Anda di halaman 1dari 167

DIKLAT PEMBANTU

PENGAWASAN PEKERJAAN
JALAN DAN JEMBATAN

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JALAN, PERUMAHAN
PERMUKIMAN DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR 1
Ajang Zaenal Afandi
1. UNDANG-UNDANG JALAN Nomor 38 Tahun
2004 Tentang Jalan DAN PP NOMOR 34 TAHUN
2006 TENTANG JALAN
2. UNDANG-UNDANG JASA KONSTRUKSI
(UUJK) No.02 Tahun 2017
3. SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (SMK3)
4. ETOS /BUDAYA KERJA PNS
 5.SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN
 (SML)

Ajang Zaenal Afandi


UU Jalan Nomor 38 Tahun 2004
dan
PP Nomor 34 Tahun 2006
Tentang Jalan

3
I. UU Jalan Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
1) Asas,Tujuan dan Lingkup
2) Peran Jalan
3) Pengelompokan Jalan
4) Bagian – Bagian Jalan
5) Wewenang Penyelenggaraan Jalan
6) Larangan
7) Peran Masyarakat
8) Ketentuan Pidana dan kelalain

Ajang Zaenal Afandi


Con’t
I. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN
1) Jalan Umum
2) Sistem Jaringan Jalan

3) Persyaratan Teknis Jalan

4) Fungsi Jalan

5) Status Jalan

6) Kelas Jalan

7) Spesifikasi Penyediaan Prasarana Jalan

8) Bagian - Bagian Jalan dan Pemanfaatan Bagian - Bagian Jalan

9) Izin, Rekomendasi dan Dispensasi

10) Wewenang Penyelenggaraan Jalan

11) Perubahan Fungsi Dan Status Jalan

12) Penyelenggaraan Jalan

13) Peran Masyarakat

14) Jalan Khusus


JALAN ITU APA ?!

DEFINISI JALAN :

Prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,


Termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang di –
Peruntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah,
Di atas permukaan tanah, bawah permukaan tanah dan/atau air,
Serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan
Jalan rel
(UU 38/2004 Tentang : Jalan, Pasal 1., ayat 4)
1) Asas,Tujuan dan Lingkup
1.Azas
Asas kemanfaatan, keamanan dan keselamatan, keserasian, keselarasan
dan keseimbangan, keadilan, transparansi dan akuntabilitas,
keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, serta kebersamaan dan
kemitraan.

2. Pengaturan penyelenggaraan jalan bertujuan


untuk:
a) mewujudkan ketertiban dan kepastian hukum dalam penyelenggaraan
jalan;
b) mewujudkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan jalan;
c) mewujudkan peran penyelenggara jalan secara optimal dalam
pemberian layanan kepada masyarakat;
d) mewujudkan pelayanan jalan yang andal dan prima serta berpihak pada
kepentingan masyarakat;
e) mewujudkan sistem jaringan jalan yang berdaya guna dan berhasil guna
untuk mendukung terselenggaranya sistem transportasi yang terpadu; dan
f) mewujudkan pengusahaan jalan tol yang transparan dan terbuka
1) Asas,Tujuan dan Lingkup

Lingkup pengaturan dalam Undang-Undang ini


mencakup penyelenggaraan:

a)Jalan umum yang meliputipengaturan, pembinaan,


pembangunan, dan pengawasan;
b)Jalan tol yang meliputi pengaturan, pembinaan, pengusahaan,
dan pengawasan; dan
c)Jalan khusus
1) Peran Jalan
Apa Bedanya Peranan dan Fungsi Jalan ?

Dalam aturan perundang-undangan baru (UU 38/2004), peran dan


Fungsi jalan dibedakan

Peran Jalan (UU 38/2004, Pasal 5) :


1) Sebagai bagian prasarana transportasi : mempunyai peran penting
dalam bd. Ekonomi, sosial, budaya, LH., politik, hankam, serta
dipergunakan utk sebesar-2 kemakmuran rakyat.
2) Sebagai prasarana distribusi barang dan jasa : merupakan urat
nadi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
3) Merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan : menghubungkan
dan mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia

Kata kunci :
Hidup - Kebutuhan – Bergerak – Jalan - Efisien
3) PENGELOMPOKAN JALAN:

1. Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan


umum dan jalan khusus.
2. Jalan umum sebagaimana dimaksud pada butir 1.
dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan
kelas.
3. Jalan khusus sebagaimana dimaksud pada butir 1.
bukan diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam
rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai jalan khusus
sebagaimana dimaksud pada butir 3. diatur dalam
peraturan pemerintah.
3). PENGELOMPOKAN JALAN BERDASARKAN
SISTEM JARINGAN JALAN :
(UU 38/2004, Pasal 7)

SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER :


Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk pengembangan
sbemua wilayah di tingkat nasional, dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi
yang berwujud pusat-pusat kegiatan

SISTEM JARINGAN JALAN SKUNDER :


Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di
dalam kawasan perkotaan
Sistem Jaringan Jalan Primer
JALAN ARTERI
PRIMER
PKN (JAP) PKN

JALAN ARTERI
JALAN ARTERI PRIMER PRIMER
(JAP) (JAP)

JALAN KOLEKTOR
PKW PRIMER PKW
(JKP)

JALAN JALAN KOLEKTOR


LOKAL JALAN KOLEKTOR PRIMER PRIMER
PRIMER (JKP) (JKP)
(JLP)

JALAN LOKAL
PKL PRIMER PKL
(JLP)

JALAN
LOKAL JALAN LOKAL PRIMER
PRIMER (JLP)
(JLP)

PK
DIBAWAH
PKL

JALAN
LOKAL JALAN LOKAL PRIMER
PRIMER (JLP)
(JLP)

PERSIL
Sistem Jaringan Jalan Sekunder
F1
Kawasan
Primer

JALAN ARTERI
JALAN ARTERI SEKUNDER SEKUNDER
(JAS) (JAS)

JALAN ARTERI F 2.1


F 2.1 SEKUNDER Kawasan
Kawasan (JAS) Sekunder
Sekunder
I
I

JALAN ARTERI
JALAN ARTERI SEKUNDER
SEKUNDER
(JAS)
(JAS)

JALAN KOLEKTOR
F 2.2 F 2.2
SEKUNDER
Kawasan Kawasan
Sekunder (JKS)
Sekunder
II II

JALAN
LOKAL JALAN KOLEKTOR SEKUNDER
SEKUNDER (JKS)
(JLS)

JALAN F 2.3 F 2.3


JALAN LOKAL
LOKAL Kawasan Kawasan
SEKUNDER
Sekunder Sekunder
SEKUNDER (JLS)
III III
(JLS)

JALAN LOKAL SEKUNDER (JLS)

JALAN LOKAL
Perumahan
SEKUNDER Perumahan
(JLS)
Pelabuhan
dan
Pelabuhan Pelabuhan
Pergudangan
dan Bandar dan
Pelabuhan
Pergudangan Udara Pergudangan
Bandar dan Bandar
Udara Pergudangan Udara
Bandar
Udara

Kawasan
Perdagangan
Kawasan Kawasan
Regional
Perdagangan Kawasan Perdagangan
Kawasan
Regional Industri Regional
Kawasan Perdagangan Kawasan
Industri Regional Industri
Kawasan
Industri

Arteri Primer (Jalan Nasional)

Kolektor Primer

Arteri Sekunder

Kolektor Sekunder
Kawasan Primer Lokal Sekunder
Kawasan Sekunder
Perumahan
Batas Administrasi
Pelabuhan
Pelabuhan
Bandar dan
Bandar dan
Udara Pergudangan
Udara Pergudangan

Kawasan
Kawasan
Kawasan Perdagangan
Kawasan Perdagangan
Industri Regional
Industri Regional

Keterangan :

Kawasan Primer Sistem Primer

Kawasan Sekunder Jalan Arteri Sekunder

Perumahan Jalan Kolektor Sekunder


Batas Kota Jalan Lokal Sekunder

SKETSA HIPOTESIS HIRARKI JALAN KOTA


3) PENGELOMPOKAN JALAN BERDASARKAN
FUNGSI JALAN :
(UU 38/2004, Pasal 8)
JALAN ARTERI :
Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri – ciri
Mobilitas perjalanan jarak jauh, kecepatan rata – rata tinggi, dan jumlah
jalan masuk dibatasi secara berdaya guna

JALAN KOLEKTOR :
Jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian
dengan ciri – ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata –
rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

JALAN LOKAL :
Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri – ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata – rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Akses ke
JALAN LINGKUNGAN :
Tata Guna Lahan
Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan
dengan ciri-ciri Perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata -
rata rendah
3). PENGELOMPOKAN JALAN BERDASARKAN
STATUS JALAN :
(UU 38/2004, Pasal 9)
JALAN NASIONAL :
Jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang meng
hubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional serta jalan tol
JALAN PROVINSI :
Jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibu
kota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/
kota dan jalan strategis provinsi
JALAN KABUPATEN :
Jalan lokal dalam sistem jaringan jaringan jalan primer yang menghubungkan
ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibu
kota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal (PKL), antar PKL, serta jalan
umum dalam sistem jaringan jalan skunder dalam wilayah kabupaten dan jalan
strategis kabupaten
JALAN KOTA :
Jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan pu-
sat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubung
kan antar pusat permukiman yang berada di dalam kota
JALAN DESA :
Jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar permukiman di da
lam desa, serta jalan lingkungan
3) PENGELOMPOKAN KELAS JALAN :
(Berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarananya)
JALAN BEBAS HAMBATAN (FREEWAY) :
Jalan umum untuk lalu lintas menerus yang memberikan pelayanan
menerus/tidak terputus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh,
dan tanpa adanya persimpangan sebidang, serta dilengkapi dengan pagar
ruang milik jalan, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah dan dilengkapi
dengan median

JALAN RAYA (HIGHWAY) :


Jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk
secara terbatas dan dilengkapi dengan median, paling sedikit 2 (dua) lajur
setiap arah

JALAN SEDANG (ROAD) :


Jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dengan pengendalian jalan
masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah
dengan lebar paling sedikit 7 (tujuh) meter

JALAN KECIL (STREET) :


Jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat, paling sedikit 2 (dua)
lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar paling sedikit 5,5 (lima setengah)
meter
KELAS JALAN DAN SPESIFIKASI PRASARANA JALAN :
(UU 38/2004, Pasal 10)
Pengaturan kelas jalan dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan
di bidang lalu lintas dan angkutan jalan (UU 14/1992 Dan PP No. 43/1993 )
Kelas jalan dibagi ke dalam kelas I, II, IIIA, IIIB dan IIIC berdasarkan kemam
puannya untuk dilalui oleh kendaraan dengan dimensi dan MST tertentu.

