TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana S1 pada Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
i
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan
sungguh sesuatu hal yang sangat sulit menguji ketekunan dan kesabaran untuk tidak
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
Program Studi Strata Satu (S1) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
terlepas dari dukungan, bantuan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena
1. Ibu Nursyamsi, S.T., M.T. sebagai Dosen Pembimbing yang telah dengan baik
memberi bimbingan, saran, dan dukungan dalam bentuk waktu dan pemikiran
ii
Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Muhammad Aswin, S.T, M.T., Ph.D sebagai Koordinator Sub Jurusan
Struktur Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara dan sebagai Dosen Penguji
saya.
3. Bapak Ir. Torang Sitorus, M.T. sebagai Ketua Laboratorium Bahan Rekayasa
4. Bapak Medis Sejahtera Surbakti, S.T, M.T., Ph.D sebagai Ketua Departemen
5. Bapak Dr. Ridwan Anas S.T, M.T. sebagai Sekretaris Departemen Teknik Sipil
6. Bapak dan Ibu staf pengajar dan seluruh pegawai Departemen Teknik Sipil
7. Bapak dan Ibu pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Secara khusus, dengan kerendahan dan ketulusan hati penulis juga ingin
1. Kedua orangtua saya, Bapak saya H. Ruslim Harahap dan Ibu saya Hj. Gusniati
Siregar atas kasih sayang, dukungan dan doa yang selalu menyertai penulis.
Ridwan, Fikri, Fahrul, Aulia, Rizal, Laduni, Kendra, Gusty, Dwi, Pardi, Putra.
iii
Universitas Sumatera Utara
5. Kepada seluruh kawan-kawan KBK Struktur dan stambuk 2015 yang selalu
6. Segenap pihak yang belum penulis sebut satu persatu atas jasa dan
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Tugas Akhir ini
iv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
1.4 Batasan Masalah ...................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................... 6
1.6 Sistematika Penulisan .............................................................. 7
vi
LAMPIRAN IV DOKUMENTASI
vii
viii
Universitas Sumatera Utara
3.5c Penimbangan Berat Kering Batako 37
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
2.6 Hasil Uji Material Fly Ash Pangkalan Susu Unit 3&4 18
25
Total Benda Uji
Manfaat penelitian:
1. Memanfaatkan limbah kaca dan fly ash dalam pembuatan batako.
2. Mengurangi dampak limbah kaca dan fly ash pada lingkungan sekitar.
3. Menyelamatkan sumber daya alam.
4. Menjadi referensi dalam pembuatan batako atau bata.
Sistematika penulisan dalam tugas akhir ini disusun per bab, pada setiap bab
terdiri dari beberapa bagian yang diurakan secara rinci. Sistematika penulisan pada
masing-masing bab adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini dibahas tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, diagram alir penelitian serta
sistematika penulisan dalam tugas akhir yang digunakan.
Pada bab ini dibahas tentang uraian dari literatur atau referensi yang menjadi acuan
dalam penulisan tugas akhir yaitu materi tentang batako, agregat, dan bahan tambah
(admixtures).
Pada bab ini dibahas tentang tahapan-tahapan penelitian serta metode analisis data
yang digunakan dalam menyelesaikan tugas akhir.
Pada bab ini berisikan pembahasan tentang analisis data dari hasil penelitian yang
didapatkan dari pengujian kuat tekan batako variasi dengan glass powder dan fly
ash sebagai subtitusi semen.
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari bab-bab
sebelumnya.
Batako adalah suatu jenis unsur bangunan berbentuk bata yang dibuat dari
bahan utama semen portland, air, dan agregat yang dipergunakan untuk pasangan
dinding. Bata beton dibedakan menjadi bata beton pejal dan bata beton berlubang
(SNI 03-0349-1989, 1989).
Jenis batako ada dua yaitu:
a. Batako Pejal
Batako pejal adalah bata yang memiliki penampang pejal 75 % atau lebih dari
luas penampang seluruhnya dan memiliki volume pejal lebih 75 % volume
bata seluruhnya.
b. Batako Berlubang
Batako berlobang adalah bata yang memiliki luas penampang lubang lebih
dari 25 % luas penampang batanya dan volume lubang lebih dari 25 % volume
batas seluruhnya.
(a) (b)
Batako berlubang memiliki sifat penghantar panas yang lebih baik dari batako
padat dengan menggunakan bahan dan ketebalan yang sama. Batako berlubang
memiliki beberapa keunggulan dari batu bata, beratnya hanya 1/3 dari batu bata
8
10
Bahan dasar pembentuk batako pada penelitian ini terdiri dari semen, pasir,
air, glass powder, fly ash, dan foam agent. Sedangkan untuk batako normal hanya
menggunakan semen, pasir dan air saja.
