Anda di halaman 1dari 10

Ujian Akhir Semester Durabilitas Material

(Dosen Pengampu : Ir. Ary Setyawan, M.Sc (Eng), Ph.D)

Mahdika Putra Nanda


S941908009

MAGISTER TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
1. Sejauh manakah pengaruh suhu menentukan viskositas bitumen dan tingkat
ketahanan material bitumen, terangkan pengaruh tersebut pada setiap
proses berikut ini.
a. Penyimpanan.
>> Di dalam penyimpanan pengaruh suhu untuk viskositas ini tergantung
temperaturnya.
>> Tank penyimpanan terkontrol suhunya sehingga tidak terjadi overheating,
>> memperhatikan surface to volume ratio
>> vertikal tank > horizontal tank
>> suhu harus tetap stabil, karena bila terlalu panas akan terjadi binder
drainage harus memperkecil kontak dengan okxigen agar suhu tetap
terjaga

Pada Gambar 1. terlihat bahwa pada temperatur diatas 250C aspal A lebih cair
dari aspal B, sehingga temperatur yang dibutuhkan oleh aspal A untuk
pencampuran dengan agregat lebih rendah dan aspal A dapat dipadatkan
dengan baik pada temperatur yang lebih rendah dari aspal B. Sedangkan pada
Gambar 2. terlihat bahwa pada temperatur diatas temperatur 600C aspal C
lebih lembek dari aspal D, sehingga temperatur yang dibutuhkan untuk
pencampuran menggunakan aspal D akan lebih rendah dibandingkan dengan
jika menggunakan aspal C. Tetapi dibawah temperatur 600C, aspal C lebih
keras. Berarti aspal C cepat mengeras dan cepat pula mencair, sehingga waktu
pelaksanaan harus lebih pendek, dibandingkan dengan aspal D. Aspal D
kurang peka terhadap temperatur dibandingkan dengan aspal C.

b. Pencampuran
>> suhu pada saat pencampuran harus cukup dan sesuai agar viscositas
bitumen dapat terdistribusikan ke seluruh aggregate
c. Tranportasi
>> suhu pada saat pencampuran harus cukup dan sesuai agar viscositas
bitumen dapat terdistribusikan ke seluruh aggregate.

d. Penghamparan dan Pemadatan


>> Pada bagian ini campuran bitumen akan mengalami penurunan suhu
disebabkan oleh angin dan ketebalan dan agar mendapatkan viscositas bitumen
yang sesuai harus melakukan uji Penetration Index penghamparan dan
pemadatan harus dilakukan pada saat cuaca kondusif agar tidak terjadi
penurunan suhu yang tinggi/ekstreem

e. Pelayanan
>> Di dalam pelayanan pengaruh suhu untuk viskositas ini yaitu kemampuan
campuran untuk mengikuti beban lalu lintas tanpa mengalami keretakan yang
disebabkan oleh beban yang berlangsung lama yang berakibat terjadinya
kelelahan pada lapis pondasi atau pada tanah dasar yang disebabkan oleh
pembebanan sebelumnya, Lendutan berulang yang disebabkan oleh waktu
pembebanan lalu lintas yang berlangsung singkat serta adanya perubahan
volume campurannya.

2. Jelaskan kebutuhan viscositas bitumen pada setiap tahap berikut dan


terangkan apa yang terjadi jika viscositas tidak terpenuhi (terlalu tinggi atau
terlalu rendah)
a. Pencampuran
>> Sifat kekentalan material aspal merupakan salah satu faktor penting dalam
pelaksanaan perencanaan campuran maupun dalam pelaksanaan dilapangan.
Disini hubungan antara kekentalan dan suhu memegang peranan penting.
Sebelum dilakukan perencanaan campuran, biasanya kekentalan material
aspal harus ditentukan dulu karena bila tidak akan mempengaruhi sifat
campuran aspal itu selanjutnya. Pencampuran ideal (viscosity 0,1-0,2 Pa.s dan
suhu 150-165°C) Misalnya pada suhu pencampuran tertentu, apabila
viskositasnya terlalu tinggi, maka akan menyulitkan dalam pelaksanaan
campuran. Sebaliknya pada suhu tersebut, apabila viskositasnya terlalu
rendah, maka aspal tersebut menjadi kurang berperan sebagai bahan perekat
pada campuran dan ini akan mengurangi stabilitas campuran.

