Anda di halaman 1dari 60

PERENCANAAN GEOMETRIK

Modul –Elemen perancangan geometrik


JALAN
ERIZA ISLAKUL ULMI, MT
NIDN.1122109201
Sub-CPMK
Mahasiswa mampu menerapkan elemen perencanaan geometrik jalan.
ELEMEN PERANCANGAN GEOMETRIK
JALAN
1. ALINYEMEN HORIZONTAL/TRASE JALAN
2. ALINYEMEN VERTIKAL/ PENAMPANG MELINTANG JALAN
1. Alinyemen Horisontal
Alinyemen horisontal atau trase jalan adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horisontal.

Alinyemen horizontal terdiri atas bagian garis lurus (tangen) dan bagian garis lengkung
(tikungan).

Perencanaan alinyemen horisontal sebagian besar menyangkut perencanaan tikungan yang


diusahakan agar dapat memberikan keamanan dan kenyamanan.
Kemiringan Melintang pada Jalan lurus
CL
en  e normal
2% 2%

- Untuk mengalirkan air yang


jatuh dipermukaan
- Nilai e normal tergantung
jenis lapis permukaan
Kendaraan yang melewati busur lingkaran akan
mendapatkan gaya sentrifugal
Gaya sentrifugal dapat diimbangi oleh:
1. Gaya gesek melintang antara ban kendaraan dengan
permukaan jalan
2. Berat kendaraan akibat kemiringan melintang
Koefisien gesekan melintang (f) = Fs/N

Koefisien gesekan melintang dipengaruhi:


- jenis dan kondisi ban
- tekanan ban
- kekasaran permukaan perkerasan
- kecepatan kendaraan dan keadaan cuaca
Superelevasi
Kemiringan melintang pada suatu tikungan yang berguna untuk mengimbangi
gaya sentrifugal dari kendaraan yang berjalan pada tikungan.

Superelevasi (e), faktor gesekan sisi (f), kecepatan rencana (Vr), dan jari-jari
lengkung (R), mempunyai hubungan sebagai berikut:

Vr 2
ef 
127.R
SUPERELEVASI MAKSIMUM & KOEFISIEN GESEKAN MELINTANG
MAKSIMUM

Nilai superelevasi maksimum sesuai Bina Marga:


jalan luar kota 10%,
daerah yang sering hujan & kabut 8%,
daerah perkotaan antara 4% - 6%.

Superelevasi yang diperlukan untuk setiap tikungan diberikan berdasarkan


kecepatan rencana, dan jari-jari lengkung.
SUPERELEVASI MAKSIMUM & KOEFISIEN GESEKAN MELINTANG
MAKSIMUM

Besarnya jari-jari minimum untuk setiap kecepatan rencana ditentukan oleh


nilai koefisien gesek melintang maksimum (f maks), yang direkomendasikan
berkisar antara 0.14 sampai 0.17 (demi kenyamanan mengemudi).

Koefisien gesekan melintang maksimum:


- 40 km/jam≤Vr≤80 km/jam
fmaks= -0,00065V+0,192
- 80 km/jam≤Vr≤112 km/jam
fmaks= -0,00125V+0,24
Perubahan Kemiringan Melintang
Gambar Metode Penentuan Superelevasi
Sumber : Bina Marga, 1990
Tabel panjang lengkung peralihan minimum dan superelevasi yang diperlukan
(e maksimum = 10%, metode Bina Marga)
R(m) V=50 km/jam V= 60 km/jam V= 70 km/jam
e Ls e Ls e Ls
5730 LN 0 LN 0 LN 0
2865 LN 0 LN 0 LP 60
1910 LN 0 LP 50 LP 60
1432 LP 45 LP 50 0,021 60
1146 LP 45 LP 50 0,025 60
955 LP 45 0,023 50 0,031 60
819 LP 45 0,026 50 0,035 60
716 LP 45 0,029 50 0,039 60
573 0,026 45 0,036 50 0,047 60
477 0,031 45 0,042 50 0,055 60
409 0,035 45 0,048 50 0,062 60
358 0,039 45 0,054 50 0,068 60
318 0,043 45 0,059 50 0,074 60
286 0,048 45 0,064 50 0,079 60
239 0,055 45 0,073 50 0,088 60
205 0,062 45 0,080 50 0,094 60
179 0,068 45 0,086 50 0,098 60
159 0,074 45 0,091 60 0,099 60
143 0,079 45 0,095 60 0,10 60
130 0,083 45 0,098 60
119 0,087 45 0,10 60
110 0,091 50
102 0,093 50
95 0,096 50
90 0,097 50
84 0,099 60
80 0,099 60
75 0,10 60
Lengkung Peralihan
lengkung yang disisipkan diantara bagian lurus jalan dan bagian lengkung jalan berjari-jari tetap
R, berfungsi mengantisipasi perubahan alinyemen jalan dari bentuk lurus (R tak terhingga)
sampai bagian lengkung jalan berjari-jari tetap R, sehingga gaya sentrifugal yang bekerja pada
kendaraan saat berjalan di tikungan berubah secara berangsur-angsur, baik ketika kendaraan
mendekati tikungan maupun meninggalkan tikungan.
Persamaan untuk menentukan panjang lengkung
peralihan
L S  0,278  V  t
' Lama perjalanan 3 detik

