Pada Gambar 1. terlihat bahwa pada temperatur diatas 250C aspal A lebih cair
dari aspal B, sehingga temperatur yang dibutuhkan oleh aspal A untuk
pencampuran dengan agregat lebih rendah dan aspal A dapat dipadatkan
dengan baik pada temperatur yang lebih rendah dari aspal B. Sedangkan pada
Gambar 2. terlihat bahwa pada temperatur diatas temperatur 600C aspal C
lebih lembek dari aspal D, sehingga temperatur yang dibutuhkan untuk
pencampuran menggunakan aspal D akan lebih rendah dibandingkan dengan
jika menggunakan aspal C. Tetapi dibawah temperatur 600C, aspal C lebih
keras. Berarti aspal C cepat mengeras dan cepat pula mencair, sehingga waktu
pelaksanaan harus lebih pendek, dibandingkan dengan aspal D. Aspal D
kurang peka terhadap temperatur dibandingkan dengan aspal C.
b. Pencampuran
>> suhu pada saat pencampuran harus cukup dan sesuai agar viscositas
bitumen dapat terdistribusikan ke seluruh aggregate
c. Tranportasi
>> suhu pada saat pencampuran harus cukup dan sesuai agar viscositas
bitumen dapat terdistribusikan ke seluruh aggregate.
e. Pelayanan
>> Di dalam pelayanan pengaruh suhu untuk viskositas ini yaitu kemampuan
campuran untuk mengikuti beban lalu lintas tanpa mengalami keretakan yang
disebabkan oleh beban yang berlangsung lama yang berakibat terjadinya
kelelahan pada lapis pondasi atau pada tanah dasar yang disebabkan oleh
pembebanan sebelumnya, Lendutan berulang yang disebabkan oleh waktu
pembebanan lalu lintas yang berlangsung singkat serta adanya perubahan
volume campurannya.
b. Transportasi
>> apabila viskositasnya terlalu tinggi, maka akan menyulitkan dalam
pelaksanaan campuran. Sebaliknya pada suhu tersebut, apabila viskositasnya
terlalu rendah, maka aspal tersebut menjadi kurang berperan sebagai bahan
perekat pada campuran dan ini akan mengurangi stabilitas campuran, Jadi
transportasi yang ada diatasnya bisa mengakibatkan kerusakan pada jalan
salah satunya yaitu kerusakan bleeding yaitu kerusakan yang di prediksi
disebabkan sebagian atau seluruh agregat dalam campuran terselimuti aspal
terlalu tebal atau akibat dari kelebihan presentase aspal dalam campuran dan
tidak terkontrolnya temperatur atau suhu di Asphalt Mixing Plant (AMP).
Transportasi ideal (viscosity 0,6-2 Pa.s dan suhu 100-125°C )
b. Proses Produksi
>> Pada saat produksi harus benar-benar dalam pengawasan dan sesuai
perencanaan, seperti memperhatikan suhu bitumen, viscositas bitumen ,
kualitas aggregate yang digunakan serta memastikan tidak adanya diffusi air
yang melalui lapisan bitumen yang menyebabkan double layer of water pada
permukaan agregat.
c. Penggunaan Adiktif
>> Penggunaan additive kapur padam (Hydrated lime), 1 – 3% dari mineral
filler agar bitumen mudah menyelimuti permukaan aggregate.
d. Testing/ Produksi
>> static immersion
>> dynamic immersion
>> chemical immersion
>> immersion mechanical
>> immersion trafficking
>> coating
e. Lingkungan
>> Film rupture
>> Blistering & pitting
>> Hydraulic scouring
>> Pore pressure
>> Chemical disbonding
>> Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa suhu pencampuran berkisar
diantara 132,5 ºC – 160 ºC (dapat dilihat garis biru yaitu pada garis (0,2-0,5
visco)
>> Untuk suhu pemadatan di dapatkan 87,5 ºC – 117, 5 ºC (didapat dari
pertemuan dua garis 2-20 visco dengan garis hitam yang ditarik garis biru)
>> Penetrasi indeks bitumen didapatkan sebesar -2