Semen tipe ini disebut juga dengan OPC (Ordinary Portland Cement). Tipe
ini merupakan semen yang penggunaan umumnya tidak memerlukan persyaratan-
persyaratan khusus seperti panas hidrasi, ketahanan terhadap sulfat, dan kekuatan
awal. Semen tipe I ini merupakan semen yang paling banyak digunakan di
konstruksi (Dita, 2019).
11
Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi secara alami dari
batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran
butir terbesar 5,0 mm (SNI 03-2834, 2000). Agregat halus harus terdiri dari pasir
alami, pasir buatan, atau kombinasinya (ASTM C33-16, 2016).
2) Agregat halus harus tidak lebih dari 45% melewati saringan apa pun dan
dipertahankan pada saringan berturut-turut berikutnya. Kadar Liat tidak boleh
melebihi 1 % ( terhadap berat kering ).
3) Agregat halus yang gagal memenuhi persyaratan penilaian ini harus
memenuhi persyaratan pada bagian ini asalkan pemasok dapat menunjukkan
kepada pembeli atau penentu bahwa beton kelas yang ditentukan, dibuat
dengan agregat halus yang sedang dipertimbangkan, akan memiliki sifat yang
relevan setidaknya sama dengan yang dimiliki oleh beton yang dibuat dengan
12
2.2.3 Air
Air yang digunakan dalam campuran beton harus bersih dan bebas dari
minyak, asam, alkali, garam, bahan organik, atau bahan lain yang merusak beton
atau tulangan. Kotoran dalam air, ketika berlebihan, dapat mempengaruhi tidak
hanya pengaturan waktu, kekuatan beton, dan stabilitas volume (perubahan
panjang), tetapi juga dapat menyebabkan kemekaran atau korosi pada tulangan. Jika
memungkinkan, air dengan konsentrasi padatan terlarut yang tinggi harus dihindari
(ACI 318-95 et al., 1995).
Kaca adalah salah satu produk industri kimia yang merupakan gabungan dari
berbagai oksida anorganik yang tidak mudah menguap, yang dihasilkan dari
dekomposisi dan peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai
penyusun lainnya (Nursyamsi et al., 2016). Diketahui bahwa glass powder memiliki
banyak kandungan silika amorf dan reaktivitas pozzolan yang tinggi apabila glass
powder sebagai partikel halus (kurang dari 100µm) (Shi et al., 2005).
Istilah kaca dalam ilmu pengetahuan didefinisikan dalam arti yang luas, kaca
dapat dibuat dari paduan bahan yang berbeda: paduan logam, ion-ion yang
dicairkan, molekul cair, dan polimer. Untuk banyak aplikasi seperti: botol, kaca
mata, gelas dan lain-lain. Kaca memainkan peran penting dalam ilmu pengetahuan
dan industri. Karena struktur kimianya, fisik, dan khususnya sifat optik kaca cocok
untuk aplikasi optik dan bahan optoelektronik, peralatan laboratorium, isolator
13
(a) (b)
Gambar 2.3 a. Botol Kaca dan b. Glass powder
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
14
Penggunaan agregat halus kaca yang dibuat dari jenis kaca leburan soda lime,
mulai dikembangkan untuk membuat beton kinerja tinggi. Agregat halus kaca ini
dibuat dalam bentuk bubuk dengan ukuran dan distribusi yang serupa agregat
halus/pasir alam. Penggunaannya diharapkan dapat memanfaatkan limbah dari hasil
samping industri untuk komponen industri konstruksi dan untuk mengatasi
kekurangan pasir alam yang tersedia. Berdasarkan ASTM C289-87 dilakukan tes
kimia dan tes kereaktifan agregat didapat bahwa bubuk kaca masih layak digunakan
sebagai agregat walaupun memiliki sifat "merugikan" karena mengandung silika
reaktif yang dapat bereaksi dengan alkali semen, sehingga mengakibatkan
terjadinya ekspansi beton (Indah Permatasi, 2015).
Pada penelitian ini, bahan kaca yang dipakai untuk batako adalah glass
powder dari berbagai jenis botol minuman bekas yang termasuk pada golongan
kaca soda gamping yang diperoleh di sekitar kota Medan.
Fly ash adalah sisa hasil pembakaran serbuk batu bara dari tungku
pembangkit tenaga uap yang terbawa gas buangan cerobong asap (SNI 06 6867
2002, 2002). Fly ash adalah material yang memiliki sifat pozzolan. Ini adalah silikat
alumino-silikat amorf yang terbelah halus dengan jumlah kalsium yang bervariasi,
yang bila dicampur dengan semen portland dan air, akan bereaksi dengan kalsium
15
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat fisik, kimia dan teknis dari fly ash
adalah tipe batubara, kemurnian batubara, tingkat penghancuran, tipe pemanasan
dan operasi, metoda penyimpanan dan penimbunan. Adapun komposisi kimia dan
klasifikasinya seperti dapat dilihat pada tabel berikut (Gultom, 2019).