LS  (e  e ).B.mmax
n Landai relatif maksimum

V3 V.e
L S  0,022  2,727
R.C C Modifikasi Shortt

θs.π.Rc
Ls  Bentuk lengkung spiral
90 (khusus untuk S-S)
Bentuk Lengkung Horizontal
Garis lengkung dapat terdiri dari:

Busur lingkaran saja (Circle).


Busur lingkaran ditambah busur peralihan (Spiral-Circle-Spiral),
Busur peralihan saja (Spiral-Spiral),
Lengkung Busur Lingkaran Sederhana (Full Circle )

Lengkung Full Circle ini digunakan pada lengkung yang berjari-jari besar dan sudut tangen yang
relatif kecil yang memberikan e ≤ 3%.
p≤ 0,10 (AASHTO).
Diagram superelevasi untuk lengkung berbentuk Full Circle.
(belok kanan)
Persamaan yang digunakan dalam lengkung busur lingkaran
sederhana :

Tc  R  tg
2

E c  Tc  tg
4

L c  0,01745  Δ  R

1/m = (e + en).B/Ls
Lengkung Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)
syarat Lc ≥ 20 m, Lc ≥ 25 m (AASHTO)

s

c
s s
? /2 ? /2
Diagram Superelevasi S-C-S
Persamaan :
90.Ls c = Δ - 2s
S 
π.Rc
θc
Lc  π.Rc SYARAT Lc ≥ 20 m Lc ≥ 25 m
180
L2s
p  R(1  cos s )
6R
L3s
k  Ls  2
 RSin s
40 R
Es = (Rc+P)sec1/2 Δ-Rc Ts = (Rc+P) tg 1/2 Δ+k

1/m = (e + en).B/Ls
Lengkung Spiral-Spiral (S-S)
Ls berdasar bentuk lengk spiral harus ≥Ls Tabel (atau ke 3 pers)
Persamaan :
s = ½ Δ

θs.π.Rc (Ls Berdasar bentuk lengkung


Ls  spiral HARUS > Ls Tabel)
90
Ls 2 Ls 3
p - Rc(1 - cos ) k  Ls - 2
- Rc sin 
6Rc 40.Rc

L = 2 Ls

Ts = (Rc+p) tg1/2Δ +k

Es = (Rc+p)sec1/2Δ-Rc

1/m = (e + en).B/Ls
DIAGRAM SUPERLEVASI
stasioning
PI3
PI1
ST1 ST2
TS1 CT B
SC CS TC
SC=CS TS2
A PI2
STA A = STA 0 + 000
STA TS1 = STA A + dAPI1-Ts1
STA PI1 = STA A + dAPI1
STA SC=CS = STATs1 + Ls1
STA ST1 = STA SC=CS + Ls1
STA TS2 = STA ST1 + dPI1PI2 – Ts1 – Ts2
STA PI2 = STA TS2 + Ts2
STA SC = STA TS2 + Ls
STA CS = STA SC + Lc
STA ST2 = STA CS + Ls
STA TC = STA ST2 + dPI2PI3 -Ts2-Tc
STA PI3 = STA TC + Tc
STA CT = STA TC + Lc STA B = STA CT + dPI3B - Tc
V. Penentuan Trace Jalan
 Penentuan Trace Jalan :
 Sebisa mungkin dibuat sejajar dengan kontur
 Trace harus konsisten, perubahan mendadak harus
dihindari

 Penentuan lokasi jembatan :


 Kondisi dahulu (ideal), direncanakan tegak lurus dengan
sungai
 Kondisi sekarang, menentukan lokasi jalan yg memadai
& melengkapi struktur jalan. Sehingga terkadang muncul
jembatan serong, atau ada lengkung horisontal dan
vertikal pada jembatan, yg pada akhirnya menimbulkan
biaya & permasalahan yg besar
2. Alinyemen vertikal
Adalah potongan memanjang sumbu jalan
Berupa poligon vertikal dimana kurva parabola disisipkan diantara poligon-poligon tersebut.
Lengkung vertikal menghubungkan dua garis kelandaian yang saling berpotongan.
Contoh penggambaran
Alinyemen vertikal
Kriteria menentukan koordinasi Alinyemen
vertical:
Alinyemenvertical
1. Alinyemenhorisontal danJalan
vertical yang terletak pada satu fase memberikan
tikungan tanjakan dan atau tikungan turunan memberikan dampak
geometrik aman dan nyaman bagi pengemudi dan dapat memperkirakan
bentuk alinyemen berurutan dalam satu arah jalan.
2. Tikungan tanjakan/turunan tajam tidak diadakan dibagian lengkung
vertical cembung atau dibagian bawah lengkung vertical cekung.
3. Pada jalan lurus panjang seperlunya tidak dibuatkan lengkung vertical
cembung, diupayakan dilakukan pengaturan duga badan jalan selama
pelaksanaan dibagian segmen tersebut.
4. Kelandaian yang pendek tidak sesuai syarat keamanan dan kenyamanan
tidak diletakan diantara dua kelandaian curam, sehingga dapat mengurangi
jarak pandangan mengemudi ( berhenti dan menyiap akan mendahului).
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
perencanaan Alinyemen vertical(1/2) ignemen
Vertical
1. Bila memungkinkan, diusahakan agar pada bagian lengkung horisontal (tikungan) tidak
terjadi lengkung vertical (tanjakan dan turunan).
2. Grade (kemiringan memanjang minimum) sebesar 0,5 %, tidak lebih kecil dari grade
minimum kondisi medan jalan datar, bukit dan gunung.
3. Grade kemiringan memanjang maksimum dibatasi oleh panjang kritisnya dengan ketentuan
melalui pedoman perencanaan Geometrik no 13/1970 dan diperbaruhi perencanan
geometrik 038/TBM/1997. r.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
AlinyemenVertical
perencanaan Alinyemen vertical(2/2) ignemen
Vertical
4. Penentuan elevasi jalan rencana harus memperhatikan kemungkinan
terjadinya galian dan timbunan. diupayakan volume galian dan timbunan
diusahakan sama sejauh kriteria perencanaan gradasi tanah terpenuhi, agar
struktur tanah untuk konstruksi memiliki gradasi sama disegmen tiap ruas
jalan.
5. Penentuan titik STA (0+ 000) didasarkan pada gambar topografi dan
digambarkan melalui potongan memanjang rencana jalan menurut kondisi
elevasi tanah asli yang telah ditentukan.
Jenis lengkung ditinjau dari titik potongnya
kedua bagian lurus (tangen) dari rencana jalan
: (1/2)

1. Lengkung vertical cekung, adalah lengkung dimana titik perpotongan kedua tangen berada
dibawah permukaan jalan.
Contoh lengkung vertikal
Jenis lengkung ditinjau dari titik potongnya
kedua bagian lurus (tangen) dari rencana jalan
: (2/2)

2. Alinyemenvertical cembung, dimana terbentuk dari arah arah memanjang jalan arah
membentuk sudut keluar, dimana garis arah awal jalan mengarah mendaki dan setelah
melewati titik potongan garis arah jalan mengarah menurun atau mendatar
Contoh lengkung vertikal
Penentuan rancangan alignemen vertical akan
didahului dengan penentuan unsur :
A. Kelerengan / kelandaian tanah pada jalan di lokasi bukit, datar, pegunungan dalam (A)%.
B. Jarak pandangan henti saat mengalami perlambatan kecepatan dan menghadapai ganguan
C. Jarak pandangan menyiap saat mendahului kendaraan dari arah sejajar dan melihat kendaraan
dari posisi didepan.
A. Kelandaian
Pelaksanaan pembentukan kelandaian jalan diusahakan dibuat mendekati tanah asal sehingga
pembentukan leveling keadaan badan jalan dapat turun naik dengan persyaratan teknik,.Untuk
persyaratan di Indonesia pembentukan kelandai jalan arah memanjang biasanya diambil
berdasarkan jenis lokasi sebagai berikut
a) Daerah pegunungan sebesar 7 – 10 %,
b) Daerah perbukitan besar 6 – 9 %.
c) Daerah dataran sebesar 3 %
Alignemen Vertical Jalan
Contoh terbentuknya segmen alignemen vertikal jalan. Pada gambar dibawah ini
Alinyemen Vertical Jalan
Dalam rancangan lengkung vertikal, posisi elevasi pusat perpotongan vertikal (PPV) telah
ditentukan terlebih dahulu dalam gambar, kemudian baru dihitung nilai nilai meliputi
1. Panjang lengkung (Lv)
2. Pergeseran vertikal (Ev)
3. Elevasi dari permukaan rencana jalan tepat di bawah atau di atas PPV
4. Elevasi dari titik-titik PLV dan PTV
5. Elevasi dari permukaan rencana jalan PLV, PTV, dan PPV yang diambil pada setiap nomor-
nomor stasiun yang tersebut dalam alignment vertikal
B. Jarak Pandangan
Alignemen henti
Vertical Jalan
jarak dimana pengemudi dapat menghentikan kendaraannya sebelum mencapai
suatu hambatan Sloping Sight Distance (SSD).

Jph = 1,47 Vt+ v^2/30 (f .g)

Dimana V = kecepatan rata-rata (normal, mph)


f = angka gesekan / koefisien gesekan mak 0,55
t = waktu rata-rata kendaraan pengemudi pada saat kendaraan
mengurangi kecepatan sampai kesadaran
ada t = (2,5 detik)
g = gravitasi 9,8 m/detik2
Jarak pandang henti terdiri dari dua
elemen yaitu :
Jajarak awal reaksi adalah jarak pergerakan kendaraan sejak pengemudi melihat suatu halangan
yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat pengemudi menginjak rem
a) jarak awal pengereman adalah jarak pergerakan kendaraan sejak pengemudi menginjak rem
sampai dengan kendaraan tersebut berhenti
Konsep JPH dalam Alinyemen vertikal
Konsep JPH

Light Beam Distance (SSD)

G1
headlight beam (diverging from LOS by β degrees) G2

PVC PVT

h1 PVI
h2=0
Perhitungan JPH
(rumus dasar dan kondisi datar)
Perhitungan JPH
untuk jalan antar kota (ada kelandaian)
Untuk jalan antar kota dan kondisi ada kelandaian maka nilai f dikoreksi dengan kelandaian (L,
dalam persen).
Jika kelandaian naik maka nilai f dikoreksi dengan (+ L).
Untuk kelandaian turun maka nilai f dikoreksi dengan (-L).
Perhitungan JPH
untuk jalan dalam kota
Untuk jalan dalam kota biasanya juga digunakan rumus sbb
Perhitungan JPH
untuk jalan dalam kota
Rumus tersebut sebenarnya sama dengan rumus dasar dengan penjelasan sbb.
Nilai 0,278 = (1/3,6)
Nilai 0,039 = (1/3,6)^2)/2
Nilai a = 3,4 = g * f = 9,8 * 0,35
Hubungan antara kecepatan dan f
Jika diinginkan, nilai fp dapat ditentukan sesuai Vn, seperti tersaji pada tabel berikut ini.
Tabel JPH jalan antar kota
Tabel JPH jalan dalam kota
Pengecekan jarak pandang di lapangan
Faktor reduksi
Ada literatur yang menyebutkan bahwa analisis JPH seharusnya memperhitungkan jarak aman
dari halangan (ds)
Nilai ds dihitung sbb
A C. Jarak pandangan menyiap
lignement Vertical jalan
Pandangan menyiap digunakan pengemudi untuk melakukan penyalipan dari
kendaraan lain atau pengubahan lajur kendaraan kelajur kanan.
JPM (Rumus)
JPM (Penjelasan tambahan)
Tabel JPM

Catatan: rumus JPM sulit


diterapkan dalam analisis
Alinyemen vertikal. Mengapa?
Karena kecepatan kendaraan
menurun saat menaiki
tanjakan.
Panjang lengkung vertikal
Panjang lengkung vertikal ditentukan berdasarkan syarat:
JPH
Faktor K (laju kurva vertikal)
Keluwesan (flexibility)
Drainase
Kenyamanan (comfortable)
Goncangan
Panjang lengkung vertikal cembung
berdasarkan JPH

JPH = S, dan ditentukan sesuai ketentuan yang di depan


Kondisi L < SSD dan L > SSD

Anda mungkin juga menyukai