Anda di halaman 1dari 26

ASPAL

SIFAT ASPAL YANG DIHARAPKAN

Fungsi aspal dalam perkerasan beraspal adalah sebagai bahan pengikat


agar agregat tidak mudah lepas akibat lalu lintas dan lingkungan. Selain
itu aspal juga berfungsi sebagai lapis kedap yang melindungi agregat
dan material lain di bawahnya dari pengaruh air.
Agar aspal dapat berfungsi seperti yang diharapkan maka aspal
diantaranya harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Aspal harus dapat melapisi agregat dan mengisi rongga antar
agregat hingga perkerasan cukup rapat dan kedap dari air
2. Aspal harus memberikan lapisan yang elastis sehingga perkerasan
tidak mudah retak
3. Aspal tidak peka terhadap perubahan suhu di lapangan
4. Aspal mempunyai adhesi yang baik terhadap agregat yang dilapisi
5. Aspal mempunyai kohesi yang baik
6. Aspal tidak cepat rapuh atau lapuk
7. Aspal mudah dikerjakan
8. Aspal aman saat pengerjaan
9. Aspal homogen dan tidak berubah selama penyimpanan
10.Aspal memberikan kinerja yang baik terhadap campuran,
JENIS ASPAL TERDIARI ATAS ASPAL BUATAN
DAN ASPAL ALAM
ASPAL BUATAN
 Aspal Buatan adalah aspal yang diperoleh dari
hasil penyulingan minyak bumi
 Jenis Aspal Buatan mencakup Aspal Keras (Pen),
Aspal Cair (Cut Back) dan Aspal Emulsi

ASPAL ALAM
 Batuan (Rock Asphalt)
 Plastis (Trinidad)
 Cair (Bermuda Lake Asphalt)
DEPOSIT ASBUTON

Deposit Asbuton di Kabungka Deposit Asbuton di Lawele


Deposit Asbuton di Beberapa Daerah
Singkapan di Pulau Buton

No. Daerah Singkapan Perkiraan Deposit Kadar Bitumen


Asbuton (ton) (%)
1. Waisiu 100.000 + 35

2. Kabungka 60.000.000 15 - 35

3. Winto 3.200.000 25 - 35

4. Wariti 600.000 + 30

5. Lawele 100.000.000 15 - 30
PERBANDINGAN ASBUTON DENGAN ASPAL
MINYAK
PARAMETER ASBUTON ASPAL MINYAK
Keseragaman Kualitas Tergantung deposit yang Lebih Konsisten
ditambang
Kandungan Bitumen + 25% > 99%
Penggunaan dalam Perlu pembatasan supaya Sesuai dengan
campuran tidak terlalu kaku kebutuhan aspal yang
direncanakan
Ketahanan terhadap Lebih baik dari aspal Standar
temperatur tinggi dan lalu minyak
lintas berat
Ketahanan terhadap alur Lebih baik dari aspal Standar
minyak
Bagan Alir Produk Asbuton

Mix Mix
Mix
Mix

Bit. A sbuton
Murni
Pen 60
Asbuton
Bit. A sbuton Modifikasi
Murni
Pen 40 (Preblend)
JENIS ASBUTON YANG
DIMANFAATKAN
 ASBUTON BUTIR (Buton Granural Asphalt) 
Sumber Deposit:
 Kabungka
 Lawele
 Gabungan antara Kabungka dan Lawele

 SEMI EKSTRAKSI (Asbuton Modifikasi/Pra-


campur)  Sumber Deposit dari Kabungka

 FULL EKSTRAKSI (Bitumen Asbuton Murni) 


Sumber Deposit dari Lawele
PENGGUNAAN JENIS ASBUTON
UNTUK CAMPURAN

 ASBUTON BUTIR
Campuran Panas
Campuran Hangat
Campuran Dingin

 Asbuton Semi dan Full Ekstraksi :