Mutu dari fly ash beragam, hal ini bergantung pada (Simbolon, 2018):
1) Mutu dan jenis batu bara.
2) Efisiensi pembakaran dan kehalusan serbuk batu bara.
3) Dimensi tungku pembakaran.
4) Cara penangkapan fly ash dari pembakaran.
Menurut ASTM C618- 96 ada tiga klasifikasi fly ash yaitu (Faktur, 2019):
1) Fly ash kelas C diproduksi dari pembakaran batubara lignit atau sub
bituminus. Mempunyai sifat pozolanic dan sifat self-cementing, sifat ini
timbul tanpa penambahan kapur. Fly ash kelas C mengandung kapur (CaO)
> 20% dan kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 50%.
16
2) Fly ash kelas F merupakan fly ash yang diproduksi dari pembakaran batubara
antrasit atau bituminus dan mempunyai sifat pozzolanic. Fly ash kelas F ini
kadar kapurnya rendah (CaO < 10%) sedangkan kadar (SiO2 + Al2O3 +
Fe2O3) > 70%.
3) Fly ash kelas N: merupakan buangan atau pozzolan alam terkalsinasi seperti
beberapa tanah diatomaceous, opalinse chert dan debu-debu vulkanik serta
bahan-bahan lainnya yang mungkin masih dalam proses kalsinasi.
Sedangkan menurut CSA (Canadian Standard) diatur kadar CaO dalam fly
ash yang diperbolehkan dan pengklasifikasiannya yaitu (Priadana, 2012):
1) Tipe F memiliki kadar CaO < 8%
2) Tipe CI memiliki kadar CaO 8-20%
3) Tipe CH memiliki kadar CaO > 20%
17
Foam agent adalah suatu bahan yang terbuat dari larutan pekat dari bahan
surfaktan, dimana apabila hendak digunakan harus dilarutkan dengan air. Salah satu
bahan yang mengandung surfaktan adalah Detergent (CH3 (CH2)15OSO3-Na+).
Tujuan penggunaan bahan foaming agent adalah untuk menambah volume bata
ringan tanpa menambah berat dari bata ringan itu sendiri, dengan demikian akan
membuat fisik bata ringan dapat dibuat lebih besar dari bata pada umumnya tetapi
mempunyai berat yang hampir sama atau bahkan lebih ringan (Daniel Siagian,
2016). Penelitian ini menggunakan foam agent dari PT Sika Indonesia dengan merk
Sika Poro 40 id. Pemakaian dosis foam agent ini ialah 0,3% - 1% dari berat semen.
18
Pada penelitian ini dilakukan beberapa pengujian benda uji yaitu sebagai
berikut:
Pengukuran benda uji batako digunakan alat ukur mistar sorong atau
penggaris. Pencatatan hasil pengukuran serta besar penyimpangan ukuran batako
berdasarkan syarat mutu yang telah ditetapkan pada SNI 03 0349 1989.
Pengujian berat isi dilakukan untuk mengetahui berat isi atau berat volume
adalah pengukuran berat setiap satuan volume benda. Semakin tinggi berat suatu
benda maka semakin berat pula berat setiap volumenya. Semakin besar berat
volume suatu benda, maka semakin rendah porositasnya. Untuk menghitung
besarnya volume dipergunakan persamaan berikut:
19
Dimana:
BI = Berat Isi (Kg/m3)
W = Berat Benda Uji (gr)
V = Volume Benda Uji (m3)
Absorbsi atau daya serap air ialah persentase berat air yang mampu diserap
agregat di dalam air, sedangkan banyaknya air yang terkandung dalam agregat
disebut kadar air. Penyerapan air sangat dipengaruhi oleh pori atau rongga yang
terdapat pada benda uji. Semakin banyak pori yang terkandung dalam beton maka
akan semakin besar pula penyerapan sehingga ketahanannya akan berkurang.
Rongga (pori) yang terdapat pada beton terjadi karena kurang tepatnya kualitas dan
komposisi material penyusunannya. Pengaruh rasio yang terlalu besar dapat
menyebabkan rongga, karena terdapat air yang tidak bereaksi dan kemudian
menguap dan meninggalkan rongga. Berdasarkan SNI 03-0349-1989 tentang bata
beton (batako), persyaratan nilai penyerapan air maksimum adalah 35%
𝑀𝑗−𝑀𝑘 (2.2)
𝑊𝑎 = 𝑥100%
𝑀𝑘
Dimana :
Wa = Water Absorption (%)
Mk = Massa Benda Kering (gr)
Mj = Massa Benda Dalam Kondisi Jenuh (gr)
20
Kekuatan tekan merupakan salah satu tolak ukur batako. Pengertian kuat
tekan batako dianalogikan dengan kuat tekan beton. Mengacu pada pada SK SNI
M–14–1989–F tentang pengujian kuat tekan beton, yang dimaksud kuat tekan beton
adalah besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur
bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Teori
teknologi beton menjelaskan bahwa faktor-faktor yang sangat mempengaruhi
kekuatan beton adalah faktor air semen (FAS), kepadatan, umur beton, jenis semen,
jumlah semen dan sifat agregat.
