BANDA ACEH
TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
ZUNARDIS
10 0404 010
Dari hasil pengolahan data angin maka diperolah angin dominan untuk
lokasi perencanaan dari arah timur laut dengan tinggi gelombang rencana yang di
hasilkan sebesar 2,7244 m. Struktur breakwater rubble mound terdiri dari susunan
batu dengan berat batu pelindung utama sebesar ±3,1848 ton, lapis kedua
±(1,5924-2,1338) ton, dengan lapis inti (7,9 -159) kg dengan ketebalan 1,5-2 m
dan stabilitas breakwater memiliki angka yang cukup aman yaitu 9,2 >2.
Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penyusunan
Tugas Akhir ini dengan judul “Analisis Dimensi dan Kestabilan Pemecah
lepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan dari banyak pihak, maka pada
1. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan sebagai Ketua Departemen Teknik
3. Bapak Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia, M.Sc., sebagai dosen pembimbing
4. Bapak Ir. Alferido Malik dan Bapak Ivan Indrawan, ST, MT., sabagai
5. Bapak dan Ibu pengajar dan seluruh staf pegawai Departeman Teknik
Adinda Sardian dan Fauzan Azima yang telah memberikan dukungan yang
besar baik moral maupun material serta doa untuk keberhasilan penulis.
7. Buat keluarga besar Bapak Muzhar Ibu Baiyani serta kakak Mona Melyar
ST, Serta adik Moulya Riski A.Md.Kep yang telah memberikan dukungan
yang besar baik moral maupun material serta doa untuk keberhasilan
penulis.
9. Bapak Dr. Eng. Syamsidik sebagai kepala TDMRC dan Bang T. mudi ST,
Amien ST.MT, Bayu Agustian ST, Musa ST, Suher ST, Kak fani (DKP-
10. Buat saudara/i seperjuangan: Maulana, Dhaka, Rizqan, Dara, Sari, Arip,
Hardi, Yudha, Isan, Irul, Umri, Syahru, Irfan, Nugek, Iwan, Ijep Taslim,
Uus, dan Jihadan serta semua mahasiswa Teknik Sipil lainnya yang tidak
selama ini.
11. Kepada Rizqa Alzamna SH, Marza Lena Amd Far, Zubir AMKL, Rufran
Syahputra Amd Far, Siti Faziah S.Farm, Nurdiani S.Farm. Daifi Afrila
Riefi ST, Bg Pon, Isan, Ayi, Manda dan Alfaizi yang telah memberikan
informasinya.
13. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil yang tidak mungkin saya
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini jauh dari sempurna, karena
terbuka terhadap semua saran dan kritik mengenai Tugas Akhir ini, dengan ini
penulis berharap Tugas Akhir ini juga memberi manfaat bagi kita semua.
Penulis
Zunardis
100404010
Abstrak ............................................................................................................. i
2.4.2. Naiknya Muka Air Laut Karena Angin (Wind Set Up) .. 32
Global................................................................................. 33
Gambar 2.9. Perkiraan kenaikan muka air laut karena pemanasan global .... 34
Gambar 4.2. Grafk hubungan antara kecepatan angin di laut dan darat ........ 61
Gambar 4.2. Grafk hubungan antara kecepatan angin di laut dan darat ........ 61
Gambar 4.3. Grafk hubungan antara kecepatan angin di laut dan darat ........ 63
Tabel 4.8. Hasil perhitungan distribusi probabiliitas gumber arah utara ....... 66
Tabel 4.11. Tinggi gelombang berdasarkan tingkat kerusakan arah utara .... 69
Tabel 4.20. Rekapitulasi hasil perhitungan gelombang pecah arah utara ...... 85
Uz = Kecepatan angin yang di ukur pada elevasi Z meter di atas tanah (knot)
Kr = Koefisien Refraksi
Ks = Koefisien shoaling
X = Koefisien refleksi
g = Grafitasi (m/s)
Ir = bilangan irribarn
KD = Koefisien stabilitas
N = Jumlah unit
SF = Faktor keamanan
Lampiran B.1 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................... 128
Lampiran B.2 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................... 129
Lampiran B.3 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................... 130
Lampiran B.4 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................... 131
Lampiran B.5 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................... 132
Lampiran B.6 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................... 133
Lampiran B.7 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................... 134
Lampiran B.8 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................... 134
Lampiran B.9 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................... 136
Lampiran B.10 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................. 137
Lampiran B.11 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................. 138
Lampiran B.12 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................. 139
Lampiran B.13 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................. 140
Lampiran B.14 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................. 141
Lampiran B.15 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................. 142
Lampiran C.2 Pengukuran panjang pemecah gelombang yang rusak ........... 144
Dari hasil pengolahan data angin maka diperolah angin dominan untuk
lokasi perencanaan dari arah timur laut dengan tinggi gelombang rencana yang di
hasilkan sebesar 2,7244 m. Struktur breakwater rubble mound terdiri dari susunan
batu dengan berat batu pelindung utama sebesar ±3,1848 ton, lapis kedua
±(1,5924-2,1338) ton, dengan lapis inti (7,9 -159) kg dengan ketebalan 1,5-2 m
dan stabilitas breakwater memiliki angka yang cukup aman yaitu 9,2 >2.
PENDAHULUAN
yang sejak beberapa tahun terakhir ini mengalami sejumlah perkembangan fisik
dapat melayani Kapal sampai dengan kapasitas maksimum 60 GT. Pada awal ide
otonomi daerah, maka pada tanggal 12 April 2003 UPT Pelabuhan Perikanan
Letak astronomis Kota Banda Aceh berada pada 05°16' 15" - 05° 36' 16"
Lintang Utara dan 95° 16' 15" - 95° 22' 35" Bujur Timur dengan tinggi rata-rata
0,80 meter diatas permukaan laut. Namun lokasi penelitian yang akan dikaji
terletak pada 5°35'6.94" Lintang Utara dan 95°18'51.16" Bujur Timur. Tepatnya
Peristiwa gempa bumi dan tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004
Pelabuhan Perikanan Lampulo ini. Akibat peristiwa tersebut, tidak ada satupun
Perikanan Lampulo ini kembali dibangun pada tahun 2005 dengan menggunakan
dibutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk membangun seluruh konstruksi yang
sisi kiri dan kanan dari Pelabuhan Perikanan Lampulo ini sepenuhnya selesai.
Pada tahun 2011 konstruksi untuk kolam kecil dibangun di sekitar dermaga
Pelabuhan Perikanan Lampulo ini untuk memberikan ruang yang aman bagi
Titik
Penelitian
yang terjadi pada (breakwater) sisi kiri Pelabuhan Perikanan Pelabuhan Lampulo.
Apabila (breakwater) sisi kiri yang rusak tidak segera diperbaiki maka besar
total. Kerusakan tersebut terletak pada titik tengah, akibat dari kerusakan tersebut
maka kondisi ini akan menyebabkan tinggi gelombang dan kecepatan arus yang
bersandar.
250 m dari titik 0 meter penempatan (breakwater) yang terletak digaris pantai
sampai pada titik 550 m dari garis pantai. Perencanaan tambahan dan perbaikan
untuk mengetahui efektifitas dari konstruksi yang ditambah serta estimasi bentuk
maka salah satu kajian yang dilakukan adalah kajian aspek hidro-oseanografi
yang menitik beratkan pada kajian arus dan tinggi gelombang di sekitar kolam
bentuk susunan batu gunung atau breakwater sisi miring yang disebut dengan
bangunannya terbuat dari susunan batuan yang disusun secara teratur, dengan
lapis terluar adalah lapisan batuan yang memiliki ukuran dan bobot yang paling
sering terganggu.