Campuran Panas
Aspal Buatan
Skema Pembuatan Aspal Minyak
 Aspal Keras
 Dalam perkerasan beraspal, pembagian jenis
aspal keras dapat berdasarkan nilai penetrasi
(Penetration Grade), nilai viskositas (Viscosity
Grade) atau temperatur maksium dan minimum
perkerasan rencana (Performance Grade). Aspal
Keras
 Di Indonesia, untuk keperluan perkerasan
beraspal, telah dikeluarkan SNI (Berdasarkan
nilai penetrasi). Berdasarkan SNI tersebut aspal
keras dibagi menjadi Aspal Pen 60/70 dan Aspal
Pen 80/100.
 Aspal Cair
 Aspal Cair (Cutback Asphalt) adalah aspal keras
yang dilarutkan dalam pelarut tertentu. Sampai
saat ini terdapat tiga jenis aspal cair berdasarkan
jenis pelarutnya yaitu Rapid Curring (Mengering
Cepat) atau RC yang pelarutnya adalah premium,
Medium Curring (Mengering Sedang) atau MC
yang pelarutnya adalah kerosin, dan Slow Curring
(Mengering Lambat) atau SC yang pelarutnya
adalah solar.
 Masing-masing jenis aspal cair ini dibagi-bagi lagi
ke dalam beberapa kelas berdasarkan
viskositasnya yaitu misalnya RC-70, RC-250, MC-
30, C-70 dst
Komposisi Perkiraan Aspal Cutback

Aspal Pen 60/70 Premium


Jenis Aspal cutback Kelas
(% berat) (% berat)
RC 30 64 36
70 76 24
250 82 18
800 89 11
3000 91 9

Aspal Pen 60/70


Jenis Aspal cutback Kelas Minyak Tanah (% berat)
(% berat)
MC 30 64 36
70 72 28
250 80 20
800 85 15
3000 90 10

Aspal Pen 60/70 Minyak Tanah


Jenis Aspal cutback Kelas
(% berat) (% berat)
SC 70 60 40
250 70 30
800 84 16
3000 88 12
 Aspal Emulsi
 Aspal emulsi adalah aspal keras yang didispersikan
secara merata ke dalam air. Untuk dapat mendispersikan
aspal yang bersifat nonpolar ke dalam air yang bersifat
polar diperlukan bahan emulsifier yang molekulnya
memiliki bagian nonpolar dan bagian polar. Bagian
nonpolar dari emulsifier akan larut atau masuk ke dalam
aspal sedangkan bagian polar akan larut atau berada
dalam air Aspal Keras
 Ada tiga jenis emulsifier berdasarkan muatan listriknya
yaitu jenis kationik (bermuatan listrik positif), jenis
anionik (bermuatan listrik negatif) dan nonionik (tidak
bermuatan listrik). Jenis yang sudah biasa digunakan
untuk aspal emulsi adalah jenis kationik untuk apal
emulsi jenis kationik dan jenis anionik untuk aspal emulsi
jenis anionik
 Jenis aspal emulsi selain berdasarkan muatan
listriknya juga dibedakan berdasarkan kecepatan
mantap, viskositas, nilai penetrasi residu dan
konsistensi apung. Berdasarkan muatan listriknya,
aspal emulsi terdiri dari aspal emulsi kationik (partikel
aspal bermuatan positif dan tata nama diawali huruf
“C” contoh CSS-1) dan aspal emulsi anionik (partikel
aspal bermuatan negatif dan tata nama tidak diawali
huruf “C” contoh SS). Berdasarkan kecepatan
mantapnya (setting) aspal emulsi dibedakan menjadi
memantap cepat (Rapid Setting, tata nama ditandai
denga huruf “RS”), memantap sedang (Medium
Setting, tata nama ditandai dengan huruf “MS”) dan
memantap lambat (Slow Settig, tata nama ditandai
dengan huruf “SS”)
SPESIFIKASI ASPAL UNTUK
PERKERASAN JALAN
 Persyaratan Asbuton Butir
Tipe Tipe Tipe Tipe Tipe
Sifat-sifat Asbuton Metoda Pengujian Satuan
5/20 15/20 15/25 20/25 50/30