b. Transportasi
>> apabila viskositasnya terlalu tinggi, maka akan menyulitkan dalam
pelaksanaan campuran. Sebaliknya pada suhu tersebut, apabila viskositasnya
terlalu rendah, maka aspal tersebut menjadi kurang berperan sebagai bahan
perekat pada campuran dan ini akan mengurangi stabilitas campuran, Jadi
transportasi yang ada diatasnya bisa mengakibatkan kerusakan pada jalan
salah satunya yaitu kerusakan bleeding yaitu kerusakan yang di prediksi
disebabkan sebagian atau seluruh agregat dalam campuran terselimuti aspal
terlalu tebal atau akibat dari kelebihan presentase aspal dalam campuran dan
tidak terkontrolnya temperatur atau suhu di Asphalt Mixing Plant (AMP).
Transportasi ideal (viscosity 0,6-2 Pa.s dan suhu 100-125°C )

c. Penghamparan dan Pemadatan


>> bila penghamparan dan pemadatan dilakukan pada temperatur dimana
kondisi aspal masih sangat viskos, maka pada saat itu akan terjadi pergeseran
campuran beraspal karena campuran tersebut belum cukup kaku untuk
memikul beban dari alat pemadat, sebaliknya bila pemadatan dilakukan pada
temperatur yang sangat rendah dimana campuran sudah bersifat kurang elastis
(cukup kaku) maka pemadatan yang diberikan tidak lagi akan menaikan
kepadatan campuran tetapi justru akan merusak atau mungkin menghancurkan
campuran tersebut.jadi Penghamparan dan pemadatan ideal (viscosity 2-20
Pa.s dan suhu 75-105°C ).

3. Salah satu kerusakan jalan disebabkan oleh adanya disbonding,


bagaimanakah anda dapat memperkecil terjadinya disbonding tersebut.
Disbonding itu adalah: adanya muatan negatif pada permukaan agregat yang
bersentuhan dengan lapisan bitumen yang juga bermuatan negatif maka
terjadilah disbonding. Jadi untuk dapat memperkecil terjadinya disbonding
tersebut yang ditinjau dari:
a. Pemilihan Material
>> Faktor utama dalam pencampuran adalah rongga udara, variasi rongga
udara disebabkan oleh perbedaan viscositas bitumen sekalipun pada
temperatur yang sama. Jadi material yang dipilih harus benar-benar yang
solid, memastikan agregat yang kita siapkan bersih dan kering, permukaan
agregat cenderung untuk waterloving ( hydrophilic ) tetapi oil hating (
oleophobic ), permukaan agregat yang dimana tepi tidak tipis tajam serta
aggregate kasar minimal batu kali pecah 2 sisi , aggregate halus bebas dari
bahan organik dan lempung.

b. Proses Produksi
>> Pada saat produksi harus benar-benar dalam pengawasan dan sesuai
perencanaan, seperti memperhatikan suhu bitumen, viscositas bitumen ,
kualitas aggregate yang digunakan serta memastikan tidak adanya diffusi air
yang melalui lapisan bitumen yang menyebabkan double layer of water pada
permukaan agregat.

c. Penggunaan Adiktif
>> Penggunaan additive kapur padam (Hydrated lime), 1 – 3% dari mineral
filler agar bitumen mudah menyelimuti permukaan aggregate.
d. Testing/ Produksi
>> static immersion
>> dynamic immersion
>> chemical immersion
>> immersion mechanical
>> immersion trafficking
>> coating
e. Lingkungan
>> Film rupture
>> Blistering & pitting
>> Hydraulic scouring
>> Pore pressure
>> Chemical disbonding

