Anda di halaman 1dari 87

PEMANFAATAN LIMBAH BOTOL PLASTIK SEBAGAI

BAHAN ECO PLAFIE (ECONOMIC PLASTIC FIBER) PAVING


BLOCK YANG BERKONSEP RAMAH LINGKUNGAN
DENGAN UJI TEKAN, UJI KEJUT DAN SERAPAN AIR

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian


Pendidikan sarjana teknik sipil

Oleh :

ARIF FRASMAN SIBUEA


08 0404 151

BIDANG STUDI STRUKTUR


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2013

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Konstruksi perkerasan dengan paving merupakan konstruksi yang ramah


lingkungan karena paving sangat baik dalam membantu konservasi air tanah,
disamping pelaksanaannya yang lebih cepat, mudah dalam pemasangan dan
pemeliharaan. Disamping Kuat tekan merupakan salah satu sifat utama paving
block, kuat impact merupakan salah satu indikator untuk mengetahui seberapa
besar beban kejut yang mampu ditahan oleh suatu material pavemen dalam hal ini
paving block. Semakin tinggi kuat impactnya maka durabilitasnya semakin baik
(Arumi, 2012). Khusunya untuk areal pelabuhan peti kemas dimana paving sering
mendapat beban impact yang besar dan berulang-ulang.
Penambahan fly ash dan serat plastik (polyethylene terephtalate) pada
campuran bahan pembentuk paving block merupakan salah satu alternatif jawaban
yang diharapkan mampu memenuhi pemecahan masalah tersebut. Dalam
penelitian ini menggunakan bahan tambah abu batu 30% dari berat semen, serat
plastik konsentrasi 0,25%, 0,5% ,0,75%, 1% volume. Perbandingan semen dan
pasir adalah 1 : 6 dengan faktor air semen 0,50. Pengujian dilakukan berdasarkan
ASTM C39-86 untuk uji tekan 28 hari, ketahanan kejut umur 28 hari berdasarkan
ACI 544.2R-89, uji serapan air berdasarkan ASTM C 20-00.
Berdasarkan hasil penelitian penambahan abu batu dan serat plastik dapat
meningkatkan kuat tekan dan ketahanan kejut paving. Peningkatan kuat tekan
optimum berada pada penambahan serat plastik 0,5% volume dengan peningkatan
42,23% dari paving normal. Hasil pengujian ketahanan kejut optimum berada
pada penambahan serat plastik 0,5% dimana paving mampu menyerap energy
sebesar 1122,388 joule dibandingkan paving normal hanya mampu menyerap
energy 297,980 joule atau, mampu menyerap energy 3,78 kali lebih baik dari
paving normal. Dari hasil pengujian serapan air terjadi penurunan daya serap air
paving dari 0% -1%. Dimana paving pada variasi penambahan serat palstik 1%
hanya mampu meyerap air 3,27% dibandingkan paving normal dengan daya serap
air 6,27 %. Paving block dengan serat plastik sangat baik dimanfaatkan pada area
pelabuhan, pabrik maupun lokasi lain yang sering mengalami beban impact yang
besar dan berulang, dan sangat baik digunakan dalam hal membantu konservasi
air tanah.

Kata kunci : paving block, abu batu dan serat polyethylene terepthalate, kuat kejut

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

limpahan kasih karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini

dengan judul : Pemanfaatan Limbah Botol Plastik Sebagai Bahan Eco Plafie

(Economic Plastic Fiber) Paving Block Yang Berkonsep Ramah Lingkungan

Dengan Uji Tekan, Uji Kejut dan Serapan Air.

Tugas akhir ini ditulis dan disusun sedemikian rupa sebagai syarat dalam

ujian sarjana Teknik Sipil bidang studi Struktur pada Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara, Medan. Penulis menyadari bahwa isi dari tugas akhir ini masih

memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan

penulis. Sehingga untuk penyempurnaannya maka penulis mengharapkan saran

dan kritik dari bapak dan ibu dosen serta dari rekan-rekan mahasiswa.

Penulis juga menyadari tanpa bimbingan, bantuan dan dorongan semangat

dari berbagai pihak tugas akhir ini tidak mungkin dapat diselesaikan dengan baik.

Sehingga dengan ini saya mengucapkan terimahkasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr.-Ing. Johannes Tarigan, selaku Ketua Jurusan Departemen

Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Ir.Syahrizal,MT selaku Sekretaris Jurusan Departemen Teknik Sipil

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr.-Ing. Johannes Tarigan, selaku dosen pembingbing yang

telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan

bimbingan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Universitas Sumatera Utara


4. Bapak Ir. Daniel Terumbi, MT, selaku dosen wali sekaligus dosen

pengajar selama saya menempuh studi.

5. Bapak/Ibu dosen pengajar Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera

Utara.

6. Seluruh pegawai administrasi yang telah memberikan bantuan dalam

kemudahan penyelesaian administrasi

7. Kedua orang tua ku terkasih, Patiar Sibuea dan Riana Butar-butar yang

telah mengasihi aku dengan segenap hati dan yang telah membentuk aku

dengan nasehat dan kasihnya hingga saat ini. Kepada saudara/i ku, bere

ku, yang ku banggakan yang memberi dorongan/semangat hingga tugas

akhir ini terselesaikan. Kepada bang Rickson Sibuea, ST yang telah sedia

membantu dalam mencari lokasi penelitian.

8. Kepada pimpinan perusahaan Home Industry paving Block Hery :Bapak

M. Nababan beserta pegawainya, yang telah memberi kan tempat bagi

saya untuk melakukan penelitian dan bimbingannya.

9. Rekan-rekan mahasiswa/i Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera

Utara angkatan 08 khususnya : Sadvent, Sumandro, Nurul, Rosiva, Dapot,

Luhut, Jefry, Deyva, Frengki, Itin, David, Jaya, Muti, Jun, Pardi, Astri,

Tryana, Evi, Putri, Ester, Rumanto, Yoona, Yazid dan juga asisten Lab

Beton Universitas Sumatera Utara. Tak terkecuali anak Ampara 409 :

Amang, Bang Maruhum, Bang Marth, Bang Samuel, Bang Nando,

Fransisco, Rudy, Sabden, Trywan, Albert, Erik yang telah membantu tugas

akhir ini.

Universitas Sumatera Utara


10. Rekan rekan mahasiswa Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera

Utara dari seluruh angkatan yang telah banyak membantu baik dalam

perkuliahan maupun member masukan dalam tugas akhir ini.

Dengan kesadaran dalam keterbatasan dari ketidak-sempurnaan bahwa

tugas akhir ini tidak luput dari kesalahan baik dalam penulisan atau

penyusunnya, maka dengan hati yang tulus mengucapkan maaf. Akhir kata

penulis berharap tugas akhir ini berguna bagi semua pihak yang memerlukan.

Medan, Februari 2013

Arif Frasman Sibuea

08 0404 151

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.. ii

DAFTAR ISI.. v

DAFTAR TABEL. viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR NOTASI x

DAFTAR LAMPIRAN.. xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 L

atar Belakang . 1

1.2 P

erumusan Masalah . 3

1.3 T

ujuan Penelitian . 4

1.4 B

atasan Masalah .. 4

1.5 M

etodologi Penelitian .. 5

1.6 M

anfaat Penelitian . 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara


2.1 T

injauan Umum 7

2.2 T

eori Tentang Bahan Bangunan Berbasis Semen 7

2.3 T

eori Tentang Paving Block . 8

2.3.1 K

egunaan Dan Keuntungan Paving Block 8

2.3.2 K

lasifikasi Paving Block .. 10

2.3.3 S

tandar Mutu Paving Block . 12

2.3.4 M

etode Pembuatan Paving Block Di Masyarakat 14

2.4 B

ahan Tambah (Admixture) . 17

2.5 M

aterial Paving Block 19

2.5.1 S

emen Portland (PC) 19

2.5.2 A

gregat Halus .. 22

2.5.3 A

ir . 24

Universitas Sumatera Utara


2.6 P

enambahan Serat (fiber) Terhadap Beton .. 25

2.7 P

olyethylene Terephtalate ( PET) . 27

2.8 K

etahanan Kejut (Impact Resistance) .. 29

2.9 P

enelitian Sejenis Yang pernah Dilakukan . 33

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 U

mum 35

3.2 P

eralatan 37

3.3 B

ahan-bahan Penyusun Paving Block . 38

3.3.1 P

engujian Agregat Halus ... 38

3.4 P

erencanaan Campuran Paving Block (Mix Design) 42

3.5 P

enyediaan Bahan Penyusun Paving Block . 42

3.6 P

embuatan Paving Block .. 43

Universitas Sumatera Utara


3.7 P

engujian Kuat Tekan Paving Block 44

3.8 P

engujian Ketahanan Kejut Paving Block 45

3.9 P

engujian Serapan Air Paving Block 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 K

uat Tekan Paving Block ... 50

4.2 K

etahanan Kejut Paving Block . 53

4.3 S

erapan Air Paving Block . 56

4.4 P

erhitungan Biaya Produksi Eco Plafie Paving 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 K

esimpulan 66

5.2 S

aran .. 68

DAFTAR PUSTAKA 69

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bentuk Paving Block. 11

Gambar 2.2 Pola Pemasangan Paving Block 13

Gambar 2.3 Alat Cetak Paving Manual 14

Gambar 2.4 Mesin Press Vibrasi Paving .. 15

Gambar 2.5 Mesin Hidrolik Paving Block .. 16

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.6 Rumus Molekul PET 26

Gambar 2.7 Logo PET . 27

Gambar 3.1 Alur Penelitian Paving . 36

Gambar 3.2 Detail Uji Kejut Beton Berdasrkan ASTM D 1557.. 46

Gambar 3.3 Uji Ketahanan Kejut Menurut Erwin Rommel 2007. 47

Gambar 3.4 Detail Prototype Uji Kejut Paving Block . 48

Gambar 3.2 Alat Pengujian Ketahanan Kejut Paving Block 50

Grafik 4.1 Kuat Tekan Rata-rata Untuk Variasi Campuran PET .. 51

Grafik 4.2 Ketahanan Kejut Rata-rata Untuk Variasi Campuran PET.. 54

Grafik 4.3 Serapan Air Rata-rata Untuk Variasi Campuran PET . 57

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Distribusi Pengujian Benda Uji Paving Block 7

Tabel 2.1 Kekuatan Fisik Paving Block 13

Tabel 2.3 Keuntungan Dan Kerugian Metode Mekanis

Dan Metode Konvensional 17

Tabel 2.4 Kandungan Kimia Fly Ash Berdasarkan ASTM C.618-95:305 19

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.5 Persentase Komposisi Semen Portland.. 21

Tabel 2.6 Susunan Gradasi Untuk Agregat Halus. 22

Tabel 2.7 Karakteristik Serat Nylon .. 26

Tabel 3.1 Kebutuhan Bahan Pembentuk Paving Block . 43

Tabel 4.1 Kuat Tekan Rata-rata Paving Block.. 50

Tabel 4.2 Ketahanan Kejut Rata-rata Paving Block.. 53

Tabel 4.3 Serapan Air Rata-rata Paving Block.. 56

DAFTAR NOTASI

PET : polyethylene terephtalate

SSD : saturated surface dry

n : jumlah pukulan

EP : energy potensial (joule)

mh : berat palu (kg)

Universitas Sumatera Utara


g : percepatan gravitasi (m/s2)

h : ketinggian (m)

EK : energy mekanik (joule)

V : kecepatan palu (m/s 2)

EM : energy mekanik (joule)

