Anda di halaman 1dari 13

LOW COST LOW VOLUME ROAD

SOLUSI PENANGANAN JALAN


DI DAERAH TERDEPAN, TERLUAR DAN TERTINGGAL
(STUDY KASUS PENANGANAN JALAN DI PULAU ENGGANO)
H. R. Anwar Yamin Anik Sarminingsih
PSPPI Fakultas JPII, Universitas Diponegoro Dept. JPII Sipil Fak. JPII, Universitas Diponegoro
TKJJ Politeknik PU aniksarminingsih@lecturer.undip.ac.id
ayplg@yahoo.com

Bambang Sudarsono Farman Ali


Dept. JPII Sipil Fak. JPII, Universitas Diponegoro BPJN Bengkulu – Jl. Ir. Rustandi Sugianto Km 12
Bambang_f220@yahoo.com farman.ali@pu.go.id

Abstrak
Pulau Enggano merupakan salah satu pulau yang akan dikembangkan. Enam desa di pulau tersebut dihubungkan
oleh jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu sepanjang 38,699 km. Sebagian jalan tersebut berupa penetrasi
McAdam, sisanya masih jalan tanah. Walaupun LHR-nya kurang dari 50 kendaraan dengan beban kurang dari 8
ton, kondisi jalan tersebut saat ini sudah sangat memprihatinkan. Beberapa rencana perbaikan telah diusulkan,
namun belum satupun disetujui. Study ini bertujuan untuk mengusulkan solusi perbaikan yang tepat, murah,
menggunakan material lokal dan mengikutsertakan masyarakat setempat. Solusinya adalah menggunakan lapisan
soil-cement 20 cm berupa agregat lokal (krokos) plus 5% semen, dengan kombinasi chip seal dan slurry seal Tipe-
1 sebagai lapis penutupnya. Biaya konstruksi usulan ini hanya 13% dan 25% dari biaya apabila menggunakan
perkerasan kaku masing-masing setebal 25 cm dan 20 cm. Untuk umur rencana 20 tahun, LCC-nya masing-
masing sebesar 3,69 dan 1,94 kali dari LCC usulan ini.

Kata Kunci: jalan, perbaikan, murah, agregat lokal, Enggano

Abstrack
Enggano Island has to be developed. Six villages on the island, connected by the 38,699 km Banjarsari-Malakoni-
Kahyapu road, partly is McAdam penetration, the rest is dirt road. Although LHR is less than 50 vehicles with
less than 8 tons load, the road current condition is very poor. Improvements plans have proposed, but none
approved. This study aims to propose an appropriate improvement solutions, cheap, using local materials and
involving the local community. The solution is using 20 cm soil-cement of local aggregate (krokos) plus 5%
cement, and combination of chip seal and Type-1 slurry seal as covering layer. The initial cost of this solution is
only 13% and 25% of the cost when using rigid pavements 25 cm and 20 cm thick, respectively. For 20 years
service life, its LCC are 3.69 and 1.94 times that of the LCC of solution proposed, respectively.

Keywords: road, improvement, cheap, local agregat, Enggano

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pulau Enggano merupakan salah satu pulau Tertinggal, Terluar dan Terdepan (3T) di
Indonesia yang akan dikembangkan (Kemenkumham, 2020). Enam desa di pulau tersebut,
yaitu desa Banjar Sari, Meok, Malakoni, Kaana, Kahyapu dan desa Apoho dihubungkan oleh
satu ruas jalan, yaitu jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu sepanjang 38,699 km. Saat ini, ruas
jalan tersebut memainkan peranan penting bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat,
selain penghubung antara desa, juga merupakan penghubung tiga pintu masuk, yaitu pelabuhan
Kahyapu dan Malakoni di selatan Pulau Enggano serta bandar udara Enggano diutaranya.
Ruas jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu merupakan jalan propinsi yang awalnya berupa
jalan tanah dibangun pada tahun 1975. Pada tahun 2006 sampai 2016, sepanjang 26 km sudah

1
ditingkatan oleh Kementerian PUPR dengan pemberian lapis pondasi dan lapis penutup berupa
penetrasi McAdam (penMac) tetap sisanya masih berupa jalan tanah yang belum sempat
ditangani lagi sampai dengan saat ini. Sejak tahun 2020, kondisi jalan tersebut yang sudah
mengalami penurunan baik pada segmen yang masih berupa jalan tanah maupun pada segmen
yang sudah diberi lapisan penMac. Secara umum kondisi ruas jalan Banjarsari-Malakoni-
Kahyapu saat ini (tahun 2022) sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1. Kendaraan niaga
hanya melintas dengan kecepatan 20 – 30 km/jam dan tidak jarang terjebak pada bagian jalan
yang rusak sehingga harus ditarik keluar oleh kendaraan lainnya. Kondisi tersebut
menyebabkan tingginya biaya transportasi dan kesenjangan sosial karena masyarakat antar
desa sulit untuk bersosialisasi. Selain itu, akitifas lainnya seperti pendidikan, perdagangan
menjadi tidak efektif dan kadang tidak dapat berlangsung.

a. Lapen, Rusak Sedang b. Lapen, Rusak Berat c. Jalan Tanah, Rusak Berat d. Jalan tanah, Sangat Rusak

