Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Aspal

Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai

agak padat, dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan

sampai temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama

dengan agregat,aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan.

(Sukirman,S., 2003).

Menurut Bambang Irianto (1988) dan Silvia Sukirman (1999), aspal beton

adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran antara batuan (agregat kasar dan

agregat halus) dengan bahan ikat aspal yang mempunyai persyaratan tertentu, dimana

kedua material sebelum dicampur secara homogen, harus dipanaskan terlebih dahulu.

Karena dicampur dalam keadaan panas, maka sering disebut sebagai hot mix. Semua

pekerjaan pencampuran hot mix dilakukan di pabrik pencampur yang disebut

sebagai Asphalt Mixing Plant (AMP).

2.1.1 Fungsi aspal antara lain:

a. Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu

lintas (water proofing, protect terhadap erosi)

b. Sebagai bahan pelapis dan perekat agregat.

c. Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang

diletakan di atas lapis pondasi sebelum lapis berikutnya.

d. Lapis pengikat (tack coat) adalah lapis aspal cair yang diletakan di atas jalan

yang telah beraspal sebelum lapis berikutnya dihampar, berfungsi pengikat di

antara keduanya.

Pengaruh Variasi Temperatur..., Bagus Ady Prasetya, Fakultas Teknik UMP, 2015
e. Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar, agregat halus, dan

filler.

Sifat-Sifat Aspal Aspal yang digunakan pada konstruksi perkerasan jalan

berfungsi sebagai berikut :

1. Bahan Pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dengan agregat dan

antara aspal itu sendiri.

2. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada

dari agregat itu sendiri. Berarti aspal harus mempunyai daya tahan (tidak cepat

rapuh) terhadap cuaca, mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan memberikan

sifat elastis yang baik.

Secara lengkap sifat-sifat aspal adalah sebagai berikut :

a. Daya Tahan (Durabiliy)

Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat

asalnya akibat pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini

merupakan sifat dari campuran aspal, jadi tergantung dari sifat agregat

campuran dengan aspal, faktor pelaksanaannya dan lain sebagainya.

Meskipun demikian sifat ini dapat diperkirakan dari pemeriksaan Thim Film

nya akibat pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini merupakan

sifat dari campuran aspal, jadi tergantung dari sifat agregat campuran dengan

aspal, faktor pelaksanaannya dan lain sebagainya. Meskipun demikian sifat

ini dapat diperkirakan dari pemeriksaan Thim Film Oven Test (TFOT).

b. Adhesi dan Kohesi

Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga

dihasilkan ikatan yang baik antara aspal dan agregat. Kohesi adalah

Pengaruh Variasi Temperatur..., Bagus Ady Prasetya, Fakultas Teknik UMP, 2015
kemampuan aspal untuk tetap mempertahankan agregat tetap ditempatnya

setelah terjadi pengikatan.

c. Kepekaan Terhadap Temperatur.

Aspal adalah material yang termoplastis, berarti akan menjadi keras

atau lebih kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika

temperatur bertambah. Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap perubahan

temperatur. Kepekaan terhadap temperatur dari setiap produksi aspal

berbeda-beda tergantung dari aspalnya walaupun aspal tersebut mempunyai

jenis aspal yang sama.

d. Kekerasan Aspal

Aspal pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan

agregat sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal panas disiramkan ke

permukaan agregat yang telah disiapkan pada proses pelaburan. Pada proses

pelaksanaan, terjadi oksidasi yang menyebabkan aspal menjadi getas

(viskositas bertambah tinggi). Peristiwa pelapuhan terus berlangsung setelah

masa pelaksanaan selesai. Jadi selang masa pelayanan, aspal mengalami

oksidasi dan polimerasi yang besarnya dipengaruhi juga oleh ketebalan aspal

yang menyelimuti agregat. Semakin tipis lapisan aspal, semakin tinggi tingkat

kerapuhan yang terjadi. (sumber: perkerasan lentur jalan raya silvia sukirman

1999).

Pengaruh Variasi Temperatur..., Bagus Ady Prasetya, Fakultas Teknik UMP, 2015
2.1.2 Jenis-Jenis Aspal

Aspal yang digunakan untuk bahan perkerasan jalan terdiri dari aspal alam

dan aspal buatan.

1. Aspal alam

a. Aspal alam dapat dibedakan atas :

• Aspal gunung (Rock Asphalt) contoh : aspal dari pulau Buton.