Pengukuran kuat tekan batako mengacu pada standar SNI 03-0349-1989 dan
dihitung dengan persamaan berikut:
𝐹𝑚𝑎𝑘𝑠 (2.3)
𝑃=
𝐴
Dimana:
P = Kuat Tekan (kg/m2)
Fmaks = Gaya Maksimum (kg)
A = Luas Permukaan Benda Uji (cm2)
21
3.1 Umum
22
1) Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Bahan dan Rekayasa Beton
Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.
2) Waktu Penelitian
Pembuatan dan pengujian dilakukan dari mulai bulan Mei 2018.
Semen Portland yang digunakan adalah semen Portland tipe I, merk Semen
Padang dengan kemasan 1 sak 50 kg.
3.4.2 Pasir
Pasir yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pasir alami yang
diambil dari quarry Sei Wampu, Binjai.
3.4.3 Air
Penelitian ini menggunakan limbah botol kaca yang telah dihancurkan dan
lolos ayakan no. 200. Limbah botol kaca diperoleh dari botol kaca minuman bekas
di sekitar Medan.
Fly ash yang digunakan lolos ayakan no. 200 yang berasal dari PLTU Unit
3&4 Pangkalan Susu.
23
1. Tujuan penelitian
1) Menentukan gradasi distribusi butiran pasir.
2) Mengetahui modulus kehalusan (fineness modulus) pasir.
2. Peralatan
1) Timbangan.
2) Sieve shaker machine.
3) Oven.
4) 1 set ayakan.
5) Sampel spliter.
3. Bahan
Pasir kering oven sebanyak 100 gr.
4. Prosedur percobaan
1) Ambil pasir yeng telah kering oven.
2) Sediakan pasir sebanyan 2 sampel masing-masing seberat 1000 gr dengan
menggunakan sample spliter.
3) Susun ayakan berturut-turut dari atas kebawah: 9,52 mm; 4,76 mm; 2,38
mm; 1,19 mm; 0,60 mm; 0,30 mm; 0,15 mm; dan pan.
4) Tempatkan semua ayakan tersebut keatas sieve shaker machine.
5) Masukkan sampel 1 pada ayakan yang paling atas lalu tutup rapat.
6) Mesin dihidupkan sekama 5 (lima) menit.
7) Kemudian timbang sample yang tertinggal pada masing-masing ayakan.
8) Lakukan percobaan diatas untuk sample 2.
24
Dimana:
FM = fineness modulus
1. Tujuan percobaan
Menentukan berat isi agregat halus pasir.
2. Peralatan
1) Timbangan dengan tingkat kepekaan 0,1% dari berat sampel
2) Batang perojok
3) Bejana besi
4) Termometer
5) Sekop kecil
3. Bahan
1) Pasir ≤ saringan Ø 4,75 mm kering oven suhu 110 ± 5 ºC
2) Air
25
b) Cara menyiram:
1) Bejana besi ditimbang kemudian diisi pasir dengan cara menyiram dengan
sekop setinggi ± 5 cm dari bagian atas bejana sampai bejana tersebut
penuh, lalu ratakan permukaannya.
2) Timbang + pasir.
3) Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi air hingga penuh,
timbang berat bejana + air dan diukur suhu air didalam bejana.
4) Percobaan dilakukan untuk 2 sampel.
5. Rumus
𝑚
ρ= … … … … … … … … … . … … … … … … … … … … … … … . … … … … … . (3.2)
𝑣
Dimana:
𝜌 = Berat isi pasir (kg/m3)
m = Berat pasir (kg)
v = Volume bejana (m3)
26
1. Tujuan percobaan
Menentukan persentase kadar lumpur agregat halus.
2. Peralatan
1) Ayakan no. 200
2) Oven
3) Timbangan
4) Pan
3. Bahan
1) Pasir kering oven
2) Air
4. Prosedur percobaan
1) Sediakan 2 (dua) sampel pasir sebanyak masing-masing 500 gram dalam
keadaan kering oven.
2) Tuang pasir kedalam ayakan no. 200 dan disiram dengan air melalui kran.
3) Pada saat pencucian, pasir harus diremas-remas hingga air keluar melalui
ayakan terlihat jernih dan bersih.