Gambar 1. Typikal Kondisi Ruas Jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu – Pulau Enggano

Kelangkaan sumber-sumber agregat yang menenuhi persyaratan untuk digunakan


sebagai bahan pekerasan jalan, cuaca dan gelombang laut yang sering kali tinggi dan tidak
tersedianya fasilitas bongkar muat merupakan suatu kendala teknis dalam pengadaan agregat
di Pulau Enggano. Bila tidak direncanakan dengan menggunakan agregat lokal, maka biaya
perbaikan jalannya akan menjadi mahal. Selai itu, terjadinya gesekan dengan LSM maupun
dengan masyarakat setempat yang merasa tidak diikut sertakan dalam pengadaan agregat dan
pelaksanaan konstruksi merupakan hambatan sosial yang acap kali muncul pada pekerjaan
jalan di pulau tersebut.

Tujuan Study
Tujuan studi ini adalah mencari solusi teknologi perkerasan untuk perbaikan ruas jalan
Banjarsari-Malakoni-Kahyapu jalan yang sesuai dengan kondisi pulau Enggano, murah tetapi
handal, menggunakan material lokal dan yang dapat mengikutsertakan masyarakat setempat.

KJIAN PUSTAKA
Jalan Berlalu Lintas Rendah
Jalan berlalu lintas rendah (Low Volume Road, LVR) yaitu jalan yang dilalui oleh Lalu
lintas Harian Rata-rata (LHR) kurang dari 400 kendaraan dengan tidak lebih dari 10%-nya
merupakan kendaraan berat dan direncanakan untuk melayani lalu lintas sampai dengan 4 x
106 ESA (Ida dan Yamin, 2015; Vaza et al., 2021). Definisi sama digunakan oleh MPD (BM,
2017) tetapi umur rencana LVR dibatasi hanya sampai dengan satu juta ESA. Jalan untuk LVR
dapat berupa perkerasan kaku, perkerasan lentur, jalan tampa penutup seperti jalan tanah, soil
cement, jalan kerikil atau jalan kerikil yang lapisan penutupnya berupa lapisan seal. Pemilihan

2
tipe LRV ditentukan oleh LHR yang direncanakan melaluinya, Tabel 1 dan Tabel 2 dapat
digunakan untuk pemilihan tipe LRV yang cocok.
Tabel 1. Pemilihan Jenis dan Tipe Perkerasan
Katagori Lalu Lintas Sangat Rendah Rendah Sedang Berat Sangat Berat
Klas LL V IV III II I
CESA Selama Umur Rencana 20 thn (Juta) 0 < CESA < 0,5 0,5 < CESA < 4 4 < CESA < 10 10 < CESA < 30 CESA > 30
Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR) < 50 50<X< 250 250<X<400 400<X<500 500<LLHR<800 - -
Unpaved Road
- Jalan Tanah
- Jalan Kerikil
- Soil Cement
Paved Road
Jalan Beraspal
- PenMc
- CPHMA
- HRS di atas LPA
- AC di atas LPA
- AC ≥ 10 cm di atas LPA
- AC ≥ 10 cm di atas CTB
- AC Mod ≥ 10 cm di atas CTB
- SMA ≥ 10 cm di atas CTB
Jalan Beton
- 15 cm Fc' 3,5 Mpa
- 20 cm Fc' 3,8 MPa
- 23 cm Fc' 4,1 MPa
- > 20 cm Fc' 4,5 Mpa di atas CTB

Sumber : Vaza et al. (2021)

Tabel 1. Pemilihan Jenis Perkerasan Menurut MDP-2017


ESA (juta) Dalam 20 Tahun
Bagan
Stuktur Perkerasan (Pangkat 4 Kecuali Ditentukan Lain
Desain
0 – 0,5 0,1 – 4 > 4- 10 > 10 - 30 > 30 - 200
Perkerasan kaku dengan lalu lintas berat
4 - - 2 2 2
(di atas tanah dengan CBR ≥ 2,5%)
Perkerasan kaku dengan lalu lintas rendah
4A - 1,2 - - -
(daerah perdesaan dan perkotaan)
AC-WC modifikasi atau SMA modifikasi
3 - - - 2 2
dengan CTB (ESA pangkat 5)
AC WC dengan CTB (ESA pangkat 5) 3 - - - 2 2
AC tebal ≥ 100 mm dengan lapis pondasi
3B - - 1,2 2 2
berbutir (ESA pangkat 5)
AC atau HRS tipis di atas lapis pondasi
3A - 1,2 - - -
berbutir
Burda atau burtu dengan LPA kelas A
5 3 3 - - -
atau batuan asli
Lapis Fondasi Soil Cement 6 1 1 - - -
Perkerasan tampa penutup (Japat, jalan
7 1 - - - -
kerikil)

Sumber: BM (2017)

Lapis Perkerasan untuk LVR


Untuk LVR, dari dua jenis kegagalan perkerasan lentur (retak lelah dan deformasi),
deformasi merupakan kegagalan yang lebih diperhitungkan dari pada retak lelah. Apabila lapis
pondasi LVR dibuat sangat kuat, seperti penggunaan lapis pondasi soil cement, maka peran
lapis penutup yang struktural seperti HMA dapat digantikan dengan lapis penutup yang bersifat
fungsional seperti chip seal dan slurry seal.

