Pelaksanaan Pekerjaan yang telah disepakati
dalam computer software dan menyerahkan copynya kepada Pengguna Jasa untuk
keperluan monitoring dan evaluasi.

2) Hambatan Pelaksanaan Pekerjaan


Potensi hambatan yang mungkin timbul selama pelaksanaan pekerjaan ini adalah (i)
kegiatan Penyedia Jasa lainnya yang sedang melaksanakan paket pekerjaan yang berbeda
dan (ii) pemanfaatan fungsi sungai yang harus tetap berlangsung selama pelaksanaan
pekerjaan.
Sebagai salah satu upaya mengurangi dampak dari potensi hambatan tersebut dan
hambatan lainnya yang mungkin timbul, Penyedia Jasa dalam penawarannya harus
menyediakan kelonggaran waktu, teknis dan biaya. Koordinasi dalam manajemen
pelaksanaan pekerjaan antara Penyedia Jasa untuk paket yang berbeda harus dilaksanakan
dengan baik sejak awal bersama Pengguna Jasa pada saat dilakukan pre-construction
meeting.
Sebagai upaya mengurangi potensi hambatan dalam pelaksanaan dan untuk menghindari
konflik dengan masyarakat setempat, Penyedia Jasa harus melaksanakan sosialisasi dan
konsultasi kepada pemerintah daerah dan masyarakat seperti yang diuraikan dalam
Spesifikasi Teknik Umum.

Q. SOSIALISASI DAN KONSULTASI


Penyedia Jasa wajib melakukan sosialisasi dan konsultasi dengan pemerintah daerah,
camat, kepala desa / lurah, masyarakat setempat sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan untuk
membangun saling pengertian dan menghindari salah paham/ masalah serta mengajak
partisipasi masyarakat setempat dalam pelaksanaan pekerjaan.
Sosialisasi dan Konsultasi ini harus dilaksanakan Penyedia Jasa paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan dan terlebih dahulu Penyedia Jasa harus
menyerahkan jadwal, isi dan materi sosialisasi kepada Pengguna Jasa paling lambat 14 (empat
belas) hari sebelum sosialisasi dan konsultasi dilaksanakan guna mendapat persetujuan.
Tidak ada pembayaran tambahan, dan dalam hal ini semua biaya sudah termasuk dalam
harga kontrak serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead” pada analisa harga satuan
pekerjaan.
SPESIFIKASI TEKNIS

1. PEKERJAAN PERSIAPAN
I.1. Mobilisasi dan Demobilisasi
B. Lingkup Pekerjaan
a) Mobilisasi yang dimaksud adalah pengangkutan alat berat yang memerlukan alat angkut
trailler dari kota kabupaten ke lokasi pekerjaan, yang termasuk pekerjaan mobilisasi ini
adalah pengangkutan, penurunan, installing,uji coba sampai alat siap dioperasikan.
b) Semua fasilitas, instalasi, dan alat-alat yang didirikan atau dibawa ke lokasi proyek,
dianggap sebagai penyediaan untuk proyek, kecuali Pengguna Jasa secara tertulis
menentukan lain untuk hal tersebut diatas. Dalam hal ini Penyedia Jasa hanya bertanggung
jawab agar penyediaan itu mencukupi dan efisien, serta dapat melindungi, menjalankan,
memperbaiki dan mempersiapkan fasilitas instalasi dan alat-alat. Alat-alat tersebut tadi
tidak boleh dibongkar atau dipindahkan dari lapangan sebelum pekerjaan selesai tanpa izin
tertulis dari Pengguna Jasa.
c) Semua fasilitas, instalasi, dan alat-alat dilapangan, juga menjadi wewenang Pengguna
Jasa untuk menggunakannya dalam lingkup pekerjaan sesuai Kontrak.
d) Dalam pelaksanaan mobilisasi dan demobilisasi Penyedia Jasa harus memperhatikan
ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

B. Perhitungan dan Pembayaran


a) Pembayaran untuk mobilisasi dan demobilisasi peralatan berat harus dibuat atas dasar
harga lumpsum dalam daftar kuantitas pekerjaan.
b) Kemajuan pembayaran harus dibuat sebagai berikut:
- Pembayaran 50% dilakukan apabila peralatan sudah sampai di lokasi pekerjaan sesuai
dengan kualitas dan kuantitas serta siap dioperasikan.
- Sisa pembayaran 50% dilakukan apabila peralatan sudah dikeluarkan dari lokasi
pekerjaan atas persetujuan dari pengguna jasa.

I.2. Pembuatan Direksi Keet, Los Kerja, dan Gudang


A. Lingkup Pekerjaan
Direksi keet harus menyediakan dan berisi fasilitas ruang kantor yang lengkap, untuk digunakan
oleh Direksi di lapangan

Kontraktor harus mengusahakan sendiri pengadaan dan perawatan semua fasilitas yang
bersifat sementara yang diperlukan seperti pengadaan daya listrik, air, sambungan telepon dan
lain-lain. Biaya yang timbul untuk fasilitas sementara ini sepenuhnya menjadi tanggung-jawab
Kontraktor. Semua fasilitas smentara ini harus selalu tersedia selama masa Kontrak.

Kontraktor harus menyediakan/mengatur sendiri pengadaan daya (tenaga listrik) selama masa
pelaksanaan pembangunan (Konstruksi). Merupakan kewajiban Kontraktor untuk
mengatur/mengusahakan adanya daya (tenaga listrik) jika daya tersebut diperlukan pada saat
pemasangan dan pengujian sebelum daya listrik yang permanen tersedia. Semua biaya yang
timbul akibat penggunaan daya selama masa pelaksanaan pembangunan (konstruksi)
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

B. Perhitungan dan Pembayaran


Pembayaran untuk Direksi Keet harus dibuat atas dasar harga yang telah ditentukan
dalam Daftar Kuantitas Harga.
Semua biaya yang timbul akibat Pekerjaan Pembuatan Direksi Keet, Los Kerja, dan
Gudang tersebut sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab Penyedia Jasa, semua
pekerjaan penunjang dan upaya lain untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, serta sudah
harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
I.3 Pembuatan Papan Nama Proyek
Kontraktor harus membuat papan nama proyek dengan spesifikasi sebagai berikut :
(a) Papan nama terbuat dari papan multiplek tebal 18 mm terbuat dari bahan yang tahan
terhadap cuaca, yang di cat warna dasar putih dengan tiang dari kayu ukuran 8/12 cm
ditanam dalam tanah dan diberi perkuatan sebagai mana mestinya.
(b) Huruf yang tertulis pada papan nama proyek berwarna hitam, teks sesuai petunjuk
Direksi
(c) Pemasangan papan nama proyek dilengkapi dengan tiang penyangga dan pondasi
yang cukup stabil dan dipasang di lokasi yang disetujui Direksi

I.4 Pengukuran / Stake Out trase Saluran dan Pasangan 1m’ profil melintang
• Sebelum pelaksanaan (MC 0%)
Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, dilakukan uitzet yang meliputi pengukuran
potongan memanjang dan melintang (MC0%). Pemasangan patok dilakukan sesuai
dengan gambar rencana. Pengukuran ini juga untuk menentukan titik-titik elevasi,
dimensi dan arah yang akan dipakai sebagai acuan untuk menentukan kedalaman
galian, ketinggian pasangan batu/beton yang akan dipasang. Apabila penentuan elevasi
sudah sesuai dengan gambar rencana maka dibuat profil/bouplank dari bahan yang
cukup kokoh agar tidak goyang/berubah.

- Bench Mark (BM)


1. Sebelum pekerjaan pengukuran dilakukan, Penyedia Jasa harus mendapatkan
petunjuk/persetujuan Direksi Pekerjaan/ Pejabat Pembuat Komitmen mengenai metode
dan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran.
2. Untuk memulai pekerjaan, Direksi Pekerjaan/Pejabat Pembuat Komitmen akan
menunjukkan/menetapkan lokasi Bench Mark (BM) seperti dalam gambar dan
ditetapkan dengan Berita Acara.
3. Setiap kerusakan BM yang diakibatkan oleh Penyedia Jasa akan dipasang kembali oleh
Penyedia Jasa atas persetujuan Direksi Pekerjaan/Pejabat Pembuat Komitmen.
4. Penyedia Jasa perlu mendirikan bench mark tambahan sementara untuk
kemudahannya, tetapi setiap bench mark sementara yang didirikan, direncana
tempatnya harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Pejabat Pembuat Komitmen dan akan
merupakan ketelitian yang berhubungan dengan bench mark yang didirikan oleh Direksi
Pekerjaan/Pejabat Pembuat Komitmen.
5. Pekerjaan pengukuran awal (MC.0)-(MC.100) serta perubahannya harus dilakukan oleh
Penyedia Jasa dengan terlebih dahulu berkoordinasi dengan Tim MC.0 - MC.100 dan
Direksi Pekerjaan / pengawas.
6. Untuk pekerjaan tanggul, Penyedia Jasa harus memasang patok-patok as sepanjang
tanggul dengan jarak minimal 50 m atau untuk lokasi extrim / tikungan setiap jarak 25
m, masing-masing profil dicat dan diberi tanda profil sesuai urutannya (Misal P1, P2, P3
dst).
7. Patok petunjuk ini harus dilindungi selama pelaksanaan pekerjaan dan tidak
dipindahkan atau ditimbun.
8. Untuk pekerjaan pengukuran harus disesuaikan dengan gambar rencana dan
spesifikasi teknisnya. Pada pekerjaan pengukuran diluar ketentuan tersebut di atas
harus ada persetujuan dari Direksi Pekerjaan secara tertulis.
9. Pada pekerjaan pengukuran harus dilaksanakan oleh juru ukur yang telah ditetapkan
atau juru ukur lain yang disetujui Direksi Pekerjaan/Pejabat Pembuat Komitmen.
10. Tenaga Pengukuran
Penyedia Jasa bekerjasama dengan Direksi Pekerjaan dalam pemeriksaan setting out
dan pengukuran untuk mengetahui secara pasti kemajuan pekerjaan yang diperlukan
dalam proses pembayaran. Dalam pemasangan patok, tiang, pinggir yang lurus,
penyanggah cetakan profil dan lain-lain yang perlu untuk pemeriksaan setting out dan
pengukuran kemajuan pekerjaan harus sesuai dengan petunjuk Direksi
Pekerjaan/Pejabat Pembuat Komitmen. Semua bahan dan tenaga untuk keperluan ini
menjadi beban Penyedia Jasa

Hasil MC 0 %, kemudian dibuat dalam gambar kerja yang merupakan detail dari gambar
desain dan harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan / Pejabat Pembuat
Komitmen, yang akan digunakan sebagai dasar pelaksanaan pekerjaan dan perhitungan
volume awal pekerjaan.

Kontraktor harus menyediakan dan mengelola peralatan-peralatan untuk dipakai oleh


Direksi atau orang yang diberi wewenang oleh Direksi selama masa pelaksanaan
proyek, dengan perincian minimum adalah sebagai berikut:
• Waterpass,
• Theodolite

• Pada saat pelaksanaan


Pekerjaan pengukuran selama pelaksanaan dilakukan untuk mengecek kembali Profil-profil
atau Bowplank supaya tetap mengacu kepada Gambar Kerja (Construction Drawing) dan
memastikan hasil pekerjaan sesuai dengan bentuk dan dimensi yang telah ditentukan. Hasil
pengukuran tersebut digunakan sebagai dasar perhitungan progress / prestasi pekerjaan.

• Menjelang / setelah pekerjaan selesai ( MC 100 % )


Pengukuran ini dimaksudkan untuk memastikan pelaksanaan pekerjaan selesai secara
keseluruhan dan telah memenuhi ketentuan spesifikasi teknis dan persyaratan kontrak.
Hasil pengukuran ini selanjutnya akan digunakan untuk pembuatan gambar purna bangun
(as built drawing) dan perhitungan akhir pekerjaan (MC 100 %) sebagai dasar serah terima
pekerjaan selesai (PHO).
Gambar purna bangun (as built drawing) dibuat di atas kertas HVS 100 gr ukuran A3
sebanyak 1 (satu) set untuk persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen, setelah mendapat
persetujuan kemudian di gandakan dalam bentuk blue print ukuran A3 sebanyak 5 (lima)
set / digandakan / foto copy ukuran A3 sebanyak 5 (lima) set.

• Pengukuran dan Pembayaran


• Pengukuran
Penyedia Jasa harus melakukan pengukuran kembali dan melakukan seting out dan
pemasangan profil-profil untuk pelaksanaan pekerjaan, dan semua pengukuran yang
dimaksudkan untuk keperluan mutual check (MC) dan pengukuran kuantitas untuk
pembayaran. Semua biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia untuk keperluan
pengukuran termasuk dalam penyediaan tenaga pengukuran, bahan dan peralatan
dalam jumlah yang cukup diantaranya peralatan topographic survey, patok-patok tetap,
profiles dan keperluan/peralatan lainnya yang diperlukan untuk penyelenggaraan
pengukuran & setting-out survey, pengujian/pengendalian mutu pekerjaan dan
pengukuran kuantitas pekerjaan untuk pembayaran, yang tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga.
Bila item pekerjaan/biaya di atas tidak tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga,
segala biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan tersebut yang diperlukan untuk
kemudahan dan kelancaran pelaksanaan pekerjaan utama/permanen, dianggap sudah
termasuk dalam harga kontrak dan menjadi tanggung jawab sepenuhnya Penyedia

• Pembayaran.
Pembayaran Pengukuran / uitzet dilakukan berdasarkan progres pekerjaan yang
dicapai dilapangan dan pembayaran dilaksanakan dalam satuan LS sesuai yang
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

I.5 Striping soil s.d tanaman ɵ 2cm (pengupasan tanah humus 20 -30cm)

Pekerjaan kupasan dimaksudkan untuk perbaikan tanggul saluran.


a) Setelah lahan dipastikan bersih kemudian dilakukan pengupasan permukaan tanah pada
rencana perbaikan tanggul, untuk perbaikan tanggul yang lebar dengan volume yang
banyak dapat menggunakan bulldozer sedangkan perbaikan tanggul yang volumenya
sedikit dapat menggunakan alat manual seperti cangkul sehingga lumpur dan tanah humus
terbuang.
b) Pada lokasi tanah yang normal, "kupasan" harus dikerjakan sekurang-kurangnya sedalam
25 cm – 30 cm, dan meliputi minimal 50 cm di luar tapak kaki timbunan rencana, atau apabila
dalam gambar ditentukan lain.
c) Jika di lapangan dijumpai kondisi tanah yang bersifat khusus, kedalaman kupasan
ditentukan oleh Direksi secara tertulis.
d) Pekerjaan "kupasan" hanya boleh dilakukan pada lokasi yang segera akan ditimbun.
e) Bahan hasil kupasan harus dibuang di tempat pembuangan sesuai petunjuk Direksi.
Kupasan permukaan di bawah tempat buangan tidak diperlukan, termasuk juga tempat
yang telah dibersihkan.

I.6 Pemotongan pohon pilihan ɵ > 30 s.d 50 cm (termasuk cabut dan pembuangan)
Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, daerah kerja harus dibersihkan dari pepohonan
tanaman keras ø > 30 s.d 50 cm, semak belukar, sisa-sisa bangunan, sampah, akar-akar pohon
yang luasannya kurang dari 1 m2, dan semua material tersebut harus dibuang dari areal lokasi
pekerjaan sesuai dengan petunjuk Pengguna Jasa.
Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan juga harus
dibersihkan dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai, serta areal diratakan dan
dirapikan kembali sesuai dengan petunjuk Pengguna Jasa.
Semua biaya yang timbul akibat pembersihan dan striping/kosrekan tersebut sepenuhnya
menjadi beban dan tanggung jawab Penyedia Jasa dihitung berdasarkan satuan meter persegi
(m2), semua biaya sudah termasuk biaya untuk pekerja, peralatan dan semua pekerjaan
penunjang dan upaya lain untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, serta sudah harus
diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
• Pembayaran.
Pembayaran Pembersihan lapangan dilakukan berdasarkan progres pekerjaan yang
dicapai dilapangan dan pembayaran dilaksanakan dalam satuan LS sesuai yang
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dengan ketentuan pembayaran sebagai
berikut :

I.7 Penyelenggaraan SMKK


a. Lingkup Pekerjaan
➢ Mencakup ketentuan penanganan Keselamatan Konstruksi kepada setiap orang yang
berada di tempat kerja yang berhubungan dengan pemindahan bahan baku,
penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi, pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dan lingkungan sekitar tempat kerja.
➢ Penanganan Keselamatan Konstruksi mencakup penyediaan sarana dan prasarana
pencegahan kecelakaan konstruksi melalui pemenuhan standar K4 yang mencakup
keselamatan keteknikan, keselamatan dan Kesehatan kerja, keselamatan lingkungan
serta keselamatan publik
➢ Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi yang selanjutnya disebut SMKK adalah
bagian dari sistem manajemen pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dalam rangka
menjamin terwujudnya Keselamatan Konstruksi.
➢ Dalam penyelenggaraan SMKK Penyedia Jasa berkewajiban menjamin keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja selama pelaksanaan pekerjaan dan membuat laporan
pelaksanaan RKK secara periodik sesuai kemajuan pekerjaan.
➢ Alat Pelindung Diri (APD) harus dalam kondisi baru dan mengikuti standar yang berlaku.
Untuk Vitamin, Handsanitizer dan Desinfektan harus mendapatkan ijin dari BPOM,
sedangkan untuk masker harus minimal 2 ply.
b. Biaya penerapan SMKK :
➢ Acuan yang mendasari biaya penerapan SMKK dalam Pekerjaan Konstruksi
diantaranya :
1) Permen PUPR No. 1 tahun 2022 tentang Pedoman Penyusunan Perkiraan Biaya
Pekerjaan Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
2) Permen PUPR No.10 tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi
3) Permen PUPR No. 14 tahun 2020 tentang Standart dan Pedoman Pengadaan Jasa
Konstruksi Melalui Penyedia
➢ Komponen – komponen Biaya Penerapan Keselamatan Konstruksi
▪ Penyiapan RKK, dan SMKK;
▪ Sosialisasi, promosi, dan pelatihan;
▪ Alat pelindung kerja dan alat pelindung diri termasuk didalamnya biaya
perlengkapan protokol Kesehatan
▪ Asuransi dan perizinan
▪ Personil Keselamatan Konstruksi
▪ Fasilitas sarana, prasarana, dan alat Kesehatan
▪ Rambu dan perlengkapan lalu lintas yang diperlukan
▪ Konsultasi dengan ahli terkait Keselamatan Konstruksi
▪ Kegiatan dan peralatan dengan pengendalian Risiko Keselamatan Konstruksi,
termasuk biaya pengujian/pemeriksaan lingkungan (dokumen lingkungan) dll.
Dalam pemenuhan komponen – komponen diatas disesuaikan dengan kapasitas pekerjaan di
lapangan yang telah ditentukan atau sesuai dengan petunjuk dan arahan Direksi Pekerjaan
➢ Alat Pelindung Kerja (APK) yang dicantumkan adalah semua peralatan/barang, bukan
pekerjaan (seperti pekerjaan turap untuk pengamanan konstruksi). Pekerjaan
pengaman konstruksi menyesuaikan AHS pekerjaan utama
c. Perhitungan dan Pembayaran
Pembayaran penyelengaraan untuk SMKK dibuat atas dasar harga lump sum apabila sudah
diadakan dan dilaksanakan sesuai dengan yang disetujui oleh Pengguna Jasa.

Fasilitas sarana serta semua biaya yang timbul dari pelaksanaan pekerjaan ini sepenuhnya
menjadi tanggungjawab dan beban penyedia jasa, sudah harus diperhitungkan dalam
“overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan

2. PEKERJAAN DEWATERING
2.1 Pembuatan dan pembongkaran kisdam
Penyedia Jasa bertanggung jawab terhadap pekerjaan pengeringan dilokasi pekerjaan guna
menjamin mutu, kemudahan dan kelancaran pelaksanaan pekerjaan dengan membuat bangunan
sementara yang berupa tanggul, bangunan/saluran pengelak, bangunan pengamanan,
penyediaan pompa air, dan lainnya untuk memindahkan aliran air sehingga tidak menggenangi
lokasi pekerjaan dan membongkar / membersihkannya bila pekerjaan telah selesai dikerjakan.
Pekerjaan tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Pembuatan kistdam H > 0,50 m : untuk pembuatan kistdam pada pekerjaan di saluran/
bangunan/pekerjaan sejenis dengan tinggi muka air lebih
besar 0,50 m.
2. Pembongkaran kistdam : untuk pembongkaran kistdam pada pekerjaan di saluran/
bangunan/pekerjaan sejenis dengan tinggi muka air lebih
besar 0,50 m termasuk pembersihannya.