FM : modulus kehalusan

fc : kuat tekan (kg/cm2)

P : beban tekan (kg)

A : luas permukaan benda uji (cm2)

WA : serapan air (kg)

Mk : massa sampel kering (kg)

Mj : massa sampel basah (kg)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Pemeriksaan Bahan Pada Agregat Halus

Lampiran II Pengujian Kuat Tekan, Ketahanan Kejut Dan Serapan Air

Lampiran III Dokumentasi

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Konstruksi perkerasan dengan paving merupakan konstruksi yang ramah


lingkungan karena paving sangat baik dalam membantu konservasi air tanah,
disamping pelaksanaannya yang lebih cepat, mudah dalam pemasangan dan
pemeliharaan. Disamping Kuat tekan merupakan salah satu sifat utama paving
block, kuat impact merupakan salah satu indikator untuk mengetahui seberapa
besar beban kejut yang mampu ditahan oleh suatu material pavemen dalam hal ini
paving block. Semakin tinggi kuat impactnya maka durabilitasnya semakin baik
(Arumi, 2012). Khusunya untuk areal pelabuhan peti kemas dimana paving sering
mendapat beban impact yang besar dan berulang-ulang.
Penambahan fly ash dan serat plastik (polyethylene terephtalate) pada
campuran bahan pembentuk paving block merupakan salah satu alternatif jawaban
yang diharapkan mampu memenuhi pemecahan masalah tersebut. Dalam
penelitian ini menggunakan bahan tambah abu batu 30% dari berat semen, serat
plastik konsentrasi 0,25%, 0,5% ,0,75%, 1% volume. Perbandingan semen dan
pasir adalah 1 : 6 dengan faktor air semen 0,50. Pengujian dilakukan berdasarkan
ASTM C39-86 untuk uji tekan 28 hari, ketahanan kejut umur 28 hari berdasarkan
ACI 544.2R-89, uji serapan air berdasarkan ASTM C 20-00.
Berdasarkan hasil penelitian penambahan abu batu dan serat plastik dapat
meningkatkan kuat tekan dan ketahanan kejut paving. Peningkatan kuat tekan
optimum berada pada penambahan serat plastik 0,5% volume dengan peningkatan
42,23% dari paving normal. Hasil pengujian ketahanan kejut optimum berada
pada penambahan serat plastik 0,5% dimana paving mampu menyerap energy
sebesar 1122,388 joule dibandingkan paving normal hanya mampu menyerap
energy 297,980 joule atau, mampu menyerap energy 3,78 kali lebih baik dari
paving normal. Dari hasil pengujian serapan air terjadi penurunan daya serap air
paving dari 0% -1%. Dimana paving pada variasi penambahan serat palstik 1%
hanya mampu meyerap air 3,27% dibandingkan paving normal dengan daya serap
air 6,27 %. Paving block dengan serat plastik sangat baik dimanfaatkan pada area
pelabuhan, pabrik maupun lokasi lain yang sering mengalami beban impact yang
besar dan berulang, dan sangat baik digunakan dalam hal membantu konservasi
air tanah.

Kata kunci : paving block, abu batu dan serat polyethylene terepthalate, kuat kejut

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Paving block merupakan salah satu bahan bangunan yang digunakan sebagai

lapisan atas struktur jalan selain aspal atau beton. Sekarang ini, banyak konsumen

lebih memilih paving block dibandingkan perkerasan lain seperti dak beton

maupun aspal. Meningkatnya minat konsumen terhadap paving karena konstruksi

Universitas Sumatera Utara


perkerasan dengan paving merupakan konstruksi yang ramah lingkungan dimana

paving sangat baik dalam membantu konservasi air tanah, pelaksanaanya yang

lebih cepat, mudah dalam pemasangan dan pemeliharaan, memiliki aneka ragam

bentuk yang menambah nilai estetika, serta harganya yang mudah dijangkau.

Paving block adalah komposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran

semen portland atau bahan perekat sejenis, air dan agregat halus dengan atau

tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu dari pada beton

tersebut (SK.SNI S-04-1989-F,DPU). Keberadaan paving dapat dijumpai di

trotoar, area bermain / taman, jalan lingkungan perumahan dan tidak tertutup

kemungkinannya digunakan pada daerah pelabuhan. Hal itu terbukti, hampir di

berbagai tempat seperti daerah parkiran, trotoar, di Universitas Sumatera Utara

menggunakan paving block.

Akan tetapi, tingginya permintaan konsumen terhadap paving tidak diimbangi

dengan ketersediaan kualitas yang memadai baik dari segi kekuatan, umur pakai,

dan durability paving. Banyak paving yang dijumpai pada permukaan jalan

mengalami retak-retak, mudah patah, banyak ditumbuhi oleh lumut, karena

paving bersifat getas. Hal ini disebabkan oleh mutu bahan yang tidak sesuai,

gerusan air hujan, komposisi bahan yang tidak sesuai dengan standart, perbedaan

tingkat pemadatan (pressing) paving, bahkan beban kejut (impact resistance) yang

sangat besar dari lintasan roda kendaraan.

Paving block harus memiliki kuat tekan yang tinggi untuk mampu menahan

beban kendaraan diatasnya, tahan terhadap gerusan air hujan agar paving tidak

getas dan memiliki ketahanan kejut yang tinggi untuk menahan gaya atraksi

Universitas Sumatera Utara


kendaraan (pengereman) secara tiba-tiba yang mampu membuat paving cepat aus

khusunya untuk area kusus seperti area pelabuhan peti kemas, dimana sering

terjadi beban kejut yang berulang-ulang.

Beberapa peneliti terdahulu telah menggunakan berbagai cara dalam

meningkatkan kualitas paving. Salah satunya dengan menambahkan pozzoland

berupa abu batu dan penambahan serat berupa serat baja, serat plastik, serat alami.

Penelitian paving block dengan menggunakan fly ash 5% volume, serat plastik

(polyethylene terephtalate) 0,25% volume diperoleh kuat kejut paving 270 joule

pada kondisi retak (first crack), 945 joule kondsi runtuh (failure) atau 3,5 kali

lebih baik dari paving normal (dwicahyani arum,dkk,2012).

Penelitian paving block dengan menggunakan fly ash 0%; 10%; 20%; 30%;

40%; 50% berat semen dihasilkan kuat tekan berturut - turut 19,82 Mpa; 26,63

Mpa; 31,43 Mpa; 35,73 Mpa; 29,69Mpa; 23,77Mpa (Sutarno dan Sukardi, 2008).

Meningkatnya kuat kejut paving dengan menambahkan serat plastik

(polyethylene terephtalate) pada bahan campuran paving block ,dapat dikatakan

plastik (polyethylene terephtalate) sebagai bahan eco plafie (economic plastic

fiber) yang berkonsep ramah lingkungan dengan cara pengolahan plastik yang

ramah lingkungan konsep 3R (Reduce, Recycling, Reuse) (dwicahyani arumi, dkk,

2012).

Pada kesempatan ini akan dilakukan suatu usaha untuk menghasilkan paving

block dengan kuat tekan yang tinggi, ketahanan kejut yang tinggi dengan

Universitas Sumatera Utara


menambahkan serat plastik PET (Polyethylene Terephtalate) dan bahan tambah

berupa abu batu terhadap campuran bahan pembentuk paving block. Penambahan

serat plastik PET sebesar 0,25% ,0,5%, 0,75%, 1% dari volume dan abu batu 30

% dari berat semen.

1.2 Perumusan masalah

Keberadaan limbah botol plastik berlogo PET di lingkungan masyarakat

sangat menggangu lingkungan sekitarnya karena plastik sukar diuraikan oleh

tanah. Berbagai cara telah diusahakan agar limbah plastik memiliki manfaat bagi

manusia, dengan cara mendaur ulang plastik bahkan menggunakannya dalam

campuran bahan bangunan. Salah satu yang akan dibahas pada penulisan ini

adalah pemanfaatan limbah plastik berlogo PET dengan cara merubah bentuknya,

sebagai bahan campuran pembentuk paving block. Namun berapa komposisi

optimum limbah botol plastik (polyethylene terephtalate) pada pembuatan paving

block ini dapat meningkatkan kuat tekan dan kuat kejutnya? Bagaimana terhadap

sisi ekonomis paving?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yakni :

Untuk mengetahui perilaku mekanik dan fisis paving block yang

menggunakan fly ash dan serat plastik (polyethylene terephtalate) sebagai bahan

tambah dalam campuran pembentuk paving block dan membandingkannya

terhadap paving block normal. Perilaku mekanik yang diteliti meliputi : kuat

tekan, kuat kejut dan perilaku fisis meliputi : daya serap air.

Universitas Sumatera Utara


1.4 Batasan Masalah

Untuk membatasi permasalahan yang diteliti agar penelitian dapat terarah

sesuai tujuan yang diharapkan, maka digunakan anggapan dasar dan batasan

masalah sebagai berikut ini.

Plastik yang digunakan berupa poly ethylene terephtalate yang berlogo 1

dan fly ash dari PT. ADHI KARYA

Perbandingan campuran semen : pasir : fas , 1 : 6 : 0,5

Direncanakan paving dengan mutu > K -125 Kg/cm2

Pada pembuatan benda uji variasi serat poly ethylene terephtalate 0%, 0,25

%, 0,5%, 0,75 %, 1,0% terhadap volume dan fly ash 30 % dari berat

semen.

Menggunakan cetakan paving block berbentuk segienam dengan ukuran

11 x 6,5 cm untuk kuat kejut, kuat tekan dan 9 x 6,5 cm untuk serapan air.

Serat plastik (poly ethylene terephtalate) disimpul dengan panjang 4 cm,

Benda uji berjumlah 4 buah untuk setiap variasi serat poly terephtalate.

Perawatan ( quring ) dengan perendaman di air selama 28 hari dan di uji

pada umur 28 hari.

1.5 Metodologi penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah kajian

eksperimental di Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Adapun tahap tahap pelaksanaan

dalam penelitian sebagai berikut :

1. Penyediaan bahan penyusun paving : semen, pasir, fly ash, serat plastik

PET

2. Pemeriksaan bahan penyusun paving.

Analisa ayakan agregat halus

Pemeriksaan berat jenis, absorbsi agregat halus

Pemeriksaan berat isi agregat halus

Pemeriksaan kadar lumpur ( pencucian agregat halus lewat

ayakan no. 30)

Pemeriksaan kadar liat (clay clump) pada agregat halus

Pemeriksaan kandungan organic (colorimetric test) pada

agregat halus

3. Mix design (perancangan campuran)\

Penimbangan / penakaran bahan penyusun paving .

4. Pengujian Kuat Tekan, Kuat kejut dan Serapan air paving dengan

menggunakan benda uji segienam.

Tabel 1.1 Distribusi Pengujian Benda Uji Paving Block

Fas Fly ash Variasi Kuat Kuat Serapan Jumlah

serat kejut tekan air

plastik

0.5 0% 0% 4 4 5 13

Universitas Sumatera Utara


0.5 30 % 0.25 % 4 4 5 13

0.5 30 % 0.50 % 4 4 5 13

0.5 30 % 0.75 % 4 4 5 13

0.5 30% 1 .0% 4 4 5 13

65

1.6 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini kiranya dapat kita jadikan suatu acuan bahwa

penggunaan fly ash, serat poly ethylene terephtalate sebagai komponen

pembentuk paving yang merupakan suatu pilhan yang patut

dipertimbangkan untuk mengubah sifat paving sesuai yang diinginkan.

Penggunaan serat poly ethylene terephtalate pada paving dapat menjadi

solusi dalam meningkatkan kuat kejut, kuat tekan.