Soil Cement
Teknologi yang paling populer untuk meningkatkan daya dukung tanah atau lapisan tanah
lunak yang tidak begitu tebal adalah dengan menambahkan soil stabilizer. Banyak jenis
stabilizer tanah yang dapat digunakan, pemilihannya tergantung pada sifat tanah yang akan
diperbaiki. Menurut Austroads (1998), untuk tanah berbutir halus dengan persentase lolos

3
saringan No. 200 lebih kecil dari 25%, atau lolos saringan No. 200 lebih besar dari 25% tetapi
memiliki indeks plastis < 10%, jenis soil stabilizer yang cocok adalah semen, dan campurannya
disebut Soil Cement (SC). Dalam Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 Rev-2 (BM, 2018), SC
dapat digunakan sebagai improve subgrade ataupun sebagai lapis pondasi. Sebagai improve
subgrade, SC harus memiliki CBR minimum sebesar 12%, dan harus memiliki UCS minimum
sebesar 20 kg/cm2 apabila SC akan digunakan sebagai lapis pondasi. Persentase semen yang
digunakan untuk mencapai kekuatan tersebut ditentukan dari hasil percobaan di laboratorium
tetapi dapat pula diperkirakan berdasarkan sifat tanah yang akan distabilisasi.

Chip Seal
Chip seal adalah pemberian satu lapisan aspal yang diikuti dengan pemberian satu lapisan
chipping. Chip seal dapat dihampar di atas lapis permukaan beraspal atau di atas lapis pondasi.
Tujuan dari pemberian lapisan chip seal di atas lapis pondasi adalah untuk memberikan suatu
lapisan penutup (seal) pada lapisan pondasi (base) baik yang berupa semented base, crushed
base, gravel base bahkan substandar natural base (Walter, 2008) sehingga lapisan tersebut
menjadi lebih yang durabel masih memberikan tahanan gelincir yang baik (Edmund, 2008)
dan lebih ramah lingkungan karena tidak menimbulkan debu pada saat dilewati lalu lintas
lebih-lebih panas cuaca panas dan kering.
Ada beberapa tipe chip seal yang telah digunakan, yaitu single chip seal, double chip
seal, ranked incoat seal, inverted seal dan sandwich seal. Dari semua itu, single chip seal dan
double chip seal yang paling umum digunakan. Menurut Trevor (2008), penerapan tipe chip
seal apapun pada perkerasan jalan dapat menghemat anggaran.

Slurry Seal
Bubur aspal emulsi (emulsified asphalt slurry seal) merupakan campuran aspal emulsi,
agregat, air, bahan pengisi dan atau bahan tambahan khusus jika diperlukan yang dicampur
secara proporsional dan gelar secara merata menggunakan peralatan khusus di atas perkerasan
jalan beraspal yang masih dalam kondisi mantap. Penggunaan slurry seal bertujuan untuk
memperbaiki retakan halus, mengisi rongga, pengausan permukaan jalan, untuk memperbaiki
variasi tekstur permukaan perkerasan dan pelepasan butir agregat.

Initial Cost dan Life Cyrcle Cost untuk Pembiayaan Kontruksi Jalan
Untuk mencapai umur pelayannnya, jalan harus dirawat secara berkesinambungan. Biaya
perawatan jalan berbanding terbalik dengan biaya investasinya. Semakin besar investasi awal
per kilo meter jalan yang dibangun (initial cost), makin kecil biaya perawatannya (maintenance
cost), sebaliknya makin kecil biaya investasi pembangunannya, semakin besar perawatan jalan
tersebut. Oleh sebab itu, biaya investasi jalan seyogyanya tidak dilihat dari initial cost-nya saja
tetapi juga maintenance cost yang dilakukan selama umur rencananya. Berdasarkan hal
tersebut, biaya total investasi jalan selama umur rencananya (Life Cyrcle Cost, LCC)

4
merupakan jumlah aljabar initial cost plus dengan maintenance cost jalan tersebut harus
menjadi pertimbangan pertama untuk penentuan investasi di bidang jalan.

PEMBAHASAN
Hasil Survey Kondisi Existing Ruas Jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu
Struktur perkerasan eksisting ruas jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu, Pulau Enggono
sepanjang 38,699 km terdiri dari urukan pilihan (urpil) setempat-setempat (spot-spot), lapis
pondasi klas B (20 cm) lapis pondasi Kls A (15 cm) dan lapisan penetrasi McAdam (PenMac).
Saat ini beberapa bagian dari ruas jalan tersebut kondisinya masih cukup baik tetapi sebagian
besar kondisinya sangat memperihatinkan. Strip map kondisi l ruas jalan tersebut ditunjukkan
pada Gambar 2 dan Tabel 3. Kondisinya (tahun 2022) seperti yang ditunjukkan pada Gambar
1 sebelumnya. Dengan kondisi jalan terebut saat ini, kecepatan kendaraan yang melaluinya
hanya dapat mencapai 20 km/jam – 30 km/jam dan truk bermuatan tidak dapat melalui jalan
tersebut karena akan terpelosok di bagian jalan yang daya dukungnya sudah sangat lemah.