Pelabuhan Perikanan Lampulo yang terletak di Kota Banda Aceh, Aceh. Data
yang digunakan sepenuhnya data sekunder yang didapat dari Tsunami & Disaster
arus, angin, gelombang, dan pasang surut. Dari hasil analisis dapat ditentukan
berkaitan.
Kota Banda Aceh. Daerah ini terletak ±2000 meter dari kota Banda Aceh. Dengan
BAB I : PENDAHULUAN
dari bab sebelumnya, maka bab ini berisi kesimpulan yang dapat
TINJAUAN PUSTAKA
dengan bantuan manusia. Perlindungan pantai secara alami dapat berupa dunes
maupun karang laut ataupun lamun yang tumbuh secara alami. Sedangkan
Lay Out Pelabuhan merupakan gambar tata letak fasilitas laut seperti
dermaga, breakwater dan fasilitas darat seperti kantor, mushola, kantin, gudang
dan lain-lain. Suatu lay out pelabuhan pada pelabuhan perikanan dapat
Suatu lay out pelabuhan sangat penting didesain sebaik mungkin, ini
tersebut. Lay out Pelabuhan Perikanan Lampulo dapat dilihat pada lampiran
Gambar A.1.
Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan
juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari
berbagai gaya. Beberapa jenis gaya pembangkit gelombang antara lain, gaya
oleh angin. Angin yang berhembus di atas permukaan air akan memindahkan
energinya ke air.
sehingga permukaan air yang semula tenang akan terganggu dan timbul riak
gelombang kecil diatas permukaan air. Apabila kecepatan angin bertambah, riak
tersebut menjadi semakin besar. Apabila angin berhembus terus pada akhirnya
akan terbentuk gelombang. Semakin lama dan semakin kuat angin berhembus
Data angin yang digunakan untuk analisis angin merupakan data yang
diperoleh dari TDMRC (Tsunami & Disaster Mitigation Research Center). Data
tabel atau diagram yang disebut dengan mawar angin atau wind rose seperti pada
Gambar 2.1. Dengan tabel atau mawar angin maka karakteristik angin dapat
dimana angin berhembus dengan arah dan kecepatan yang konstan. Panjang fetch
dapat ditentukan dari peta atlas dan peta hidro-oceanografi (DKP-Aceh). Arah
lebih dari 5 knot atau 2,5 m/dt (Triatmodjo, 1999). Dalam peramalan angin, fetch
fetch.
dalam arah yang sama dengan angin tetapi juga dalam berbagai sudut terhadap
arah angin (Triatmodjo, 2003:99). Apabila bentuk pembangkit tidak teratur, maka
Σ χi. �
Feff = ……………………………………..(β.1)
Σ �
yang terjadi di alam tidaklah teratur (acak) dan sangat kompleks, dimana masing-
beranggapan bahwa gelombang itu teratur dan sama karakteristiknya. Asumsi ini
dari itu gelombang alam harus dianalisis secara statistik (Triatmodjo, 1999).
3. Gelombang ekstrim
tinggi dan periode gelombang individu (individual wave) yang dapat mewakili
sebaliknya, maka akan dapat ditentukan nilai dari tinggi gelombang signifikan
(Hs), dengan s merupakan rerata dari n persen gelombang tertinggi yang telah
gelombang yang telah diurutkan. Bentuk yang paling banyak dipakai adalah H 33
atau rerata dari 33% gelombang tertinggi dari pencatatan gelombang yang telah
diurutkan. Karena sering dipakai maka H33 sering disebut sebagai tinggi
gelombang signifikan (H33 = Hs). Cara yang sama juga dapat diterapkan untuk
2.3 Gelombang
angin (gelombang yang dibangkitkan oleh tiupan angin), gelombang pasang surut
(gelombang yang dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit terutama gaya
tarik matahari dan bulan terhadap bumi), gelombang tsunami (gelombang yang
terjadi akibat letusan gunung berapi atau gempa didasar laut), gelombang kecil
gelombang angin dan gelombang pasang surut. Pada umumnya bentuk gelombang
sangat komplek dan sulit digambarkan secara matematis karena tidak linier, tiga
fenomena gelombang di alam, diantaranya adalah teori airy, teori Stokes, teori
Gerstner, teori Mich, teori knoidal, dan teori tunggal. Teori gelombang airy
adalah teori gelombang kecil, sedangkan teori yang lain adalah teori gelombang
Dari berbagai teori diatas, teori gelombang Airy adalah teori yang paling
sederhana. Teori gelombang Airy sering disebut teori gelombang linier atau teori
relatifnya, yaitu perbandingan antara kedalaman laut (d) dan panjang gelombang
d/L ≤ 1/β0
C = √gd
L = T √gd
d/L ≤ 1/β0
C = C0 = √gd
L = L0 = T √gd
Keterangan:
terjadi pada saat ada gelombang bergerak merambat menuju ke pantai. Apabila
suatu deretan gelombang bergerak dari laut dalam menuju pantai, maka
untuk perhitungan gelombang laut dalam ekivalen yang nantinya digunakan dalam
tinggi gelombang dan kecepatan arus. Gelombang dilaut dapat dibedakan menjadi
berupa angin, gaya tarik matahari dan bulan (pasang surut), tsunami akibat letusan
menimbulkan arus dan transport sedimen dalam arah tegak lurus di sepanjang
Gelombang merupakan factor utama dalam penentuan tata letak (lay out)
(Febriansyah, 2012).
data angin menjadi data gelombang (Triatmodjo, 2003:60). Data angin tersebut
dapat diperoleh dari pengukuran langsung diatas permukaan laut atau dari
pengukuran di darat yang kemudian dikonversikan menjadi data angin laut. Data
digambarkan sesuai dengan arah mata angin, untuk mendapatkan arah tiupan
angin yang dominan Hasil dari persentase arah tiupan angin yang dominan akan
angin dari pengukuran di darat, oleh karena itu data inharus di transfer menjadi
data angin laut sehingga dapat digunakan sebagai analisis prediksi gelombang.
UL = �
x (U10) …………………………….. (β.β)
Uw = R L . UL ..…..……………………….. (β.γ)
di mana:
[U10] L = kecepatan angin pada ketinggian 10 m di atas tanah (knot);
laut, sehingga permukaan air yang semula tenang akan terganggu dan timbul riak
gelombang kecil diatas permukaan air. Apabila kecepatan angin bertambah, riak
tersebut menjadi semakin besar. Dan apabila angin berhembus terus pada akhirnya
kecepatan angin (U), lama hembusan angin (D), fetch (F) dan arah angin. Pada
rumus pembangkitan gelombang, data angin yang digunakan adalah yang ada di
atas permukaan laut. Oleh karena itu diperlukan transformasi data angin diatas
daratan (yang terdekat dengan lokasi studi) ke data angin di atas permukaan laut
(Triadmodjo, 1999). Hubungan antara angin diatas laut dan angin diatas daratan
RL = �
………………………….……………………….(β.5)
�
di mana:
UL = Kecepatan angin yang diukur di darat (m/dt);
Gambar 2.3 Hubungan kecepatan angin dilaut dan didarat (Triadmodjo, 1999)
berikut (Anonim, 1984), tinggi dan periode gelombang dapat dicari dengan
menggunakan rumus :
di mana:
dipengaruhi dasar laut, akan tetapi di laut transisi dan laut dangkal, dasar laut
LO = 1,56 x T 2 ……………………………….(β.8)
Co = ...……………………………..(β.9)
...……………………………(β.10)
……………….……………..(β.11)
L = ...…………………………….(β.1β)
/
C1 = ………………………………(β.1β)
�
Kr =√ ……………………………….(β.14)
�
.
Ks =√ ……………………………….(β.15)
.
