iii
DAFTAR GAMBAR
iv
Gambar 31 . Kegiatan Pengujian Hardness, Ketebalan Cat dan Kekencangan
Baut ..........................................................................................................27
Gambar 32 . Hammer Test, Pundit, Convermeter dan Karbonasi .....................27
Gambar 33 . Pengujian Overload & Regangan Bantalan Karet.........................28
Gambar 34 . Pengujian Kuat Tekan Beton Sillinder dan Kuat Tarik Baja ..........28
Gambar 35 . Pengujian Pengawasan Inspeksi Visual Jembatan INVI-J............28
DAFTAR TABEL
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Kegiatan pengenalan kelitbangan yang dilaksanakan di Pusjatan dari tanggal 7
Oktober 2019 s.d. 8 November 2019 bertujuan sebagai berikut.
1. Mendapat dan menambah pengetahuan dan pengalaman langsung yang
berkaitan dengan pelaksanaan kerja di lingkungan Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat.
2. Agar dapat beradaptasi mengenai kondisi lingkungan kerja di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
1
BAB 2
HASIL KEGIATAN
2.1. Teori
Tanah dasar dapat berupa tanah asli, galian atau timbunan. Beberapa pengujian
yang dilakukan diantaranya pengujian batas-batas Atterberg, gradasi butir, dan
CBR. Agregat bisa diperoleh dari agregat alam dan agregat buatan. Beberapa
pengujian yang dilakukan diantaranya abrasi, berat jenis, penyerapan, sand
equivalent, kepipihan dan kelonjongan, analisa saringan, dan kemampuan lekat
terhadap aspal. Aspal sendiri dibedakan aspal alam dan aspal cair.
Karakteristik campuran beraspal yaitu cukup stabil, cukup fleksibel, tahan lama,
kedap air, tahan terhadap geser dan mudah untuk dikerjakan. Jenis kerusakan
pada perkerasan lentur diantaranya retak (cracking), perubahan bentuk
(deformation), cacat permukaan (surface defect), dan cacat tepi perkerasan
(edge defect). Penanganan kerusakan dilakukan dengan pemeliharaan rutin,
pemeliharaan berkala dan peningkatan serta rekonstruksi.
Preservasi perkerasan jalan merupakan program jangka panjang untuk tingkat
jaringan yang dapat meningkatkan kinerja perkerasan melalui penerapan
kebiasaan-kebiasaan (practices) terpadu dan efektif biaya sehingga dapat
memperjangkan umur perkerasan, meningkatkan keselamatan, dan memenuhi
tuntungan pengguna jalan (FHWA, 2005). Tujuan preservasi perkerasan pada
tingkat yang baik atau mendekati kondisi perkerasan baru dengan cara
2
mengaplikasikan strategi pemeliharaan yang tepat pada saat yang tepat dalam
rangka memperpanjang umur dan melindungi perkerasan.
Untuk preservasi perkerasan lentur, konsep dan teknik yang digunakan
diantaranya pendekatan proaktif dari pemeliharaan preventif (pencegahan),
pencegahan pemeliharaan untuk perkerasan dengan kondisi baik, mengurangi
tingkat kerusakan, dan biaya pemeliharaan perkerasan lebih efektif dan efisien.
Teknologi perkerasan lentur diantaranya:
1. Lapis Tipis Beton Aspal (LTBA) atau Thin Overlay memiliki permukaan halus
dan kemampuan menahan lalu lintas yang berat dan tegagan geser yang
tinggi.
2. Chip seals terdiri dari laburan aspal satu lapis (burtu) atau dua lapis (burda)
dan setiap lapis diberi pengikat aspal dan kemudian ditutup dengan butiran
agregat (chipping).
3. Fog seals (kabut aspal) adalah campuran antara aspal emulsi dan air yang
diaplikasikan pada permukaan perkerasan beraspal.
4. Microsurfacing (laburan mikro) terdiri dari agregat, bahan pengisi air, dan
aspal emulsi yang dicampur secara dingin dengan menggunakan alat
pencampur, serta dilakukan penghamparan dan pemadatan di atas
permukaan perkerasan beraspal eksisting yang telah disiapkan.
5. Slurry seals (bubur aspal) berfungsi untuk memperbaiki karakteristik
fungsional perkerasan.