Hasil Survey Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu


Dari hasil survey lalu lintas selama tujuh hari, diketahui bahwa lalu lintas harian rata-rata
(LHR) yang melewati ruas jalan ini adalah kurang dari 60 kendaraan yang didominasi oleh
kendaraan pick up (< 8 ton) dan dengan sedikit sekali jumlah truk. Jumlah lalu lintas terbesar
hanya terjadi selama dua hari dalam seminggu, yaitu pada saat kedatangan dan keberangkatan
kapal ferry saja. Dengan jumlah lalu lintas tersebut, ruas jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu
dapat dikatagorikan sebagai jalan berlalu lintas rendah (Low Volume Road, LVR).

Gambar 2. Strip map Jenis dan Kondisi Ruas Jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu

Tabel 3. Kondisi Ruas Jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu – Pulau Enggano


No Jenis Konstruksi Kondisi Saat ini Panjang
1 Urpil + Lapis Pondasi + Lapen Hilang lapis permukaan 10 km
2 Urpil + Lapis Pondasi + Lapen Penetrasi rusak berat 7 km
3 Urpil + Lapis Pondasi + Lapen Penetrasi rusak berat 2 km
4 Urpil + Lapis Pondasi + Lapen Penetrasi rusak ringan 1 km + 6 km
5 Urpil + Lapis Pondasi + Lapen Penetrasi rusak sedang 6 km

Hasil Tinjuan Lapangan Ketersediaan Agregat Lokal


Pulau Enggano adalah pulau karang, batuan karst (batu kapur) adalah batuan yang
dominan yang banyak terdapat pulau ini. Secara lokal, batuan kapurnya disebut batu krokos
(Gambar 3). Selain batuan karst, batuan lainnya yang juga banyak terdapat adalah batu pasir,
pasir kuarsa, batuan lanau, batuan lempung dan batua pasir tufaan. Batu krokos banyak
terdeposit di kebun dan di belakang rumah penduduk di kiri dan kanan jalan pada ruas jalan

5
Banjarsari-Malakoni-Kahyapu. Oleh sebab itu, penggunaan batu ini sebagai bahan jalan akan
memberikan dampak ekonomi bagi penduduk setempat.

Gambar 3. Krokos-Agregat Lokal di Pulau Enggano


Hasil Pengujian Sifat dan Daya Dukung Tanah
Dari hasil uji laboratorium pada tanah dasar dan krokos yang diambil di sekitar ruas
jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu, diketahui bahwa tanah dasarnya memiliki nilai batas cair
(Liquid Limit, LL) kurang dari 40, Indeks Plastis (IP) kurang dari 10% dan butiran lolos
saringan Nomor 200 kurang dari 35%. Dengan demikian tanah dasar tersebut merupakan tanah
granular dari kelompok A-2-4 (AASHTO). Sedangkan krokosnya tersebut memiliki LL
sebesar 31,35%; IP sebesar 6,38% dan butiran lolos saringan No. 200; No.40 dan No. 10
masing-masing sebanyak 2,46%; 19,28 dan 56,52%. Berdasarkan hasil tersebut, krokos Pulau
Enggano masuk kelompok A-1 (AASHTO). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
tanah dasar pada ruas jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu dikatagorikan sangat baik dan
krokos yang terdapat di sekitarnya sangat baik sebagai bahan perkerasan tetapi tidak dapat
digunakan sebagai bahan LPA maupun LPB karena IP-nya lebih besar dari 6% dan nilai
abrasinya, yaitu 47,37% (lebih besar dari 40%), tidak sesuai dengan Spesifikasi Umum Bina
Marga 2018 Rev-2 (BM, 2018).
Dari hasil pengujian DCP dengan interval jarak 100 m pada ruas jalan Banjarsari-
Malakoni-Kahyapu, diketahui bahwa Daya Dukung Tanah (DDT) dasarnya memiliki CBR
sangat baik tetapi bervariasi, hanya ada beberapa lokasi saja yang nilai CBR-nya kurang dari
6% (Gambar 4). Untuk lokasi yang CBR-nya < 6%, peningkatan DDT dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu dengan stabilisasi atau dengan memberikan capping layer. Untuk ruas jalan
Banjarsari-Malakoni-Kahyapu, karena perbaikan DDT yang dibutuhkan hanya setempat-
setempat, cara yang efektif dan efisien untuk meningkatkan DDT-nya adalah dengan cara
memberikan capping layer berupa urugan pilihan (urpil) dengan ketebalan sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 5.

Pemilihan Type dan Jenis Perkerasan Jalan


Berdasarkan hasil survey lalu lintasnya dimana diketahui bahwa LHR pada ruas jalan
Banjarsari-Malakoni-Kahyapu adalah kurang dari 60 kendaraan/hari dan dominasi oleh
kendaraan ringan berupa mobil pick up (< 8 ton), maka bila diassumsikan LHR tersebut
diangggap semuanya bermuatan 8 ton (ESA), maka untuk Umur Rencana (UR) 20 tahun dan
tingkat pertumbuhan sebesar 3%, didapat CESA sebesar 441.346 (< 05, Juta ESA). Sehingga
dengan demikian, ruas jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu dapat dikatagorikan sebagai jalan
berlalu lintas sangat rendah baik berdasarkan LHR-nya saat ini ataupun kumulatif ESA yang
dilayaninya selama 20 tahun kedepan. Berdasarkan Tabel 1, tipe dan jenis perkerasan yang
cocok untuk ruas jalan tersbut adalah jalan tanah, jalan kerikil, soil cement, atau jalan beton