KELAS KELAS
KELAS I KELAS II IIIA IIIB KELAS IIIC
FUNGSI ARTERI /
JALAN ARTERI ARTERI KOLEKTOR KOLEKTOR KOLEKTOR
DIMENSI / MAKS. MAKS. MAKS. MAKS. MAKS.
LBR.KEND 2,50 M 2,50 M 2,50 M 2,50 M 2,10 M
DIMENSI / MAKS. MAKS. MAKS. MAKS. MAKS.
PJG.KEND 18,0 M 18,0 M 18,0 M 12,0 M 9,0 M
> 10
MST TON 10 TON 8 TON 8 TON 8 TON

Pengelompokan Kls Jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarananya :


- JALAN BEBAS HAMBATAN
- JALAN RAYA
- JALAN SEDANG
- JALAN KECIL
1) Jalan Kelas I :
yaitu Jalan Arteri yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar maksimum 2,50 m,
ukuran panjang maksimum 18,00 m dan
MST yang diijinkan > 10 Ton
2) Jalan Kelas II :
yaitu Jalan Arteri yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar maksimum 2,50 m,
ukuran panjang maksimum 18,00 m dan
MST yang diijinkan 10 Ton.
3) Jalan Kelas III A :
yaitu Jalan Arteri atau Jalan Kolektor yang
dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar
tidak melebihi 2,50 m, ukuran panjang
tidak melebihi 18,00 m dan MST yang
diijinkan 8 Ton.
4) Jalan Kelas III B :
yaitu Jalan Kolektor yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi
2,50 m, ukuran panjang tidak melebihi
12,00 m dan MST yang diijinkan 8 Ton.
5) Jalan Kelas III C :
yaitu Jalan Lokal yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi
2,10 m, ukuran panjang tidak melebihi
9,00 m dan MST yang diijinkan 8 Ton.
TYPIKAL PENAMPANG (BAGIAN) JALAN

Patok RMJ Pembersihan Rumija


Saluran diperkeras Lapisan Aus
Pas. Batu dg. Mortal
Lapisan Pondasi (Atas, Bawah)
Bahu diperkeras
Bahu Diperkeras

Patok RMJ

Jalur Lalu - Lintas Bahu Jalan


Bahu Jalan
Drainase

Ruang Milik Jalan

Ruang Pengawasan Jalan

Lihat Aturan Ruang Jalan (RPP Jalan) !


4). BAGIAN-BAGIAN JALAN :
(UU 38/2004, Pasal 10)

RUANG MANFAAT JALAN :


- Badan jalan
- Saluran tepi jalan
- Ambang pengaman jalan

RUANG MILIK JALAN :


- Ruang manfaat jalan, ditambah
- Sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan

RUANG PENGAWASAN JALAN :


Ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah
pengawasan Penyelenggara jalan
5). WEWENANG PEMERINTAH (PUSAT, PROV.,
KAB.,KOTA)
(UU 38/2004, Pasal 14, 15,16)
WEWENANG PENYELENGGARAAN JALAN :
- Pemerintah : Jalan Nasional
- Pemerintah Provinsi : Jalan Provinsi
- Pemerintah Kabupatn : Jalan Kabupaten dan Jalan Desa
- Pemerintah Kota : Jalan Kota

Penyelenggaraan Jalan meliputi :


- PENGATURAN : kebijakan penyelengg. jalan, pedoman operasional, penetapan
status jalan, perencanaan jaringan jalan
- PEMBINAAN : bimbingan, penyuluhan, pelatihan, litbang tekn. terapan, dll
- PEMBANGUNAN : perencanaan teknis, pemrograman & penganggaran, pengada
an lahan, pelaks. Kontruksi, pengoperasian dan pemeliharaan,
pengelolaan sistem manajemen jalan
- PENGAWASAN : Evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan, pengendalian fungsi
dan manfaat hasil pembangunan jalan
PENGATURAN JALAN (ASPEK PENETAPAN JARINGAN)
(UU 38/2004, Pasal 17, 18, 19, 20, 21)

PEMERINTAH :
- Penetapan fungsi jalan untuk ruas jalan arteri dan jalan kolektor yang meng-
hubungkan antar ibukota provinsi dalam jaringan jalan primer
- Penetapan status jalan nasional
- Penyusunan perencanaan umum jaringan jalan nasional

PEMERINTAH JALAN PROVINSI :


- Penetapan fungsi jalan dalam sistem jaringan jalan skunder dan jalan kolektor
yang menghubungkan ibukota provinsi dg ibukota kabupaten, antar ibukota kabu
paten, jalan lokal dan jalan lingkungan dlm sistem jaringan primer
- Penetapan status jalan provinsi
- Penyusunan perencanaan umum jaringan jalan provinsi

PEMERINTAH KABUPATEN :
- Penyusunan pedoman operasioanl penyelenggaraan jalan kabupaten dan ja-
lan desa
- Penetapan status jalan kabupaten dan jalan desa
-Penyusunan perencanaan umum jaringan jalan kabupaten dan jalan desa

PEMERINTAH KOTA :
- Penyusunan pedoman operasioanl penyelenggaraan jalan kota
- Penetapan status jalan kota
- Penyusunan perencanaan umum jaringan jalan kota
MEKANISME PENYUSUNAN JARINGAN JALAN

-RENC. TATA RUANG ARTERI JLN.


- SISTRANAS JARINGAN JALAN PRIMER TOL
PRIMER
KEBIJAKAN JLN.
DAN STRATEGI NAS
PEMBINAAN
JARINGAN JALAN KOLEKTOR
JLN.
PRIMER
PROP

JARINGAN
TRANSP. NAS.
(DARAT- JALAN) LOKAL JLN.
PRIMER KAB.

KEBIJAKAN
DAN STRATEGI
PEMBINAAN
JARINGAN JALAN

- PERTUMBUHAN KOTA
JARINGAN JALAN
- PEMERATAAN
SKUNDER
7). PERAN MASYARAKAT
(UU 38/2004, Pasal 17, 18, 19, 20, 21)

a) Masyarakat berhak:
1) memberi masukan kepada penyelenggara jalan dalam rangka
pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan;
2) berperan serta dalam penyelenggaraan jalan;
3) memperoleh manfaat atas penyelenggaraan jalan sesuai dengan
standar pelayanan minimal yang ditetapkan;
4) memperoleh informasi mengenai penyelenggaraan jalan;
5) Memperoleh ganti kerugian yang layak akibat kesalahan
dalam pembangunan jalan; dan
6) Mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap kerugian
akibat pembangunan jalan.
 
b) Masyarakat wajib ikut serta menjaga ketertiban dalam pemanfaatan
fungsi jalan.
c) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak dan kewajiban masyarakat
sebagaimana dimaksud pada butir a. dan butir b. diatur dalam
peraturan pemerintah
UNDANG-UNDANG
JASA KONSTRUKSI (UUJK)
N0.02 Tahun 2017

38
Ajang Zaenal Afandi
1. Undang-undang Nomor 02 Tahun 2017
tentang
Jasa Konstruksi (UUJK)
Disyahkan : 12 Januari 2017
Diundangkan : 12 Januari 2017
Terdiri dari : 14 Bab dan 106 Pasal

Peraturan Pemerintah Terkait :


1.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.54 tahun 2016
tentang perubahan ketiga atas Peraturan Pemerintah No. 29
tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


Nomor: 31/PRT/M/2015 tentang Perubahan Ketiga Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar
Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa
Konsultansi
39
Ajang Zaenal Afandi
ASAS PENGATURAN JASA KONSTRUKSI

1) Kejujuran dan keadilan;


2) Manfaat;
3) Kesetaraan;
4) Keserasian;
5) Keseimbangan;
6) Profesionalitas;
7) Kemandirian;
8) Keterbukaan;
9) Kemitraan;
10)Keamanan dan keselamatan;
11)Kebebasan;
12)Pembangunan berkelanjutan; dan
13)Wawasan lingkungan.

40
Ajang Zaenal Afandi
PENGERTIAN
Usaha Jasa Konstruksi
Struktur usaha Jasa Konstruksi meliputi:
1) Jenis, sifat, klasifikasi, dan layanan usaha; dan
2) Bentuk dan kualifikasi usaha.

Jenis, Sifat, Klasifikasi, dan Layanan Usaha


Jenis usaha Jasa Konstruksi meliputi:
1) Usaha Jasa Konsultansi Konstruksi;
2) Usaha Pekerjaan Konstruksi; Dan
3) Usaha Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi.

Sifat usaha jasa Konsultansi Konstruksi meliputi:


1) Umum; dan
2) Spesialis.

41
Ajang Zaenal Afandi
PENGERTIAN
I. Klasifikasi usaha jasa Konsultansi
Konstruksi yang bersifat umum antara lain:
1) arsitektur;
2) rekayasa;
3) rekayasa terpadu; dan
4) arsitektur lanskap dan perencanaan wilayah.
Layanan usaha yang dapat diberikan oleh jasa
Konsultansi Konstruksi yang bersifat umum meliputi:
1) pengkajian;
2) perencanaan;
3) perancangan;
4) pengawasan; dan/atau
5) manajemen penyelenggaraan konstruksi.

42
Ajang Zaenal Afandi
PENGERTIAN

II. Klasifikasi usaha jasa Konsultansi


Konstruksi yang bersifat spesialis antara
lain:
1)Konsultansi Ilmiah Dan Teknis; Dan
2)Pengujian dan analisis teknis.
Layanan usaha yang dapat diberikan oleh jasa
Konsultansi Konstruksi yang bersifat spesialis
sebagaimana meliputi:
1)Survei;
2)Pengujian Teknis; Dan/Atau
3)Analisis.

43
Ajang Zaenal Afandi
PENGERTIAN

III. Sifat usaha Pekerjaan Konstruksi meliputi:


1) Umum; dan
2) Spesialis.
Klasifikasi usaha Pekerjaan Konstruksi yang bersifat umum
meliputi:
1) Bangunan Gedung; Dan
2) Bangunan Sipil.
Layanan usaha yang dapat diberikan oleh Pekerjaan Konstruksi
yang bersifat umum meliputi:
1) Pembangunan;
2) Pemeliharaan;
3) Pembongkaran; dan/atau
4) Pembangunan kembali.