4. Selaku (konsultan perencana/pengawas lapangan/akademisi/pegawai


pemerintah) pengelola/pelaku peningkatan maupun pemeliharaan jalan,
dari sisi teknis usaha apa yang dapat saudara lakukan untuk
mempertahankan service life konstruksi perkerasan jalan.
>> Kinerja struktural perkerasan berkaitan dengan kondisi fisik yang
ditunjukkan oleh keberadaan retak, pelepasan butir atau cacat lain yang
menurunkan daya dukung perkerasan atau menuntut pemeliharaan;
sedangkan kinerja fungsional menyangkut tingkat pelayanan yang dapat
diberikan perkerasan kepada para penggunanya. Pada konteks tersebut,
kenyamanan pengguna jalan merupakan karakteristik dominan daripada
kinerja fungsional. Jadi untuk mempertahankan Service Life Menjalankan
panduan pemilihan teknologi preventif perkerasan jalan seperti pada
perkerasan jalan aspal yaitu fog seal, Chip seal, lapis penutup dengan bubur
aspal emulsi (slury seal), lapis permukaan mikro (microsurfacing), lapis tipis
beton aspal (LTBA), Melakukan kajian penilaian kondisi jalan baik secara
Fungsional maupun Struktural, Menganalisa kelayakan jalan dari penilaian
Fungsional dan Struktural, Merencanakan perbaikan dan pemeliharaan secara
berkala Serta Membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB) perbaikan dan
pemeliharaan jalan.
5. Sebutkan bebrapa pengetahuan dari pengamatan di lapangan yang
dapat anda gunakan untuk mendukung teori tentang ketahanan bitumen
yang anda pelajari di kelas.
>> Retak buaya (alligator cracking)
Retak buaya atau retak kelelahan adalah suatu rangkaian retak yang saling
menyambung pada permukaan aspal akibat beban lalu lintas secara terus
menerus. Permulaan retak dimulai dari bawah permukaan aspal, dimana
tegangan semakin tinggi akibat beban roda kendaraan. Retak ini mulai terbentuk
pada permukaan jalan dalam bentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang saling
berkait. Retak buaya sering terjadi pada bagian permukaan aspal yang menerima
beban lalu lintas secara terus menerus, terutama pada garis edar roda kendaraan.

>> Kegemukan (bleeding)


Kegemukan terjadi karena pemakaian kadar aspal yang terlalu tinggi pada
permukaan jalan sehingga mengakibatkan jalan menjadi licin, seperti kaca
dan permukaan jalan kelihatan seperti leleh. Pemakaian aspal yang berlebihan
menyebabkan ruang udara menjadi rendah atau sedikit. Semua itu terjadi
dimana aspal menutup kerikil pengisi yang ada dalam rongga udara selama
cuaca panas.
>> Retak Pinggir (Edge Cracking)
Retak pinggir adalah retak yang sejajar dengan jalur lalu lintas dan juga
biasanya berukuran 1 sampai 2 kaki (0,3 – 0,6 m) dari pinggir perkerasan. Ini
biasa disebabkan oleh beban lalu lintas atau cuaca yang memperlemah
pondasi atas maupun pondasi bawah yang dekat dengan pinggir perkerasan.
Diantara area retak pinggir perkerasan juga disebabkan oleh tingkat kualitas
tanah yang lunak dan kadangkadang pondasi yang bergeser. Kemungkinan
penyebab:
a. Kurangnya dukungan dari arah lateral (dari bahu jalan).
b. Drainase kurang baik.
c. Bahu jalan turun terhadap permukaan perkerasan.
d. Konsentrasi lalu lintas berat di dekat pinggir perkerasan.

>> Keriting (Corrugation)


Kerusakan ini dikenal juga dengan istilah lain yaitu, Ripples.bentuk kerusakan
ini berupa gelombang pada lapis permukaan, atau dapat dikatakan alur yang
arahnya melintang jalan, dan sering disebut juga dengan Plastic Movement.
Kerusakan ini umumnya terjadi pada tempat berhentinya kendaraan, akibat
pengereman kendaraan. Kemungkinan penyebab:
a. Stabilitas lapis permukaan yang rendah.
b. Penggunaan material atau agregat yang tidak tepat, seperti digunakannya
agregat yang berbentuk bulat licin.
c. Terlalu banyak menggunakan agregat halus.
d. Lapis pondasi yang memang sudah bergelombang.
e. Lalu lintas dibuka sebelum perkerasan mantap (untuk perkerasan yang
menggunakan aspal cair).
6. Ruas jalan raya menggunakan campuran Asphalt Concrete (AC) dengan
kadar bitumen content (kadar aspal optimum) 6% dan syarat porositas
antara 3 % sampai dengan 4%. Jenis bitumen yang digunakan adalah
aspal minyak dengan nilai penetrasi 57 dmm dan softening point 48oC.

>> Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa suhu pencampuran berkisar
diantara 132,5 ºC – 160 ºC (dapat dilihat garis biru yaitu pada garis (0,2-0,5
visco)
>> Untuk suhu pemadatan di dapatkan 87,5 ºC – 117, 5 ºC (didapat dari
pertemuan dua garis 2-20 visco dengan garis hitam yang ditarik garis biru)
>> Penetrasi indeks bitumen didapatkan sebesar -2

Anda mungkin juga menyukai