Kadar bitumen asbuton SNI 03-3640-94 % 18-22 18-22 23-27 23-27 25-40

Ukuran butir asbuton butir

- Lolos Saringan 3/8 in, SNI 03-1968-90 % 100

- Lolos Saringan No. 4 (4,75 mm), SNI 03-1968-90 % 100 -

- Lolos Saringan No. 8 (2,36 mm), SNI 03-1968-90 % 100 100 100 Min. 95 -

- Lolos Saringan No. 16 (1,18 mm), SNI 03-1968-90 % Min. 95 Min. 95 Min. 95 Min. 75 -

Kadar air, % SNI 06-2490-91 % Maks. 2 Maks. 2 Maks. 2 Maks. 2 Maks. 2

Penetrasi bitumen pada 25 oC,


SNI 06-2456-91 0,1 mm ≤ 10 10 – 18 10 – 18 19 - 22 40 – 60
100 g, 5 detik.

SNI 06-2434-1991 C
Titik lembek bitumen Min 55
 Persyaratan Bitumen Asbuton Murni

No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan

1. Penetrasi, 25C; 100 gr; 5 dctik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 40 - 60

2. Titik Lembek, C SNI 06-2434-1991 Min. 55

3. Titik Nyala, C SNI 06-2433-1991 Min. 225

4. Daktilitas; 25C, cm SNI 06-2432-1991 Min. 100

5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0

6. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen;% berat RSNI M-04-2004 Min. 99

7. Penurunan Berat (dengan TFOT),% berat SNI 06-2440-1991 Max. 1

8. Penetrasi setelah penurunan berat,% asli SNI 06-2456-1991 Min. 65

9. Daktilitas setelah penurunan berat, cm SNI 06-2432-1991 Min. 50


 Persyaratan Asbuton yang diproses

No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan

1. Penetrasi, 25C; 100 gr; 5 dctik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 40 - 60

2. Titik Lembek, °C SNI 06-2434-1991 Min. 55

3. Titik Nyala, °C SNI 06-2433-1991 Min. 225

4. Daktilitas; 25°C, cm SNI 06-2432-1991 Min. 50

5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0

6. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen,% berat RSNI M-04-2004 Min. 90

7. Penurunan Berat (dengan TFOT),% berat SNI 06-2440-1991 Max. 2

8. Penetrasi setelah kehilangan berat,% asli SNI 06-2456-1991 Min. 55

9. Daktilitas setelah TFOT, cm SNI 06-2432-1991 Min. 50

10 Mineral Lolos Saringan No. 100,% * SNI 03-1968-1990 Min. 90


 Persyaratan Aspal Minyak Pen 60

No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan

1. Penetrasi, 25C; 100 gr; 5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 60 - 79


2. Titik Lembek, C SNI 06-2434-1991 48 - 58
3. Titik Nyala, C SNI 06-2433-1991 Min. 200
4. Daktilitas 25C, cm SNI 06-2432-1991 Min. 100
5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0
6 Kelarutan dalam Trichlor Ethylen,% berat RSNI M -04-2004 Min. 99
7. Penurunan Berat (dengan TFOT),% berat SNI 06-2440-1991 Max. 0,8
8. Penetrasi setelah penurunan berat,% asli SNI 06-2456-1991 Min. 54
9. Daktilitas setelah penurunan berat, cm SNI 06-2432-1991 Min. 50
10. Uji noda aspal SNI 03-6885-2002 Negatif
- Standar Naptha
- Naptha Xylene
- Hephtane Xylene
11. Kadar paraffin,% SNI 03-3639-2002 Maks. 2
 Persyaratan Peremaja Hangat

Metoda Persyaratan
Jenis Pengujian
Pengujian PH-1000
Viskositas: - pada 60C (cSt) atau AASHTO T-72 800 - 1600
- pada 82,2C, (dtk) 100 - 200
Kelarutan dlm TCE, (%) SNI 06-2438-1991 Min. 99,5