44
Ajang Zaenal Afandi
PENGERTIAN
IV. Klasifikasi usaha Pekerjaan Konstruksi yang
bersifat spesialis antara lain:
1) instalasi;
2) konstruksi khusus;
3) konstruksi prapabrikasi;
4) penyelesaian bangunan; dan
5) penyewaan peralatan.
Layanan usaha yang dapat diberikan oleh Pekerjaan Konstruksi
yang bersifat spesialis meliputi pekerjaan bagian tertentu dari
bangunan konstruksi atau bentuk fisik lainnya.
V. Klasifikasi usaha Pekerjaan Konstruksi
terintegrasi meliputi:
1) bangunan gedung; dan
2) bangunan sipil.
Layanan usaha yang dapat diberikan oleh Pekerjaan Konstruksi
terintegrasi meliputi:
1) rancang bangun; dan
2) perekayasaan, pengadaan, dan pelaksanaan. 45
Ajang Zaenal Afandi
TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN

1) Pemerintah Pusat bertanggung jawab atas:


a) Meningkatnya Kemampuan Dan Kapasitas Usaha Jasa
Konstruksi Nasional;
b) Terciptanya Iklim Usaha Yang Kondusif, Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi Yang Transparan, Persaingan Usaha Yang Sehat,
Serta Jaminan Kesetaraan Hak Dan Kewajiban Antara
Pengguna Jasa Dan Penyedia Jasa;
c) Terselenggaranya Jasa Konstruksi Yang Sesuai Dengan
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, Dan
Keberlanjutan;
d) Meningkatnya Kompetensi, Profesionalitas, Dan Produktivitas
Tenaga Kerja Konstruksi Nasional;
e) Meningkatnya Kualitas Penggunaan Material Dan Peralatan
Konstruksi Serta Teknologi Konstruksi Dalam Negeri;
f) Meningkatnya Partisipasi Masyarakat Jasa Konstruksi; Dan
g) Tersedianya Sistem Informasi Jasa Konstruksi.

46
Ajang Zaenal Afandi
TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN

2) Kewenangan Pemerintah Daerah provinsi pada sub-urusan


Jasa Konstruksi meliputi:
a) Penyelenggaraan Pelatihan Tenaga Ahli Konstruksi; Dan
b) Penyelenggaraan Sistem Informasi Jasa Konstruksi
Cakupan Daerah Provinsi.

3) Kewenangan Pemerintah Daerah kabupaten/kota pada sub-


urusan Jasa Konstruksi meliputi:
a) penyelenggaraan pelatihan tenaga terampil konstruksi;
b) penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan
daerah kabupaten/kota;
c) penerbitan Izin Usaha nasional kualifikasi kecil, menengah,
dan besar; dan
d) pengawasan tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan
tertib pemanfaatan Jasa Konstruksi.

Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud diatas


Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dapat
melibatkan masyarakat Jasa Konstruksi.
47
Ajang Zaenal Afandi
Bentuk dan Kualifikasi Usaha

Kualifikasi usaha bagi badan usaha terdiri atas:


1)Kecil;
2)Menengah; dan
3)Besar.
Penetapan kualifikasi usaha dilaksanakan melalui penilaian
terhadap:
1)Penjualan Tahunan;
2)Kemampuan Keuangan;
3)Ketersediaan Tenaga Kerja Konstruksi; Dan
4)Kemampuan Dalam Penyediaan Peralatan Konstruksi.

48
SEGMENTASI PASAR JASA KONSTRUKSI
I. Usaha orang perseorangan dan badan usaha Jasa Konstruksi
kualifikasi hanya dapat menyelenggarakan Jasa Konstruksi pada
segmen pasar yang:
1) Berisiko Kecil;
2) Berteknologi Sederhana; Dan
3) Berbiaya Kecil.
 
Usaha orang perseorangan hanya dapat menyelenggarakan pekerjaan yang
sesuai dengan bidang keahliannya.
 
II. Badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi menengah hanya dapat
menyelenggarakan Jasa Konstruksi pada segmen pasar yang:
1) Berisiko Sedang;
2) Berteknologi Madya; Dan/Atau
3) Berbiaya Sedang.
 
III. Badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi besar yang berbadan hukum
dan perwakilan usaha Jasa Konstruksi asing hanya dapat
menyelenggarakan Jasa Konstruksi pada segmen pasar yang:
1) Berisiko Besar;
2) Berteknologi Tinggi; Dan/Atau
3) Berbiaya Besar. 49
UUJK MENYEBABKAN PERUBAHAN PADA TIGA
BUTIR UTAMA PERAN PARA PIHAK DALAM
PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

1. UUJK memberi pengakuan hukum dan tanggung jawab


hukum pada para pelaku di bidang jasa konstruksi

2. UUJK memberikan kesetaraan hukum pada hak dan


kewajiban bagi para pihak yang terlibat dalam
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi

3. UUJK mengakui adanya peran masyarakat pada


penyelenggaraan pekerjaan konstruksi

50
UUJK
MEMBERI PENGAKUAN HUKUM
DAN TANGGUNG JAWAB HUKUM
PADA PARA PELAKU DI BIDANG
JASA KONSTRUKSI

51
KEGAGALAN BANGUNAN

PENGERTIAN JANGKA WAKTU BENTUK TANGGUNG PENILAI


TANGGUNG JAWAB JAWAB PENANGGUNG JAWAB
Kegagalanbangunan adalah keadaan Maksimum 10tahun sejak 1. PERENCANA DAN Pihak ketiga selaku penilai ahli
bangunan yang tidak berfungsi, baik penyerahan akhir ( FHO ) PENGAWAS KONSTRUKSI
secara keseluruhan maupun -Bertanggung jawab sesuai
sebagian dan / atau tidak sesuai bidang profesi
ketentuan kontrak atau -Dikenakan ganti rugi
pemanfaatannya yang menyimpang,
sebagai akibat kesalahan penyedia 2. PELAKSANA KONSTRUKSI
jasa dan/ atau pengguna jasa -Bertanggung jawab sesuai
bidang usaha
-Dikenakan ganti rugi

3 PENGGUNA JASA
-Bertanggung jawab dan
dikenakan ganti rugi (apabila
merugikan pihak lain)

UUJK Pasal 1 (6)


UUJK Pasal 25 (3)
UUJK Pasal 25 (2) UUJK Pasal 21 (2) , 26 (2) dan 27

52
SISTEM PERTANGGUNGAN
UNTUK GANTI RUGI

MEKANISME PERSYARATAN UNTUK JENIS PERTANGGUNGAN


PERTANGGUNGAN MEMPEROLEH JAMINAN YANG DIPERSYARATKAN
ASURANSI

1. Melalui jasa asuransi yang 1. Adanya sertifikat keahlian ( profesi ) 1.Jaminan terhadap kegagalan
pemberlakuannya disesuaikan yang diterbitkan oleh badan konstruksi  CAR(Constractor’s All
dengan tingkat pengembangan terpecaya. Risks).
usaha jasa asuransi dibidang
perencanaan, pengawasan dan 2. Adanya metode/proses kerja yang 2. Jaminan terhadap kegagalan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi. baku yang sesuai dengan kaidah bangunan  Professional
ketehnikan yang berlaku. Indemnity Insurance dan/atau
2. Besar ganti rugi diperhitungkan Professional Liability Insurance.
dengan mempertimbangkan antara 3. Adanya performance yang
lain tingkat kegagalannya. mendukung dari calon tertanggung.

UUJK Pasal 26 dan Penjelasan Pasal 26

53
3. PENYEBAB KEGAGALAN PADA PERENCANAAN
a. Tidak mengikuti TOR
b. Terjadi kesalahan pada pembuatan gambar rencana
c. Kesalahan atau kurang profesionalnya perencana dalam menafsirkan
data perencanaan dan dalam menghitung kekuatan rencana atau
komponen konstruksi.
d. Terjadi kesalahan perhitungan arithmatik.
e. Terjadi penyimpangan dari prosedur baku, manual atau peraturan yang
berlaku.
f. Perencanaan dilakukan tanpa dukungan data penunjang perencanaan yang
cukup.
g. Terjadi kesalahan dalam penulisan spesifikasi teknik.
h. Terjadi kesalahan dalam pengambilan asumsi besaran rencana (misalnya
beban rencana) dalam perencanaan.
4. PENYEBAB KEGAGALAN PADA PELAKSANAAN
a. Tidak mengikuti spesifikasi sesuai kontrak.
b. Tdak melaksanakan pengujian mutu dengan benar
c. Salah mengartikan spesifikasi.
d. Salah membuat gambar kerja.
e. Salah membuat metode kerja.
f. Tidak menggunakan material yang benar.
g. Pemalsuan data profesi.
h. Menggunakan peralatan yang salah

54
5. PENYEBAB KEGAGALAN PADA PENGAWASAN
a. Tidak mengikuti TOR.
b. Menyetujui prposal tahapan pekerjaan yang tidak sesuai dengan
spesifikasi.
c. Menyetujui proposal tahapan pekerjaan yang tidak didukung oleh metode
konstruksi yang benar.
d. Menyetujui gambar kerja yang salah.
e. Tidak melakukan prosedur pengawasana (supervisi) dengan benar.

6. ACUAN POKOK (REFERENSI UTAMA) KETENTUAN KEGAGALAN


BANGUNAN
Kegagalan bangunan untuk pekerjaan jalan dan jembatan mengcu pada ketentuan
SNI (Standar Nasional Indonesia) di bidang jalan dan jembatan yang induknya
mengacu pada AASHTO.

7. GENERAL CODE ON BUILDING FAILURE


Merupakan acuan umum untuk kegagalan bangunan jalan dan jembatan.
General Code on Building Failure ini statusnya sama seperti General Specification
dan merupakan bagian dari dokumen kontrak, yang berbeda adalah
pemberlakuannya.
General Specification berlaku sampai penyerahan ke dua (FHO) hasil pekerjaan.
General Code on Building Failure berlaku selama masa jaminan kegagalan
bangunan yang dimulai sejak FHO.

55
UUJK
MEMBERIKAN KESETARAAN HUKUM
PADA HAK DAN KEWAJIBAN BAGI
PARA PIHAK YANG TERLIBAT
DALAM PENYELENGGARAAN
PEKERJAAN KONSTRUKSI

56
TIGA TAHAPAN YANG
BERPENGARUH TERHADAP
KESETARAAN PARA PIHAK

1. PEMILIHAN PENYEDIA JASA


2. PENGATURAN KONTRAK KERJA KONSTRUKSI
3. PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

57
KETENTUAN – KETENTUAN YANG MENDUKUNG
TERCIPTANYA PERSAINGAN DAN KESETARAAN PARA
PIHAK

3 4

PEMBAKUAN KETENTUAN PENETAPAN PEMENANG PEMBAKUAN DOKUMEN LELANG DAN DOKUMEN


KONTRAK SECARA NASIONAL

1. Untuk pelelangan pekerjaan perencanaan dan pengawasan, LPJK menerbitkan model dokumen lelang , dokume kontrak dan tata
penetapan pemenang dibakukan mengikuti cara QCBS, cara pelelangan / tata cara evaluasi penawaran yang merupakan
QBS, Fixed Cost, atau Least Cost. acuan pokok berlaku secara nasional baik untuk pemerintah atau
swasta
2. Untuk pelelangan pekerjaan pelaksanaan, penetapan
pemenang mengikuti ketentuan harga terendah terevaluasi
diantara penawar yang telah memenuhi persyaratan serta
tanggap terhadap dokumen pelelangan.