• Aspal danau (Lake Asphalt) contoh : aspal dari Bermudus Trinidat5

b. Berdasarkan kemurniannya sebagai berikut :

• Murni dan hampir murni (Bermuda Lake Asphalt)

• Tercampur dengan mineral di Pylau Buton, Aspal gunung (Rock

Asphalt) contoh : aspal dari pulau Buton, Trinidat, Prancis dan Swiss

2. Aspal buatan

Jenis ter dibuat dari proses pengolahan minyak bumi. Jadi bahan baku yang

dibuat untuk aspal pada umumnya adalah minyak bumi yang banyak mengandung

aspal.

Ter merupakan hasil penyulingan batu bara tidak umum digunakan untuk

perkerasan jalan karena lebih cepat mengeras, peka terhadap temperature dan

beracun.

Aspal minyak bumi dengan bahan dasar dapat dibedakan atas :

a. Aspal Cair

Aspal cair adalah campuran antara aspal semen dengan bahan pencair dari

hasil penyulingan dengan minyak bumi, dengan demikian cut back aspal berbentuk

cair dalam temperatur ruang

Pengaruh Variasi Temperatur..., Bagus Ady Prasetya, Fakultas Teknik UMP, 2015
b. Aspal Emulsi

Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi

berdasarkan muatan listrik yang dikandungnya aspal emulsi.

c. Aspal Keras

Aspal keras/panas (Asphalt Cement, Ac) adalah aspal yang digunakan dalam

keadaan cair dan panas, aspal ini berbentuk padat pada keadaan penyimpanan

temperatur ruang (25oC – 30oC). Aspal semen terdiri dari beberapa jenis tergantung

dari proses pembuatannya dan jenis minyak bumi asalnya. Pengelompokan aspal

semen dapat dilakukan berdasarkan nilai penetrasi (tingkat kekerasan pada

temperatur 25oC ataupun berdasarkan nilai Visiositasnya. Aspal semen dengan

penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas (lalu lintas dengan volume

tinggi) sedangkan aspal semen dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah

bercuaca dengan lalu lintas ber volume rendah.

Tabel 2.1 Penetrasi aspal untuk berbagai kondisi aspal

Iklim
Perkerasan

Panas Kering Panas lembab sedang Dingin


LAPANGAN TERBANG
RUNWAY 60-70 85-100 85-100 120-150
TAXIWAY 60-70 60-70 85-100 85-100
APRON 60-70 60-70 60-70 85-100
JALAN RAYA
BERAT 60-70 60-70 85-100 85-100
RINGAN 85-100 85-100 85-100 85-100

Pengaruh Variasi Temperatur..., Bagus Ady Prasetya, Fakultas Teknik UMP, 2015
Di Indonesia pada umumnya dipergunakan aspal semen dengan penetrasi

(60/70 dan 80/100) karena di Indonesia yang beriklim tropis, kelembaban, curah

hujan yang tinggi, serta kepadatan lalu lintas yang tinggi.

Tabel 2.2 Spesifikasi Aspal Pen. 60/70


spesifik
No Jenis Pengujian Metode Pengujian satuan
min max
1 penetrasi 25oC 100gr 5detik SNI 06-2456-1991 60 79 0.1MM
o
2 Titik Lembek SNI 06-2434-1991 48 58 C
3 Daktilitas SNI 06-2432-1991 100 - Cm
4 Kelarutan dalam C2HCL3 ASTM D 2042 99 - %
drajat
5 Titik Nyala SNI 06-2433-1991 200 -
C
6 Berat Jenis SNI 06-2441-1991 1.0 - gr/ml
Kehilangan Berat (Thin Film
7 SNI 06-2440-1991 - 0,8 %
Oven Test)
Penetrasi setelah kehilangan
8 SNI 06-2456-1991 54 - % asli
berat
Daktilitas setelah kehilangan
9
berat
Titik lembek setelah kehilangan o
10 SNI 06-2434-1991 - - C
berat
o
11 Suhu Pencampuran ASTM D 88 - - C
o
12 Suhu pemadatan ASTM D 88 - - C

o
13 Kadar Air SNI 06-2490-1991 0 0 C

Sumber: DPU, Direktorat Jendral Bina Marga, 2006

Pengaruh Variasi Temperatur..., Bagus Ady Prasetya, Fakultas Teknik UMP, 2015
2.1.3 Kandungan Aspal

Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa

hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai

bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan

bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan. Aspal merupakan

bahan yang sangat kompleks dan secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik.

Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan

aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain

hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang,

dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon,

10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik

besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten

(yang massa molekulnya kecil) dan malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya

aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah

senyawa polar.