4) Letakkan sampel kedalam pan dan keringkan dalam oven selama 24 jam.
5) Setelah 24 jam, sampel yang ada didalam pan ditimbang dan hasilnya
dicatat.
6) Lakukan percobaan untuk sampel kedua dan sampel kerikil.
5. Rumus
𝐴−𝐵
Kadar Lumpur = … … … … … . … … … … … … … … . … … … … … . (3.3)
𝐴
27
1. Tujuan percobaan
Menentukan persentase kadar liat dalam pasir.
2. Peralatan
1) Ayakan no. 200
3) Oven
4) Timbangan
5) Pan
3. Bahan
1) Pasir sisa pengujian kadar lumpur
2) Aquades
3) Air
4. Prosedur percobaan
1) Pasir hasil percobaan kadar lumpur sebanyak 2 (dua) sampel dengan berat
kering setelah pencucian lumpur sebagai berat awal direndam dalam
aquades selama 24 jam.
2) Setelah direndam ± 24 jam aquades dibuang dengan hati-hati agar jangan
ada pasir yang ikut terbuang.
3) Tuangkan pasir dalam ayakan no. 200 dan dicuci dibawah keran sambil
diremas-remas selama ± 5 menit.
28
5. Rumus
𝐴−𝐵
Kadar Liat = 𝑥 100 … … … … . … … … … … … … … . … … … … … . (3.4)
𝐴
Dimana:
A = Berat pasir mula-mula (sisa pencucian kadar lumpur)
B = Berat pasir setelah di oven
Agregat halus yang memenuhi persyaratan, bila kadar liat < 1%.
Penelitian ini menggunakan glass powder yang butirannya halus dan lolos
ayakan No.200. Untuk mendapatkan glass powder yang halus digunakan penumbuk
manual dengan menggunakan blender. Adapun alat dan bahan serta prosedur
pekerjaannya adalah sebagai berikut:
29
Penelitian ini menggunakan zat aditif berupa foam agent dengan merk dagang
SIKA PORO 40 ID zat ini memiliki fungsi sebagai pembuat rongga dalam
campuran pengecoran sehingga bobot bahan pengecoran yang telah dicampurkan
dan ditambah foaming agent menjadi lebih ringan. Adapun peralatan dan bahan
serta prosedur pekerjaannya adalah sebagai berikut:
2. Prosedur pekerjaan:
1) Siapkan hand bor sebagai pengaduk.
2) Siapkan air dalam ember sebagai wadah sebanyak yang diperlukan.
3) Masukkan foam agent SIKA PORO 40 ID kedalam air dengan dosis
1% dari berat semen dan perbandingan campuran 1:20 dengan
banyaknya air.
4) Aduk campuran tersebut hingga merata sampai tidak ada air yang
tersisa.
30
Variasi
6,410 56,100 1,765 0,801 0,801 0,0801 1,6027
III
Variasi
6,010 56,100 1,765 1,202 0,801 0,0801 1,6027
IV
Variasi
5,609 56,100 1,765 1,602 0,801 0,0801 1,6027
V
31
32
33
3. Prosedur pengujian:
Setelah masa perawatan selama 28 hari, batako yang diuji harus dalam
keadaan kering. Tahapan yang harus dilakukan yaitu:
1) Bersihkan pemukaan benda uji batako dari berbagai kotoran yang
menempel.
2) Ukur panjang, lebar dan tebal benda uji.
3) Pengamatan permukaan benda uji meliputi: keadaan permukaan,
kerapatan dan keadaan sudut-sudutnya.
(a) (b)
Gambar 3.4 a. Tampak Samping Batako dan b. Pengukuran Batako Dengan Mistar
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
35
2. Prosedur pengujian:
Batako dan silinder yang akan diuji absorpsinya harus dalam keadaan kering.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengujian ini adalah:
1) Batako dibersihkan dari bahan-bahan lain yang menempel.
2) Masukkan batako dan silinder ke dalam oven selama 24 jam/sehari sampai
didapat keadaan kering. Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan,
berat isi sampel dapat dihitung dengan rumus (2.1).
2. Prosedur pengujian:
Batako yang akan diuji absorpsinya harus dalam keadaan kering. Adapun
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengujian ini adalah:
1) Batako dibersihkan dari bahan-bahan lain yang menempel.
36
(a)
(b) (c)
Gambar 3.5 a. Perendaman Batako, b. Penimbangan Berat Basah Batako, dan
c. Penimbangan Berat Kering Batako
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
37
2. Prosedur pengujian:
1) Batako dilap dari sisa air penyiraman dan kemudian di jemur selama ± 24
jam.
2) Timbang berat batako lalu letakkan pada compression machine
sedemikian sehingga berada tepat ditengah-tengah alat penekannya.