PP Nomor 29/2000 Pasal 14


PP Nomor 28/2000 Pasal 28 (2)

PP Nomor 29/ 2000


Pasal 19 (2) dan 19 (3)

58
KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DAN
PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

CAKUPAN KONTRAK BUTIRDALAM PENYELENGGARAAN PEKERJAAN


KONSTRUKSI
1. Kontrak sekurang-kurangnya harus mencakup uraian
mengenai : PENGGUNA JASA PENYEDIA JASA
a. Para pihak
b. Rumusan pekerjaan yang meliputi lingkup, nilai 1. Berhak mengenakan denda 1. Berhak mendapatkan ganti rugi
pekerjaan dan jangka waktu pelaksanaan (termasuk keterlambatan apabila akibat keterlambatan pembayaran.
ketentuan tentang penyesuaian nilai pekerjaan, penyedia jasa terlambat 2. Berhak menahan hasil bagian
eskalasi/de-eskalasi, untuk kontrak tahun jamak) menyelesaikan pekerjaan. pekerjaan yang belum dibayar.
c. Pertanggungan (asuransi/jaminan) 3. Dalam hal diperjanjikan berhak
(asuransi diberlakukan penuh baik untuk kontrak LCB mendapat insentif apabila dapat
maupun ICB) menyelesaikan pekerjaan lebih
d. Tenaga ahli cepat.
e. Hak dan kewajiban
f. Cara pembayaran 2. Berhak melakukan tindakan 4. Berhak mendapat ganti rugi
(termasuk ketentuan tentang denda keterlambatan pengaturan kepada penyedia apabila pengguna jasa melakukan
pembayaran) jasa. tindakan yang dapat merugikan
g. Cidera janji penyedia jasa.
(termasuk ketentuan tentang hak penyedia mendapat
kompensasi ganti rugi akibat cidera janji pengguna jasa) 3. Berhak mendapat ganti rugi 5. Berhak mendapat ganti rugi akibat
h. Penyelesaian perselisihan akibat cidera janji penyedia cidera janji pengguna jasa.
I. Pemutusan kontrak jasa.
j. Keadaan memaksa Catatan :
k. Kegagalan bangunan Karena ada Undang-Undang tentang
l. Perlindungan Pekerja Perbendaharaan Negara (Pengganti ICW),
m. Aspek lingkungan butir 1,3,4 dan 5 belum boleh
dicantumkan untuk kontrak dengan
2. Kontrak dapat memuat kesepakatan tentang pemberian pemerintah
insentif.

UUJK Pasal 22 PP NO 29 / 2000


PP No. 29/2000 Pasal 23 PENJELASAN PASAL 24
59
PENYELESAIAN SENGKETA

MELALUI PENGADILAN DI LUAR PENGADILAN

Berlaku KUH Perdata  Penyelesaian oleh kedua belah pihak berupa


konsultasi dan negosiasi
 Melalui pihak ketiga , yaitu :
- Mediasi, atau
- Konsiliasi
 Abitrase melalui Lembaga Arbitrase atau
Arbitrase Ad Hoc

Catatan :
Untuk penyelesaian sengketa diluar pengadilan,
gugatan melalui pengadilan hanya boleh dilakukan
apabila penyelesaian diluar pengadilan dinyatakan
tidak berhasil oleh salah satu pihak atau para pihak

UUJK Pasal 36 ayat (1) dan ayat (3)


Peraturan Pemerintah No. 29/2000 Pasal 49

UUJK Pasal 36 (1)

60
UUJK
MENGAKUI ADANYA PERAN
MASYARAKAT PADA
PENYELENGGARAAN PEKERJAAN
KONSTRUKSI

61
62
UMUM
Mengapa seringkali hasil karya
bangsa Indonesia kurang dinilai positif
atau kuailtas produk Indonesia lebih
rendah dibandingkan dengan kualitas
produk Jepang?

63
PENYEBAB
Karena ada sumber daya yang dimiliki Jepang dalam
jumlah yang berlimpah, yaitu orang-orang yang
menyadari bahwa tidak ada yang dapat
diperoleh dengan gratis dan mereka bersedia
belajar dengan sungguh-sungguh dan bekerja
keras untuk kehidupan mereka

64
GERAKAN 5 S
Seiri,
Seiton,
Seiso,
Seiketsu,
Shitsuke.
65
3 (TIGA) KRITERIA DASAR TINGKAT
PROFESIONAL
kemampuan teknis atau apa yang dikenal dengan
intelligence quotient (IQ);
kemampuan emosional atau apa yang dikenal
dengan emotional quotient (EQ); dan
kemampuan spiritual atau apa yang dikenal dengan
spiritual quotient (SQ).

66
SIKAP ETOS KERJA KERJA
Sikap kerja dalam gerakan 5 S dapat membantu
dalam segala sesuatu yang kita kerjakan
Setiap orang harus bekerja keras.
Kita harus mengetahui apa yang harus dilakukan dan
dilaksanakan.
Kita semua cenderung melihat hasil dan menilai
berdasarkan hasil juga.
Kita pun harus memperhatikan proses.
Jika prosesnya benar, hasilnya tentu akan baik.

67
SIKAP ETOS KERJA KERJA
Sadarilah bahwa masalah itu penting
Hasilpun seringkali lebih dengan keadaan ”dapat
diterima” daripada ”baik”
Manusia mempunyai keunggulan dibandingkan
dengan binatang karena mempunyai akal
gerakan 5 S dalam sikap dan perilaku merupakan
pencegahan kejahatan, karena 5 S ini membedakan
antara manusia dengan binatang

68
ARTI DAN TUJUAN SIKAP DAN ETOS KERJA

Sikap kerja dan etos kerja sesungguhnya dirancang


untuk menghilangkan pemborosan.
Sikap kerja dan etos kerja yang berada dalam gerakan
5 S (Seiri, seitom, seiso, seiketsu dam shitsuke)
merupakan suatu gerakan untuk membuat suatu
pemilahan, penataan, pembersihan, pemantapan dan
pembiasaaan untuk menjadikan sekitar kita menjadi
lebih baik dan menghasilkan sesuatu yang baik pula.

69
Seiri = pemilahan
Istilah ini berati mengatur segala sesuatu, memilah sesuai
dengan aturan atau prinsip tertentu.

Berarti membedakan antara yang diperlukan dengan yang


tidak diperlukan, mengambil keputusan yang tegas, dan
menerapkan manajemen stratuifikasi untuk membuang
yang tida diperlukan itu.

Yang diutamakan adalah manajemen stratifikasi dan


mencari penyebab-penyebabnya untuk menghilangkan
yang tidak diperlukan serta menghilangkan penyebab itu
sebelum menimbulkan masalah.
70
Seiton = penataan
Seiton berarti menyimpan barang di tempat yang tepat
atau dalam tata letak yang benar sehingga dapat
dipergunakan dalam keadaan baik dan mudah dalam
keadaan mendadak.
Hal ini merupakan cara untuk menghilangkan proses
pencarian.
Disini diperlukan manajemen fungsional dan penghapusan
proses pencarian.
Jika segala sesuatu disimpan di tempatnya demi mutu dan
keamanan, berarti anda memiliki tempat kerja yang rapi.

71
Seiso = pembersihan
Istilah ini berarti membersihkan barang-barang, sehingga
menjadi bersih.
Artinya membuang sampah, kotoran dan benda-benda
asing serta membersihkan segala sesuatu.
Pembersihan merupakan salah satu bentuk dari
pemeriksaan. Pembersihan dalam pemeriksaan adalah
salah satu cara untuk menciptakan kondisi tempat kerja
yang tidak memiliki cacat dan cela.
Untuk mendapatkan mutu yang tinggi, ketapatan yang
akurat dan teknologi pemrosesan yang lebih halus, hal-hal
kecil harus diperhatikan dan kita tidak boleh menyerah
dalam melakukan pembersihan secara tuntas.
72
Seiketsu = pemantapan
Pemantapan berarti terus menerus dan secara
berulang memelihara, pemilahan, penataan dan
pembersihannya.
Dengan demikian, pemantapan mencakup
kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan.
Dalam hal ini diperlukan manajemen visual dan
pemantapan. Inovasi dan manajemen visual terpadu
dipergunakan untuk mencapai adn memelihara
kondisi yang dimantapkan sehingga kita selalu dapat
bertindak dengan cepat.
73
Shitsuke = pembiasaan
 Istilah ini berarti pelatihan dan kemampuan untuk melakukan apa
yang ingin anda lakukan meskipun itu sulit dilakukan.
 Hal ini berarti memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu
dengan cara yang benar.
 Ditekankan bahwa untuk menciptakan tempat kerja dengan
kebiasaan dan perilaku yang baik.
 Dengan mengajarkan setiap orang apa yang harus dilakukan dan
memerintahkan setiap orang untuk melaksanakannya, maka
kebiasaan buruk akan terbuang dan kebiasaan baik akan terbentuk.
 Orang mempraktekkannya dengan membuat dan mematuhi
peraturan.

74
MANFAAT SIKAP DAN ETOS KERJA
menjadikan segala sesuatu lebih teratur, tertib,
mudah melalui kebiasaaan yang berubah dalam
disiplin pelaksanaannya.

Kualitas pekerjaan menjadi lebih pasti, dan bukan


lagi ”dapat diterima” melainkan ”pasti baik”.

75
SOSOK PENGAWAS LAPANGAN YANG
PROFESIONAL

1. Bangga pada pekerjaannya


2. Komitmen pada kualitas
3. Bertanggung Jawab
4. Mengantisifasi,berinisiatif/tidak menunggu perintah.
5. Terbuka pada kritik yang membangun
6. Pemain Tim/ Team work
7. Jujur, bisa dipercaya dan setia
8. Dedikasi pada kepentingan klien
9. Keinginan tulus untuk membantu
ETOS KERJA PENGAWAS LAPANGAN PROFESIONAL

1. Etos 1 Kerja adalah rahmat;


Aku bekerja tulus dengan penuh syukur.
2. Etos 2 Kerja adalah amanah;
Aku Bekerja Benar Penuh Tanggungjawab.
3. Etos 3 Kerja adalah panggilan;
Aku Bekerja Tuntas Penuh Integritas.
4. Etos 4 Kerja adalah aktualisasi;
Aku Bekerja Keras Penuh Semangat
5. Etos 5 Kerja adalah ibadah;
Aku Bekerja Serius Penuh Kecintaan
6. Etos 6 Kerja adalah seni;
Aku Bekerja Cerdas Penuh Kreativitas.
7. Etos 7 Kerja adalah kehormatan;
Aku Bekerja Tekun Penuh Keunggulan.
8. Etos 8 Kerja adalah pelayanan;
Aku Bekerja Sempurna Penuh Kerendahan Hati.
77
 Memiliki pengetahuan (knowledge).
 Memiliki nalar (common sense).
 Jeli (observational skills).
 Komunikatif (courtesy).
 Tegas
 Memiliki pengetahuan
• Memahami dokumen kontrak.
• Memahami pekerjaan yang harus diawasi.
• Memahami bahan.
• Memahami prinsip kerja peralatan.
• Memahami metoda pelaksanaan.
• Memahami cara pengambilan contoh/pengujian.
• Memahami cara desain.
SALIM MAHMUD 78
 Memiliki nalar (common sense)
• Nalar = sound practical judgment derived from
experience rather than study.
• Memiliki nalar berbeda dengan berpengatahuan
• Memiliki nalar mengandung arti mempunyai
kemampuan menafsirkan spesifikasi sesuai dengan
tujuannya.
• Nalar tumbuh melalui pengetahuan, tapi nalar tidak
dapat dipelajari dari buku.