2.2 Agregat

Agregat adalah suatu bahan yang terdiri dari mineral padat dan kaku yang

digunakan sebagai bahan campuran agregat aspal yang berupa berbagai jenis butiran-

butiran atau pecahan yang termasuk didalamnya antara lain; pasir, kerikil, batu pecah

atau kombinasi material lain yang digunakan dalam campuran aspal buatan. Proporsi

agregat kasar, agregat halus dan bahan pengisi ( filler ) didasarkan kepada spesifikasi

dan gradasi yang tersedia. Jumlah agregat didalam campuran aspal biasanya 90

sampai 95 persen dari berat, atau 75 sampai 85 persen dari volume.

Pengaruh Variasi Temperatur..., Bagus Ady Prasetya, Fakultas Teknik UMP, 2015
Agregat dapat diperoleh secara alami atau buatan. Agregat yang terjadi secara

alami adalah pasir, kerikil dan batu. Kebanyakan agregat memerlukan beberapa

proses seperti dipecah, dicuci sebelum agregat tersebut bisa digunakan dalam

campuran aspal. Jenis pengujian dan persyaratan untuk agregat dan filler,

Agregat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :

2.2.1 Agregat kasar

Agregat kasar yaitu batuan yang tertahan saringan no.8 ( 2,36 mm ), Fungsi

agregat kasar adalah untuk mengembangkan volume mortar, dengan demikian

membuat campuran lebih ekonomis dan meningkatkan ketahanan terhadap kelelahan.

2.2.2 Agregat halus

Agregat halus dapat berupa pasir, batu pecah atau kombinasi dari keduanya.

Agregat halus adalah material yang pada prinsipnya lewat saringan no.8 ( 2.36 mm ).

Fungsi utama agregat halus adalah mendukung stabilitas dan mengurangi deformasi

permanen dari campuran melalui ikatan ( interlocking ) dan gesekan antar partikel.

Berkenaan dengan hal ini, sifat-sifat khas yang diperlukan dari agregat adalah sudut

permukaan, kekasaran permukaan, bersih dan bukan bahan organik.

2.2.3 Bahan pengisi ( filler )

Filler adalah material yang lolos saringan no.200 ( 0,075 mm ) dan termasuk

kapur hidrat, abu terbang, Portland semen dan abu batu. Filler dapat berfungsi untuk

mengurangi kepekaan terhadap temperatur serta mengurangi jumlah rongga udara

dalam campuran.

Pengaruh Variasi Temperatur..., Bagus Ady Prasetya, Fakultas Teknik UMP, 2015
Tabel 2.3 Persyaratan untuk agregat dan filler
No Pengujian Metode syarat
Agregat kasar
1 Penyerapan air SNI 03-1969-1990 ≤3%
2 Berat jenis bulk SNI 03-1070-1990 ≥ 2.5 gr/cc
3 Berat jenis semu SNI 03-1969-1990
4 Berat jenis effektif SNI 03-1969-1990
Keausan / Los Angeles Abration
5 Test SNI 03-2417-1991 ≤ 40 %
6 Kepekaan agregat terhadap aspal SNI 06-2439-1991 ≥ 95%
7 Partikel pipih dan lonjong ASTM D-4791 Maks 10 %
Agregat Halus
1 Penyerapan air SNI 03-1970-1990 ≤3%
2 Berat jenis bulk SNI 03-1070-1990 ≥ 2.5 gr/cc
3 Berat jenis semu SNI 03-1970-1990
4 Berat jenis effektif SNI 03-1970-1990
5 Sand equivalent SNI-03-4428-1997 ≥ 50 %
Filler
1 Berat jenis SNI 15-2531-991 ≥ 1 gr/cc
Sumber: DPU, Direktorat Jendral Bina Marga, 2009

2.3 Lapis Pondasi Pasir Aspal

Lapis Pondasi Pasir Aspal adalah campuran antara pasir dengan aspal keras,

yang dicampur di Unit Pencampuran Aspal (UPCA/AMP), dihampar dan dipadatkan

dalam keadaan panas pada temperatur tertentu. Pekerjaan ini mencakup pembuatan

lapisan Campuran Panas Pasir Aspal untuk lapis pondasi atau lapis aus, yang

dihampar dan dipadatkan di atas lapis pondasi atau permukaan jalan yang telah

disiapkan sesuai dengan spesifikasi dan memenuhi garis, ketinggian dan potongan

memanjang serta potongan melintang yang ditunjukkan dalam gambar rencana.

Pengaruh Variasi Temperatur..., Bagus Ady Prasetya, Fakultas Teknik UMP, 2015
Semua jenis campuran dirancang menggunakan prosedur khusus yang diberikan di

dalam spesifikasi khusus ini, untuk menjamin bahwa rancangan yang berkenaan

dengan kadar aspal, rongga udara, stabilitas, kelenturan dan keawetan cocok guna

mendukung lalu lintas rencana (DPI, Dirjen Bina Marga, 2009).