Salah satu produk dari Pusjatan dalam mengatasi flexible pavement yaitu
Tambalan Cepat Mantap (TCM).
3
2.1.3. Balai Sistem dan Teknis Lalu Lintas
Lalu lintas yang semakin kompleks memicu permasalahan baru, sehingga
dibutuhkan kajian terhadap dampak-dampak yang mungkin terjadi di kemudian
hari. Diperlukan adanya analisa kerja lalu lintas dalam merencanakan agar
jalan bisa aman dan nyaman. Salah satunya adalah dengan rekayasa lalu
lintas, diantarana menghitung volume kendaraan arus lalu lintas (Q), kapasitas
ruang jalan (C), dan derajat kejenuhan jalan (DS). Berdasarkan Manual
Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI 1997), arus lalu lintas adalah jumlah
bermotor yang melewati satu titik pada jalan per satuan waktu dinyatakan
dalam kend/jam (Qkend), smp/jam (Qsmp) dapat diperoleh dengan cara
manual, semi otomatis dan otomatis.
Network Survey Vehicle (NSV) adalah sistem yang mengintegrasi beberapa
peralatan sensor yang spesifik untuk mendapatkan data karakteristik
komponen jalan raya, dan dapat mengumpulkanya sekaligus dalam tingkatan
jaringan. NSV diperlukan sebagai manajemen aset untuk merencakan prioritas
pemeliharaan dan pembangunan untuk efektifitas dana anggaran. Hawkeye
merupakan salah satu produk NSV yang dirancang secara modular untuk
memungkinkan penyesuaian terhadap perkembangan dan dapat dipasang
disesuaikan dengan berbagai kendaraan. Beberapa penerapan Hawkeye
diantaranya survei aset, jaringan, dan tahapan proyek jalan, survei validasi
kontrak, survey LHR dan sebagainya.
4
Pemeriksaan jembatan terdiri dari pemeriksaan inventarisasi, pemeriksaan
detail visual jembatan, dan pemeriksaan khusus. Pemeriksaan inventarisasi
jembatan dilakukan pada saaat jembatan selesai dibangun dan sedang
dilaksanakannya perbaikan besar jembatan. Pemeriksaan inventarisasi
jembatan diantaranya mencatat data jembatan, mengukur dimensi
keseluruhan, mencatat batas-batas muatan atau pembatasan fungsional,
mencatat rincian mengenai detour (jalan memutar), mencatat data banjir
tertinggi, dan mencatat apakah terdapat gambar jembatan terlaksana dan
apakah jembatan merupakan jenis standar. Pemeriksaan khusus jembatan
bertujuan untuk menilai kondisi jembatan secara lebih spesifik dan
merupakan lanjutan dari pemeriksaan detail (dibutuhkan alat khusus).
Pemeriksaan detail visual jembatan bertujuan untuk mengenali dan mendata
semua kerusakan penting pada komponen dan elemen jembatan, menilai
kondisi komponen dan elemen jembatan secara obyektif, melaporkan apakah
tindakan darurat dibutuhkan dan alasannya, melaporkan apakah tindakan
khusus dibutuhkan dan alasannya, dan melaporkan apakah pemeliharaan
rutin telah dilaksanakan sesuai ketentuan. Kriteria penilaian kondisi jembatan
dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
5
Tabel 2. Kriteria Penilaian Kondisi Jembatan (2)
(Sumber: Modul Balai Litbang Struktur Jembatan Pusjatan, 2018)
Sistem Penilaian Kriteria Nilai
Struktur (S) Berbahaya 1
Tidak berbahaya 0
Kerusakan (R) Parah 1
Tidak parah 0
Kuantitas (K) Lebih dari 50% 1
Kurang dari 50% 0
Fungsi (F) Elemen tidak berfungsi 1
Elemen berfungsi 0
Pengaruh (P) Mempengaruhi elemen lain 1
Tidak mempengaruhi elemen lain 0
NILAI KONDISI NK = S + R + K + F + P 0-5
(NK)
2.2. Praktek
Praktikum dilaksanakan di 4 (empat) balai yaitu Balai Perkerasan Jalan, Balai
Geoteknik Jalan, Balai Sistem dan Teknis Lalu Lintas, dan Balai Struktur
Jembatan. Kegiatan yang dilakukan berupa pengujian di laboratorium dan
pengujian di lapangan yang dibimbing oleh narasumber dari Pusjatan.