Mengurangi volume dan efek pencemaran lingkungan yang diakibatkan

oleh limbah plastik khususnya botol minuman ringan berlogo PET.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum

Mulai tahap perencanaan hingga tahap analisis, penelitian dilaksanakan

berdasarkan sumber yang berkaitan dengan topik yang dipilih, yaitu penelitian

tentang Pemanfaatan Limbah Botol Plastik sebagai Bahan Eco plafie (economic

Universitas Sumatera Utara


plastic fiber) yang berkonsep Ramah Lingkungan dengan Uji tekan ,Uji kejut dan

Serapan air. Materi yang dibahas antara lain :

Bahan bangunan berbasis semen dan teori tentang paving block.

Material paving block, Serat plastik ( Polyethylene Terepthalate ) dan

Bahan tambah ( admixture ), Perawatan paving block

Metode pembuatan paving block di masyarakat.

Pengujian kuat tekan , kuat kejut, serapan air

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan

2.2 Teori Tentang Bahan Bangunan Berbasis Semen

Bahan bangunan berbasis semen di antaranya adalah :

Mortar, yaitu didefenisikan sebagai bahan yang diperoleh dari

mencampurkan agregat halus, semen portland dan air (SNI 03-0691-1996)

Beton, yaitu didefenisiskan sebagai bahan yang diperoleh dengan

mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen portland dan air ( PBI,

1971).

Paving block, yaitu didefenisikan sebagai suatu komposisi bahan

bangunan yang terbuat dari campuran semen Portland atau bahan perekat

hidrolis sejenisnya, air, dan agregat (abu batu/ pasir) dengan atau tanpa

bahan tambahan lainnya ( SNI 03-0691-1996). Paving block digunakan

pada perkerasan jalan.

2.3 Teori Tentang Paving Block

Universitas Sumatera Utara


Bata beton (paving block) merupakan salah satu jenis beton non structural

yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan jalan, pelataran parkir, trotoar, taman,

dan keperluan lainnya. Paving block mulai dikenal dan dipakai di Indonesia

terhitung sejak tahun 1997/1998, dimulai dengan pemasangan trotoar di Jalan

Thamrin dan untuk terminal bis Pulogadung, keduanya di Jakarta. Paving block

dapat berwarna seperti aslinya atau diberi zat warna pada komposisinya dan

digunakan untuk lantai baik didalam maupun diluar bangunan.

2.3.1 Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

Keberadaan paving block bisa menggantikan aspal dan pelat beton, dengan

banyak keuntungan yang dimilikinya. Paving block mempunyai banyak kegunaan

diantaranya sebagai lapisan perkerasan lapangan terbang, terminal bis, parkir

mobil , pejalan kaki, taman kota dan tempat bermain.

Penggunaan paving block memiliki beberapa keuntungan, antara lain :

Dapat diproduksi secara manual

Dapat diaplikasikan pada pembangunan jalan dengan tanpa memerlukan

keahlian khusus.

Pada kondisi pembebanan yang normal paving block dapat digunakan

selama masa-masa pelayanan dan paving block tidak mudah rusak

Paving block lebih mudah dihamparkan dan langsung bisa digunakan

tanpa harus menunggu pengerasan seperti pada beton.

Tidak menimbulkan kebisingan dan gangguan debu pada saat

pengerjaannya.

Universitas Sumatera Utara


Paving block menghasilkan sampah konstruksi lebih sedikit dibandingkan

penggunaan pelat beton.

Adanya pori-pori pada paving block meminimalisasi aliran permukaan dan

memperbanyak infiltrasi dalam tanah.

Perkerasan dengan paving block mampu menurunkan hidrokarbon dan

menahan logam berat.

Paving block memiliki nilai estetika yang unik terutama jika didesain

dengan pola dan warna yang indah .

Perbandingan harganya lebih rendah dibanding dengan jenis perkerasan

konvensional yang lain.

Pemasangannya cukup mudah dan biaya perawatannya pun murah.

Kelemahan Paving Block :

Mudah bergelombang bila pondasinya tidak kuat dan kurang nyaman

dengan kendaraan yang berkecepatan tinggi. Sehingga perkerasan paving

block hanya cocok untuk mengendalikan kecepatan kendaraan di

lingkungan pemukiman dan perkotaan yang padat.

2.3.2 Klasifikasi Paving Block

Berdasarkan SK SNI T 04 1990 F , klasifikasi paving block (blok beton)

didasarkan atas bentuk, tebal, kekuatan, dan warna. Klasifikasi tersebut antara

lain :

1. Klasifikasi berdasarkan bentuk

Universitas Sumatera Utara


Bentuk paving block secara garis besar terbagi atas dua macam, yaitu :

a. Paving block bentuk segi empat

b. Paving block bentuk segi banyak

Gambar 2.1 Bentuk Paving Block

Pola pemasangan sebaiknya disesuaikan dengan tujuan penggunaanya. Pola

yang umum dipergunakan ialah susun bata ( stretcher ), anyaman tikar ( basket

weave ), dan tulang ikan ( herring bone ). Untuk perkerasan jalan diutamakan pola

tulang ikan karena mempunyai kuncian yang baik. Dalam proses pemasangannya,

paving block harus berpinggul dan pada tepi susunan paving block biasanya

ditutup dengan pasak yang berbentuk topi uskup.

Universitas Sumatera Utara


Pola Anyaman Tikar Penguncian Sedang

Pola Tulang Ikan 45 Penguncian Paling Baik

Pola Tulang Ikan 90 Penguncian Paling Baik

Pola Susun Bata Penguncian Paling Rendah

Gambar 2.2 Pola Pemasangan Paving Block

2. Klasifikasi berdasarkan ketebalan

Ketebalan paving block ada tiga macam, yaitu :

a. Paving block dengan ketebalan 60 mm

b. Paving block dengan ketebalan 80 mm

c. Paving block dengan ketebalan 100 mm

Universitas Sumatera Utara


Pemilihan bentuk dan ketebalan dalam pemakaian harus disesuaikan dengan

rencana penggunaanya dan kuat tekan paving block tersebut juga harus

diperhatikan.

3. Klasifikasi berdasarkan kekuatan

a. Paving block dengan mutu beton fc 37,35 MPA

b. Paving block dengan mutu beton fc 27,0 MPA

4. Klasifikasi berdasarkan warna

Warna yang tersedia dipasaran antara lain abu-abu, hitam, dan merah.

Paving block yang berwarna kecuali untuk menambah keindahan juga

dapat digunakan untuk member batas pada perkerasan seperti tempat

parkir, tali air, dan lain-lain.

2.3.3 Standar Mutu Paving Block

Standar mutu yang harus dipenuhi paving block untuk lantai menurut SNI

03 0691 1996 adalah sebagai berikut :

1. Sifat tampak paving block untuk lantai harus mempunyai bentuk

yang sempurna, tidak terdapat retak retak dan cacat, bagian sudut

dan rusuknya tidak mudah direpihkan dengan kekuatan jari tangan.

2. Bentuk dan ukuran paving block untuk lantai tergantung dari

persetujuan antara pemakai dan produsen. Setiap produsen

memberikan penjelasan tertulis dalam leaflet mengenai bentuk,

ukuran, dan konstruksi pemasangan paving block untuk lantai.

Universitas Sumatera Utara


3. Penyimpangan tebal paving block untuk lantai diperkenankan

kurang lebih 3 mm.

4. Paving block untuk lantai harus mempunyai kekuatan fisik sebagai

berikut :

Tabel 2.1 Kekuataan Fisik Paving Block

Kuat Tekan Ketahanan Aus Penyerapan

Mutu Kegunaan ( kg / cm2 ) ( mm/ menit) Air Rata-

rata Maks

Rata 2 Min Rata 2 Min (%)

A Perkerasan jalan 400 350 0,0090 0,103 3

B Tempat parkir 200 170 0,1300 1,149 6

mobil

C Pejalan kaki 150 125 0,1600 1,184 8

D Taman Kota 100 85 0,2190 0,251 10

Sumber : SNI 03 - 0691 1996

5. Paving block untuk lantai apabila diuji dengan natrium sulfat tidak boleh

cacat, dan kehilangan berat yang diperbolehkan maksimum 1 %.

2.3.4 Metode pembuatan Paving Block di masyarakat

Cara pembuatan paving block yang biasanya digunakan dalam masyarakat

dapat diklasifikasikan menjadi dua metode, yaitu :

1. Metode Konvensional

Universitas Sumatera Utara


Metode ini adalah metode yang paling banyak digunakan oleh masyarakat

kita dan lebih dikenal dengan metode gablokan. Pembuatan paving block cara

konvensional dilakukan dengan menggunakan alat gablokan dengan beban

pemadatan yang berpengaruh terhadap tenaga orang yang mengerjakan.

Metode ini banyak digunakan oleh masyarakat sebagai industry rumah tangga

karena selain alat yang digunakan sederhana, juga mudah dalam proses

pembuatannya sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Proses produksi ini

menghasilkan paving block K-50 s/d K-100.Selain itu tingkat abrasi paving

manual masih cukup tinggi baik karena goresan, hujan dan tempaan panas.

Gambar 2.3 Alat Cetak Paving Manual

2. Metode Mekanis

Metode mekanis didalam masyarakat biasa disebut metode press. Metode

ini masih jarang digunakan karena untuk pembuatan paving block dengan

metode mekanis membutuhkan alat yang harganya relatif mahal. Metode

mekanis ini biasanya digunakan oleh pabrik dengan skala industry sedang atau

besar. Metode mekanis ada dua yakni :

Metode Vibrator

Universitas Sumatera Utara


Proses produksi dengan cara ini biasanya menghasilkan paving dengan

mutu K-150 s/d K-225. Adapun penggunaanya sebaiknya untuk pedestrian dan

lahan parkir yang tidak terlalu luas dengan beban yang terlalu berat.

Gambar 2.4 Mesin Press Vibrasi Paving

Metode Hidrolik

Proses produksi dengan mesin hidrolik menghasilkan paving block dengan

mutu K-225 ke atas.Adapun penggunaanya dapat diaplikasikan pada semua

tempat, baik untuk pedestrian maupun parkiran yang luas dengan beban yang

cukup berat. Untuk hasil akhir dan penggunaan jangka panjang disarankan

menggunakan paving press hidrolik. Karakter paving block tidak sama dengan

keramik. Paving block lebih kasar, adakalanya bentuknya tidak terlalu mirip satu

sama lainnya, sedangkan keramik lebih halus dan bentuknya hampir mulus semua.

Jangan melihat bentuk fisiknya saja tetapi lihatlah setelah terpasang.

Universitas Sumatera Utara


Gunakan paving block pada area-area strategis seperti pedestrian/jogging

track, jalan lingkungan perumahan, area parkir gedung/ruko/rumas sakit, halaman

rumah dan lain-lain. Dengan menggunakan paving block sebagai penutup

permukaan bumi berarti memberikan celah air untuk masuk sehingga kadar air

dibawahnya masih bagus. Selain itu dengan paving block kita bisa membuat

berbagai macam variasi pemasangan yang dapat disesuaikan dengan keinginan

kita, dan tentunya dengan perawatan yang lebih mudah dan lebih murah.

