Alinyemen horizontal terdiri atas bagian garis lurus (tangen) dan bagian garis lengkung
(tikungan).
Superelevasi (e), faktor gesekan sisi (f), kecepatan rencana (Vr), dan jari-jari
lengkung (R), mempunyai hubungan sebagai berikut:
Vr 2
ef
127.R
SUPERELEVASI MAKSIMUM & KOEFISIEN GESEKAN MELINTANG
MAKSIMUM
LS (e e ).B.mmax
n Landai relatif maksimum
V3 V.e
L S 0,022 2,727
R.C C Modifikasi Shortt
θs.π.Rc
Ls Bentuk lengkung spiral
90 (khusus untuk S-S)
Bentuk Lengkung Horizontal
Garis lengkung dapat terdiri dari:
Lengkung Full Circle ini digunakan pada lengkung yang berjari-jari besar dan sudut tangen yang
relatif kecil yang memberikan e ≤ 3%.
p≤ 0,10 (AASHTO).
Diagram superelevasi untuk lengkung berbentuk Full Circle.
(belok kanan)
Persamaan yang digunakan dalam lengkung busur lingkaran
sederhana :
Tc R tg
2
E c Tc tg
4
L c 0,01745 Δ R
1/m = (e + en).B/Ls
Lengkung Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)
syarat Lc ≥ 20 m, Lc ≥ 25 m (AASHTO)
s
c
s s
? /2 ? /2
Diagram Superelevasi S-C-S
Persamaan :
90.Ls c = Δ - 2s
S
π.Rc
θc
Lc π.Rc SYARAT Lc ≥ 20 m Lc ≥ 25 m
180
L2s
p R(1 cos s )
6R
L3s
k Ls 2
RSin s
40 R
Es = (Rc+P)sec1/2 Δ-Rc Ts = (Rc+P) tg 1/2 Δ+k
1/m = (e + en).B/Ls
Lengkung Spiral-Spiral (S-S)
Ls berdasar bentuk lengk spiral harus ≥Ls Tabel (atau ke 3 pers)
Persamaan :
s = ½ Δ
L = 2 Ls
Ts = (Rc+p) tg1/2Δ +k
Es = (Rc+p)sec1/2Δ-Rc
1/m = (e + en).B/Ls
DIAGRAM SUPERLEVASI
stasioning
PI3
PI1
ST1 ST2
TS1 CT B
SC CS TC
SC=CS TS2
A PI2
STA A = STA 0 + 000
STA TS1 = STA A + dAPI1-Ts1
STA PI1 = STA A + dAPI1
STA SC=CS = STATs1 + Ls1
STA ST1 = STA SC=CS + Ls1
STA TS2 = STA ST1 + dPI1PI2 – Ts1 – Ts2
STA PI2 = STA TS2 + Ts2
STA SC = STA TS2 + Ls
STA CS = STA SC + Lc
STA ST2 = STA CS + Ls
STA TC = STA ST2 + dPI2PI3 -Ts2-Tc
STA PI3 = STA TC + Tc
STA CT = STA TC + Lc STA B = STA CT + dPI3B - Tc
V. Penentuan Trace Jalan
Penentuan Trace Jalan :
Sebisa mungkin dibuat sejajar dengan kontur
Trace harus konsisten, perubahan mendadak harus
dihindari
1. Lengkung vertical cekung, adalah lengkung dimana titik perpotongan kedua tangen berada
dibawah permukaan jalan.
Contoh lengkung vertikal
Jenis lengkung ditinjau dari titik potongnya
kedua bagian lurus (tangen) dari rencana jalan
: (2/2)
2. Alinyemenvertical cembung, dimana terbentuk dari arah arah memanjang jalan arah
membentuk sudut keluar, dimana garis arah awal jalan mengarah mendaki dan setelah
melewati titik potongan garis arah jalan mengarah menurun atau mendatar
Contoh lengkung vertikal
Penentuan rancangan alignemen vertical akan
didahului dengan penentuan unsur :
A. Kelerengan / kelandaian tanah pada jalan di lokasi bukit, datar, pegunungan dalam (A)%.
B. Jarak pandangan henti saat mengalami perlambatan kecepatan dan menghadapai ganguan
C. Jarak pandangan menyiap saat mendahului kendaraan dari arah sejajar dan melihat kendaraan
dari posisi didepan.
A. Kelandaian
Pelaksanaan pembentukan kelandaian jalan diusahakan dibuat mendekati tanah asal sehingga
pembentukan leveling keadaan badan jalan dapat turun naik dengan persyaratan teknik,.Untuk
persyaratan di Indonesia pembentukan kelandai jalan arah memanjang biasanya diambil
berdasarkan jenis lokasi sebagai berikut
a) Daerah pegunungan sebesar 7 – 10 %,
b) Daerah perbukitan besar 6 – 9 %.
c) Daerah dataran sebesar 3 %
Alignemen Vertical Jalan
Contoh terbentuknya segmen alignemen vertikal jalan. Pada gambar dibawah ini
Alinyemen Vertical Jalan
Dalam rancangan lengkung vertikal, posisi elevasi pusat perpotongan vertikal (PPV) telah
ditentukan terlebih dahulu dalam gambar, kemudian baru dihitung nilai nilai meliputi
1. Panjang lengkung (Lv)
2. Pergeseran vertikal (Ev)
3. Elevasi dari permukaan rencana jalan tepat di bawah atau di atas PPV
4. Elevasi dari titik-titik PLV dan PTV
5. Elevasi dari permukaan rencana jalan PLV, PTV, dan PPV yang diambil pada setiap nomor-
nomor stasiun yang tersebut dalam alignment vertikal
B. Jarak Pandangan
Alignemen henti
Vertical Jalan
jarak dimana pengemudi dapat menghentikan kendaraannya sebelum mencapai
suatu hambatan Sloping Sight Distance (SSD).
G1
headlight beam (diverging from LOS by β degrees) G2
PVC PVT
h1 PVI
h2=0
Perhitungan JPH
(rumus dasar dan kondisi datar)
Perhitungan JPH
untuk jalan antar kota (ada kelandaian)
Untuk jalan antar kota dan kondisi ada kelandaian maka nilai f dikoreksi dengan kelandaian (L,
dalam persen).
Jika kelandaian naik maka nilai f dikoreksi dengan (+ L).
Untuk kelandaian turun maka nilai f dikoreksi dengan (-L).
Perhitungan JPH
untuk jalan dalam kota
Untuk jalan dalam kota biasanya juga digunakan rumus sbb
Perhitungan JPH
untuk jalan dalam kota
Rumus tersebut sebenarnya sama dengan rumus dasar dengan penjelasan sbb.
Nilai 0,278 = (1/3,6)
Nilai 0,039 = (1/3,6)^2)/2
Nilai a = 3,4 = g * f = 9,8 * 0,35
Hubungan antara kecepatan dan f
Jika diinginkan, nilai fp dapat ditentukan sesuai Vn, seperti tersaji pada tabel berikut ini.
Tabel JPH jalan antar kota
Tabel JPH jalan dalam kota
Pengecekan jarak pandang di lapangan
Faktor reduksi
Ada literatur yang menyebutkan bahwa analisis JPH seharusnya memperhitungkan jarak aman
dari halangan (ds)
Nilai ds dihitung sbb
A C. Jarak pandangan menyiap
lignement Vertical jalan
Pandangan menyiap digunakan pengemudi untuk melakukan penyalipan dari
kendaraan lain atau pengubahan lajur kendaraan kelajur kanan.
JPM (Rumus)
JPM (Penjelasan tambahan)
Tabel JPM