6
a. DCP (Dynamic Cone Penetration)
Pengujian DCP (Dynamic Cone Penetration) bertujuan untuk memperoleh
nilai kekuatan/daya dukung tanah dasar. Pedoman pelaksanaan pengujian
DCP mengacu pada Surat Edaran Menteri No. 04/SEM/2010 tentang
Pedoman Cara Uji CBR dengan DCP (Dynamic Cone Penetration).
c. Sand Cone
Pengujian Sand Cone dilakukan untuk menentukan berat isi tanah di
lapangan. Pengujian dilakukan sesuai pedoman SNI 03-2828:2011. Hasil
7
dari pengujian ini yaitu nilai berat isi tanah kering (d lap) sebesar 1.19
dengan derajat kepadatan 86.78% dan 1.15 dengan derajat kepadatan
sebesar 84.16%.
2. Pengujian Laboratorium
Pengujian laboratorium yang dilakukan berupa pengujian material aspal,
agregat (kasar dan halus), dan campuran aspal dengan agregat.
a. Pengujian Aspal
1) Penetrasi
Pengujian penetrasi bertujuan untuk menentukan nilai kekerasan aspal.
Hasil pengujian ini berupa kategori aspal berdasarkan tingkat kekerasan.
Metode pengujian mengacu pada SNI 06-2456-1991. Nilai penetrasi
aspal yang diperoleh pada pengujian, yaitu 65.5 mm sehingga masih
masuk kedalam spesifikasi Tipe I Aspal Pen. 60-70.
2) Titik Lembek
Pengujian titik lembek aspal bertujuan untuk mengetahui temperature
saat aspal mulai berubah bentuk karena adanya perubahan tegangan.
Prosedur pengujian titik lembek aspal yang dilakukan mengacu pada SNI
2434:2011. Titik lembek rata-rata yang diperoleh pada saat pengujian,
yaitu 49oC sehingga masih masuk kedalam spesifikasi (≥ 48 oC).
3) Daktilitas
Pengujian daktilitas aspal dilakukan untuk mengetahui nilai elastisitas
dari aspal. Nilai daktilitas ditunjukkan oleh panjangnya benang aspal
yang ditarik hingga putus. Pengujian daktilitas aspal yang dilakukan
mengacu pada SNI 2432:2011.
4) TFOT (Thin Film Oven Test)
Pengujian TFOT bertujuan untuk mengetahui hilangnya presentase
minyak ringan dalam aspal. Pedoman yang digunakan dalam pengujian
ini yaitu SNI-06-2440-1991 dengan syarat nilai kandungan minyak ringan
8
dalam aspal yaitu ≤ 0.8%. Hasil pengujian didapat nilai kehilangan berat
sebesar 0.18%.
5) Berat Jenis
Pengujian berat jenis aspal dilakukan untuk mengetahui perbandingan
massa aspal dengan massa air pada isi dan temperatur yang sama.
Pengujian berat jenis aspal mengacu pada SNI 2441:2011 dengan syarat
berat jenis ≥1.0. Berat jenis aspal pada pengujian yaitu sebesar 1.039.
6) Titik Nyala
Pengujian titik nyala aspal bertujuan untuk mengetahui titik temperatur
saat aspal mulai dapat memercik api. Pengujian ini penting untuk
dilakukan sebagai jaminan keamanan pencampuran, penghamparan,
dan pemadatan di lapangan. Acuan yang digunakan dalam pengujian ini
yaitu SNI 2433:2011 yang mensyaratkan nilai titik nyala ≥232oC.
7) Kelarutan Aspal
Pengujian kelarutan aspal dilakukan untuk mengukur mineral di dalam
aspal yang tidak larut. Syarat minimum kelarutan sebesar 99% untuk
Tipe I Aspal Pen. 60/70. Pengujian kelarutan aspal mengacu pada RSNI
M-04-2004 yang merupakan revisi dari SNI 06-2438-1991. Nilai yang
diperoleh pada saat pengujian yaitu 99,755%.
8) Viskositas
Pengujian viskositas bertujuan untuk mendapatkan tingkat kekentalan
aspal. Pengujian viskositas aspal mengacu pada SNI 7729:2011.
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai viskositas sebesar 150 detik
atau 315,8 cSt, suhu pencampuran 150-190 cSt, serta suhu pemadatan
250-310 cSt.
9
Gambar 6. Pengujian laboratorium material aspal
b. Pengujian Agregat
1) Analisa Saringan Agregat Halus dan Kasar
Pengujian analisis saringan bertujuan untuk memisahkan agregat, baik kasar
maupun halus, sesuai ukuran masing-masing agregat. Metode pengujian mengacu
pada SNI ASTM C 136:2012.
3) Agregat Halus/Pasir yang Mengandung Bahan Plastis Dengan Cara Setara Pasir
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar lumpur dalam agregat halus,
yaitu dengan menentukan perbandingan relatif dari bagian yang mengandung
butiran lunak dan lempung terhadap bagian agregat total yang lolos saringan no. 4.
Pengujian yang dilakukan mengacu pada SNI 03-4428-1997 yang mensyaratkan
nilai minimal 50%. Hasil pengujian yang diperoleh yaitu 66.35% .
10
(a) Metode A: sampel yang digunakan yaitu sampel dari saringan no. 16, 30, 50,
dan 100 dalam kondisi kering oven dengan berat sampel sesuai spesifikasi
(b) Metode B: sampel yang digunakan adalah sampel yang lolos saringan no. 4
dalam kondisi kering oven sebanyak 190 gram
(c) Metode C: sampel yang digunakan adalah sampel yang lolos saringan no. 4
dalam kondisi kering oven dengan jumlah yang tidak ditentukan.
Nilai minimal dari pengujian ini yaitu 45%. Jika nilai angularitas dibawah 45%,
rongga antar agregat akan semakin besar. Nilai angularitas yang diperoleh, yaitu
sebesar 40.867%.
7) Kekekalan Agregat
Uji kekekalan agregat bertujuan untuk mengetahui sifat kekekalan agregat
terhadap pengaruh cuaca. Pengujian yang dilakukan mengacu pada SNI 3407-
2008, menggunakan larutan Natrium Sulfat (NaSO 4) atau Magnesium Sulfat
(MgSO4). Berat agregat yang lolos menunjukkan jumlah agregat yang hancur
dengan nilai maksimal 12% dari total keseluruhan berat agregat.
8) Jumlah Bahan dalam Agregat dalam Agregat yang Lolos Saringan No. 200
Pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan no. 200 bertujuan
untuk memperoleh presentase jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan no.
200. Pengujian yang dilakukan mengacu pada SNI 03-4142-1996. Maksimum
jumlah lumpur dalam agregat lolos saringan no. 200, yaitu sebesar 10%.
11
Presentase material lolos saringan no. 200 berdasarkan hasil pengujian sebesar
12.663%
3) Pengujian Marshall
Pengujian marshall dilakukan untuk mengetahui nilai kepadatan, stabilitas,
kelelehan, rasio filler, kadar aspal efektif, VMA (Void in Mineral Agreggate), VIM
12
(Void in Mix), dan VFA (Void in Filled with Asphalt). Berdasarkan pengujian dan
perhitungan yang telah dilakukan, nilai kadar aspal optimum yang diperoleh, yaitu
6.0%.
13
Gambar 8. Uji Lapangan Bor Tangan
2. Pengujian Laboratorium
a. Kepadatan Tanah
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya kadar air optimum
dan kepadatan kering maksimum γdry untuk tanah yang akan digunakan sebagai
14
bahan timbunan biasa maupun untuk timbunan pilihan.Pemadatan merupakan upaya
untuk menaikkan kekuatan tanah, mengurangi penurunan dan memperkecil
permeabilitas tanah. Ada 2 macam pemadatan yaitu standar dan modified, yang
membedakan adalah peruntukannya,jenis materialnya, jumlah lapisan dan
tumbukannya serta palu penumbuknya Pengujian kepadatan tanah mengacu pada
SNI 1742:2008. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh berat jenis tanah sebesar 2,63
dengan kadar air optimum sebesar 34,6% dan kepadatan kering maksimum sebesar
1,34 gr/cm3.
15
pengujian ini dilakukan dengan mengacu pada SNI 1967:2008 tentang Cara Uji
Penentuan Batas Cair Tanah. Berdasarkan pengujian, diperoleh nilai batas cair
sebesar 52,5. Batas plastis merupakan batas terendah kondisi kadar air ketika tanah
masih berada pada kondisi plastis. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui batas
plastis pada tanah kohesif dengan menggulung tanah sampai diameter gulungan
tanah mencapai diameter ± 3mm dan menunjukkan retakan-retakan halus. Pengujian
batas plastis dilakukan dengan mengacu pada SNI 1966:2008.