6
dengan mutu beton Fc’ 3,8 Mpa setebal 20 cm. Sedangkankan bila berdasarkan Tabel 3, tipe
dan jenis yang cocok adalah perkerasan lentur dengan lapis penutup AC (Asphaltic Concrete)
ataupun HRS (Hot Rolled Sheet). Namun demikian, karena di Pulau Enggano tidak terdapat
quary agregat yang memenuhi persyaratkan Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 Rev-2 (BM,
2018) untuk untuk jalan beton, jalan beraspal ataupun jalan kerikil sehingga harus didatangkan
dari luar pulau, dan jalan tanah kurang durable, maka pemilihan tipe-tipe jalan tersebut tidak
menjadi alternatif pilihan yang bijaksana. Pilihan yang cocok dengan kondisi di Pulau
Enggano, murah dan berkearifan lokal adalah dengan menggunakn soil cement. Dalam hal ini,
bahan yang digunakan untuk soil cement adalah krokos. Oleh sebab itu, jenis perkerasan lentur
menggunakan soil cement merupakan pilihan yang direkomendasikan untuk digunakan
sebagai perkerasan pada ruas jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu, Pulau Enggano.

Gambar 4. Nilai CBR Tanah Dasar Ruas Jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu

Gambar 5. Tebal Urpil Ekuivalen CBR 6% untuk Ruas Jalan Banjarsari Malakoni-Kahyapu

Usulan Pengananan yang Cocok untuk Ruas Jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu


Walaupun krokos-semen yang digunakan sebagai lapis perkerasan jalan kuat memikul
beban beban lalu lintas tetapi krokos-semen tidak kuat menahan gerusan akibat gaya traksi roda
kendaraan yang melintasinya. Untuk itu, di atas krokos-semen perlu diberikan lapis penutup
sebagai pelindung baik berupa lapisan struktural (campuran beraspal atau slab beton) maupun
berupa lapisan fungsional seperti chip seal dan slurry seal. Dengan alasan ketidaktersedian
quary agregat yang memenuhi persyaratkan Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 Rev-2 (BM,
2018), dan mengingat krokos-semen yang digunakan sudah cukup memiliki kekuatan untuk
melayani lalu lintas harian di Pulau Enggano maka lapis penutup yang dibutuhkan adalah hanya
lapis penutup fungsional seperti slurry seal dan chip seal ataupun kombinasinya. Namun

7
demikian, karena ruas jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu melintasi enam desa dan cuaca di
Pulau Enggano yang cepat sekali berubah maka jenis lapis penutup fungsional yang akan
dihampar di atas krokos-semen tidak berupa chip seal ataupun slurry seal tetapi kombinasi
dari keduanya dengan susunan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Usulan Lapis Perkerasan untuk Penanganan Ruas Jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu – P. Enggano

Berdasarkan sifat krokosnya, jumlah semen yang diperlukan untuk meningkatkan daya
dukung hingga mencapai nilai UCS minimum yang disyaratkan yaitu sebesar 20 kg/cm2 adalah
antara 5% – 8%. Dengan kandungan krokos kasar, tertahan saringan No. 4-nya yaitu sekitar
14,18% dan yang lolos saringan No.40 yaitu sekitar 19,28%; maka kadar semen yang
dibutuhkan untuk mencapai nilai UCS krokos-semen sebesar 20 kg/cm2 dengan berat isi kering
tertinggi (≥ 2,08 t/m3) hanya sebesar 5%. Dengan kekuatan lapisan krokos-semen tersebut,
ukuran nominal maksimum chip yang digunakan untuk lapisan chip seal adalah ½ inchi (12,5
mm). Mengingat ruas jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu dikatagorikan sebagai jalan kecil,
maka jenis slurry seal yang cocok adalah slurry seal Tipe-1.
Selain alasan teknis sebagaimana disampaikan di atas, pemilihan penggunaan perkerasan
dengan krokos-semen di Pulau Enggano juga dilakukan dengan pertimbangan finansial dan
ekonomi. Secara finasial, pemilihan krokos-semen dimana materialnya ada di sekitar proyek
adalah lebih ekomonis dibandingkan bila menggunakan perkerasan lain yang materialnya harus
didatangkan dari luar Pulau Enggano. Dari segi ekonomi, penggunaan agregat lokal yang
terdapat di sekitar lokasi proyek akan menggerakan roda perekonomian di daerah tersebut
dimana masyarakat dapat langsung menikmati hasil dari pembelian raw materialnya dan
pemerintah mendapatkan pemasukan dari restribusi penambangannya.

Rencana Penggunaan Agregat Lokal Pulau Enggano untuk Badan Jalan


Walaupun secara teknis krokos dapat digunakan sebagai material untuk konstruksi jalan
tetapi menurut aturan atau kebijakan lokal belum tentu diizinkan. Dengan pendekatan persuasif
yang dihadiri oleh enam kepala desa, para kepala suku dan pemangku adat serta disaksinya
oleh Camat Enggano, perwakilan Koramil dan Polsek Kecamatan Enggano disepakati bahwa
krokos secara mufakat diizinkan untuk digunakan sebagai bahan untuk penanganan ruas jalan
Banjarsari-Malakoni-Kahyapu. Untuk menjaga zona hijau yang merupakan buffer zoze
pelindung pantai dari abrasi, pengrusakan pantai dan pemunduran garis pantai Pulau Enggano,
pengambilan krokos hanya akan dilakukan ke arah daratan saja.

Hasil Survey Sumber Pengambilan Krokos di Pulau Enggano


Untuk memastikan agar galian krokos yang nantinya dilakukan tidak merusak
lingkungan, perhitungan deposit yang akan ditambang dilakukan hanya pada lokasi yang relatif

8
tidak mengganggu lingkungan, permukiman dan fungsi jalan ketika diproduksi. Untuk itu,
perhitungan cadangan sumber material pada tiap lokasi pengamatan akan dilakukan hanya
sampai pada elevasi permukaan tanah dasar badan jalan, tidak termasuk yang berada
dibawahnya sehingga tidak menyebabkan terbentuknya cekungan atau lubang genangan
setelah penambangan krokosnya dilakukan, kecuali bila kondisi aslinya sudah berada dibawah
permukaan tanah dasar badan jalan (Gambar 7).

Gambar 7. Ilustrasi Simulasi Galian Krokos yang Akan Dilakukan

Untuk tujuan tersebut di atas, pengukuraan dilakukan di 22 titik (Lokasi Pengukuran, LP)
yang tersebar mulai desa Kahyapu di selatan sampai ke desa Banjarsari di sebelah utara. Luas
daerah yang diukur untuk masing-masing LP sebagaimana ditunjukan pada Gambar 8. Dari
hasil pengujian geolistrik, diketahui bahwa deposit krokos yang terukur (cadangan terukur)
untuk setiap luasan pada masing-masing LP sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4 dengan
total cadangan terukur sebanyak 36.673.685,07 m3. Dari keenam desa yang terdapat di Pulau
Enggano, hanya di desa Kahyapu yang relatif tidak memiliki cadangan quary krokos.
Tabel 4. Cadangan Terukur Krokos di Sekitar Ruas Jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu, Pulau Enggano

Gambar 8. Luas Daerah Pengukuran Deposit Krokos

Analisis Dampak Lingkungan Akibat Penambangan Krokos


Estimasi kebutuhan krokos untuk pananganan ruas jalan Banjarsari – Malakoni –
Kahyapu adalah sebanyak 38.699 m3. Eksploitasi quary krokos tentu saja akan memberikan
dampak lingkungan yang akan mengubah rona awal lingkungan setempat. Untuk mengetahui
dan untuk menimimasi dampak lingkungan yang akan terjadi sebagai akibat dari eksploitasi
9
krokos, dilakukan analisis dampak lingkungan, Rencana Kelola Ligkungan (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Dari kegiatan tersebut disimpulkan bahwa untuk
menjaga keseimbangan ekosistem alami dan untuk meminimasi dampak sosial yang mungkin
terjadi, eksplorasi kroros direncanakan akan disebar di beberapa titik lokasi quary di setiap
desa dan dikoordinir oleh kelompok-kelompok usaha masyarakat atau koperasi. Pengusahaan
penambangan oleh kelompok usaha masyarakat atau koperasi ini juga dilakukan dalam rangka
pemenuhan UU No. 3 Tahun 2020.
Pengusahaan krokos oleh masyarakat setempat melalui koperasi juga dimaksudkan untuk
mereduksi potensi terjadinya gesekan (konflik) antara masyarakat dengan penyedia jasa yang
melakukan penanganan ruas jalan tersebut. Potensi gesekan ini dapat diperkecil lagi apabila
masyarakat setempat ikutsertakan dalam pelaksanaan konstruksi. Semua hal tersebut selain
berguna untuk memperkecil potensi konflik juga yang tidak kalah pentingnya adalah dapat
memberikan dampak positif pada perekonomian masyarakat di Pulau Enggano.

Usulan Solusi Penanganan Struktur Ruas Jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu


Berdasarkan kondisi dan uraian tersebut di atas, usulan pertama (Alternatif-1)
penanganan ruas jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu adalah dengan krokos-semen setebal 20
cm pada segmen-segmen dari ruas jalan tersebut yang lapisan PenMac sudah terkelupas semua
ataupun yang mengalami kerusakan berat; penambalan menggunakan PenMac baru pada
segmen dimana lapisan PenMac-nya mengalami kerusakkan ringan, dan untuk segmen yang
lapisan PenMac-nya masih dalam kondisi sedang dan baik tetap dipertahankan (lihat Gambar
8). Setelah semuanya lapisan strukturalnya diperbaiki, lalu seluruh permukaan jalan diberi lapis
fungsional kombinasi lapisan chip seal dan slurry seal. Dengan penanganan Alternatif-1 ini,
akan dihasilkan perkerasan jalan dengan lapis permukaan yang seragam tetapi dengan struktur
bawah yang berbeda tetapi dengan kekuatan yang relatif sama (Gambar 9.a).

A B
Alternatif 1 :

A B

Alternatif 2 : C D

C D
KETERANGAN
: Slurry Seal : Penetrasi Maacadam
: Chip Seal : Krokos-semen
: Tack Coat : Tanah Dasar atau Urpil

Gambar 8. Alternatif Penanganan Ruas Jalan Kahyapu – Banjarsari


Usulan kedua (Alternatif-2) penanganan ruas jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu adalah
dengan cara melakukan penghamparan lapis krokos-semen setebal 20 cm di atas seluruh ruas
jalan tersebut dengan tampa melihat kondisi eksistingnya (lihat Gambar 8). Kemudian lapis
krokos-semen tersebut ditutup dengan lapisan fungsional kombinasi lapisan chip seal dan
slurry seal. Dengan penanganan Alternatif-2 ini, akan dihasilkan perkerasan jalan dengan lapis

10
permukaan dan lapis pondasi yang seragam (Gambar 9.b). Keunggulan Alternatif-2 dari
Alternatif-1 adalah lebih sedikitnya item pekerjaan yang dilakukan.

a. Alternatif-1 b. Alternatif-2
Gambar 9. Potongan Melintang Solusi Penanganan
Initial Cost dan LCC Penanganan Ruas Jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu
Untuk pekerjaan pada Alternatif-1 dan Alternatif-2 di atas, volume penambalan PenMac
yang rusak ringan dan rusak sedang diasumsikan masing-masing sebanyak 10% dan 30%.
Volume perbaikan PenMac untuk lebar jalan 6 m dengan tebal 7 cm, adalah sebesar 322 m3.
Dengan harga satuan lapis PenMac saat ini di Bengkulu, yaitu sebesar Rp.1.964.093/m3, maka
biaya pekerjaan perbaikan lapisan PenMac lama dengan menggunakan 7 cm lapis PenMac
Baru adalah sebesar Rp. 632.437.946.
Untuk pekerjaan krokos-semen, harga krokos sebesar Rp. 270.000/m3 dan harga semen
krokos sebesar Rp. 100.000/zak (50 kg), dengan penggunaan semen sebanyak 5% terhadap
berat krokos, maka biaya satuan pekerjaan krokos-semen terhampar padat adalah sebesar Rp.
800.000/m3. Dengan demikian, biaya pekerjaan krokos-semen untuk badan jalan selebar 8 m
(1 m + 6 m + 1 m) setebal 20 cm adalah sebesar Rp. 160.000/m3.
Untuk harga satuan pekerjaan chip seal (double chip seal, tebal ± 16 mm) dan slurry seal
(tebal ± 3 mm) masing-masing adalah Rp. 250.000/m2 dan Rp. 60.000/m2 serta harga tack coat
sebesar Rp. 1400/liter maka biaya pekerjaan (initial cost) untuk masing-masing item pekerjaan
penanganan ataupun perbaikan struktur badan untuk Alternatif-1 dan Alternatif-2 adalah
sebagaimana diberikan pada Tabel 5. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa usulan
penanganan Alternatif-2 Rp. 1.754.970,76 lebih murah dari pada Alternatif-1. Dengan
demikian dapat dikatakan usulan penanganan ruas jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu dengan
Alternatif-2 pekerjaannya tidak saja lebih simpel (tidak terlalu banyak item pekerjaan) tetapi
juga 1,6% lebih murah dari pada Alternatif-1.
Bila dilihat dari LCC-nya, dimana chip seal di Indonesia memiliki umur layan 5 tahun
dan slurry seal sekitar 4 tahun, maka untuk umur pelayanan selama 20 tahun (sesuai dengan
UR krokos-semen) perlu dilakukan 3 kali rechip seal dan 4 kali reslury seal. Bila usulan
rencana penanganan Alternatif-2 dibandingan dengan rencana penanganan apabila
menggunakan perkerasan kaku dengan tebal plat beton 20 cm dan 15 cm dengan konstruksi
sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 10 perbedaan LCC pada nilai sekarang (present
value) penanganan ruas jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu, untuk masa pelayanan selama 20
tahun sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa untuk
umur rencana 20 tahun, LCC-nya masing-masing perkerasan kaku tebal 20 cm dan 15 cm
masing-masing adalah sebesar 3,69 dan 1,94 kali lebih besar dari LCC usulan solusi
penanganan Alternatif-2 yang didapat dari study ini.

11
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari study kasus ini dapat disimpulkan bahwa solusi teknologi perkerasan untuk perbaikan ruas
jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu jalan yang sesuai dengan kondisi pulau Enggano, murah
tetapi handal, menggunakan material lokal dan yang dapat mengikutsertakan masyarakat
setempat adalah lapisan soil-cement setebal 20 cm dengan lapis penutup kombinasi dari lapisan
chip seal dengan ukuran nominal maksimum 12,5 mm dan lapisan slurry seal Tipe-1 setebal 3
mm. Lapisan soil-cement menggunakan agregat lokal berupa krokos yang ditambah dengan
5% semen. Untuk menghidari geserakan dengan masyarakat setempat, eksplorasi krokos
tersebut harus diusahakan oleh penduduk setempat baik secara orang perorangan ataupun
melalui koperasi yang anggotanya merupakan penduduk setempat. Initial cost dari usulan
solusi yang ditawarkan dari study ini hanya 13% atau 25% dari biaya konstruksi bila
menggunakan perkerasan kaku masing-masing setebal 20 cm atau 15 cm dan LCC-nya. Untuk
umur rencana 20 tahun, LCC perkerasan kaku tersebut masing-masing sebesar 3,69 dan 1,94
kali lebih besar dari LCC usulan solusi penanganan yang didapat dari study ini.
Tabel 5. Initial Cost Penanganan Ruas Jalan Banjarsari-Malakoni-Kahyapu, P. Enggano
Jenis Pekerjaan Panjang Lebar Tebal Kuantitas Satuan Harga Satuan Harga Pekerjaan
(m) (m) (m) (Rp) (Rp)
Alternatif 1
Krokos-semen (pondasi)* 25699 8 0.2 41118.4 meter3 800,000 32,894,720,000
Krokos-semen (bahu)* 13000 2 0.2 5200 meter3 800,000 4,160,000,000
Penetrasi 13000 6 322 meter3 942,021 303,330,762
Tack Coat 38699 6 0.2 46438.8 liter 14,000 650,143,200
Chip Seal 38699 6 232194 meter2 250,000 58,048,500,000
Slurry Seal 38699 6 232194 meter2 60,000 13,931,640,000
TOTAL 109,988,333,962
Alternatif 2
Krokos-semen (pondasi)* 38699 6 0.2 46438.8 meter3 800,000 37,151,040,000
Krokos-semen (bahu)* 38699 2 0.2 15479.6 meter3 800,000 12,383,680,000
Penetrasi 0 0 0 0 meter3 942,021 -
Tack Coat 38699 6 0.2 46438.8 liter 14,000 650,143,200
Chip Seal 38699 6 232194 meter2 250,000 58,048,500,000
Slurry Seal 38699 6 232194 meter2 60,000 13,931,640,000
TOTAL 108,233,363,200
Catatan : * Biaya krokos-semen masih bisa lebih rendah bila material pada badan existing dapat digunakan

a. Tebal Slab 25 cm b. Tebal Slab 25 cm


Gambar 10. Konstruksi Perkerasan Kaku sebagai Pembanding Solusi

Saran
Eksplorasi krokos yang akan digunakan untuk penanganan perbaikan ruas jalan
Banjarsari-Malakoni-Kahyapu harus dipantau sehingga tidak menyisakan lubang-lubang bekas
galian dan hanya dilakukan pada quary-quary arah daratan saja sehingga pengerusakan
lingkungan dan ekosistem pantai dapat dihindari. Pengusahaan atau pengadaan krokos harus
dipastikan melibatkan penduduk setempat melalui kelompok-kelompok usaha masyarakat atau
12
koperasi yang anggotanya merupakan penduduk setempat sehingga potensi gesekan dengan
penduduk setempat dapat diminimasi dan dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi
penduduk setempat.
Tabel 6. Perbandingan LCC Perkerasan Kaku dengan Rencana Penanganan yang diusulkan
Lebar/Tebal Lapisan Panjang Target Nilai LCC 20 Tahun
(m) (km) (Juta Rupiah)
Perkerasan Kaku Tebal 20 cm
6.0/0,25 38,699 831,680
Perkerasan Kaku Tebal 20 cm
6,0/0,20 38,699 437,600
Alternatif-2: Krokos-Semen + Double Chip Seal + Slurry Seal
6/0,20 38,699 225,631

DAFTAR PUSTAKA
Austroads, (1998), Guide to Stabilization in Roadworks, Austroads Pub. No. AP-60/98. Sydney.
BM, (2017), Manual Desain Perkerasan (MDP) Revisi Juni 2017 No. 04/SE/Db/2017, Bina
Marga, PUPR, Jakarta, Indonesia.
BM, (2018), Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 Rev-2, Direktorat Jenderal Bina
Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Indonesia.
Edmund Hegarty, (2008), I.A.T. Guidelines for Surface Dressing in Ireland, First Sprayed
Sealing Conference – Cost Effective High Performance Surfacing, Adelaide, Australia.
Ida Rumkita, R. Anwar Yamin, (2015), Perencanaan dan Perawatan Jalan Kerikil untuk Jalan
Berbiaya dan Bervolume Lalu Lintas Rendah, Prosiding Workshop Teknologi Jalan
Berbiaya dan Bervolume Rendah., Pusjatan, Bandung, Indonesia.
Kemenham, (2020), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020 – 2024,
Peraturan Persiden Nomor 18 Tahun 2020, Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia, Indonesia
Trevor Distin, (2008-a), Development of Performance Requirements for Binder Distributors in
South Africa, First Sprayed Sealing Conference – Cost Effective High Performance
Surfacing, Adelaide, Australia.
Vaza Herry dan Anwar Yamin R. dan Sri Sadono, (2021), Jalan Berlalu Lintas Rendah (Low
Volume Road): Disain dan Perawatan, Kementerian Pekerjaan Umum, Indonesia.
Walter Holtrop, (2008), Sprayed Sealing Practice in Australia, First Sprayed Sealing
Conference – Cost Effective High Performance Surfacing, Adelaide, Australia.
Yamin H.R. Anwar dan Sailendra Agus Bari, (2010), Low Cost Low Volume Road (Unpaved
Road in Indonesia). Environmentally Friendly Road and Transport in Climate Change,
Bali, Indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai