Anda di halaman 1dari 29

Selamat Pagi …

ASPAL
Oleh:
IR. A. SUBAGDJA, MT

ASPHALT TESTING
Bahan Aspal

Istilah Aspal

Aspal adalah bahan berwarna kecoklatan


sampai hitam sebagaian besar terdiri dari
gugusan hidrokarbon
Terbuatnya:
- Dari alam : aspal alam ( Asbuton,
Trinidad lake Aspal TLA, Gilsonit)
-Buatan: Dari Residu Pengilangan minyak
bumi
Bahan Aspal

Pembagian Jenis Aspal Buatan berdasarkan bentuknya


Aspal keras dibagi berdasarkan kekerasannya:
- Pen 60, Pen 80 ( Pen grade)
- AC.10 , AC .20 ( Viscosity grade)
# Aspal Cair
- Berdasarkan Kecepatan penguapan ( RC , MC , SC )
- Berdasarkan kekentalannya : RC 70, RC 250, RC 800
- Terbuatnya RC = Aspal pen 60 + Pelarut sejenis Premium
MC = aspal pen 80 + Kerosen
SC = Aspal + minyak diesel
Aspal Emulsi: Aspal plus emulgator
- Bedrdasrkan Jenis muatannya : Kationil (+) dan Anionik ( - )
- Berdasarkan kecerp settingnya : CRS, CMS, CSS
- Berdasarkan kekerasanya: CMS-2 dan CMS-2h / CSS-1,
CSS-2h
Bahan Aspal

Sifat Aspal

Sifat Kimia,
ditentukan berdasarkan kandungan asplaten
dan kandungan malten (resin, arumated,
saturated)
Sifat Fisik,
ditentukan berdasarkan: durabilitasnya
(penetrasi, titik lembek, dan daktilitas),
Adhesi/ kohesi, Kepekaan terhadap
perubahan temperatur, dan Pengerasan/
Penuaan
Bahan Aspal

SIFAT -SIFAT ASPAL

1. Sifat-sifat kimia aspal


- Aspalten
- Malten (resin, aromated, saturated)

2. Sifat-sifat fisik aspal


- Durabilitas (penetrasi, titik lembek, dan daktilitas)
- Adesi dan kohesi
- Kepekaan terhadap perubahan temperatur
- Pengerasan dan penuaan

6
Bahan Aspal

Fungsi aspal pada campuran beraspal

Bahan pengikat
maka kelekatan terhadap batuan harus
baik…. Aspal Tidak mengandung bahan2
yg dapat mengurangi kelekatan aspal
terhadap agregat, batuan yang akan
digunakan harus bersih
Bahan pengisi
Maka jumlah/ kadar dan mutunya harus
baik( memenuhi persyaratan.
Bahan Aspal

Tuntutan aspal ideal dalam campuran beraspal


(NAPA,1996) yang dicuplik dari Epps, J.A 1986

Kekakuan rendah atau viskositas yang cukup


sehingga tidak memerlukan temperatur tinggi untuk
pemompaan, pencampuran dan pemadatan.
Kekakuan tinggi pada saat temperatur tinggi (musim
panas) untuk menghindari alur (rutting) dan shoving.
Kekakuan rendah pada saat temperatur rendah
(musim dingin) untuk menghindari retak.
Kelekatan terhadap agregat yang tinggi untuk
menghindari stripping.
Bahan Aspal
Kepekaan Terhadap Temperatur

20  500 A
PI 
50 A  1
log(800) - log(pen pada 25oC)
A=
titik lembek - 25oC
Dari persamaan diatas terlihat bahwa makin tinggi
nilai titik lembek makin tinggi nilai PI

Pendekatan:

• PG = - 59.197 + 2.376 TL
• PG = 72.516 - 0.168 Pen (25oC)
• PG = 64.929 + 10.674 PI
KECEPATAN PENUAAN ASPAL (SHELL, 1995)
Bahan Aspal

Hubungan grade aspal vs kedalaman alur


PENGUJIAN ASPAL SECARA CEPAT (QUICK TEST)

- Berdasarkan perubahan berat jenis


- Berdasarkan kekerasan (tekan)
- Buih pada saat pemanasan
- Kehomogenan partikel dalam aspal
Bahan Aspal

Jenis-jenis aspal yang diperlukan di Indonesia

Untuk bahan campuran dan treated


Aspal keras tanpa modifikasi
Aspal keras dengan modifikasi:
 Polymer plastomer dan elastomer

 Aspal alam

 Multigrade

Untuk bahan tack coat dan prime coat


Aspal cutback,
Aspal emulsi,
Bahan Aspal

Jenis Spesifikasi Aspal Keras

Spesifikasi berdasarkan tingkat kekerasan aspal


(penetration graded)
Spesifikasi kelas kekentalan (viscosity graded)
Spesifikasi kelas kinerja (performance graded)
Spesifikasi berdasarkan kelas kinerja adalah spesifikasi dimana
parameter fisik aspal yang diukur adalah yang berhubungan
langsung dengan kinerja lapangan. Pada spesifikasi ini batasan
kriteria yang disyaratkan tetap untuk semua grade tetapi
temperatur berbeda
Bahan Aspal

JENIS ASPAL KERAS TANPA MODIFIKASI


YANG BIASA DIGUNAKAN DI INDONESIA

Pen 40 (penetrasi 40 – 50)


Pen 60 (penetrasi 60 – 79)
Pen 80 (penetrasi 80 – 100)
Untuk mengurangi resiko deformasi :
Gunakan aspal dengan nilai penetrasi rendah
Gunakan aspal dengan nilai titik lembek yang tinggi
Gunakan aspal dengan PI yang tinggi
Diberikan bahan tambah yang dapat menurunkan
nilai penetrasi,
Aspal Emulsi
Menurut Jenis muatannya
Anionik (-) dan Kationik (+)
Kecepatan settingnya:
RS, MS, SS
CRS, CMS, CSS
Menurut kekerasannya:
CMS-2 dan CMS-2h
CSS-1 dan CSS-1h
Kelebihan dan kekurangan penggunaan
aspal emulsi:
Kelebihan:
a) Lebih cair dari aspal cair shg dapat meresap lebih
baik dari aspal cair
b) Tdk memerlukan bahan bakar….. Polusi kurang &
hemat bahan bakar ….. Tidak mudah terbakar
c) Utk agregat yag kelekatannya kurang maka
penggunaan aspal emulsi lebih cocok.
d) Dpt digunakan utk batuan yang tdk begitu kering.
Kekurangan aspal emulsi :

1. Tidak dapat disimpan lama…… harus


selalu dilakukan pengadukan
2. Harus selalu mengetahui jenis
batuannya.
Bahan Aspal

Keamanan Saat Pelaksanaan

Persyaratan titik nyala aspal baik pada spesifikasi


tingkat kekerasan aspal maupun kelas kinerja adalah
untuk mencegah bahaya kebakaran.

Pemanasan aspal pada saat pelaksanaan harus lebih


rendah dari titik nyala
Bahan Aspal

Kemudahan Saat Pelaksanaan

Untuk kemudahan penghamparan kekentalan ditentukan sebesar


170 ± 20 centistoke, sedangkan untuk pemadatan 280 ± 30
centistoke

Pada spesifikasi tingkat kekerasan aspal:


Kemudahan pelaksanaan dilihat dari
nilai penetrasi (makin rendah penetrasi, usaha
pemanasan makin besar)
titik lembek
PI aspal (PI tinggi memerlukan usaha pemanasan
lebih besar)

Pada spesifikasi kelas kinerja:


Kekentalan pada 135oC tidak lebih dari 300 centistoke
Bahan Aspal

Aspal Alam ( Asbuton )

Aspal alam yang terdapat di P Buton , Aspal ini


merupakan hasil penyulingan alam dari crude oil dibumi
akibat adanya rekahan atau batuan yang porous
Asbuton terdiri dari campuran bitumen yang masih
terikat dengan batuan yang sebagian besar terdiri dari
kapur dengan kadar yang bervariasi
Terdapat di Kabungka dan Lawele yang mempunyai
kekerasan / penetrasi dari 2 sampai 135. Umumnya
yang di Kabungka keras sedangkan yang di Lawele
umumnya Lembek
Bahan Aspal

Mineral Asbuton ……. Kapur

Karena mineral yang terikat pada asbuton


adalah kapur maka faktor air merupakan
faktor yang paling tidak diinginkan pada
penggunaan asbuton. Kapur akan sangat
mudah menyerap air (hidropobi)
Karena air merupakan musuh aspal maka
penggunaan asbuton harus benar2 kering
Bahan Aspal

Ketentuan Asbuton Butir

Tipe Tipe
Sifat-sifat Asbuton Metoda Pengujian
5/20 20/25

Kadar aspal; % SNI 03-3640-1994 18-22 23 - 27

Ukuran butir maksimum; SNI 03-1968-1990 1,18 1,18


mm
Kadar air, % SNI 06-2490-1991 Mak 2 Mak 2

Penetrasi aspal asbuton SNI 06-2456-1991 ≤10 19 - 22


pada 25 °C, 100 g, 5 detik;
0,1 mm
Bahan Aspal

Persyaratan Aspal Keras Pen 60

No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan


1. Penetrasi, 25 ‘C; 100 gr; 5 dctik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 60 - 79
2. Titik Lembek,’C SNI 06-2434-1991 48 - 58
3. Titik Nyala, ‘C SNI 06-2433-1991 Min. 200
4. Daktilitas 25 ‘C, cm SNI 06-2432-1991 Min. 100
5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0
6 Kelarutan dalam Triclilor Ethylen, %berat RSNI M 12-2004 Min. 99
7. Penurunan Berat (dengan TFOT), % berat SNI 06-2440-1991 Max. 0,8
8. Penetrasi setelah penurunan berat, % asli SNI 06-2456-1991 Min. 54
9. Daktilitas setelah penurunan berat, % asli SNI 06-2432-1991 Min. 50
10. Uji noda aspal SNI 03-6885-2002 Negatif
- Standar Naptha
- Naptha Xylene
- Hephtane Xylene
Bahan Aspal

Aspal cair dihasilkan dengan melarutkan aspal keras dengan


bahan pelarut berbasis minyak
 Aspal cair cepat mantap (RC = rapid curing)
 Aspal cair mantap sedang (MC = medium curing)
 Aspal cair lambat mantap (SC = slow curing)
Aspal emulsi dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal
keras
 Aspal emulsi anionik, yaitu aspal emulsi yang berion negatif.
 Aspal emulsi kationik, yaitu aspal emulsi yang berion positif.
 Aspal emulsi non-ionik, yaitu aspal emulsi yang tidak berion
(netral).
Aspal modifikasi dibuat dengan mencampur aspal keras dengan
suatu bahan tambah
 Aspal Polymer Elastomer
 Aspal Polymer Plastomer
Bahan Aspal

Persyaratan Aspal Polimer

Persyaratan
No. Jenis Pengujian Metode
Plastomer Elastomer
1. Penetrasi, 25 ‘C; 100 gr; 5 dctik; 0,1 SNI 06-2456-1991 50 - 70 50 - 75
mm
2. TitikLembek,°C SNI 06-2434-1991 Min. 56 Min. 54
3. Titik Nyala, °C SNI 06-2433-1991 Min. 232 Min. 232
4. Berat jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0
5. Kekentalan pada 1350C , cSt SNI 06-6721-2002 150-1500 Max.2000
6. Stabilitas Penyimpanan pada 163 SNI 06-2434-1991 Homogen* Max. 2
°C selama 48 jam, Perbedaan Titik
Lembek;oC
7. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen, RSNI M-04-2004 Min. 99 Min. 99
% berat
8 Penurunan Berat (dengan RTFOT); SNI 06-2440-1991 Max. 1,0 Max. 1,0
berat
Bahan Aspal

Persyaratan Aspal Polimer

Persyaratan
No. Jenis Pengujian Metode
Plastomer Elastomer

9 Perbedaan Penetrasi setelah TFOT; SNI 06-2456-1991


% asli
-Kenaikan Penetrasi Max 10 Max 10
- Penurunan penetrasi Max 40 Max 40

10 Perbedaan Titik Lembek setelah SNI 06-2434-1991 Max 6,5 Max 6,5
TFOT, % asli
- Kenaikan titik lembek Max 2 Max 2

11 Elastic recovery residu RTFOT, % AASHTO T301-95 - Min. 45


Bahan Aspal

Persyaratan Aspal Dimodifikasi Dengan Asbuton

No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan

1. Penetrasi, 25 ‘C; 100 gr; 5 dctik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 40 - 55

2. Titik Lembek, °C SNI 06-2434-1991 Min. 55


3. Titik Nyala, °C SNI 06-2433-1991 Min. 225
4. Daktilitas; 25 °C, cm SNI 06-2432-1991 Min. 50
5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0
6. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen, % RSNI M-04-2004 Min. 90
berat
7. Penurunan Berat (dengan TFOT), % SNI 06-2440-1991 Max. 2
berat
8. Penetrasi setelah kehilangan berat, % SNI 06-2456-1991 Min. 55
asli
9. Daktilitas setelah TFOT, % asli SNI 06-2432-1991 Min. 50
10 Mineral Lolos Saringan No. 100, % * SNI 03-1968-1990 Min. 90
Bahan Aspal

Persyaratan Aspal Multigrade

No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan

1. Penetrasi, 25 ‘C; 100 gr; 5 dctik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 50 - 70

2. Titik Lembek, oC SNI 06-2434-1991 Min. 55


3. Titik Nyala,oC SNI 06-2433-1991 Min. 225
4. Daktilitas; 25 oC, cm SNI 06-2432-1991 Min. 100
5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0
6 Kelarutan dalam Trichlor Ethylen; % berat RSNI M 12-2004 Min. 99

7. Penurunan Berat (dengan TFOT), %berat SNI 06-2440-1991 Max. 0,8

8 Penetrasi setelah penurunan berat, % asli SNI 06-2456-1991 Min. 60

9 Daktilitas setelah penurunan berat, % asli SNI 06-2432-1991 Min. 50

Anda mungkin juga menyukai