2.1 Dewatering (Pengoperasian Pompa Air Diesel)


Pada bagian-bagian tertentu dari jenis pekerjaan yang dilaksanakan, areal pekerjaan
dimungkinkan tidak bisa bebas sama sekali dari adanya air. Pada keadaan ini, Penyedia Jasa
diwajibkan mengeringkan atau membebaskan areal pekerjaan yang akan dipakai sebagai
kedudukan konstruksi dari genangan air atau pengaruh air, karena bisa menyebabkan turunnya
kualitas pekerjaan akibat pengaruh air tersebut.
Sebelum membuat suatu konstruksi penahan rembesan (kistdam) Penyedia Jasa diwajibkan
membuat gambar rencana terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
Setelah pekerjaan konstruksi utama selesai dikerjakan, Penyedia Jasa harus membongkar dan
membersihkan material kist dam sehingga tidak mengganggu aliran sungai. Pada prinsipnya,
selama masa pelaksanaan pekerjaan, semua lokasi yang akan dipakai sebagai kedudukan
bangunan harus dijaga agar tetap kering, bebas dari genangan ataupun rembesan air. Pekerjaan
pengeringan yang dimaksud disini adalah, termasuk sistem drainase lingkungan pekerjaan,
sehingga tidak menimbulkan akibat sampingan negatif terutama pada masyarakat dan lingkungan
setempat.

Pekerjaan tersebut terbagi sebagai berikut :


1. Dewatering : untuk pekerjaan khusus pengeringan
Dalam pelaksanaan pekerjaan coffering dan dewatering Penyedia Jasa harus memperhatikan
ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Semua biaya yang timbul akibat Pekerjaan Kistdam Dan Pengeringan tersebut sepenuhnya menjadi
beban dan tanggung jawab Penyedia Jasa dihitung berdasarkan satuan meter kubik (m3) volume
kistdam yang dibangun beserta pengeringan di dalam kistdam, semua biaya sudah termasuk biaya
untuk pekerja, bahan, peralatan dan semua pekerjaan penunjang dan upaya lain untuk kelancaran
pelaksanaan pekerjaan, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa harga
satuan pekerjaan.

3. PEKERJAAN TANAH
1. Ruang Lingkup
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan,
pengendalian mutu serta perhitungan dan pembayaran. Pedoman ini mencakup kegiatan
penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari
sumber bahan yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini untuk
pekerjaan galian.
Pedoman ini mencakup kegiatan pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan
tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk penimbunan kembali
galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi
timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan
atau disetujui untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini untuk pekerjaan timbunan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan tanah Penyedia Jasa harus memperhatikan ketentuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

2. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk Tanah
- SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah.
- SNI 03-1966-1989 : Metode Pengujian Batas Plastis.
- SNI 03-1965-1990 : Metode Pengujian Kadar Air Tanah.
- SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Casagrande.
- SNI 03-1976-1990 : Metode Koreksi untuk Pengujian Pemadatan Tanah yang mengandung
Butir Kasar
- SNI 03-2636-1992 : Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Tanah Untuk Bangunan
Sederhana
- SNI 03-2832-1992 : Metode Pengujian untuk Mendapatkan Kepadatan Tanah Maksimum
- SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat Konus Pasir
- SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah
- SNI 03-3423-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah dengan Alat Hidrometer.
- SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah
- SNI 03-3637-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Tanah Berbutir Halus dengan Cetakan
Benda Uji

3. Ketentuan, Persyaratan Dan Pelaksanaan


3.1. Galian Tanah Biasa (Manual)
Pekerjaan galian tanah ini delakukan secara manual oleh pekerja dengan peralatan
cangkul. Kegiatan ini dilakukan pada area yang tidak ada akses untuk mobilisasi alat berat
ataupun pada area bangunan air yang tidak memungkinkan untuk manuver alat berat. Hasil
galian harus diangkat ke dumptruck untuk kemudian dibuang ke disposal area.
Jika suatu penggalian telah dilakukan dan dirapikan. Direksi harus diberi tahu supaya ia
dapat memeriksa penggalian yang telah diselesaikan dan tidak boleh ada penggalian yang
telah ditutup atau diisi dengan beton dan material lainnya sebelum diperiksa dan kontraktor
telah diijinkan untuk melanjutkan pekerjaan berikutnya.

3.2. Galian Tanah Biasa (Excavator)


(1) Umum
Pekerjaan galian yang dimaksud adalah galian tanah endapan dan tanah biasa
termasuk pekerjaan lainnya yang berkaitan misalnya upaya perlakuannya, jalan akses dan
bangunan penunjang (separator, relokasi, bangunan pengaman dan lain-lain).
Penyedia Jasa wajib melaksanakan pekerjaan pengukuran dan pematokan bersama
Pengguna Jasa sesudah pekerjaan penebasan dan pembersihan semak belukar selesai
dikerjakan atau waktu yang lain sesuai dengan perintah Pengguna Jasa yang hasilnya berupa
gambar hasil pengukuran yang menunjukkan elevasi muka tanah, tampang memanjang dan
melintang harus diserahkan kepada Pengguna Jasa untuk mendapatkan persetujuan.
Gambar-gambar hasil pengukuran pra-konstruksi diatas untuk selanjutnya dipergunakan
sebagai acuan dan dasar perhitungan kuantitas pekerjaan galian.
Penyedia Jasa wajib mencegah dari kerusakan dan melindungi tanah dibawah elevasi
galian pekerjaan permanen: saluran dan bangunan agar tetap dalam keadaan yang baik,
kerusakan tanah pada tanah pondasi tersebut yang disebabkan oleh kesalahan Penyedia
Jasa harus segera diperbaiki dengan biayanya sendiri.Dalam hal pekerjaan galian melampaui
batas yang ditetapkan dalam gambar kerja (gambar hasil pengukuran pra-konstruksi)
Penyedia Jasa dengan biayanya sendiri harus menimbun bagian tersebut dengan bahan
timbun yang disetujui Pengguna Jasa.
Penyedia Jasa harus memberitahu Pengguna Jasa bila pekerjaan galian telah selesai
dikerjakan untuk dilakukan pemeriksaan guna persetujuan sebelum pekerjaan lanjutan
dilaksanakan. Penggunaan stockpiling dan pembuangan tanah hasil galian harus sesuai
dengan spesifikasi teknis ini.

(2) Klasifikasi Galian


Pekerjaan galian dalam hal ini diklasifikasikan sebagai pekerjaan galian tanah:
Pekerjaan galian tanah yang dimaksud adalah galian tanah, sedimen/endapan, pasir,
kerikil, kerakal, atau batu yang dapat digali dengan mudah tanpa menggunakan alat khusus
(ripper) atau peledakan termasuk upaya penanganannya, pembentukan/ perapian lubang
galian agar sesuai dengan lokasi, jalur, elevasi, kelandaian dan dimensi seperti yang telah
ditetapkan dalam gambar atau petunjuk/perintah Pengguna Jasa, serta pengangkutan
material hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi penampungan sementara
dengan jarak buang tidak lebih 100 m dari area pekerjaan sebelum dipergunakan sebagai
tanah bahan timbunan.
Galian tanah yang dimaksud dalam pekerjaan ini tipe galian sesuai dengan kondisi dan
lokasi daerah penggalian diklasifikasikan :
Tipe-A.5 : Galian untuk saluran, sungai dan galian tanah biasa lainnya dengan
menggunakan alat berat (excavator).

Penyedia Jasa bertanggung jawab untuk tidak mendapat tambahan pembayaran bila
galian dilaksanakan melampaui batas-batas diatas tanpa persetujuan Pengguna Jasa dan
harus menimbun dan memadatkannya dengan bahan timbun yang disetujui Pengguna Jasa
dengan biaya ditanggung Penyedia Jasa.
Profil galian : dasar dan tebing yang telah selesai digali harus dirapikan dan dipadatkan
dan diperiksa Pengguna Jasa untuk mendapat persetujuan sebelum bangunan diatasnya
dilaksanakan, demikian pula bila sewaktu-waktu tebing galian longsor akibat kegiatan
peralatan berat atau sebab lain karena kelalaian Penyedia Jasa. Bila dalam metoda kerja
galian diperlukan penimbunan sementara tanah hasil galian (stock-piling) sebelum tanah
tersebut diangkut kelokasi penimbunan permanen sebagai tanggul atau bangunan permanen
lainnya sehingga berakibat 2 (dua) kali kerja atau double-handling, maka biaya yang
dikeluarkan oleh Penyedia Jasa untuk kegiatan tersebut, dianggap sudah termasuk dalam
harga satuan pekerjaan galian atau timbunan.
Untuk pekerjaan galian tanah sedimen dimasukkan dalam karung plastik dan harus
segera dibuang lokasi pembuangan yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa. Untuk
pekerjaan tersebut Penyedia Jasa harus sudah memperhitungkan semua biaya termasuk
bahan yang dibutuhkan dan sudah diperhitungkan dalam analisa harga satuan pekerjaan.
(3) Pemanfaatan, Penampungan Sementara (Stock piling) dan Pembuangan Tanah Hasil
Galian dengan jarak maksimal 100 m (Use, Stockpilling and Disposal of Excavated
Materials)

Pemanfaatan dan Pembuangan Tanah Hasil Galian


Bila Pengguna Jasa berpendapat bahwa tanah hasil galian tersebut memenuhi syarat
sebagai bahan timbunan sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini, maka tanah hasil
galian tersebut harus dimanfaatkan untuk bangunan permanen seperti tanggul, timbunan
jalan, saluran dan bangunan.

Bila berdasarkan hasil uji laboratorium tanah hasil galian terdiri dari 2 (dua) jenis tanah
yang memenuhi dan tidak memenuhi spesifikasi sebagai tanah bahan timbun, Penyedia Jasa
dalam melaksanakan pekerjaan galian wajib berupaya agar kedua jenis tanah tersebut tidak
bercampur bila tanah yang memenuhi spesifikasi akan dipergunakan dalam konstruksi sesuai
dengan perintah.
Tanah hasil galian yang memenuhi syarat pada umumnya sebagai berikut:
• Diameter butiran (partikel) maksimum 100 mm.
• Plasticity Index (PI), lebih besar dari 15%.

Tanah hasil galian yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan:
• Tanah lapis atas yang mengandung banyak bahan organik.
• Plasticity Index (PI) kurang dari 15%.
• Liquid Limit (LL) lebih dari 50%.
• Diameter butiran lebih dari 100 mm.
• Batu lunak dan batu keras.

Persetujuan Pengguna Jasa terhadap pemanfaatan tanah hasil galian untuk keperluan
pekerjaan permanen, tanggul, urugan kembali dan lainnya akan diberikan berdasarkan hasil
uji laboratorium tanah galian yang dikerjakan dan diserahkan oleh Penyedia Jasa, tidak hanya
persyaratan diatas. Bila tanah yang sudah disepakati sebagai bahan timbun terlalu basah
dengan kandungan air melampaui kadar air optimum hasil uji laboratorium (Standard Proctor
Test), maka tanah tersebut harus ditampung untuk sementara waktu dilokasi yang disediakan
Penyedia Jasa dan disetujui Pengguna Jasa yang dilengkapi dengan fasilitas drainase, guna
mendapat perlakuan khusus: penghamparan, pengeringan dan lain-lain untuk menurunkan
kadar airnya sampai memenuhi persyaratan sebagai tanah bahan timbunan.
Kelebihan tanah hasil galian harus dihamparkan dan dirapikan disekitar lokasi
pekerjaan. Penimbunan/penghamparan tanah paling tinggi 2,0 m dan tidak diperbolehkan
mengganggu lingkungan disekitarnya dan apabila lokasi hamparan tanah sisa galian sudah
tidak mencukupi maka tanah sisa galian tersebut harus dibuang keluar lokasi pekerjaan atau
ditempat yang telah disetujui Pengguna Jasa.
(4) Perhitungan dan Pembayaran untuk Galian
Pekerjaan galian tanah ini, diukur dalam satuan meter kubik (m3) galian tanah dan
kupasan tanah lapisan atas, sesuai dengan dimensi dan kemiringan yang ditunjukkan dalam
gambar kerja dan telah diselesaikan dengan rapi.

Yang termasuk dalam pembayaran Galian ini adalah sebagai berikut :


1. Galian Tipe-A.5 (tanah biasa) dengan excavator terdiri:
- Biaya menggali tanah biasa dengan alat berat.
- Biaya alat dan penunjangnya antara lain Excavator, dll yang sejenis sesuai kebutuhan
dilapangan.
- Perapian permukaan bekas galian.
Semua biaya yang timbul akibat Pekerjaan Galian Tanah Biasa (Excavator) tersebut
sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab Penyedia Jasa dihitung berdasarkan satuan
meter kubik (m3) volume galian, semua biaya sudah termasuk biaya untuk pekerja, peralatan
dan semua pekerjaan penunjang dan upaya lain untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan,
perapian tebing galian, jalan akses sementara, dan lain-lain, serta sudah harus diperhitungkan
termasuk “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.

3.3. Timbunan atau Urukan Tanah Kembali


(1) Jenis Timbunan
Pekerjaan timbunan tanah adalah semua jenis pekerjaan timbunan tanah yang
dilaksanakan untuk terwujudnya konstruksi permanen: saluran, jalan inspeksi, pekerjaan
timbunan bagian dari bangunan konstruksi yang tanahnya berasal dari pekerjaan galian atau
borrow-pit dan berdasarkan hasil uji laboratorium memenuhi syarat dan spesifikasi teknik serta
sudah mendapat persetujuan Pengguna Jasa sebelum pekerjaan timbunan dilaksanakan oleh
Penyedia Jasa.
Pekerjaan timbunan ini termasuk penimbunan kembali galian tanah yang akan
digunakan untuk struktur dan juga pendongkelan rumpun bambu yang kedalamannya
melebihi elevasi kedudukan bangunan dan kemiringan tebing sungai. Penyedia Jasa wajib
menyampaikan metoda kerja pekerjaan timbunan kepada Pengguna Jasa termasuk semua
kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan tersebut untuk mendapatkan
persetujuan sebelum dilaksanakan.
Pekerjaan timbunan harus dilaksanakan sesuai dengan jalur, dimensi, elevasi dan
kemiringan timbunan yang ditetapkan dalam gambar kerja yang telah disepakati. Kecuali bila
ada ketentuan lain, Penyedia Jasa harus menambah timbunan tambahan (extra filling), lima
persen (5%).
(a) Jenis Timbunan Berdasarkan Jarak Angkut
Tipe-A : pekerjaan timbunan dengan tanah yang berasal dari pekerjaan galian
disekitarnya.
(b) Jenis/Kelompok Pekerjaan Timbunan Berdasarkan Pemadatan
Pemadatan Biasa/Normal (Tipe-A2, B2, C2):
Pekerjaan timbunan tanah untuk mengganti tanah yang asli, sebagai bangunan
penyangga beban (counter-weight) dan pekerjaan timbunan lainnya sesuai dengan perintah
Pengguna Jasa.
Pekerjaan timbunan (Tipe-A2), menggunakan tanah dari hasil pekerjaan galian disekitar
pekerjaan dan dilakukan pemadatan dengan menggunakan peralatan stamper dan lain-lain
(mekanis). Pekerjaan timbunan tanah untuk saluran, tanggul, jalan, timbunan untuk bangunan
sungai seperti perkuatan tebing dengan batu belah/bronjong dan parapet dan bangunan
pelengkap dan konstruksi permanen lainnya yang diperintahkan Pengguna Jasa.
3.4. Penghamparan dan perataan tanah
(a) Pondasi Timbunan
Tipe-A.
Sebelum timbunan tanah dilaksanakan, permukaan tanah pondasinya harus
terlebih dulu dikupas sesuai dengan ketentuan. Spesifikasi Teknik ini. Selanjutnya
permukaan tanah yang telah dibersihkan dari humus dan bahan organik lainnya,
dicangkul/dibajak sedalam tidak kurang dari 20 cm atau sesuai perintah Pengguna
Jasa, merata pada seluruh permukaan, sebelum lapis pertama (1) tanah bahan
timbunan dihamparkan.
(b) Penghamparan dan Pengendalian Kadar Air
(i) Penyedia Jasa wajib menyerahkan metoda kerja termasuk peralatan yang
dipergunakan kepada Pengguna Jasa untuk mendapatkan persetujuan
sebelum timbunan tanah dikerjakan. Sebelum timbunan lapisan pertama
dihampar dipermukaan tanah pondasi, perlakuan terhadap permukaan tanah
pondasi seperti diuraikan harus terlebih dahulu diselesaikan.
Permukaan tanah asli atau timbunan lama harus dibuat bertangga sesuai
dengan yang ditunjukkan dalam gambar kerja atau perintah Pengguna Jasa
sebelum penghamparan tanah bahan timbunan dikerjakan. Untuk lereng
timbunan lama yang akan digali dengan bertangga, terlebih dahulu permukaan
lereng tersebut harus dikupas dan dibersihkan dari bahan organik, setelah
selesai baru kemudian dibuat bertangga, sehingga tanggul yang baru dapat
sepenuhnya menyatu dengan tanggul/timbunan yang lama.
Penghamparan tanah bahan timbunan secara mendatar dengan tebal tidak
boleh lebih dari 30 cm atau harus sesuai dengan hasil uji coba timbunan tanah
yang berbentuk bongkah-bongkah harus dipecah-pecah sebelum dipadatkan.
Tidak diperkenankan memperlebar timbunan tanah dengan cara mencurahkan
tanah lepas dari atas timbunan lama.
(ii) Kadar air tanah bahan timbunan harus dijaga agar disekitar kadar air optimum
dengan toleransi +3% sampai -5% dari kadar air optimum hasil uji laboratorium
atau ketentuan lain atas perintah Pengguna Jasa berdasarkan soil-properties
tanah tersebut.

Untuk lereng timbunan yang akan diperkuat dengan lapisan/talud beton, sebelum talud
beton dipasang/dicor, lereng timbunan terlebih dahulu harus dirapikan dan dipadatkan dengan
tamping-rammer atau alat lain yang disetujui Pengguna Jasa sesuai dengan dimensi yang
ditunjukkan dalam gambar kerja.

(2) Perhitungan dan Pembayaran


(a) Perhitungan
Perhitungan untuk pembayaran pekerjaan timbunan dilakukan dalam satuan meter
kubik (m3), timbunan padat yang diukur berdasarkan tampang memanjang,
tampang melintang, elevasi, kemiringan, dan jarak sesuai dengan gambar kerja
yang telah disepakati dan hasil pengukuran prestasi kerja yang terakhir, dengan
memperhatikan settlement dan subsidence tanah fondasi yang masih berlanjut.
(b) Pembayaran
Semua biaya yang timbul akibat Timbunan Tanah Kembali dan Pemadatan Tanah
tersebut sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab Penyedia Jasa dihitung
berdasarkan satuan meter kubik (m3) volume Timbunan, semua biaya sudah
termasuk biaya untuk pekerja, peralatan dan semua pekerjaan penunjang dan
upaya lain untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan antara lain: penampungan
sementara, platform alat berat diatas tanah lembek, pengendalian kadar air dan
pemadatan, pembentukan dan perapian timbunan dan lain-lain, serta sudah harus
diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.

3.5. DT angkut material atau hasil galian sejauh 100 m – 2 km


Bila Pengguna Jasa berpendapat bahwa tanah hasil galian yang memenuhi syarat dapat
digunakan sebagai bahan untuk timbunan dan peninggian tanggul sesuai dengan ketentuan
dalam Spesifikasi ini, maka tanah hasil galian tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan
timbunan untuk peninggian tanggul atau sebagai timbunan dasar peletakan pondasi
bangunan.
Kelebihan tanah hasil galian yang tidak dipergunakan untuk bahan timbunan maupun
dihamparkan untuk perapian disekitar lokasi pekerjaan dan tidak dapat dimanfaatkan sebagai
bahan konstruksi lain, maka tanah sisa hasil galian tersebut harus dibuang ke lokasi
pembuangan yang disediakan Penyedia Jasa dan telah disetujui Pengguna Jasa.
Pembuangan tanah sisa galian menggunakan dump truk ke lokasi pembuangan akhir (spoil
bank) dengan jarak antara 100 m – 2 km dan penimbunan tanah buangan paling tinggi 2,0 m
harus dihamparkan, diratakan dan dirapikan serta tidak diperbolehkan mengganggu
lingkungan disekitarnya.
Penyedia harus melakukan pengukuran pada areal spoil bank sebelum dan sesudah
dilakukan pembuangan. Tanah buangan bekas galian adalah milik Pengguna Jasa, penyedia
Jasa tidak diperkenankan memanfaatkan tanah bekas galian di luar lingkup kegiatan dalam
kontrak pekerjaan kecuali atas ijin/persetujuan Pengguna Jasa.
(1) Perhitungan dan Pembayaran
(i) Perhitungan
Perhitungan untuk pembayaran pekerjaan pembuangan tanah dilakukan dalam
satuan meter kubik (m3) yang diukur berdasarkan tampang memanjang, tampang
melintang, elevasi, dan jarak buang sesuai dengan daftar kuantiítas dan harga.
(ii) Pembayaran
Semua biaya yang timbul akibat DT angkut material atau hasil galian sejauh 100 m
- 1 km tersebut sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab Penyedia Jasa
dihitung berdasarkan satuan meter kubik (m3) volume buangan tanah bekas galian
yang tidak dipakai, semua biaya sudah termasuk biaya untuk pekerja, peralatan dan
semua pekerjaan penunjang dan upaya lain untuk kelancaran pelaksanaan
pekerjaan antara lain: penampungan sementara, perapian timbunan, sistem
drainase lingkungan dan lain-lain, serta sudah harus diperhitungkan termasuk
“overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.