3) Secara perlahan-perlahan beban tekan diberikan pada benda uji dengan
cara mengoperasikan mesin sampai benda uji runtuh.
4) Pada saat jarum penunjun skala tidak naik lagi atau bertambah, maka catat
skala yang ditunjuk oleh jarum tersebut yang merupakan beban maksimum
yang dapat dipikul benda uji tersebut.
5) Percobaan diulang untuk setiap benda uij.
6) Hitung kuat tekan batako dengan persamaan rumus (2.3).
38
39
40
41
Seperti terdapat pada tabel 4.1, dapat dilihat untuk variasi I, variasi II, variasi
III, variasi IV, variasi V, telah memenuhi syarat tampak luar menurut ketentuan
dalam SNI 03-0349-1989, yaitu menghasilkan batako yang mempunyai permukaan
bidang rata, tidak retak dan halus.
42
Apabila meninjau tabel 4.2, batako telah memenuhi syarat ukuran rata-rata
seusai dengan ketentuan dalam SNI 03-0349-1989. Hal tersebut disebabkan karena
glass powder dan fly ash mempunyai butiran hampir sama dengan sama yaitu lolos
no. 200. Bahan tambah glass powder dan fly ash dapat mengisi rongga antar pasir
yang menyebabkan batako menjadi lebih padat sehingga permukaan bidang
menjadi rata dan tidak retak.
Adapun hasil pengujian berat isi ini dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Uji Berat Isi Rata-Rata Batako
43
18,000
16,769
16,000
14,000
12,000 11,859
Absorpsi (%)
10,587
10,000
4,000
2,000
0,000
Variasi I Variasi II Variasi III Variasi IV Variasi V
Gambar 4.1 Grafik Hasil Pengujian Rata-Rata Absorpsi Batako Glass Powder
dan Fly Ash Dengan Foam Agent
44
16,000
14,000
12,000
Absorpsi (%)
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0,000
Variasi I Variasi II Variasi III Variasi IV Variasi V
Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Pengujian Rata-Rata Absorpsi Batako Glass
Powder dan Fly Ash Dengan Foam Agent
Berdasarkan dari tabel 4.4, untuk nilai penyerapan air rata-rata terkecil
terdapat pada sampel batako variasi 5 yaitu 7,934% sedangkan untuk nilai
penyerapan air rata-rata terbesar terdapat pada sampel batako variasi normal yaitu
16,772%. Kelima komposisi batako yang telah dilakukan penguijan penyerapan air,
telah memenuhi persyaratan penyerapan air dibawah 25% untuk mutu I sesuai
dengan ketentuan dalam SNI 03-0349-1989.
Benda uji diberikan tekanan sampai diperoleh beban maksimum yang dapat
ditahan oleh batako. Hasil pegujian dapat dilihat:
Tabel 4.5 Perbandingan Kuat Tekan Rata-Rata Uji Batako Terhadap Syarat Mutu
Luas Kuat Tekan Rata-rata
Pembacaan
Daerah (Kg/cm2)
No. Keterangan Dial Rata- Mutu
Tekan SNI 03-
rata (KN) Benda Uji
(cm2) 0349-1989
1 Variasi I 80,8 280 28,857 25 4
2 Variasi II 92 280 32,857 25 4
3 Variasi III 112,8 280 40,286 40 3
4 Variasi IV 101,6 280 36,286 25 4
5 Variasi V 87,2 280 31,143 25 4
45
40,000 40,286
36,286
35,000
32,857
Kuat Tekan (Kg/cm2)
30,000 31,143
28,857
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
0,000
Variasi I Variasi II Variasi III Variasi IV Variasi V
Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengujian Rata-Rata Kuat Tekan Batako Glass Powder
dan Fly Ash dengan Foam Agent
45,000
40,000
35,000
Kuat Tekan (Kg/cm2)
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
0,000
Variasi I Variasi II Variasi III Variasi IV Variasi V
Gambar 4.4 Diagram Batang Hasil Pengujian Rata-Rata Kuat Tekan Batako
Glass Powder dan Fly Ash dengan Foam Agent
Berdasarkan tabel 4.12, nilai kuat tekan rata-rata terkecil terdapat pada
sampel batako variasi normal dengan foam agent sebesar 28,857 kg/cm2 sedangkan
nilai kuat tekan rata-rata terbesar terdapat sampel batako variasi 2 dengan foam
agent sebesar 40,286 kg/cm2. Kelima komposisi batako yang telah diuji kuat tekan,
46
Dari hasil uji visual telah memenuhi syarat tampak luar menurut ketentuan
dalam SNI 03-0349-1989 dan tidak menunjukkan perbedaan yang besar begitu pula
jika dilihat dari kondisi pembuatan seluruh batako yang sama, yaitu dengan cara
pencetakan manual, maka didapatkan ukuran sampel keseluruhan hampir sama dan
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Sampel batako subtitusi glass powder dan fly ash memiliki kepadatan rata-
rata yang lebih besar dari sampel yang tidak menggunakan glass powder dan fly
ash.