H1 = Ks . Kr . H0 ……………………………….(β.16)
di mana :
Ks = koefisien shoaling;
pantai yang mempunyai garis kontur dasar laut dan garis pantai yang tidak teratur.
menuju pantai. Terlihat dalam gambar bahwa garis puncak gelombang berubah
satuan lebar di lokasi 1 adalah lebih besar dari pada di lokasi 2 (karena jarak antar
garis orthogonal di lokasi 1 lebih kecil dari pada jarak antar garis orthogonal di
laut dalam dan jarak antar garis orthogonal di lokasi 2 lebih besar dari pada jarak
antar garis orthogonal di laut dalam). Misal akan direncanakan suatu dermaga
pelabuhan, maka lokasi 2 akan lebih cocok dari pada lokasi 1, karena bangunan-
bangunan yang direncanakan akan menahan energi gelombang yang lebih kecil
(Triatmodjo, 1999).
datang mengenai atau membentur suatu rintangan (misal: ujung dermaga), maka
bangunan pantai yang mempunyai sisi miring dan terbuat dari batu akan bisa
dan masif.
X = koefisien refleksi;
Koefisien refleksi berbagai tipe bangunan diberikan pada Tabel 2.1 berikut ini:
terhalang oleh suatu rintangan seperti pulau atau bangunan pemecah gelombang,
maka gelombang akan membelok di sekitar ujung rintangan dan masuk ke daerah
terlindung di belakangnya. Dalam difraksi ini, terjadi transfer energi dalam arah
tegak lurus penjalaran gelombang menuju daerah yang terlindung. Biasanya tinggi
akan tenang. Namun, karena adanya proses difraksi, maka daerah tersebut
gelombang di luar daerah terlindung (Triatmodjo, 1999). Dalam hal ini dapat
kedalaman laut mulai terasa pada kedalaman lebih kecil dari setengah kali panjang
perairan yang lebih dangkal puncak gelombang semakin tajam dan lembah
H′
…………………………………..(2.19)
g .T
H
…………………………………..(2.20)
H’
H
Hb = H’o . ....………………………………..(2.21)
H’
H
.…………………………………..(2.22)
g .T
.…………………………………..(2.23)
H
db = �
. Hb …………………………………..(2.24)
Hb
di mana :
g = gravitasi (m/s)
spilling. Semua jenis tersebut dibedakan oleh dasar perairan tempat pecahnya
1. Spilling
menuju ke pantai yang datar (kemiringan kecil). Gelombang mulai pecah pada
jarak yang cukup jauh dari pantai dan pecahnya terjadi berangsur-angsur. Buih
terjadi pada puncak gelombang selama mengalami pecah dan meninggalkan suatu
lapis tipis buih pada jarak yang cukup panjang. Gelombang ini lebih sering terjadi,
dimana kemiringan dasarnya lebih kecil sekali, oleh karena itu reaksinya lebih
berhubungan dengan gelombang yang curam yang dihasilkan oleh lautan ketika
timbul badai.
2. Plunging
pecah dan puncak gelombang akan memutar dengan massa air pada puncak
turbulensi, sebagian kecil di pantulkan pantai ke laut, dan tidak banyak gelombang
3. Surging
Surging terjadi pada pantai dengan kemiringan yang
sangat besar seperti yang terjadi pada pantai berkarang.
Gelombang pecah tipe surging ini mirip dengan plunging, tetapi
sebelum puncaknya terjun, dasar gelombang sudah pecah. Untuk
penentuan tinggi dari gelombang pecah dapat dilihat pada
Gambar 2.6.
jangka waktu pengukuran cukup panjang (beberapa tahun). Data tersebut bisa
ulang rencana, menurut jenis konstruksi yang akan dibangun dan nilai daerah
yang akan dilindungi. Semakin tinggi nilai daerah yang dilindungi, makin besar
kala ulang gelombang rencana yang dipakai. Periode ulang kejadian gelombang
Σ HSi −HS
s =√ ……………………………(β.β6)
−
�−
HS(T) = HS + s ……………………………(β.β7)
di mana:
N = jumlah data;
Tingkat kerusakan yang diizinkan berkisar antara 0% s/d 30% dan dihitung
�
=K ………….……………………………….. (β.β9)
��=
di mana :
Untuk menentukan besarnya nilai Yn,Sn dan tingkat kerusakan pada suatu
konstruksi bangunan pelindung disajikan pada Tabel 2.2 sampai Tabel 2.4.
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.495 0.500 0.504 0.507 0.510 0.513 0.513 0.518 0.520 0.522
20 0.524 0.525 0.527 0.528 0.530 0.531 0.532 0.533 0.534 0.535
30 0.536 0.537 0.538 0.539 0.540 0.540 0.541 0.542 0.542 0.543
40 0.544 0.544 0.545 0.545 0.546 0.546 0.547 0.547 0.548 0.548
Tabel 2.3 Hubungan Sn dengan besarnya sampel (n) (Soemarto, 1985 : 149)
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.950 0.968 0.983 0.997 1.010 0.021 1.032 1.041 1.049 1.057
20 1.063 1.070 1.075 1.081 1.086 1.086 1.092 1.100 1.105 1.109
30 1.112 1.116 1.119 1.123 1.126 1.129 1.131 1.134 1.136 1.139
40 1.141 1.114 1.146 1.148 1.150 1.152 1.154 1.156 1.157 1.159
�
1.000 1.080 1.190 1.270 1.370
� =
Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai (laut dangkal)
menentukan tinggi gelombang desain yang akan di pakai, maka terlebih dahulu di
hitung gelombang pecah dari arah utara dan arah timur laut.
dengan gelombang desain. Nilai terkecil dari kedua nilai tersebut digunakan
sebagai tinggi gelombang perencanaan (H d), hal ini berdasarkan asumsi apabila
nilai H pantai lebih besar dari Hpecah maka nilai Hd tidak pernah tercapai karena
perencanaan bangunan pantai. Beberapa proses alam yang terjadi dalam waktu
yang bersamaan membentuk variasi muka air laut dengan periode panjang. Proses
tersebut meliputi tsunami, gelombang badai (Storm surge), kenaikan muka air
kenaikan muka air karena pemanasan suhu global dan pasang surut.
Diantara beberap proses tersebut, fluktuasi muka air karena tsunami dan
gelombang badai yang tidak dapat ditentukan (diprediksi) kapan terjadinya seperti
Pasang surut adalah fluktuasi (naik turunnya) muka air laut karena adanya
gaya tarik benda-benda di langit, terutama bulan dan matahari terhadap massa air
laut di bumi. Gaya tarik menarik antara bulan dengan bumi lebih mempengaruhi
terjadinya pasang surut air laut daripada gaya tarik menarik antara matahari
dengan bumi, sebab gaya tarik bulan terhadap bumi nilainya 2,2 kali lebih besar
daripada gaya tarik matahari terhadap bumi. Hal ini terjadi karena meskipun
massa bulan lebih kecil dari pada massa matahari, akan tetapi jarak bulan terhadap
bumi jauh lebih dekat dari pada jarak bumi terhadap matahari (Triatmodjo, 1999).
Angin dengan kecepatan besar (badai) yang terjadi di atas permukaan laut
bisa membangkitkan fluktuasi muka air laut yang besar di sepanjang pantai jika
badai tersebut cukup kuat dan daerah pantai dangkal dan luas (Triatmodjo, 1999).
2.4.3 Kenaikan Elevasi Muka Air Laut Karena Pemanasan Global (Sea
Level Rise)
dihuni kehidupan. Disebut efek rumah kaca karena kemiripannya dengan apa yang
terjadi dalam sebuah rumah kaca ketika matahari bersinar. Sinar matahari yang
sehingga suhu menjadi lebih tinggi daripada di luar. Hal ini disebabkan karena
kaca menghambat sebagian panas untuk keluar (kaca sebagai penangkap panas).