Titik nyala, (C) AASHTO T-73 Min. 180

Berat Jenis, SNI 06-2441-1991 Min. 0,95

Penurunan berat (TFOT), (% terhadap berat awal) SNI 06-2440-1991 Maks. 5

Kadar parafin lilin, (%) SNI 03-3639-94 Maks. 2


 Persyaratan Aspal Cair Penguapan Cepat

RC-70 RC-250 RC-800 RC-3000


NO. JENIS PENGUJIAN Min Mak Min Mak MIn Mak Min Mak
1. Kekentalan Kinematik 60 0C (cSt) 70 140 250 500 800 1600 3000 6000
2. Titik Nyala (TOC) 0C - - 27 - 27 - 27 -
3. Kadar air (%) - 0,2 - 0,2 - 0,2 - 0,2
4. Penyulingan, sulingan pada
temperatur:
 190 0C (%) 10 - - - - - - -
 225 0C (%) 50 - 35 - 15 - - -
 260 0C (%) 70 - 60 - 45 - 25 -
 315 0C (%) 85 - 80 - 75 - 70 -
 sisa penyulingan pada
temperatur
360 0C (%) 55 - 65 - 75 - 80 -
5. Pengujian residu penyulingan
 Kekentalan absolut 60 0C (Poise) 600 2400 600 2400 600 2400 600 2400
 Persyaratan Aspal Cair Penguapan Sedang

No. JENIS PENGUJIAN MC-30 MC-70 MC-250 MC-800 MC-3000

Min Mak Min Mak Min Mak Min Mak Min Mak

1. Kekentalan Kinematik 60 0C (cSt) 20 60 70 140 250 500 800 1600 3000 6000

2. Titik Nyala (TOC) 0


C 38 - 38 - 66 - 66 - 66 -

3. Kadar air (%) - 0,2 - 0,2 - 0,2 - 0,2 - 0,2

4. Penyulingan, sulingan pada temperatur:

 225 0C - 25 0 20 0 10 - - - -

 260 0C 40 70 20 60 15 55 0 35 0 15

 315 0C 75 93 05 90 60 87 45 80 15 75

 sisa penyulingan pada temperatur

360 0C (%) 50 - 55 - 67 - 75 - 80 -

5. Pengujian residu penyulingan

 Kekentalan absolut 60 0C (Poise) 300 1200 300 1200 300 1200 300 1200 300 1200

 Penetrasi pada 25 0C (0,1 mm) 20 250 120 250 120 250 120 250 120 250
 Persyaratan Aspal Emulsi
Tipe Mantap Cepat Mantap Sedang

No. Kelas RS - 1 RS - 2 HFRS - 2 MS - 1 MS - 2 MS - 2h

Jenis Pengujian min mak min mak min mak min mak min mak min mak

A. Pengujian Aspal Emulsi

1. Viskositas SF pada 25 0C, detik 20 100 - - - - 20 100 100 - 100 -

2. Viskositas SF pada 50 0C, detik - - 75 400 75 400 - - - - - -

3. Stabilitas setelah penyimpanan - 1 - 1 - 1 - 1 - 1 - 1

24 jam, %

4. Pemisahan, 35 ml, 0,02 N CaCl2, % 60 - 60 - 60 - - - - - - -

5. Daya tahan terhadap air : 60 - 60 - 60 - - - - - - -

a. Lapisan batuan kering (%) - - - - - - Baik baik Baik

b. lapisan batuan kering, Cukup Cukup Cukup

Setelah semprotan air (%)

c. Lapisan batuan basah (%) Cukup Cukup Cukup

d. Lapisan batuan basah, Cukup Cukup Cukup

Setelah semprotan air (%)

6. Uji campuran semen (%) - - - - - - - - - - - -

7. Analisa sringan (%) - 0,10 - 0,10 - 0,10 - 0,10 - 0,10 - 0,10

8. Sisa penyulingan (%) 55 - 63 - 63 - 55 - 65 - 65 -

9. Destilat minyak (%) volume emulsi - - - - - - - - - - - -

B. Pengujian Sisa Penyulingan

1. Penetrasi pada 25 0C (0,1 mm) 100 200 100 200 100 200 100 200 100 200 40 90

2. Daktilitas 5 cm/menit (cm) 40 - 40 - 40 - 40 - 40 - 40 -

3. Kelarutan dlm trechloroethilene,% 97,5 - 97,5 - 97,5 - 97,5 - 97,5 - 97,5 -

4. Uji apung 60 0C (detik) - - - - 1200 - - - - - - -


 Persyaratan Aspal Emulsi (lanjutan)
Tipe Mantap Sedang Mantap Lambat

No. Kelas HFMS-1 HFMS-2 HFMS-2h HFMS-2s SS-1 SS-1h

Jenis Pengujian min mak min mak min mak min mak min mak min mak

A. PENG. ASPAL EMULSI

1. Viskositas SF pada 25 0C, detik 20 100 100 - 100 - 50 - 20 100 20 100

2. Viskositas SF pada 50 0C, detik - - - - - - - - - - - -

3. Stabilitas setelah penyimpanan - 1a) - 1 a) - 1 a) - 1 a) - 1 a) - 1 a)

24 jam, %

4. Pemisahan, 35 ml, 0,02 N - - - - - - - - - - - -


CaCl2,%

5. Daya tahan terhadap air : - - - - - - - - - - - -

a. Lapisan batuan kering (%) - - - - - - Baik baik Baik

b. lapisan batuan kering, Cukup Cukup Cukup

Setelah semprotan air (%)

c. Lapisan batuan basah (%) Cukup Cukup Cukup

d. Lapisan batuan basah, Cukup Cukup Cukup

Setelah semprotan air (%)

6. Uji campuran semen (%) - - - - - - - - 2,0 - 2,0 -

7. Analisa sringan (%) - 0,10 a) - 0,10 a) - 0,10 a) - 0,10 a) - 0,10 a) - 0,10 a)

8. Sisa penyulingan (%) 55 - 65 - 65 - 65 - 57 - 57 -

9. Destilat minyak (%) volume emulsi - - - - - - - - - - - -

B. PENG.SISA PENYULINGAN

1. Peng. Residu penyulingan


Penetrasi pada 25 0C (0,1 mm) 100 200 100 200 40 90 100 200 200 - 40 90
Daktilitas 5 cm/menit (cm) 40 - 40 - 40 - 40 - 40 - 40 -
Kelarutan dalam 97,5 - 97,5 - 97,5 - 97,5 - 97,5 - 97,5 -
trichloroethylene

(% berat)
 Persyaratan Aspal Emulsi Kationik
PENGIKATAN CEPAT PENGIKATAN SEDANG PENGIKATAN LAMBAT

NO. SIFAT-SIFAT (CRS-1) (CRS-2) (CMS-2) (CMS-2h) (CSS-1) (CSS-1h)

Min Mak Min Mak Min Mak Min Mak Min Mak Min Mak

1. Kekentalan pada 250C (detik) - - - - - - - - 20 100 20 100

Kekentalan pada 500C (detik) 20 100 100 400 50 450 50 450 - - - -

2. Pengendapan 1 hari (%) - 1 - 1 - 1 - 1 - 1 - 1

Pengendapan 5 hari (%) - 5 - 5 - 5 - 5 - 5 - 5

3. Pemisahan 35 ml 0,8 (%)

Sodium dioctylsufosuccinate 40 - 40 - - - - - - - - -

4. Daya tahan terhadap air :

a. Lapisan batuan kering (%) - - - - 80 100 80 100 - - - -

b. lapisan batuan kering, - - - - 60 80 60 80 - - - -

Setelah semprotan air (%)

c. Lapisan batuan basah (%) - - - - 60 80 60 80 - - - -

d. Lapisan batuan basah, - - - - 60 80 60 80 - - - -

Setelah semprotan air (%)

5. Muatan listrik positif positif positif positif positif Positif

6. Hasil uji camp. semen (%) - - - - - - - - - 20 - 20

7. Analisa saringan (%) - 0,10 - 0,10 - 0,10 - 0,10 - 0,10 - 0,10

8. Penyulingan :

a. sisa destilasi (%) 60 - 65 - 65 - 65 - 57 - 57 -

b. kadar minyak (%) - 3 - 3 - 12 - 12 - - - -

9. Residu penyulingan :

a. Penetrasi pada 250C, 100 g, 100 250 100 250 100 250 40 90 100 250 40 90

5 detik

b. Daktilitas pd 250C, 5cm/min 40 - 40 - 40 - 40 - 40 - 40 -

c. Kelarutan terhadap trichloro- 97,5 - 97,5 - 97,5 - 97,5 - 97,5 - 97,5 -

ethiyene (TCE) (% berat)

Anda mungkin juga menyukai