4.5.3 Absorpsi
Secara umum, campuran dengan glass powder memiliki kekuatan usia dini
yang lebih rendah dibanding fly ash pada usia dini. Hasil ini menunjukkan bahwa
pengembangan kekuatan batako yang lambat dengan glass powder dapat
ditingkatkan, dengan menggunakan fly ash. Itu menunjukkan bahwa penggabungan
hybrid dengan 10% glass powder dan 10% fly ash sebagai bahan pengganti semen
memiliki efek positif untuk kekuatan pada semua umur.
47
5.1 Kesimpulan
48
Untuk pengembangan dan perbaikan penelitian batako glass powder dan fly
ash dengan foam agent ini disarankan untuk:
1. Seluruh proses perancangan, persiapan bahan dan alat serta proses pengerjaan
batako sampai proses perawatan perlu diperhatikan dengan teliti, sehingga
menghasilkan batako dengan kualitas yang baik.
2. Memakai fly ash daerah lain karena fly ash yang dipakai di penelitian ini tidak
memenuhi spesifikasi ASTM agar menghasilkan kualitas yang lebih baik.
3. Dalam pembuatan foam sebaiknya menggunakan mesin khusus pembuat
foam agar hasilnya maksimal. Pembuatan foam pada penelitian ini hanya
menggunakan alat sederhana yang dimodifikasi sendiri.
49
ACI 318-95, Baker, C. V, Boeke, E. H., Breen, J. E., Cagley, J. R., Chacos, G. P.,
Fratessa, P. F., Freyermuth, C. L., Garcia, L. E., Hunter, D. A., Jacques, F. J.,
Jenny, D. P., Jirsa, J. O., Mast, R. F., Mattock, A. H., Moore, W. P., Ramsey,
R. A., Reaveley, L. D., Salmon, C. G., … Griffin, P. G. (1995). Building
Code Requirements for Structural Concrete ( ACI 318-95 ) and Commentary
( ACI 318R-95 ) american concrete institute BUILDING C DE
REQUIREMENTS F R STRUCTURAL C NCRETE ( ACI318-95 ) AND C M
ENTARY ( ACI 318R-95 ).
Andriyani, Y., Departemen, M., Sipil, T., Utara, U. S., Pengajar, S., Teknik, D.,
Utara, U. S., Tekan, K., Serap, D., & Tarik, K. (2015). Pemanfaatan glass
powder sebagai bahan tambah dalam pembuatan batako. 1.
Bobby Arisandi. (2017). Pembuatan Batako dengan Serbuk Kulit Kerang Bulu (
Anadara antiquata ) dan Sikacimconcrete Additive.
Dita, A. (2019). Analisis Kuat Tarik Belah dan Elastisitas pada Beton Slag
Terhadap Variasi Perawatan ( Studi Eksperimental ).
Doljikov, Y. S., Letokhov, V. S., Makarov, A. A., Malinovsky, A. L., & Ryabov,
E. A. (1986). Raman probing of overtone and combination bands to study the
vibrational energy distribution produced by multiple-photon excitation.
Chemical Physics Letters, 124(4), 304–308. https://doi.org/10.1016/0009-
2614(86)85022-9
Du, H., & Tan, K. H. (2013). Use of waste glass as sand in mortar: Part II -
Alkali-silica reaction and mitigation methods. Cement and Concrete
Composites, 35(1), 118–126.
https://doi.org/10.1016/j.cemconcomp.2012.08.029
50
Gunawan, G., Nawangsari, P., Masnur, D., Group, S. T., Bahan, L. P., Mesin, J.
T., Teknik, F., & Riau, U. (2016). Material Alternatif Kanvas Rem Sepeda
Motor Dengan. 3(2), 1–6.
Imbabi, M. S., Carrigan, C., & McKenna, S. (2012). Trends and developments in
green cement and concrete technology. International Journal of Sustainable
Built Environment, 1(2), 194–216.
https://doi.org/10.1016/j.ijsbe.2013.05.001
Nursyamsi, Indrawan, I., Hastuty, I. P., Sipil, M. T., Sipil, T., Sumatera, U.,
Teknik, D., Universitas, S., Utara, S., Teknik, D., Universitas, S., & Utara, S.
(2016). PEMANFAATAN GLASS POWDER SEBAGAI BAHAN TAMBAH
DALAM PEMBUATAN BATAKO Use of Materials as Glass Powder Added
In Making Batako Nursyamsi 1 , Ivan Indrawan 2 , Ika Puji Hastuty 3.