Berdasarkan pengujian batas plastis diperoleh nilai batas plastis sebesar
31,69 dan nilai indeks plastisitas sebesar 20,81.
Gambar 13. Uji Kadar Air Tanah dan Uji Berat Jenis Tanah
16
e. Pengujian Berat Isi, Angka Pori dan Derajat Kejenuhan
Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan nilai berat isi tanah halus dengan
cetakan benda uji. Dengan melakukan pengujian berat isi tanah, dapat diperoleh berat
isi kering, angka pori, porositas, dan derajat kejenuhan. Pengujian berat isi tanah
dilakukan dengan mengacu pada SNI 03-3637-1994. Hasil pengujian yang dilakukan
diperoleh nilai berat isi 1,67, angka pori sebesar 1,29 dan derajat kejenuhan sebesar
96,07%.
Gambar 14. Uji Berat Isi, Angka Pori dan Derajat Kejenuhan
17
Gambar 16. Uji Kuat Geser Langsung
18
Gambar 18. Triaxial Compresion Test
19
Gambar 19. Survei Volume Lalu Lintas Segmen 6
b. Survei Geometrik
Tujuan dari survei ini adalah untuk memperoleh kondisi geometrik jalan yang
nantinya akan digunakan beserta data volume lalu lintas untuk menganalisis kapasitas
jalan, derajat kejenuhan dan analisis rekayasa ruas jalan atau simpang. Kegiatan ini
dilakukan dengan melakukan pengukuran secara manual lebar jalan, trotoar, jarak ke
pendekat, median dan saluran drainase. Gambar di bawah ini menujukkan hasil dari
pengukuran geomterik jalan.
20
c. Analisis Kecepatan
Analisa kecepatan dilakukan untukmengetahui karakteristik kecepatan
kendaraan pada suatu ruas dalam suatu periode waktu tertentu. Survei ini dilakukan
untuk memperoleh data kecepatan kendaraan di dalam suatu ruas atau simpang
bersinyal/tidak bersinyal atau jalinan atau bundaran perkotaan atau antar perkotaan.
Data tersebut kemudian digunakan untuk memberikan gambaran kinerja ruas atau
simpang tersebut. Survei kecepatan ini dilakukan dengan metode manual
menggunakan stopwatch dengan menghitung waktu tempuh dari jarak yang telah
ditentukan dan diambil sampel minimal 30 kendaraan dari setiap jenis kendaraan.
Gambar di bawah ini menunjukkan hasil pengukuran fluktuasi kecepatan.
21
Gambar 22. Rekapitulasi Kinerja Ruas Jalan
22
3. Survei Jaringan Jalan Menggunakan Network Survey Vehicle (Nsv) Hawkeye 2000
Tujuan dari survei ini adalah untuk mendapatkan data karakteristik jalan
dengan integrasi beberapa peralatan sensor. Data ini kemudian digunakan dalam
tahap planning and programming, desain dan penyelidikan lapangan, serta
pemeriksaan, pemantauan dan evaluasi kinerja jalan. Dalam kesempatan kali ini,
digunakan Hawkeye 2000 yang memerlukan anggota yang terdiri dari driver, surveyor,
dan operator. Peralatan yang terdapat di dalam mobil hawkeye adalah kamera
perkerasan, Gipsitrac, kamera aset jalan, D-GPS, laser profiler, Instrumen pengukur
jarak, dan komputer kendali. Keunggulan Hawkeye 2000 dalam survei jaringan jalan
antara lain adalah mempersingkat durasi survei dimana kecepatan operasional bisa
mencapai 100 km/h, dan pengumpulan data yang bersifat terintegrasi sehingga
menghasilkan data yang saling sinkron. Tetapi dalam pelaksanaanya, hawkeye juga
memiliki beberapa kelemahan antar lain kamera tidak jelas bila digunakan dalam
keadaan gelap, Digital profiler (laser) tidak dapat digunakan pada permukaan yang
basah (tergenang), dan harga perlatan yang relatif mahal. Gambar di bawah ini
menunjukkan komputer kendali dalam kendaraan dan NSV Hawkeye 2000
Gambar 24. Komputer Kendali dalam Kendaraan dan NSV Hawkeye 2000
23
Gambar 25. Kegiatan Pemaparan Pengantar Teknologi Beton
24
c. Agregat Halus 15.24 kg
d. Agregat Kasar 16.82 kg
Selain itu, praktikum ini untuk mengetahui nilai Slump dan pembuatan benda uji
silinder kuat tekan.
b. Lolos 200 bertujuan mengetahui persentase agregat yang lolos saringan no. 200.
Berdasarkan spesifikasi umum 2018 nilai maksimum 5 % untuk beton umum dan
maksimum 3% untuk beton abrasi. Berdasarkan hasil percobaan kelompok 12
mendapatkan hasil nilai 4.858%
c. Uji Kadar Lempung bertujuan mengetahui kadar lampung.
25
5. Berat Jenis, Bobot Isi Agregat Halus
Praktikum ini bertujuan mengetahui nilai berat jenis dan bobot isi agregat. Bobot
isi agregat terdiri dari bobot isi lepas dan bobot isi padat pada Agregat Halus. Agregat
halus adalah Agregat yang lolos uji saringan No.200. Modulus kehalusan didapat yaitu
8.04 %.
26
b. Kekencangan Baut dilakukan untuk mengetahui kekuatan baut dengan
menggunakan torsimeter. Penggunaan alat diatur hingga sesuai dengan spesifikasi
baut.
Gambar 31. Kegiatan Pengujian Hardness, Ketebalan Cat dan Kekencangan Baut
27
Gambar 33. Pengujian Overload & Regangan Bantalan Karet
Gambar 34. Pengujian Kuat Tekan Beton Sillinder dan Kuat Tarik Baja
28
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pembinaan profesi melalui pengenalan kelitbangan ini memberikan manfaat
dalam hal pengetahuan tentang penelitian dan pengembangan teknologi di
Pusjatan melalui keempat balai litbangnya Melalui pengenalan kelitbangan ini
Jabatan Fungsional Teknik Jalan dan Jembatan Terampil juga mendapatkan
basic engineering secara teori dan praktek di laboratorium untuk mengetahui
kualitas atau mutu produk yang dihasilkan di lapangan.
Terhadap kondisi kerja nantinya, pengenalan kelitbangan di Pusjatan memberikan
pengetahuan dalam hal prosedur pengujian dan pentingnya dilakukan pengujian-
pengujian terhadap material sebelum material tersebut digunakan saat
perencanaan maupun pelaksanaan nanti. Dengan adanya pengujian-pengujian
ini nantinya akan diketahui apakah material tersebut kuat, aman, dan sesuai
dengan spesifikasi untuk digunakan. Selain itu, pengujian ini akan membantu saat
melakukan kegiatan pengawasan terhadap proyek pekerjaan nantinya, mana kah
material yang lolos uji dan tidak. Pengujian juga dilakukan terhadap kondisi
eksisting infrastruktur, misalnya kondisi jalan dan jembatan yang sudah ada
apakah masih laik fungsi atau perlu dilakukan pemeliharaan. Pengujian-pengujian
yang dilakukan di laboratorium maupun di lapangan dapat mendukung sebagai
referensi dalam perencanaan maupun metode pelaksanaan jalan dan jembatan
saat bertugas nanti.
Sehingga, keseluruhan kegiatan pengenalan kelitbangan ini memberikan
gambaran dari kondisi kerja yang nantinya akan dihadapi dan memberikan
motivasi untuk melakukan inovasi-inovasi teknologi di dalam menghadapi isu-isu
di bidang infrastruktur khususnya jalan dan jembatan.
3.2. Saran
Pusjatan diharapkan dapat terus berkontribusi dalam penelitian dan
pengembangan teknologi di bidang infrastruktur khususnya jalan dan jembatan
dengan menggunakan material yang kuat, reachable, murah dengan metode
konstruksi yang berkeselamatan dan cepat sehingga dapat dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat.
Selain itu, kegiatan pengenalan kelitbangan ini diharapkan dapat terus
dilaksanakan untuk pembinaan CPNS selanjutnya dan waktu pelaksanaan yang
lebih efektif agar ilmu teori maupun lapangan dapat tersampaikan dengan baik.
29
DAFTAR PUSTAKA
30