Gambar 2.5 Mesin Hidrolik Paving Block

Dari metode pembuatan paving block diatas, terdapat kelebihan dan

kekurangan dari tiap metode yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.3 Keuntungan Dan Kerugian Metode Mekanis Dan Metode

Konvensional

Metode Keuntungan Kerugian

Universitas Sumatera Utara


Konvensional Dapat dilakukan oleh pemodal kecil Kuat tekan umumnya

Alat cetak relative murah rendah dan tidak stabil

Dapat dilakukan dimana dan oleh Dalam sekali cetak

siapa saja ( home industry) hanya satu buah paving

Tidak dapat diproduksi

secara massal

Mekanis Kuat tekan yang dihasilkan relative Hanya bisa dilakukan

stabil sesuai mix design oleh pemodal besar

Dalam sekali cetak, lebih dari satu Alat cetak relative

paving tergantung jumlah alat cetak mahal

Dapat diproduksi secara massal Tidak dapat dilakukan

disembarang tempat (

home industry)

Sumber : Studi lapangan, 2012 di Home Industry Paving Block Hery

2.4 Bahan Tambah (Admixture)

Penambahan bahan tambah dalam sebuah campuran beton atau mortar

sebaiknya tidak mengubah komposisi yang besar dari bahan lainnya, karena

penggunaan bahan tambah ini cenderung merupakan pengganti atau subsitusi dari

dalam campuran beton itu sendiri sehingga kecenderungan perubahan komposisi

dalam berat atau volume tidak terasa secara langsung dibandingkan dengan

komposisi awal beton tanpa bahan tambah (Tri Mulyono, 2004). Secara umum

bahan tambah yang digunakan dalam beton / mortar, dapat dibedakan menjadi dua

yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi ( chemical admixture ) dan bahan

Universitas Sumatera Utara


tambah yang bersifat mineral (additive). Bahan tambah admixture ditambahkan

saat pengadukan dan atau saat pelaksanaan pengecoran ( placing), sedangkan

bahan tambah additive ditambahkan saat pengadukan dilaksanakan. Bahan

tambah additive merupakan bahan tambah yang lebih banyak bersifat penyemenan

jadi bahan tambah additive lebih banyak digunakan untuk perbaikan kinerja

kekuatannya.

Abu terbang batu bara ( fly ash)

Penelitian ini menggunakan abu terbang batu bara ( fly ash ) sebagai bahan

tambah dalam meningkatkan kuat tekan paving block. Fly ash yang digunakan

untuk penelitian ini adalah fly ash dari PT ADHI KARYA. Menurut ASTM C.618

( ASTM, 1995: 304) abu terbang (fly ash) didefenisikan sebagai butiran halus

hasil residu pembakaran batubara atau bubuk batu bara. Fly ash dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal yang dihasilkan dari pembakaran

batubara antrasit atau batubara bitomius dan abu terbang kelas C yang dihasilkan

dari batubara jenis lignite atau subbitumeus. Abu terbang kelas C kemungkinan

mengandung kapur (lime) lebih dari 10% beratnya.Abu terbang sendiri tidak

memiliki kemampuan mengikat seperti halnya semen. Tapi dengan kehadiran air

dan ukuran partikelnya yang halus, oksida silica yang dikandung oleh abu terbang

akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida yang terbentuk dari proses

hidrasi semen dan menghasilkan zat yang memiliki kemampuan mengikat.

Tabel 2.4 Kandungan Kimia Fly Ash Berdasarkan ASTM C. 618 -95 : 305

Senyawa Kimia Jenis F Jenis C

Universitas Sumatera Utara


OksidaSilika(SiO2) + Oksida Alumina (Al2O3) + 70 50

Oksida Besi (Fe2O3), minimum%

Trioksida Sulfur ( SO3), maksimum % 5.0 5.0

Kadar Air, maksimum % 3.0 3.0

Kehilangan Panas, maksimum % 6.0 6.0

Penggunaan sampai dengan 12% masih diijinkan jika ada perbaikan kinerja atau

hasil test laboratorium menunjukkan demikian

2.5 Material Paving Block

Material penyusun pada paving block yang akan digunakan antara lain semen

Portland ( PC), agregat halus dan air.

2.5.1 Semen Portland ( PC )

Semen merupakan bahan hidrolik campuran yang kimiawi aktif setelah

berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan penting dalam reaksi

kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi yang dapat mencegah

perubahan-perubahan volume beton setelah pengadukan selesai dan memperbaiki

keawetan beton yang dihasilkan.

Bahan utama pembentuk semen portland adalah kapur ( CaO), silica ( SiO3),

alumina ( Al2O3), sedikit magnesia ( MgO), dan terkadang sedikit alkali ( Tri

Mulyono 2003). Bahan-bahan ini membentuk senyawa-senyawa kimia utama

yang menyusun semen Portland yaitu :

a. Trikalsium Silikat ( C3S )

Universitas Sumatera Utara


Senyawa ini cepat bereaksi dan menghasilkan panas jika terkena air. Panas

tersebut akan mempengaruhi kecepatan mengeras sebelum hari ke 14.

b. Dikalsium Silikat ( C2S)

Senyawa ini lebih lambat bereaksi dengan air dan hanya berpengaruh

terhadap semen setelah umur 7 hari.

c. Trikalsium Aluminat ( C3A)

Senyawa ini bereaksi secara cepat, memberikan kekuatan awal yang

sangat cepat pada 24 jam pertama.

d. Tetrakalsium Aluminoferrit ( C4AF)

Senyawa ini kurang berpengaruh terhadap kekerasan semen atau beton

sehingga konntribusinya dalam peningkatan kekuatan beton kecil.

Tabel 2.5 Persentase Komposisi Semen Portland

Komposisi dalam persen ( % ) Karakteristik

C3S C2S C3A C4AF CaSO4 CaO Mg O Umum

Universitas Sumatera Utara


Tipe I, Normal 49 25 12 8 2,9 0,8 2,4 Semen untuk

semua tujuan

Tipe II, 46 29 6 12 2,8 0,6 3 Relatif sedikit

Modifikasi pelepasan

panas,

digunakan

untuk struktur

besar

Tipe III, 56 15 12 8 3,9 1,4 2,6 Mencapai

Kekuatan Awal kekuatan awal

yang tinggi
Tinggi
pada umur 3

hari

Tipe IV, Panas 30 46 5 13 2,9 0,3 2,7 Dipakai pada

Hidrasi Rendah bendungan

beton

Tipe V, Tahan 43 36 4 12 2,7 0,4 1,6 Dipakai pada

Sulfat struktur yang

diekspose

terhadap sulfat

Sumber : ( Nawyi, 1985 : 11 )

2.5.2 Agregat Halus

Agregat halus merupakan pengisi yang berupa pasir. Ukurannya bervariasi

antara ukuran No. 4 dan No. 100 saringan standar amerika. Agregat halus yang

Universitas Sumatera Utara


baik harus bebas bahan organik, lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan

No. 100 atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran beton.

Adapun syarat-syarat untuk agregat halus berdasarkan ASTM C. 33 adalah

1. Modulus Kehalusan butiran 2,3 sampai 3,1

2. Susunan gradasi harus memenuhi syarat seperti table berikut :

Tabel 2.6 Susunan Gradasi Untuk Agregat halus

Ukuran lubang ayakan Persen lolos Kumulatif

3/8 in ( 9,5 mm) 100

No. 4 ( 4,75 mm) 95-10

No.8 ( 2,36 mm) 80-100

No.16 ( 1,18 mm) 50-85

No.30 ( 0,6 mm) 25-60

No. 50 ( 0,3 mm) 10-30

No.100 ( 0,15 mm) 2-10

Sumber : (Nawy, Edward G,1985: 15)

3. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron ( 0,074 mm atau

No. 200) dalam persen berat maksimum,

Untuk beton yang mengalami abrasi sebesar 3,0 %

Untuk beton jenis lainnya sebesar 5 %

4. Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah dirapikan maksimum

3%

5. Kadar arang dan lignit

Universitas Sumatera Utara


Bila tampak permukaan beton dipandang penting (beton akan

diekspos) maksimum 0,5 %

Beton jenis lainnya, maksimum 1,0 %

6. Kadar zat organik yang ditentukan dengan mencampur agregat halus

dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3 %, tidak menghasilkan warna

yang lebih tua dibanding warna standard. JIka warnanya lebih tua maka

ditolak kecuali

Warna lebih tua timbul karena sedikit adanya arang lignit atau

yang sejenis lainnya

Ketika diuji dengan uji perbandingan kuat tekan beton yang dibuat

dengan pasir standard silica hasilnya menunjukkan nilai lebih besar

dari 95 %.

7. Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton yang

berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan dengan

bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, dimana penggunaan

semen yang mengandung natrium oksida tidak lebih dari 0,6 %

8. Kekekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum

10 % dan jika dipakai magnesium sulfat, maksimum 15 %.

2.5.3 Air

Universitas Sumatera Utara


Fungsi air pada campuran paving block adalah untuk membantu reaksi kimia

yang menyebakan berlangsungnya proses pengikatan. Persyaratan air menurut

British Standard ( BS.3148-80) adalah sebagai berikut :

a. Gabungan ion-ion yang terdapat dalam air yaitu kalsium, magnesium,

natrium, kalium, bikarbonta, sulfat, klorida, dan kadang-kadang karbonat

tidak melebihi 2000 mg per liter.

b. Konsentrasi NaCl atau garam dapur dalam air harus lebih kecil dari 2000

ppm ( part per million) dan kandungan sulfat dalam air harus lebih kecil

dari 1250 ppm

c. Air campuran asam tidak boleh melebihi pH 3,00

d. Konsentrasi air dengan kandungan basa ( Natrium hidroksida) harus lebih

rendah dari 0,5 % dari berat semen.

e. Kadar gula dalam air tidak boleh melebihi 0,2 % dari berat semen.

f. Air yang mengandung minyak tidak boleh melebihi 2 % dari berat semen.(

Nugraha, 2007)

Pemakaian air pada pembuatan campuran harus pas karena pemakaian air

yang terlalu berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah

proses hidrasi selesai dan hal tersebut akan mengurangi kekuatan pving block

yang akan dihasilkan. Sedangkan terlalu sedikit air akan menyebabkan proses

hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga dapat mengurangi kekuatan paving

block yang akan dihasilkan.

2.6 Penambahan Serat (fiber) Terhadap Beton

Universitas Sumatera Utara


Tujuan penambahan serat kedalam beton untuk memperbaiki beberapa

perilaku mekanik beton sehingga beton menjadi lebih andal penggunaanya

sebagai bahan konstruksi. Umumnya serat yang dimasukkan kedalam beton

berupa batang-batang dengan ukuran 5-500 m dengan panjang sekitar 25 mm.

Terminologi serat (fiber) menurut ASTM adalah material yang tipis dan panjang

dalam bentuk menggumpul (bundles), jaringan atau standart yang merupakan

bahan alam atau hasil fabrikasi dan dicampurkan dalam beton segar.

Beberapa macam bahan serat (fiber) yang dapat dipakai untuk

memperbaiki sifat- sifat beton telah dilaporkan oleh ACI Committee 544 (1984).

Pada dasarnya serat dibagi atas serat baja, serat plastik, serat kaca, serat kawat dan

serat alami. Berdasarkan penelitian sebelumnya, penambahan serat dapat

meningkatkan perilaku mekanik beton seperti :

Peningkatan kuat tarik dan kuat tekan

Peningkatan kedaktalitasan beton

Peningkatan Ketahanan kejut

Peningkatan ketahanan lentur dan abrasi

Untuk serat plastik terdiri dari nylon dan rayon. Serat nylon terdiri dari

polypropylene, polyethylene, polyester. Masing-masing serat (fiber) tersebut

memiliki sifat dan kekuatan yang berbeda-beda, seperti yang disajikan dalam

tabel. Serat nylon (poliamida) adalah serat yang dibuat dari polimer sintetik

berantai panjang yang memiliki gugus-gugus amida.