Di bumi, efek rumah kaca dihasilkan oleh gas-gas tertentu dalam jumlah kecil di
Namun, selama 200 tahun terakhir ini, jumlah gas rumah kaca dalam
pantai, kenaikan muka air laut yang disebabkan oleh pemanasan global ini harus
diperhitungkan (Triatmodjo, 1999). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.9 yang
menunjukkan perkiraan dari kenaikan muka air laut akibat pemanasan global.
Gambar 2.9 Perkiraan kenaikan muka air laut karena pemanasan global
Gambar diatas memberikan perkiraan besarnya kenaikan muka air laut dari
tahun 1990 sampai 2100 yang disertai perkiraan batas atas dan batas bawah.
Grafik tersebut didasarkan pada anggapan bahwa suhu bumi meningkat seperti
mobilisasi kapal tidak terganggu. Pelindung tersebut dapat alami maupun buatan.
berupa bangunan yang disebut pemecah gelombang. Dalam kasus ini pemecah
mulut pelabuhan tidak menghadap ke arah gelombang dan arus dominan yang
terhadap garis pantai dapat menimbulkan arus sepanjang pantai. Kecepatan arus
yang besar ini dapat mengangkut sedimen dasardan membawanya searah dengan
arus tersebut. Hal ini dapat menyebabkan pendangkalan. Hal-hal yang harus
diketahui dalam perencanaan pemecah gelombang antara lain adalah tata letak,
penentuan kondisi perencanaan, dan seleksi tipe struktur yang akan digunakan.
ketinggian pasang surut, gelombang, kedalaman perairan dan kondisi dasar laut.
(tiga) macam:
massa yang disusun secara vertical, caisson beton, turap beton, atau baja.
Tabel 2.5 Keuntungan dan kerugian dari ketiga tipe pemecah gelombang
Tipe Keuntungan Keugian
1. Elevasi puncak bangunan
1. Jumlah material besar
rendah
2. Gelombang refleksi kecil 2. Pelaksanaan pekerjaan lama
Breakwater sisi
3. Kerusakan berangsur-angsur 3. Lebar dasar besar
miring
4. Kemungkinan rusak pada
4. Perbaikan mudah
saat pelaksanaan
5. Murah
1. Pelaksanaan cepat 1. Mahal
2. Kerusakan pada pelaksanaan
2. Tekanan gelombang besar
kecil
3. Elevasi puncak bangunan
3. Luas perairan lebih besar
Brearwater sisi tinngi
tegak 4. Sisi dalm bisa digunakan
4. Perlu Caisson yang luas
sebagai dermaga
5. Biaya perawatan kecil 5.Jika rusak sulit diperbaiki
6. Erosi kaki pondasi
7. Diperlukan peralatan berat
1. Pelaksanaan cepat 1. Mahal
Breakwater 2. Perlu tempat pembuatan
2. Luas perairan pelabuhan luas
campuran caisson
3. Diperlukan peralatan berat
memerlukan desain yang tepat dan efektif agar diperoleh kegunaan secara
perairan, fungsi dan tujuan pengamanan. Sehingga pemahaman dan aplikasi yang
tepat akan sangat mendukung untuk tercapainya desain yang optimal baik secara
sebagai berikut:
1. Layout breakwater
sekitar.
disekitarnya.
sekitar. Ketenangan air yang dihasilkan oleh breakwater disisi lain juga
4. Konsisi desain
5. Parameter perhitungan
diantaranya:
gelombang.
dari tumpukan atau susunan batu alam, dimana pada perhitungan elevasi dan lebar
kanaikan (run up) gelombang seperti pada Gambar 2.11 yang tergantung pada
porositas.
di mana :
Ir = bilangan irribaren;
penting untuk perencanaan suatu bangunan pantai. Karena pada saat gelombang
menuju bangunan yang ada di pantai ada beberapa factor yang terjadi pada
h
RcosØ
H’O
ds
hubungan antara berat batu dengan tinggi gelombang seperti pada Gambar 2.13.
Berat batu pelindung dari suatu pemecah gelombang susunan batu (rubble
(Triatmodjo, 2003:133):
�� �
W = ...………………………(β.γ1)
� �− �
0,005W …………….………….(β.γ4)
di mana :
KD = koefisien stabilitas;
��
Sr =
��
susunan batu (rubble mound) menurut Hudson dan Jackson (Tritmodjo, 2003:136)
parameter dari batu (Triatmodjo, 2003:138). Tebal lapisan dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
t = n.�∆(w/� ………….………………(β.41)
di mana:
n = jumlah lapis;
Lebar puncak dari suatu breakwater susunan batu (rubble mound) dapat
��
N = A.n.k∆. − ( ……………….………..(2.43)
di mana:
Lb = 1,5r – 3r . ….…………………………….(β.44)
dengan ketebalan:
rb = 2r …..……………………………(β.45)
di mana:
di mana :
Ru = Run up (m).
Kontrol ini dipakai untuk mengetahui apakah tanah di bawah breakwater dapat
Untuk dasar pondasi segi empat (LxB) besar daya dukung tanah dasar
Qult = ql . B …….….(β.48)
W =A.� .…..……(β.49)
di mana:
�
SF = �
>2 …………………..(β.50)
di mana :
lindung, bentuk unit lapis lindung, arus, pasang surut dan rapat massa air laut.
Adapun untuk kondisi kerusakan pada pelabuhan perikanan lampulo Banda Aceh
bisa dilihat pada Lampiran C.1 sampai C.5 sedangkan untuk lokasi penelitian bisa
METODOLOGI PENELITIAN
pengolahan data. Dalam tahap persiapan disusun hal-hal yang harus dilakukan
dengan tujuan untuk efektifitas waktu dan pekerjaan penulisan tugas akhir, tahap
pantai yang nantinya akan digunakan sebagai acuan didalam penyusunan laporan tugas
akhir.
secara teliti agar diperoleh hasil yang sesuai dengan kondisi daerah perancangan.
pencarian data. Pada penelitian ini instansi yang terkait antara lain Tsunami &
Aceh.
proses pengumpulan data baik dari pihak jurusan maupun dari pihak pemberi data.
permasalahan yang dihadapi maka kompleks pula analisis yang akan dilakukan. untuk
dapat melakukan analisis yang baik, diperlukan data / informasi, teori konsep dasar dan
Data primer merupakan data yang didapat dari survei lapangan melalui
yang rusak di sebelah kiri kolam pelabuhan. Pengamatan ini dilakukan selama 2
yang didapat pada saat pengamatan secara langsung berupa foto tentang
sebagai bukti kerusakan yang terjadi pada Pelabuhan Perikanan Lampulo. Adapun
instansi terkait dalam hal ini data sekunder didapatkan dari Tsunami & Disaster
Mitigation Research Center , Dinas Kelautan Perikanan Propinsi Aceh dan Bayu
Agustian. Adapun data yang diperoleh adalah data bathimetri, letak breakwater,
terarah, analisa data yang perlu dilakukan yaitu : Peta bathimetri/Peta topografi,
Data pasang surut, Data angin, Data perencanaan awal dan data sedimen.
yang terdiri dari tumpukan batu alam. Metode perhitungan didasarkan pada teori
Perikanan Lampulo terdiri dari dua sisi yaitu yaitu sisi bagian breakwater yang
Ukuran batu pelindung dan penyusunnya dipengaruhi oleh berat dari batu
dipengaruhi oleh diameter batu pelindung utama dan jumlah butirnya. Pada
bawah dari breakwater tidak mengalami kerusakan akibat tekanan gelombang dan
faktor antara lain adalah kedalaman daerah konstruksi yang akan direncanakan
ulang, muka air pasang tertinggi dan run-up gelombang (Bayu Agustian). Adapun
Persamaan (2.46).
Pada saat analisa stabilitas breakwater rubble mound stabil tidaknya dustu
susunan batu pada konstruksi yang direncanakan sangat dipengaruhi oleh unsur
bentuk, ukuran batu, berat batu penyusun serta besarnya gaya gelombang yang
MULAI
STUDI LITERATUR
PENGUMPULAN DATA:
SEKUNDER
- Data topografi dan bathimetri
- Data pasang surut
- Data tanah
- Data sondir
PRIMER:
- Foto dokumentasi
PENGOLAHAN DATA :
- Analisa gelombang menjadi
gelombang desai
PERENCANAAN TAMBAHAN
HASIL:
- Gambar perencanaan tambahan
SELESAI
tentukan.
angin maksimum dimasukkan kedalam sebuah tabel dalam bentuk persentase dan
kecepatan angin, kemudian dibagi dalam delapan kelompok angin yang besarnya
Dalam perhitungan data angin, data yang diambil diatas 10 knot. Hal ini
karenakan angin pada kecepatan ini dikategorikan angin sedang dan angin yang
dihasilkan sudah mulai besar. Data kecepatan angin yang telah dianalisa dalam
bentuk persentase kemudian diplot dalam bentuk mawar angin (wind rose) seperti
pada Gambar 4.1. Distribusi kejadian angin maksimum disajikan pada Tabel 4.1.
dimana angin berhembus dengan arah dan kecepatan yang konstan. Arah angin
kecepatan angin masih dianggap konstan apabila perubahannya tidak lebih dari 5
daratan yang mengelilingi laut. Panjang fetch membatasi waktu yang diperlukan
gelombangnya akan semakin lama. Untuk menentukan panjang fetch untuk arah
utara dan timur laut dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan 4.3 dengan menggunakan
Tabel 4.2 Perhitungan panjang fetch arah utara dapat ditentukan dengan
menggunakan peta hidro-oceanografi maupun dari google earth
(Agustian, 2010).
0 1 20.000 20.000
6 0.995 20.500 20.338
∑ �. ᴓ
Fetch = ∑ ᴓ
,
=
,
= 140,990 meter
Tabel 4.3 Perhitungan panjang fetch timur laut dapat ditentukan dengan
menggunakan peta hidro-oceanografi maupun dari google earth.
(Agustian, 2010).
∑ �. ᴓ
Fetch = ∑ ᴓ
.
=
.
= 150,502 meter
angin yang lebih besar dari 10 knot. Distribusi kecepatan angin signifikan
disajikan pada Tabel 4.4. Hasil rekapitulasi kecepatan angin maksimum dari tahun
Tabel 4.4 Rekapitulasi kecepatan angin maksimum Stasiun Blang Bintang dalam
satuan knots dari tahun 2000 – 2009 (TDMRC,2015)
2006 15 20 24 14 22 16 31 27
2007 12 24 22 20 14 15 30 16
2008 18 20 16 12 12 14 15 15
2009 14 16 13 27 12 10 22 19
Rata-
rata 14.9 21.1 20.6 16.1 15.6 15.5 22.6 18
Berdasarkan data angin yang diperoleh, arah angin yang dominan yang
pambangkitan gelombang dilakukan dari delpan arah mata angin, yang kemudian
dari arah utara dan timur laut. Adapun langkah-langkah dalam perhitungan
1. Mencari kecepatan dan arah angin yang berpengaruh dari tahun 2000
periode gelombang.
Contoh: Kecepatan angin maksimum pada tahun 2000 arah timur laut
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara kecepatan angin di laut dan didarat
RL = 1,125
5. Dari hasil perhitungan keceptan seret angin (UA) dan Fetch yang didapat,
1. Mencari kecepatan dan arah angin yang berpengaruh dari tahun 2000
periode gelombang.
Contoh: kecepatan angin maksimum tahun 2000 pada arah utara sebesar
13 knot.
RL = 1,275
Gambar 4.3 Grafik hubungan antara kecepatan angin di laut dan didarat.
5. Dari nilai UA dan Fetch yang didapat, tinggi dan periode gelombang dapat
menggunakan cara yang sama mulai tahun 2001 – 2009. Untuk perhitungan tinggi
gelombang dan periode yang selengkapnya disajikan dalam Tabel 4.5 untuk arah
UL
Tahun
UL (m/det) RL UW UA Fetch H T
2000 13 5.746 1.275 7.327 8.223 140.990 1.577 6.553
2001 15 6.630 1.225 8.121 9.344 140.990 1.791 6.835
2002 13 5.746 1.275 7.327 8.223 140.990 1.577 6.553
2003 14 6.188 1.250 7.735 8.791 140.990 1.686 6.700
2004 15 6.630 1.225 8.121 9.344 140.990 1.791 6.835
2005 20 8.840 1.125 9.945 11.976 140.990 2.297 7.428
2006 15 6.630 1.225 8.121 9.344 140.990 1.791 6.835
2007 12 5.304 1.300 6.895 7.632 140.990 1.646 6.932
2008 18 7.956 1.150 8.735 10.209 140.990 1.958 7.043
2009 14 6.188 1.250 7.735 8.791 140.990 1.686 6.700
UL
Tahun
UL (m/det) RL UW UA Fetch H T
2000 20 8.840 1.125 9.945 11.976 150.502 2.374 7.591
2001 19 8.398 1.130 9.489 11.304 150.502 2.241 7.446
2002 20 8.840 1.125 9.945 11.976 150.502 2.374 7.591
2003 30 1.130 0.980 12.995 16.641 150.502 3.299 8.741
2004 20 8.840 1.125 9.945 11.976 150.502 2.374 7.591
2005 22 9.724 1.075 10.453 12.732 150.502 2.524 7.745
2006 20 8.840 1.125 9.945 11.976 150.502 2.374 7.591
2007 24 10.608 1.025 10.873 13.364 150.502 2.649 7.874
2008 20 8.840 1.125 9.945 11.976 150.502 2.374 7.591
2009 16 7.072 1.175 9.049 10.662 150.502 2.113 7.303
gelombang untuk arah utara dan timur laut. Untuk hasil selengkapnya disajikan
didasarkan pada kondisi ekstrim, dimana pada kondisi tersebut bangunan harus
dengan periode ulang 2,5,10,25,50 dan 100 tahun. Gelombnag dengan periode
ulang tertentu dihitung dengan metode analisi frekuensi seperti banyak digunakan
metode yang bisa dipakai dalam menentukan periode ulang gelombang, maka
tinggi gelombang nilainya direduksi sampai 75% dan hasil selengkapnya disajikan
di dalam Tabel 4.10 dan Tabel 4.11. Sedangkan untuk tinggi gelombang masing
probabilitas gumbel (Hd) arah utara dengan periode ulang gelombang untuk 2
Tabel 4.8 Hasil perhitungan distribusi probabilitas Gumbel (Hd) arah utara
X
n
2
i X
S i 1
n 1
.
S=√ = 0.2154
Yn = 0,4952
Sn = 0,9497
Yt = 0,3065
Tr (Tahun) Yt
2 0,3065
5 1,4999
10 2,2504
20 2,9702
25 3,1255
50 3,9019
100 4,6001
− , − ,
Untuk mencari nilai Kt = = = -0,1987
,
= 1,7372 m
5,10,20,25,50 dan 100 tahun dengan menggunakan cara yang sama namun ada
perhitungan yang lengkap untuk arah timur laut dan utara disajikan dalam Tabel
4.10.
Tabel 4.10 Rekapitulasi gelombang rencana dan periode sebelum dan sesudah
reduksi 75%
akan tampak apabila didaerah pantai terdapat bangunan pantai. Tingkat kerusakan
dengan arah utara adalah 1,7823 m dan timur laut 2,5264 m dengan tingkat
mengakibatkan kerusakan (H) arah utara 1.9248 m dan arah timur laut sebesar
2,7285. Adapun perhitungan selengkapnya disajikan pada Tabel 4.11 dan Tabel
4.12.
Tabel 4.12 Tinggi berdasarkan tingkat kerusakan arah timur laut (25 tahun)
L ,
CO = = = 10,2869
,
Untuk nilai d / LO diatas dapat dicari dengan menggunakan Tabel 4.13 fungsi d/L
0.0060 0.0311 0.1954 0.1929 0.1966 1.0191 1.62 0.9812 0.3908 0.4008 1.077 0.9875
0.0061 0.0314 0.197 0.1945 0.1983 1.0195 1.614 0.9809 0.3941 0.4043 1.079 0.9873
0.0062 0.0316 0.1987 0.1961 0.2 1.0198 1.607 0.9806 0.3973 0.4079 1.08 0.9871
0.0063 0.0319 0.2003 0.1976 0.2016 1.0201 1.601 0.9803 0.4006 0.4114 1.081 0.9869
0.0064 0.0321 0.2019 0.1992 0.2033 1.0204 1.595 0.98 0.4038 0.4148 1.083 0.9867
0.0065 0.0324 0.2035 0.2007 0.2049 0.0208 1.589 0.9796 0.407 0.4183 1.084 0.9865
0.0066 0.0326 0.2051 0.2022 0.2065 1.0211 1.583 0.9793 0.4101 0.4217 1.085 0.9863
0.0067 0.0329 0.2066 0.2037 0.2081 1.0214 1.578 0.979 0.4133 0.4251 1.086 0.986
0.0068 0.0331 0.2082 0.2052 0.2097 1.0217 1.572 0.9787 0.4164 0.4285 1.087 0.9858
0.0069 0.0334 0.2097 0.2067 0.2113 1.0221 1.567 0.9784 0.4195 0.4319 1.088 0.9856
0.007 0.0336 0.2113 0.2082 0.2128 1.0224 1.561 0.9781 0.4225 0.4352 1.091 0.9854
0.0071 0.0339 0.2118 0.2096 0.2144 1.0227 1.556 0.9778 0.4256 0.4386 1.092 0.9852
0.0072 0.0341 0.2143 0.2111 0.216 1.0231 1.551 0.9775 0.4286 0.4419 1.093 0.9852
0.0073 0.0344 0.2158 0.2125 0.2175 1.0234 1.546 0.9772 0.4316 0.4452 1.095 0.9848
0.0074 0.0346 0.2173 0.214 0.219 1.0237 1.541 0.9768 0.4346 0.4484 1.096 0.9846
0.0075 0.0348 0.2188 0.2154 0.2206 1.024 1.536 0.9765 0.4376 0.4517 1.096 0.9844
0.0076 0.0351 0.2203 0.2168 0.2221 1.0244 1.531 0.9762 0.4406 0.4549 1.099 0.9842
0.0077 0.0353 0.2217 0.2182 0.2236 1.0247 1.526 0.9759 0.4435 0.4582 1.098 0.984
0.0078 0.0355 0.2232 0.2196 0.2251 1.025 1.521 0.9756 0.4464 0.4614 1.1 0.9838
0.0079 0.0358 0.2247 0.2209 0.2265 1.0253 1.517 0.9753 0.4493 0.4646 1.103 0.9836
menggunakan rumus:
Sin α1 = (C1 / C0) sin α0 36o = (2,2073 / 10,2869) sin α0 36o = 0,2145 sin α0 36o
= 0,1260
α
Kr =√ = √ = 0,8994
α ,
menggunakan Lampiran B.2 fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo berdasarkan
nilai d/Lo di atas (0,0073), maka di dapat n1 = 0,9848 dan n0 = 0,5 (untuk
. , ,
Ks =√ =√ = 1,5382
. , ,
menggunkan rumus:
H1 = 3,4951
H0 = 2,5264
pantai arah timur laut pada masing-masing kedalaman maupun periode dapat
dilihat pada Tabel 4.14 sedangkan untuk fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo
T d LO α00 L Ho H1
Co d/LO d/L C1 Si α Kr Ks
(det) (meter) (meter) (meter) (meter) (meter)
6.5942 0.500 67.8342 36 10.2869 0.0073 0.03435 14.5560 2.2073 0.1261 0.8994 1.5382 2.5264 3.4951
6.5942 1.000 67.8342 36 10.2869 0.0147 0.04910 20.3666 3.0886 0.1765 0.8994 1.3105 2.5264 2.9778
6.5942 1.500 67.8342 36 10.2869 0.0221 0.06070 24.7117 3.7475 0.2141 0.8994 1.1990 2.5264 2.7244
6.5942 2.000 67.8342 36 10.2869 0.0295 0.07070 28.2885 4.2899 0.2451 0.8994 1.1289 2.5264 2.5651
6.5942 2.500 67.8342 36 10.2869 0.0369 0.07980 31.3283 4.7509 0.2714 0.8994 1.0820 2.5264 2.4586
6.5942 3.000 67.8342 36 10.2869 0.0442 0.08800 34.0909 5.1698 0.2954 0.8994 1.0450 2.5264 2.3745
6.5942 3.500 67.8342 36 10.2869 0.0516 0.09580 36.5344 5.5404 0.3165 0.8994 1.0173 2.5264 2.3116
6.5942 4.000 67.8342 36 10.2869 0.0590 0.10331 38.7184 5.8716 0.3354 0.8994 0.9960 2.5264 2.2632
6.5942 4.500 67.8342 36 10.2869 0.0663 0.11040 40.7609 6.1813 0.3531 0.8994 0.9782 2.5264 2.2227
6.5942 5.000 67.8342 36 10.2869 0.0737 0.11740 42.5894 6.4586 0.3690 0.8994 0.9645 2.5264 2.1916
6.5942 5.500 67.8342 36 10.2869 0.0811 0.12414 44.3048 6.7188 0.3838 0.8994 0.9526 2.5264 2.1645
6.5942 6.000 67.8342 36 10.2869 0.0885 0.13090 45.8365 6.9510 0.3971 0.8994 0.9443 2.5264 2.1457
6.5942 6.500 67.8342 36 10.2869 0.0958 0.13730 47.3416 7.1793 0.4102 0.8994 0.9362 2.5264 2.1273
6.5942 7.000 67.8342 36 10.2869 0.1032 0.14380 48.6787 7.3821 0.4217 0.8994 0.9303 2.5264 2.1139
6.5942 7.500 67.8342 36 10.2869 0.1106 0.15010 49.9667 7.5774 0.4329 0.8994 0.9253 2.5264 2.1025
6.5942 8.000 67.8342 36 10.2869 0.1179 0.15640 51.1509 7.7570 0.4432 0.8994 0.9220 2.5264 2.0950
6.5942 8.500 67.8342 36 10.2869 0.1253 0.16260 52.2755 7.9275 0.4529 0.8994 0.9183 2.5264 2.0866
L ,
CO = = = 8,8407
,
,
d / LO = = 0,0100
,
Untuk nilai d / LO diatas dapat dicari dengan meggunakan Tabel 4.15 fungsi d / L
d/L = 0,04032
Sin α1 = (C1 / C0) sin α0 36o = (β,188β / 8.8407) sin α0 36o = 0.1455
α
Kr =√ = √ = 0,8994
α .
nilai d/Lo di atas (0,04032), maka di dapat n1 = 0,9792 dan n0 = 0,5 (untuk
. , .
Ks =√ =√ = 1,4363
. , ,
H1 = 2,3024
H0 = 1,7823
desain arah utara pada masing-masing kedalaman maupun periode dapat dilihat
pada Tabel 4.16 sedangkan untuk fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/LO dapat
= 67,8342 m
rumus:
H′ ,
= = 0,0053
g .T , X ,
H′
Untuk nilai = 0,0053 dengan kemiringan pantai m = 0,03 diperoleh dari
g .T
1,12
0,0053
menggunakan rumus:
H ,
= = 0,0064
g .T , ,
1,17
0,0064
= 1,1700
H
�
db = . Hb = 1,1700 x 2,7267 = 3,1902 m
Hb
Namun diperlukan ketelitian yang sangat akurat guna mendapatkan hasil yang
T HO g L0 H'0
Kr H'0/Gt2 Hb/H'0 Hb Hb/Gt2 db/Hb db
(det) (m) (m/s) (m) (m)
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
Timur Laut
d db Hdesain Keterangan
Hpantai Hpecah
0.5 3.1902 3.4951 2.7267 2.7267 Tidak diterima
1 3.1902 2.9778 2.7267 2.7267 Tidak diterima
1.5 3.1902 2.7244 2.7267 2.7244 Diterima
2 3.1902 2.5651 2.7267 2.5651 Diterima
2.5 3.1902 2.4586 2.7267 2.4586 Diterima
3 3.1902 2.3745 2.7267 2.3745 Diterima
3.5 3.1902 2.3116 2.7267 2.3116 Diterima
4 3.1902 2.2632 2.7267 2.2632 Diterima
4.5 3.1902 2.2227 2.7267 2.2227 Diterima
5 3.1902 2.1916 2.7267 2.1916 Diterima
5.5 3.1902 2.1645 2.7267 2.1645 Diterima
6 3.1902 2.1457 2.7267 2.1457 Diterima
6.5 3.1902 2.1273 2.7267 2.1273 Diterima
7 3.1902 2.1139 2.7267 2.1139 Diterima
7.5 3.1902 2.1025 2.7267 2.1025 Diterima
8 3.1902 2.0950 2.7267 2.0950 Diterima
8.5 3.1902 2.0866 2.7267 2.0866 Diterima
= 50,1010 m
rumus:
H′ ,
= = 0,0051
g .T , X ,
1,2
0,0051
H
= 1.2
H’
menggunakan rumus:
H ,
= = 0,0061
g .T , X ,
1,17
0,0061
= 1,17
H
�
db = . Hb = 1,17 x 1,9236 = 2,2506 m
Hb
Namun diperlukan ketelitian yang sangat akurat guna mendapatkan hasil yang
T g H0 L0 H'0
Kr H'0/Gt2 Hb/H'0 Hb Hb/Gt2 db/Hb db
(det) (m/s) (m) (m) (m)
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
Timur Laut
D db Hdesain Keterangan
Hpantai Hpecah
0.5 2.2506 2.3024 1.9236 1.9236 Tidak diterima
1 2.2506 1.9669 1.9236 1.9236 Tidak diterima
1.5 2.2506 1.8058 1.9236 1.8058 Diterima
2 2.2506 1.7072 1.9236 1.7072 Diterima
2.5 2.2506 1.6412 1.9236 1.6412 Diterima
3 2.2506 1.5939 1.9236 1.5939 Diterima
3.5 2.2506 1.5588 1.9236 1.5588 Diterima
4 2.2506 1.5305 1.9236 1.5305 Diterima
4.5 2.2506 1.5103 1.9236 1.5103 Diterima
5 2.2506 1.4954 1.9236 1.4954 Diterima
5.5 2.2506 1.4839 1.9236 1.4839 Diterima
6 2.2506 1.4905 1.9236 1.4905 Diterima
6.5 2.2506 1.4695 1.9236 1.4695 Diterima
7 2.2506 1.4659 1.9236 1.4659 Diterima
7.5 2.2506 1.4651 1.9236 1.4651 Diterima
8 2.2506 1.4635 1.9236 1.4635 Diterima
8.5 2.2506 1.4642 1.9236 1.4642 Diterima
gelombang yang terdiri dari tumpukan batu alam. Metode untuk melakukan
pada kedalaman laut (d) = 1,5 meter dengan tinggi gelombang dipantai (H pantai) =
gelombang (T) = 6,5942 dtk. Untuk pelindung kaki (Lb) di ambil minimum 3
meter dengan ketebalan 2-3 meter (Triatmodjo), dan panjang gelombang di laut
∅
Ir = H ,
= , ,
= 3,7647
� ,
1,24
Ir = 3,7647
�� ,
Sr = = = 2,5728 ton/m3
�� ,
Dimana :
= tan-1 = 33,7
,
cot∅ = = 1,4994
,
empiris. nilai KD (Lampiran A.5) untuk batu pecah bersudut kasar 2,3 dengan
�� . � , ,
W= = = 3,1848 ton
� �− � , , − ,
W2 = 0,5W - 0,67W = 0,5 x 3,1848 = 1,5924 ton - 0,67 x 3,1848 = 2,1338 ton
W3 = 0,1W – 0,003W = 0,1 x 3,1848 = 0,3184 ton – 0,003 x 3,1848 = 0,0095 ton
2,5 x 10-4 W– 1,67 x 10-4 W = 2,5 x 10 -4 x 3,1848 = 0,0079 ton – 1,67 x 10-4 x
Ukuran batu pelindung untuk tiap lapisan pada breakwater susunan batu
W = 0,75W – 1,25W = 0,75 x 3,1848 = 2,3886 ton – 1,25 x 3,1848 = 3,981 ton
W2 = 0,75W – 1,25W = 0,75 x 3,1848 = 2,3886 ton – 1,25 x 3,1848 = 3,981 ton
W3 = 0,70W – 1,30W = 0,70 x 3,1848 = 2,2293 ton – 1,30 x 3,1848 = 4,1402 ton
W4 = 0,50W – 1,50W = 0,50 x 3,1848 = 1,5924 ton – 1,50 x 3,1848 = 4,7772 ton
0,30W – 1,70W = 0,30 x 3,1848 = 0,9554 ton – 1,70 x 3,1848 = 5,4141 ton
breakwater yaitu 1:15 dan tinggi gelombang dilaut dalam (H O ) = 2,5264 m. Nilai
wave run-up diperoleh dari rumus irribaren dan HWL = 1,724 (Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Aceh) Ru = dari Gambar 4.8 di dapat Ru/H = 1,24
batu dan parameter dari batu. Tebal lapisan (t) dihitung dengan rumus:
sebagai berikut:
B= 3,5085 m
Hst = 5,8567 m
O
33,7
B’
Gambar 4.9 Potongan breakwater
,
X= = 8,7820 m
,
�� ,
N = A.n.k∆. − ( = (161,5526) x 3 x 1,1 x − x(
,
= 73,8219 = 74 Unit
dapat menahan berat sendiri konstruksi breakwater tersebut (daya dukung tanah).
dangkal yaitu D < B, Sedangkan struktur ini memiliki D = 1-1,75 meter dan B =
51,0624 meter sehingga D < B. tanah yang akan di uji adalah tanah pada
kedalaman -8,5 meter karena ini merupakan kedalaman yang paling besar.