4. PEKERJAAN PEMASANGAN PRECAST


4.1. Pekerjaan Pemasangan L’Gutter 3 meter, 4 metera dan 5 meter
A. Umum
Bagian ini agar dipakai dalam hubungan dengan bagian-bagian lain dari spesifikasi teknis
dan gambar-gambar. Apabila ada hal-hal yang bertentangan, maka bagian inilah yang harus
didahulukan.
B. Lingkup Pekerjaan
1. Kontrak ini mencakup pekerjaan pemasangan Precast L’Gutter
2. Batas pekerjaan seperti terindikasikan dalam gambar.
Pekerjaan pembuangan sisa material atau kotoran termasuk scope pekerjaan ini.
Pekerjaan Pemindahan utilitas yang ada jika diperlukan dan seijin pemilik proyek
termasuk scope pekerjaan ini.
3. Kontraktor berkewajiban membuat saluran sementara untuk mengendalikan air selama
waktu konstruksi.
4. Kontraktor wajib menyiapkan shop drawing apabila diminta oleh Pengawas.
5. Pada tiap akhir satu tahap pekerjaan , Kontraktor berkewajiban membuat as built drawing
dari pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan dan diserahkan kepada pihak PPK atau
Pejabat Pembuat Komitmen.
C. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan
a) Pekerjaan Penentuan Titik Pengukuran / Pematokan
1. Pengukuran dan pemasangan bouwplank titik duga (0 peil) ditentukan bersama-
sama Pihak Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK) / Pengawas. Patok-patok
berukuran minimal 5/7 cm dan papan bouwplank 3/20 dengan panjang kurang lebih
4 m dan terbuat dari kayu. Papan patok harus keras dan tidak berubah posisinya,
tanda-tanda dan sumbu harus teliti dan jelas, dicat dengan cat menie.
2. Kontraktor harus memasang dan mengukur secara teliti patok monumen (BM) pada
lokasi tertentu sepanjang proyek, untuk memungkinkan perencanaan kembali dan
pengukuran sipat datar dari perkerasan atau penentuan titik dari pekerjaan yang
akan dilakukan. Patok permanen harus dibangun diatas tanah yang tidak akan
terganggu / dipindahkan.
3. Kontraktor harus menentukan titik patok konstruksi yang menunjukkan garis dan
kemiringan untuk lebar perkerasan, lebar bahu dan L’ Gutter sesuai dengan
penampang melintang standar yang diberikan dalam gambar rencana dan harus
mendapatkan persetujuan dari Pihak Pengawas sebelum memulai konstruksi.
4. Toleransi Posisi masing-masing bagian konstruksi harus tepat dalam batas toleransi
1 cm, toleransi ini tidak boleh bertambah- tambah (cumulative). Ukuran masing-
masing bagian harus seksama dalam – 0,50 dan + 0,50 cm.
b) Penentuan Tempat Kedudukan Sumbu Saluran
As saluran yang direncanakan, dipasang di lapangan berdasarkan hasil draft
design yang telah disetujui Pengawas dengan cara sebagai berikut :
Titik awal dan akhir as saluran diikatkan kepada titik-titik poligon. Masing-masing 2
buah patok diletakkan ditepi daerah penguasaan jalan sebagai titik penolong.
1. Titik-titik penting pada tikungan ditentukan di lapangan dengan memasang
patok-patok pembantu. Pada titik PI dipasang 1 (satu) patok .
2. Patok-patok tersebut diberi tanda dan nomor urut serta dibedakan dari patok
poligon. Alat ukur yang digunakan adalah Theodolit.
3. Level dasar saluran ditentukan sesuai gambar.
c) Toleransi
Pada proses pengukuran di lapangan tidak boleh terjadi kesalahan yang melebihi
toleransi yang diberikan :
1. Toleransi Dimensi
- Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m ± 5 mm
- Panjang keseluruhan lebih dari 6 m ± 15 mm
2. Toleransi bentuk :
- Siku (selisih dalam panjang diagonal) ±10 mm
- Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari garis yang dimaksud)
untuk panjang s/d 3m ±12 mm
- Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3m - 6m, ±15 mm
- Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m, ±20 mm
3. Toleransi Kedudukan (dari titik patokan) :
- Kedudukan permukaan horizontal dari rencana ± 10 mm
- Kedudukan permukaan vertikal dari rencana ± 20 mm
4. Kelurusan untuk setiap panjang 30 m toleransi : 10 mm.
5. Kelurusan untuk panjang 30 m – 60 m toleransi : 15 mm.
Kelurusan untuk panjang 60 m toleransi : 20 mm.
Kemiringan melintang / memanjang toleransi : 0.1%.
6. Ketebalan struktur toleransi : 5 mm.
7. Elevasi toleransi : 5 mm.
8. Selimut beton 0 – 50 mm toleransi : 5 mm.
9. Selimut beton 50 mm toleransi : 10 mm.
a) Tolerans Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung tidak boleh mengganggu
kelancaran aktifitas disekitarnya.
b) Jaminan kualitas untuk semua bahan yang digunakan
D. Bahan
a) Beton
Beton untuk pekerjaan sambungan konstruksi harus menggunakan bahan-bahan
dan campuran sesuai dengan spesifikasi berikut ini :
1. Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan adalah baja lunak mutu U 24 (tegangan leleh
2400 kg/cm2) atau sesuai dengan gambar. Mutu baja tulangan yang
digunakan harus dibuktikan dengan test laboratorium. Jumlah benda uji
minimal 3 buah untuk setiap ukuran penampang baja tulangan . Semua biaya
tes ditanggung kontraktor.
Pengawas akan meminta diadakan tes laboratorium untuk setiap bahan /
material yang diragukan mutunya.
Baja tulangan yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari
lapangan dalam waktu 24 jam, setelah ada perintah tertulis dari pengawas.
Baja tulangan yang akan digunakan harus bersih dari minyak dan bahan
lainnya yang dapat mengurangi daya lekat antara baja tulangan dan adukan
beton.
2. Semen
Digunakan Portland cement jenis 1 menurut N.I.8 1965 atau type 1 menurut
ASTM.C.150 dan memenuhi S.400 menurut Standard Cement Portland yang
digariskan oleh Association Cement Indonesia (N.I.8 – 172) merek yang dipilih
tidak dapat di tukar-tukar dalam pelaksanaan kecuali dengan persetujuan
tertulis dari pihak PPK dengan pertimbangan :
- Tidak ada stock dipasaran dari merek yang dipilih.
- Kontraktor memberikan jaminan dengan data-data teknis bahwa mutu
semen penggantinya mempunyai kualitas yang sama.
Semen yang telah mengeras sebagian tidak diperkenankan untuk dipakai
sebagai bahan campuran.
Tempat penyimpanan semen harus diusahakan sedemikian rupa sehingga
semen terbebas dari kelembaban, untuk menghindari cepatnya semen
mengeras
3. Pasir Beton
Pasir beton harus terdiri pasir dengan butiran yang bersih dan bebas dari
bahan organik, lumpur dan sejenisnya, serta memenuhi komposisi butir serta
kekerasan sesuai dengan syarat yang tercantum dalam P.B.I.71.
4. Koral
Koral yang digunakan harus bersih dan bermutu baik serta mempunyai gradasi
serta kekerasan sesuai dengan syarat yang tercantum dalam P.B.I.71.
Tempat menyimpan / penimbunan pasir dan koral harus dipisahkan satu
dengan yang lain sehingga dapat dijamin bahwa kedua jenis material tersebut
tidak tercampur, dengan maksud agar bisa didapatkan adukan beton dengan
komposisi material yang tepat.
5. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, garam dan bahan organik atau bahan yang merusak beton.
6. Bekisting
Bahan bekesting harus baik dan dipasang sesuai ukuran yang ditetapkan
dalam gambar. Jenis bahan yang dipakai harus mendapat persetujuan dari
pengawas.
Bekesting harus dipasang dengan perkuatan sehingga menjamin ukuran dan
jarak tidak berubah selama dilakukan pengecoran.
Sebelum pengecoran bekesting dapat dibuka / dibongkar sesuai dengan
syarat yang tercantum dalam P.B.I.1971.
7. Mutu Beton
Mutu beton yang digunakan adalah K250 atau sesuai gambar.
Mutu beton tersebut harus dibuktikan kontraktor dengan percobaan hancur
kubus beton dari laboratorium.
Pengambilan contoh adukan beton (benda uji) yang akan dites di laboratorium
harus disaksikan pengawas.
Jumlah benda uji sesuai dengan ketentuan dalam P.B.I.1971, dan mutu beton
harus diperiksa untuk 3 hari, 7 hari dan 28 hari untuk setiap macam adukan
yang diambil contohnya.
Hasil tes laboratorium harus segera diserahkan kepada pengawas.
8. Campuran Beton
Komposisi adukan dinyatakan dalam perbandingan berat . Untuk masing –
masing jenis material harus diadakan percobaan komposisi adukan dan hasil
dari percobaan tersebut harus segera diserahkan kepada pengawas untuk
dijadikan pedoman pada waktu pengecoran.
Slump untuk campuran beton harus disesuaikan dengan hasil percobaan
laboratorium untuk mendapatkan mutu beton yang disyaratkan dalam
P.B.I.1971
Penunjukan laboratorium untuk pengetesan beton dan percobaan mutu beton
harus mendapat persetujuan dari pengawas.
b) L’Gutter
Supplier pemasok L’Gutter harus menyertakan sertifikat yang memuat dimensi,
ketebalan, beban maksimum diatas decker yang diijinkan ketebalan timbunan diatas
decker dsb, yang memungkinkan untuk memilih L’Gutter berdasarkan beban
kendaraan / timbunan yang terjadi pada jalur L’Gutter terpasang.
E. Bahan
a) Pekerjaan galian dan yang berhubungan denganya.
- Galian harus dibuat sedemikian sehingga L’Gutter dapat diletakkan pada lintasan
dan kedalaman yang dikehendaki, dan penggalian hanya dilakukan pada saluran
yang akan dipasang seperti pada yang diperbolehkan oleh pengawas. Galian
harus dikeringkan dan dijaga selama pelaksanaan pekerjaan sehingga pekerja
dapat bekerja didalamnya dengan aman dan efisien .
- Lebar galian harus cukup untuk dapat meletakkan pipa dan menyambungkanya
dengan baik, dan “Bedding” maupun timbunan harus ditempatkan dan dipadatkan
seperti tertera dalam gambar atau sesuai instruksi pengawas. Galian harus dibuat
dengan lebar extra, bila diperlukan memasukan penyangga-penyangga galian dan
peralatan-peralatan yang diperlukan.
- Galian harus dibuat dengan kedalaman sesuai dengan keperluan.
- Jika dasar galian ternyata tidak stabil atau mengandung bahan- bahan tidak stabil
seperti debu-debu, sampah dan sebagainya dan dalam pandangan pengawas
harus disingkirkan, maka kontraktor harus mengadakan penggalian dan
menyingkirkan bahan-bahan yang tidak stabil tersebut. Jika menurut pendapat
pengawas diperlukan pondasi khusus, seperti penggantian tanah atau
penimbunan dengan bahan yang sesuai, Kontraktor harus mengerjakannya
sesuai petunjuk pengawas, tidak ada biaya tambahan yang diberikan untuk
pekerjaan ini.
- Galian harus diberi perkuatan jika perlu sehingga tidak runtuh, menjaga para
pekerja untuk bekerja dengan aman dan mengamankan permukaan jalan dan
bangunan–bangunan lainnya seperti yang ditunjukkan oleh pengawas.
- Kontraktor bertanggung jawab penuh dan agar membuat drainase sementara
pada area konstruksi untuk menjaga agar daerah konstruksi selalu dalam keadaan
kering. Pengalihan aliran air dan semua tindakan teknis lainya agar dilaksanakan
untuk melindungi area kerja tetap dalam keadaan kering . Kontraktor bertanggung
jawab penuh atas kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan dalam melaksanakan
hal tersebut, serta harus memperbaikinya. Tidak ada biaya tambahan dalam hal
ini.
- Kontraktor harus membuat rambu lalu lintas sementara untuk pengaman.
b) Pemasangan
- Untuk mendapatkan keamanan dan keberhasilan pekerjaan, kontraktor harus
menggunakan semua peralatan dan fasilitas yang telah disetujui pengawas.
Semua L’Gutter harus diturunkan ke dalam galian yang alasnya sudah diberi pasir
serta pada bagian sambungan sudah diberi lantai kerja yang levelnya sudah
benar, secara hati-hati dengan peralatan derek, tali peralatan yang memadai untuk
mengamankan pipa beton. Dalam keadaan apapun juga tidak boleh dijatuhkan
kedalam galian. Jika terjadi kerusakan, kerusakan harus segera dilaporkan
kepada pengawas. Pengawas akan menginstruksikan untuk mengadakan
perbaikan atau membuang bahan-bahan yang rusak tersebut
- Semua L’Gutter harus diperiksa dengan teliti terhadap retak- retak dan kerusakan-
kerusakan lainnya ketika saluran berada diatas galian, jika terjadi kerusakan
L’Gutter segera diganti sebelum pemasanganya pada posisi terakhir. Saluran
harus diletakkan dekat galian untuk diperiksa oleh pengawas, yang akan
menentukan perbaikan atau dibuang.
- Untuk L’Gutter dengan kemiringan antara 1/5 sampai dengan 1/10, agar tidak
terjadi pergeseran L’Gutter, maka pada sambungan harus diberi angkur dari beton
yang ditanam pada kedalaman minimal 50cm dibawah sambungan.
F. Pelaksanaan Pekerjaan Beton
a) Pengecoran
- Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis dari
pengawas.
- Pengecoran harus dilakukan dengan baik, menggunakan vibrator untuk menjamin
kepadatan beton.
- Apabila pengecoran beton akan dihentikan untuk diteruskan pada hari berikutnya
maka tempat penghentian pengecoran harus disetujui oleh pengawas.
- Pada pengecoran sambungan setelah berhenti 1 hari, maka pada permukaan beton
yang akan disambung harus diberi bahan kimia yang bersifat merekatkan, dengan
terlebih dulu mendapatkan ijin dari pengawas mengenai jenis yang dipakai.
- Setelah pengecoran, beton harus dijaga agar selalu dalam keadaan basah selama
tidak kurang dari 7 hari, untuk pengerasan yang baik.
b) Lobang-lobang pipa pada beton (wall piper)
Pemasangan lobang pipa pada beton tidak boleh mengurangi kekuatan
konstruksi sesuai dengan persyaratan P.B.I 1971.
c) Baja Tulangan .
- Kontraktor harus mengusahakan agar besi tulangan yang dipasang sesuai
dengan gambar.
- Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau pendapatnya
terdapat kesalahan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian,
maka :
Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian
yang tertera dalam gambar. Secepatnya hal ini diberitahukan pada pengawas.
Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan tersebut
hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari pihak PPK.
- Jika kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan
gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter
terdekat dengan catatan :
Harus ada persetujuan dari pihak Pejabat Pembuat Komitmen.
Jumlah luas penampang besi persatuan panjang tidak boleh kurang dari yang
tertera dalam gambar.
Penggantian tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian karena
overlapping yang terlalu banyak, sehingga menyulitkan pengecoran.
- Biaya tambahan yang diakibatkan oleh penukaran diameter besi menjadi
tanggung jawab kontraktor sepenuhnya.
d) Lobang-lobang pipa pada beton (wall piper)
- Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak terjadi penguapan
cepat.
- Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan.
e) Tanggung jawab kontraktor
Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai dengan
ketentuan diatas dan sesuai dengan gambar konstruksi yang diberikan.
Adanya/kehadiran pengawas selaku wakil pihak Direksi atau PPK yang akan melihat,
mengawasi, menegur atau memberi nasehat, tidak mengurangi tanggung jawab penuh
tersebut diatas.
G. Pemeliharaan
Setelah beberapa minggu saluran digunakan, pemeliharaan baru dilakukan terutama
kebocoran-kebocoran. Bila terjadi penurunan setempat harus diperbaiki dengan cara mengangkat
L'Gutter ditempat tersebut dan meneliti sebab-sebabnya. Bila kerusakan tersebut akibat
penurunan lapis dasar L’Gutter, maka diperbaiki sesuai dengan petunjuk Direksi/Pengawas.
Persyaratan Lain Yang Harus Dilengkapi Pada Saat Pelaksanaan Kontrak
1) Penyedia harus sanggup menyediakan kebutuhan peralatan selama masa pelaksanaan
pekerjaan.
a. 1 unit Pick Up;
b. 1 unit Beton Molen;
c. 1 Unit Pompa Air
2) Penyedia harus sanggup menyediakan kebutuhan tenaga selama masa pelaksanaan
pekerjaan.
a. 1 SKT Pelaksana Saluran Irigasi
3) Penyedia harus sanggup menyediakan kebutuhan bahan sesuai dengan
ketentuanberikut :
a. Galian C harus dari penambang yang memiliki ijin legal dari instansi yang
berwenang.
4.2. Pekerjaan Pemasangan Bronjong tebal 50 cm
A. Bahan
BahanBronjong yang digunakan merupakan bronjong fabrikasi yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
Bronjong Kawat harus kokoh, bentuk anyaman heksagonal dengan lilitan ganda dan
berjarak 40 mm serta harus simetri. Lilitan harus erat tidak terjadi kerenggangan hubungan
antara kawat sisi dan kawat anyaman dililit minimum 3 kali sehingga kawat mampu menahan
beban dari segala arah.
Bronjong kawat bentuk I; ukuran anyaman 80 mm x 100 mm atau 100 mm x 120 mm
dengan diameter kawat anyaman 2.70 mm atau 3.00 mm, kawat sisi diameter kawat
anyaman 3.40 mm atau 4.00 mm, kawat pengikat diameter 2.00 mm. Toleransi ukuran kotak
(lebar,tinggi, panjang) sebesar 5 %.
Bronjong kawat bentuk II; ukuran anyaman 60 mm x 80 mm atau 80 mm x 100 mm
dengan diameter kawat anyaman 2.00 mm, kawat sisi diameter kawat anyaman 2.70 mm,
kawat pengikat diameter 2.00 mm.
Toleransi ukuran kotak (lebar, tinggi, panjang) sebesar 5 %.
Karakteristik kawat bronjong adalah :
a. Tulangan tepi, diameter : 5,0 mm, 6 SWG
b. Jaringan, diameter : 4,0 mm, 8 SWG
c. Pengikat, diameter : 2,1 mm, 14 SWG
d. Kuat Tarik : 4200 kg/cm2
e. Perpanjangan diameter : 10% (minimum)

B. Pekerjaan Pemasangan Bronjong


Anyaman haruslah merata berbentuk segi enam yang teranyam dengan tiga lilitan yang
dibuat sedemikian rupa hingga tidak lepas- lepas dan dirancang untuk diperoleh kelenturan
dan kekuatan yang diperlukan. Keliling tepi dari anyaman kawat harus diikat pada kerangka
bronjong sehingga sambungan-sambungan yang diikatkan pada kerangka harus sama
kuatnya seperti pada badan anyaman. Keranjang haruslah merupakan unit tunggal dan
disediakan dengan dimensi yang disyaratkan dalam Gambar dan dibuat sedemikian
sehingga dapat
dikirim ke lapangan sebelum diisi dengan batu.
Bronjong kotak dan bersusun harus mempunyai batas pemisah bagian dalam dengan
bahan kawat galvanis dan bentuk anyaman yang sama. Hubungan antara bronjong atau
matras harus terikat erat dengan kawat pada ujung-ujungnya sehingga menjadi satu
kesatuan.Bronjong untuk penahan tanah harus ditempatkan bagian yang bersinggungan
dengan tanah diberi geotextile atau lapisan ijuk.
Pengerjaan bronjong harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia PBUI-1982.
Apabila bronjong ditempatkan pada lapisan saringan maka harus dikerjakan dengan hati-
hati untuk mencegah kerusakan kawatnya. Bronjong harus diikat kawat dengan sangat erat
berdampingan sepanjang tepinya.
Ukuran dari bronjong seperti ditunjukkan di dalam gambar atau diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan, dengan anyaman bentuk segi enam beraturan, sisi anyaman yang dililit
harus terdiri dari tiga lilitan. Kecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, ukuran kawat
yang digunakan adalah berdiameter 4 mm.

C. BAHAN BATU
Apabila ditentukan dalam gambar, Penyedia Jasa harus membuat bronjong kawat
galvanis dan menempatkannya dalam keadaan seperti diuraikan di bawah ini, termasuk
penyiapan permukaan tanahnya. Batubatu untuk bronjong harus seperti yang ditentukan
dengan ukuran tidak kurang dari 15 cm dan tidak lebih dari 25 cm.

Batu untuk bronjong harus terdiri dari batu yang keras dan awet dengan sifat sebagai

berikut :
a. Keausan agregat dengan mesin Los Angeles harus kurang dari 35 %.
b. Berat isi kering oven lebih besar dari 2,3.
c. Peyerapan Air tidak lebih besar dari 4 %.
d. Kekekalan bentuk agregat terhadap natrium sulfat atau magnesium sulfat dalam pengujian
5 siklus (daur) kehilangannya harus kurang dari 10 %. Batu untuk pasangan batu kosong
haruslah bersudut tajam, berat tidak kurang dari 40 kg dan memiliki dimensi minimum 300
mm. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan batu yang ukurannya lebih besar jika
kecepatan
aliran sungai cukup tinggi.

D. Pengukuran
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan
dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang
telah diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan di atas. Kuantitas yang
diukur untuk pembayaran haruslah jumlah meter kubik dari bronjong atau pasangan batu
kosong lengkap di tempat dan diterima. Dimensi yang digunakan untuk menghitung kuantitas
ini haruslah dimensi nominal dari masing-masing keranjang bronjong atau pasangan batu
kosong seperti yang diuraikan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.

4.1. Pekerjaan Tiang Pancang Beton Minipile


PASAL 1 - UMUM
1.1. Persyaratan-Persyaratan Umum
A. Kecuali ditentukan lain semua pekerjaan pada bab ini, seperti terlihat atau terperinci
harus sesuai dengan persyaratan dari seluruh bagian dari kontrak dokumen.
B. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan setting out (penentuan titik posisi tiang dilapangan sesuai
dengan gambar rencana), mobilisasi dan demobilisasi alat, pengadaan dan pemancangan
tiang pancang beton bertulang termasuk percobaan beban pada tiang, penggalian setempat
dan pemotongan kepala tiang.
Panjang tiang yang dicantumkan pada gambar adalah sebagai petunjuk untuk kontraktor,
tetapi kontraktor harus memutuskan panjang tiang yang sebenarnya yang diperlukan untuk
mencapai persyaratan pemancangan. Laporan penyelidikan tanah dan percobaan
pemancangan tiang pendahuluan akan diberikan pada Kontraktor pekerjaan pondasi.

1.2. Lingkup Pekerjaan


A. Pekerjaan yang berhubungan :
Kontraktor bertanggung jawab atas fasilitas-fasilitas yang berkepentingan untuk pekerjaan
ini seperti jalan-jalan diproyek, tempat penumpukan tiang, galian pada setiap titik,
perlindungan terhadap fasilitas-fasilitas yang telah ada seperti pipa air, kabel tilpon, kabel
listrik, pipa gas, saluran-saluran umum dan fasilitas-fasilitas lainnya baik yang berada
dilokasi proyek maupun dilokasi yang bersebelahan dengan proyek.

B. Pekerjaan yang termasuk :


Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang ini harus terdiri dari hal-hal berikut :
1. Penyediaan tiang pondasi dari beton precast
2. Pengadaan perlengkapan termasuk tenaga kerja
3. Pemancangan tiang pondasi.
4. Percobaan pembebanan tiang
5. Penyerahan semua data seperti ditentukan dalam spesifikasi dan seperti yang diminta
oleh Engineer.
6. Pemotongan kelebihan panjang dari tiang.

1.3. Jaminan Mutu


A. Standar-standar
Semua bahan-bahan dan pengerjaan harus sesuai dengan standar-standar berikut :
1. PBI 1971 : Peraturan Beton Indonesia
2. SK SNI T-15-1991-03 : Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.
3. SII 0192-83 : Mutu dan Cara Uji Elektroda Las Terbungkus Baja Karbon Rendah.
4. ASTM A-416 : Standard Specification for Uncoated Seven Wire Stress Relieved Steel
Strand for Prestress Concrete.
5. ASTM A-82 : Standard Specification for Cold Drawn Steel Wire for Concrete
Reinforcement.
6. ASTM D-1143.81 : Standard Test Method for Piles Under
(Reapproved 1987) Static Axial Compressive Load.
7. ASTM D-3966.90 : Standard Test Method for Piles Under Lateral Loads.
8. ASTM D-3689.90 : Standard Test Method for Individual Piles Under Static Axial Tensile
Load.

B. Jaminan Pabrik :
Produksi harus secara teratur dan terus menerus serta pengiriman bahan-bahan harus dari
jenis yang sesuai seperti disyaratkan.

C. Jaminan Pekerja :
1. Pekerjaan pemancangan tiang ini harus dikerjakan oleh tenaga kerja dan pengawas yang
berpengalaman dalam pemancangan tiang dari jenis yang diusulkan, sedemikian sehingga
mampu untuk mencapai kapasitas tiang seperti yang disyaratkan pada berbagai macam
kondisi tanah yang akan dijumpai.
2. Kontraktor harus menyerahkan pernyataan tertulis kepada Engineer untuk menunjukkan
bahwa pekerja yang akan terlibat dalam pekerjaan ini berpengalaman untuk pekerjaan
demikian.

D. Persyaratan Lapangan :
1. Kontraktor bertanggung jawab untuk memancang tiang dengan ukuran dan jumlah seperti
disyaratkan pada posisi seperti dinyatakan pada gambar denah lokasi tiang, seperti yang
telah disetujui oleh Engineer.
Kontraktor harus didukung oleh team supervisi yang dapat dipertanggung jawabkan yang
dilengkapi dengan peralatan yang presisi dan sedikitnya dua orang memeriksa kelurusan
dari setiap tiang selama pemancangan.
2. Tiang-tiang pondasi harus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras atau sesuai
dengan petunjuk "pengawas yang ditunjuk".
3. Urutan pemancangan tiang dalam satu kelompok harus sesuai dengan petunjuk
"pengawas yang ditunjuk".
4. Tiang-tiang yang rusak atau ditolak, menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus
disingkirkan dari proyek.
5. Dalam hal diperlukan penyambung (follower), maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab
kontraktor.

1.4. Perubahan dan Penambahan


A. Panjang tiang yang sebenarnya boleh dimodifikasi oleh Engineer setelah percobaan
pembebanan tiang dan bilamana kondisi lapangan mensyaratkan perubahan demikian.

B. Setiap perintah perubahan harus mendapat persetujuan tertulis dari Engineer.


1.5. Penyerahan
Sedikitnya 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menyerahkan hal-
hal berikut kepada Engineer.

A. Data Pabrik :
Data produk dari pabrik tentang tiang harus diserahkan oleh Kontraktor untuk disetujui oleh
Engineer.

B. Sertification :
Semua tiang pondasi yang dikirim ke proyek harus dilengkapi dengan sertifikat dari pabrik.

C. Gambar kerja :
Kontraktor harus membuat dan menyerahkan gambar kerja, metoda konstruksi, jadwal kerja
dan daftar perlengkapan kepada Engineer untuk mendapat persetujuan.

1.6. Kondisi Kerja :


A. Kontraktor harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mencegah
kerusakan dari tiang pancang pada waktu pengangkutan, penyimpanan dan pemancangan.

B. Tiang pancang harus dirawat dan disimpan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
tegangan-tegangan yang melebihi rencana.

C. Tiang pancang harus ditumpuk pada tumpukan yang sesuai sehingga tidak terjadi
kerusakan pada beton atau pengotoran dari permukaan. Tumpukan harus ditempatkan pada
posisi sesuai dengan petunjuk (gambar) atau telah disetujui oleh pengawas yang ditunjuk
atau dalam posisi dimana kemungkinan terjadi tekanan dan deformasi sekecil mungkin.

D. Pemberian tanda pada tiang pancang dicantumkan dengan cat pada tiap interval/jarak
0.5 m. Panjang keseluruhan tiang harus dicantumkan dengan cat atau bahan lain yang
disetujui. Penunjuk panjang harus diberikan pada interval setiap 1.0 m.

PASAL 2 - BAHAN-BAHAN/PRODUKSI

2.1. Hasil pabrik yang dapat diterima.


Kontraktor harus menyerahkan brosur-brosur dari beberapa pabrik yang menghasilkan jenis
tiang yang sama dengan yang disyaratkan, untuk dipilih dan disetujui oleh Engineer.

2.2. Bahan-bahan tiang.


Bahan-bahan tiang yang akan dipakai pada pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan-
persyaratan berikut :
A. Dimensi/Ukuran-ukuran :
Jenis tiang yang dipakai adalah Tiang Beton Precast Prestress dengan ukuran 40cm x 40cm
dan 35m x 35cm persegi dan panjang seperti ditunjukkan pada gambar-gambar struktur.
B. Beton
Mutu beton minimum yang dipakai adalah fc' - 41.5 MPa (Cylinder), yang harus sudah
dicapai pada waktu pemancangan.

C. Penulangan dan prestressing strands :


1. Prestressing strands harus "uncoated, bright seven wire, stress relieved 270 ksi "sesuai
ASTM A-416".
2. Spiral harus dibentuk dari "cold drawn bright steel wire" sesuai ASTM A-82 atau  6 mm
U-24.

D. Peralatan Pemancangan
1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kotraktor harus mengajukan data lengkap dari peralatan
yang akan dipergunakan, jadwal pemancangan dan prosedur kerjanya termasuk mesin
pancang dan peralatan yang akan digunakan di lapangan.
2. Cara pemancangan yang dipakai harus tidak menyebabkan kerusakan pada bentuknya.
Hammer (pemukul) harus dipilih yang sesuai untuk type tiang pancang dan sifat dari
kekuatan tiang pancang tersebut.
3. Kondisi lapangan harus diperiksa untuk meyakinkan apakah memungkinkan untuk
penempatan peralatan pemancangan, pelaksanaan pemancangan dan percobaan beban.

2.3. Bahan-bahan lain yang harus disediakan


Penggunaan bahan-bahan khusus :
Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dalam penggunaan bahan khusus seperti
bahan tambahan, perlengkapan las, pencegah karat dan semua bahan lain yang tidak
disyaratkan disini.
Percobaan-percobaan ataupun biaya tambah lainnya sehubungan dengan pemakaian dari
bahan-bahan tersebut diatas adalah sepenuhnya tanggung jawab Kontraktor.

PASAL 3 - PELAKSANAAN

3.1. Persiapan
A. Seminggu sebelum dimulainya pekerjaan Kontraktor harus mengajukan usulan mengenai
urutan rencana pemancangan yang harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan saling
mengganggu.

B. Metoda pemancangan, perlengkapan, jadwal dan tahapan/urutan harus mendapat


persetujuan dari Engineer. Persetujuan demikian tidak membebaskan Kontraktor dari
tanggung jawabnya untuk pemancangan tiang yang lancar dan bermutu tinggi. Semua
kerusakan, keterlambatan dan tambahan biaya yang disebabkan karena pemilihan metode
harus ditanggung oleh Kontraktor.

C. Pengawas yang ditunjuk dapat meminta perubahan urutan pemancangan dari waktu ke
waktu apabila dianggap perlu.
Untuk perubahan demikian tidak ada biaya tambah.

D. Pemancangan tiang harus dilakukan dalam suatu operasi yang menerus dan tidak
terganggu.

E. Kontraktor harus memancang tiap tiang pancang tepat pada ordinat yang telah ditentukan
pada dokumen pelaksanaan. Setiap koordinat tiang harus mendapat persetujuan dari
pengawas yang ditunjuk sebelum mulai pemancangan.
Tiang pancang ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan urutan kerja yang telah
direncanakan.

F. Kontraktor harus berusaha agar semua perlengkapan siap pakai untuk menjamin
pemancangan tiang tepat pada lokasinya selama pemancangan.

G. Kontraktor harus mencegah pergeseran/pergerakan dari tiang yang sudah terpancang


selama tiang-tiang selanjutnya dipancang ataupun karena fasilitas-fasilitas lainnya.

H. Kontraktor tidak diijinkan mendongkrak, atau mencoba untuk memindahkan atau


membentuk tiang-tiang yang terpancang diluar posisi sebenarnya baik pada waktu maupun
setelah pemancangan.

3.2. Pemancangan Tiang


A. Alat pukul (Excavator) dan penghentian pemancangan tiang.
1. Untuk memancang tiang harus dipakai suatu alat pukul Dalam pemilihan "Excavator 125
HP" haruslah dari berat yang memadai agar tidak merusak tiang.
"Excavator" harus mempunyai persyaratan minimum (Type 125 HP).
2. Tiang-tiang harus dipancang sampai mencapai kedalaman yang ditunjukkan didalam
gambar struktur atau dengan final set yang disetujui dimana tidak lebih dari 20 mm untuk 10
pukulan terakhir.
3. Tiang-tiang harus dipancang secara akurat, pada lokasi yang tepat; pada garis yang
benar baik secara lateral maupun longitudinal seperti ditunjukkan pada gambar.
4. Toleransi yang diijinkan untuk ketidak tepatan lokasi dan ketidak kelurusan adalah 75 mm
dan 1/80. Tiang-tiang harus diarahkan selama pemancangan dan bila perlu harus
dibantu/diganjal untuk dapat menjaga posisi yang benar. Apabila ada tiang yang berubah
bentuk atau bengkok, maka tidak boleh dipaksa untuk meluruskannya kembali kecuali
dengan persetujuan tertulis dari pengawas yang ditunjuk.
B. Test untuk mutu tiang.
Apabila pada waktu pemancangan suatu tiang, jumlah pukulan sangat tinggi (lebih dari
2000) atau apabila tiang dicurigai retak atau patah, P.I.T. (Pile Integrated Test) atau test
sejenis yang disetujui oleh Engineer harus dilakukan.

C. Pemeriksaan naiknya kembali suatu tiang akibat pemancangan tiang didekatnya (heave
check).
Lakukan suatu "heave check" pada pemancangan kelompok tiang yang pertama, dan pada
kelompok yang dipilih seperti ditunjukkan pada gambar.
1. Periksa "heave" dengan mengukur panjang dan dengan mencatat elevasi pada masing-
masing tiang segera setelah selesai pemancangan.
2. Periksa ulang elevasi-elevasi dan panjang setelah semua tiang pada suatu kelompok
selesai dipancang.
3. Bila ujung (tip) tiang mengalami "heave" lebih dari 6 mm dari posisi asli, tiang tersebut
harus dipukul lagi.
Bila dijumpai pile heave, lanjutkan pemeriksaan heave dan lanjutkan pemancangan sampai
pengawas yang ditunjuk menyatakan bahwa pile heave teratasi.

D. Penilaian dari kapasitas daya dukung.


Tiang-tiang harus dipancang sampai mencapai "final set" yang diijinkan oleh pengawas yang
ditunjuk. Pengukuran langsung dari set dan rebound harus memberikan kapasitas tiang
yang ekivalen dengan beban kerja yang disyaratkan.
Set harus ditentukan dilapangan. Set haruslah dibuktikan dengan dua percobaan. Nilai
konstanta yang akan dipakai untuk memodifikasi rumus akan ditaksir oleh Soil Engineer
setelah tiang pertama selesai dipancang dan setelah grafik rebound/set diperoleh.

E. Posisi-posisi tiang.
Posisi-posisi tiang dan ketidak lurusan harus didata oleh Kontraktor dan diserahkan kepada
pengawas yang ditunjuk pada waktu berlangsungnya pekerjaan dan persetujuan akhir
diberikan oleh pengawas yang ditunjuk dalam waktu tiga hari sesudah tiang yang terakhir
selesai dipancang. Sampai persetujuan tersebut diberikan, tak ada perlengkapan yang boleh
dipindahkan; kecuali atas resiko Kontraktor sendiri.

F. Tiang-tiang yang rusak atau salah tempat.


Apabila suatu tiang rusak pada waktu pemancangan, percobaan atau oleh sebab lain atau
salah letak atau gagal pada waktu percobaan beban, Kontraktor disyaratkan untuk
mengadakan penambahan tiang pada posisi yang ditentukan oleh Engineer sedemikian
sehingga akhirnya dihasilkan daya dukung yang sama.

G. Pendataan pemancangan tiang.


Kontraktor harus mengambil data dari setiap tiang yang dipancang dan dilengkapi parap
pengawas yang ditunjuk pada masing-masing data, setiap hari.
Pemancangan, set dan rebound dari setiap tiang harus mengikuti persetujuan Engineer.
Data pemancangan setiap tiang harus diserahkan kepada pengawas yang ditunjuk dan
tembusan (copy)nya harus disimpan oleh Kontraktor.
Data-data laporan harus meliputi hal-hal berikut :

1. Nama proyek
2. Nomor tiang
3. Tanggal pemancangan
4. Cuaca
5. Set, rebound dan tinggi jatuh (ram height) pada 10 pukulan terakhir (last ten blow)
6. Dalamnya pemancangan dari level tanah
7. Level tanah
8. Panjang tiang
9. Jenis alat pukul (Hammer Type)
10. Sambungan yang dipakai, jumlah dan jenisnya (kalau ada sambungan).
11. Waktu/saat mulai dan waktu selesainya pemancangan
12. Jumlah pukulan dan rata-rata set tiap 0.5 m
13. Tinggi jatuh yang sebenarnya (actual ram stroke)
14. Semua informasi lain seperti disyaratkan oleh Engineer.
Metoda pengukuran set dan rebound harus disetujui oleh Engineer. Record diatas harus
menunjukkan satu seri pengukuran set selama seluruh proses pemancangan. Apabila
pemancangan suatu tiang dimulai, maka harus dilakukan sampai selesai dan mencapai set
yang disyaratkan (kecuali waktu penyambungan).

H. Kepala Tiang
1. Setelah pemancangan selesai dilaksanakan Kontraktor wajib untuk memotong kelebihan
panjang tiang pancang sedemikian rupa sehingga panjang stek tulangan setelah
pemotongan kepala tiang minimum 40 diameter tulangan tiang pancang terbesar, sebagai
pengikat ke-pur (pile cap).
Setelah pemancangan selesai, kontraktor harus segera melanjutkan dengan memeriksa
level dan mencatat posisi-posisi tiang secara detail dan akurat serta membandingkan
dengan posisi yang dicantumkan pada gambar denah tiang.
Kontraktor harus menyediakan surveyor dilapangan untuk pekerjaan tersebut.
2. Stek tulangan tiang setelah pemotongan kepala tiang (panjang minimum 40 diameter)
harus dalam keadaan bersih, lurus dan baik.
3. Kepala tiang setelah dipotong harus dibersihkan dengan sikat kawat.
4. Batas pemotongan kepala tiang harus tepat sesuai dengan petunjuk/gambar.

I. Sambungan tiang dan pengelasan :


1. Kontraktor atau Pabrik pembuat tiang harus menyerahkan sistim sambungan tiang untuk
disetujui Engineer sebelum pemasangan di lapangan.
2. Detail dari sambungan harus terdiri dari :
a. Sistim sambungan yang akan dipakai
b. Detail pengelasan dan mutu dari bahan pengelasan
c. Prosedur pengelasan
d. Kwalifikasi/kecakapan tukang las.

J. Laporan dan pemeriksaan pekerjaan pondasi tiang.


Pada waktu selesainya pekerjaan pondasi tiang, sebuah laporan yang tepat harus segera
disiapkan dan diserahkan rangkap 6 (enam) kepada pengawas yang ditunjuk.
Hal-hal berikut harus termasuk juga di dalam laporan :
1. Ringkasan pekerjaan (sketsa, metoda, tanggal waktu mengerjakan, dll).
2. Laporan tentang pukulan (blows)
3. Laporan harian pekerjaan dan laporan pemeriksaan :
a. Waktu yang disyaratkan untuk pemancangan
b. Jumlah pukulan
c. Kedalaman pemancangan
d. Nilai pemancangan akhir
e. Nilai rebound
f. Daya dukung akhir yang diijinkan
4. Laporan percobaan beban
5. Denah (lay out) tiang dan toleransinya.

I. Kegagalan pada tiang terpakai.


Jika terjadi kerusakan atau/dan kegagalan pada tiang dalam percobaan pembebanan maka
Kontraktor harus mengganti tiang tersebut dengan tiang yang lain sesuai dengan petunjuk
dari Perencana atas biaya Kontraktor.
Biaya dari percobaan pembebanan tambahan, penggantian atau penambahan tiang dan
persiapan perhitungan-perhitungan serta gambar-gambar fondasi yang disebabkannya akan
dibebankan kepada Kontraktor.

3.3. Pembersihan :
Kontraktor harus memindahkan dan membongkar semua puing, tanah, kelebihan beton,
keluar dari lokasi atau proyek seperti ditunjukkan oleh pengawas yang ditunjuk tanpa biaya
tambahan.

5. PEKERJAAN BETON SITEMIX (K225, K175)


A. Ruang Lingkup
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan, pengendalian
mutu serta perhitungan dan pembayaran dalam pelaksanaan pekerjaan beton. Pedoman ini
mencakup kegiatan pelaksanaan seluruh bangunan beton bertulang, beton tanpa tulangan. Pedoman
ini mencakup penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton, pengadaan penutup beton, lantai kerja
dan pemeliharaan pondasi seperti pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan agar
pondasi tetap kering.

B. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar.
- SNI 03-1969-1990 : Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar.
- SNI 03-1972-1990 : Metode Pengujian Slump Beton.
- SNI 03-1973-1990 : Metoda Pengujian Berat Isi Beton.
- SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
- SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar.
- SNI 03-2491-1991 : Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton.
- SNI 03-2492-1991 : Metode Pengambilan dan Pengujian Beton Inti.
- SNI 03-2495-1991 : Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton.
- SNI 03-2823-1992 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Memakai Gelagar Sederhana
Dengan Sistem Beban Titik di Tengah.
- SNI 03-2834-1992 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal.
- SNI 03-2914-1992 : Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air.
- SNI 03-3402-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Beton Ringan Struktural.
- SNI 03-3421-1994 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Isolasi Ringan di Lapangan.
- SNI 03-3449-1994 : Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Ringan dengan
Agregat Ringan.
- SNI 03-3976-1995 : Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton.
- SNI 03-4142-1996 : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat Yang Lolos No.200
(0,075 mm).
- SNI 03-4154-1996 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Dengan Balok Uji Sederhana Yang
dibebani Terpusat Langsung.
- SNI 03-4156-1996 : Metode Pengujian Bliding dari Beton Segar.
- SNI 03-4169-1996 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Statis Dan Rasio Poison Beton
dengan Kompresor Ekstensometer.
- SNI 03-4430-1997 : Metode Pengujian Kuat Tekan Elemen Struktur Beton Dengan Alat Palu
Beton Tipe n dan nr.
- SNI 03-4431-1997 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Normal Dengan Dua Titik
Pembebanan.
- SNI 03-4433-1997 : Spesifikasi Beton Siap Pakai.
- SNI 03-4807-1998 : Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton Segar Semen
Portland.
- SNI 03-4809-1998 : Metode Pengujian untuk membandingkan berbagai Beton Berdasarkan
Kuat Lekat Yang Timbul Terhadap Tulangan.
- SNI 03-4810-1998 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan.
- SNI 03-4812-1998 : Metode Pengujian Kuat Tarik Beton Secara Langsung.
- SNI 03-4817-1998 : Spesifikasi Lembaran Bahan Penutup untuk Perawatan Beton.
- SNI 03-4820-1998 : Tata Cara Penggunaan Peralatan Untuk Penentuan Perubahan
Panjang, Pasta, Mortar Dan Beton Semen Yang Sudah Mengeras.
- SNI 03-6369-2000 : Tata Cara Pembuatan Kaping Untuk Benda Uji Silinder Beton.
- SNI 03-6429-2000 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Silinder Dengan Cetakan Silinder
Di Dalam Tempat Cetakan.
- SNI 06-6430-2000 : Metode Pengujian Ekspansi dan Bliding.
- SNI 03-6477-2000 : Metode Penentuan 10 % Kehalusan untuk Agregat.
- SNI 03-6805-2002 : Metode Pengujian untuk Mengukur Nilai Kuat Tekan Beton pada Umur
Awal dan Memproyeksikan Kekuatan Pada Umur Berikutnya.
- SNI 03-6806-2002 : Tata Cara Perhitungan Beton Tidak Bertulang Struktural.
- SNI 03-6809-2002 : Tata Cara Estimasi Kekuatan Beton dengan Metode Maturity.
- SNI 03-6814-2002 : Tata Cara Pelaksanaan Sambungan Mekanis untuk Tulangan Beton.
- SNI 03-6815-2002 : Tata Cara Mengevaluasi Hasil Uji Kekuatan Beton.
- SNI 03-6816-2002 : Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton.
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan Dalam Beton.
- SNI 03-2461-2002 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Ringan Struktur.
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air untuk digunakan dalam Beton.
- SNI 03-6717-2002 : Tata Cara Penyiapan Benda Uji Dari Contoh Agregat.
- SNI 03-6889-2002 : Tata Cara Pengambilan Contoh Agregat.

C. Istilah dan Definisi


1) Agregat halus adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 0,25 mm
sampai 4 mm.
2) Agregat kasar adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 4 mm sampai
31.5 mm.
3) Benda uji beton inti adalah benda uji beton berbentuk silinder hasil pengeboran
beton pada bangunan yang sudah dilaksanakan.
4) Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrualik yang lain,
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan
membentuk masa padat
5) Beton ringan adalah beton yang berat izin maksimum 1,9 ton/m3.
6) Beton segar adalah campuran beton yang telah selesai diaduk sampai beberapa
saat karakteristiknya tidak berubah (masih plastis dan belum terjadi pengikatan).
7) Beton siklop adalah beton yang terdiri dari campuran mutu beton fc’=15 Mpa dengan
batu-batu pecah ukuran maksimum 25 cm.
8) Beton readymix adalah beton yang sudah siap untuk digunakan tanpa perlu lagi
pengolahan di lapangan.
9) Beton lantai kerja (lean concrete) adalah beton bermutu rendah atau B0 yang
biasanya digunakan sebagai lantai kerja atau proteksi terhadap lereng
10) Construction joint adalah sambungan konstruksi beton.
11) Fly ash adalah residu halus yang dihasilkan dari sisa proses pembakaran batu bara.
12) Form in place merupakan salah satu metode perawatan beton dengan tetap
mempertahankan cetakan sebagai dinding penahan pada tempatnya selama waktu
yang diperlukan beton dalam masa perawatan.
13) Kaping adalah pemberian lapisan perata pada permukaan bidang tekan benda uji.
14) Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan
benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan
oleh mesin tekan.
15) Pozzolan adalah bahan yang mengandung silika atau silika dan alumunium yang
bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada temperatur biasa
membentuk senyawa bersifat cementitious.
16) Segregasi adalah terpisahnya antara pasta semen dan agregat dalam suatu
adukan.
17) Silica fume adalah bahan pozzolanic yang sangat halus yang mengandung silica
amorf yang dihasilkan dari elemen silica atau senyawa ferro-silica.
18) Slump beton adalah besaran kekentalan (viscosity) / plastisitas dan kohesif daro
beton segar
19) Superplasticizer adalah bahan tambah yang mengurangi air dalam campuran
dengan cukup banyak dan sangat berbeda

D. Ketentuan dan Persyaratan


Ketentuan dan persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan beton, bekisting dan pembesian harus memuat:
Toleransi
a) Bangunan Beton
Batas penyimpangan pada gambar-gambar plat, balok mendatar dan pengganti pagar.
Terlihat : 1 cm setiap 3 m
Tertimbun : 5 cm setiap 3 m
b) Penyimpangan dalam dimensi potongan melintang dari kolom, pilar, lantai, dinding, balok dan
sebagainya.
Minus : 1 cm
Plus : 5 cm
c) Penyimpangan pada plat jembatan
Minus : 1 cm
Plus : 2 cm
d) Dasar Pondasi
Penyimpangan ukuran-ukuran dalam perencanaan
Minus : 1 cm
Plus : 5 cm
e) Salah penempatan atau penyimpangan 2% dari lebar dasar pondasi, terhadap rencana tidak
lebih dari 5 cm.
f) Pengurangan ketebalan : 5%
g) Penyimpangan lokasi dan ukuran pada lantai dan dinding yang terbuka : 5 cm
h) Penyimpangan dari garis unting pada sisi dinding tembok untuk pintu dan bangunan-bangunan
air yang serupa : 0,1%
i) Penempatan tulangan baja
- Penyimpangan untuk beton pelindung : 10%
- Penyimpangan dari tempat yang seharusnya : 2 cm
j) Perletakan beton pra cetak
- Penyimpangan terhadap trase yang seharusnya dibangun 1% dari panjang beton pra cetak
yang ada, dan tidak lebih dari 5 cm.
- Penyimpangan terhadap elevasi rencana adalah 1% dari panjang beton pra cetak yang ada,
dan tidak lebih dari 5 cm.
- Penyimpangan garis unting setiap beton pra cetak yang ditempatkan vertical tidak boleh
lebih dari 1 cm setiap 3 m.

E. Persyaratan Bahan
1. Semen
a) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen portland yang
memenuhi SNI 15-2049-1994. Apabila menggunakan bahan tambahan yang dapat
menghasilkan gelembung udara, maka gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh
lebih dari 5 %, dan harus mendapatkan persetujuan dari Pengguna Jasa.
b) Dalam satu campuran, hanya satu merk semen portland yang boleh digunakan,
kecuali disetujui oleh Pengguna Jasa. Jika di dalam satu proyek digunakan lebih dari
satu merk semen, maka Penyedia Jasa harus mengajukan kembali rancangan
campuran beton sesuai dengan merk semen yang digunakan.
2. Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus bersih,
dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau
organis. Air yang diusulkan dapat digunakan jika kuat tekan mortar dengan air tersebut
pada umur 7 hari dan 28 hari Memenuhi karakteristik kuat tekan yang ditentukan.
3. Agregat
a) KetentuanAgradasi Agregat
- Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan, tetapi
bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut harus diuji dan harus
memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan.
- Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat terbesar tidak
lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan
dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor.
b) Sifat-sifat Agregat
- Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari pemecahan
batu atau koral, atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu) kerikil dan pasir
sungai.
- Agregat harus bebas dari bahan organik.
4. Batu untuk Beton Siklop
Batu untuk beton siklop harus keras, awet, bebas dari retak, rongga dan tidak rusak oleh
pengaruh cuaca. Batu harus bersudut runcing, bebas dari kotoran, minyak dan bahan-
bahan lain yang mempengaruhi ikatan dengan beton. Ukuran batu yang digunakan untuk
beton siklop tidak boleh lebih besar dari 25 cm.
5. Bahan Tambah
Bahan tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja beton dapat
berupa bahan kimia atau bahan limbah yang berupa serbuk halus sebagai bahan pengisi
pori dalam campuran beton dengan persetujuan Pengguna Jasa.
a) Bahan Kimia
Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran beton dalam
jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama proses pengadukan atau selama
pelaksanaan pengadukan tambahan dalam pengecoran beton. Bahan tambah yang
digunakan harus sesuai dengan standar spesifikasi yang ditentukan dalam SNI 03-
2495-1991. Bahan tambah dapat diklasifikasikan sesuai dengan penggunaannya
sebagai berikut:
- Tipe A - bahan pengurang kadar air.
Tipe A berfungsi untuk mengurangi air dalam campuran, dan pengunaannya
bertujuan untuk mengurangi water-cement rasio dalam campuran sesuai dengan
workability yang diinginkan, atau untuk meningkatkan workability ada angka
water-cement rasio yang telah ditetapkan.
- Tipe B - bahan untuk memperlambat waktu pengikatan.
Tipe B berfungsi untuk memperlambat waktu pengikatan pasta semen, sehingga
akan memperlambat pengerasan dari beton. Bahan tambah jenis ini digunakan
jika iklim di tempat pengecoran terlalu panas, dimana waktu pengikatan pasta
semen dalam keadaan normal menjadi sangat pendek dikarenakan suhu yang
tinggi.
- Tipe C - bahan untuk mempercepat waktu pengikatan.
Tipe C berfungsi untuk mempercepat waktu pengikatan pasta semen, yang akan
mempercepat pengerasan dari beton sehingga mempercepat kekuatan beton,
dan dapat digunakan dalam pabrik pembuatan beton precast (dimana perlu
pelepasan bekisting secepatnya), atau pekerjaan perbaikan yang sangat penting.
- Tipe D - campuran bahan pengurang kadar air dan bahan memperlambat waktu
pengikatan.
Bahan tambah ini untuk menambah workability, dimana beton mempunyai
kekuatan tinggi dapat dibuat workabel tanpa mengurangi density, ketahanan dan
kekuatannya. Perlambatan waktu pengikatan sangat berguna untuk waktu
pengangkutan adukan beton yang lama ke tempat pengecoran, pengecoran
dalam kondisai yang sangat panas dan menghindari cold joint.
- Tipe E - campuran bahan pengurang kadar air dan bahan mempercepat waktu
pengikatan.
Bahan tambah ini untuk menambah workability dan memberikan kekuatan awal
yang tinggi, atau memberikan kekuatan awal yang lebih tinggi pada workability
yang sama. Bahan tambah ini digunakan pada precast karena memungkinkan
pelepasan bekisting lebih awal dan dipakai untuk pekerjaan perbaikan dimana
kekuatan awal sangat diperlukan.
- Tipe F - bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka tinggi atau
superplasticizer.
Tipe F atau Superplasticizer adalah bahan tambah yang mengurangi air dalam
campuran dengan cukup banyak dan sangat berbeda dengan Tipe A, D atau E.
Penggunaan bahan ini digunakan membuat beton alir (flow concrete) untuk
menjangkau tempat yang tak terjangkau oleh pengetar dan beton pompa
(pumping concrete) pada jenis bangunan yang rumit.
- Tipe G - campuran bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka tinggi tau
superplasticizer dan bahan memperlambat waktu pengikatan.
Bahan tambah ini merupakan campuran dari Tipe F dan Tipe B, tetapi slump loss-
nya lebih kecil bila dibandingkan dengan beton yang menggunakan
superplasticizer.
b) Mineral
Bahan tambah yang berupa mineral atau bahan limbah seperti Fly Ash, Pozzolan,
silica fume yang ditambahkan ke dalam campuran beton. Bahan tambah yang
digunakan harus sesuai atas persetujuan Pengguna Jasa

F. Persyaratan Kerja
1. Pengajuan Kesiapan Kerja
a) Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang akan digunakan
dan dilengkapi dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan sesuai
dengan Pasal ini.
b) Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-masing mutu
beton yang akan digunakan, 30 hari sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai.
c) Penyedia Jasa harus menyerahkan secara tertulis seluruh hasil pengujian
pengendalian mutu sesuai dengan ketentuan kepada Pengguna Jasa sehingga data
tersebut selalu tersedia apabila diperlukan.
d) Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan pada umur, 7 hari, 14 hari, dan
28 hari setelah tanggal pencampuran.
e) Penyedia Jasa harus mengirimkan gambar detail dan perhitungan terinci untuk
seluruh perancah yang akan digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari
Pengguna Jasa sebelum setiap pekerjaan perancah dimulai.
f) Penyedia Jasa harus memberitahu Pengguna Jasa secara tertulis mengenai
rencana pelaksanaan pencampuran atau pengecoran setiap jenis beton untuk
mendapatkan persetujuannya paling sedikit 24 jam sebelum tanggal pelaksanaan,
seperti yang disyaratkan disertai dengan metode pengecoran, kapasitas peralatan
yang digunakan, tanggung jawab personil dan jadwal pelaksanaannya. Apabila
dalam pelaksanaan pengecoran direksi tidak menyetujui maka volume tersebut tidak
bisa dibayarkan.
2. Penyimpanan dan Perlindungan Bahan
a) Untuk penyimpanan semen, Penyedia Jasa harus menyediakan tempat yang
terlindung dari perubahan cuaca dan diletakkan di atas lantai kayu dengan
ketinggian tidak urang dari 30 cm dari permukaan tanah serta ditutup dengan
lembaran plastik (polyethylene) selama penyimpanan dan tidak lebih dari 3 bulan
sejak disimpan dalam tempat penyimpanan di lokasi pekerjaan. Semen tidak boleh
ditumpuk melebihi melebihi 8 sak ke arah atas.
b) Penyedia Jasa harus menjaga kondisi tempat kerja terutama tempat penyimpanan
agregat, agar terlindung dan tidak langsung terkena sinar matahari dan hujan
pepanjang waktu pengecoran.
c) Penyimpanan agregat harus dilakukan sedemikian rupa sehingga jenis agregat atau
ukuran yang berbeda tidak tercampur.
3. Kondisi Tempat Kerja
Setiap pelaksanaan pengecoran beton harus terlindung dari sinar matahari secara
langsung. Sebagai tambahan, Penyedia Jasa tidak boleh melakukan pengecoran jika:
a) Tingkat penguapan melampaui 1,0 mm/jam.
b) Selama turun hujan atau bila udara penuh debu atau tercemar.
4. Pencampuran dan Penakaran
a) Rancangan Campuran
Proporsi bahan dan berat penakaran harus berdasarkan hasil tes campuran
b) Campuran Percobaan
Penyedia Jasa harus membuat dan menguji campuran percobaan dengan
rancangan campuran serta bahan yang diusulkan dengan disaksikan oleh Pengguna
Jasa, yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan sebagaimana yang akan
digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

5. Permukaan Tampak
a) Semua permukaan beton yang telah selesai harus terlihat padat bersih dan tidak
keropos.
b) Semua permukaan yang tampak harus rata atau bulat.
c) Pekerjaan plesteran pada permukaan beton tidak diijinkan dan setiap beton yang
kelihatan cacat harus dibongkar hingga kedalaman tertentu dan diganti atau
diperbaiki dengan cara seperti yang diinginkan oleh Pengguna Jasa atas biaya
Penyedia Jasa.
6. Blockout
a) Blockout harus dibuat jika akan memasang bagian–bagian bangunan dari pekerjaan
besi. Permukaan dimana beton block (blockout) akan dibuat, dikasarkan,
dibersihkan, dan dijaga agar tetap lembab untuk paling sedikit 4 jam. Sesudah
permukaan demikian disetujui Pengguna Jasa, maka pekerjaan logam dan lainnya
seperti tersebut diatas, dapat dilaksanakan. Penyedia Jasa dapat memasang
tulangan (jika diperlukan) dan adukan beton dengan 500 kg semen atau lebih per
meter kubik, atau beton dari tipe yang sama.
b) Pada saat pengisian beton blockout, haruslah dilakukan berhati–hati, harus bersatu
dengan beton lama, mempunyai ikatan yang baik dengan beton lama dan semua
pekerjaan besinya.

G. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pembetonan
a) Penyiapan tempat kerja
- Penyedia Jasa harus membongkar bangunan lama yang akan diganti dengan beton
yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan
pekerjaan beton yang baru. Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan dalam dari Spesifikasi ini.
- Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi untuk
pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengguna Jasa sesuai dengan ketentuan dalam
Spesifikasi ini, dan harus membersihkan serta menggaru tempat di sekeliling pekerjaan
beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan.
Jika diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk menjamin dapat
diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan mudah dan aman.
- Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga agar
senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur, bersampah
atau di dalam air. Apabila beton akan dicor di dalam air, maka harus dilakukan dengan
cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran atau
cofferdam dan atas persetujuan Pengguna Jasa.
- Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang
harus berada di dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah dipasang dan
diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
- Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Pengguna Jasa, maka bahan lantai kerja untuk
pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.
- Pengguna Jasa akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk pondasi sebelum
menyetujui pemasangan acuan, baja tulangan atau pengecoran beton.
- Jika dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi ketentuan, maka
Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau kedalaman pondasi
dan/atau menggali dan mengganti bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah
pondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang diperintahkan
oleh Pengguna Jasa.
- Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air
hujan dengan memasang tenda seperlunya. Pengguna Jasa berhak menunda
pengecoran sebelum tenda terpasang dengan benar. Penyedia Jasa juga harus
memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air pasang atau muka air
tanah dengan penanganan seperlunya.

2. Pencampuran Beton
a) Perbandingan Campuran
- Beton harus mengandung semen, agregat bergradasi baik, air dan bahan additive bila
diperlukan, dicampurkan bersama-sama dan digunakan untuk menghasilkan kekuatan
yang diharapkan.
- Beton diklasifikasikan berdasarkan tekanan pada 7 hari dan umur 28 hari dengan
ukuran maksimum agregat dan dibuat mengikuti tabel di bawah ini:
Klasifikasi Beton berdasarkan Besarnya Tekanan

Kuat Kuat Ukuran Nilai factor Perkiraan


Tekan umur Tekan umur agregat air semen kebutuhan
Tipe Campuran Beton 7 hari 28 hari maksimum maksimum semen
(kg/cm2) (kg/cm2) (mm) (%) (kg/m3)

fc’ = 8,3 Mpa (K100) 70 100 40 87 247


fc’ = 19,3 MPa (K225) 157,5 225 40 58 371
fc’ = 31,2 MPa (K350) 196,35 350 40 48 448

Klasifikasi Jenis Beton

Tipe Uraian
AR - Beton bertulang untuk melapis permukaan lantai bendung, mercu dan
tembok bendung.
A - Beton, pipa beton pra cetak, tiang beton pra cetak dan sebagainya.
B - Beton bertulang untuk bangunan lainnya dan linning beton.
C - Beton tumbuk.
D - Beton tumbuk untuk lantai kerja dan pengisi.

- Proporsi campuran untuk masing–masing klas beton diatas akan diberikan oleh
Pengguna Jasa, berdasarkan hasil–hasil test percobaan campuran yang dikerjakan
Penyedia Jasa.
- Penyedia Jasa dapat merubah proporsi dari waktu ke waktu untuk mendapatkan
kepadatan maksimum dari beton, kemudahan pengerjaan, kekentalan dan kekuatan
dengan faktor air semen yang sekecil mungkin dengan persetujuan Pengguna Jasa
tidak ada tambahan biaya atas perubahan tersebut.
- Kandungan air di dalam beton akan diatur oleh Pengguna Jasa, dalam batas yang
ditetapkan untuk mendapatkan faktor air semen pada beton dengan kekentalan yang
benar. Tidak diperkenankan penambahan air untuk mengatasi mengerasnya beton
sebelum ditempatkan. Keseragaman kekentalan beton pada setiap adukan adalah
perlu. Slump dari pada adukan beton harus mengikuti tabel di bawah ini, setelah beton
diendapkan.

Nilai Slump Beton

Tipe Tipe Besaran


Campuran Konstruksi Nilai Slum
AR - Mercu lantai dan tembok bendung. 7,5 – 2,5
A - Unit beton pra cetak 12,5 – 5,0
- Plat dan balok jembatan Klas I dan Klas II. 15,0 – 7,5
- Plat, dinding, balok dari tembok dan dermaga. 12,5 – 5,0
B - Talud pada transisi. 5,0 – 2,5
- Konstruksi massal. 7,5 – 2,5
C - Trotoar, gorong-gorong. 7,5 – 5,0
D - Pondasi. 9,0 – 2,5

b) Penakaran
- Penyedia Jasa harus menyediakan alat penakar yang disetujui Pengguna Jasa dan
harus memelihara serta mengoperasikan peralatan seperti yang diperlukan agar secara
tepat mengontrol dan menentukan jumlah dari masing-masing bahan yang
dicampurkan, sesuai dengan petunjuk Pengguna Jasa.
- Peralatan harus mampu memproduksi beton sebanyak 1 (satu) hingga 5 (lima) meter
kubik atau lebih per jam secara keseluruhan dengan mencampurkan agregat, semen,
bahan additive (bila perlu), dan air menjadi suatu campuran yang merata tanpa
pemisahan-pemisahan. Juga mampu mengimbangi perubahan-perubahan kadar air
dari agregat, serta merubah berat material-material yang ikut tercakup.
- Jumlah masing-masing bahan yang membentuk beton tersebut dapat ditentukan
dengan timbangan kecuali jumlah air yang diukur dengan takaran. Meskipun demikian
material beton dapat juga diukur secara volume, bilamana disetujui oleh Pengguna
Jasa.
- Penyedia Jasa juga harus menyediakan penguji berat yang standar dan peralatan lain
yang diperlukan untuk mengecek operasi dan tiap-tiap skala pengukuran pengaduk
tersebut, serta melakukan pengujian periodik terhadap perubahan harga pengukuran
dalam pekerjaan-pekerjaan adukan.
c) Mesin Pengaduk Beton
- Material beton harus dimasukkan dalam pengaduk yang berpenakar dalam waktu yang
tidak lebih dari satu setengah menit, kecuali sejumlah air yang diperlukan sudah ada
dalam alat pengaduk tersebut.
- Seluruh air pencampur harus diberikan sebelum seperempat waktu pencampuran
terlampaui. Waktu pencampuran adukan yang volumenya lebih besar dari 0,75 m3
harus ditambah seperempat menit pada setiap penambahan 0,5 m3.
- Alat pencampur beton tidak boleh dibebani volume yang melebihi kapasitas maksimum,
atau dioperasikan melebihi kecepatan yang dianjurkan pabrik pembuatnya. Alat
tersebut dapat menghasilkan beton dengan kekentalan dan warna yang merata secara
menerus dan disetujui Pengguna Jasa.
- Semua peralatan pencampur harus selalu dibersihkan sebelum melakukan pekerjaan.
Pencampuran pertama setelah pembersihan, tidak boleh digunakan dalam pekerjaan.
Blades penumbuk yang ada dalam alat pencampur perlu diganti bila telah aus menjadi
2 cm.
d) Mencampur Beton dengan Tenaga Manusia
- Pekerjaan mencampur beton dengan manual tidak diijinkan kecuali jika situasi tidak
memungkinkan untuk menggunakan mesin pencampur setelah mendapat persetujuan
Pengguna Jasa.
- Dalam keadaan seperti itu, beton harus diaduk dengan tangan, sedekat mungkin ke
lokasi dimana beton akan ditempatkan. Harus dilakukan dibak pengaduk yang bersih
dan kedap air. Jika bak dibuat dari kayu, maka sela-sela kayu harus ditutup agar tidak
ada kehilangan air dari adukan.
- Semua agregat dan semen harus diaduk-aduk dalam keadaan kering sekurang-
kurangnya 3 kali. Kemudian air ditambahkan berangsur-angsur dipuncak adukan,
selanjutnya agregat kembali diaduk dalam keadaan basah, sekurang-kurangnya 3
(tiga) kali sebelum adukan diangkat ketempat pengecoran
3. Pengecoran
a) Pelaksanaan Pengecoran
- Penyedia Jasa harus memberitahukan Pengguna Jasa secara tertulis paling sedikit 24
jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton jika
pengecoran beton telah ditunda lebih dari 6 jam (final setting). Pemberitahuan harus
meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran
beton. Pengguna Jasa akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan
akan memeriksa acuan, tulangan dan mengeluarkan persetujuan tertulis untuk memulai
pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh
melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Pengguna Jasa.
- Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah diterbitkan, pengecoran
beton tidak boleh dilaksanakan jika Pengguna Jasa atau wakilnya tidak hadir untuk
menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
- Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau
diolesi pelumas di sisi dalamnya yang tidak meninggalkan bekas.
- Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa hingga penempatan dan
penanganannya mudah dilakukan tanpa adanya pemisahan butiran.
- Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu, berurutan mulai dari
bawah. Agar lapisan yang baru dapat menyatu dengan lapisan dibawahnya, adukan
beton digetar dari lapisan bawah dengan alat penggetar (vibrator).
- Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan besi tulangan dan bagian-
bagian yang ditanam, cetakan dan perancah belum diperiksa dan disetujui Pengguna
Jasa secara tertulis.
- Dalam pengecoran beton bertulang, harus dijaga jangan sampai terjadi pemisahan
butiran. Apabila bentuk tulangan pada dasar cetakan cukup rapat, dicor terlebih dahulu
lapisan selimut beton setebal 3 cm, dengan spesi yang sama dengan yang dibutuhkan
oleh beton diatasnya.
- Jika pengecoran permukaan telah mencapai ketinggian lebih dari yang ditentukan oleh
Pengguna Jasa, kelebihan ini harus segera dibuang. Semua pengecoran harus selesai
dalam waktu 60 menit telah keluar dari mesin pengaduk, kecuali jika ditentukan lain
oleh Pengguna Jasa.
- Beton jangan dicor di dalam atau pada aliran kecuali jika ditentukan atau disetujui
sebelumnya. Air yang mengumpul selama pengecoran harus segera dibuang. Beton
jangan dicor diatas beton lain yang baru saja dicor selama lebih dari 30 menit, kecuali
jika ada konstruksi sambungan yang akan ditentukan kemudian.
- Jika pelaksanaan pengecoran dihentikan, lokasi sambungan harus ditempatkan pada
posisi yang benar secara vertikal maupun horizontal, dengan permukaan dibuat kasar
atau bergerigi untuk menahan gesekan dan membentuk ikatan sambungan beton
berikutnya, seperti yang diinginkan oleh Pengguna Jasa .
- Sebelum pengecoran berakhir, permukaan beton harus dibuat kasar atau
disambungkan untuk menyingkap agregat. Permukaan beton harus tetap lembab dan
dilindungi dengan mortel semen (perbandingan berat) 1 : 2 setebal 1 cm.
- Beton harus dicor pada posisi dan urutan-urutan seperti yang ditunjukkan dalam
gambar, atau atas petunjuk Pengguna Jasa. Beton yang dicor ditempatkan langsung
pada cetakannya sedemikian rupa untuk menghindari pemisahan butiran dan
penggeseran tulangan beton, acuan, atau bagian-bagian yang tertanam, serta
membentuk lapisan-lapisan yang tidak lebih tebal dari 40 cm padat.
- Pengecoran harus secara menerus hingga mencapai sambungan ditentukan pada
gambar atau menurut petunjuk Pengguna Jasa.
- Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan kereta dorong lebih tinggi
dari 1,5 m kecuali jika diijinkan oleh Pengguna Jasa untuk menjatuhkan ketempat
penampungan sementara dan kemudian diambil lagi dengan sekop sebelum dicorkan.
- Pengecoran beton tumbuk/lantai kerja dikerjakan pada urutan sebelumnya atau
mengikuti petunjuk Pengguna Jasa dan harus dikerjakan secara menerus sampai
dengan selesai. Bila perlu Penyedia Jasa harus bekerja lembur untuk mencapai target
tersebut.

b) Pemadatan
- Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar acuan
yang telah disetujui. Jika diperlukan dan disetujui oleh Pengguna Jasa, penggetaran
harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk menjamin
kepadatan yang tepat dan memadai. Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk
memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam acuan.
- Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua sudut, di antara
dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi tanpa menggeser tulangan sehingga setiap
rongga dan gelembung udara terisi.
- Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada hasil pemadatan
yang diperlukan.
- Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang- kurangnya
5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas acuan
supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
- Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan beton di dalam
acuan harus vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai kedalaman
10 cm dari dasar beton yang baru dicor sehingga menghasilkan kepadatan yang
menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila alat penggetar tersebut akan digunakan
pada posisi yang lain maka, alat tersebut harus ditarik secara perlahan dan dimasukkan
kembali pada posisi lain dengan jarak tidak lebih dari 45 cm. Alat penggetar tidak boleh
berada pada suatu titik lebih dari 15 detik atau permukaan beton sudah mengkilap.
- Jumlah minimum alat penggetar mekanis
- Apabila kecepatan pengecoran 20 m3 /jam, maka harus digunakan alat penggetar yang
mempunyai dimensi lebih besar dari 7,5 cm.
- Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai sebelum terjadi waktu ikat
awal (initial setting).
c) Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)
- Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis bangunan
yang diusulkan beserta lokasi sambungan pelaksanaan seperti yang ditunjukkan pada
Gambar Rencana untuk disetujui oleh Pengguna Jasa. Sambungan pelaksanaan tidak
boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-elemen bangunan kecuali ditentukan
demikian.
- Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diijinkan. Semua sambungan
konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya harus
diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.
- Jika sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati
sambungan sedemikian rupa sehingga membuat bangunan tetap monolit.
- Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan ke dalaman paling
sedikit 4 cm untuk dinding, pelat serta antara dasar pondasi dan dinding. Untuk
pelaksanaan pengecoran pelat yang terletak di atas permukaan dengan cara manual,
sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian rupa sehingga pelat-pelat
mempunyai luas maksimum 40 m2.
- Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang diperlukan untuk
kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan tambahan jika pekerjaan terpaksa
mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton atau
penghentian pekerjaan oleh Pengguna Jasa.
- Atas persetujuan Pengguna Jasa, bonding agent yang dapat digunakan untuk
pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan cara pelaksanaannya harus sesuai
dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
- Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan tidak diperkenankan
berada pada 75 cm di bawah muka air terendah atau 75 cm di atas muka air tertinggi
kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
d) Beton Siklop
- Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati dan tidak boleh dijatuhkan dari tempat yang
tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak bentuk
cetakan atau pasangan-pasangan lain yang berdekatan.
- Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan. Volume total batu
pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume pekerjaan beton siklop.
- Untuk dinding penahan tanah dan pilar yang lebih tebal dari 60 cm, tiap batu harus
dilindungi dengan adukan beton setebal 15 cm; jarak antar batu pecah maksimum 30
cm dan jarak terhadap permukaan minimum 15 cm. Permukaan bagian atas dilindungi
dengan beton penutup (caping).
4. Pekerjaan Pondasi Beton
a) Sebelum menempatkan beton pada pondasi, Penyedia Jasa harus membersihkan semua
kotoran yang ada termasuk minyak, serpihan tanah, reruntuhan, plastik, sisa kertas dan
genangan air yang ada sesuai dengan permintaan Pengguna Jasa.
b) Selama pengecoran Penyedia Jasa harus menjaga permukaan yang dicor bersih dari
genangan air.
c) Pengecoran beton belum boleh dilaksanakan sebelum Pengguna Jasa memeriksa dan
menyetujui persiapan pekerjaan pondasi tersebut.
d) Lapisan lantai kerja beton dapat dicor setelah pekerjaan persiapannya disetujui oleh
Pengguna Jasa. Ketebalan lapisan lantai kerja beton harus dibuat sesuai dengan gambar
atau atas petunjuk Pengguna Jasa.
e) Jika tidak ditentukan lain oleh Pengguna Jasa, sebelum melakukan pengecoran,
permukaan tanah atau kerikil harus disiram air semen setelah bersih.
f) Jika permukaan tersebut berupa cadas, permukaannya dibersihkan dan dibuat bergerigi
agar terbentuk ikatan yang kuat, baru adukan semen ditempatkan diatasnya.
g) Adukan semen tersebut harus mempunyai perbandingan semen–pasir yang sama dengan
perbandingan semen pasir yang digunakan untuk beton.
h) Adukan semen tidak diperlukan pada pondasi, jika lantai kerja beton atau proteksi pondasi
dibuat dengan cara lain.
5. Pengerjaan Akhir
a) Pembongkaran Cetakan akhir
- Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis dan
bangunan yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton tanpa
mengabaikan perawatan. Acuan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok,
gelegar, atau bangunan busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian kuat tekan
beton menunjukkan paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton.
- Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk pekerjaan yang
diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah (parapet), dan permukaan vertikal
yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran
dan tidak lebih dari 30 jam, tergantung pada keadaan cuaca dan tanpa mengabaikan
perawatan.
b) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
- Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera setelah
pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang telah digunakan
untuk memegang acuan, dan acuan yang melewati badan beton, harus dibuang atau
dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan mortar dan
ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan cetakan harus dibersihkan.
- Pengguna Jasa harus memeriksa permukaan beton segera setelah pembongkaran
acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas kekurang sempurnaan minor yang
tidak akan mempengaruhi bangunan atau fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan
harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan semen.
- Jika Pengguna Jasa menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos, pekerjaan
harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound), membentuk permukaan yang tegak
lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan pasta
(semen dan air, tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang. Selanjutnya
lubang harus diisi dengan adukan yang kental yang terdiri dari satu bagian semen dan
dua bagian pasir dan dipadatkan. Adukan tersebut harus dibuat dan didiamkan sekira
30 menit sebelum dipakai agar dicapai penyusutan awal, kecuali digunakan jenis
semen tidak susut (non shrinkage cement).
c) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)
Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut ini,
atauseperti yang diperintahkan oleh Pengguna Jasa:
- Bagian atas pelat, kerb, dan permukaan horisontal lainnya sebagaimana yang
diperintahkan Pengguna Jasa, harus digaru dengan mistar bersudut untuk memberikan
bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus
diselesaikan secara manual sampai rata dengan menggerakkan perata kayu secara
memanjang dan melintang, atau dengan cara lain yang sesuai sebelum beton mulai
mengeras.
- Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk trotoar, harus
sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara lain sebagaimana yang
diperintahkan oleh Pengguna Jasa, sebelum beton mulai mengeras.
- Permukaan yang tidak horisontal yang telah ditambal atau yang masih belum rata harus
digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium), dengan menempatkan sedikit
adukan semen pada permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus
yang dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk pengerjaan akhir beton.
Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan,
tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta
yang dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di tempat.

6. Perawatan Beton
a) Perawatan dengan Pembasahan
- Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini, temperatur
yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar
air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam
waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada
semen dan pengerasan beton.
- Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai mengeras (sebelum
terjadi retak susut basah) dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap
air. Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling
sedikit 7 hari. Semua bahan perawatan atau lembaran bahan penyerap air harus
menempel pada permukaan yang dirawat.
- Jika acuan kayu tidak dibongkar maka acuan tersebut harus dipertahankan dalam
kondisi basah sampai acuan dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-
sambungan dan pengeringan beton.
- Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus dirawat setelah
permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan ditutupi
oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm paling sedikit selama 21 hari.
- Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi, harus dibasahi sampai
kuat tekannya mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.
b) Perawatan dengan Uap
- Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan kekuatan awal yang tinggi, tidak
diperkenankan menggunakan bahan tambahan kecuali atas persetujuan Pengguna
Jasa.
- Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu dimana beton
telah mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari. Perawatan
dengan uap untuk beton harus mengikuti ketentuan di bawah ini :
a. Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi
tekanan luar.
b. Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi 380 C
selama 2 jam sesudah pengecoran selesai, dan kemudian temperatur dinaikkan
berangsur-angsur sehingga mencapai 650 C dengan kenaikan temperatur
maksimum 140 C / jam secara bertahap.
c. Perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam ruangan uap tidak boleh melebihi
5,50C.
d. Penurunan temperatur selama pendinginan dilaksanakan secara bertahap dan
tidak boleh lebih dari 110 C per jam.
e. Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari ruang penguapan tidak
boleh lebih dari 110C dibanding udara luar.
f. Selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu jenuh dengan uap air.
g. Semua bagian bangunanal yang mendapat perawatan dengan uap harus dibasahi
selama 4 hari sesudah selesai perawatan uap tersebut.
- Penyedia Jasa harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan baik dan
temperatur di dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai dengan ketentuan dan
tidak tergantung dari cuaca luar.
- Pipa uap harus ditempatkan sedemikian rupa atau balok harus dilindungi secukupnya
agar beton tidak terkena langsung semburan uap, yang akan menyebabkan perbedaan
temperatur pada bagian-bagian beton.
c) Perawatan dengan Cara Lain
- Membran cair
Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan beton segera esudah air
meningggalkan permukaan (kering), terlebih dahulu setelah beton dibuka cetakannya
dan finishing dilakukan. Jika seandainya hujan turun maka harus dibuat pelindung
sebelum lapisan membran cukup kering, atau seandainya lapisan membran rusak
maka harus dilakukan pelapisan ulang lagi.
- Selimut kedap air
Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan beton dengan bahan lembaran
kedap air yang bertujuan mencegah kehilangan kelembaban ari permukaan beton.
Beton harus basah pada saat lembaran kedap air ini dipasang. Lembaran bahan ini
aman untuk tidak terbang/pindah tertiup angin dan apabila ada kerusakan/sobek harus
segera diperbaiki selama periode perawatan berlangsung.
- Form-In-Place
Perawatan yang dilakukan dengan tetap mempertahankan cetakan sebagai dinding
penahan pada tempatnya selama waktu yang diperlukan beton dalam masa perawatan

7. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
beton, bekisting, dan pembesian harus memuat:
a) Penerimaan bahan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila diperlukan) harus
diperiksa oleh pengawas dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan
bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan
bahan pada Pekerjaan Beton dan Bekisting.
b) Pengawasan
Pengguna Jasa pekerja harus menempatkan seorang personal khusus yang mempunyai
keahlian untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai dengan persyaratan kerja.
c) Perencanaan Campuran
- Ketentuan Sifat-sifat Campuran
a. Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan (misalnya dinyatakan
dengan nilai “slump”) seperti yang diusulkan tidak boleh digunakan pada
pekerjaan, terkecuali bila Pengguna Jasa dalam beberapa hal menyetujui
penggunaannya secara terbatas. Kelecakan (workability) dan tekstur campuran
harus sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa
membentuk rongga, celah, gelembung udara atau gelembung air, dan sedemikian
rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan diperoleh permukaan yang rata,
halus dan padat.
b. Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan yang
disyaratkan, atau yang disetujui oleh Pengguna Jasa, bila pengambilan contoh,
perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990, SNI 03-4810-1998,
SNI 03-2493-1991, SNI 03-2458-1991.
c. Jika pengujian beton umur 7 hari menghasilkan kuat tekan beton di bawah
kekuatan yang disyaratkan, maka Penyedia Jasa tidak diperkenankan mengecor
beton lebih lanjut, sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut diketahui
dengan pasti dan diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton
berikutnya memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat tekan
beton umur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus
dipandang sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut
harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan di atas. Kekuatan beton dianggap lebih
kecil dari yang disyaratkan jika hasil pengujian serangkaian benda uji dari suatu
bagian pekerjaan yang dilaksanakan lebih kecil dari kuat tekan beton karakteristik
yang diperoleh dari rumus yang diuraikan.
d. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat mencakup
pembongkaran dan penggantian seluruh beton. Tindakan tersebut tidak boleh
berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton umur 3 hari saja, kecuali bila
Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa sepakat dengan perbaikan tersebut.

- Penyesuaian Campuran
a. Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau Workability)
Jika sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula dirancang sulit
diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh melakukan perubahan rancangan agregat,
dengan syarat dalam hal apapun kadar semen yang semula dirancang tidak
berubah, juga rasio air/semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian yang
menghasilkan kuat tekan yang memenuhi tidak dinaikkan.
b. Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau
oleh cara lain tidak diijinkan. Bahan tambahan untuk meningkatkan sifat kelecakan
hanya diijinkan bila telah disetujui oleh Pengguna Jasa.
c. Penyesuaian Kekuatan
Jika beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar semen dapat
ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan dengan syarat disetujui oleh
Pengguna Jasa.
d. Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru
Perubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Pengguna Jasa. Bahan baru tidak boleh digunakan
sampai Pengguna Jasa menerima bahan tersebut secara tertulis dan menetapkan
proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan baru yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa.
e. Bahan Tambahan (admixture)
Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka Penyedia Jasa harus mendapat
persetujuan dari Pengguna Jasa. Jenis dan takaran bahan tambahan yang akan
digunakan untuk tujuan tertentu harus dibuktikan kebenarannya melalui pengujian
campuran di laboratorium. Ketentuan mengenai bahan tambahan ini harus
mengacu pada SNI 03-2495-1991. Bila akan digunakan bahan tambahan berupa
butiran yang sangat halus, sebagian besar berupa mineral yang bersifat
cementious seperti abu terbang (fly ash), mikrosilika (silicafume), atau abu slag
besi (iron furnace slag), yang umumnya ditambahkan pada semen sebagai bahan
utama beton, maka penggunaan bahan tersebut harus berdasarkan hasil
pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasil kuat tekan yang dihasilkan
sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pada Gambar Rencana dan disetujui
oleh Pengguna Jasa.
Dalam hal penggunaan bahan tambahan dalam campuran beton, maka bahan
tersebut ditambahkan pada saat pengadukan beton. Bahan tambahan ini hanya
boleh digunakan untuk meningkatkan kinerja beton segar (fresh concrete).
Penggunaan bahan tambahan ini dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut:
(a) Meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah air;
(b) Mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa mengurangi
kelecakan
(c) Mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
(d) Memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
(e) Meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton;
(f) Mengurangi kecepatan terjadinya slump loss;
(g) Mengurangi susut beton atau memberikan sedikit pengembangan volume
beton (ekspansi)
(h) Mengurangi terjadinya bleeding;
(i) Mengurangi terjadinya segregasi.
Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah mengeras, bahan tambahan
campuran beton bisa digunakan untuk keperluan-keperluan sebagai berikut:
(a) Meningkatkan kekuatan pada beton muda
(b) Mengurangi atau memperlambat panas hidrasi pada proses pengerasan
beton, terutama untuk beton dengan kekuatan awal yang tinggi.
(c) Meningkatkan kinerja pengecoran beton di dalam air atau di laut
(d) Meningkatkan keawetan jangka panjang beton
(e) Meningkatkan kekedapan beton (mengurangi permeabilitas beton)
(f) Mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat
(g) Meningkatkan daya lekat antara beton baru dan beton lama
(h) Meningkatkan daya lekat antara beton dan baja tulangan
(i) Meningkatkan ketahanan beton terhadap abrasi dan tumbukan
Walaupun demikian, penggunaan aditif dan admixture perlu dilakukan secara hati-
hati dan dengan takaran yang tepat sesuai manual penggunaannya, serta dengan
proses pengadukan yang baik, agar pengaruh penambahannya pada kinerja beton
bisa dicapai secara merata pada semua bagian beton. Dalam hal ini perlu
dimengerti bahwa dosis yang berlebih akan dapat mengakibatkan menurunnya
kinerja beton, atau dalam hal yang lebih parah, dapat menimbulkan kerusakan
pada beton.

d) Pelaksanaan Pencampuran
Penakaran Agregat
- Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat, untuk mutu beton fc’ < 20
MPa diijinkan ditakar menurut volume sesuai SNI 03-3976-1995. Bila digunakan semen
kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen
yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak
semen. Agregat harus ditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran
tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur.
- Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering permukaan (SSD-
saturated surface dry). Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka harus dilakukan
koreksi penakaran sesuai dengan kondisi agregat di lapangan. Untuk mendapatkan
kondisi agregat yang jenuh kering permukaan dapat dilakukan dengan cara
menyemprot tumpukan agregat dengan air secara berkala paling sedikit 12 jam
sebelum penakaran untuk menjamin kondisi jenuh kering permukaan.
- Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang masih berlaku untuk
seluruh peralatan yang digunakan untuk keperluan penakaran bahan-bahan beton
termasuk saringan agregat pada perangkat ready mixed.

e) Pencampuran
- Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan
ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata dari seluruh
bahan.
- Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur yang
akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap
penakaran.
- Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut, pertama masukkan
sebagian air, kemudian seluruh agregat sehingga mencapai kondisi yang cukup basah,
dan selanjutnya masukkan seluruh semen yang sudah ditakar hingga tercampur
dengan agregat secara merata. Terakhir masukkan sisa air untuk menyempurnakan
campuran.
- Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air dimasukkan ke dalam campuran
bahan kering. Seluruh sisa air yang diperlukan harus sudah dimasukkan sekira
seperempat waktu pencampuran tercapai. Waktu pencampuran untuk mesin
berkapasitas ¾ m3 atau kurang harus sekira 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar
waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3 .
- Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Pengguna Jasa dapat menyetujui
pencampuran beton dengan cara manual dan harus dilakukan sedekat mungkin
dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara manual
harus dibatasi hanya pada beton non-bangunan.

f) Pengujian Campuran
- Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengguna
Jasa, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton yang dihasilkan, dan
pengujian harus dianggap belum dikerjakan kecuali disaksikan oleh Pengguna Jasa
atau wakilnya. Nilai slump pada setiap campuran tidak boleh berada diluar rentang
nilai slump (± 2 cm) yang disyaratkan .
- Pengujian Kuat Tekan
a. Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah benda uji per set)
untuk pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah beton yang dicorkan untuk setiap
kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen bangunan yang dicor terpisah
pada tiap hari pengecoran.
b. Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus menyediakan
benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, dan
harus dirawat sesuai dengan SNI 03-4810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak
bersamaan dan diambil dari contoh yang sama dengan benda uji silinder yang akan
dirawat di laboratorium.
c. Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas pengecoran atau
komponen bangunan yang dicor secara terpisah dan diambil jumlah terbanyak
diantara keduanya.
d. Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari pencampuran secara
manual, setiap 100 meter kubik beton harus dibuat 3 set benda uji dan untuk
setiap komponen bangunan yang dicor terpisah minimal diambil 3 set benda uji.
e. Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil produksi ready mixed,
diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk setiap truk). 1set = 3 buah benda uji.
f. Setiap set pengujian minimum tersebut harus diuji untuk kuat tekan beton umur 28
hari.
g. Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat perbedaan nilai
kuat tekan yang > 5% antara dua buah benda uji dalam set tersebut, maka benda
uji ketiga dalam set tersebut harus diuji kuat tekannya. Hasil kuat tekan yang
digunakan dalam perhitungan statistik adalah hasil dari 2 buah benda uji yang
berdekatan nilainya.
h. Kekuatan beton diterima dengan memuaskan bila fc karakteristik dari benda uji
lebih besar atau sama dengan fc rencana. fc karakteristik dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
fc’= fcm ± k.S , di mana S menyatakan nilai deviasi standar dari hasil uji tekan,
dan k adalah konstanta yang tergantung pada jumlah hasil kuat tekan dari benda
uji (k=1,64 untuk jumlah hasil kuat tekan benda uji lebih besar atau sama dengan
dari 30)

n 0f – f 2
ci cm
S=
l n-l

dimana,
fc’ = Kuat tekan beton karakteristik
fci = Kuat tekan beton yang diuji
fcm = Kuat tekan beton rata-rata

i. Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di bawah 0,85 fc’cek
koefisien.
j. Jika salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi, maka harus
diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari hasil uji kuat tekan berikutnya,
dan langkah-langkah lain untuk memastikan bahwa kapasitas daya dukung dari
bangunan tidak membahayakan.
k. Jika dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa kapasitas daya
dukung bangunan berkurang, maka diperlukan suatu uji bor (core drilling) pada
daerah yang diragukan berdasarkan aturan pengujian yang berlaku. Dalam hal ini
harus diambil paling tidak 3 (tiga) buah benda uji bor inti pada daerah yang tidak
membahayakan bangunan untuk setiap hasil uji tekan yang meragukan atau
terindikasi bermutu rendah seperti disebutkan di atas.
l. Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa dianggap secara
bangunan antara lain cukup baik bila rata-rata kuat tekan dari ketiga benda uji bor
inti tersebut tidak kurang dari 0,85 fc’, dan tidak satupun dari benda uji bor inti yang
mempunyai kekuatan kurang dari 0,75 fc’. Dalam hal ini, perbedaan umur beton
saat pengujian kuat tekan benda uji bor inti terhadap umur beton yang disyaratkan
untuk penetapan kuat tekan beton (yaitu 28 hari, atau lebih bila disyaratkan), perlu
diperhitungkan dan dilakukan koreksi dalam menetapkan kuat tekan beton yang
dihasilkan.

g) Pengujian Tambahan
Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk
menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir, sebagaimana yang
diperintahkan oleh Pengguna Jasa. Pengujian tambahantersebut meliputi :
- Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact Echo, Ultrasonic
Penetration Velocity atau perangkat penguji lainnya (hasil pengujian tidak boleh
digunakan sebagai dasar penerimaan).
- Pengujian pembebanan bangunan atau bagian bangunan yang dipertanyakan.
- Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton.
- Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Pengguna Jasa.
h) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
- Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
disyaratkan,atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang memenuhi ketentuan,atau
yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan, harus mengikuti petunjuk
yang diperintahkan oleh Pengguna Jasa antara lain.
- Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum dikerjakan.
- Penanganan pada bagian bangunan yang hasil pengujiannya gagal.
- Perkuatan, pembongkaran atau penggantian sebagian atau menyeluruh pada bagian
pekerjaan yang memerlukan penanganan khusus.
- Jika terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan beton atau adanya
keraguan dari data pengujian yang ada, Pengguna Jasa dapat meminta Penyedia Jasa
melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa mutu
pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil dengan meminta pihak
ketiga untuk melaksanakannya.
- Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser sesuai dengan ketentuan
dari Spesifikasi ini. Penyedia Jasa harus mengajukan detail rencana perbaikan untuk
mendapatkan persetujuan Pengguna Jasa sebelum memulai pekerjaan.

4.1. Beton Sitemix K-225 , Sitemix K-175


A. Pengukuran
a) Cara Pengukuran
- Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik (m3) pekerjaan beton yang digunakan
dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada gambar kerja atau yang
diperintahkan oleh Pengguna Jasa dengan batas toleransi yang diijinkan dan dibayar
ukuran minimal yang masih masuk dalam toleransi. Tidak ada pengurangan yang akan
dilakukan untuk volume yang ditempati oleh pipa dengan garis tengah kurang dari 20
cm atau oleh benda lainnya yang tertanam seperti "water stop", baja tulangan,
selongsong pipa (conduit) atau lubang sulingan (weephole).
- Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan untuk acuan,
perancah untuk balok dan lantai pemompaan, penyelesaian akhir permukaan,
penyediaan pipa sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya untuk penyelesaian pekerjaan
beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah dianggap termasuk dalam harga
penawaran untuk Pekerjaan Beton.
- Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai beton bangunan
atau beton tidak bertulang. Beton Bangunan harus beton yang disyaratkan atau
disetujui oleh Pengguna Jasa sebagai fc’= 19,3 Mpa (K225) yang dibuktikan hasil tes
kuat tekan berupa slump test tiap volume 1 molen (0,8m3) dilakukan 1 slump tes . Jika
beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih tinggi diperkenankan untuk digunakan di
lokasi untuk mutu (kekuatan) beton yang lebih rendah, maka volumenya harus diukur
sebagai beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih rendah.

b) Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki


- Jika pekerjaan telah diperbaiki, kuantitas yang akan diukur untuk pembayaran harus
sejumlah yang harus dibayar bila mana pekerjaan semula telah memenuhi ketentuan.
- Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan kadar semen
atau setiap bahan tambah (admixture), juga tidak untuk tiap pengujian atau pekerjaan
tambahan atau bahan pelengkap lainnya yang diperlukan untuk mencapai mutu yang
disyaratkan untuk pekerjaan beton.

B. Perhitungan dan Pembayaran


Semua biaya yang timbul akibat Beton (molen) tersebut sepenuhnya menjadi beban dan
tanggung jawab Penyedia Jasa dihitung berdasarkan satuan meter kubik (m3) beton yang terpasang
sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan jadi dan telah disetujui oleh Direksi, semua
biaya sudah termasuk biaya untuk pekerja, bahan, peralatan dan semua pekerjaan penunjang dan
upaya lain untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, serta sudah harus diperhitungkan termasuk
“overhead”.

4.1. Bekisting
a) Jika disetujui oleh Pengguna Jasa, maka acuan dari tanah harus dibentuk dari galian, dan sisi-
sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan.
Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.
b) Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi dan membentuk beton sesuai
dengan keinginan. Cetakan dapat dibuat dari kayu, besi atau bahan lainnya yang cukup kuat
sesuai dengan ukuran–ukuran yang ada di dalam gambar. Untuk bahan cetakan dari
kayu/multiplek maksimal 3 kali pemakaian selama bahan tersebut masih membentuk beton
sesuai dengan desain.
c) Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan berat sendiri adukan beton,
penggetaran beton, beban konstruksi, angin dan tekanan lainnya dengan tidak berubah
bentuk.
d) Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set yang lengkap, gambar cetakan sesuai dengan
ketentuan diatas, untuk mendapatkan persetujuan Pengguna Jasa, sebelum memulai
pekerjaan, walaupun demikian penyerahan tersebut kepada Pengguna Jasa untuk disetujui,
tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor bagi keberhasilannya.
e) Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan beton harus bebas dari sampah, paku,
alur-alur, belahan, atau cacat-cacat lainnya. Mengisi celah-celah sambungan cetakan beton
harus berhati-hati dan dilaksanakan sedemikian rupa agar sanggup mengembang dibawah
pengaruh kelembaban beton tanpa menimbulkan perubahan bentuk cetakan, celah-celah
harus diisi secukupnya untuk mencegah hilangnya air semen. Bagaimanapun penggunaan
kertas dengan tegas dilarang.
f) Pembuatan lubang bagian dalam cetakan untuk pemeriksaan, pembuangan air dapat
dilakukan untuk itu cetakan dapat dibuat sedemikian rupa hingga dapat dengan mudah ditutup
sebelum pengecoran dimulai.
g) Sebelum pengecoran beton semua baut-baut harus dipasang pada posisinya, semua yang
diperlukan dan alat-alat lain untuk menutup lubang harus dipasang pada cetakan. Tidak
diperbolehkan membuat lubang didalam beton tanpa persetujuan Pengguna Jasa.
h) Penggunaan kawat yang diikat untuk menyangga cetakan tidak diijinkan ilakukan pada dinding
beton yang akan tampak.
i) Lubang bekas ikatan kawat harus ditutup dengan beton setelah cetakan dibongkar.
j) Jika batangan logam digunakan untuk menyangga cetakan ujungnya tidak boleh kurang dari
3 cm dari permukaan beton yang terbentuk. Semua permukaan cetakan yang menempel
dengan beton harus dilumasi dengan oli untuk memastikan bahwa cetakan dapat dibuka
dengan mudah.
k) Pelumas harus diterapkan pada cetakan sebelum tulangan dipasang dan harus berhati-hati
mencegah pelumas jangan sampai mengenai besi tulangan. Sebelum pengecoran dan
pembesian semua celah-celah cetakan yang telah diisi harus dibersihkan dan dikeringkan. Bila
cetakan beton dibuat dan siap untuk pengecoran maka harus diperiksa oleh Pengguna Jasa.
Tidak diperkenankan mengecor bila cetakan belum disetujui Pengguna Jasa.
l) Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Pengguna Jasa sekurang-kurangnya 24 (dua
puluh empat) jam sebelum cetakan siap untuk diperiksa.
m) Perhitungan dan Pembayaran.

Semua biaya yang timbul akibat bekistingtersebut sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab
Penyedia Jasa dihitung berdasarkan satuan meter persegi (m2) bekisting yang terpasang sesuai
dan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan jadi dan telah disetujui oleh Direksi, semua biaya
sudah termasuk biaya untuk pekerja, bahan, peralatan dan semua pekerjaan penunjang dan upaya
lain untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan,serta sudah harus diperhitungkan termasuk
“overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.

4.1. Pekerjaan Pembesian


A. Pengertian Umum.
Lingkup pekerjaan besi antara lain, pembesian atau tulangan besi pada beton. Besi tulangan
untuk pekerjaan konstruksi beton dapat berupa besi polos dan besi ulir yang memenuhi ketentuan
standar JIS atau ASTM A615, Grade 60 atau SII 0376-84, dengan karakteristik sebagai berikut :

Property Besi Ulir Besi Polos


Tensile strength (kg/mm2) 45-57 45-57
Yield point (kg/mm2) 30 atau lebih 30 atau lebih
Elongation (%) 16 atau lebih 18 atau lebih
Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa untuk pengadaan besi tulangan
yang akan dipergunakan dan menyerahkan sertifikat produksi pabrik setiap pengirimannya ke lokasi
pekerjaan. Penyedia Jasa dengan biaya sendiri harus melakukan uji material bila diminta Pengguna
Jasa dengan prosedur baku uji yang disetujui Pengguna Jasa.
Tampang melintang besi tulangan yang dikirim ke lokasi kerja harus sama pada seluruh
panjangnya dengan yang disetujui Pengguna Jasa. Dua besi tulangan dengan diameter yang sama
yang diambil secara random dari besi tulangan yang dikirim ke lokasi kerja harus tidak boleh
berbeda lebih dari 2% (dua persen) dari diameter yang disyaratkan. Besi tulangan harus bersih dari
karat, oli, kotoran dan tidak cacat.

B. Pelaksanaan Pekerjaan.
a) Gambar Pembesian
Penyedia Jasa wajib menyerahkan gambar pembesian berikut dengan daftar besi, bentuk
pembengkokantulangan, dimensi atau diameter tulangan, panjang tulangan, berat satuan
tulangan, jumlah tulangan, jarak pemasangan tulangan, total berat tulangan yang dipakai
dan lain sebagainyakepada Pengguna Jasa untuk mendapat persetujuan sebelum
pemasangannya di lokasi pekerjaan, gambar yang telah disetujui tersebut menjadi acuan
pelaksanaan di lapangan dan sebagai dasar perhitungan volume pekerjaan.
Untuk menghitung berat besi tulangan setiap tipe besi, ketentuan berat dalam SNI 07-2052-
1990 yang setara dengan JIS G3112 harus diikuti sbb:

Besi Bulat-Ulir
Diameter (mm) D10 D13 D16 D19 D22 D25 D29 D32
Berat (kg/m) 0,617 1,04 1,58 2,23 2,98 3,85 5,19 6,31

Besi Bulat-Polos
Diameter (mm) 8 10 12 16 19 22 25 28 32
Berat (kg/m) 0,395 0,617 0,888 1,58 2,23 2,98 3,85 4,83 6,31

Bila diameter besi tulangan dalam gambar tidak ada dalam daftar diatas, Penyedia Jsa
akan menetapkan berat besi tulangan yang dipasang di lokasi pekerjaan berdasarkan
ketentuan dalam standar SNI atau JIS.
b) Pemasangan Besi Tulangan
Besi tulangan harus dipotong, ditekuk dan dibentuk sesuai dengan ukuran/dimensi yang
ditunjukkan pada gambar pembesian yang telah disepakati. Besi tulangan harus dipasang
pada lokasi dan posisi yang tepat sesuai dengan gambar dan diikat kuat pada cetakan
beton.Besi tulangan harus menyatu dengan kuat antara satu dengan yang lain sebagai
suatu rangkaian/anyaman yang kokoh yang tidak mudah berubah bentuk dan diikat dengan
kuat pada cetakan dengan posisi yang tepat dan tidak mudah bergeser selama proses
penuangan dan pemadatan beton.Semua ujung-ujung kawat pengikat harus ditekuk ke
arah dalam adukan beton, tidak diijinkan mencuat keluar permukaan beton.Batu tahu untuk
membentuk selimut beton, dibuat dari beton pra-cetak dengan kuat desak tidak kurang dari
tipe beton yang akan dituang, dengan tebal sesuai dengan desain tebal selimut beton diikat
kuat pada cetakan dengan kawat dan disiram air sesaat sebelum beton dituang.Sebelum
penuangan beton dilaksanakan, seluruh besi tulangan harus dibersihkan dari material
lepas, debu, lumpur, kerak, oli atau sisa beton hasil pengecoran sebelumnya yang
menempel/mengeras dan bahan lainnya yang dapat melemahkan ikatan dengan
beton.Penyedia Jasa wajib memberikan waktu tidak kurang dari 24 jam sebelum
pelaksanaan penuangan beton, kepada Pengguna Jasa untuk melakukan pemeriksaan
kesiapan pelaksanaan secara menyeluruh dan memberi persetujuan bila semuanya sesuai
dengan ketentuan dalam spesifikasi.

c) Penyambungan Besi Tulangan


Semua besi tulangan harus dipasang dengan susunan dan panjang seperti pada gambar
kecuali bila ditentukan dan disetujui berbeda oleh Pengguna Jasa.Kecuali yang sudah
ditetapkan dalam gambar penyambungan besi tulangan lainnya tidak diperkenankan tanpa
persetujuan Pengguna Jasa. Penyambungan harus dilakukan dengan overlap sepanjang
mungkin.Panjang overlap antara 2 (dua) besi tulangan yang disambung harus sesuai
dengan gambar. Bila tidak ditunjukkan dalam gambar, panjang overlap harus tidak kurang
dari 40 (empat puluh) diameter besi tulangan dibuat berselang seling (tidak dalam satu
garis). Untuk penyambungan dengan cara overlap, besi tulangan harus dipasang dan diikat
dengan kawat sedemikian sehingga tebal selimut beton tetap memenuhi ketentuan.
d) Selimut Beton
Semua besi tulangan harus dipasang dengan tebal selimut beton sesuai dengan ketentuan
dalam gambar, atau atas perintah Pengguna Jasa.

C. Perhitungan dan Pembayaran


Semua biaya yang timbul akibat pembesian tersebut sepenuhnya menjadi beban dan tanggung
jawab Penyedia Jasa dihitung berdasarkan satuan kilogram (kg) pembesian yang terpasang sesuai
dan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan jadi dan telah disetujui oleh Direksi, semua biaya
sudah termasuk biaya untuk pekerja, bahan, peralatan dan semua pekerjaan penunjang dan upaya
lain untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, serta sudah harus diperhitungkan termasuk
“overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.

6. PEKERJAAN LAIN-LAIN

6.1. Pengadaan dan Pemasangan Skat Elastis Joint = 1 cm


a. Ketentuan Umum
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan/material Elastis Joint dan pemasangan pada setiap
jarak 4 meter parapet seperti tertera pada gambar rencana atau yang diperintahkan oleh
Pengguna Jasa.
Elastis Joint tersebut terbuat dari bitment karet yang dicor panas berkualitas baik, dengan
panjang sesuai ketebalan konstruksi atau gambar yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa.
b. Perhitungan dan Pembayaran
Semua biaya yang timbul akibat pemasangan elastis joint tersebut sepenuhnya menjadi beban
dan tanggung jawab Penyedia Jasa dihitung berdasarkan satuan meter persegi (m2) elastis
joint yang terpasang sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan jadi dan telah
disetujui oleh Direksi, semua biaya sudah termasuk biaya untuk pekerja, bahan, peralatan dan
semua pekerjaan penunjang dan upaya lain untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, serta
sudah harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.

6.2. Plastik Cor


a. Ketentuan Umum
Fungsi utama dari plastik cor adalah untuk mencegah terjadinya rembesan air, sehingga
konstruksi tidak lembab
Plastik cor untuk proyek pembangunan rivetmen ini berwarna bening atau transparan bersih.
Dari segi kualitas, plastik cor bening memiliki ketebalan 50 micron dan terbuat dari bahan plastik
PE. Plastik jenis ini terdiri dari 2 lapis dengan panjang kurang lebih 25 meter dan lebar 1 meter.
Karena bentuknya menyerupai sarung, plastik cor bening dapat digunting menjadi dua bagian
dan dibentangkan menjadi 2 meter lebarnya..
b. Perhitungan dan Pembayaran
Semua biaya yang timbul akibat pemasangan plastic cor tersebut sepenuhnya menjadi beban
dan tanggung jawab Penyedia Jasa dihitung berdasarkan satuan meter persegi (m2) plastic cor
yang terpasang sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan jadi dan telah disetujui
oleh Direksi, semua biaya sudah termasuk biaya untuk pekerja, bahan, peralatan dan semua
pekerjaan penunjang dan upaya lain untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, serta sudah
harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan
6.3. Pekerjaan Pemasangan Bronjong tebal 50 cm
1. Umum
a) Bronjong adalah anyaman kawat baja yang dilapisi dengan seng atau galvanis. Anyaman
kawat baja ini membentuk sebuah kotak atau balok. Bagian dalamnya diisi dengan batu-
batu berukuran besar untuk mencegah erosi. Biasanya dipasang pada area tebing atau
tepi sungai yang menjalani pekerjaan normalisasi serta untuk mengatasi gerusan akibat
arus sungai. Karena kekuatan kawat baja ini cukup tinggi, maka untuk menganyam dan
membentuknya membutuhkan tenaga mesin.
b) Anyaman kawat baja ini dibuat dengan teknik lilitan ganda yang membentuk lubang-
lubang berbentuk segi enam. Anyaman ini diikat secara kuat di antara sisi- sisinya
sehingga tidak mudah terurai.
c) Galian harus memenuhi ketentuan dari Bagian Pekerjaan Galian, termasuk kunci pada
tumit yang diperlukan untuk pasangan bronjong. Landasan harus dipasang sesuai dengan
ketentuan. Seluruh permukaan yang disiapkan harus disetujui oleh Koordinator
Pengawas/Pengawas Lapangan sebelum penempatan pasangan bronjong.
2. Bahan
a) Bronjong Kawat Pabrikasi
i). Spesifikasi
Harus terbuat dari bahan baja karbon rendah berlapis galvanis tebal, minimum untuk
kawat anyaman harus 0,26 kg/m2, untuk kawat tulangan tepi harus 0,275 kg/m2,
untuk kawat pengikat harus 0,24 kg/m2, yang memenuhi BS 1052/80 dan BS 443/82.
ii). Diameter kawat
• Kawat ikat diameter 2,0 mm, dengan toleransi ± 4%
• Kawat anyaman diameter 3,0 mm, dengan toleransi ± 4%
• Kawat sisi diameter 4,0 mm, dengan toleransi ± 4%
iii). Kuat Tarik
Minimun 41,0 kg/mm² dibuktikan dengan uji laboratorium apabila menganyam
manual
iv). Jumlah Puntiran
• Kawat diameter 3,0 mm, minimum 26 kali
• Kawat diameter 4,0 mm, minimum 21 kali
v). Lapisan Seng
• Kawat diameter 2,0 mm, minimum 240 gram/m²
• Kawat diameter 2,7 mm, minimum 265 gram/m²
• Kawat diameter 3,0 mm, minimum 275 gram/m²
• Kawat diameter 4,0 mm, minimum 290 gram/m²
vi). Ukuran bronjong kawat dan kemasan
• 2 x 1 x 0,5 m dalam unit
• 2 x 1 x 1,0 m dalam unit
vii). Diafragma/Sekat
Setiap 1 (satu) meter panjang
viii). Karakteristik Bronjong Kawat Pabrikasi
• Anyaman harus merata berbentuk segi enam yang teranyam dengan tiga lilitan
dengan bukaan lubang kira-kira 80 mm x 110 mm (toleransi ± 10%), dengan kuat
tarik anyaman sebesar 42 - 50 kN/ m. Keliling tepi dari anyaman kawat harus
diikat pada kerangka bronjong sehingga sambungan-sambungan yang diikatkan
pada kerangka harus sama kuatnya seperti pada badan anyaman.
• Keranjang harus merupakan unit tunggal dengan dimensi yang disyaratkan
dalam Gambar dan dibuat sedemikian sehingga dapat dikirim ke lapangan
sebelum diisi dengan batu. Tiap Bronjong Kawat Pabrikasi harus diberi
diaphragma/sekat setiap jarak 1 meter. Sekat ini harus disatukan dengan cara
dililit dengan kawat pengikat pada bagian dasar bronjong.
• Kawat pengikat adalah kawat yang dipakai untuk merakit Bronjong dan
digunakan sebagai Bracing untuk mencegah menggelembungnya keranjang
bronjong. Spasi kawat pengikat tidak boleh lebih dari 150 mm. Prosedur untuk
menggunakan kawat pengikat terdiri dari pemotongan kawat dengan panjang
secukupnya dan pelilitan kawat pengikat ke anyaman kawat. Mulai dengan
mengikat dengan dua lilitan atau satu lilitan melalui setiap lubang anyaman dan
terakhir, ikatkan kawat pengikat ke anyaman kawat. Tempatkan diafragma
dalam posisi vertikal, dan ikat ke sisi panel dengan cara yang sama.
• Semua kawat baja yang dipakai dalam pembuatan Bronjong harus sesuai
dengan ketentuan dalam BS 1052/80, dan BS 443/82. Kuat tarik dari kawat baja
= 41 - 51 kg/mm2.
• Lapisan galvanis pada kawat harus tetap melekat meskipun kawat tersebut
dililit melingkar sebanyak 6 (enam) kali pada batang uji dan tidak mengelupas
atau retak bila digosok dengan jari-jari telanjang.
• Anyaman kawat harus dibuat dengan mesin penganyam, membentuk segi enam
yang masing-masing sama ukurannya, dengan cara melilitkan setiap pasangan
kawat sebanyak 3 (tiga) lilitan (double twist), dengan kuat tarik anyaman minimal
sebesar 42 kN/m.
• Semua ujung anyaman yang terpotong kecuali ujung bawah dari penyekat,
harus terikat kuat pada kawat sisi yang mempunyai diameter paling sedikit 0.70
mm lebih besar dari kawat anyamannya (= 4,4 mm).
• Bagian sisi anyaman harus dianyam menyatu dengan keranjang anyaman
sebagaimana dijelaskan di uraian di atas, dengan kawat sisi paling sedikit 0.70
mm lebih besar untuk keranjang Bronjong berlapis PVC.
• Kawat pengikat dan penyambung harus juga terbuat dari heavy galvanized
dengan lapisan PVC serta cukup tersedia untuk keranjang-keranjang Bronjong
Angkur, agar perakitan keranjang Bronjong Angkur pada pekerjaan konstruksi
bisa sempurna. Diameter kawat pengikat harus 3.00 mm dan berlapis PVC.
b) Batu
Material batu yang akan dipakai untuk Bronjong Kawat Pabrikasi harus terdiri dari
batu yang bersih, keras dan dapat tahan lama, berbentuk bulat atau persegi. Ukuran
batu yang diijinkan untuk digunakan adalah antara 25 cm - 35 cm (toleransi 5%) dan
sekurang-kurangnya 85% dari batuan yang digunakan harus mempunyai ukuran
yang sama atau lebih besar dari ukuran tersebut serta tidak boleh ada batuan yang
diijinkan melewati lubang anyaman
3. Alat
Alat yang digunakan untuk pekerjaan Pasangan Bronjong yaitu tang, gerobak dorong,
linggis. Sedangkan bronjongnya itu sendiri biasanya sudah dirakit, karena melakukan
perakitan bronjong di tempat kerja dianggap tidak ekonomis, sehingga persiapan alat
dan perlengkapan untuk merakit bronjong itu sendiri meliputi : tang, gegep, alat pelilit,
alat pengunci, martil kayu/karet.
4. Metode Pelaksanaan
a) Persiapan
i). Galian harus memenuhi ketentuan dari Bagian Pekerjaan Galian, termasuk kunci
pada tumit yang diperlukan untuk pasangan bronjong.
ii). Landasan harus dipasang sesuai dengan ketentuan.
iii). Seluruh permukaan yang disiapkan harus disetujui oleh Koordinantor
Pengawas/Pengawas Lapangan sebelum penempatan pasangan bronjong.
b) Penempatan Bronjong
i). Keranjang bronjong harus dibentangkan dengan kuat untuk memperoleh bentuk
serta posisi yang benar dengan menggunakan batang penarik atau ulir penarik kecil
sebelum pengisian batu ke dalam kawat bronjong.
ii). Sambungan antara keranjang haruslah sekuat seperti anyaman itu sendiri.
iii). Setiap segi enam harus menerima paling sedikit dua lilitan kawat pengikat dan
kerangka bronjong antara segi enam tepi paling sedikit satu lilitan.
iv). Paling sedikit 15 cm kawat pengikat harus ditinggalkan sesudah pengikatan terakhir
dan dibengkokkan ke dalam keranjang.
c) Pemasangan Batu
i). Batu harus dimasukkan satu demi satu sehingga diperoleh kepadatan maksimum
dan rongga seminimal mungkin.
ii). Bilamana tiap bronjong telah diisi setengah dari tingginya, dua kawat berlebihan agar
terjadi penurunan (settlement).
iii). Sisi luar batu yang berhadapan dengan kawat harus mempunyai permukaan yang
rata dan bertumpu pada anyaman.
iv). Setelah pengisian, tepi dari tutup harus dibentangkan dengan batang penarik atau
ulir penarik pada permukaan atasnya dan diikat.
v). Bilamana keranjang dipasang satu di atas yang lainnya, sambungan vertikal harus
dibuat berselang seling.
d) Pengerjaan Mantel Beronjong (Beton Cor 1:2:3)
i). Seluruh permukaan batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai jenuh sebelum
ditempatkan.
ii). Beton harus diletakkan di atas batu yang telah dipasang sebelumnya selanjutnya
batu yang baru akan diletakkan di atasnya.
iii). Celah-celah antar batu dapat diisi sebagian dengan batu baji atau batu-batu kecil,
sedemikian hingga sisa dari rongga-rongga tersebut harus terisi.
5. Contoh Pekerjaan
a) Sebelum permulaan pekerjaan bronjong, Penyedia harus menyerahkan contoh
anyaman kawat bronjong sesuai spesifikasi diletakkan di Kantor lapangan sejumlah 1
(satu) contoh per jenis kawat. Semua pekerjaan harus sederajat dengan/atau lebih baik
dari contoh.
b) Apabila volume pekerjaan bronjong ≥ 100 m3, Penyedia wajib mengirimkan bahan
untuk pengujian standart kawat di Laboratorium. Penyedia wajib mengirimkan 5 (lima)
contoh anyaman kawat dari kawat yang dipergunakan di lapangan, setiap volume 100
m3 untuk dilakukan pengetesan di Laboratorium. Hasil pengetesan harus sederajat
atau lebih baik dari standart kawat tersebut diatas. Selanjutnya untuk volume > 100 m3
jumlah contoh kawat akan ditentukan oleh Koordinator Pengawas/Pengawas
Lapangan.
c) Apabila volume pekerjaan bronjong < 100 m3 maka pembuatan benda uji boleh kurang
dari 5 buah, namun harus menjamin keterwakilan secara keseluruhan kawat yang
digunakan.
6. Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran untuk pekerjaan pasangan bronjong dibuat dalam volume yang sesuai ukuran
dalam gambar atau petunjuk Pengguna Jasa. Pembayaran pasangan batu dibuat dalam
harga satuan per m³ seperti yang ada pada gambar dan tercantum dalam Daftar Kuantitas
dan Harga.

6.4. Pasangan Pipa Suling - suling


a. Ketentuan Umum
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan/material PVC dan pemasangan pada dinding penguat
(retaining walls), dinding-dinding pasangan batu, pasangan beton dan bangunan lain termasuk
pemasangan gravel filter dan lapisan Geotextile non woven t. 2 mm seperti tertera pada gambar
rencana atau yang diperintahkan oleh Pengguna Jasa. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini
Penyedia Jasa harus memperhatkan ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Pipa tersebut terbuat dari Polyvinyle Cloride (PVC) berkualitas baik, tidak pecah dan
berdiameter tidak kurang 2 inch, dengan panjang sesuai ketebalan konstruksi atau gambar
yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa.
b. Perhitungan dan Pembayaran
Semua biaya yang timbul akibat Pasangan Pipa Suling-Suling tersebut sepenuhnya menjadi
beban dan tanggung jawab Penyedia Jasa dihitung berdasarkan satuan meter (m) pipa pvc
yang terpasang sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan jadi dan telah disetujui
oleh Direksi, semua biaya sudah termasuk biaya untuk pekerja, bahan, peralatan dan semua
pekerjaan penunjang dan upaya lain untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, serta sudah
harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.

6.5. Pemasangan U-ditch 100x100x120


1. Umum
Bagian ini agar dipakai dalam hubungan dengan bagian-bagian lain dari spesifikasi teknis
dan gambar-gambar. Apabila ada hal-hal yang bertentangan, maka bagian inilah yang harus
didahulukan.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Kontrak ini mencakup pekerjaan pemasangan saluran U – Ditch, dan Pasangan Penahan
U - Ditch.
b. Batas pekerjaan seperti terindikasikan dalam gambar.
Pekerjaan pembuangan sisa material atau kotoran termasuk scope pekerjaan ini.
Pekerjaan Pemindahan utilitas yang ada jika diperlukan dan seijin pemilik proyek termasuk
scope pekerjaan ini.
c. Kontraktor berkewajiban membuat saluran sementara untuk mengendalikan air
selama waktu konstruksi.
d. Kontraktor wajib menyiapkan shop drawing apabila diminta oleh Pengawas.
e. Pada tiap akhir satu tahap pekerjaan , Kontraktor berkewajiban membuat as built
drawing dari pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan dan diserahkan kepada pihak PPK atau
Pejabat Pembuat Komitmen.
1. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan
a) Pekerjaan Penentuan Titik Pengukuran / Pematokan
1. Pengukuran dan pemasangan bouwplank titik duga (0 peil) ditentukan bersama-
sama Pihak Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK) / Pengawas. Patok-patok
berukuran minimal 5/7 cm dan papan bouwplank 3/20 dengan panjang kurang lebih
4 m dan terbuat dari kayu. Papan patok harus keras dan tidak berubah posisinya,
tanda-tanda dan sumbu harus teliti dan jelas, dicat dengan cat menie.
2. Kontraktor harus memasang dan mengukur secara teliti patok monumen (BM) pada
lokasi tertentu sepanjang proyek, untuk memungkinkan perencanaan kembali dan
pengukuran sipat datar dari perkerasan atau penentuan titik dari pekerjaan yang
akan dilakukan. Patok permanen harus dibangun diatas tanah yang tidak akan
terganggu / dipindahkan.
3. Kontraktor harus menentukan titik patok konstruksi yang menunjukkan garis dan
kemiringan untuk lebar perkerasan, lebar bahu dan drainase / U - Ditch sesuai
dengan penampang melintang standar yang diberikan dalam gambar rencana dan
harus mendapatkan persetujuan dari Pihak Pengawas sebelum memulai
konstruksi.
4. Bahan
a. Saluran U-Ditch
Supplier pemasok U - Ditch harus menyertakan sertifikat yang memuat dimensi,
ketebalan, beban maksimum diatas decker yang diijinkan ketebalan timbunan diatas
decker dsb, yang memungkinkan untuk memilih U - Ditch berdasarkan beban
kendaraan / timbunan yang terjadi pada jalur U - Ditch terpasang.
b. Pekerjaan galian dan yang berhubungan denganya.
- Galian harus dibuat sedemikian sehingga U - Ditch dapat diletakkan pada lintasan
dan kedalaman yang dikehendaki, dan penggalian hanya dilakukan pada saluran
yang akan dipasang seperti pada yang diperbolehkan oleh pengawas. Galian
harus dikeringkan dan dijaga selama pelaksanaan pekerjaan sehingga pekerja
dapat bekerja didalamnya dengan aman dan efisien .
- Lebar galian harus cukup untuk dapat meletakkan pipa dan menyambungkanya
dengan baik, dan “Bedding” maupun timbunan harus ditempatkan dan dipadatkan
seperti tertera dalam gambar atau sesuai instruksi pengawas. Galian harus dibuat
dengan lebar extra, bila diperlukan memasukan penyangga-penyangga galian dan
peralatan-peralatan yang diperlukan.
- Galian harus dibuat dengan kedalaman sesuai dengan keperluan.
- Jika dasar galian ternyata tidak stabil atau mengandung bahan- bahan tidak stabil
seperti debu-debu, sampah dan sebagainya dan dalam pandangan pengawas
harus disingkirkan, maka kontraktor harus mengadakan penggalian dan
menyingkirkan bahan-bahan yang tidak stabil tersebut. Jika menurut pendapat
pengawas diperlukan pondasi khusus, seperti penggantian tanah atau
penimbunan dengan bahan yang sesuai, Kontraktor harus mengerjakannya
sesuai petunjuk pengawas, tidak ada biaya tambahan yang diberikan untuk
pekerjaan ini.
- Galian harus diberi perkuatan jika perlu sehingga tidak runtuh, menjaga para
pekerja untuk bekerja dengan aman dan mengamankan permukaan jalan dan
bangunan–bangunan lainnya seperti yang ditunjukkan oleh pengawas.
- Kontraktor bertanggung jawab penuh dan agar membuat drainase sementara
pada area konstruksi untuk menjaga agar daerah konstruksi selalu dalam keadaan
kering. Pengalihan aliran air dan semua tindakan teknis lainya agar dilaksanakan
untuk melindungi area kerja tetap dalam keadaan kering . Kontraktor bertanggung
jawab penuh atas kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan dalam melaksanakan
hal tersebut, serta harus memperbaikinya. Tidak ada biaya tambahan dalam hal
ini.
- Kontraktor harus membuat rambu lalu lintas sementara untuk pengaman.
c. Pemasangan U - Ditch.
- Untuk mendapatkan keamanan dan keberhasilan pekerjaan, kontraktor harus
menggunakan semua peralatan dan fasilitas yang telah disetujui pengawas.
Semua U - Ditch harus diturunkan ke dalam galian yang alasnya sudah diberi pasir
serta pada bagian sambungan sudah diberi lantai kerja yang levelnya sudah
benar, secara hati-hati dengan peralatan derek, tali peralatan yang memadai untuk
mengamankan pipa beton. Dalam keadaan apapun juga tidak boleh dijatuhkan
kedalam galian. Jika terjadi kerusakan, kerusakan harus segera dilaporkan
kepada pengawas. Pengawas akan menginstruksikan untuk mengadakan
perbaikan atau membuang bahan-bahan yang rusak tersebut
- Semua U - Ditch harus diperiksa dengan teliti terhadap retak- retak dan kerusakan-
kerusakan lainnya ketika saluran berada diatas galian, jika terjadi kerusakan U -
Ditch / beton segera diganti sebelum pemasanganya pada posisi terakhir. Saluran
harus diletakkan dekat galian untuk diperiksa oleh pengawas, yang akan
menentukan perbaikan atau dibuang.
- Untuk U - Ditch / beton dengan kemiringan antara 1/5 sampai dengan 1/10, agar
tidak terjadi pergeseran U - Ditch, maka pada sambungan harus diberi angkur dari
beton yang ditanam pada kedalaman minimal 50cm dibawah sambungan.
- Saluran kotoran dan sisa lapisan (coating) harus dihilangkan dari tiap U - Ditch
harus dibersihkan, kering dan bebas dari lemak, minyak sebelum pipa dipasang.
- Harus dijaga agar bahan-bahan lain tidak masuk ke dalam U - Ditch ketika U -
Ditch diletakkan. Selama pekerjaan berlangsung tidak boleh ada bahan-bahan,
peralatan, pakaian atau barang- barang lain diletakkan diatas U - Ditch. Pada
waktu pemasangan U - Ditch dalam galian, letak akhir harus tepat dengan ujung
U - Ditch dan dipasang dengan lintasan dan sudut yang benar. Harus dijaga agar
kotoran tidak masuk kedalam ruang antara sambungan U - Ditch.

Anda mungkin juga menyukai