Tabel 2.4 Ketentuan Persyaratan campuran beraspal panas

Sifat-Sifat Campuran LPPA

Penyerapan Aspal (%) Max 1,7

Jumlah tumbukan per bidang 75

Min 3,0
Rongga dalam campuran (%)
Max 15,0

Rongga dalam agregat (VMA) (%) Min -

Rongga terisi Aspal (%) Min -

Stabilitas Marshall (Kg) Min 200

Pelelehan (mm) Min 2

Marshall Quotient (Kg/mm) Min -

Stabilitas Marshall sisa (%) setelah


Min 80
perendaman selama 24 jam, 60ºC

Catatan :
Rongga dalam campuran dihitung berdasarkan pengujian Berat Jenis Maksimum

campuran (GMM – SNI 03-6893-2002)

Pengaruh Variasi Temperatur..., Bagus Ady Prasetya, Fakultas Teknik UMP, 2015
2.4 Suhu / Temperatur

Aspal mempunyai kepekaan terhadap perubahan suhu / temperatur, karena

aspal adalah material yang termoplastis. Aspal akan menjadi keras atau lebih kental

jika temperatur berkurang dan akan lunak atau cair bila temperatur bertambah. Setiap

jenis aspal mempunyai kepekaan terhadap temperatur berbeda-beda, karena

kepekaan tersebut dipengaruhi oleh komposisi kimiawi aspalnya, walaupun mungkin

mempunyai nilai penetrasi atau viskositas yang sama pada temperatur tertentu.

Pemeriksan sifat kepekaan aspal terhadap perubahan temperatur perlu dilakukan

sehingga diperoleh informasi tentang rentang temperatur yang baik untuk

pelaksanaan pekerjaan. Pada Tabel 6 ini memperlihatkan nilai viskositas aspal dan

batasan suhu selama pencampuran, penghamparan, dan pemadatan pada proses

pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan.

Tabel 6. Ketetentuan viskositas dan temperatur aspal untuk pencampuran dan


pemadatan
Suhu
Viskositas
No Prosedur Pelaksanaan campuran(°C)
aspal (PA.S)
Pen 60/70
1 Pencampuran benda uji Marshall 0,2 155 ± 1
2 Pemadatan benda uji Marshall 0,4 140 ± 1
3 Pencampuran rentang temperatur sasaran 0,2 – 0,5 145 – 155
Menuangkan campuran dari AMP ke dalam
4 truk ± 0,5 135 – 150
5 Pasokan ke alat penghamparan (paver) 0,5 – 1,0 130 – 150
6 Penggilasan awal (roda baja) 1–2 125 – 145
7 Penggilasan kedua (roda karet) 2 – 20 100 – 125

8 Penggilasan akhir (roda baja) < 20 > 95


Sumber : Dokumen Pelelangan Nasional Pekerjaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi
BAB VII Spesifikasi Umum 2010 Devisi 6 Perkerasan Aspal

Pengaruh Variasi Temperatur..., Bagus Ady Prasetya, Fakultas Teknik UMP, 2015
2.5 Marshall Test

Konsep Marshall Test dikembangkan oleh Bruce Marshall, seorang insinyur

perkerasan pada Mississipi State Highway. Pada tahun 1948 US Corp of Engineering

meningkatkan dan menambahkan beberapa kriteria pada prosedur tesnya, terutama

kriteria rancangan campuran. Sejak itu tes ini banyak diadopsi oleh berbagai

organisasi dan pemerintahan di banyak negara, dengan beberapa modifikasi prosedur

ataupun interpretasi terhadap hasilnya.

Dua parameter penting yang ditentukan pengujian ini adalah beban

maksimum yang dapat dipikul briket sampel sebelum hancur atau Marshall Stability

dan jumlah akumulasi deformasi briket sampel sebelum hancur yang disebut

Marshall Flow. Dan juga turunan dari keduanya yang merupakan perbandingan

antara Marshall Stablity dengan Marshall Flow disebut sebagai Marshall Quotient,

yang merupakan nilai kekakuan berkembang (pseudo stiffness), yang menunjukan

ketahan campuran terhadap deformasi permanen. Parameter lainnya yang penting

dalam metode Marshall adalah analisis Void yang terdiri dari Density, Void In The

Mix (VIM), Void in Mineral Aggregate (VMA), Void Filled with Asphalt (VFA)

yang dilakukan pada kondisi standard (2 x 75) tumbukan.

Pengaruh Variasi Temperatur..., Bagus Ady Prasetya, Fakultas Teknik UMP, 2015

Anda mungkin juga menyukai