Islam, G. M. S., Rahman, M. H., & Kazi, N. (2017). Waste glass powder as partial
replacement of cement for sustainable concrete practice. International
Journal of Sustainable Built Environment, 6(1), 37–44.
https://doi.org/10.1016/j.ijsbe.2016.10.005
51
Kahfi, M. F. A. (2018). Pemanfaatan Blotong Tebu dan Abu Sekam Padi Sebagai
Bahan Subtitusi dalam Pembuatan Batako dengan Penambahan Sikacim
Concrete Additive.
Karwur, H. Y., Tenda, R., Wallah, S. E., Windah, R. S., Sipil, J. T., & Teknik, F.
(2013). 1396-2604-1-Sm. 1(4).
Kim, J., Yi, C., & Zi, G. (2015). Waste glass sludge as a partial cement
replacement in mortar. Construction and Building Materials, 75, 242–246.
https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat.2014.11.007
Liang, W., & Nusryamsi. (2017). Analisa Kuat Tekan Batako dengan Campuran
Glass powder dan Silica Fume. Jurnal Teknik Sipil USU, 6(1).
Rahman, M. F., Sipil, D. T., Utara, U. S., Sipil, D. T., & Utara, U. S. (2016).
Pemanfaatan glass powder dalam pembuatan batako.
52
Shi, C., Wu, Y., Riefler, C., & Wang, H. (2005). Characteristics and pozzolanic
reactivity of glass powders. Cement and Concrete Research, 35(5), 987–993.
https://doi.org/10.1016/j.cemconres.2004.05.015
SNI 06 6867 2002. (2002). Spesifikasi abu terbang dan pozolan lainnya untuk
digunakan dengan kapur. 6867.
Studi, P., Sipil, T., Teknik, F., & Area, U. M. (2016). ANALISA PENGGUNAAN
FOAM AGENT SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN BATA RINGAN.
Suharson, A. (2017). Eksplorasi Limbah Kaca Pada Proses Finishing Gelasir Bodi
Keramik. Corak, 6(1), 55–64. https://doi.org/10.24821/corak.v6i1.2393
Nugraha, Paul dan Antoni. 2007. Teknologi Beton dari Material, Pembuatan, ke
Beton Kinerja Tinggi. Penerbit : Andi Offset. Yogyakarta.
53
259,60
Fineness Modulus (FM) = = 2,596
100
Mengetahui,
Asisten Laboratorium Bahan Rekayasa
Teknik Sipil USU
Mengetahui,
Asisten Laboratorium Bahan Rekayasa
Teknik Sipil USU
Sample Sample
Keterangan Average
1 2
Berat agregat mula-mula, g 500 500 500
Berat kering agregat setelah dicuci, g 488 490 489
Berat lumpur yang telah dicuci dengan ayakan
12 10 11,5
No.200, g
Kadar lumpur pada agregat yang telah dicuci
2,4 2 2,2
dengan ayakan No.200, %
Mengetahui,
Asisten Laboratorium Bahan Rekayasa
Teknik Sipil USU
Sample Sample
Keterangan Average
1 2
Berat agregat mula-mula, g 500 500 500
Berat kering agregat setelah dicuci, g 490 493 491,5
Berat material yang lebih halus dari ayakan
10 11 10,5
No.200, g
Persentase material yang lebih halus dari
2 1,4 1,7
ayakan No.200, %
Mengetahui,
Asisten Laboratorium Bahan Rekayasa
Teknik Sipil USU
1. Calibration Of Measure
o
Suhu Ruangan C 29
o
Suhu Air C 26
Berat Bejana Kg 0,46
Berat Air (A) Kg 1,9
Berat Isi Air (B) kg/m3 995,94
Faktor Koreksi, C=(B/A) 524,18
Diameter Agregat Maksimum Mm 5
2. Hasil Pemeriksaan
Berat
Cara Merojok Cara Longgar
Sampel 1 3,57 3,39
Sampel 2 3,54 3,37
Total 7,11 6,76
Rata-rata 3,56 3,38
Net Weight (G) 3,10 2,92
Berat Isi (G*K), kg/m3 1622,33 1530,60
Mengetahui,
Asisten Laboratorium Bahan Rekayasa
Teknik Sipil USU
Berat
Bahan Volume Berat Isi
No. Benda Uji
Tambah (m3) (Kg/m3)
(Kg)
Berat
Bahan Volume Berat Isi
No. Benda Uji
Tambah (m3) (Kg/m3)
(Kg)
Berat
Bahan Volume Berat Isi
No. Benda Uji
Tambah (m3) (Kg/m3)
(Kg)
Berat
Bahan Volume Berat Isi
No. Benda Uji
Tambah (m3) (Kg/m3)
(Kg)
Berat
Bahan Volume Berat Isi
No. Benda Uji
Tambah (m3) (Kg/m3)
(Kg)