Ajang Zaenal Afandi 79


 Jeli (observational skill)
• Pengawas hanya dapat bertindak berdasarkan hasil
pengamatannya.
• Pengawas tidak hanya harus mengamati yang terjadi di
sekelilingnya, tetapi dia harus “melihat” yang teramati.
• “Melihat” berarti berfikir tentang yang dilihat mata.
• Tanpa “melihat”, pengawas hanya dapat mengetahui
kondisi yang salah, tetapi tidak menyadari dampaknya.

80
 Komunikatif (courtesy)
• Salah satu kewajiban utama pengawas adalah
memberi tahu kontraktor tentang kondisi yang tidak
memuaskan atau apabila spesifikasi tidak dipenuhi.
• Kontraktor mengharapkan agar pengawas dapat
memberi masukan yang obyektif.
• Cara menyampaikan masukan oleh pengawas sering
menimbulkan hubungan tidak baik antara Kontraktor
dengan pengawas,
• Dalam praktek sering terjadi bahwa cara
menyampaikan adalah lebih penting daripada isi yang
disampaikan.
• Penyampaian dgn cara yang kasar dan menyinggung
perlu dihindarkan.
SALIM MAHMUD 81
Government of Andhra Pradesh
Proposed State Highway Project
Construction Supervision Consultants
Terms of Reference
• Tugas Pengawas (Engineer) adalah memgawasi
(supervise) pekerjaan serta menyetujui bahan dan
metoda kerja, melalui kerja sama dan konsultasi
dengan Pengguna Jasa (Employer), sesuai dengan
ketentuan Dokumen Kontrak.
• Pengawas tidak berwenang menghapuskan
kewajiban Kontraktor.
• Prinsip tanggung jawab Pengawas adalah sbb.:

82
a) Menerbitkan surat perintah mulai kerja di lapangan
(request).
b) Menyetujui program kerja Kontraktor serta sumber
bahan.
c) Menyetujui penyerahan bagian pekerjaan kepada
Sub Kontraktor.
d) Menjelaskan dan/atau menafsirkan bagian Dokumen
Kontrak yang multi tafsir atau yang tidak jelas.
e) Mengkaji ulang, memverifikasi, dan menjabarkan
disain, menyetujui gambar kerja, dan bila diperlukan,
membuat gambar yang lebih rinci dan memberi
instruksi kepada Kontraktor (Penyedia Jasa).

SALIM MAHMUD 83
(f) Menyetujui posisi patok,
(g) Menyetujui
• Pengawas dari Kontraktor;
• Rencana kerja;
• Lahan yang akan digunakan kontraktor.
• Bahan dan sumber bahan.
(h) Memerintahkan pengujian khusus tehadap bahan
atau pekerjaan yg sudah selesai dan/atau
mengganti bahan dan/atau pekerjaan yg jelek.
(i) Mengendalikan dan menilai kemajuan pekerjaan
(progress), memerintahkan penangguhan
pekerjaan, dan menyetujui perpanjangan waktu
pelaksanaan.
84
• Buku catatan.
• Kamera
• Termometer.
• Meteran 3 m.
• Palu.
• Cat untuk
memberi tanda

SALIM MAHMUD 85
PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROYEK

Pengendalian proyek berbasis indikator keberhasilan


pada tahap proses/pelaksanaan:

 Pengendalian Waktu
 Pengendalian Mutu
 Pengendalian Volume
 Pengendalian Biaya

86
87
Pendahuluan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam setiap kegiatan
usaha, baik itu berupa proses produksi, transportasi,
industri atau aktifitas apapun yang melibatkan suatu
kegiatan yang berkaitan dengan kerja.

88
Pengertian umum K3
K3 adalah suatu pengetahuan termasuk
penerapannya dalam upaya:
mencegah kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja,
kebakaran,
peledakan,
pencemaran
dan lain-lain akibat yang ditimbulkan.

89
Pendekatan K3
Cara pendekatan terhadap pelaksanaan K3 ini adalah
melalui ketentuan hukum sehingga suka tidak suka,
mau tidak mau, semua pihak ’dipaksa’ untuk
melaksanakannya.

90
Tujuan K3
Mengacu kepada UU No: 1/1970 tentang Keselamatan
Kerja, tujuan dari K3 ini pada dasarnya diarahkan
untuk:

Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat


kerja
Menjamin setiap sumber produksi dipakai secara
aman dan efisien
Menjamin proses produksi berjalan lancar

91
Tujuan K3
Dengan tujuan seperti diatas, secara spesifik
outcomes yang ingin dicapai melalui pelaksanaan K3
ini adalah :

Proses produksi lancar


Produktivitas meningkat
Kesejahteraan meningkat

92
Fokus K3
Dengan outcome spesifik menekan resiko kerugian
maka kegiatan K3 ini difokuskan kepada tiadanya
kecelakaan kerja. Nihil kecelakaan kerja.
Untuk itu maka fokus dari K3 ini adalah:
mencegah terjadinya kecelakaan,
bahaya kebakaran,
peledakan,
penyakit akibat kerja,
pencemaran dll.

93
Produk-produk kepranataan K3
 UU No : 1/1970 tentang Keselamatan Kerja
 2. UU No : 18/1999 tentang Jasa Konstruksi
 3. UU No : 13/2003 tentang Ketenagakerjaan
 4. PP No : 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
 5. PP No : 30/2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi
 6. SKB Menaker dan Men PU No : 174/MEN/1986 & 104/KPTS/1986 tentang Ke selamatan dan
Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi
 7. Permenaker No : 05/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Ke sehatan Kerja (SMK3)
 8. Keppres No : 80/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah
 9. Kep. Menkimpraswil No : 339/KPTS/2003 tentang Penilaian Kualifikasi Penye dia Jasa Konstruksi
 10.Kep. Menteri PU No : 08/SE/M/2006 tentang Pengadaan Jasa Konstruksi Un tuk Instansi
Pemerintah Tahun Anggaran 2006.
 11. Peraturan Menteri PU No: 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen K3 Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum.

94
UU No : 1 / 1970 tentang
KESELAMATAN KERJA
menentukan bahwa kecelakaan kerja itu harus dicegah
jangan sampai terjadi dan lingkungan kerja harus
memenuhi syarat-syarat kesehatan

Perbuatan berbahaya biasanya disebabkan oleh :


a. Kekurangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap;
b. Keletihan atau kebosanan;
c. Cara kerja manusia tidak sepadan secara ergonomis;
d. Gangguan psikologis
e. Pengaruh sosial-psikologis.

95
Tujuan dan sasaran Undang-Undang
Keselamatan
Agar tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada
dalam tempat kerja selalu dalam keadaan selamat
dan sehat
Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan
digunakan secara efisien
Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar
tanpa hambatan apapun

96
Ruang Lingkup
Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat
ekonomis maupun usaha sosial;
Adanya tenaga kerja yang bekerja didalamnya baik
secara terus menerus maupun hanya sewaktu-waktu;
Adanya sumber bahaya.

97
syarat-syarat keselamatan kerja dan kesehatan kerja
untuk:
Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri
pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang
berbahaya;
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar-
luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan
getaran;

98
syarat-syarat keselamatan kerja dan
kesehatan kerja untuk:
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat
kerja baik phisik mau pun psikis, peracunan, infeksi dan
penularan;
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m.Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya;

99
syarat-syarat keselamatan kerja dan
kesehatan kerja untuk:
Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanaman atau barang;
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar
muat, perlakuan dan penyimpanan barang;
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan
pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi
bertambah tinggi

100
101
LATAR BELAKANG

 Pembangunan prasarana jalan berwawasan lingkungan dan


berkelanjutan harus mempunyai tujuan untuk meningkatkan
tingkat sosial dan ekonomi masyarakat

 Kebijakan nasional pengelolaan lingkungan hidup sesuai


dengan UU 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan hidup dan
UU 24/1992 tentang Penataan Ruang

 Adanya proses pelaksanaan pengelolaan lingkungan melalui


penyaringan tidak hanya berdasarkan pertimbangan teknis dan
ekonomis melainkan juga dari segi kelayakan lingkungan

 Dokumen AMDAL (ANDAL, RKL/RPL) dibuat setelah kegiatan


studi penyaringan lingkungan.

102
LATAR BELAKANG

Kegiatan yang dinyatakan tidak berdampak besar


dan penting dilengkapi dengan dokumen UKL/UPL

Dokumen AMDAL dilaksanakan bersamaan dengan


kegiatan studi kelayakan, sebelum perencanaan
teknis

Perlu adanya penjabaran kegiatan penanganan


dampak lingkungan akibat pekerjaan jalan dan
jembatan dalam RKL/UKL ke dalam desain dan
spesifikasi serta menjadi syarat dalam pelaksanaan

103
MAKSUD DAN TUJUAN
Menjelaskan kebijakan nasional penataan ruang dan
pengelolaan lingkungan hidup
Menjelaskan kebijakan pembangunan prasarana jalan dan
sektor terkait
Menjelaskan jenis dan tingkat studi yang dibutuhkan
(perlu AMDAL dengan kategori A, B atau C)
Menjelaskan persiapan yang perlu dilakukan untuk
menjabarkan dokumen RKL/UKL pekerjaan jalan
Menjelaskan penjabaran pengelolaan lingkungan hidup
dalam desain, spesifikasi, persyaratan teknis pelaksanaan
dan dalam dokumen tender dan dokumen kontrak

104
PERATURAN PERUNDANGAN
Peraturan Perundangan yang mendasari Penyusunan
Peraturan Persyaratan LH dalam Bidang Jalan

 UU no. 38 tahun 2004 tentang Jalan


 UU no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
 UU no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
 UU no. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
 UU no. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya
 UU no. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya

105
PERATURAN PERUNDANGAN
Yang mendasari Penyaringan Lingkungan:

 UU no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup


 PP no. 27 tahun 1999 tentang Analisis Dampak Lingkungan
 Keppres no. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung
 Permen LH no. KEP.11/MEN LH/2006 tentang Jenis Usaha atau
Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL
 Kepmen Kimpraswil No. 17/KPTS/2003 tentang Penetapan Jenis
Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana
Wilayah Yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)

106
PERATURAN PERUNDANGAN
Yang Mendasari Kegiatan Penjabaran Dokumen RKL, UKL

 UU no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup


 PP no. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup
 Kepmeneg LH no. 45 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan
Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL
 Permen LH no. 08 tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Instansi yang
membidangi usaha/kegiatan wajib melakukan pembinaan
etrhadap pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
 Pedoman Perencanaan, Pelaksanaan, Pemantauan Pengelolaan
LH Bidang Jalan serta SOP (masih dalam proses)