Dimensi Breakwater
B = 3,5085 m
Lb = 3 m Hst = 13,8567m
LB = 51,0642 m
mengalami kondisi tidak terdrainase dimana air tidak dapat dialirkan keluar
Sudut Geser Nc N Nq
Ø 38.4 77.5 77.9 61.55
Untuk dasar pondasi segi empat (LxB) besar daya dukung tanah dasar menurut
ql = − , . .N + − , . c.Nc + . D.Nq
, , ,
= − , x 0,37 x x 77,9 + − , x 0 x 77,5
Beben breakwater yang bekerja disajikan pada Gambar 4.11 dibawah ini dan
B = 3,5085 m
Laut lepas
Lb = 3 m
Hst = 13,8567m
Pelindung Kaki
B’= ,
LB = 51,0642 m
Gambar 4.11 Potongan detail breakwater
+ , , + ,
= , , + ,
= 1085,4450 t/m
� �
SF = >2
,
= = 9,2763 > β ……………………………………………...OK
,
gelombang yang terdiri dari tumpukan batu alam. Metode untuk melakukan
breakwater bisa dilihat pada Lampiran A.2 untuk gambar potongan perencanaan
bisa dilihat pada Gambar 4.12 sampai Gambar 4.28 dan koefisien lapis bisa dilihat
1 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1339 0.3148-0.0096 0.0159 0.0079-0.0006
1.5 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1340 0.3148-0.0097 0.0159 0.0079-0.0007
2 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1341 0.3148-0.0098 0.0159 0.0079-0.0008
2.5 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1342 0.3148-0.0099 0.0159 0.0079-0.0009
3 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1343 0.3148-0.0100 0.0159 0.0079-0.0010
3.5 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1344 0.3148-0.0101 0.0159 0.0079-0.0011
4 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1345 0.3148-0.0102 0.0159 0.0079-0.0012
4.5 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1346 0.3148-0.0103 0.0159 0.0079-0.0013
5 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1347 0.3148-0.0104 0.0159 0.0079-0.0014
5.5 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1348 0.3148-0.0105 0.0159 0.0079-0.0015
6 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1349 0.3148-0.0106 0.0159 0.0079-0.0016
6.5 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1350 0.3148-0.0107 0.0159 0.0079-0.0017
7 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1351 0.3148-0.0108 0.0159 0.0079-0.0018
7.5 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1352 0.3148-0.0109 0.0159 0.0079-0.0019
8 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1353 0.3148-0.0110 0.0159 0.0079-0.0020
8.5 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1354 0.3148-0.0111 0.0159 0.0079-0.0021
Perhitungan Ukuran Batu Pelindung HWL Ru Tinggi Kebebasan Tebal Lapisan Hst B X B'
W (ton) W2 (ton) W3 (ton) W4 (ton) W5 (ton) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
2.3886-3.981 2.3886-3.981 2.2293-4.1402 1.5924-4.7772 0.9554-5.4141 1.724 3.1327 0.5 3.5085 5.8567 3.5085 8.7820 21.0726
2.3886-3.982 2.3886-3.982 2.2293-4.1403 1.5924-4.7773 0.9554-5.4142 1.724 3.1327 0.5 3.5085 6.3567 3.5085 9.5318 22.5720
2.3886-3.983 2.3886-3.983 2.2293-4.1404 1.5924-4.7774 0.9554-5.4143 1.724 3.1327 0.5 3.5085 6.8567 3.5085 10.2815 24.0715
2.3886-3.984 2.3886-3.984 2.2293-4.1405 1.5924-4.7775 0.9554-5.4144 1.724 3.1327 0.5 3.5085 7.3567 3.5085 11.0312 25.5710
2.3886-3.985 2.3886-3.985 2.2293-4.1406 1.5924-4.7776 0.9554-5.4145 1.724 3.1327 0.5 3.5085 7.8567 3.5085 11.7810 27.0705
2.3886-3.986 2.3886-3.986 2.2293-4.1407 1.5924-4.7777 0.9554-5.4146 1.724 3.1327 0.5 3.5085 8.3567 3.5085 12.5307 28.5699
2.3886-3.987 2.3886-3.987 2.2293-4.1408 1.5924-4.7778 0.9554-5.4147 1.724 3.1327 0.5 3.5085 8.8567 3.5085 13.2805 30.0694
2.3886-3.988 2.3886-3.988 2.2293-4.1409 1.5924-4.7779 0.9554-5.4148 1.724 3.1327 0.5 3.5085 9.3567 3.5085 14.0302 31.5689
2.3886-3.989 2.3886-3.989 2.2293-4.1410 1.5924-4.7780 0.9554-5.4149 1.724 3.1327 0.5 3.5085 9.8567 3.5085 14.7799 33.0684
2.3886-3.990 2.3886-3.990 2.2293-4.1411 1.5924-4.7781 0.9554-5.4150 1.724 3.1327 0.5 3.5085 10.3567 3.5085 15.5297 34.5678
2.3886-3.991 2.3886-3.991 2.2293-4.1412 1.5924-4.7782 0.9554-5.4151 1.724 3.1327 0.5 3.5085 10.8567 3.5085 16.2794 36.0673
2.3886-3.992 2.3886-3.992 2.2293-4.1413 1.5924-4.7783 0.9554-5.4152 1.724 3.1327 0.5 3.5085 11.3567 3.5085 17.0291 37.5668
2.3886-3.993 2.3886-3.993 2.2293-4.1414 1.5924-4.7784 0.9554-5.4153 1.724 3.1327 0.5 3.5085 11.8567 3.5085 17.7789 39.0663
2.3886-3.994 2.3886-3.994 2.2293-4.1415 1.5924-4.7785 0.9554-5.4154 1.724 3.1327 0.5 3.5085 12.3567 3.5085 18.5286 40.5657
2.3886-3.995 2.3886-3.995 2.2293-4.1416 1.5924-4.7786 0.9554-5.4155 1.724 3.1327 0.5 3.5085 12.8567 3.5085 19.2784 42.0652
2.3886-3.996 2.3886-3.996 2.2293-4.1417 1.5924-4.7787 0.9554-5.4156 1.724 3.1327 0.5 3.5085 13.3567 3.5085 20.0281 43.5647
2.3886-3.997 2.3886-3.997 2.2293-4.1418 1.5924-4.7788 0.9554-5.4157 1.724 3.1327 0.5 3.5085 13.8567 3.5085 20.7778 45.0642
1. Pekerjaan Persiapan
2. Tenaga Kerja
Supir 1 = Rp 125.000/hari
4. Peralatan
perhitungan Tabel 4.22). Dengan berjalannya waktu untuk saat ini pemecah
gelombang yang berada pada sisi kiri Pelabuhan Perikanan Lampulo terjadi
beberapa titik kerusaka hampir mencapai 40%. Area pemecah gelombang untuk
= Rp 3,466,525,586 -,
pelindung yang rusak di Pelabuhan Perikanan Lampulo Kota Banda Aceh, maka
bab ini berisi kesimpulan yang dapat diambil dan saran-saran yang dapat
diberikan.
5.1 Kesimpulan
tertinggi sebesar 1,724 m dimana tinggi muka air tersebut menjadi muka
air rencana.
tereduksi dan hal ini justru akan memicu terjadinya sedimentasi disekitar
pemecah gelombang. Hal ini perlu dikaji lebih lanjut agar tidak terjadi
3. Sebagai sebuah karya tulis ilmiah, tugas akhir ini masih jauh dari
Adur, SA., 2011, Evaluasi Posisi Dermaga Pelabuhan Merak Ditinjau dari Aspek
Manuver Kapal dan Kondisi Lingkungan, (Tugas akhir), Universitas
Indonesia, Depok.
Anonim, 2012, Survei Pantai, Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
(TDMRC), Banda Aceh.
Dewi, Shinta., 2011, Studi perubahan Garis Pantai Menggunakan Model Numerik
Delf3D di Kawasan Pantai Banda Aceh, (Tugas Akhir), Fakultas Teknik
Unsyiah, Banda Aceh.
Koef.Lapis Porositas P
Batu Pelindung n Penempatan
(�∆) (%)
Batu alam (halus) 2 Random (Acak) 1.02 38
Batu alam (kasar) 2 Random (Acak) 1.15 37