Tabel 2.7 Karakteristik Serat Nylon

Universitas Sumatera Utara


Modulus
Kuat tarik Batas Ulur
Jenis serat Young Berat Jenis
(Ksi) (%)
(10ksi)

Acrylic 30-60 0.3 25-45 1.1

Asbes 80-140 12-20 0.6 3.2

(Asbestos)

Cotton 60-100 0.7 3-10 1.5

Kaca (glass) 150-550 10 1.5-3.5 2.5

Nylon (high 110-120 0.6 16-20 1.1

tenacity)

Polyester (high 105-125 1.2 11-13 1.4

tenacity)

Polyethylene 100 0.02-0.06 10 0.95

Polypropylene 80-100 0.5 25 0.90

Rayon (high 60-90 1.0 10-25 1.5

tenacity)

Rock wool 70-110 10-17 0.6 2.7

(Scandinavian)

Baja (steel) 40-400 29 0.5-3.5 7.8

1ksi = 6.9 Mpa. (Sumber : ACI Committee 5444,1984)

Pengadukan beton (fiber) harus mengikuti SK.SNI.T-28-1991-03 atau

ASTM C.684. Pengadukan dalam pembuatan campuran beton dengan bahan

tambah serat nylon mengikuti tahapan tertentu. Mula-mula air dimasukkan

kedalam semen dan diaduk sampai merata. Kemudian kerikil, pasir dan terakhir

Universitas Sumatera Utara


serat nylon dimasukkan. Setelah bahan tercampur semua, aduk kembali selama

minimal 1.5 menit. Konsentrasi penelitian ini adalah menggunakan serat plastik

atau serat nylon (polyethylene) pada paving block.

2.7 PET ( Polyethylene Terephthalate)

Polyethylene Terephthalate (plastik PET atau PETE) adalah polimer jernih

dan kuat dengan sifat-sifat penahan gas dan kelembaban. Kemampuan plastik

PET untuk menampung karbon dioksida (karbonasi) membuatnya sangat ideal

untuk digunakan sebagai botol-botol minuman ringan (bersoda / terkarbonasi).

Gambar 2.6 Rumus Molekul PET

Selain itu plastik PET juga sering digunakan sebagai botol air minum kemasan.

Pada kemasan botol air minum terdapat symbol (logo) di bagian bawah botol

seperti dibawah ini:

Gambar 2.7 Logo PET

Tanda ini merupakan logo daur ulang dengan angka 1 di tengahnya terus

ada tulisan PETE atau PET (Polyethylene Terephtalate) di bawah segitiga.

Universitas Sumatera Utara


Dipakai untuk botol plastik, berwarna jenih / transparan / tembus pandang

contohnya botol air mineral, botol jus dan hampir semua botol minuman lainnya.

Perlu ditekankan untuk botol jenis PET atau PETE dipakai HANYA SEKALI

SAJA, karena bila terlalu sering dipakai terlebih sering digunakan untuk

menyimpan air hangat maupun panas dapat mengakibatkan lapisan polimer pada

botol akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik yang dalam jangka

panjang dapat menyebabkan kanker.

Bagi para pekerja yang berhubungan dengan pengolahan PET ataupun

daur ulang plastik PET harus waspada karena didalam membuat PET terdapat

bahan yang disebutantimoni tiroksida, bahan Antimoni Tiroksida yang dapat

masuk kedalam tubuh melalui system pernafasan yaitu akibat menghirup debu

yang mengandung senyawa ini. Dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan

iritasi kulit dan saluran pernafasan.. Di dunia mayoritas bahan plastik PET untuk

serat sintesis (sekitar 60%), di tekstil PET biasa digunakan dengan polyester,

bahan dasar botol kemasan 30 %.

2.8 Ketahanan Kejut ( Impact Resistance )

Universitas Sumatera Utara


Ada berbagai tipe pembebanan yang terjadi pada struktur bangunan.

Pembebanan dapat dibagi kedalam dua kategori yakni : beban mati dan aplikasi

beban secara tiba tiba. Atau secara umum dikelompokkan kedalam beban statis

dan beban dinamis. Untuk beban statis sejauh ini tidak ada masalah dalam

menentukan beban tekannya, akan tetapi beban dinamis tergantung terhadap

waktu.

Beban dinamis dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yakni : siklus

tunggal (single cycle) dan banyak siklus ( multicycle ).Siklus tunggal beban

dinamis contohnya beban kejut terhadap elemen struktur. Sedangkan, banyak

siklus tepatnya pada gempa bumi. Siklus tunggal ( single cycle ) beban dinamis

dapat dikatakan beban impak ( impact loading ).

Untuk lebih lanjutnya, beban impak terbagi dua yakni : beban impak pada satu

titik dan beban impact merata. Sebuah struktur yang terkena benda rudal akan

mengalami beban impak titik tunggal sedangkan, struktur yang terkena ledakan

akan mengalami beban impak merata.

Meningkakan ketahanan kejut atau kemampuan menyerap energy dari beban

dinamis merupakan salah satu test untuk mengukur perkuatan beton berserat. Ada

beberapa test yang digunakan untuk mengukur ketahanan kejut beton fiber.Test

ini tergantung terhadap mekanisme beban kejut dan parameter yang digunakan

selama test kejut.

Yang paling sederhana pada uji kejut adalah drop weight test atau uji jatuh

beban secara bebas dan berulang. ACI 544 dan ASTM D 1557 sudah

Universitas Sumatera Utara


merekomendasikan bahwa uji kejut ini dengan menjatukan palu (hammer) seberat

4,5 kg secara bebas dari ketinggian 18 inch (46 cm) pada bola baja pejal

berdiameter 2,5 inch ( 6,3 cm), yang diletakkan pada benda uji silinder diameter

15 cm. Palu dijatuhkan berulang kali dan diamati kondisi retak pertama kali

sampai failure.

Uji kejut ini menghasilkan jumlah pukulan yang diperlukan untuk

menyebabkan benda uji failure. Jumlah ini berfungsi sebagai perkiraan kualitatif

dari energy yang diserap oleh benda uji hingga hancur (failure). Metode ini dapat

digunakan untuk membandingkan manfaat relative dari campuran serat beton

yang berbeda dan untuk menunjukkan peningkatan kinerja dari beton fiber

dibandingkan dengan beton konvensional. Hal ini juga dapat diadaptasi untuk

menunjukkan resistansi dampak relative dari ketebalan material yang berbeda.

Jumlah pukulan yang merupakan ketahanan kejutnya dapat dikonversikan

terhadap jumlah energy atau, berapa total energy yang diserap hingga benda uji

tersebut hancur. Ketika palu dengan massa mh dinaikkan ke ketinggian h diatas

benda uji, palu tersebut memiliki energy potensial ( Ep ). Energy potensial adalah

energy yang dimiliki oleh benda yang akan bergerak atau karena kedudukannya

yang dipengaruhi oleh gravitasi bumi. Oleh karena palu dijatuhkan berulang maka

jumlah energy potensial yang diterima oleh benda uji tersebut :

EP = mh x g x h ( 2.1 )

Dimana : EP = energy potensial ( joule )

mh = berat palu ( kg )

g = percepatan gravitasi ( m/s2)

Universitas Sumatera Utara


h = ketinggian (m)

ketika palu dijatuhkan dari ketinggian h terhadap benda uji, energy

potensial palu tersebut berubah menjadi energy kinetik ( EK ) dengan kecepatan

v. Energy kinetik adalah enery yang dimiliki oleh benda yang sedang bergerak.

Energy kinetik dinyatakan dengan :

EK = x mh x v2 ..(2.2)

Dimana :

EK = energy kinetik ( joule )

mh = berat palu (kg)

v = kecepatan palu ( m/s )

Sebelum palu menyentuh benda uji kecepatannya dapat dihitung dengan konsep

gerak jatuh bebas yakni :

.(2.3)

Dimana : v = kecepatan ( m/s )

g = gravitasi ( m/s2)

h = ketinggian ( m )

Perubahan energy potensial menjadi energy kinetik disebut energy

mekanik (EM ).

EM = EP + EK(2.4)

Universitas Sumatera Utara


(2.5)

(2.6)

.( 2.7 )

Ketika palu memukul benda uji, perpindahan momentum secara tiba tiba

terjadi dari palu ke benda uji. Hasilnya momentum palu berkurang dan

mengakibatkan energy kinetik palu hilang. Jadi dapat disimpulkan benda uji

tersebut menerima dua kali energy potensial hingga pecah dan energy mekanik (

EM ) merupakan ketahanan kejut dari paving block.

2.9 Penelitian Sejenis Yang Pernah Dilakukan

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebagai bahan tambahan referensi adalah

Universitas Sumatera Utara


1. Penelitian tentang Eco Plafie Paving ( Economic Plastic Fiber ) Sebagai

Produk Perkerasan Jalan Berkonsep Ramah Lingkungan, (Arum dwi

cahyani dkk, 2012). Beberapa hal yang dapat diambil dari penelitian ini

adalah :

Penelitian menunjukkan bahwa serat plastik polyethylene

terephtalate dan abu batu ( fly ash ) dapat secara efektif digunakan

sebagai komponen paving block

Paving block dengan adanya penambahan serat plastik 5% volume

dan tambahan fly ash 10 % volume dapat meningkatkan kuat kejut

paving sebesar 3,5 kali lipat dari paving normal atau memiliki kuat

kejut 270 joule dan paving normal 945 joule.

Penggunaan serat plastik dan abu batu member dampak positif

terhadap lingkungan khususnya pencemaran sekaligus dampak

ekonomis.

2. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Berbagai Variasi Panjang

Serat Polyethylene Konsentrasi 1,6 % Pada Paving Block Dengan

Penambahan Abu Batu Dan Silica Fume Terhadap Sifat Sifat Paving

Block ( El Gahrif H. A, Sudarmoko, Djoko Sulistyo, 2011 ).

Penelitian ini menunjukkan bahwa abu batu dan silica fume

meningkatkan kuat tekan 43 % selama 28 hari, ketahanan aus 31

%, ketahanan impact 53 % di 56 hari dan serapan air 7 %.

Disis lain serat polyethylene terepthalate dengan panjang 2 cm

mengurangi kuat tekan 57 % pada umur 56 hari, dan ketahanan

retak pertama impact 77 % pada serat polyethylene 3 cm di umur

Universitas Sumatera Utara


56 hari. Akan tetapi serat semakin panjang semakin buruk

terhadap ketahanan aus, kuat tarik, dan kuat terhadap impact dan

tidak berpengaruh besar dalam meningkatkan kuat tekan.

3. Penelitian tentang Pengaruh Pemakaian Material Fine Coarse Agregate

Terhadap Impact Resistance paving Block ( Erwin romel, 2007 )

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penggunaan bahan FCA

komposisi 1 : 4 : 3 dengan pressing sampai 100 kg/cm2 diperoleh

paving block kelas II dimana kuat tekan mencapai 255,12 kg / cm2

dengan porositas 34,95 %. Sedangkan pemasangan paving block

persegi dengan pola tulang ikan (herring bone) memberikan

ketahanan kejut terbesar, yakni 132 blows saat paving block hancur

(failure). Tetapi ketahanan kejut paving tersebut tidak sebaik

performance paving tanpa FCA dengan komposisi 1 ; 4

Disamping itu, dari penelitian yang sama (Erwin 2002 ), mengenai

hasil ketahanan kejut terhadap komposisi paving dengan variasi

campuran semen dan pasir, masing masing 1 : 6, 1 : 7 dan 1 : 8

terlihat bahwa semakin banyak jumlah semen terhadap pasir maka

ketahanan kejut paving tersebut semakin baik. Hal ini

menunjukkan bahwa ikatan antar material penyusun paving juga

berpengaruh terhadap kemampuan paving menahan beban kejut

selain pola susunan paving itu sendiri.

BAB III

METODE PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


3.1 Umum

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kajian eksperimental

yang dilakukan di dua tempat yakni pembuatan benda uji di Home Industry

Paving Block Hery , Jl.Selamat No. 160 Simpang Limun Medan, dan perawatan

serta pengujian kuat tekan, serapan air di lakukan di laboratorium Beton Fakultas

Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Sementara

pengujian kuat kejut paving dilakukan di halaman Laboratorium Beton Fakultas

Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara, dengan alat uji

kejut paving merujuk terhadap penelitian kejut paving (Erwin Rommel 2007).

Secara umum urutan tahapan penelitian meliputi :

a. Penyediaan bahan penyusun paving

b. Pemeriksaan bahan

c. Pembuatan benda uji

d. Perawatan benda uji

e. Pengujian kuat kejut, kuat tekan,serapan air paving

3.1 Alur penelitian paving

Universitas Sumatera Utara


Mulai

Penyediaan Bahan

Pengujian Bahan ( Agregat Halus )

Analisa ayakan pasir


Kadar Lumpur
Kandungan Organik
Kadar Liat
Berat Isi pasir
Berat jenis dan
absorbsi pasir

Pembuatan benda uji

Perawatan benda uji


(Perendaman )

Pengujian Kuat tekan , Kuat


kejut, serapan air

Kesimpulan

Selesai

3.2 Peralatan

Universitas Sumatera Utara


Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini semua tersedia di

laboratorium Beton, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara. Peralatan yang digunakan selama pemeriksaan bahan adalah

sebagai berikut :

Satu set

ayakan. Ayakan ini digunakan untuk pengujian gradasi dengan ukuran

lubang ayakan sebagai berikut : 44,4 mm ; 38,1 mm ; 19 mm ; 9,50 mm ;

4,75 mm ; 2,36 mm ; 1,18 mm ; 0,60 mm ; 0,30 mm ; 0,15 mm dan pan

Penggetaran

ayakan. Alat ini digunakan untuk menggetarkan susunan ayakan yang

berisi agregat agar terpisah sesuai dengan ukuran butirnya dengan

memakai tenaga listrik

Timbangan

kecil. Timbangan ini digunakan pada waktu pengujian agregat dan

mempunyai kemampuan maksimal 5 kg

Timbangan

besar. Alat ini mempunyai kemampuan maksimal 30 kg. Alat ini

digunakan untuk menimbang pasir, kerikul, semen , dan benda uji

Voloumetric

flash. Alat ini digunakan untuk pemeriksaan berat jenis dan penyerapan

agregat pasir yang mempunyai kaapsitas 500 cc

Gelas ukur.

Alat ini digunakan untuk mengukur volume air pada waktu peemriksaan

kandungan lumpur, peemriksaan bahan organic, dan untuk mengukur

Universitas Sumatera Utara


volume air pada waktu pembuatan benda uji. Gelas ukur ini mempunyai

kaapsitas 1000 cc

Oven. Alat

ini digunakan untuk mengeringkan pasir pada waktu pemeriksaan kadar

lumpur pasir dan kerikil pada waktu pengujian berat jenis dan penyerapan

agreagat. Alat ini mempunyai kemampuan temperature 240 C

Corong

kerucut. Alat ini digunakan pada waktu pengujian SSD ( Saturated Surface

Dry ) agregat pasir. Corong kerucut ini berukuran diameter atas 3, 8 cm

dan diameter bawah 8,9 cm.

Mesin uji

tekan beton

Peralatan yang digunakan waktu pembuatan benda uji di Home Industry

Paving block Hery

Mesin Press

Paving

Peralatan

penunjang seperti : cetok, sekop, ayakan, ember, cangkul.

3.3 Bahan

Bahan Penyusun Paving Block

Bahan penyusun paving terdiri dari semen Portland, agregat halus, air.

Akan tetapi pada penelitian ini menggunakan bahan campuran tambahan berupa

Universitas Sumatera Utara


serat plastik Poly ethylene terephtalate dan abu batu (fly ash). Biasanya

perbandingan campuran yang digunakan adalah adalah perbandingan jumlah

bahan penyusun mortar yang lebih ekonomis dan efektif.

3.3.1 Pengujian

Agregat Halus

Agregat halus (pasir) yang dipakai dalam campuran mortar diperoleh

dari Namorambe. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap agregat halus meliputi :

Analisa

ayakan pasir

Pemeriksaan

kadar lumpur ( pencucian pasir lewat ayakan no. 200 )

Pemeriksaan

kandungan organik ( colometric test )

Pemeriksaan

kadar liat ( clay lump )

Pemeriksaan

berat isi pasir

Pemeriksaan

berat jenis dan absorsbsi pasir

Pemeriksaan Gradasi dan Modulus Kehalusan Agregat Halus

( ASTM C.136-71)

a. Tujuan

Universitas Sumatera Utara


Untuk memeriksa penyebaran gradasi dengan menggunakan ayakan dan

menentukan nilai modulus kehalusan pasir.

b. Hasil

pemeriksaan

Modulus kehalusan pasir : 2.29 ( pasir halus )

c. Pedoman

FM =

Berdasarkan nilai modulus kehalusan ( FM ), agregat halus dibagi dalam

beberapa kelas yaitu :

Pasir halus :

2,20 FM 2,60

Pasir sedang :

2,60 < FM < 2,90

Pasir kasar :

2,90 < FM < 3,20

Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus ( ASTM C.117-69)

a. Tujuan

Untuk memeriksa kandungan lumpur dalam pasir

b. Hasil

pemeriksaan

Kandungan lumpur : 1,8 % < 5 %

c. Pedoman :

Universitas Sumatera Utara


Agregat halus tidak dibenarkan mengandung lumpur lebih dari 5 % (

ditentukan dari berat kering ). Apabila kadar lumpur melebihi 5 % maka

pasir harus dicuci.

Pemeriksaan Kandungan Organik / Colorimetric Test ( ASTM C. 40-66)

a. Tujuan

Memeriksa kadar bahan organic yang terkandung dalam pasir

b. Hasil

pemeriksaan : warna kuning tua ( standar warna no .3 )

c. Pedoman :

Standar warna no.3 adalah baats yang menentukan apakah kadar bahan

organik pada pasir atau lebih kurang dari yang disyaratkan

Pemeriksaan Kadar Liat (Clay Lump) Agregat Halus ( ASTM C.117-69)

a. Tujuan

Untuk memeriksa kandungan liat dalam pasir

b. Hasil

pemeriksaan

Kandungan lumpur : 0,6 % < 1 %

c. Pedoman :

Agregat halus tidak dibenarkan mengandung liat lebih dari 1 % (

ditentukan dari berat kering ). Apabila kadar liat melebihi 1 % maka pasir

harus dicuci.

Universitas Sumatera Utara


Pemeriksaan Berat Isi Agregat Halus ( ASTM C. 29-71 )

a. Tujuan :

Untuk menentukan berat isi ( unit weight ) pasir dalam keadaan padat

dan longgar.

b. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa berat isi pasir adalah

Berat isi pasir keadaan rojok / padat : 1531.3292 kg/m3

Berat isi keadaan longgar : 1421.74 kg/m3

c. Pedoman

Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi pasir dengan cara

merojok lebih besar daripada berat isi pasir dengan cara menyiram, hal

ini berarti bahwa pasir akan lebih padat bila dirojok daripada disiram.

Dengan mengetahui berat isi pasir maka kita dapat mengetahui berat isi

pasir dengan hanya mengetahui volumenya saja.

Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi Agregat Halus ( ASTM C. 128 -68 )

a. Tujuan :

untuk menentukan berat jenis ( specific grafity ) dan penyerapan air (

absorbsi) pasir.

b. Hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut :

Berat jenis SSD : 2.632 ton/m3

Berat jenis kering : 2.605 ton/m3

Berat jenis semu : 2.676 ton/m3

Absorbsi pasir : 1.01 %

Universitas Sumatera Utara


c. Pedoman

Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat pasir dalam

keadaan SSD dengan volume pasir dalam keadaan SSD. Keadaan SSD ( Saturated

Surface Dry ) dimana permukaan pasir jenuh dengan uap air sedangkan dalamnya

kering, keadaan pasir kering dimana pori pori berisikan udara tanpa air dengan

kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu dimana pasir basah

total dengan pori pori penuh air. Absorbsi atau penyerapan air adalah persentase

dari berat pasir hilang terhadap berat pasir kering dimana absorbsi terjadi dari

keadaan SSD sampai kering.

Hasil pengujian memenuhi syarat dimana :

Berat jenis kering < berat jenis SSD < berat jenis semu.

2.605 < 2.632 < 2.676

3.4 Perencanaan Campuran Paving Block ( Mix Design )

Perencanaan campuran paving dimaksudkan untuk mengetahui komposisi atau

proporsi bahan bahan penyusun paving. Cara pencampuran paving block

dilakukan dengan cara coba- coba di laboratorium (trial and error). Cara ini

merupakan perencanaan yang paling sederhana dengan prinsip membuat

campuran paving block dengan berbagai macam komposisi campuran yang

berbeda beda. Namun pada tugas akhir ini, komposisi campuran paving yang

digunakan dengan menindak lanjuti penelitian terdahulu yakni penelitian arumi

dkk (2012), dan Erwin (2002 ) dengan komposisi 1 : 6.

Universitas Sumatera Utara


3.5 Penyediaan Bahan Penyusun Paving Block

Berdasarkan hasil dari penakaran bahan pembentuk paving dengan system

try in eror, didapatkan jumlah kebutuhan bahan pembentuk 65 biji paving

block segienam 10 x 6,5 cm seperti berikut :

Tabel 3.1 Kebutuhan Bahan Pembentuk Paving Block

Jumlah Serat Semen Pasir Abu batu Serat PET

PET Kg Kg Kg Gram

0% 7.2 43.2 2.16 -

0.25% 7.2 43.2 2.16 135

0.50% 7.2 43.2 2.16 270

0.75% 7.2 43.2 2.16 405

1.0% 7.2 43.2 2.16 540

36 216 10.8 1350

3.6 Pembuatan Paving Block

Prosedur pembuatan paving block dengan menggunakan press mesin semi

hidrolik, berdasarkan pengamatan di home industry paving block Hery :

Persiapkan perlatan dan bahan

Pasir diayak dan melakukan penakaran bahan bahan ( semen,

pasir)

Menaburkan pasir yang telah diukur di kotak adukan dan menuang

semen diatas pasir serta mengaduk secara bersamaan

Universitas Sumatera Utara


Membentuk adukan menjadi gundukan, lalu buat lubang seperti

cekungan di tengah, kemudian di beri air sampai terbentuk pasta.

Jika paving yang dibutuhkan dalam jumlah besar, dapat

menggunakan mesin pengaduk paving.

Isi adukan paving ke cetakan paving, kemudian diratakan

Setelah itu dilakukan pengepresan paving.

3.7 Pengujian Kuat Tekan Paving

Pada penelitian ini, pengujian kuat tekan paving mengacu terhadap

pengujian kuat tekan beton ( ASTM C39-86) dengan menggunakan mesin

kompres berkapasitas 200 ton dengan kecepatan pembebanan 265 KN/

menit, yang dilakukan pada umur benda uji 28 hari. Kuat tekan benda uji

paving dihitung dengan rumus :

fc .(3.1)

Dengan : fc = Kuat tekan ( kg/cm2)

P = beban tekan ( kg )

A = luas permukaan benda uji ( cm2)

Hasil pengujian kuat tekan paving tersebut tercantum pada lampiran.

3.8 Pengujian Ketahanan Kejut Paving

Universitas Sumatera Utara


Pengujian ketahanan kejut paving mengacu terhadap pengujian ketahanan

kejut pada beton dengan rekomendasi ACI 544.2R-89 dan ASTM-D 1557 untuk

alat uji kejutnya, serta ASTM C 31 untuk benda uji kejut.

Metode pengujian ketahanan kejut (impact resistance) adalah dengan cara

menjatuhkan palu (hammer) seberat (4,5kg) secara bebas dari ketinggian 18 inch (

46 cm) pada bola pejal berdiameter 2,5 inch ( 6,3 cm ) yang diletakkan pada pusat

benda uji paving block. Kemudian benda uji diamati sampai terjadi retak untuk

pertama kali dan terjadi pecah ( failure ) yang kemudian disebut dengan ketahanan

kejutnya.

Untuk benda uji kejut berupa beton dengan bentuk silinder berdiameter 15,2

cm dan tingginya 6,35 cm dan lama pengujian 7, 28 hari. Secara umum bentuk

ketahanan kejut beton sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.2 Detail Uji Kejut Beton Bedasarkan ASTM D-1557

Pada penelitian uji kejut paving, akan dilakukan suatu prototype alat uji kejut

paving, berdasarkan alat uji kejut pada beton seperti gambar diatas. Peneliti

terdahulu telah melakukan protype alat uji kejut paving , salah satunya adalah

penelitian tentang Pengaruh Pemakaian material Fine Coarse Agregate

terhadap Impact Resistance Paving Block, ( Erwin Romel , 2007). Pada

penelitian ini uji kejut dilakukan terhadap pola pemasangan paving block bukan

per single unit paving yang diuji. Dan prototype alat uji kejut dan bentuk benda

uji dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.3 Alat Uji Ketahanan Kejut Menurut Erwin Rommel, 2007

Pada penelitian ini, penulis melakukan prototype alat uji kejut pada paving per

single unit ,yang merujuk pada pengujian kejut beton ( ASTM D 1557), dan

peneliti terdahulu.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.4 Detail Prototype Uji Kejut Paving Block
Sumber (Peneliti, 2012)

Perhitungan ketahanan kejut:

..( 3.1 )

Universitas Sumatera Utara


Dimana : Em = Ketahanan kejut paving (joule)

m = massa pendulum (Kg)

g = gravitasi m/s2

n = jumlah pukul , h = ketinggian (m)

3.9 Pengujian Serapan Air Paving

Untuk mengetahui besarnya penyerapan air diukur dengan mengacu pada

pengukuran serapan air pada beton dengan standart ASTM C 20 -00 dan

dihitung dengan persamaan :

.............................(3.2)

Dengan :

WA : serapan air (kg)

Mk : massa sampel kering ( Kg )

Mj : massa sampel setelah direndam didalam air ( Kg )

Hasil pengujian serapan air tercantum pada lampiran.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Sumatera Utara


4.1 Kuat Tekan Paving Block

Pengujian kuat tekan paving dilakukan pada umur 28 hari yang dimaksudkan

untuk mendapat gambaran perkembangan kekuatan tekan paving dengan

menggunakan bahan abu batu dan serat plastik PET ( polyethylene terephtalate )

dan hasilnya dibandingkan dengan paving normal.

Tabel 4.1 Kuat Tekan Rata-rata Paving Block

Variasi Berat % Terhadap


Kuat Tekan
No Penambahan rata-rata Paving

Serat (PET) ( Kg ) ( Mpa) Normal

1 0% 4,2 13,57 -

2 0,25 % 4,45 18,95 39,65 %

3 0,5 % 4,5 19,19 42,23 %

4 0,75 % 4,525 18,66 37,51 %

5 1% 4,55 18,31 34,93 %

Universitas Sumatera Utara


Grafik 4.1 Kuat Tekan Rata-rata untuk Variasi Campuran PET

Dari hasil pengujian kuat tekan paving block , kuat tekan maksimum pada

penambahan abu batu dan serat polyethylene terephtalate sebesar 19,19 MPa pada

variasi 0,5 % dengan peningkatan kuat tekannya 42,23 % dari paving block

normal, sedangkan kuat tekan minimumnya berada pada paving block normal

yakni 13,57 MPa. Namun, terjadi penurunan kuat tekan dengan campuran abu

batu dan serat polyethylene terephtalate pada variasi 1 % dengan kuat tekan

18,31 MPa, akan tetapi masih lebih tinggi kuat tekannya dibandingkan paving

block normal, dengan peningkatan 34,93 %.

Perbandingan hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya :

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan penelitian Sutarno dan Sukardi (2008 ) tentang, peningkatan

kuat tekan paving block dengan memanfaatkan abu batu bara limbah

industry, dengan perbandingan semen : pasir, 1:7, benda uji bata

berukuran 20,96 x 10,55 x 7,85 dihasilkan kuat tekan maximum 35,374

Mpa pada variasi 30% dari berat semen.

Berdasarkan penelitian Endah safitri dan Djumari (2009) tentang kajian

teknis dan ekonomis pemanfaatan limbah batu bara pada produksi paving

block, dengan perbandingan semen : pasir, 1 : 5, benda uji bata berukuran

20 x 10 x 6 dihasilkan kuat tekan maximum 15,90 Mpa pada variasi 30 %.

Penelitian El Gharif ,dkk tentang pengaruh penggunaan berbagai

variasi panjang serat polyethylene konsentrasi 1,6 % pada sifat paving

block dengan abu batu dan silica fume dengan perbandingan semen :

pasir : fas, 1 : 4 : 0,75, kuat tekan paving meningkat 43 % umur 28 hari.

Pada penelitian ini dihasilkan kuat tekan maximum 19,2 Mpa dan

peningktatan kuat tekannya 42,23 % dari paving block normal. Terjadinya

perbedaan kuat tekan dari hasil penelitian terdahulu dipengaruhi oleh besarnya

pressing (pemadatan paving), jenis, dimensi benda uji dan perbandingan

campuran ( semen : pasir : fas ) benda uji.

4.2 Ketahanan Kejut Paving Block

Universitas Sumatera Utara


Ketahanan terhadap beban kejut benda uji campuran paving block dengan

berbagai variasi jumlah serat polyethylene terephtalate, memberikan hasil

seperti tabel 4.2. Ketahanan kejut merupakan sebagai rasio antara beban pada

saat benda uji patah dengan beban pada saat retak pertama.

Impact Resistance dinyatakan sebagai jumlah pukulan (blows) yang

diperlukan untuk membuat benda uji tersebut pecah (failure). Akan tetapi

jumlah pukulan itu dapat juga dikonversikan terhadap jumlah energy ( joule).

Tabel 4.2 Ketahanan Kejut Rata -rata Paving Block

Rata-rata Jumlah

Variasi Pukulan Ketahanan Kejut


No
Penambahan Retak Hancur
Retak Pecah
Serat (PET) (Joule) (Joule)

1 0% 7 8 268.181 297.980

2 0.25 % 16 20 645.620 784.680

3 0.5 % 22 28 874.071 1122.388

4 0.75 % 19 25 754.88 983.330

5 1% 13 17 516.497 685.351

Universitas Sumatera Utara


Grafik 4.2 Ketahanan Kejut Rata-rata Untuk Variasi Campuran PET

Dari hasil pengujian ketahaanan kejut (impact resistance), diperoleh

ketahanan kejut maksimum pada variasi 0.5 % dengan kuat kejutnya sebesar

874.071 Joule pada kondisi retak pertama ( first crack) dan 1122.388 Joule pada

kondisi pecah ( failure) . Atau diperlukan 22 pukulan untuk mencapai kondisi

retak pertama dan 28 pukulan untuk kondisi pecah ( failure). Ketahanan kejut

minimum berada pada paving normal dengan kuat kejutnya sebesar 268.181 Joule

pada kondisi retak pertama, dan 297.980 Joule pada kondisi pecah. Atau

diperlukan 7 pukulan untuk mencapai kondisi retak pertama dan 8 pukulan untuk

failure. Namun, terjadi penurunan pada variasi 1 % dimana kuat kejutnya pada

kondisi retak pertama 516.497 Joule dan 685.35 Joule pada kondisi failure.

Universitas Sumatera Utara


Perbandingan hasil peenlitian dengan penelitian sebelumnya :

Berdasarkan penelitian terdahulu tentang Eco Plafie Paving ( Economic

Plastic Fiber ) Sebagai Produk Perkerasan Jalan Berkonsep Ramah Lingkungan,

(Arum dwi cahyani dkk, 2012) dihasilkan bahwa kuat kejut paving normal

sebesar 270 joule dan eco plafie paving 945 joule pada kondisi failure. Atau, 3.5

kali lebih kuat dari paving normal.

Pada penelitian ini dihasilkan kuat kejut nya 297,9801 joule untuk paving

normal dan 1122.388 joule untuk paving dengan serat plastik, atau 3,78 kali lebih

besar dari paving normal .Terjadinya perbedaan nilai kuat kejut jika dibandingkan

penelitian arumi, disebabkan karena pada penelitian ini serat plastik disimpul

sepanjang 4 cm. Dimana pada saat diuji impak serat plastik tersebut memiliki kuat

tarik yang tinggi yang mengakibatkan kemampuan serat tersebut menahan beban

kejut semakin kuat sampai kondisi failure. Jadi dapat disimpulkan, serat plastik

yang disimpul lebih kuat dari serat plastik tanpa disimpul karena kuat tarik yang

tinggi.

Universitas Sumatera Utara


4.3 Serapan Air

Pengujian serapan air dilakukan pada umur 28 hari yang dimaksudkan

untuk mendapatkan gambaran perkembangan daya serap air dengan menggunakan

serat polyethylene terephtalate dan abu batu dibandingkan dengan yang normal.

Tabel 4.3 Serapan Air Rata-rata Paving Block

Variasi
Massa Massa
Penambahan Serapan Air
No
Basah Kering ( %)
Serat PET
( Kg ) ( Kg )

1 0% 3.39 3.19 6.27

2 0,25 % 3.43 3.25 5.54

3 0,5 % 3.72 3.55 4.79

4 0,75 % 3.76 3.61 4.16

5 1% 3.79 3.67 3.27

Universitas Sumatera Utara


Grafik 4.3 Serapan Air Rata- rata Untuk Variasi Campuran PET

Dari hasil pengujian serapan air, daya serap air maksimum berada pada

paving normal sebesar 6.27 % dan daya serap air minimum pada paving dengan

variasi 1 % sebesar 3.27 %. Dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan daya

serap air seiring dengan penambahan abu batu dan serat polyethylene terephtalate

berturut turut 6.27%, 5.54 %, 4.79 %, 4.16 %, 3.27 %.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan penelitian terdahulu El Gharif ,dkk tentang pengaruh

penggunaan berbagai variasi panjang serat polyethylene konsentrasi 1,6 % pada

sifat paving block dengan abu batu dan silica fume dengan perbandingan semen

: pasir : fas, 1 : 4 : 0,75, dihasilkan bahwa serat tali plastik (polyethylene)

menambah daya serap air sampai 64% pada serat 2 cm.

Pada penelitian ini serat plastik (polyethylene terephtalate) mengurangi

daya serap air 47,85% pada variasi 1%. Hal itu disebabkan karena jenis /

karakteritik plastiknya yang berbeda.