107
ISTILAH
Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan
Lingkungan Hidup adalah upaya sadar dan terencana yang
memadukan lingkungan hidup termasuk sumber daya ke
dalam proses pembangunan untuk menjamin
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi
masa kini dan generasi masa depan

AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup)


adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan

108
ISTILAH
ANDAL(Analisis Dampak Lingkungan Hidup) adalah
telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak
besar dan penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan

RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup) adalah


upaya penanganan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana
usaha dan/atau kegiatan

RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup) adalah


upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang
terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana
usaha dan/atau kegiatan

109
ISTILAH
Upaya Pengelolaan Lingkunga Hidup (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang
dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup oleh penanggung jawab usaha dan atau kegiatan
yang tidak wajib melakukan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL)
Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang
bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan yang akan dilaksanakan
Dampak Lingkungan adalah pengaruh perubahan pada
lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha
dan/atau kegiatan

110
BAHASAN

Peraturan dan Persyaratan LH terkait Bidang


Jalan

Penyaringan LH dan Konsultasi Masyarakat

Penjabaran RKL/UKL dan Pemantauan LH


Proyek Jalan

111
PERATURAN DAN PERSYARATAN LH

TUJUAN PEMAHAMAN PERATURAN DAN


PERSYARATAN LH terkait BIDANG JALAN ADALAH

 Meningkatkan kinerja perencanaan


pembangunan bidang jalan
 Meningkatkan kinerja pengelolaan Lingkungan
Hidup.
 Mencegah timbulnya gap/tumpang tindih
pengelolaan Lingkungan Hidup bidang Jalan

112
KEBIJAKAN TATA RUANG

Pemanfaatan ruang ditujukan untuk perlindungan fungsi


ruang dan mencegah, serta menang-gulangi dampak
negatif terhadap Lingkungan Hidup.

Kegiatan penataan ruang pada kawasan lindung,


budaya, perkotaan, perdesaan, dan kawasan khusus
dilakukan dengan memperhatikan lingkungan
alam, buatan, dan lingkungan sosial, serta interaksi
antar lingkungan.

113
Kebijakan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Dalam pemanfaatan Sumber Daya Alam harus
dihindari dan dicegah timbulnya kerusakan dan
pencemaran Lingkungan Hidup.
 Pembangunan yg dilaksanakan harus berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan, dengan
mempertimbangkan kebutuhan untuk generasi saat
ini dan generasi mendatang

114
Kebijakan AMDAL
 AMDAL, merupakan bagian studi kelayakan untuk kegiatan yg
berdampak besar dan penting.

 UKL/UPL untuk kegiatan yg berdampak tidak besar dan penting.

 Penilaian AMDAL oleh Komisi Penilai AMDAL Pusat, Propinsi, atau


Kab/Kota, disesuaikan dengan kriteria proyek dan lokasi proyek.

 Waktu penilaian KA ANDAL atau AMDAL: 75 hari setelah tanggal


diterima

 Kadaluarsa AMDAL, 3 thn setelah ditetapkan

 Kriteria proyek jalan wajib AMDAL: Kepmen LH No. 17 tahun 2001

 Kriteria proyek jalan wajib UKL/UPL: Kepmen Kimpraswil No.


17/KPTS/M/2003

115
PROSES PENILAIAN DAN PERSETUJUAN DOKUMEN KA-ANDAL
DAN DOKUMEN AMDAL
Kmtn LH/Bapedalda Masyarakat Men.LH/Gub/
Pemrakarsa Komisi Penilai
(Inst. yg bertgg jwb) Berkepentingan Bupati/W.kota
Pengumum
an Rencana
Kegiatan

Saran, Pendapat
dan Tanggapan

Penyusunan Konsultasi
KA-ANDAL Masyarakat
Penilaian/Pembahasa
n (maks. 75 hr)

Kesepakatan

Perbaikan Ok? Ok sudah

Penyusunan Dasar Studi AMDAL


ANDAL,RKL,RPL

Penilaian/Pembahasa Konsultasi
n (maks. 75 hr) ANDAL Masyarakat
bersambung
116
sambungan

Penilaian/Pembahasan
Konsultasi Masyarakat
(maks. 75 hr)
ANDAL
Tidak
Perbaikan
Tidak Layak Layak
Lingkungan

Ok Rekomendasi Keputusan
Layak

Salinan
ANDAL,RKL,RPL dan
Salinan Kelayakan

Keterangan :
= Tujuan akhir surat/dokumen untuk kemudian diteruskan, diproses dan/atau ditembuskan
Sumber : PP No.27 Tahun 1999 (Pasal 14-23)

117
PROSES PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DOKUMEN UKL/UPL

BAPEDALDA
PEMRAKARSA Instansi yang DINAS KIMPRASWIL KETERANGAN
bertanggung jawab

Formulir Isian kordinasi Maksimum 7 hari


UKL/UPL (sudah Pembahasan
diisi)

Perbaikan ?
ada Maksimum 7 hari
Perbaikan

Tidak **

Dokumen Maksimum 7 hari


UKL/UPL Final Rekomendasi

Pengesahan Pengesahan Dinas Kimpraswil


wajib mencantumkan syarat yang
tertuang dalam UKL/UPL
** tidak ada perbaikan
rekomendasi maks. 14 hari
terhitung mulai dari saat dokumen
diterima Bapedalda
118
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN
Peran Jalan
- menunjang kegiatan bidang sosekbud.
- prasarana distribusi dan utk pengemb. wilayah
- kesatuan sistem transportasi nasional.

Fungsi Jalan
jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan
lingkungan.

Status Jalan
jalan nasional, jalan propinsi, jalan kota, jalan
kabupaten, jalan desa, dan jalan khusus

119
Penyaringan AMDAL berdasarkan faktor
dampak penting dan lokasi/ koridor jalan (ref.
Evaluasi kinerja pengelolaan lingkungan Kep.Bapedal-056/1994)
dan masukan kebijakan untuk peningkatan
kinerja masa datang PERENCANAAN UMUM
PERENCANAAN UMUM

Pelingkupan isu isu lingkungan yang


perlu dikaji lebih detail dalam ANDAL
EVALUASI
EVALUASI
PASCA atau kajian lingkungan
PRA STUDI
PRA STUDI
KELAYAKAN
Penerapan
PASCA KELAYAKAN
PROYEK
PROYEK Pertimbangan
Pengelolaan
Implementasi mitigasi dampak, Analisis besaran dan pentingnya Lingkungan
monitoring dan evaluasi dampak isu isu lingkungan serta biaya
lingkungan selama masa O & P lingkungan dalam studi Hidup Pada
kelayakan
OPERASI DAN
STUDI KELAYAKAN
STUDI KELAYAKAN Proyek Jalan
OPERASI DAN
PEMELIHARAAN (O&P)
PEMELIHARAAN (O&P)

Rumusan kriteria dan spesifikasi


serta rencana pengadaan lahan
maupun pelaksanaan konstruksi DETAIL DISAIN
PELAKSANAAN DETAIL DISAIN
PELAKSANAAN
KONSTRUKSI
KONSTRUKSI

Aplikasi spesifikasi bahan, alat


konstruksi dan tata cara pelaksanaan PENGADAAN TANAH DAN
PENGADAAN TANAH DAN
Implementasi pengadaan tanah,
PEMUKIMAN KEMBALI pemberian kompensasi,
konstruksi serta pengawasan PEMUKIMAN KEMBALI
PENDUDUK pematangan lahan untuk
termasuk mitigasi dampak lingkungan PENDUDUK
selama masa konstruksi konstruksi

120
INFORMASI YANG DIPERLUKAN :
1. Propenas INFORMASI YANG DIPERLUKAN :
2. Kebutuhan / Permintaan 1. Rencana Umum
3. Rencana Pengembangan Wilayah 2. Lokasi Proyek
4. Rencana Tata Ruang 3. Data Teknis, Lingkungan dan
5. Tata Guna Lahan / Sumber Daya Ekonomi
INFORMASI YANG TAHAP INFORMASI YANG
RENCANA UMUM
DIPERLUKAN : DIPERLUKAN :
PENYARINGAN
1. Pengembangan AMDAL 1. Pra-studi
TAHAP EVALUASI TAHAP PRA-STUDI
Manfaat Proyek KELAYAKAN
Kelayakan
PASCA PROYEK
(TL.E) untuk proyek 1 2. Survei
EVALUASI PELINGKUPAN
mendatang RKL & RPL KA-ANDAL Pendahuluan
2. Pelaksanaan RKL 8 2 Teknis
dan RPL Lingkungan dan
Ekonomi
TAHAP PASCA TAHAP STUDI
KONSTRUKSI KELAYAKAN
7 3
(O&M) DAN
PELAKSANAAN
PENYUSUNAN
PEMANTAPAN RKL &
INFORMASI YANG RPL ANDAL & RKL / RPL
DIPERLUKAN : INFORMASI YANG
1. Gambar 4 DIPERLUKAN :
TAHAP TAHAP
Terlaksana KONSTRUKSI
6
5 PERENCANAAN 1. Studi
termasuk RKL dan TEKNIS
PENJABARAN Kelayakan
PELAKSANAAN DAN TAHAP
RPL PEMANTAPAN RKL &
PRA-KONSTRUKSI
RKL & RPL (Termasuk
RPL
2. Prosedur Operasi (PENGADAAN TANAH ) AMDAL)
3. Prosedur PELAKSANAAN DAN 2. Survei Detail
PEMANTAPAN RKL &
Pemeliharaan RPL

INFORMASI YANG DIPERLUKAN : INFORMASI YANG DIPERLUKAN :


1. Data Rencana Teknis 1. Data Perencanaan Teknis
2. Data Kontrak (Gambar,Spesifikasi, Umum,
3/15/2004 2. Data Pemilikan Tanah 1
Ketentuan Umum Spesifikasi Khusus). 3. Pemindahan Penduduk
121
KEWENANGAN
Mengacu pada UU No. 32 tahun 2003 tentang
Pemerintahan Daerah

Pemerintah Pusat
mengatur, membina, dan mengelola jalan nasional
Pemerintah Propinsi
mengatur, membina, dan mengelola jalan propinsi
Pemerintah Kota/Kabupaten
mengatur, membina dan mengelola jalan kota,
kabupaten, dan jalan desa

122
HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT
memberi masukan dan saran dalam pembangunan
jalan

berperan dalam pembangunan jalan tol

tertib dalam pemanfaatan jalan

berhak atas prasarana jalan yang aman

mendapat informasi tentang kebijakan pembangunan


jalan

123
Kebijakan Sektor Kehutanan

UU.41/1999 tentang Kehutanan

Kepmenhut No.164/KPTS/II/1994 tentang


Pedoman Tukar Menukar Kawasan Hutan

Kepmenhut No.41/KPTS/II/1996 tentang


Perubahan Kepmenhut No. 55/KPTS/II/1994
tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan

124
Kebijakan Sektor Kebudayaan
 Sesuai UU No.5 tahun 1992 ttg Benda Cagar Budaya
- setiap orang yg menemukan benda cagar budaya
wajib melaporkan pada pemerintah
- setiap orang dilarang merusak benda cagar budaya
dan situs serta lingkungannya

 Sesuai PP No.10 tahun 1992 tentang Juklak UU No. 5 tahun


1999
- setiap kegiatan yang berpotensi menimbulkan
dampak thd benda cagar budaya, harus melapor
ke Menteri (Bid. Budaya), dilengkapi laporan studi
AMDAL

125
Kebijakan Sektor Perhubungan
Sesuai UU No.13 tahun 1992, tentang Perkeretaapian

Perlintasan antara jalur kereta api dengan jalan


dibuat dengan prinsip tidak sebidang

Pembangunan jalan yang memotong/


menyinggung jalan kereta api harus mendapat ijin
Menteri (Perhubungan)

126
Kebijakan Sektor Pertanahan
UU no. 20 tahun 1961 ttg Pencabutan Hak Atas Tanah
Dan Benda Yang Ada Di Atasnya : pencabutan hak atas
tanah harus disertai syarat tertentu
Perpres RI No. 36 Tahun 2005 ttg Pengadaan Tanah
Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum
 pengadaan tanah harus sesuai RUTR
 pengadaan tanah dilakukan secara musyawarah langsung
dengan pemiliknya
 pemberian ganti rugi terhadap tanah, bangunan, tanaman
dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah
dapat berupa uang, tanah pengganti, pemukiman kembali,
serta kombinasi, dan atau bentuk lain yang disepakati
Permendagri No. 1 tahun 1994: mengatur pemberian
ganti rugi tanah ulayat

127
Kebijakan Sektor Sosial
Sesuai Keppres No. 111 tahun 1999 tentang Pembinaan
Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat Terpencil

 komunitas adat terpencil adalah kelompok sosial budaya yang


bersifat lokal, terpencar, serta kurang/belum terlibat dalam
jaringan dan pelayanan dicirikan antara lain lokasinya yang
terpencil dan relatif sulit dijangkau

 peran pemerintah dalam pemberdayaan komunitas adat


terpencil antara lain penyediaan sarana dan prasarana
(termasuk prasarana jalan)

128
Persyaratan Lingkungan Bank Dunia

 Environmental Assessment
- instrumen: ANDAL, Perenc.Lingk, Audit Lingk, Resiko Lingk.
- screening : kategori A, B, dan C
 Natural Habitat
- kajian yg seksama, terutama kawasan lindung
- isu utama pada penyaringan dan pelingkupan
 Cultural Properties
- mencakup situs purbakala, benda cagar budaya, keunikan alami
- isu utama pada penyaringan dan pelingkupan
 Indigenous People
- mencakup masyarakat adat yang peka thd perubahan
- perlu ANDAS, melalui konsultasi masyarakat
 Involuntary Resettlement
- Full LARAP : penduduk terkena > 200 jiwa/40 KK
- Simplified LARAP : penduduk terkena < 200 jiwa/40 KK
- Tracer Study : pembebasan telah dilakukan dlm 2 thn

129
KETENTUAN WORLD BANK
(10 Safeguard Policies)
Environmental Assessment
Natural Habitat
Pest Management
Forestry
Cultural Property
Safety of Dams
Involuntary Resettlement
Indigenous Peoples Plus Disclosure Policy
Projects in Disputed Areas
Projects involving International Waters

130
Ketentuan Bank Dunia/WB:

Semua dokumen lingkungan (AMDAL/UKL-UPL/EIA)


dan dokumen sosial (LARAP dan/atau Tracer Study)
harus sudah selesai dan disetujui oleh Bank sebelum
pelaksanaan pekerjaan.

131
Persyaratan lingkungan WB :

Pengelompokan proyek :
- Kategori A : menimbulkan dampak besar dan penting thd
Lingkungan (Wajib AMDAL)
- Kategori B : menimbulkan dampak tidak besar dan tidak
penting thd Lingkungan (Wajib UKL/UPL)
- Kategori C : menimbulkan dampak minimal & tidak
merugikan Lingkungan (Prosedur
Operasional Standar/POS).

 Untuk proyek jalan dengan Kategori A dan B,


maka proses pelaksanaan studi AMDAL atau UKL/UPL
harus melakukan Konsultasi Masyarakat,min 2x,
dengan Warga Terkena proyek/WTP dan LSM/NGO.

132
Persyaratan lingkungan ADB :
Pengelompokan proyek :
- Kategori A : perlu EIA setara AMDAL.
- Kategori B : perlu IEE, sejenis Kajian lingkungan.
- Kategori C : tidak perlu EIA atau IEE.

Perlu disusun EMMP (Environmental Management and


Monitoring Plan), utk menjabarkan EIA atau IEE.
Perlu disusun SEMEP (Social Economic Monitoring and
Evaluation Programme), utk mengetahui manfaat proyek.
Utk pengadaan tanah, sesuai kriteria Bank Dunia.

133
Persyaratan lingkungan JBIC:
 Prinsip dasar :
- Pemrakarsa bertanggung jawab thd penanganan dampak
- JBIC melakukan pengawasan dan koreksi
- Standar penanganan disesuaikan ketentuan
negara setempat
- Environmental revised dipertimbangkan dalam
proses pembiayaan proyek.
 Prosedur konfirmasi penanganan dampak.
- Screening proyek dilakukan lebih awal.
- Kategorisasi proyek : Kategori A, B, dan C
identik dengan ANDAL, UKL/UPL, atau SOP.
- Revisi penanganan dampak terhadap lingkungan.
- Pelaksanaan monitoring.

134
Pihak terkait pengelolaan LH bidang jalan
 Pemrakarsa
 Bertanggungjawab atas pelaksanaan PLH.

 Bappeda.
 Bertanggungjawab melakukan pembinaan dan koordinasi penyelenggaraan
pembangunan Jalan di daerah.

 Bapedalda.
 Bertanggungjawab dalam pembinaan dan koordinasi pengendalian
dampak/kerusakan dan pencemaran lingkungan & pengelolaan lingkungan
hidup di daerah.

 Instansi terkait.
 Berperan dalam penanganan dampak sesuai bidang, tugas pokok dan
fungsinya.

 Masyarakat, termasuk LSM


 Berperan dalam memberi masukan, koreksi dan pengawasan, serta
pemantauan pengendalian dampak.

135
MAKSUD & TUJUAN PENYARINGAN

Menentukan jenis instrumen analisis lingkungan yang


sesuai berdasarkan tipe kegiatan, lokasi kegiatan,
sensifitas areal, skala kegiatan dan besarnya dampak.

Menentukan jenis studi lingkungan yang diperlukan


(AMDAL, UKL/UPL, SOP)

Menentukan kategori proyek dan kebutuhan studi sosial


sesuai ketentuan Bank Dunia.

136
DASAR PERATURAN PENYARINGAN

Wajib AMDAL Wajib UKL/UPL


KEGIATAN PROYEK Kepmen LH 17/2001 Kepmen. Kimpraswil
17/KPTS/M/2003
1 JALAN TOL/LAYANG

a. Pembangunan Jalan Tol Semua Besaran -


b. Pembangunan Jalan Layang & Subway P  2 Km P < 2 Km
c. Peningkatan Jalan Tol dengan - Semua Besaran
pembebasan tanah - P  5 Km
d. Peningkatan Jalan Tol tanpa pembebasan
tanah
2. JALAN RAYA
a. Pembangunan/Peningkatan Jalan dengan
pelebaran di luar DAMIJA
 Kota Besar/Metropolitan
 Panjang atau P  5 Km 1 Km s/d < 5 Km
 Luas L  5 Ha 2 Ha s/d < 5 Ha
 Kota Sedang
 Panjang atau P  10 Km 3 Km s/d <10 Km
 Luas L  10 Ha 5 Ha s/d <10 Ha
137
 Pedesaan (Inter Urban)
Panjang P  30 Km 5 Km s/d  30 Km

b. Peningkatan dengan pelebaran di dalam DAMIJA


 Kota Besar/Metropolitan-Arteri/Kolektor -
Panjang P  10 Km

3. JEMBATAN (PEMBANGUNAN BARU)

a. Pembanguan Jembatan
 Kota Besar - P  20 M
 Kota Sedang Kebawah - P  60 M

Catatan : • Kota Metropolitan Populasi > 1.000.000 Penduduk


• Kota Besar Populasi 500.000 – 1.000.000 Penduduk
• Kota Sedang Populasi 200.000 – 500.000 Penduduk

• Kota Kecil Populasi 20.000 – 200.000 Penduduk


• Kota Kecamatan Populasi 3.000 – 20.000 Penduduk

138
RENCANA
RENCANAKEGIATAN
KEGIATAN

WAJIB AMDAL Ya AMDAL


AMDAL
Tidak

DAERAH SENSITIF(Termasuk
DAERAHSENSITIF (Termasuk
Kawasan DAMPAK
Kawasan Lindungdan
Lindung dan Ya Ya
Komunitas Adat Terpencil)
Komunitas Adat Terpencil) PENTING
Tidak
Tidak

WAJIB Ya
UKL/UPL
UKL/UPL
UKL/UPL
Tidak
SS O
O PP

139
MAKSUD DAN TUJUAN KONSULTASI MASYARAKAT

Memberikan informasi mengenai kebijakan/


program/proyek kepada masyarakat.

Mensinkronkan program di tingkat Pusat dan


Daerah.

Komunikasi dua arah (dialog).

Agar proyek dapat diterima dan didukung oleh


masyarakat

140
SIAPA MASYARAKAT ?
Pemrakarsa (pelaksana/pengelola kegiatan)

Instansi Terkait Daerah, antara lain: Bapedalda,


Bappeda, Dinas-dinas terkait, BPN.

Instansi Terkait Pusat, antara lain: Dep. Kehutanan,


Kementrian LH.

Masyarakat, antara lain: penduduk terkena proyek,


LSM, tokoh masyarakat, masyarakat adat.

141
KAPAN DILAKUKAN KONSULTASI ?

Dimulai sedini mungkin.

Disarankan dilakukan pada setiap tahapan proyek.

Mutlak dilaksanakan pada kegiatan-kegiatan:


penyusunan dokumen AMDAL dan dokumen ANDAS
serta dokumen LARAP dan/atau Tracer Study.

Rincian pelaksanaan setiap tahapan dapat dilihat pada


bagan terlampir.

142
PENJABARAN RKL / UKL :

Suatu kegiatan utk mengaplikasikan RKL


hasil AMDAL & UKL ke dalam perencanaan
teknis berupa

Gambar-gambar teknis
Spesifikasi teknis & persyaratan Pelaksanaan
Konstruksi
 Agar dapat dicantumkan dalam dokumen tender
dan dokumen kontrak pekerjaan fisik.
143
Tujuan Penjabaran RKL/UKL

Menjelaskan penjabaran RKL/UKL dalam gambar-


gambar teknis

Menjelaskan penjabaran RKL/UKL dalam spesifikasi


teknis & persyaratan pelaksanaan konstruksi

Menjelaskan pencantuman persyaratan pengelolaan


lingkungan dalam dokumen tender

144
Pengelolaan lingkungan dalam bentuk
gambar desain
Contoh-contoh :
 Pembuatan lereng galian/timbunan
 Noise Barrier
 Saluran drainase
 Bak penampung sedimen
 Rambu-rambu lalu lintas
 Jembatan penyeberangan pejalan kaki
 Guard rail
 Penataan Lansekap

145
Persyaratan teknis pelaksanaan pekerjaan
Contoh-contoh untuk:
 Pemilihan lokasi base camp
 Penanganan base camp
 Pembuatan jalan sementara
 Penanganan land clearing
 Penanganan galian tanah
 Penanganan situs purbakala
 Penanganan pengangkutan bahan bangunan
 Reklamasi quarry, borrow area
 Revegetasi
 Pembersihan sisa bahan bangunan
 Prioritas kesempatan kerja

146
KOORDINASI PELAKSANAAN MANAJEMEN
LINGKUNGAN
 Peran Pimpro / Pimbagpro
- Wajib melaksanakan RKL/RPL atau UKL/UPL
- Cek persyaratan dokumen lingkungan
- Pengelolaan dan pemantauan
- Informasi kepada masyarakat setempat
 Peran Kontraktor
- Memahami dampak pek. konstruksi dan penanganannya
- Menyusun program pelaksanaan manajemen lingkungan
 Peran Konsultan Supervisi
- Memantau pelaksanaan pengelolaan lingk. kontraktor
- Revisi RKL/RPL atau UKL/UPL

147
PEMANTAUAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL

Mengukur efektifitas dan efisiensi pengendalian


dampak lingkungan dan sosial.

Merekomendasikan tindak lanjut / koreksi.

Dilaksanakan internal dan eksternal (dari


lembaga independen seperti Bapedalda).

148
MAKSUD DAN TUJUAN MITIGASI DAMPAK SOSIAL

Agar pengadaan tanah dapat dilakukan dengan baik, dan


tidak menimbulkan gejolak sosial di antara masyarakat
terkena dampak.

Agar pengadaan tanah dapat dilakukan sesuai ketentuan


(GOI dan WB), serta tidak menyebabkan kerugian bagi
masyarakat

Agar pelaksanaan proyek tidak memberi-kan dampak


negatif kepada masy. adat.

149
PRINSIP PENGADAAN TANAH

 Penduduk terkena proyek (PTP) harus diberitahu haknya.

 PTP harus diberikan alternatif kompensasi.

 Kompensasi (ganti rugi) atas lahan, bangunan dan benda-benda di


atasnya harus sesuai harga pasar.

 Taraf hidup PTP setelah pengadaan tanah dapat lebih baik atau
sekurang-kurangnya sama.

 Apabila ada 40 KK yg menghendaki dimukimkan kembali, pemrakarsa


harus melaksanakan dan menyediakan pemukiman kembali.

150
LARAP DAN/ATAU TRACER STUDY

 LARAP untuk kegiatan pengadaan tanah, sedangkan Tracer Study


untuk lahan yang sudah dibebaskan dalam 2 tahun terakhir.

 Full LARAP untuk >= 40 KK


 Simplified LARAP untuk < 40 KK
 Full Tracer Study untuk >= 40 KK
 Simplified Tracer Study untuk < 40 KK

 Survai sosial ekonomi dilakukan secara sensus

 Format dan isi laporan LARAP dan Tracer Study dapat dilihat pada
lampiran.

151
RUANG LINGKUP UPL

Pemantauan pengelolaan LH tahap perencanaan;

Pemantauan pengelolaan LH tahap pelaksanaan;

Evaluasi dampak sisa;

Evaluasi dampak ikutan;

Evaluasi dampak akibat kegiatan lain;

Evaluasi manfaat proyek

152
Penyusunan KA – ANDAL
Permen LH no 08 tahun 2006

Pengertian
 AMDAL – Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup adalah
kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan

 Dampak besar dan penting (dampak penting) adalah perubahan


lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh
suatu usaha dan/atau kegiatan

 KA-ANDAL (Kerangka Acuan) adalah ruang lingkup studi analisis


dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil pelingkupan yang
disepakati oleh Pemrakasra/Penyususn AMDAL dan Komisi Penilai
AMDAL

153
Tujuan KA-ANDAL

Merumuskan lingkup dan kedalaman studi ANDAL


Mengarahkan studi ANDAL agar berjalan secara
efektif dan efisien sesuai dengan biaya, tenaga, dan
waktu yang tersedia

154
Fungsi Dokumen KA-ANDAL

Sebagai rujukan penting bagi pemrakarsa, instansi


yang membidangi rencana usaha dan/atau kegiatan
dan penyusun studi AMDAL tentang lingkup dan
kedalaman studi ANDAL yang akan dilakukan

Sebagai salah satu bahan rujukan bagi penilai


dokumen ANDAL untuk mengevaluasi hasil studi
ANDAL

155
Dasar Pertimbangan Penyusunan
KA-ANDAL
Keanekaragaman – komponen lingkungan yang perlu diamati
 Keanekaragaman jenis usaha
 Geografi
 Faktor lingkungan hidup

Keterbatasan sumber daya – untuk menyusun prioritas


 Keterbatasan waktu, dana, tenaga, metode

Efisiensi
 Penentuan masukan berupa data dan informasi yang amat relevan

156
Pihak yang terlibat dalam penyusunan
KA-ANDAL

Pemrakarsa
Instansi yang bertanggung jawab
Penyusun studi ANDAL

Dalam proses pelingkupan melibatkan:


Pakar
Peran masyarakat yang berkepentingan

157
Pengumpulan data dan informasi tentang:
•Rencana usaha dan/atau kegiatan
Evaluasi dampak penting terhadap
•Rona lingkungan hidup
Lingkungan Hidup
•Kegiatan lain di sekitar rencana usaha
dan/atau kegiatan
•Saran, tanggapan dan pendapat masyarakat

Rekomendasi/saran tindak lanjut pengambil


Proyeksi perubahan rona lingkungan hidup keputusan, perencanaan dan pengelola
Sebagai akibat adanya rencana usaha lingkungan hidup berupa :
Dan/atau kegiatan •Alternatif komponen usaha dan/atau kegiatan
•Rencana pengelolaan lingkungan hidup
•Rencana pemantauan lingkungan hidup

Penentuan besaran dan sifat penting dampak


Terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh
Rencana usaha dan/atau kegiatan

158
Wawasan KA-ANDAL
Mencerminkan dan mempertimbangkan secara jelas dan
tegas wawasan lingkungan hidup dalam pembangunan
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan
Beberapa faktor yang harus diperhatikan:
 Menampung aspirasi tentang hal-hal yang dianggap penting untuk
ditelaah
 Alternatif dari komponen usaha dan/atau kegiatan yang dipandang
layak (lingkungan hidup, ekonomis, teknis) terhadap dampak
negatif
 Memperhatikan komponen-komponen lingkungan hidup yang
harus dilestarikan dan perubahan komponen lingkungan hidup
yang mendasar
 Pemahaman agar Studi ANDAL lebih terarah dan sistematis

159
Komponen LH yang harus dipertahankan dan
dijaga serta dilestarikan
Hutan lindung, hutan konservasi dan cagar biosfer
Sumber daya air
Keanekaragaman hayati
Kualitas udara
Warisan alam dan warisan budaya
Kenyamanan lingkungan hidup
Nilai-nilai budaya yang berorientasi selaras dengan
llingkungan hidup

160
Komponen LH yang berubah secara mendasar
dan dianggap penting

Fungsi ekosistem
Pemilikan dan penguasaaan lahan
Kesempatan kerja dan usaha
Taraf hidup masyarakat
Kesehatan masyarakat

161
Proses Pelingkupan

 Proses awal untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi


dampak penting (hipotesis) yang terkait dengan rencana usaha dan/atau
kegiatan

 Hasil KA-ANDAL
 Dampak penting hipotetik yang dipandang relevan untuk ditelaah secara mendalam
dengan meniadakan hal-hal atau komponen LH yang dipandang kurang penting
untuk ditelaah
 Lingkup wilayah studi berdasarkan batas proyek, batas ekologis, batas sosial, batas
administratif
 Batas waktu kajian yang merupakan rentang waktu yang akan digunakan sebagai
dasar dalam melakukan prakiraan perubahan kualitas/kondisi lingkungan tanpa
adanya proyek dan dengan adanya proyek
 Kedalaman studi ANDAL mencakup metode, jumlah sampel, tenaga ahli yang
dibutuhkan sesuai dengan dana dan waktu

162
Pelingkupan Dampak Penting
 Identifikasi dampak potensial dengan metode
 Penelaahan pustaka dan/atau
 Analisis isi dan/atau
 Interaksi kelompok (rapat, lokakarya, brainstorming) dan/atau
 Metode ad hoc dan/atau
 Daftar uji (sederhana, kuesioner, deskriptif) dan/atau
 Matrik interaksi sederhana dan/atau
 Bagan alir dan/atau
 Pelapisan (overlay) dan/atau
 Pengamatan lapangan (observasi)

 Evaluasi dampak potensial


 Klasifikasi dan prioritas dampak penting
 Kebijakan atau peraturan yang menjadi dasar untuk arahan kajian AMDAL
selanjutnya
 Konsep saintifik

163
Pelingkupan Wilayah Studi dan
batas Waktu Kajian

Lingkup wilayah studi ANDAL


 Batas proyek
 Batas ekologis
 Batas sosial
 Batas administratif
 Batasan ruang lingkup wilayah studi ANDAL

Lingkup batasan waktu kajian


 Batasan waktu pelaksanaan rencana usaha dan/atau kegiatan
 Batasan waktu kajian dalam melakukan prakiraab
 Batas waktu kadaluarsa atau tidaknya kajian AMDAL

164
Sistematika Penyusunan KA-ANDAL

Bab I – Pendahuluan
 Latar belakang, Tujuan dan manfaat, Peraturan
Bab II – Ruang Lingkup Studi
 Lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan ditelaah
 Status dan lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan
 Alternatif yang akan dikaji dalam ANDAL
 Lingkup rona lingkungan hidup awal
 Pelingkupan
 Proses pelingkupan
 Hasil proses pelingkupan mencakup dampak penting hipotetik, lingkup
wilayah dan batas waktu

165
Bab III – Metode Studi
 Metode pengumpulan dan analisis data
 Metode prakiraan dampak penting
 Metode perhitungan matematis
 Percobaab/eksperimen
 Model simulasi visual dan peta
 Metode analogi
 Penilaian ahli
 Metode evaluasi dampak penting

Bab IV Pelaksanaan Studi


 Pemrakarsa
 Penyusun studi AMDAL
 Biaya studi
 Waktu studi

166
167

Anda mungkin juga menyukai