Universitas Sumatera Utara


Contoh perhitungan Ketahanan Kejut Paving Block

No.3 pada Tabel 4.2

Diketahui : Jumlah Pukulan Kondisi retak ( n ) = 22 pukulan

Jumlah pukulan Kondisi failure ( n ) = 28 pukulan

Berat pendulum = 4.5 kg

Tinggi jatuh = 0.45 m

Percepatan gravitasi = 9.81 m/s2

Ditanya : Ketahanan Kejut ?

Penyelesaian :

Kondisi Retak

Universitas Sumatera Utara


Kondisi failure

Contoh perhitungan Serapan Air

No 5 tabel 4.3

Diketahui : Massa Basah = 3.79 Kg

Massa Kering = 3.67 Kg

Ditanya : Serapan air?

Penyelesaian :

Universitas Sumatera Utara


4.4 PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI ECO PLAFIE PAVING

Hasil survey pada sebuah home industry paving block di Simpang Limun, yang

sekaligus digunakan untuk pembuatan benda uji. Diperoleh data data sebagai

berikut :

1. Kapasitas Produksi = 800 biji / hari setara dengan 28.57 m2 / hari dengan

waktu kerja 25 hari setiap bulan

2. Jumlah tenaga kerja = 2 orang

3. Harga agregat halus / pasir = 105.000/ m3

4. Harga (PC ) Portland Cement = Rp 50.000/ zak (40 kg)

5. Harga fly ash = Rp.500 /kg

6. Harga alat :

Mesin Press = Rp 10.000.000 / buah

Depresiaisi mesin press = Rp 10.000.000 / ( 5 x 300 ) = Rp.

6700/ hari

Perkiraan operasional mesin ini adalah 5 tahun dengan 300

hari / tahun

Alat pendukung = Rp 2000 / hari ( saringan, cetok, ember,

dll)

Listrik ( operasional mesin ) = Rp.5000 / hari

7. Tenaga kerja

Pencetakan = Rp 200 / biji = Rp 160.000/hari

Universitas Sumatera Utara


8. Tempat bangunan unit produksi = Rp. 5000 / hari

A. KEBUTUHAN PENUNJANG PRODUKSI

Dengan perbandingan material 1 pc : 6 ps maka kebutuhan bahan

per meter kubik sebesar ( berat jenis pasir 2,6 ton/m3 dan berat jenis

semen 3,1 ton/m3 :

Semen : 0,38 ton

Pasir : 2,28 ton

Luas permukaan paving = 427,407 cm2

Volume paving = 2077,299 cm3

Maka kebutuhan material per biji sebesar :

Pasir = 3600 gram

Semen = 600 gram

Fas : 0,5 x 600 = 300 gram

Total berat perbiji = 4500 gram , ( 4,5kg)

Abu batu = 30 % x 600 gram = 180 gram

Plastik = 0,50 % x 4500 gram = 22,5 gram

Jika dalam satu hari produksi ecoplafie paving dapat menghasilkan

800 biji ( 28,57 m2) maka kebutuhan material sebanyak :

Universitas Sumatera Utara


Pasir = 800 x 3,6 kg = 2880 kg, ( 1,11 m3)

Semen = 800 x 0,6 kg = 480 kg atau 12 sak

Abu batu = 800 x 0,180 kg = 144 kg = 7.2sak (1sak = 20 kg)

Daftar rincian kebutuhan material bahan untuk 28,57m2

Kebutuhan Jumlah Satuan Harga Total

satuan

Pasir 1,11 m3 Rp 105.000 Rp 116.550

Semen 12 Sak Rp 50.000 Rp 600.000

Palstik 18 Kg Rp 1500 Rp 27.000

Abu batu 7.2 Sak Rp 20.000 Rp 144.000

Total Biaya Rp 887.550

Daftar kebutuhan peralatan dengan masa pakai 3 bulan

Kebutuhan Jumlah Satuan Harga Total

satuan

Cetok 2 Buah Rp 10.000 Rp 20.000

Cangkul 2 Buah Rp 50.000 Rp 100.000

Saringan pasir 2 Buah Rp 25.000 Rp 50.000

Ember 4 Buah Rp 2.500 Rp 10.000

Total Biaya Rp 180.000

Biaya depresiaisi peralatan 60.000/ bulan

Universitas Sumatera Utara


Proyeksi Pengeluaran bulanan

Keterangan Kuantitas Satuan Harga satuan Total

Pengadaan 25 Hari Rp 887.550 Rp 22.188.750

bahan

Listrik 25 Hari Rp 5.000 Rp 125.000

Variable Cost Rp 22.313.750

Gaji Pegawai 2 Orang Rp 2.500.000 Rp 5.000.000

Dep. Peralatan - - Rp 60.000 Rp 60.000

Dep Mesin - - Rp 167.500 Rp 167.500

Dep Bangunan - - Rp 125.000 Rp 125.000

Fix Cost Rp 5.352.500

Maka total biaya per bulan = Rp 22.313.750 + Rp 5.352.500

= Rp 27.666.250

Atau total biaya per hari = Rp 1.106.650

Dengan anggapan resiko rusak atau cacat selama pencetakan dan perawatan

sebesar 5%, maka timbul factor resiko sebesar 0,95, sehingga harga paving block

per tiap m2 adalah :

Universitas Sumatera Utara


Maka, harga paving block dengan serat PET adalah Rp. 40.773,355/ m2

atau Rp.1456.192 / biji. Jika ditinjau harga paving block konvensional adalah

Rp.56.000 / m2 atau Rp. 2000/ biji. Jika dijual paving block serat PET dengan

harga Rp. 45.000 / m2 maka selisih paving konvensional dengan paving serat PET

adalah Rp 11.000.

Perbandingan harga kebutuhan paving block / m3 dengan beton / m3 pada

kuat tekan yang sama yakni 19,2 Mpa.

Untuk membuat paving block /m3 dengan kekuatan 19,2 Mpa diperlukan :

Semen : 380 kg ( 9,5 zak ) x Rp.50.000 = Rp.475.000

Pasir : 1,107 m3 x Rp. 105.000 = Rp . 116.235

Abu batu : 114 Kg ( 2.85 zak ) x Rp.20.000 = Rp. 57.000

Total = Rp.648.235

Untuk membuat beton/m3 dengan kekuatan 19,2 Mpa diperlukan :

Semen : 371 kg (9,275 zak) x Rp.50.000 = Rp.463.750

Pasir : 0.4921 m3 x Rp. 105.000 = Rp.51.6705

Kerikil : 0.7637 m3 x Rp. 175.000 = Rp. 133.647,5

Total = Rp. 649.068

Selisih harga beton/ m3 dengan harga paving block /m3 adalah Rp.833. Perbedaan

harga tersebut tergantung terhadap bentuk dan dimensi benda uji paving, dimana

Universitas Sumatera Utara


pada penelitian ini paving berbentuk segienam ukuran 11 x 6,5 cm, dengan jumlah

paving / m3 sebanyak 481,394 biji.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Ditinjau dari sisi kualitas paving, dari hasil pengujian kombinasi abu batu

dan serat polyethylene terephtalate untuk komposisi optimum sebagai

bahan campuran paving block, berada pada variasi 0,5 % .Diperoleh hasil

pengukuran :

Kuat tekan : 19.19 Mpa

Ketahanan kejut : 874.071 joule, kondisi retak

1122.388 joule kondisi hancur

Serapan air : 4.79 %

Untuk komposisi minimum campuran paving block berada pada paving

normal dengan hasil pengukuran :

Kuat tekan : 13.57 Mpa

Ketahanan kejut : 268.181 joule, kondisi retak

297.980 joule , kondisi hancur

Serapan air : 6.27 %

Universitas Sumatera Utara


2. Ditinjau dari sisi ekonomis paving block, harga jual eco plafie paving

sebesar Rp.45.000/ m2, sementara paving konvensional Rp. 56.000 / m2.

Oleh karena itu eco plafie paving memiliki nilai ekonomis sebesar

Rp.11.000 dibandingkan paving konvensional.

3. Ditinjau dari sisi waktu, tenaga dalam penyediaan bahan campuran paving

(penyimpulan serat plastik PET), memerlukan waktu yang cukup lama (

tidak efisien terhadap waktu), serta membutuhkan banyak pekerja. Selain

itu, dalam memprototype alat uji kejut membutuhkan biaya yang cukup

mahal ( Rp.300.000).

4. Ditinjau dari sisi kelestarian lingkungan, limbah botol plastik berlogo PET

dapat mengurangi pencemaran lingkungan dengan adanya eco plafie

paving.

Universitas Sumatera Utara


5.2 Saran

1. Paving block dengan campuran abu batu dan serat plastik (polyethylene

terepthalate) sangat baik dimanfaatkan pada area pelabuhan peti kemas

dan area industry yang sering mengalami beban kejut yang besar dan

berulang.

2. Perlu diteliti lebih lanjut tentang bahan tambah (admixture) jenis lain yang

dikombinasikan dengan serat plastik (polyethylene terepthalate) maupun

serat lain pada campuran paving block.

3. Perlu diteliti lebih lanjut perbandingan semen pasir, variasi campuran

fas, pengaruh tingkat pressing paving, untuk menghasilkan paving block

mutu tinggi.

4. Perlu dilakukan suatu penelitian tentang alat uji impak ( Impact Testing )

pada beton.

Universitas Sumatera Utara


Daftar Pustaka

Anonim, (1991), Annual Books of ASTM Standards, Section 4 Construction,


Volume 04.02 Concrete and Agregates, Philadelphia

Banthia Memkumar. 1987.Impact Resistance of Concrete.Thesis University of


British Columbia

Dwicahyani Arum dkk, 2012.Ecoplafie Paving (Economic Plastic Fiber)


Sebagai
Produk Perkerasan Jalan Berkonsep Ramah Lingkungan. Jurnal
Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret

Gahrif EL dkk, 2010.Pengaruh Penggunaan Berbagai Variasi Panjang Serat


Polyethylene Konsentrasi 1.6 % Pada Sifat Sifat Paving Block
Dengan Abu Batu Dan Silica Fume. Jurnal Teknik Sipil Universitas
Gajah Mada

Nawy, Edward G. 1985. Terjemahan. Beton Bertulang. Reflika : Bandung

Mulyono, Tri. 2003. Teknologi Beton. Penerbit : ANDI Yogyakarta

Universitas Sumatera Utara


Rommel, Erwin. 2007. Teknologi Pembuatan Paving Block Dengan Material

FCA (Fine Course Aggregate). Jurnal Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah, Malang.

Rommel, Erwin. 2007. Pemakaian Material FCA (Fine Course Aggregate)


Terhadap Impact Resistance Paving Block. Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah, Malang

SNI 03-0691-1996, Bata Beton (Paving Block), Badan Standard Nasional

Sarjono Wiryawan dkk. 2008. Pengaruh Penambahan Serat Ijuk Pada Kuat
Tarik Campuran Semen Pasir Dan Kemungkinan Aplikasinya.Jurnal Jurusan
Teknik Sipil Universitas Atma Jaya,Yogyakarta

Sutarno, Sukardi (2008).Peningkatan Kuat Tekan Paving Block Dengan


Memanfaatkan Abu Batu Bara Limbah industry.Jurnal Jurusan
Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang

http://jatimakmuragung.com/tag/paving-block/page/3

http://www.starblock.web.id/Paving+Block+Lebih+Ramah+Lingkungan

http://kurniasepta.com/bahaya-penggunaan-botol-bekas-berulang-ulang

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai