Anda di halaman 1dari 166

ANALISIS DIMENSI DAN KESTABILAN PEMECAH

GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN LAMPULO

BANDA ACEH

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian


Pendidikan Sarjana Teknik Sipil

Disusun oleh :

ZUNARDIS
10 0404 010

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Analisa Dimensi dan Kestabilan Pemecah Gelombang pada Pelabuhan
Perikanan Lampulo Kota Banda Aceh merupakan perencanaan tambahan
bangunan fisik berupa pemecah gelombang sebagai pelengkap dan pendukung
fasilitas infrastruktur pada Pelabuhan Perikanan Lampulo. Tujuan dari
perencanaan ini adalah untuk merencanakan bangunan pelindung tambahan yang
rusak di sebelah kiri pelabuhan dengan menggunakan jenis bangunan pelindung
batu alam (rubble mound).

Adapun ruang lingkup pada perencanaan tambahan breakwater rubble


mound ini meliputi perencanaan kemiringan breakwater, perhitungan lebar
breakwater, perhitungan ukuran batu pelindung, perhitungan jumlah unit
pelindung, perhitungan berat batu pelindung, perhitungan tinggi breakwater,
perhitungan tebal lapis lindung, perhitungan jumlah lapis pada breakwater,
perhitungan tinggi muka air rencana dan perhitungan stabilitas breakwater itu
sendiri. Data teknis yang diperoleh dari lokasi perencanaan berupa elevasi muka
air antara 0,5 meter sampai pada -8.5 meter di ujung lokasi perencanaan tambahan
breakwater. Adapun muka air pada lokasi perencanaan meliputi HWL = ±1,724
meter, MHWL = ±1,372 meter, MSL = ±0,9635 meter, MLWL = ±0,555 meter,
LWL = ±0,392 meter.

Dari hasil pengolahan data angin maka diperolah angin dominan untuk
lokasi perencanaan dari arah timur laut dengan tinggi gelombang rencana yang di
hasilkan sebesar 2,7244 m. Struktur breakwater rubble mound terdiri dari susunan
batu dengan berat batu pelindung utama sebesar ±3,1848 ton, lapis kedua
±(1,5924-2,1338) ton, dengan lapis inti (7,9 -159) kg dengan ketebalan 1,5-2 m
dan stabilitas breakwater memiliki angka yang cukup aman yaitu 9,2 >2.

Kata Kunci : Breakwater Rubble Mound

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT karena atas

rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penyusunan

Tugas Akhir ini dengan judul “Analisis Dimensi dan Kestabilan Pemecah

Gelombang Pelabuhan Perikanan Lampulo” ini disusun guna melengkapi syarat

untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Program Starata Satu (S-1) di

Universitas Sumatera Utara.

Dengan menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian Tugas Akhir ini tidak

lepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan dari banyak pihak, maka pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan sebagai Ketua Departemen Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Syahrizal, MT, sebagai Seketaris Departeman Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia, M.Sc., sebagai dosen pembimbing

yang telah banyak memberikan dukungan, masukan, bimbingan serta

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu saya dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Bapak Ir. Alferido Malik dan Bapak Ivan Indrawan, ST, MT., sabagai

Dosen Pembanding dan Penguji Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak dan Ibu pengajar dan seluruh staf pegawai Departeman Teknik

Fakultas Teknik Universitas Sumetera Utara.

Universitas Sumatera Utara


6. Kedua orang tua saya, Ayahanda Zaini dan Ibunda Nurlis Samsyiah

Adinda Sardian dan Fauzan Azima yang telah memberikan dukungan yang

besar baik moral maupun material serta doa untuk keberhasilan penulis.

7. Buat keluarga besar Bapak Muzhar Ibu Baiyani serta kakak Mona Melyar

ST, Serta adik Moulya Riski A.Md.Kep yang telah memberikan dukungan

yang besar baik moral maupun material serta doa untuk keberhasilan

penulis.

8. Teristimewa buat Moufyra Zakya S.Farm sebagai orang terkasih yang

telah memberikan doa, dukungan, kritikan, semangat, dan memberikan

masukan kearah positif kepada penulis.

9. Bapak Dr. Eng. Syamsidik sebagai kepala TDMRC dan Bang T. mudi ST,

Amien ST.MT, Bayu Agustian ST, Musa ST, Suher ST, Kak fani (DKP-

Aceh), yang telah memberikan motivasi, arahahan, bimbingan serta

bantuan sekunder kepada penulis.

10. Buat saudara/i seperjuangan: Maulana, Dhaka, Rizqan, Dara, Sari, Arip,

Hardi, Yudha, Isan, Irul, Umri, Syahru, Irfan, Nugek, Iwan, Ijep Taslim,

Uus, dan Jihadan serta semua mahasiswa Teknik Sipil lainnya yang tidak

dapat disebutkan seluruhnya terima kasih atas semangat dan bantuannya

selama ini.

11. Kepada Rizqa Alzamna SH, Marza Lena Amd Far, Zubir AMKL, Rufran

Syahputra Amd Far, Siti Faziah S.Farm, Nurdiani S.Farm. Daifi Afrila

Riefi ST, Bg Pon, Isan, Ayi, Manda dan Alfaizi yang telah memberikan

motivasi dan dukungan disaat senang maupun susah.

Universitas Sumatera Utara


12. Seluruh staf pegawai Teknik Sipil terimakasih atas segala bantuan dan

informasinya.

13. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil yang tidak mungkin saya

tuliskan satu-persatu atas dukungannya yang sangat baik.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini jauh dari sempurna, karena

keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis, untuk itu penulis akan

terbuka terhadap semua saran dan kritik mengenai Tugas Akhir ini, dengan ini

penulis berharap Tugas Akhir ini juga memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2015

Penulis

Zunardis
100404010

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Abstrak ............................................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................ ii

Daftar Isi ........................................................................................................... v

Daftar Gambar ................................................................................................ vi

Daftar Tabel ..................................................................................................... viii

Daftar Notasi .................................................................................................... x

Daftar Lampiran ............................................................................................. iv

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 5

1.3.Batasan Masalah ........................................................................... 5

1.4.Tujuan Penelitian .......................................................................... 6

1.5. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6

1.6.Lokasi Penelitian ........................................................................... 7

1.7.Sistematika Penulisan ................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 9

2.1. Lay Out Pelabuhan....................................................................... 9

2.2. Angin ............................................................................................ 10

2.2.1. Pembangkitan Gelombnag Oleh Angin ........................... 10

2.2.2. Mawar Angin/Wind Rose.................................................. 10

2.2.3. Fecth dan Gelombang Signifikan .................................... 11

Universitas Sumatera Utara


2.3. Gelombang ................................................................................... 14

2.3.1. Deformasi Gelombang ...................................................... 16

2.3.2. Analisa Gelombang ........................................................... 17

2.3.3. Prediksi Gelombang .......................................................... 17

2.3.4. Refraksi Gelombang ......................................................... 20

2.3.5. Refleksi Gelombang.......................................................... 23

2.3.6. Difraksi Gelombang .......................................................... 24

2.3.7. Gelombang Pecah ............................................................. 25

2.3.8. Gelombang Rencana dan Periodenya .............................. 28

2.3.9. Gelombang yang Terjadi di Pantai................................... 30

2.3.10. Gelombang Desain .......................................................... 31

2.4. Fluktuasi Muka Air Laut ............................................................. 31

2.4.1. Pasang Surut ...................................................................... 32

2.4.2. Naiknya Muka Air Laut Karena Angin (Wind Set Up) .. 32

2.4.3. Kenaikan Elevasi Muka Air Laut Karena Pemanasan

Global................................................................................. 33

2.5. Pemecah Gelombang (Breakwater) ............................................ 34

2.5.1. Jenis-Jenis Pemecah Gelombang

(Breakwater rubble mound) ............................................. 36

2.5.2. Kriteria Desain Pemecah Gelombang (Breakwater)....... 38

2.5.3. Breakwater Susunan Batu (Rubble Mound) .................... 40

2.5.4. Perencanaan Kemiringan Breakwater ............................. 42

2.5.5. Perhitungan Berat Batu Pelindung ................................... 42

2.5.6. Perhitungan Ukuran (Gradasi) Batu Pelindung............... 43

Universitas Sumatera Utara


2.5.7. Perhitungan Tebal Lapisan ............................................... 44

2.5.8. Perhtungan Lebar Puncak dan Jumlah Butir Batu .......... 44

2.5.9. Perhitungan Pelindung Kaki ............................................. 45

2.5.10. Perhitungan Tinggi Gelombang ..................................... 46

2.5.11. Analisa Stabilitas Breakwater Rubble Mound .............. 46

2.6. Faktor Kerusakan Breakwater ..................................................... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................. 49

3.1. Persiapan Data .............................................................................. 49

3.1.1. Studi Pustaka Terhadap Materi Desain............................ 49

3.1.2. Menentukan Kebutuhan Data ........................................... 49

3.1.3. Mendata Instansi Terkait .................................................. 50

3.1.4. Pengadaan Persyaratan Administrasi Untuk

Pemohon Data ................................................................... 50

3.2. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 50

3.2.1. Data Primer ........................................................................ 50

3.2.2. Data Sekunder ................................................................... 50

3.3. Pengolahan dan Analisa Data...................................................... 51

3.4. Perencanaan Breakwater Rubble Mound.................................... 51

3.4.1. Perencanaan Kemiringan Breakwater Rubble Mound .... 52

3.4.2. Perencanaan Berat Batu Pelindung .................................. 52

3.4.3. Perencanaan Tebal Lapis .................................................. 52

3.4.2. Perencanaan Lebar Puncak ............................................... 52

3.4.4. Perencanaan Berat Batu Pelindung .................................. 52

3.4.5. Perencanaan Pelindung Kaki ............................................ 52

Universitas Sumatera Utara


3.4.6. Perencanaan Tinggi Breakwater ...................................... 53

3.4.7. Analisa Stabilitas Breakwater.......................................... 53

3.4.7. Perencanaan Flow Chart .................................................. 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 55

4.1. Pengolahan Data .......................................................................... 55

4.1.1. Pengolahan Data Angin .................................................... 55

4.2. Perhitungan Fetch ........................................................................ 57

4.3. Kecepatan Angin Signifikan ....................................................... 59

4.4. Peramalan Gelombang ................................................................. 60

4.4.1. Perhitungan Tinggi Gelombang dan

Periodenya (Timur Laut) .................................................. 61

4.4.2. Perhitungan Tinggi Gelombang dan

Periodenya (Arah Utara) ................................................... 61

4.5. Analisa Gelombang Rencana ...................................................... 65

4.5.1. Periode Ulang Gelombang ............................................... 65

4.5.2. Perhitungan Gelombang Rencana dan

Periodenya (Hd) Utara ...................................................... 66

4.5.5. Pemilihan Periode Ulang Gelombang.............................. 68

4.6. Gelombang Desain Arah Timur Laut ......................................... 69

4.6.1. Perhitungan Koefisien Refraksi (Kr) ............................... 69

4.6.2. Perhitungan Koefisien Shoaling (Ks) .............................. 71

4.7. Gelombang Desain Arah Utara ................................................... 74

4.7.1. Perhitungan Koefisien Refraksi (Kr) ............................... 74

4.7.2. Perhitungan Koefisien Shoaling (Ks) .............................. 75

Universitas Sumatera Utara


4.8. Perhitungan Gelombang Pecah Arah Timur Laut ...................... 77

4.9. Perhitungan Gelombang Pecah Arah Utara................................ 81

4.10. Perencanaan Breakwater Rubble Mound ................................. 85

4.10.1. Menentukan Bilangan Irribaren (Ir) ............................... 86

4.10.2. Berat Butir Lapis Lindung (W) ...................................... 87

4.10.3. Perhitungan Ukuran Batu Pelindung ............................. 88

4.10.4. Perhitungan Tinggi (Elevasi) Breakwater (Hst)............ 88

4.10.5. Tebal Lapis Lindung ....................................................... 89

4.10.6. Perhitungan Lebar Breakwater (B) ................................ 89

4.10.7. Lebar Permukaan Bawah Breakwater (B’) ................... 89

4.10.8. Menentukan Jumlah Butir Batu (N)............................... 90

4.11. Stabilitas Breakwater ................................................................. 90

4.11.1. Stabilitas Breakwater Terhadap Gaya Tanah ................ 90

4.11.2. Rencana Anggaran Biaya (Analisa Finansial) .............. 114

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 116

5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 116

5.2. Saran ................................................................................................ 117

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 118

LAMPIRAN ..................................................................................................... 120

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Peta pelabuhan perikanan lampulo ............................................. 2

Gambar 1.2. Bangunan pelindung yang rusak di pelabuhan lampulo ........... 3

Gambar 2.1. Mawar angin ................................................................................ 11

Gambar 2.2. Perhitungan fetch ......................................................................... 12

Gambar 2.3. Hubungan kcepatan angin di laut dan di darat ........................... 19

Gambar 2.4. Reflaksi gelombang ..................................................................... 22

Gambar 2.5. Difraksi gelombang ..................................................................... 25

Gambar 2.6. Penentuan tinggi gelombang pecah ............................................ 28

Gambar 2.7. Wave set up dan wave set down .................................................. 32

Gambar 2.8. Kenaikan muka air laut karena badai ......................................... 33

Gambar 2.9. Perkiraan kenaikan muka air laut karena pemanasan global .... 34

Gambar 2.10. Breakwater rubble mound......................................................... 32

Gambar 2.11. Run up gelombang (Triadmodjo, 2003:139)............................ 40

Gambar 2.12. Run up gelombang ..................................................................... 41

Gambar 2.13. Nomogram kemiringan susunan batu ....................................... 42

Gambar 4.1. Mawar angin maksimum stasiun BMKG ................................... 56

Gambar 4.2. Grafk hubungan antara kecepatan angin di laut dan darat ........ 61

Gambar 4.1. Mawar angin maksimum stasiun BMKG ................................... 56

Gambar 4.2. Grafk hubungan antara kecepatan angin di laut dan darat ........ 61

Gambar 4.3. Grafk hubungan antara kecepatan angin di laut dan darat ........ 63

Gambar 4.4. Penentuan tinggi gelombang pecah ............................................ 77

Gambar 4.5. Penentuan kedalaman gelombang pecah .................................... 78

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.6. Penentuan tinggi gelombang pecah ............................................ 82

Gambar 4.7. Penentuan kedalaman gelombang pecah .................................... 83

Gambar 4.8. Perbandingan run up dan run down............................................ 86

Gambar 4.9. Potongan breakwater ................................................................... 89

Gambar 4.10. Sketsa potongan detail breakwater........................................... 91

Gambar 4.11. Potongan detail breakwater ...................................................... 92

Gambar 4.12. Potongan breakwater -0.5 meter .............................................. 97

Gambar 4.13. Potongan breakwater -1.0 meter .............................................. 98

Gambar 4.14. Potongan breakwater -1.5 meter .............................................. 99

Gambar 4.15. Potongan breakwater -2.0 meter .............................................. 100

Gambar 4.15. Potongan breakwater -2.5 meter .............................................. 101

Gambar 4.16. Potongan breakwater -3.0 meter .............................................. 102

Gambar 4.17. Potongan breakwater -3.5 meter .............................................. 103

Gambar 4.18. Potongan breakwater -4.0 meter .............................................. 104

Gambar 4.12. Potongan breakwater -4.5 meter .............................................. 105

Gambar 4.13. Potongan breakwater -5.0 meter .............................................. 106

Gambar 4.14. Potongan breakwater -5.5 meter .............................................. 107

Gambar 4.15. Potongan breakwater -6.0 meter .............................................. 108

Gambar 4.15. Potongan breakwater -6.5 meter .............................................. 109

Gambar 4.16. Potongan breakwater -7.0 meter .............................................. 110

Gambar 4.17. Potongan breakwater -7.5 meter .............................................. 111

Gambar 4.18. Potongan breakwater -8.0 meter .............................................. 112

Gambar 4.19. Potongan breakwater -8.5 meter .............................................. 113

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. 1 Koefisien refleksi (Triatmodjo,1999).......................................... 24

Tabel 2.2. Hubungan Yn dengan besarnya sampel (n) ................................... 30

Tabel 2.3. Hubungan Sn dengan besarnya sampel (n) .................................... 30

Tabel 2.4. Tingkat kerusakan (CERC, 1984:7-212) ....................................... 30

Tabel 2.5. Keuntungan dan kerugian pemecah gelombang ............................ 37

Tabel 4.1. Kejadian angin maksimum stasiun BMKG ................................... 56

Tabel 4.2. Perhitungan Panjang fetch arah utara ............................................. 57

Tabel 4.3. Perhitungan Panjang fetch arah timur laut ..................................... 58

Tabel 4.4. Rekapitulasi kecepatang angin maksimum .................................... 59

Tabel 4.5. Gelombang arah utara dan periodenya ........................................... 64

Tabel 4.6. Gelombang arah timur laut dan periodenya ................................... 64

Tabel 4.7. Rekapitulasi tinggi gelombang dan periodenya ............................. 65

Tabel 4.8. Hasil perhitungan distribusi probabiliitas gumber arah utara ....... 66

Tabel 4.9. Periode kala ulang ........................................................................... 67

Tabel 4.10. Rekapitulasi gelombang rencana dan periode (75%) .................. 68

Tabel 4.11. Tinggi gelombang berdasarkan tingkat kerusakan arah utara .... 69

Tabel 4.12. Tinggi gelombang berdasarkan tingkat kerusakan arah

timur laut ....................................................................................... 69

Tabel 4.13. Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo .................................... 70

Tabel 4.14. Perhitungan gelombang pantai arah timur laut ............................ 73

Tabel 4.15. Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo .................................... 74

Tabel 4.16. Perhitungan gelombang pantai arah utara .................................... 76

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.17. Perhitungan gelombang pecah arah timur laut ............................ 80

Tabel 4.18. Rekapitulasi hasil perhitungan gelombang pecah

arah timur laut ............................................................................... 81

Tabel 4.19. Perhitungan gelombang pecah arah utara .................................... 84

Tabel 4.20. Rekapitulasi hasil perhitungan gelombang pecah arah utara ...... 85

Tabel 4.21. Nilai Nc, N�, Nq............................................................................ 92

Tabel 4.22. Perhitungan perencanaan breakwater rubble mound .................. 94

Lanjutan Tabel 4.22 Perhitungan perencanaan breakwater rubble mound ... 95

Lanjutan Tabel 4.22 Perhitungan perencanaan breakwater rubble mound ... 96

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR NOTASI

Feff = Fecth rerata efektif (Km)

UL = Kecepatan angin pada ketinggian 10 m di atas tanah (knot)

Uz = Kecepatan angin yang di ukur pada elevasi Z meter di atas tanah (knot)

UA = Kecepatan seret angin (m/det)

Uw = Kecepatan angin di laut (m/det)

RL = Kecepatan angin di laut dan di darat (m/det)

Lo = Panjang gelombang di laut dalam (m)

Kr = Koefisien Refraksi

Ks = Koefisien shoaling

Co = Cepat rambat gelombang di laut dalam (m/det)

L = Panjang gelombang di pantai (m)

C1 = Cepat rambat gelombang di pantai (m/det)

T = Periode gelombang (det)

H1 = Tinggi gelombang (m)

X = Koefisien refleksi

Hr = Tinggi gelombang refleksi (m)

Universitas Sumatera Utara


Hi = Tinggi gelombang dating (m)

H’o = Tinggi gelombang laut dalam ekivalen (m)

Hb = Tinggi gelombang pecah (m)

db = Kedalaman air pada saat gelombang pecah (m)

m = kemiringan dasar laut (m)

g = Grafitasi (m/s)

Hs = Tinggi gelombang signifikan rata-rata (m)

Hs(T) = Tinggi gelombang signifikan untuk periode ulang T tahun (m)

S = Standar deviasi (m)

H = Tinggi gelombang yang bisa mengakibatkan kerusakan tertentu (m)

HD=O = Tinggi gelombang dengan tingkat kerusakan 0-5% (m)

K = Koefisien kerusakan (%)

Ir = bilangan irribarn

Ho = Tinggi gelombang di lokasi bangunan (m)

W = Berat batu lapis luar (ton)

�� = Berat jenis batu (ton/m3)

� = Berat jenis air (ton/m3)

KD = Koefisien stabilitas

Universitas Sumatera Utara


H = Tinggi gelombang rencana (m)

t = Tebal lapis (m)

N = Jumlah unit

B = Lebar puncak (m)

Lb = Panjang kaki pelindung (m)

tb = tebal kaki pelindung (m)

r = Tebal lapis pelindung rata-rata (m)

Hst = Tinggi bangunan pemecah gelombang (m)

HWL = Elevasi muka air tertinggi (m)

d = Kedalaman laut di lokasi perencanaan (m)

Ru = Run up gelombang (m)

A = Luas penampang konstruksi (m 2)

SF = Faktor keamanan

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Gambar A.1 Lay out pelabuhan....................................................... 121

Lampiran Gambar A.2 Peta kota banda aceh .................................................. 122

Lampiran Gambar A.3 Letak breakwater ........................................................ 123

Lampiran A.4 Koefisien Lapis (Triatmodjo,1996:136) .................................. 124

Lampiran A.5 Koefisien stabilitas (Triatmodjo,1996:135) ............................ 125

Lampiran A.6 Grafik sondir ............................................................................. 126

Lampiran A.7 Grafik pasang surut ................................................................... 127

Lampiran B.1 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................... 128

Lampiran B.2 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................... 129

Lampiran B.3 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................... 130

Lampiran B.4 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................... 131

Lampiran B.5 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................... 132

Lampiran B.6 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................... 133

Lampiran B.7 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................... 134

Lampiran B.8 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................... 134

Lampiran B.9 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................... 136

Lampiran B.10 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................. 137

Lampiran B.11 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................. 138

Lampiran B.12 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................. 139

Lampiran B.13 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................. 140

Lampiran B.14 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................. 141

Lampiran B.15 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo ............................. 142

Universitas Sumatera Utara


Lampiran C.1 Kondisi pemecah gelombang di pelabuhan

Perikanan ampulo ..................................................................... 143

Lampiran C.2 Pengukuran panjang pemecah gelombang yang rusak ........... 144

Lampiran C.3 Kondisi pemecah gelombang yang rusak pada

Pelabuhan lampulo .................................................................. 145

Lampiran C.4 Kondisi pemecah gelombang yang berhadapan

dengan laut lepas ...................................................................... 146

Lampiran C.5 Kondisi pemecah gelombang ................................................... 147

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Analisa Dimensi dan Kestabilan Pemecah Gelombang pada Pelabuhan
Perikanan Lampulo Kota Banda Aceh merupakan perencanaan tambahan
bangunan fisik berupa pemecah gelombang sebagai pelengkap dan pendukung
fasilitas infrastruktur pada Pelabuhan Perikanan Lampulo. Tujuan dari
perencanaan ini adalah untuk merencanakan bangunan pelindung tambahan yang
rusak di sebelah kiri pelabuhan dengan menggunakan jenis bangunan pelindung
batu alam (rubble mound).

Adapun ruang lingkup pada perencanaan tambahan breakwater rubble


mound ini meliputi perencanaan kemiringan breakwater, perhitungan lebar
breakwater, perhitungan ukuran batu pelindung, perhitungan jumlah unit
pelindung, perhitungan berat batu pelindung, perhitungan tinggi breakwater,
perhitungan tebal lapis lindung, perhitungan jumlah lapis pada breakwater,
perhitungan tinggi muka air rencana dan perhitungan stabilitas breakwater itu
sendiri. Data teknis yang diperoleh dari lokasi perencanaan berupa elevasi muka
air antara 0,5 meter sampai pada -8.5 meter di ujung lokasi perencanaan tambahan
breakwater. Adapun muka air pada lokasi perencanaan meliputi HWL = ±1,724
meter, MHWL = ±1,372 meter, MSL = ±0,9635 meter, MLWL = ±0,555 meter,
LWL = ±0,392 meter.

Dari hasil pengolahan data angin maka diperolah angin dominan untuk
lokasi perencanaan dari arah timur laut dengan tinggi gelombang rencana yang di
hasilkan sebesar 2,7244 m. Struktur breakwater rubble mound terdiri dari susunan
batu dengan berat batu pelindung utama sebesar ±3,1848 ton, lapis kedua
±(1,5924-2,1338) ton, dengan lapis inti (7,9 -159) kg dengan ketebalan 1,5-2 m
dan stabilitas breakwater memiliki angka yang cukup aman yaitu 9,2 >2.

Kata Kunci : Breakwater Rubble Mound

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelabuhan Perikanan Lampulo merupakan salah satu pelabuhan perikanan

yang sejak beberapa tahun terakhir ini mengalami sejumlah perkembangan fisik

yang berarti. Kolam pelabuhan Pelabuhan Perikanan Lampulo ini direncanakan

dapat melayani Kapal sampai dengan kapasitas maksimum 60 GT. Pada awal ide

berdirinya, Pelabuhan Perikanan Lampulo ini merupakan salah satu UPTD di

bawah UPT Dirjen Perikanan Tangkap. Selanjutnya seiring dengan kebijakan

otonomi daerah, maka pada tanggal 12 April 2003 UPT Pelabuhan Perikanan

Lampulo dirubah menjadi UPTD Pelabuhan Perikanan Lampulo. Unit ini

langsung berada dibawah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh.

Letak astronomis Kota Banda Aceh berada pada 05°16' 15" - 05° 36' 16"

Lintang Utara dan 95° 16' 15" - 95° 22' 35" Bujur Timur dengan tinggi rata-rata

0,80 meter diatas permukaan laut. Namun lokasi penelitian yang akan dikaji

terletak pada 5°35'6.94" Lintang Utara dan 95°18'51.16" Bujur Timur. Tepatnya

di daerah Pelabuhan Perikanan Lampulo Kota Banda Aceh.

Peristiwa gempa bumi dan tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004

menyebabkan kerusakan yang cukup memprihatinkan terhadap kompleks

Pelabuhan Perikanan Lampulo ini. Akibat peristiwa tersebut, tidak ada satupun

konstruksi yang tersisa. Dalam masa rehabilitasi dan rekonstruksi, Pelabuhan

Perikanan Lampulo ini kembali dibangun pada tahun 2005 dengan menggunakan

Universitas Sumatera Utara


dana bantuan asing. Berdasarkan tata letak konstruksi pelabuhan, maka

dibutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk membangun seluruh konstruksi yang

direncanakan. Pada kondisi saat ini, konstruksi pemecah gelombang (breakwater)

sisi kiri dan kanan dari Pelabuhan Perikanan Lampulo ini sepenuhnya selesai.

Pada tahun 2011 konstruksi untuk kolam kecil dibangun di sekitar dermaga

Pelabuhan Perikanan Lampulo ini untuk memberikan ruang yang aman bagi

kapal-kapal nelayan untuk dapat bersandar di dermaga pelabuhan. Pembangunan

kolam kecil tersebut menyebabkan kondisi Pelabuhan Perikanan Lampulo ada

seperti pada Gambar 1.1.

Titik
Penelitian

Gambar 1.1 Peta pelabuhan perikanan lampulo

Namun seiring dengan berjalannya waktu, ada beberapa titik kerusakan

yang terjadi pada (breakwater) sisi kiri Pelabuhan Perikanan Pelabuhan Lampulo.

Apabila (breakwater) sisi kiri yang rusak tidak segera diperbaiki maka besar

Universitas Sumatera Utara


kemungkinan (breakwater) sisi kiri tersebut akan mengalami kerusakan rusak

total. Kerusakan tersebut terletak pada titik tengah, akibat dari kerusakan tersebut

maka kondisi ini akan menyebabkan tinggi gelombang dan kecepatan arus yang

masuk ke dalam kolam pelabuhan akan mengganggu kapal-kapal nelayan untuk

bersandar.

Untuk menanggulangi kejadian tersebut demi mengoptimalkan operasional

dermaga pelabuhan, maka dilakukan perencanaan tambahan konstruksi pada titik

250 m dari titik 0 meter penempatan (breakwater) yang terletak digaris pantai

sampai pada titik 550 m dari garis pantai. Perencanaan tambahan dan perbaikan

bangunan pelindung yang mengalami kerusakan pada Pelabuhan Perikanan

Lampulo seperti pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Bangunan pelindung yang rusak di pelabuhan lampulo

Dengan demikian, sebelum proses perencanaan tambahan konstruksi

(breakwater) yang rusak tersebut direalisasikan, maka diperlukan sejumlah kajian

untuk mengetahui efektifitas dari konstruksi yang ditambah serta estimasi bentuk

Universitas Sumatera Utara


serta dimensi breakwater yang diusulkan. Berdasarkan pertimbangan tersebut

maka salah satu kajian yang dilakukan adalah kajian aspek hidro-oseanografi

yang menitik beratkan pada kajian arus dan tinggi gelombang di sekitar kolam

Pelabuhan Perikanan Lampulo ini.

Breakwater sebagai pelindung kolam pelabuhan memiliki beberapa jenis

atau bentuk. Adapun bentuk-bentuk breakwater antara lain: breakwater rubble

mound (pemecah gelombang susunan batu gunung), breakwater susunan batu

buatan (tetrapods, quadripods, hexapods, tribars, modifiet cubes dan dolos),

Breakwater kotak dinding vertical (caisson), breakwater selindris vertikal dan

pecah gelombang apung (breakwater bentuk khusus). Menurut bentuknya

breakwater dibedakan menjadi pemecah gelombang sisi miring, pemecah

gelombang sisi tegak dan pemecah gelombang campuran.

Jenis atau bentuk breakwater yang sering ditemui di lapangan adalah

bentuk susunan batu gunung atau breakwater sisi miring yang disebut dengan

breakwater rubble mound. Sesuai dengan namanya, breakwater ini konstruksi

bangunannya terbuat dari susunan batuan yang disusun secara teratur, dengan

lapis terluar adalah lapisan batuan yang memiliki ukuran dan bobot yang paling

besar. Penyusunan tersebut dimaksudkan agar breakwater mampu untuk menahan

dan merendam energi yang dibawa oleh gelombang.

Breakwater rubble mound didisain dengan maksud untuk melindung

kolam pelabuhan dari energi gelombang sehingga kolam pelabuhan dapat

berfungsi sebagaimana layaknya. Mengingat situasi perairan yang berhadapan

langsung dengan Selat Malaka menyebabkan daerah peairan Lampulo selalu

Universitas Sumatera Utara


dipengaruhi oleh gelombang datang sehingga ketenangan daerah perairannya

sering terganggu.

Skripsi ini memuat tentang perencanaan tambahan pemecah gelombang

Pelabuhan Perikanan Lampulo yang terletak di Kota Banda Aceh, Aceh. Data

yang digunakan sepenuhnya data sekunder yang didapat dari Tsunami & Disaster

Mitigation Research Center dan Dinas Kelautan Perikanan Propinsi Aceh.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang terjadi, permasalahan yang dibahas

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Mencari faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan konstruksi

bangunan pemecah gelombang (breakwater) di Pelabuhan Lampulo.

2. Bangaimana cara meminimalisir kerusakan konstruksi bangunan

pemecah gelombang (breakwater) di Pelabuhan Lampulo.

3. Perencanaan tambahan bagi konstruksi pemecah gelombang

(breakwater) yang sudah rusak.

4. pengaruh arus dan gelombang terhadap kestabilan pemecah gelombang

(breakwater) di Pelabuhan Lampulo.

1.3 Batasan Masalah

Melihat luasnya permasalahan mengenai pemecah gelombang maka

batasan–batasan penelitian diberikan dalam ruang lingkup berikut ini:

1. wilayah yang ditinjau hanya dikawasan Pelabuhan Perikanan ikan

Universitas Sumatera Utara


2. perencanaan tambahan breakwater yang rusak meliputi bentuk serta

dimensi breakwater yang diusulkan

3. Tidak memperhitungkan biaya dalam perencanaan.

4. Tidak merencanakan DED (Detail Engineering Design)

5. Investigasi geoteknik tidak ditinjau

6. Pengaruh tsunami dan gempa tidak diperhitungkan

7. Transpor sedimen tidak diperhitungkan

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan ulang tata letak dan

perencanaan tambahan pada konstruksi breakwater yang rusak di Pelabuahan

Perikanan Lampulo sebagai alternatif untuk melindungi pelabuhan dari pengaruh

arus, angin, gelombang, dan pasang surut. Dari hasil analisis dapat ditentukan

tipe, bentuk dan dimensi breakwater yang akan digunakan.

1.5 Mamfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi penulis; sebagai studi mahasiswa tentang mata kuliah yang

berkaitan dengan aplikasi dilapangan.

2. Bagi akademik; sebagai pembelajaran bagi pihak-pihak yang

membutuhkan sumber terkait.

3. Bagi masyarakat; sebagai masukan yang dapat digunakan untuk

mengatasi permasalahan perubahan garis pantai didaerah-daerah yang

berkaitan.

Universitas Sumatera Utara


1.6 Lokasi Penelitian

Lokasi yang di tinjau berada di wilayah Pelabuhan Perikanan Lampulo

Kota Banda Aceh. Daerah ini terletak ±2000 meter dari kota Banda Aceh. Dengan

letak astronomis 5°35'6.94" Lintang Utara dan 95°18'51.16" Bujur Timur.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

 BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini dibahas uraian mengenai latar belakang,

perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, mamfaat

penelitian, lokasi penelitian dan sistematika penulisan.

 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Didalam bab ini dibahas uraian dasar teori tentang kondisi

lingkungan perairan yang berpengaruh terhadap pelayaran seperti

gelombang, angin, fluktuasi muka air laut serta kriterian perencanaan

tambahan pemecah gelombang serta mencari faktor penyebab utama

kerusakan bangunan pelindung Pelabuhan Perikanan Lampulo.

 BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode pengumpulan

data dan informasi yang digunakan guna menunjang penelitian serta

kerangka pemikiran sebagai dasar alur penelitian pada penulisan ini.

Universitas Sumatera Utara


 BAB IV : PENGELAHAN DATA DAN ANALISA

Membahas tentang pemilihan pemecah gelombang, penentuan

tata letak pemecah gelombang, hitung detail pemecah gelombang dan

analisa dari solusi tersebut

 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan perhitungan dan perencanaan tambahan

dari bab sebelumnya, maka bab ini berisi kesimpulan yang dapat

diambil dan saran-saran yang dapat diberikan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Perlidungan pantai dapat ditimbulkan secara alami oleh pantai maupun

dengan bantuan manusia. Perlindungan pantai secara alami dapat berupa dunes

maupun karang laut ataupun lamun yang tumbuh secara alami. Sedangkan

Perlindungan pantai dengan bantuan manusia dapat berupa struktur bangunan

pengaman pantai, penambahan timbunan pasir, maupun penanaman mangrove

pada daerah pantai.

Untuk mendukung penelitian, maka dalam bab ini dikemukakan beberapa

teori yang diambil dari literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian

yang dilaksanakan. Teori-teori yang diuraikan adalah sebagai berikut :

2.1 Lay Out Pelabuhan

Lay Out Pelabuhan merupakan gambar tata letak fasilitas laut seperti

dermaga, breakwater dan fasilitas darat seperti kantor, mushola, kantin, gudang

dan lain-lain. Suatu lay out pelabuhan pada pelabuhan perikanan dapat

memberikan petunjuk tentang keadaan fisik daerah pelabuhan termasuk kegiatan

kapal ikan yang beroperasi pada pelabuhan tersebut (Triatmodjo, 2003:45).

Suatu lay out pelabuhan sangat penting didesain sebaik mungkin, ini

dikarenakan untuk mudah dalam proses pergerakan aktifitas pada pelabuhan

tersebut. Lay out Pelabuhan Perikanan Lampulo dapat dilihat pada lampiran

Gambar A.1.

Universitas Sumatera Utara


2.2 Angin

Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan

juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari

tempat bertekanan udara tinggi ke tempat bertekanan udara rendah

(http://id.wikipedia.org, 2010). Data angin diperlukan untuk peramalan tinggi,

periode dan arah gelombang.

2.2.1 Pembangkitan Gelombang Oleh Angin

Gelombang yang terjadi di lautan dapat dibangkitkan atau diakibatkan oleh

berbagai gaya. Beberapa jenis gaya pembangkit gelombang antara lain, gaya

gravitasi benda-benda langit, letusan gunung berapi, gempa bumi. Dalam

penyusunan Tugas Akhir ini, akan difokuskan pada pembangkitan gelombang

oleh angin. Angin yang berhembus di atas permukaan air akan memindahkan

energinya ke air.

Kecepatan angin akan menimbulkan tegangan pada permukaan laut,

sehingga permukaan air yang semula tenang akan terganggu dan timbul riak

gelombang kecil diatas permukaan air. Apabila kecepatan angin bertambah, riak

tersebut menjadi semakin besar. Apabila angin berhembus terus pada akhirnya

akan terbentuk gelombang. Semakin lama dan semakin kuat angin berhembus

semakin besar gelombang yang terbentuk (Triadmodjo, 1999).

2.2.2 Mawar Angin (Wind Rose)

Data angin yang digunakan untuk analisis angin merupakan data yang

diperoleh dari TDMRC (Tsunami & Disaster Mitigation Research Center). Data

Universitas Sumatera Utara


yang diperoleh berupa data kecepatan angin maksimum harian selama 10 tahun.

Data yang diperoleh tersebut selanjutnya dilakukan pengelompokkan berdasarkan

arah dan kecepatan. Hasil pengelompokkan (pengolahan) dibuat dalam bentuk

tabel atau diagram yang disebut dengan mawar angin atau wind rose seperti pada

Gambar 2.1. Dengan tabel atau mawar angin maka karakteristik angin dapat

dibaca dengan tepat (Triatmojo, 1999).

Gambar 2.1 Mawar angin (Wind Rose)

2.2.3 Fetch dan Gelombang Signifikan

Fetch adalah panjang keseluruhan suatu daerah pembangkitan gelombang

dimana angin berhembus dengan arah dan kecepatan yang konstan. Panjang fetch

dapat ditentukan dari peta atlas dan peta hidro-oceanografi (DKP-Aceh). Arah

angin masih dianggap konstan apabila perubahannya tidak sampai 150.

Sedangkan kecepatan angin masih dianggap konstan apabila perubahannya tidak

lebih dari 5 knot atau 2,5 m/dt (Triatmodjo, 1999). Dalam peramalan angin, fetch

biasanya dibatasi dalam bentuk daratan yang mengelilingi daerah pembangkitan

gelombang seperti pada Gambar 2.2.

Universitas Sumatera Utara


Perencanaan bangunan pantai biasanya menggunakan karakteristik gelombang di

laut dalam, yang ditetapkan berdasarkan pengukuran gelombang di lapangan atau

berdasarkan hasil peramalan gelombang dengan menggunakan data angin dan

fetch.

Gambar 2.2 Perhitungan fetch

Fetch dapat didefinisikan sebagai panjang daerah pembangkit gelombang

pada arah datangnya angin. Dalam meninjau pembangkitan gelombang di laut,

fetch dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut.

Pada daerah pembentuk gelombang, gelombang tidak hanya dibangkitkan

dalam arah yang sama dengan angin tetapi juga dalam berbagai sudut terhadap

arah angin (Triatmodjo, 2003:99). Apabila bentuk pembangkit tidak teratur, maka

untuk keperluan peramalan gelombang ditentukan fetch efektif dengan

persamaannya adalah sebagai berikut:

Σ χi. �
Feff = ……………………………………..(β.1)
Σ �

Universitas Sumatera Utara


Dimana:

Feff = fetch rerata efektif;

Xi = panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi ke ujung


akhir fetch;

� = deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan


pertambahan 6o sampai sebesar 42o pada kedua sisi arah angin.

Gelombang signifikan adalah gelombang individu (individual wave) yang

dapat mewakili suatu spektrum gelombang (Triatmodjo, 1999:131). Gelombang

yang terjadi di alam tidaklah teratur (acak) dan sangat kompleks, dimana masing-

masing gelombang di dalam suatu spectrum (deretan) gelombang mempunyai

karakteristik yang berbeda-beda. Dalam kita mempelajari gelombang, kita

beranggapan bahwa gelombang itu teratur dan sama karakteristiknya. Asumsi ini

hanya untuk memudahkan kita untuk dapat mempelajari karakteristiknya. Maka

dari itu gelombang alam harus dianalisis secara statistik (Triatmodjo, 1999).

Analisis statistik gelombang diperlukan untuk mendapatkan beberapa karakteristik

gelombang (Triatmodjo, 1999), yaitu:

1. Gelombang representatif (gelombang signifikan)

2. Probabilitas kejadian gelombang

3. Gelombang ekstrim

Untuk keperluan perencanaan bangunan-bangunan pantai, perlu dipilih

tinggi dan periode gelombang individu (individual wave) yang dapat mewakili

suatu deretan (spektrum) gelombang. Gelombang tersebut dikenal dengan

gelombang representatif atau gelombang signifikan. Apabila tinggi gelombang

Universitas Sumatera Utara


dari suatu pencatatan diurutkan dari nilai tertinggi hingga nilai terendah atau

sebaliknya, maka akan dapat ditentukan nilai dari tinggi gelombang signifikan

(Hs), dengan s merupakan rerata dari n persen gelombang tertinggi yang telah

diurutkan. Dengan bentuk seperti itu akan dapat dinyatakan karakteristik

gelombang alam dalam bentuk gelombang tunggal.

Misalnya H10 rerata dari 10% gelombang tertinggi dari pencatatan

gelombang yang telah diurutkan. Bentuk yang paling banyak dipakai adalah H 33

atau rerata dari 33% gelombang tertinggi dari pencatatan gelombang yang telah

diurutkan. Karena sering dipakai maka H33 sering disebut sebagai tinggi

gelombang signifikan (H33 = Hs). Cara yang sama juga dapat diterapkan untuk

menentukan Ts atau periode gelombang signifikan (Triatmodjo, 1999).

2.3 Gelombang

Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang

tergantung pada gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah gelombang

angin (gelombang yang dibangkitkan oleh tiupan angin), gelombang pasang surut

(gelombang yang dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit terutama gaya

tarik matahari dan bulan terhadap bumi), gelombang tsunami (gelombang yang

terjadi akibat letusan gunung berapi atau gempa didasar laut), gelombang kecil

(misalkan gelombang yang dibangkitkan oleh kapal yang bergerak), dan

sebagainya (Triatmodjo, 1999).

Diantara beberapa bentuk gelombang yang paling penting adalah

gelombang angin dan gelombang pasang surut. Pada umumnya bentuk gelombang

sangat komplek dan sulit digambarkan secara matematis karena tidak linier, tiga

Universitas Sumatera Utara


dimensi, dan bentuknya yang random (Triatmodjo, 1999). Ada beberapa teori

dengan berbagai tingkat kekomplekannya dan ketelitian untuk menggambarkan

fenomena gelombang di alam, diantaranya adalah teori airy, teori Stokes, teori

Gerstner, teori Mich, teori knoidal, dan teori tunggal. Teori gelombang airy

adalah teori gelombang kecil, sedangkan teori yang lain adalah teori gelombang

amplitudo terbatas (finite amplitude waves).

Dari berbagai teori diatas, teori gelombang Airy adalah teori yang paling

sederhana. Teori gelombang Airy sering disebut teori gelombang linier atau teori

gelombang amplitudo kecil (Triatmodjo, 1999). Berdasarkan kedalaman

relatifnya, yaitu perbandingan antara kedalaman laut (d) dan panjang gelombang

(L). maka gelombang diklasifikasikan menjadi tiga (Triadmodjo, 1999) yaitu:

1. Gelombang di laut dangkal (shallow water)

 d/L ≤ 1/β0

 tanh (βπd/L) ≈ (βπd/L)

 C = √gd

 L = T √gd

2. Gelombang di laut transisi (transitional water)

 1/20 < d/L < ½

 βπd/L < tanh (βπd/L) < 1

 C = [gT/βπ] tanh (βπd/L)

 L = [gT2/βπ] tanh [gT 2/βπ]

Universitas Sumatera Utara


3. Gelombang di laut dalam (deep water)

 d/L ≤ 1/β0

 tanh (βπd/L) ≈ (βπd/L)

 C = C0 = √gd

 L = L0 = T √gd

Keterangan:

d/L = Kedalaman relative;

C = Cepat rambat gelombang (m);

L = Panjang gelombang (m);

G = Gravitasi 9,81 m/dt2;

T = Periode gelombang (dt).

2.3.1 Deformasi Gelombang

Deformasi gelombang adalah suatu perubahan sifat gelombang yang

terjadi pada saat ada gelombang bergerak merambat menuju ke pantai. Apabila

suatu deretan gelombang bergerak dari laut dalam menuju pantai, maka

gelombang tersebut akan mengalami deformasi atau perubahan bentuk yang

disebabkan oleh proses refraksi dan pendangkalan gelombang, difraksi, refleksi,

dan gelombang pecah (Triatmodjo, 1999).

Nilai koefisien deformasi gelombang di atas merupakan faktor penting

untuk perhitungan gelombang laut dalam ekivalen yang nantinya digunakan dalam

analisis gelombang pecah, limpasan gelombang, dan proses lain. Deformasi

gelombang bisa disebabkan karena variasi kedalaman di perairan dangkal atau

karena terdapatnya penghalang atau rintangan seperti struktur di perairan.

Universitas Sumatera Utara


2.3.2 Analisa Gelombang

Pengetahuan akan gelombang sangat penting dalam perencanaan

pelabuhan dan bangunan pelindung pantai. Tergantung dari kegunaan pelabuhan,

tinggi gelombang dan kecepatan arus. Gelombang dilaut dapat dibedakan menjadi

beberapa macam tergantung gaya yang mengakibatkan. Gaya-gaya tersebut dapat

berupa angin, gaya tarik matahari dan bulan (pasang surut), tsunami akibat letusan

gunung berapi atau gempa, gaya akibat kapal dan sebagainya.

Menurut Triatmodjo (1999:154), untuk pekerluan perencanaan bangunan

pantai sering dilakukan peramalan gelombang berdasarkan data angin. Pemakaian

data angin untuk keperluan peramalan gelombang dilakukan mengingat kurangya

kegiatan pengumpulan data gelombang di Indonesia, karena disebabkan mahalnya

peralatan pencatat gelombang disamping resiko hilang atau rusaknya peralatan

cukup besar. Gelombang dapat menimbulkan energi untuk membentuk pantai,

menimbulkan arus dan transport sedimen dalam arah tegak lurus di sepanjang

pantai, serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai.

Gelombang merupakan factor utama dalam penentuan tata letak (lay out)

pelabuhan, alur pelayaran dan perencanaan suatu konstruksi bangunan pantai

(Febriansyah, 2012).

2.3.3 Prediksi Gelombang

Prediksi gelombang dimaksudkan untuk mengalihragamkan (transformasi)

data angin menjadi data gelombang (Triatmodjo, 2003:60). Data angin tersebut

dapat diperoleh dari pengukuran langsung diatas permukaan laut atau dari

pengukuran di darat yang kemudian dikonversikan menjadi data angin laut. Data

Universitas Sumatera Utara


kecepatan dan arah mata angin dianalisis distribusi arahnya yang kemudian

digambarkan sesuai dengan arah mata angin, untuk mendapatkan arah tiupan

angin yang dominan Hasil dari persentase arah tiupan angin yang dominan akan

digunakanuntuk perncanaan gelombang. Data angin yang di peroleh adalah data

angin dari pengukuran di darat, oleh karena itu data inharus di transfer menjadi

data angin laut sehingga dapat digunakan sebagai analisis prediksi gelombang.

Rumus yang aka digunakan sebgai berikut:

UL = �
x (U10) …………………………….. (β.β)

Uw = R L . UL ..…..……………………….. (β.γ)

UA = 0,71 . Uw1,23 ....………………………….. (β.4)

di mana:
[U10] L = kecepatan angin pada ketinggian 10 m di atas tanah (knot);

Uz = kecepatan angin yang di ukur pada elevasi Z m di atas tanah (knot);

Z = ketinggian alat ukur di atas tanah (m);


Uw = kecepatan angin di laut (m/det);

UA = kecepatan seret angin (m/det);

RL = hubungan kecepatan angin laut dan angin darat.

Angin yang berhembus di atas permukaan air akan memindahkan

energinya ke air. Kecepatan angin akan menimbulkan tegangan pada permukaan

laut, sehingga permukaan air yang semula tenang akan terganggu dan timbul riak

gelombang kecil diatas permukaan air. Apabila kecepatan angin bertambah, riak

tersebut menjadi semakin besar. Dan apabila angin berhembus terus pada akhirnya

Universitas Sumatera Utara


akan terbentuk gelombang. Semakin lama dan semakin kuat angin berhembus,

semakin besar gelombang yang terbentuk (Triadmodjo, 1999).

Tinggi dan periode gelombang yang dibangkitkan dipengaruhi oleh

kecepatan angin (U), lama hembusan angin (D), fetch (F) dan arah angin. Pada

umumnya pengukuran angin dilakukan didaratan, sedangkan di dalam rumus-

rumus pembangkitan gelombang, data angin yang digunakan adalah yang ada di

atas permukaan laut. Oleh karena itu diperlukan transformasi data angin diatas

daratan (yang terdekat dengan lokasi studi) ke data angin di atas permukaan laut

(Triadmodjo, 1999). Hubungan antara angin diatas laut dan angin diatas daratan

terdekat diberikan oleh persamaan berikut:

RL = �
………………………….……………………….(β.5)

di mana:
UL = Kecepatan angin yang diukur di darat (m/dt);

Uw = Kecepatan angin di laut (m/dt);

R = Nilai koreksi hubungan kecepatan angin di darat dan dilaut.

Gambar 2.3 Hubungan kecepatan angin dilaut dan didarat (Triadmodjo, 1999)

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.3 Merupakan hasil dari pengamatan yang dilakukan di Great

Lake, Amerika Serikat di peroleh gambar yang menghubungkan antara kecepatan

angin di laut dan didarat. Nilai UA digunakan untuk menghitung besarnya

gelombang dan periode gelombang yang terjadi.

Rumus peramalan gelombang yang ditentukan berdasarkan pernyataan

berikut (Anonim, 1984), tinggi dan periode gelombang dapat dicari dengan

menggunakan rumus :

Tinggi gelombang (H)

1,616 x 10-2 x (UA x Fetch0,5) …………………… (β.6)

Periode gelombang (T)

6,238 x 10-1 x ((UA x Fetch)1/3) ………………………..(β.7)

di mana:

UA = tegangan angin (m/det);

F = panjang fetch (m).

2.3.4 Refraksi Gelombang

Refraksi gelombang adalah perubahan bentuk pada gelombang akibat

adanya perubahan kedalaman laut. Di laut dalam, gelombang menjalar tanpa

dipengaruhi dasar laut, akan tetapi di laut transisi dan laut dangkal, dasar laut

mempengaruhi bentuk gelombang (Triatmodjo, 1999).

Refraksi menentukan tinggi gelombang di suatu tempat berdasarkan

karakteristik gelombang datang. Refraksi mempunyai pengaruh cukup besar

Universitas Sumatera Utara


terhadap tinggi dan arah gelombang serta distribusi energi gelombang di

sepanjang pantai. Besarnya nilai refraksi dihitung dengan rumus:

LO = 1,56 x T 2 ……………………………….(β.8)

Co = ...……………………………..(β.9)

...……………………………(β.10)

……………….……………..(β.11)

L = ...…………………………….(β.1β)
/

C1 = ………………………………(β.1β)

Sin � = . Sin � ……………………………….(β.1γ)


Kr =√ ……………………………….(β.14)

.
Ks =√ ……………………………….(β.15)
.

H1 = Ks . Kr . H0 ……………………………….(β.16)

di mana :

Lo = panjang gelombang di laut dalam (m);


Kr = koefisien refraksi;

Ks = koefisien shoaling;

� = sudut datang gelombang di laut dalam dan garis pantai ( o);

� = sudut datang gelombang pada titik yang ditinjau ( o);

Universitas Sumatera Utara


Co = cepat rambat gelombang di laut dalam (m/det);

L = panjang gelombang di pantai (m);

C1 = cepat rambat gelombang di pantai (m/det);

T = periode gelombang (det);


H1 = tingi gelombang (m).

Perubahan arah gelombang akibat refraksi akan menghasilkan konvergensi

(penguncupan) atau divergensi (penyebaran) energi gelombang dan

mempengaruhi energi gelombang yang terjadi di suatu tempat di daerah pantai

(Triatmodjo, 1999). Seperti yang terlihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Refraksi gelombang

Gambar diatas memberikan gambaran proses refraksi gelombang di daerah

pantai yang mempunyai garis kontur dasar laut dan garis pantai yang tidak teratur.

Suatu deretan gelombang L0 dan garis puncak gelombang sejajar bergerak

menuju pantai. Terlihat dalam gambar bahwa garis puncak gelombang berubah

bentuk dan berusaha untuk sejajar garis kontur pantai.

Universitas Sumatera Utara


Pada lokasi 1, garis orthogonal gelombang mengincup sedangkan di

lokasi 2 garis orthogonal menyebar. Karena energi diantara kedua garis

orthogonal adalah konstan sepanjang lintasan, berarti energi gelombang tiap

satuan lebar di lokasi 1 adalah lebih besar dari pada di lokasi 2 (karena jarak antar

garis orthogonal di lokasi 1 lebih kecil dari pada jarak antar garis orthogonal di

laut dalam dan jarak antar garis orthogonal di lokasi 2 lebih besar dari pada jarak

antar garis orthogonal di laut dalam). Misal akan direncanakan suatu dermaga

pelabuhan, maka lokasi 2 akan lebih cocok dari pada lokasi 1, karena bangunan-

bangunan yang direncanakan akan menahan energi gelombang yang lebih kecil

(Triatmodjo, 1999).

2.3.5 Refleksi Gelombang

Refleksi gelombang adalah suatu fenomena ketika suatu gelombang

datang mengenai atau membentur suatu rintangan (misal: ujung dermaga), maka

gelombang tersebut akan di pantulkan sebagian ataupun seluruhnya. Tinjauan

refleksi gelombang sangat penting di dalam perencanaan bangunan pantai. Suatu

bangunan pantai yang mempunyai sisi miring dan terbuat dari batu akan bisa

menyerap energi gelombang lebih banyak dibandingkan dengan bangunan tegak

dan masif.

Pada bangunan vertikal, halus, dan berdinding tidak permeable,

gelombang akan di pantulkan seluruhnya (Triatmodjo, 1999). Besar kemampuan

suatu bangunan memantulkan gelombang diberikan oleh koefisien refleksi (X),

yaitu perbandingan antara tinggi gelombang refleksi (Hr) dengan tinggi

gelombang datang (Hi).


��
X= …………...…………………………………(β.17)
��

Universitas Sumatera Utara


di mana :

X = koefisien refleksi;

Hr = tinggi gelombang refleksi;

Hi = tinggi gelombang datang.

Koefisien refleksi bangunan diperkirakan berdasarkan tes model.

Koefisien refleksi berbagai tipe bangunan diberikan pada Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Koefisien refleksi (Triatmodjo, 1999)


Tipe bangunan X

Dinding vertikal dengan puncak di atas air 0.7 - 1.0

Dinding vertikal dengan puncak terendaml 0.5 - 0.7

Tumpukan batu sisi miring 0.3 - 0.6

Tumpukan blok beton 0.3 - 0.5

Bangunan vertikal dengan peredam energi (diberi lubang) 0.02 - 0.2

2.3.6 Difraksi Gelombang

Difraksi gelombang adalah suatu fenomena ketika suatu gelombang dating

terhalang oleh suatu rintangan seperti pulau atau bangunan pemecah gelombang,

maka gelombang akan membelok di sekitar ujung rintangan dan masuk ke daerah

terlindung di belakangnya. Dalam difraksi ini, terjadi transfer energi dalam arah

tegak lurus penjalaran gelombang menuju daerah yang terlindung. Biasanya tinggi

gelombang akan berkurang di sepanjang puncak gelombang menuju daerah yang

terlindung (Triatmodjo, 1999).

Universitas Sumatera Utara


Apabila tidak terjadi difraksi gelombang, daerah di belakang rintangan

akan tenang. Namun, karena adanya proses difraksi, maka daerah tersebut

terpengaruh oleh gelombang dating. Transfer energi ke daerah terlindung

menyebabkan terbentuknya gelombang di daerah tersebut, meskipun tidak sebesar

gelombang di luar daerah terlindung (Triatmodjo, 1999). Dalam hal ini dapat

dilihat pada Gambar 2.5 yang menunjukkan terjadinya difraksi gelombang.

Gambar 2.5 Difraksi gelombang (Triadmodjo, 1999)

2.3.7 Gelombang Pecah

Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai mengalami

perubahan bentuk karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut. Pengaruh

kedalaman laut mulai terasa pada kedalaman lebih kecil dari setengah kali panjang

gelombang. Di laut dalam profil gelombang adalah sinusoidal, semakin menuju ke

perairan yang lebih dangkal puncak gelombang semakin tajam dan lembah

gelombang semakin datar.

Selain itu kecepatan dan panjang gelombang berkurang secara berangsur-

angsur sementara tinggi gelombang bertambah. Gelombang pecah dipengaruhi

Universitas Sumatera Utara


oleh kemiringannya, yaitu perbandingan antara tinggi dan panjang gelombang.

Gelombang pecah biasanya terjadi di daerah pantai di mana kecepatan gelombang

akan menurun karena perubahan kedalaman perairan. Tinggi gelombang dapat

dihitung dengan rumus dibawah ini:

H’o = Kr.H1 …………………………………..(2.18)

H′
…………………………………..(2.19)
g .T

H
…………………………………..(2.20)
H’

H
Hb = H’o . ....………………………………..(2.21)
H’

H
.…………………………………..(2.22)
g .T

.…………………………………..(2.23)
H

db = �
. Hb …………………………………..(2.24)
Hb

di mana :

Hb = tinggi gelombang pecah (m);

H’O = tinggi gelombang laut dalam ekivalen (m);

db = kedalaman air pada saat gelombang pecah (m);

= didapat dari grafik kedalaman gelombang pecah;


H

m = kemiringan dasar laut;

T = periode gelombang (det);

g = gravitasi (m/s)

Universitas Sumatera Utara


Terdapat beberapa jenis gelombang pecah yaitu surging, plunging, dan

spilling. Semua jenis tersebut dibedakan oleh dasar perairan tempat pecahnya

gelombang pecah dapat dibedakan menjadi tiga tipe berikut ini:

1. Spilling

Spilling biasanya terjadi apabila gelombang dengan kemiringan kecil

menuju ke pantai yang datar (kemiringan kecil). Gelombang mulai pecah pada

jarak yang cukup jauh dari pantai dan pecahnya terjadi berangsur-angsur. Buih

terjadi pada puncak gelombang selama mengalami pecah dan meninggalkan suatu

lapis tipis buih pada jarak yang cukup panjang. Gelombang ini lebih sering terjadi,

dimana kemiringan dasarnya lebih kecil sekali, oleh karena itu reaksinya lebih

lambat, sangat lama dan biasanya digunakan untuk berselancar. Spilling

berhubungan dengan gelombang yang curam yang dihasilkan oleh lautan ketika

timbul badai.

2. Plunging

Apabila kemiringan gelombang dan dasar bertambah, gelombang akan

pecah dan puncak gelombang akan memutar dengan massa air pada puncak

gelombang akan terjun ke depan. Energi gelombang pecah dihancurkan dalam

turbulensi, sebagian kecil di pantulkan pantai ke laut, dan tidak banyak gelombang

baru terjadi pada air yang lebih dangkal.

3. Surging
Surging terjadi pada pantai dengan kemiringan yang
sangat besar seperti yang terjadi pada pantai berkarang.
Gelombang pecah tipe surging ini mirip dengan plunging, tetapi
sebelum puncaknya terjun, dasar gelombang sudah pecah. Untuk
penentuan tinggi dari gelombang pecah dapat dilihat pada
Gambar 2.6.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.6 Penentuan tinggi gelombang pecah

2.3.8 Gelombang Rencana dan Periodenya

Dalam perencanaan bangunan pantai, frekuensi gelombang-gelombang

besar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhinya. Untuk menentukan

gelombang dengan periode ulang tertentu dibutuhkan data gelombang dalam

jangka waktu pengukuran cukup panjang (beberapa tahun). Data tersebut bisa

berupa data pengukuran gelombang atau data gelombang hasil prediksi

(peramalan) berdasarkan data angin (Triatmodjo, 1999).

Tinggi gelombang rencana dan periodenya dihitung berdasarkan kala

ulang rencana, menurut jenis konstruksi yang akan dibangun dan nilai daerah

yang akan dilindungi. Semakin tinggi nilai daerah yang dilindungi, makin besar

kala ulang gelombang rencana yang dipakai. Periode ulang kejadian gelombang

dihitung dengan rumus distribusi probabilitas Gumbel.

Universitas Sumatera Utara


Σ HSi
HS = ……………………………(β.β5)

Σ HSi −HS
s =√ ……………………………(β.β6)

�−
HS(T) = HS + s ……………………………(β.β7)

YTR = - ln − ln ((Tr-1)/ Tr)) ………..…………………..(2.28)

di mana:

HS(T) = tinggi gelombang signifikan untuk periode ulang T tahun (m);


HS = tinggi gelombang signifikan rata-rata (m);

S = standar deviasi (m);

N = jumlah data;

YTR, � , � = parameter statistik, (Tabel 2.2, 2.3, 2.4).

Pemilihan periode ulang gelombang ditentukan berdasarkan pada tingkat

kerusakan yang ditimbulkan oleh gelombang tersebut (CERC (b), 1984:7-212).

Tingkat kerusakan yang diizinkan berkisar antara 0% s/d 30% dan dihitung

dengan rumus sebagai berikut :


=K ………….……………………………….. (β.β9)
��=

di mana :

H = tinggi gelombang yang dapat mengakibatkan kerusakan tertentu (m);

HD=0 = tinggi gelombang dengan tingkat kerusakan 0-5% (m);

K = koefisien kerusakan (Tabel 2.4).

Untuk menentukan besarnya nilai Yn,Sn dan tingkat kerusakan pada suatu

konstruksi bangunan pelindung disajikan pada Tabel 2.2 sampai Tabel 2.4.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.2 Hubungan Yn dengan besarnya sampel (n) (Soemarto, 1985 : 149)

n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 0.495 0.500 0.504 0.507 0.510 0.513 0.513 0.518 0.520 0.522

20 0.524 0.525 0.527 0.528 0.530 0.531 0.532 0.533 0.534 0.535

30 0.536 0.537 0.538 0.539 0.540 0.540 0.541 0.542 0.542 0.543

40 0.544 0.544 0.545 0.545 0.546 0.546 0.547 0.547 0.548 0.548

Tabel 2.3 Hubungan Sn dengan besarnya sampel (n) (Soemarto, 1985 : 149)
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 0.950 0.968 0.983 0.997 1.010 0.021 1.032 1.041 1.049 1.057

20 1.063 1.070 1.075 1.081 1.086 1.086 1.092 1.100 1.105 1.109

30 1.112 1.116 1.119 1.123 1.126 1.129 1.131 1.134 1.136 1.139

40 1.141 1.114 1.146 1.148 1.150 1.152 1.154 1.156 1.157 1.159

Tabel 2.4 Tingkat kerusakan (CERC, 1984:7-212)


Tingkat
(0-5)% (5-10)% (10-15)% (15-20)% (20-25)%
kerusakan


1.000 1.080 1.190 1.270 1.370
� =

2.3.9 Gelombang yang Terjadi di Pantai

Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai (laut dangkal)

mengalami transformasi atau perubahan bentuk karena adanya proses reflaksi,

pedangkalan (shoaling), difraksi, refleksi dan gelombang pecah (Triatmodjo,

1999:65). Shoaling adalah peristiwa perubahan bentuk gelombang karena adanya

pendangkalan topografi dasar laut (Triatmodjo, 2003:75).

Universitas Sumatera Utara


2.3.10 Gelombang Disain

Gelombang disain yang digunakan sebagai acuan perencanaan breakwater

ditentukan dengan membandingkan antara nilai db dengan nilai H pantai. Sebelum

menentukan tinggi gelombang desain yang akan di pakai, maka terlebih dahulu di

hitung gelombang pecah dari arah utara dan arah timur laut.

Dari hasil perhitungan keduanya dibandingkan ketinggian gelombang

dengan gelombang desain. Nilai terkecil dari kedua nilai tersebut digunakan

sebagai tinggi gelombang perencanaan (H d), hal ini berdasarkan asumsi apabila

nilai H pantai lebih besar dari Hpecah maka nilai Hd tidak pernah tercapai karena

gelombang karena gelombang telah pecah (Triatmodjo, 2003:88).

2.4 Fluktuasi Muka Air Laut

Elevasi muka air laut merupakan parameter sangat penting di dalam

perencanaan bangunan pantai. Beberapa proses alam yang terjadi dalam waktu

yang bersamaan membentuk variasi muka air laut dengan periode panjang. Proses

tersebut meliputi tsunami, gelombang badai (Storm surge), kenaikan muka air

karena gelombang (wave set up),

kenaikan muka air karena pemanasan suhu global dan pasang surut.

Diantara beberap proses tersebut, fluktuasi muka air karena tsunami dan

gelombang badai yang tidak dapat ditentukan (diprediksi) kapan terjadinya seperti

pada Gambar 2.7 (Triatmodjo, 1999).

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.7 Wave set up dan wave set down

2.4.1 Pasang Surut

Pasang surut adalah fluktuasi (naik turunnya) muka air laut karena adanya

gaya tarik benda-benda di langit, terutama bulan dan matahari terhadap massa air

laut di bumi. Gaya tarik menarik antara bulan dengan bumi lebih mempengaruhi

terjadinya pasang surut air laut daripada gaya tarik menarik antara matahari

dengan bumi, sebab gaya tarik bulan terhadap bumi nilainya 2,2 kali lebih besar

daripada gaya tarik matahari terhadap bumi. Hal ini terjadi karena meskipun

massa bulan lebih kecil dari pada massa matahari, akan tetapi jarak bulan terhadap

bumi jauh lebih dekat dari pada jarak bumi terhadap matahari (Triatmodjo, 1999).

2.4.2 Naiknya Muka Air Karena Angin (Wind Set Up)

Angin dengan kecepatan besar (badai) yang terjadi di atas permukaan laut

bisa membangkitkan fluktuasi muka air laut yang besar di sepanjang pantai jika

badai tersebut cukup kuat dan daerah pantai dangkal dan luas (Triatmodjo, 1999).

Universitas Sumatera Utara


Kenaikan muka air laut pada suatu daerah yang disebabkan oleh badai dapat

dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Kenaikan muka air laut karena badai

2.4.3 Kenaikan Elevasi Muka Air Laut Karena Pemanasan Global (Sea

Level Rise)

Efek rumah kaca menyebabkan bumi menjadi panas, sehingga dapat

dihuni kehidupan. Disebut efek rumah kaca karena kemiripannya dengan apa yang

terjadi dalam sebuah rumah kaca ketika matahari bersinar. Sinar matahari yang

masuk melalui atap dan dinding kaca menghangatkan ruangan di dalamnya

sehingga suhu menjadi lebih tinggi daripada di luar. Hal ini disebabkan karena

kaca menghambat sebagian panas untuk keluar (kaca sebagai penangkap panas).

Di bumi, efek rumah kaca dihasilkan oleh gas-gas tertentu dalam jumlah kecil di

atmosfer (disebut gas rumah kaca).

Namun, selama 200 tahun terakhir ini, jumlah gas rumah kaca dalam

atmosfer semakin meningkat secara berangsur angsur akibat dari kegiatan

manusia. Peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer menyebabkan

kenaikan suhu bumi dan berakibat pada mencairnya gunung-gunung es di kutub

Universitas Sumatera Utara


sehingga mengakibatkan kenaikan muka air laut. Di dalam perencanaan bangunan

pantai, kenaikan muka air laut yang disebabkan oleh pemanasan global ini harus

diperhitungkan (Triatmodjo, 1999). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.9 yang

menunjukkan perkiraan dari kenaikan muka air laut akibat pemanasan global.

Gambar 2.9 Perkiraan kenaikan muka air laut karena pemanasan global

Gambar diatas memberikan perkiraan besarnya kenaikan muka air laut dari

tahun 1990 sampai 2100 yang disertai perkiraan batas atas dan batas bawah.

Grafik tersebut didasarkan pada anggapan bahwa suhu bumi meningkat seperti

yang terjadi saat ini, tanpa ada tindakan untuk mengatasinya.

2.5 Pemecah Gelombang (Breakwater)

Suatu pelabuhan harus terlindung dari pengaruh gelombang di lautan agar

mobilisasi kapal tidak terganggu. Pelindung tersebut dapat alami maupun buatan.

Pelindung alami pelabuhan contohnya adalah pulau sedangkan pelindung buatan

berupa bangunan yang disebut pemecah gelombang. Dalam kasus ini pemecah

gelombang yang digunaknan tipe Rubble Mound.

Universitas Sumatera Utara


Pada prinsipnya, pemecah gelombang dibuat sedemikian rupa sehingga

mulut pelabuhan tidak menghadap ke arah gelombang dan arus dominan yang

terjadi di lokasi pelabuhan. Gelombang yang dating dengan membentuk sudut

terhadap garis pantai dapat menimbulkan arus sepanjang pantai. Kecepatan arus

yang besar ini dapat mengangkut sedimen dasardan membawanya searah dengan

arus tersebut. Hal ini dapat menyebabkan pendangkalan. Hal-hal yang harus

diketahui dalam perencanaan pemecah gelombang antara lain adalah tata letak,

penentuan kondisi perencanaan, dan seleksi tipe struktur yang akan digunakan.

Gambar 2.10 Breakwater rubble mound

Penentuan tata letak breakwater seperti pada Gambar 2.10 kondisi

lingkungan, ketenangan perairan, kemudahan maneuver kapal, kualitas air, dan

rencana pengembangan. Kondisi perencanaan yang dipertimbangkan yaitu angin,

ketinggian pasang surut, gelombang, kedalaman perairan dan kondisi dasar laut.

Sedangkan dalam penentuan tipe struktur breakwater hal yang diperhitungkan

adalah tata letak, kondisi lingkungan, kondisi penggunaan, kondisi konstruksi,

ketersediaan material, dan perawatan (Febriansyah, 2011). Secara umum

Breakwater pada pelabuhan memiliki beberapa fungsi pokok yaitu :

Universitas Sumatera Utara


1. Berfungsi sebagai pelindungi kolam perairan pelabuhan yang terletak

dibelakangnya dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan

terganggunya aktivitas di perairan pelabuan baik pada saat pasang, badai

maupun peristiwa alam lainya di laut.

2. Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang

sebagian energinya akan dipantulkan (Refleksi), sebagian diteruskan

(Transmisi) dan sebagian dihancurkan (Dissipasi) melalui pecahnya

gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya.

3. Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan

diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang (periode, tinggi,

kedalaman air), tipe bangunan peredam gelombang dan geometrik

bangunan peredam (kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan).

4. Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi

pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen

sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan

dibelakang bangunan. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan

terbentuknya endapan sediment tersebut.

2.5.1 Jenis-jenis Pemecah Gelombang (Breakwater Rubble Mound)

Berdasarkan bentuknya, pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi 3

(tiga) macam:

1. Pemecah gelombang sisi tegak

Ditempatkan di laut dengan kedalaman lebih besar dari tinggi

gelombang. Pemecah ini dibuat apabila tanah dasar mempunyai daya

Universitas Sumatera Utara


dukung besar dan tahan terhadap erosi. Bisa dibuat dari blok-blok beton

massa yang disusun secara vertical, caisson beton, turap beton, atau baja.

Adapun syarat yang harus diperhatikan tinggi gelombang maksimum

rencana harus ditentukan dengan baik.

2. Pemecah gelombang sisi miring


Dibuat dari tumpukan batu alam yang dilindungi oleh lapis
pelindung berupa batu besar atau beton dengan ukuran tertentu. Bersifat
fleksibel. Kerusakan yang terjadi karena serangan gelombang tidak secara
tiba-tiba.
3. Pemecah Gelombang Campuran
Pemecah gelombang tipe ini dibuat apabila kedalaman air sangat
besar dan tanah dasar tidak mampu menahan beban dari pemecah
gelombang sisi tegak.

Tabel 2.5 Keuntungan dan kerugian dari ketiga tipe pemecah gelombang
Tipe Keuntungan Keugian
1. Elevasi puncak bangunan
1. Jumlah material besar
rendah
2. Gelombang refleksi kecil 2. Pelaksanaan pekerjaan lama
Breakwater sisi
3. Kerusakan berangsur-angsur 3. Lebar dasar besar
miring
4. Kemungkinan rusak pada
4. Perbaikan mudah
saat pelaksanaan
5. Murah
1. Pelaksanaan cepat 1. Mahal
2. Kerusakan pada pelaksanaan
2. Tekanan gelombang besar
kecil
3. Elevasi puncak bangunan
3. Luas perairan lebih besar
Brearwater sisi tinngi
tegak 4. Sisi dalm bisa digunakan
4. Perlu Caisson yang luas
sebagai dermaga
5. Biaya perawatan kecil 5.Jika rusak sulit diperbaiki
6. Erosi kaki pondasi
7. Diperlukan peralatan berat
1. Pelaksanaan cepat 1. Mahal
Breakwater 2. Perlu tempat pembuatan
2. Luas perairan pelabuhan luas
campuran caisson
3. Diperlukan peralatan berat

Universitas Sumatera Utara


2.5.2 Kriteria Desain Pemecah Gelombang (Breakwater)

Pengaman pantai dengan menggunakan bangunan pelindung pantai

memerlukan desain yang tepat dan efektif agar diperoleh kegunaan secara

optimal. Parameter-parameter yang penting dalam desain dan perencanaan suatu

bangunan pengaman pantai seperti tinggi gelombang rencana, keadaan topografis

perairan, fungsi dan tujuan pengamanan. Sehingga pemahaman dan aplikasi yang

tepat akan sangat mendukung untuk tercapainya desain yang optimal baik secara

teknis maupun ekonomis. Beberapa aspek pekerjaan yang harus diperhatikan

dalam perencanaan sebuah system pemecah gelombang (breakwater) adalah

sebagai berikut:

1. Layout breakwater

Orientasi dari breakwater terhadap gelombang dan area yang akan

diproteksi sangatlah menentukan keberhasilan fungsi dari breakwater, dan

sejauh mana sistem breakwater akan berpengaruh terhadap lingkungan

sekitar.

2. Pengaruh breakwater terhadap topografi sekitar

Profil alami daerah pantai merupakan keseimbangan alami dari aksi

gelombang laut, supply sedimentasi dan bentuk topografi pantai.

Pembangunan breakwater akan merubah keseimbangan tersebut yang bisa

berpengaruh kepada daerah yang diproteksi breakwater dan daerah

disekitarnya.

3. Harmonisasi dengan lingkungan sekitar

Orientasi dari breakwater terhadap gelombang dan area yang akan

diproteksi sangatlah menentukan keberhasilan fungsi dari breakwater dan

Universitas Sumatera Utara


sejauh mana sistem breakwater akan berpengaruh terhadap lingkungan

sekitar. Ketenangan air yang dihasilkan oleh breakwater disisi lain juga

mengurangi sirkulasi air di daerah yang dinaunginya. Pada banyak kasus,

terjadi penurunan kualitas air yang signifikan. Yang pada akhirnya

menurunkan kualitas hidup diperairan tersebut. Pada sisi landscaping,

bahkan pembangunan breakwater tertentu dapat merusak keindahan dan

keterpaduan antara komponen lingkungan.

4. Konsisi desain

Orientasi dari breakwater terhadap gelombang dan area yang akan

diproteksi sangatlah menentukan keberhasilan fungsi dari breakwater dan

sejauh mana system breakwater akan berpengaruh terhadap lingkungan

sekitar. Harmonisasi dengan lingkungan sekitar, ketenangan air yang

dihasilkan oleh breakwater di sisi lain.

5. Parameter perhitungan

Parameter yang diperlukan dalam perhitungakan desain breakwater

diantaranya:

 Arah bengkel: Angin merupakan salah satu unsure pembentuk

gelombang.

 Level pasang surut: Keadaan pasang surut termasuk menentukan

tinggi dari BW.

 Kedalaman dan jarak breakwater dari garis pantai: kedalaman

perairan menentukan jenis breakwater yang efektif dan ekonomis

untuk dibangun, dan jarak breakwater dari garis pantai hendaknya

cukup jauh agar berpengaruh gelombang diposisi garis pantai.

Universitas Sumatera Utara


2.5.3 Breakwater Susunan Batu (Rubble Mound)

Breakwater susunan batu (rubble mounds) adalah breakwater yang terdiri

dari tumpukan atau susunan batu alam, dimana pada perhitungan elevasi dan lebar

puncak pemecah gelombangnya tergantung pada limpasan (overtopping) yang

diizinkan. Air yang melimpasi puncak breakwater akan mengganggu ketenangan

air pada kola pelabuahan. Elevasi puncak bangunan dihitung berdasarkan

kanaikan (run up) gelombang seperti pada Gambar 2.11 yang tergantung pada

karakteristik gelombang, kemiringan bangunan, kekerasan lapis puncak dan

porositas.

Gambar 2.11 Run up gelombang (Triatmodjo, 2003:139)

Gelombang yang menghamtam suatu bangunan, gelombang tersebut akan

naik (run up) ke permukaan bangunan (Traitmodjo, 2003:139). Elevasi (tinggi)

bangunan yang direncanakan tergantung pada run up dan limpasan yang

diizinkan. Run up gelombang tergantung pada bentuk dan kekasaran bangunan,

Universitas Sumatera Utara


kedalaman air pada kaki bangunan, kemiringan dasar laut di depan bangunan dan

karakteristik gelombang. Karena banyaknya variable yang berpengaruh, maka

besarnya run up dapat didekati dengan bilangan Irribaren, seperti berikut:



Ir = .
……………...………………………….(2.30)
� /

di mana :

Ir = bilangan irribaren;

� = sudut kemiringan sisi pemecah gelombang ( O);

Ho = tinggi gelombang di lokai bangunan (m);

Lo = panjang gelombang di laut dalam (m).

Pada waktu gelombang menghantam suatu bangunan, maka gelombang

tersebut akan mengalami run up pada permukaan bangunan. Run up sangat

penting untuk perencanaan suatu bangunan pantai. Karena pada saat gelombang

menuju bangunan yang ada di pantai ada beberapa factor yang terjadi pada

bangunan tersebut salah satunya adalah factor tekanan gelombang yang

menghantam bangunan tersebut yang berpengaruh pada kestabilan. Adapun run

up yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 2.12 (Triatmodjo, 2003:139).

Titik run up maksimum

h
RcosØ
H’O
ds

Gambar 2.12 Run up gelombang

Universitas Sumatera Utara


2.5.4 Perencanaan Kemiringan Breakwater

Kemiringan suatu breakwater rubble mound direncanakan dengan

mengacu kepada nomogram (Kramadibrata, 1985:186) yang memberikan

hubungan antara berat batu dengan tinggi gelombang seperti pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Nomogram kemiringan susunan batu (Kramadibrata, (1985:139)

2.5.5 Perhitungan Berat Batu Pelindung

Berat batu pelindung dari suatu pemecah gelombang susunan batu (rubble

mound) dapat dihitung dengan menggunakan rumus empiris sebagai berikut

(Triatmodjo, 2003:133):

Untuk lapis pertama (W)

�� �
W = ...………………………(β.γ1)
� �− �

Untuk pelindung lapis kedua (W2)

0,5W – 0,67W ….….………………..(β.γβ)

Universitas Sumatera Utara


Untuk pelindung bawah pertama (W3)

0,1W – 0,003W …..…………………..(β.γγ)

Untuk pelindung bawah kedua (W4)

0,005W …………….………….(β.γ4)

Untuk lapis inti (W5)

2,5 x 10-4 W – 1,67 x 10-4 W ………………………..(2.35)

di mana :

W = berat batu lapis luar (ton);

� = berat jenis batu, � = 2,65 ton/m3;

H = tinggi gelombang rencana (m);

KD = koefisien stabilitas;
��
Sr =
��

� = berat jenis air laut, � =1,03 ton/m3;

� = sudut talud bangunan pelindung (O).

2.5.6 Perhitungan Ukuran (Gradasi) Batu Pelindung

Ukuran (gradasi) batu pelindung untuk tiap lapisan pada breakwater

susunan batu (rubble mound) menurut Hudson dan Jackson (Tritmodjo, 2003:136)

dapat dihitung dengan menggunakan rumus empiris berikut:

Untuk lindung lapis pertama (W1 )

0,75W – 1,25W ………………………..(β.γ6)

Untuk pelindung lapis kedua (W2)

Universitas Sumatera Utara


0,75W – 1,25W ………………………..(β.γ7)

Untuk pelindung bawah pertama (W3)

0,70W – 1,30W ….……………………..(β.γ8)

Untuk pelindung bawah kedua (W4)

0,005W – 1,50W .……………………….(β.γ9)

Untuk lapis inti (W5)

0,30W – 1,70W ...….…………………..(2.40)

2.5.7 Perhitungan Tebal Lapsisan

Tebal lapisan dihitung berdasarkan jumlah minimal lapisan batu dan

parameter dari batu (Triatmodjo, 2003:138). Tebal lapisan dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

t = n.�∆(w/� ………….………………(β.41)

di mana:

t = tebal lapis (m);

n = jumlah lapis;

�∆ = Koefisien lapis (Lampiran A.5).

2.5.8 Perhitungan Lebar Puncak dan Jumlah Butir Batu

Lebar puncak dari suatu breakwater susunan batu (rubble mound) dapat

dihitung dengan menggunakan rumus empiris sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


B = n.�∆(w/� …………………………(β.4β)

��
N = A.n.k∆. − ( ……………….………..(2.43)

di mana:

B = lebar puncak (m);

n = jumlah butir batu (nminimum =3);

�∆ = Koefisien lapis, (Tabel 2.5)

W = berat butir batu pelindung (ton);

� = berat jenis batu pelindung (� = 2,65 ton/m3 ).

2.5.9 Perhitungan Pelindung Kaki

Menurut (Triatmodjo, 2003:136) pelindung kaki suatu breakwater susunan

batu (rubble mound) minimal adalah 3m atau dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Lb = 1,5r – 3r . ….…………………………….(β.44)

dengan ketebalan:

rb = 2r …..……………………………(β.45)

di mana:

Lb = panjang kaki pelindung (m);

tb = tebal kaki pelindung (m);

r = tebal lapis pelindung rerata (m).

Universitas Sumatera Utara


2.5.10 Perhitungan Tinggi Gelombang

Tinggi breakwater dapat dihitung dengan menggunakan rumus empiris

sebagai berikut (Triatmodjo, 2003:143):

Hst = d + HWL + Ru + 0,5 ……………………..(β.46)

di mana :

Hst = tinggi bangunan pemecah gelombang (m);

HWL = elevasi muka air tertinggi (m);

d = kedalaman laut di lokasi perencanaan (m);

Ru = Run up (m).

2.5.11 Analisa Stabilitas Breakwater Rubble Mound

Kontrol ini dipakai untuk mengetahui apakah tanah di bawah breakwater dapat

menahan berat sendiri konstruksi breakwater tersebut (daya dukung tanah).

Perhitungan menggunakan pondasi dangkal karena sesuai syarat untuk pondasi

dangkal yaitu D < B.

Untuk dasar pondasi segi empat (LxB) besar daya dukung tanah dasar

menurut Terzhagi adalah menggunakan rumus:

ql = − , . .N + − , . c.Nc + . D.Nq ………..(β.47)

Qult = ql . B …….….(β.48)

W =A.� .…..……(β.49)

di mana:

Universitas Sumatera Utara


tanah = berat jenis tanah (t/m3);

w = berat jenis laut 1,03 (t/m3);

� = berat jenis batu 2,65 (t/m3);

∅ = sudut geser tanah (o);

D = kedalaman konstruksi breakwater (m);

B = lebar breakwater (m);

L = panjang breakwater (m)

W = berat konstruksi sendiri (t/m3);

A = luas penampang konstruksi (t/m3).

Stabilitas breakwater rubble mound sangat dipengaruhi oleh gaya

gelombang yang menyebabkan susunan batuan menjadi terguling atau bergeser.

Persamaan yang digunakan untuk menghitung stabilitas sebagai berikut:


SF = �
>2 …………………..(β.50)

di mana :

W = berat konstruksi sendiri (t/m3);

2.6 Faktor Kerusakan Breakwater

Kegagalan suatu bangunan pelindung dapat ditinjau dari segi perencanaan,

aspek konstruksi dan aspek lingkungan. Perencanaan struktur bangunan pelindung

(breakwater) harus memenuhi kestabilan dari gaya yang menyerangnya. Adapun

faktor yang sangat berpengaruh terhadap kerusakan bangunan pelindung

Universitas Sumatera Utara


(breakwater) adalah kedalaman air, tinggi gelombang, karakteristik gelombang,

panjang gelombang datang, sudut datangnya gelombang, kecepatan angin, sudut

kemiringan struktur bangunan pelindung (breakwater), kekasaran unit lapis

lindung, bentuk unit lapis lindung, arus, pasang surut dan rapat massa air laut.

Adapun untuk kondisi kerusakan pada pelabuhan perikanan lampulo Banda Aceh

bisa dilihat pada Lampiran C.1 sampai C.5 sedangkan untuk lokasi penelitian bisa

dilihap pada Lampiran A.2.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Tahapan dalam penulisan perencanaan tambahan ini adalah

mengumpulkan dan mengolah data, melakukan perencanaan tambahan dan

pengambaran desain konstruksi pelindung kolam Pelabuhan Perikanan Lampulo.

3.1 Persiapan Data

Persiapan data merupakan rangkaian sebelum memulai pengumpulan dan

pengolahan data. Dalam tahap persiapan disusun hal-hal yang harus dilakukan

dengan tujuan untuk efektifitas waktu dan pekerjaan penulisan tugas akhir, tahap

persiapan ini meliputi kegiatan antara lain:

3.1.1 Studi Pustaka Terhadap Materi Desain

Studi pustaka dilakukan untuk memberikan gambaran pada penulis mengenai

teknik-teknik perancangan dan juga standar-standar di dalam pembangunan bangunan

pantai yang nantinya akan digunakan sebagai acuan didalam penyusunan laporan tugas

akhir.

3.1.2 Menentukan Kebutuhan Data

Sebelum pengumpulan data-data yang diperlukan, penulis menentukan

kebutuhan data yang dibutuhkan untuk memberikan gambaran mendetail tentang

daerah perancangan. Sehingga proses perencanaan tambahan dapat dilakukan

secara teliti agar diperoleh hasil yang sesuai dengan kondisi daerah perancangan.

Universitas Sumatera Utara


3.1.3 Mendata Instansi Terkait

Pendataan sumber instansi perlu diperlakukan untuk mempermudah proses

pencarian data. Pada penelitian ini instansi yang terkait antara lain Tsunami &

Disaster Mitigation Research Center dan Dinas Kelautan Perikanan Propinsi

Aceh.

3.1.4 Pengadaan Persyaratan Administrasi Untuk Permohonan Data

Persyaratan administrasi dimasudkan untuk mendapatkan legalitas didalam

proses pengumpulan data baik dari pihak jurusan maupun dari pihak pemberi data.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam proses perencanaan, diperlukan analisis yang teliti, semakin rumit

permasalahan yang dihadapi maka kompleks pula analisis yang akan dilakukan. untuk

dapat melakukan analisis yang baik, diperlukan data / informasi, teori konsep dasar dan

alat bantu memadai, sehingga kebutuhan data sangat mutlak diperlukan.

3.2.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari survei lapangan melalui

pengamatan dan pengukuran secara langsung. Pada kasus kerusakan breakwater di

Pelabuhan Perikanan Lampulo pengamatan dikhususkan pada titik breakwater

yang rusak di sebelah kiri kolam pelabuhan. Pengamatan ini dilakukan selama 2

minggu ( 11 Maret – 27 maret 2015) . Penulis langsung melakukan pengamatan

dikarenakan lokasi tersubut berada di kampung halaman penulis. Adapun data

yang didapat pada saat pengamatan secara langsung berupa foto tentang

Universitas Sumatera Utara


breakwater yang rusak. Foto tersebut berguna untuk sebagai dokumen maupun

sebagai bukti kerusakan yang terjadi pada Pelabuhan Perikanan Lampulo. Adapun

foto tersebut terlampir pada Lampiran C.1 sampai Lampiran C.5.

3.2.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dibutuhkan dan diperoleh dari

instansi terkait dalam hal ini data sekunder didapatkan dari Tsunami & Disaster

Mitigation Research Center , Dinas Kelautan Perikanan Propinsi Aceh dan Bayu

Agustian. Adapun data yang diperoleh adalah data bathimetri, letak breakwater,

pasang surut, sondir, angin, sedimen, dan lay out pelabuhan.

3.3 Pengolahan dan Analisa Data

Analisa dan pengolahan data yang dibutuhkan dan dikelompokkan sesuai

identifikasi permasalahannya, sehingga didapat hasil analisa yang efektif dan

terarah, analisa data yang perlu dilakukan yaitu : Peta bathimetri/Peta topografi,

Data pasang surut, Data angin, Data perencanaan awal dan data sedimen.

3.4 Perencanaan Breakwater Rubble Mound

Breakwater rubble mound (susunan batu alam) merupakan breakwater

yang terdiri dari tumpukan batu alam. Metode perhitungan didasarkan pada teori

perencanaan yang dilaksanakan. Pada perhitungan elevasi dan lebar puncak

pemecag gelombang sangat tergantung pada limpasan yang di ijinkan.

Universitas Sumatera Utara


3.4.1 Perencanaan Kemiringan Breakwater Rubble Mound

Perencanaan kemiringan breakwater didasarkan pada nomogram Gambar

(2.11). Perencanaan kemiringan breakwater rubble mound pada Pelabuhan

Perikanan Lampulo terdiri dari dua sisi yaitu yaitu sisi bagian breakwater yang

menghadap kearah laut dan sisi yang menghadap kolam pelabuhan.

3.4.2 Perencanaan Berat Batu Pelindung

Ukuran batu pelindung dan penyusunnya dipengaruhi oleh berat dari batu

pelindung utama, pada perencanaan tambahan ini menggunakan Persamaan (2.31)

sampai dengan Persamaan (2.35).

3.4.3 Perencanaan Tebal Lapis

Perencanaan tebal lapis breakwater rubble mound (susunan batu alam)

dengan maksud untuk memperoleh bentuk dan kekuatan breakwater sebagaimana

yang diharapkan. Perhitungan tebal lapis pada perencanaan tambahan breakwater

ini menggunakan Persamaan (2.41).

3.4.4 Perencanaan Lebar Puncak

Perhitungan pada perencanaan tambahan terhadap lebar puncak

dipengaruhi oleh diameter batu pelindung utama dan jumlah butirnya. Pada

perencanaan lebar puncak perhitungan dilakukan dengan Persamaan (2.42).

3.4.5 Perencanaan Pelindung Kaki

Perencanaan pelindung kaki direncanakan dengan maksud agar bangunan

bawah dari breakwater tidak mengalami kerusakan akibat tekanan gelombang dan

Universitas Sumatera Utara


untuk mencegah tergelincirnya batu pembentuk kemiringan breakwater. Untuk

perhitungan perencanaan tebal dan lebar pelindung kaki menggunakan Persamaan

(2.44) dan Persamaan (2.45).

3.4.6 Perhitungan Tinggi Breakwater

Perhitungan tinggi breakwater sebagai konstruksi pengaman kolam

pelabuhan merupakan parameter yang sangat penting dalam perencanaan suatu

breakwater. Dalam perencanaan tambahan tinggi breakwater ini oleh beberapa

faktor antara lain adalah kedalaman daerah konstruksi yang akan direncanakan

ulang, muka air pasang tertinggi dan run-up gelombang (Bayu Agustian). Adapun

perhitungan perencanaan tinggi breakwater dihitung dengan menggunakan

Persamaan (2.46).

3.4.7 Analisa Stabilitas Breakwater Rubble Mound

Pada saat analisa stabilitas breakwater rubble mound stabil tidaknya dustu

susunan batu pada konstruksi yang direncanakan sangat dipengaruhi oleh unsur

bentuk, ukuran batu, berat batu penyusun serta besarnya gaya gelombang yang

bekerja pada badan breakwater rubble mound. Perhitungan analisa stabilitas

breakwater rubble mound menggunakan Persamaan (2.47) dan Persamaan (2.50).

Universitas Sumatera Utara


3.4.8 Perencanaan Flow Chart

MULAI

STUDI LITERATUR

PENGUMPULAN DATA:
SEKUNDER
- Data topografi dan bathimetri
- Data pasang surut
- Data tanah
- Data sondir
PRIMER:
- Foto dokumentasi

PENGOLAHAN DATA :
- Analisa gelombang menjadi
gelombang desai

PERENCANAAN TAMBAHAN

BREAKWATER RUBLLE MOUND:


- Kemiringan breakwater
- Berat batu pelindung
- Ukuran batu pelindung
- Tebal lapis pelindung
- Lebar puncak
- Pelindung kaki
- Tinggi breakwater
- Analisa stabilitas

HASIL:
- Gambar perencanaan tambahan

SELESAI

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengolahan Data

Pengelolahan data dilakukan berdasarkan data-data yang terdapat pada bab

sebelumnya seperti data angin, topografi/bathimetri, data tanah dan lain-lain.

Pengolahan data disajikan berdasarkan rumus-rumus dan teori-teori yang telah di

tentukan.

4.1.1 Pengolahan Data Angin

Pada perencanaan tambahan breakwater yang rusak di Pelabuhan

Perikanan Lampulo menggunakan data angin dan gelombang maksimum. Data

angin maksimum dimasukkan kedalam sebuah tabel dalam bentuk persentase dan

kecepatan angin, kemudian dibagi dalam delapan kelompok angin yang besarnya

berkisar dari 0 sampai 20 knot.

Dalam perhitungan data angin, data yang diambil diatas 10 knot. Hal ini

karenakan angin pada kecepatan ini dikategorikan angin sedang dan angin yang

dihasilkan sudah mulai besar. Data kecepatan angin yang telah dianalisa dalam

bentuk persentase kemudian diplot dalam bentuk mawar angin (wind rose) seperti

pada Gambar 4.1. Distribusi kejadian angin maksimum disajikan pada Tabel 4.1.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1 Kejadian angin maksimum di Stasiun Meteorologi dan Geofisika Kota
Blang Bintang tahun 2000-2009.

Arah DISTRIBUSI KEJADIAN (%)


Angin <10 10-13 13-16 16-21 21-27 >27 Jumlah
N 0.0660 0.0121 0.0047 0.0006 0.0000 0.0000 0.0835
NE 0.0856 0.0488 0.0515 0.0142 0.0009 0.0003 0.2013
E 0.0293 0.0198 0.037 0.0112 0.0018 0.0000 0.0992
SE 0.0823 0.0157 0.0071 0.0003 0.0000 0.0003 0.1057
S 0.0551 0.0107 0.0036 0.0012 0.0003 0.0000 0.0708
SW 0.0216 0.0139 0.0092 0.0006 0.0003 0.0000 0.0456
W 0.1232 0.0708 0.0562 0.0115 0.0027 0.0021 0.2664
NW 0.0941 0.0178 0.0115 0.0033 0.0006 0.0003 0.1276
Jumlah 0.5571 0.2096 0.1809 0.0429 0.0065 0.0030 1.0000

Gambar 4.1 Mawar angin kejadian angin maksimum untuk stasiun


Meteorologi dan Geofisika Blang Bintang tahun 2000 – 2009 (Dewi,
2011)

Universitas Sumatera Utara


4.2 Perhitungan Fetch

Fetch adalah panjang keseluruhan suatu daerah pembangkitan gelombang

dimana angin berhembus dengan arah dan kecepatan yang konstan. Arah angin

masih dianggap konstan apabila perubahannya tidak sampai 150. sedangkan

kecepatan angin masih dianggap konstan apabila perubahannya tidak lebih dari 5

knot (2,5 m/dt) (Triatmodjo, 1999).

Di dalam peninjauan pembangkitan gelombang di laut, fetch dibatasi oleh

daratan yang mengelilingi laut. Panjang fetch membatasi waktu yang diperlukan

gelombang untuk terbentuk karena pengaruh angin, jadi mempengaruhi waktu

untuk mentransfer energi angin ke gelombang. Fetch ini berpengaruh pada

periode dan tinggi gelombang yang dibangkitkan. Semakin panjang jarak

fetchnya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar dan periode

gelombangnya akan semakin lama. Untuk menentukan panjang fetch untuk arah

utara dan timur laut dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan 4.3 dengan menggunakan

peta hidro-oceanografi maupun google earth.

Tabel 4.2 Perhitungan panjang fetch arah utara dapat ditentukan dengan
menggunakan peta hidro-oceanografi maupun dari google earth
(Agustian, 2010).

Sudut α Cos α Xi (Km) Xi * Cos α


42 0.743 300.000 222.943

36 0.809 300.000 242.705


30 0.866 300.000 259.808

24 0.914 300.000 274.064


18 0.951 23.750 22.588

12 0.978 25.000 24.454

Universitas Sumatera Utara


Sambungan Tebel 4.2 perhitungan panjang fetch arah utara

6 0.995 20.500 20.338

0 1 20.000 20.000
6 0.995 20.500 20.338

12 0.978 21.000 20.541

18 0.951 22.750 21.637

24 0.914 32.500 29.680

30 0.866 300.000 259.808


36 0.809 300.000 242.705

42 0.743 300.000 222.943

Jumlah 13.511 1904.909

∑ �. ᴓ
Fetch = ∑ ᴓ

,
=
,

= 140,990 meter

Tabel 4.3 Perhitungan panjang fetch timur laut dapat ditentukan dengan
menggunakan peta hidro-oceanografi maupun dari google earth.
(Agustian, 2010).

Sudut α Cos α Xi (Km) Xi * Cos α


42 0.743 10.125 7.524
36 0.809 12.750 10.315
30 0.866 300.000 259.808
24 0.914 300.000 274.064
18 0.951 300.000 285.317
12 0.978 300.000 293.444
6 0.995 300.000 298.357
0 1 300.000 300.000

Universitas Sumatera Utara


Sambungan Tabel 4.3 Perhitungan fetch arah timur laut

6 0.995 300.000 298.357

12 0.978 6.375 6.236


18 0.951 0 0
24 0.914 0 0
30 0.866 0 0
36 0.809 0 0
42 0.743 0 0
Jumlah 13.511 2033.421

∑ �. ᴓ
Fetch = ∑ ᴓ

.
=
.

= 150,502 meter

4.3 Kecepatan Angin Signifikan

Data angin yang digunakan untuk menganalisa gelombang merupakan

angin yang lebih besar dari 10 knot. Distribusi kecepatan angin signifikan

disajikan pada Tabel 4.4. Hasil rekapitulasi kecepatan angin maksimum dari tahun

2000 – 2009 ditentukan berdasarkan gabungan kejadian angin maksimum.

Tabel 4.4 Rekapitulasi kecepatan angin maksimum Stasiun Blang Bintang dalam
satuan knots dari tahun 2000 – 2009 (TDMRC,2015)

Timur Barat Barat


Tahun Utara Laut Timur Tenggara Selatan Daya Barat Laut
2000 13 20 21 15 17 16 18 18
2001 15 19 25 11 13 23 30 20
2002 13 20 21 15 17 16 18 18
2003 14 30 24 15 19 15 22 19
2004 15 20 22 16 12 15 20 14
2005 20 22 18 16 18 15 20 14

Universitas Sumatera Utara


Sambungan Tabel 4.4 Rekapitulasi kecepatan angin maksimum

2006 15 20 24 14 22 16 31 27
2007 12 24 22 20 14 15 30 16
2008 18 20 16 12 12 14 15 15
2009 14 16 13 27 12 10 22 19
Rata-
rata 14.9 21.1 20.6 16.1 15.6 15.5 22.6 18

Berdasarkan data angin yang diperoleh, arah angin yang dominan yang

mempengaruhi konstruksi dermaga Pelabuhan Perikanan Lampulo adalah arah

utara sebesar 8,35% dan timur laut 20,13%.

4.4 Peramalan Gelombang

Peramalan gelombang yang dilakukan berdasarkan data angin yang telah

didapat. Peramalan gelombang dilakukan untuk mengetahui tinggi dan periode

gelombang signifikan di derah perencanaan. Sebagai awal perhitungan data angin

di analisa untuk mendapatkan kecepatan angin dilaut (Uw) yang kemudian

digunakan untuk menghitung pembangkitan gelombang. Pembentukan

pambangkitan gelombang dilakukan dari delpan arah mata angin, yang kemudian

dipilih yang paling berpengaruh terhadap lokasi perencanaan.

Karakteristik garis pantai yang membentuk sudut 53 o dari arah utaranya

menyebabkan daerah Pelabuhan Perikanan Lampulo dipengaruhi oleh gelombang

dari arah utara dan timur laut. Adapun langkah-langkah dalam perhitungan

gelombang adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


4.4.1 Perhitungan Tinggi Gelombang dan Periodenya (Arah Timur Laut)

1. Mencari kecepatan dan arah angin yang berpengaruh dari tahun 2000

sampai dengan tahun 2009 yang dapat menimbulkan gelombang dan

periode gelombang.

Contoh: Kecepatan angin maksimum pada tahun 2000 arah timur laut

adalah sebesar 20 knot.

2. Konversi kecepatan angin menjadi m/dt (1 knot = 0,514 m/dt)

Contoh: 20 knot = (0.514 x 20) = 10,28 m/dtk

3. Kecepatan angin di laut dapat dihitung dengan menggunakan Gambar 4.2

Grafik hubungan antara kecepatan angin di laut dan di darat.

Gambar 4.2 Grafik hubungan antara kecepatan angin di laut dan didarat

Universitas Sumatera Utara


Dari Gambar 4.2 di didapat nilai hubungan kecepatan angin di laut dan di darat

RL = 1,125

Selanjutnya menentukan kecepatab angin di laut (UW)

Uw = UL x R L = 8,840 x 1,125 = 9,945 m/dtk

4. Menghitung kecepatan seret angin (UA) dengan menggunakan rumus:

UA = 0,71 x Uw1,23 = 0,71 x 9,945 1,23 = 11,976 m/dtk

5. Dari hasil perhitungan keceptan seret angin (UA) dan Fetch yang didapat,

tinggi dan periode gelombang dapat dicari dengan menggunakan rumus :

Fetch arah timur laut = 150,502 Km

Tinggi gelombang H = 1,616 x 10-2 x (UA x Fetch0,5) = 1,616 x 10-2 x

(11,976 x 150,502 0,5) = 2,374 m

Periode gelombang T = 6,238 x 10 -1 x ((UA x Fetch)1/3) = 6,238 x 10 -1 x

((11,976 x 150,502)1/3) = 7,591 m

4.4.2 Perhitungan Tinggi Gelombang dan Periodenya (Arah Utara)

1. Mencari kecepatan dan arah angin yang berpengaruh dari tahun 2000

sampai dengan tahun 2009 yang dapat menimbulkan gelombang dan

periode gelombang.

Contoh: kecepatan angin maksimum tahun 2000 pada arah utara sebesar

13 knot.

2. Konversi kecepatan angin menjadi m/dt (1 knot = 0,514 m/dt)

Contoh: 13 knot = (0.514 x 13) = 6,682 m/dtk

Universitas Sumatera Utara


3. Kecepatan angin di laut dapat dihitung dengan menggunakan Gambar 4.3

Grafik hubugan antara kecepatan angin di laut dan di darat.

RL = 1,275

Gambar 4.3 Grafik hubungan antara kecepatan angin di laut dan didarat.

Dari grafik didapat nilai R L = 1,275

Selanjutnya menentukan kecepatab angin di laut (UW)

Uw = UL x R L = 5,746 x 1,275 = 7,326 m/dtk

4. Menghitung nilai U dengan rumus:


A

UA = 0,71 x Uw1,23 = 0,71 x 7,326 1,23 = 8.223 m/dtk

5. Dari nilai UA dan Fetch yang didapat, tinggi dan periode gelombang dapat

dicari dengan menggunakan rumus :

Fetch arah utara = 140,990 Km

Tinggi gelombang H = 1,616 x 10-2 x (UA x Fetch0,5 ) = 1,616 x 10-2 x

(8,223 x 140,9900,5) = 1,577 m

Periode gelombang T = 6,238 x 10-1 x ((UA x Fetch)1/3) = 6,238 x 10-1 x

((8,223 x 140,990)1/3) = 6,553 m

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan untuk perhitungan selengkapnya dapat dihitung ulang dengan

menggunakan cara yang sama mulai tahun 2001 – 2009. Untuk perhitungan tinggi

gelombang dan periode yang selengkapnya disajikan dalam Tabel 4.5 untuk arah

utara dan Tabel 4.6 untuk arah timur laut.

Tabel 4.5 Gelombang arah utara dan periodenya

UL
Tahun
UL (m/det) RL UW UA Fetch H T
2000 13 5.746 1.275 7.327 8.223 140.990 1.577 6.553
2001 15 6.630 1.225 8.121 9.344 140.990 1.791 6.835
2002 13 5.746 1.275 7.327 8.223 140.990 1.577 6.553
2003 14 6.188 1.250 7.735 8.791 140.990 1.686 6.700
2004 15 6.630 1.225 8.121 9.344 140.990 1.791 6.835
2005 20 8.840 1.125 9.945 11.976 140.990 2.297 7.428
2006 15 6.630 1.225 8.121 9.344 140.990 1.791 6.835
2007 12 5.304 1.300 6.895 7.632 140.990 1.646 6.932
2008 18 7.956 1.150 8.735 10.209 140.990 1.958 7.043
2009 14 6.188 1.250 7.735 8.791 140.990 1.686 6.700

Tabel 4.6 Gelombang arah timur laut dan periodenya

UL
Tahun
UL (m/det) RL UW UA Fetch H T
2000 20 8.840 1.125 9.945 11.976 150.502 2.374 7.591
2001 19 8.398 1.130 9.489 11.304 150.502 2.241 7.446
2002 20 8.840 1.125 9.945 11.976 150.502 2.374 7.591
2003 30 1.130 0.980 12.995 16.641 150.502 3.299 8.741
2004 20 8.840 1.125 9.945 11.976 150.502 2.374 7.591
2005 22 9.724 1.075 10.453 12.732 150.502 2.524 7.745
2006 20 8.840 1.125 9.945 11.976 150.502 2.374 7.591
2007 24 10.608 1.025 10.873 13.364 150.502 2.649 7.874
2008 20 8.840 1.125 9.945 11.976 150.502 2.374 7.591
2009 16 7.072 1.175 9.049 10.662 150.502 2.113 7.303

Dari hasil perhitungan di atas didapat tinggi gelombang dan periode

gelombang untuk arah utara dan timur laut. Untuk hasil selengkapnya disajikan

dalam Tabel 4.7.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.7 Rekapitulasi perhitungan peramalan tinggi telombang Hs dan periode
gelombang Ts

Utara Timur Laut


Tahun
Hs (m) Ts (dtk) Hs (m) Ts (dtk)
2000 1.577 6.553 2.374 7.591
2001 1.791 6.835 2.241 7.446
2002 1.577 6.553 2.374 7.591
2003 1.686 6.700 3.299 8.741
2004 1.791 6.835 2.374 7.591
2005 2.297 7.428 2.524 7.745
2006 1.791 6.835 2.374 7.591
2007 1.646 6.932 2.649 7.874
2008 1.958 7.043 2.374 7.591
2009 1.686 6.700 2.113 7.303

4.5 Analisa Gelombang Rencana

Sebagai pelindung bangunan pelabuhan (breakwater) harus direncanakan

agar mampu menahan gaya gelombang yang bekerja padanya. Biasanya

didasarkan pada kondisi ekstrim, dimana pada kondisi tersebut bangunan harus

tetap aman. Tipe perubahan bentuk gelombang dalam perencanaan (breakwater)

ini akan mengalami proses soaling, refraksi dan gelombang pecah.

4.5.1 Periode Ulang Gelombang

Periode ulang gelombang dihitung dengan menggunakan rumus statistic

dengan periode ulang 2,5,10,25,50 dan 100 tahun. Gelombnag dengan periode

ulang tertentu dihitung dengan metode analisi frekuensi seperti banyak digunakan

dalam analisis hidrologi (Triatmodjo, 2011:62). Sehubungan dengan menentukan

metode yang bisa dipakai dalam menentukan periode ulang gelombang, maka

penulis memilih Distribusi Probabilitas Gumbel.

Universitas Sumatera Utara


Untuk menentukan periode gelombang rencana data gelombang yang

diprediksi adalah berdasarkan data angin maksimum, maka untuk perencanaan

tinggi gelombang nilainya direduksi sampai 75% dan hasil selengkapnya disajikan

di dalam Tabel 4.10 dan Tabel 4.11. Sedangkan untuk tinggi gelombang masing

masing periode disajikan pada Tabel 4.12.

4.5.2 Perhitungan Gelombang Rencana dan Periodenya (Hd) Arah Utara

Contoh: perhitungan gelombang rencana menggunakan distribusi

probabilitas gumbel (Hd) arah utara dengan periode ulang gelombang untuk 2

tahun disajikan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Hasil perhitungan distribusi probabilitas Gumbel (Hd) arah utara

No Tahun Hmax (X) Xrata-rata (X-Xrata-rata) (X-Xrata-rata)2


1 2000 1.577 1.7800 -0.2030 0.0412
2 2001 1.791 1.7800 0.0110 0.0001
3 2002 1.577 1.7800 -0.2030 0.0412
4 2003 1.686 1.7800 -0.0940 0.0088
5 2004 1.791 1.7800 0.0110 0.0001
6 2005 2.297 1.7800 0.5170 0.2673
7 2006 1.791 1.7800 0.0110 0.0001
8 2007 1.646 1.7800 -0.1340 0.0180
9 2008 1.958 1.7800 0.1780 0.0317
10 2009 1.686 1.7800 -0.0940 0.0088
∑ 17.800 0.4174

Standar deviasi (s)

 X 
n
2
i X
S i 1
n 1

.
S=√ = 0.2154

Universitas Sumatera Utara


Dengan jumlah data (n) = 10 maka didapat :

Yn = 0,4952

Sn = 0,9497

Yt = 0,3065

Tabel 4.9 Periode kala ulang

Tr (Tahun) Yt

2 0,3065

5 1,4999

10 2,2504

20 2,9702

25 3,1255

50 3,9019

100 4,6001

Mencari periode ulang untuk 2 tahun :

− , − ,
Untuk mencari nilai Kt = = = -0,1987
,

Untuk mencari nilai Hd = ( Xrata-rata ) + ( S x Kt ) = 1.7800 + ( 0,2154 x (-0,1987))

= 1,7372 m

Untuk mencari nilai Hd 75% = 0,75 x Hd = 0,75 x 1,7372 = 1,3029 m

Sedangkan untuk perhitungan periode gelombang arah utara tetap

menggunakan cara yang sama. Adapun untuk perhitungan kala ulang

5,10,20,25,50 dan 100 tahun dengan menggunakan cara yang sama namun ada

Universitas Sumatera Utara


penambahan nilai untuk masing-masing yang disajikan pada Tabel 4.9. Adapun

perhitungan yang lengkap untuk arah timur laut dan utara disajikan dalam Tabel

4.10.

Tabel 4.10 Rekapitulasi gelombang rencana dan periode sebelum dan sesudah
reduksi 75%

Hd (m) Hd (75%) Td (det) Td (75%)


Periode Timur Timur Timur Timur
Utara Utara Utara Utara
Laut Laut Laut Laut
2 1.7372 2.4051 1.3029 1.8038 6.7901 7.6281 5.0926 5.7211
5 2.0078 2.8130 1.5059 2.1097 7.1144 8.1232 5.3358 6.0924
10 2.1780 3.0695 1.6335 2.3021 7.3184 8.4346 5.4888 6.3259
20 2.3412 3.3155 1.7559 2.4866 7.5140 8.7332 5.6355 6.5499
25 2.3764 3.3686 1.7823 2.5264 7.5562 8.7976 5.6671 6.5942
50 2.5525 3.6339 1.9144 2.7254 7.7671 9.1197 5.8254 6.8398
100 2.7108 3.8725 2.0331 2.9044 7.9569 9.4094 5.9677 7.0570

4.5.3 Pemilihan Periode Ulang Gelombang

Pemilihan periode ulang gelombang didasarkan pada tingkat kerusakan

yang ditimbulkan oleh gelombang. Kerusakan yang ditimbulkan oleh gelombang

akan tampak apabila didaerah pantai terdapat bangunan pantai. Tingkat kerusakan

yang dibolehkan berkisar antara 0 – 30%.

Pada perencanaan tambahan ini dipilih periode ulang gelombang 25 tahun

dengan arah utara adalah 1,7823 m dan timur laut 2,5264 m dengan tingkat

kerusakan (5 – 10%). Berdasarkan hasil perhitungan gelomabang yang dapat

mengakibatkan kerusakan (H) arah utara 1.9248 m dan arah timur laut sebesar

2,7285. Adapun perhitungan selengkapnya disajikan pada Tabel 4.11 dan Tabel

4.12.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.11 Tinggi gelombang berdasarkan tingkat kerusakan arah utara (25 tahun)

Tingkat kerusakan (0-5)% (5-10)% (10-15)% (15-20)% (20-30)%

H/HD=0 1.00 1.08 1.19 1.27 1.37

H (m) 1.7823 1.9248 2.1209 2.2635 2.4417

Tabel 4.12 Tinggi berdasarkan tingkat kerusakan arah timur laut (25 tahun)

Tingkat kerusakan (0-5)% (5-10)% (10-15)% (15-20)% (20-30)%


H/HD=0 1.00 1.08 1.19 1.27 1.37
H (m) 2.5264 2.7285 3.0064 3.2085 3.4611

4.6 Gelombang Desain Arah Timur Laut

Gelombang desain yang digunakan sebagai acuan perencanaan breakwater

ditentukan dengan membandingkan nilai H dan nilai H 1. Penentuan tinggi

gelombang pada lokasi perencanaan diperoleh melalui analisis deformasi

gelombang. Kedalaman yang ditinjau pada kedalaman 0,500 – 8,500 dengan T =

6,5942 dan arah datang gelombang ( α = γ6 o ) , H0 = 2,5264 m

4.6.1 Perhitungan Koefisien Refraksi (K r)

Perhitungan gelombang di laut dalam (LO)

LO = 1,56 x T 2 = 1,56 x (6,5942)2 = 67,8342 m

Menghitung cepat rambat gelmbang di laut dalam (CO)

L ,
CO = = = 10,2869
,

Menentukan peretambahan nilai d / LO

Universitas Sumatera Utara


,
d / LO = = 0,0073
,

Untuk nilai d / LO diatas dapat dicari dengan menggunakan Tabel 4.13 fungsi d/L

untuk pertambahan nilai d/LO (Triatmodjo,1996).

Tabel 4.13 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo


Tanh Sinh Cosh Sinh Cosh
d/LO d/L 2�d/L Ks K 4�d/L 2�d/L
n
2�d/L 2�d/L 2�d/ L 2�d/L

0.0060 0.0311 0.1954 0.1929 0.1966 1.0191 1.62 0.9812 0.3908 0.4008 1.077 0.9875

0.0061 0.0314 0.197 0.1945 0.1983 1.0195 1.614 0.9809 0.3941 0.4043 1.079 0.9873

0.0062 0.0316 0.1987 0.1961 0.2 1.0198 1.607 0.9806 0.3973 0.4079 1.08 0.9871

0.0063 0.0319 0.2003 0.1976 0.2016 1.0201 1.601 0.9803 0.4006 0.4114 1.081 0.9869

0.0064 0.0321 0.2019 0.1992 0.2033 1.0204 1.595 0.98 0.4038 0.4148 1.083 0.9867

0.0065 0.0324 0.2035 0.2007 0.2049 0.0208 1.589 0.9796 0.407 0.4183 1.084 0.9865

0.0066 0.0326 0.2051 0.2022 0.2065 1.0211 1.583 0.9793 0.4101 0.4217 1.085 0.9863

0.0067 0.0329 0.2066 0.2037 0.2081 1.0214 1.578 0.979 0.4133 0.4251 1.086 0.986

0.0068 0.0331 0.2082 0.2052 0.2097 1.0217 1.572 0.9787 0.4164 0.4285 1.087 0.9858

0.0069 0.0334 0.2097 0.2067 0.2113 1.0221 1.567 0.9784 0.4195 0.4319 1.088 0.9856

0.007 0.0336 0.2113 0.2082 0.2128 1.0224 1.561 0.9781 0.4225 0.4352 1.091 0.9854

0.0071 0.0339 0.2118 0.2096 0.2144 1.0227 1.556 0.9778 0.4256 0.4386 1.092 0.9852

0.0072 0.0341 0.2143 0.2111 0.216 1.0231 1.551 0.9775 0.4286 0.4419 1.093 0.9852

0.0073 0.0344 0.2158 0.2125 0.2175 1.0234 1.546 0.9772 0.4316 0.4452 1.095 0.9848

0.0074 0.0346 0.2173 0.214 0.219 1.0237 1.541 0.9768 0.4346 0.4484 1.096 0.9846

0.0075 0.0348 0.2188 0.2154 0.2206 1.024 1.536 0.9765 0.4376 0.4517 1.096 0.9844

0.0076 0.0351 0.2203 0.2168 0.2221 1.0244 1.531 0.9762 0.4406 0.4549 1.099 0.9842

0.0077 0.0353 0.2217 0.2182 0.2236 1.0247 1.526 0.9759 0.4435 0.4582 1.098 0.984

0.0078 0.0355 0.2232 0.2196 0.2251 1.025 1.521 0.9756 0.4464 0.4614 1.1 0.9838

0.0079 0.0358 0.2247 0.2209 0.2265 1.0253 1.517 0.9753 0.4493 0.4646 1.103 0.9836

Universitas Sumatera Utara


d/L = 0,03435

Panjang gelombang di pantai (L) dapat dihitung dengan rumus:

L = 0,500 / 0,03435 = 14,5560 m

Cepat rambat gelombang di pantai (C1) dapat dihitung dengan rumus:

C1 = L / T = 14,5560 / 6,5942 = 2,2073 m/det

Arah datang gelombang pada kedalaman 0,500 m dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

Sin α1 = (C1 / C0) sin α0 36o = (2,2073 / 10,2869) sin α0 36o = 0,2145 sin α0 36o

= 0,1260

Koefisien reflaksi (Kr) dapat dihitung dengan menggunkan rumus:

α
Kr =√ = √ = 0,8994
α ,

4.6.2 Perhitungan Koefisien Shoaling (Ks)

Untuk menghitung koefisien pendangkalan dicari nilai n dengan

menggunakan Lampiran B.2 fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo berdasarkan

nilai d/Lo di atas (0,0073), maka di dapat n1 = 0,9848 dan n0 = 0,5 (untuk

parameter di laut dalam)

Koefisien pendangkalan (Ks) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

. , ,
Ks =√ =√ = 1,5382
. , ,

Universitas Sumatera Utara


Penentuan ketinggian gelombang di pantai (H1) dapat di hitung dengan

menggunkan rumus:

H1 = Ks . Kr . H0 = 1,5382 x 0,8994 x 2,5264 = 3,4951

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa:

H1 = 3,4951

H0 = 2,5264

Untuk hasil perhitungan selengkapnya penentuan ketinggian gelombang desain di

pantai arah timur laut pada masing-masing kedalaman maupun periode dapat

dilihat pada Tabel 4.14 sedangkan untuk fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo

dapat dilihat pada Lampiran B.1 sampai B.15.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.14 Perhitungan gelombang pantai arah timur laut

T d LO α00 L Ho H1
Co d/LO d/L C1 Si α Kr Ks
(det) (meter) (meter) (meter) (meter) (meter)
6.5942 0.500 67.8342 36 10.2869 0.0073 0.03435 14.5560 2.2073 0.1261 0.8994 1.5382 2.5264 3.4951
6.5942 1.000 67.8342 36 10.2869 0.0147 0.04910 20.3666 3.0886 0.1765 0.8994 1.3105 2.5264 2.9778
6.5942 1.500 67.8342 36 10.2869 0.0221 0.06070 24.7117 3.7475 0.2141 0.8994 1.1990 2.5264 2.7244
6.5942 2.000 67.8342 36 10.2869 0.0295 0.07070 28.2885 4.2899 0.2451 0.8994 1.1289 2.5264 2.5651
6.5942 2.500 67.8342 36 10.2869 0.0369 0.07980 31.3283 4.7509 0.2714 0.8994 1.0820 2.5264 2.4586
6.5942 3.000 67.8342 36 10.2869 0.0442 0.08800 34.0909 5.1698 0.2954 0.8994 1.0450 2.5264 2.3745
6.5942 3.500 67.8342 36 10.2869 0.0516 0.09580 36.5344 5.5404 0.3165 0.8994 1.0173 2.5264 2.3116
6.5942 4.000 67.8342 36 10.2869 0.0590 0.10331 38.7184 5.8716 0.3354 0.8994 0.9960 2.5264 2.2632
6.5942 4.500 67.8342 36 10.2869 0.0663 0.11040 40.7609 6.1813 0.3531 0.8994 0.9782 2.5264 2.2227
6.5942 5.000 67.8342 36 10.2869 0.0737 0.11740 42.5894 6.4586 0.3690 0.8994 0.9645 2.5264 2.1916
6.5942 5.500 67.8342 36 10.2869 0.0811 0.12414 44.3048 6.7188 0.3838 0.8994 0.9526 2.5264 2.1645
6.5942 6.000 67.8342 36 10.2869 0.0885 0.13090 45.8365 6.9510 0.3971 0.8994 0.9443 2.5264 2.1457
6.5942 6.500 67.8342 36 10.2869 0.0958 0.13730 47.3416 7.1793 0.4102 0.8994 0.9362 2.5264 2.1273
6.5942 7.000 67.8342 36 10.2869 0.1032 0.14380 48.6787 7.3821 0.4217 0.8994 0.9303 2.5264 2.1139
6.5942 7.500 67.8342 36 10.2869 0.1106 0.15010 49.9667 7.5774 0.4329 0.8994 0.9253 2.5264 2.1025
6.5942 8.000 67.8342 36 10.2869 0.1179 0.15640 51.1509 7.7570 0.4432 0.8994 0.9220 2.5264 2.0950
6.5942 8.500 67.8342 36 10.2869 0.1253 0.16260 52.2755 7.9275 0.4529 0.8994 0.9183 2.5264 2.0866

Universitas Sumatera Utara


4.7 Gelombang Desain Arah Utara

Penentuan tinggi gelombang pada lokasi perencanaan diperoleh melalui

analisis deformasi gelombang. Kedalaman yang ditinjau pada kedalaman 0.500 –

8.500 dengan T = 5.6671 dan arah dating gelombang ( α = γ6 o ) , H 0 = 1.7823

4.7.1 Perhitungan Koefisien Refraksi (Kr)

LO = 1,56 x T 2 = 1,56 x (5,6671)2 = 50.1010 m

L ,
CO = = = 8,8407
,

,
d / LO = = 0,0100
,

Untuk nilai d / LO diatas dapat dicari dengan meggunakan Tabel 4.15 fungsi d / L

untuk pertambahan nilai d / LO (Triatmodjo,1996). �

Tabel 4.15 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/LO


tanh sinh cosh sinh cosh
d/Lo d/L 2�d/L ks K 4�d/L n
2�d/L 2�d/L 2�d/L 2�d/L 2�d/L
0.0090 0.0382 0.2401 0.2356 0.2424 1.0290 1.4710 0.9719 0.4801 0.4988 1.1170 0.9813
0.0091 0.0384 0.2414 0.2368 0.2438 1.0293 1.4670 0.9715 0.4828 0.5018 1.1190 0.9811
0.0092 0.0386 0.2428 0.2381 0.2452 1.0296 1.4630 0.9712 0.4855 0.5048 1.1200 0.9809
0.0093 0.0389 0.2441 0.2394 0.2465 1.0299 1.4590 0.9709 0.4882 0.5078 1.1220 0.9807
0.0094 0.0391 0.2454 0.2406 0.2479 1.0303 1.4560 0.9706 0.4909 0.5108 1.1230 0.9805
0.0095 0.0393 0.2468 0.2419 0.2493 1.0306 1.4520 0.9703 0.4935 0.5138 1.1240 0.9803
0.0096 0.0395 0.2481 0.2431 0.2506 1.0309 1.4490 0.9700 0.4962 0.5168 1.1260 0.9801
0.0097 0.0397 0.2494 0.2444 0.2520 1.0313 1.4450 0.9697 0.4988 0.5198 1.1270 0.9799
0.0098 0.0399 0.2507 0.2456 0.2534 1.0316 1.4420 0.9694 0.5014 0.5227 1.1280 0.9796
0.0099 0.0401 0.2520 0.2468 0.2547 1.0319 1.4380 0.9691 0.5040 0.5257 1.1300 0.9794
0.0100 0.0403 0.2533 0.2480 0.2560 1.0323 1.4350 0.9688 0.5066 0.5286 1.1310 0.9792
0.0110 0.0423 0.2560 0.2599 0.2691 1.0356 1.4030 0.9656 0.5319 0.5574 1.1450 0.9772
0.0120 0.4426 0.2781 0.2711 0.2817 1.0389 1.3750 0.9625 0.5562 0.5853 1.1590 0.9751

d/L = 0,04032

L = 0,500 / 0,04032= 12,4008 m

C1 = L / T = 12,4008 / 5.6671 = 2,1882 m/det

Universitas Sumatera Utara


Arah datang gelombang pada kedalaman 0,500 m dihitung:

Sin α1 = (C1 / C0) sin α0 36o = (β,188β / 8.8407) sin α0 36o = 0.1455

Koefisien reflaksi dihitung dengan rumus:

α
Kr =√ = √ = 0,8994
α .

4.7.2 Perhitungan Koefisien Shoaling (Ks)

Untuk menghitung koefisien pendangkalan dicari nilai n dengan

menggunakan lampiran-1 fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo berdasarkan

nilai d/Lo di atas (0,04032), maka di dapat n1 = 0,9792 dan n0 = 0,5 (untuk

parameter di laut dalam).

Koefisien pendangkalan dihitung dengan rumus:

. , .
Ks =√ =√ = 1,4363
. , ,

H1 = Ks . Kr . H0 = 1,4363 x 0,8994 x 1,7823 = 2,3024 m

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan :

H1 = 2,3024

H0 = 1,7823

Untuk hasil perhitungan selengkapnya penentuan ketinggian gelombang

desain arah utara pada masing-masing kedalaman maupun periode dapat dilihat

pada Tabel 4.16 sedangkan untuk fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/LO dapat

dilihat pada Lampiran B.1 sampai B.15.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.16 Perhitungan gelombang pantai arah utara

T d LO α00 Co d/LO d/L


L
C1 Si α Kr Ks
Ho H1
(det) (meter) (meter) (meter) (meter) (meter)
5.6671 0.500 50.1010 36 8.8407 0.0100 0.04032 12.4008 2.1882 0.1455 0.8994 1.4363 1.7823 2.3024
5.6671 1.000 50.1010 36 8.8407 0.0200 0.05763 17.3521 3.0619 0.2035 0.8994 1.2270 1.7823 1.9669
5.6671 1.500 50.1010 36 8.8407 0.0299 0.07130 21.0379 3.7123 0.2468 0.8994 1.1265 1.7823 1.8058
5.6671 2.000 50.1010 36 8.8407 0.0399 0.08320 24.0385 4.2418 0.2820 0.8994 1.0650 1.7823 1.7072
5.6671 2.500 50.1010 36 8.8407 0.0499 0.09405 26.5816 4.6905 0.3118 0.8994 1.0238 1.7823 1.6412
5.6671 3.000 50.1010 36 8.8407 0.0599 0.10425 28.7770 5.0779 0.3376 0.8994 0.9943 1.7823 1.5939
5.6671 3.500 50.1010 36 8.8407 0.0699 0.11386 30.7395 5.4242 0.3606 0.8994 0.9724 1.7823 1.5588
5.6671 4.000 50.1010 36 8.8407 0.0798 0.12300 32.5203 5.7384 0.3815 0.8994 0.9548 1.7823 1.5305
5.6671 4.500 50.1010 36 8.8407 0.0898 0.13200 34.0909 6.0156 0.3999 0.8994 0.9422 1.7823 1.5103
5.6671 5.000 50.1010 36 8.8407 0.0998 0.14080 35.5114 6.2662 0.4166 0.8994 0.9329 1.7823 1.4954
5.6671 5.500 50.1010 36 8.8407 0.1098 0.14940 36.8139 6.4961 0.4318 0.8994 0.9257 1.7823 1.4839
5.6671 6.000 50.1010 36 8.8407 0.1198 0.15800 37.9747 6.7009 0.4455 0.8994 0.9298 1.7823 1.4905
5.6671 6.500 50.1010 36 8.8407 0.1297 0.16630 39.0860 6.8970 0.4585 0.8994 0.9167 1.7823 1.4695
5.6671 7.000 50.1010 36 8.8407 0.1397 0.17470 40.0687 7.0704 0.4700 0.8994 0.9145 1.7823 1.4659
5.6671 7.500 50.1010 36 8.8407 0.1497 0.18331 40.9143 7.2196 0.4799 0.8994 0.9140 1.7823 1.4651
5.6671 8.000 50.1010 36 8.8407 0.1597 0.19140 41.7973 7.3754 0.4903 0.8994 0.9130 1.7823 1.4635
5.6671 8.500 50.1010 36 8.8407 0.1697 0.19970 42.5638 7.5107 0.4993 0.8994 0.9134 1.7823 1.4642

Universitas Sumatera Utara


4.8 Perhitungan Gelombang Pecah Arah Timur Laut

Berdasarkan pete bathimetri, kemiringan dasar laut 1 : 30 = 0,03.

Gelombang pada laut dalam H0 = 2,5264 m, T = 6,5942 detik, Kr = 0,8994 dan L0

= 67,8342 m

Tinggi gelombang laut ekivalen (H’0) dapat dihitung dengan menggunakan

rumus:

H’0 = Kr . HO = 0,8994 x 2,5264 = 2,2722 m

H′ ,
= = 0,0053
g .T , X ,

H′
Untuk nilai = 0,0053 dengan kemiringan pantai m = 0,03 diperoleh dari
g .T

Gambar 4.4 (Triatmodjo,2012:51)

1,12

0,0053

Gambar 4.4 Penentuan tinggi gelombang pecah

Universitas Sumatera Utara


H
= 1,2
H’

Menghitung kedalaman gelombang pecah (H b) dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

Hb = 2,2722 x 1,2 = 2,7267 m

Tinggi gelombang pecah dapat di hitung dengan menggunakan rumus:

H ,
= = 0,0064
g .T , ,

dapat dicari dengan menggunakan Gambar 4.5 (Triatmodjo, 2012:52).


H

1,17

0,0064

Gambar 4.5 Penentuan kedalaman gelombang pecah

Dengan menggunakan Gambar 4.5 Penentuan kedalaman gelombang

pecah nilai yang didapat adalah:

= 1,1700
H

Universitas Sumatera Utara


Setelah tinggi gelombang pecah diperoleh, selanjutnya dihitung kedalaman air

pada saat gelombang pecah (db) dengan menggunan rumus:


db = . Hb = 1,1700 x 2,7267 = 3,1902 m
Hb

Untuk Perhitungan selanjutnya dapat dilakukan dengan cara yang sama.

Namun diperlukan ketelitian yang sangat akurat guna mendapatkan hasil yang

maksimal. Adapun perhitungan selengkapnya di sajikan pada Tabel 4.17.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.17 Perhitungan gelombang pecah arah timur laut

T HO g L0 H'0
Kr H'0/Gt2 Hb/H'0 Hb Hb/Gt2 db/Hb db
(det) (m) (m/s) (m) (m)
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902
6.5942 2.5264 9.8100 0.8994 67.8342 2.2722 0.0053 1.2000 2.7267 0.0064 1.1700 3.1902

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.18 Rekapitulasi hasil perhitungan gelombang pecah arah timur laut

Timur Laut
d db Hdesain Keterangan
Hpantai Hpecah
0.5 3.1902 3.4951 2.7267 2.7267 Tidak diterima
1 3.1902 2.9778 2.7267 2.7267 Tidak diterima
1.5 3.1902 2.7244 2.7267 2.7244 Diterima
2 3.1902 2.5651 2.7267 2.5651 Diterima
2.5 3.1902 2.4586 2.7267 2.4586 Diterima
3 3.1902 2.3745 2.7267 2.3745 Diterima
3.5 3.1902 2.3116 2.7267 2.3116 Diterima
4 3.1902 2.2632 2.7267 2.2632 Diterima
4.5 3.1902 2.2227 2.7267 2.2227 Diterima
5 3.1902 2.1916 2.7267 2.1916 Diterima
5.5 3.1902 2.1645 2.7267 2.1645 Diterima
6 3.1902 2.1457 2.7267 2.1457 Diterima
6.5 3.1902 2.1273 2.7267 2.1273 Diterima
7 3.1902 2.1139 2.7267 2.1139 Diterima
7.5 3.1902 2.1025 2.7267 2.1025 Diterima
8 3.1902 2.0950 2.7267 2.0950 Diterima
8.5 3.1902 2.0866 2.7267 2.0866 Diterima

4.9 Perhitungan Gelombang Pecah Arah Utara

Berdasarkan peta bathimetri, kemiringan dasar laut 1 : 30 = 0,03.

Gelombang pada laut dalam H0 = 1,7823 m, T = 5,6671 detik, K r = 0,8994 dan L0

= 50,1010 m

Tinggi gelombang laut ekivalen (H’0) dapat dihitung dengan menggunakan

rumus:

H’0 = Kr . HO = 0,8994 x 1,7823 = 1,6030 m

H′ ,
= = 0,0051
g .T , X ,

Universitas Sumatera Utara


H′
Untuk nilai = 0,0051 dengan kemiringan pantai m = 0,03 diperoleh dari
g .T

Gambar 4.6 (Triatmodjo,2012:51).

1,2

0,0051

Gambar 4.6 Penentuan tinggi gelombang pecah

Dari gambar penentuan tinggi gelombang pecah maka diperoleh:

H
= 1.2
H’

Menghitung kedalaman gelombang pecah (H b) dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

Hb = 1,6030 x 1,2 = 1,9236 m

Tinggi gelombang pecah dapat di hitung dengan menggunakan rumus:

H ,
= = 0,0061
g .T , X ,

Universitas Sumatera Utara


dapat dicari dengan menggunakan Gambar 4.7 (Triatmodjo, 2012:52).
H

1,17

0,0061

Gambar 4.7 Penentuan kedalaman gelombang pecah

Dari Gambar 4.7 penentuan kedalaman gelombang pecah diperoleh:

= 1,17
H

Setelah tinggi gelombang pecah diperoleh, selanjutnya dihitung kedalaman air

pada saat gelombang pecah (db) dengan menggunan rumus:


db = . Hb = 1,17 x 1,9236 = 2,2506 m
Hb

Untuk Perhitungan selanjutnya dapat dilakukan dengan cara yang sama.

Namun diperlukan ketelitian yang sangat akurat guna mendapatkan hasil yang

maksimal. Adapun perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.19.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.19 Perhitungan gelombang pecah arah utara

T g H0 L0 H'0
Kr H'0/Gt2 Hb/H'0 Hb Hb/Gt2 db/Hb db
(det) (m/s) (m) (m) (m)
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506
5.6671 9.8100 0.8994 1.7823 50.1010 1.6030 0.0051 1.2000 1.9236 0.0061 1.1700 2.2506

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.20 Rekapitulasi hasil perhitungan gelombang pecah arah utara

Timur Laut
D db Hdesain Keterangan
Hpantai Hpecah
0.5 2.2506 2.3024 1.9236 1.9236 Tidak diterima
1 2.2506 1.9669 1.9236 1.9236 Tidak diterima
1.5 2.2506 1.8058 1.9236 1.8058 Diterima
2 2.2506 1.7072 1.9236 1.7072 Diterima
2.5 2.2506 1.6412 1.9236 1.6412 Diterima
3 2.2506 1.5939 1.9236 1.5939 Diterima
3.5 2.2506 1.5588 1.9236 1.5588 Diterima
4 2.2506 1.5305 1.9236 1.5305 Diterima
4.5 2.2506 1.5103 1.9236 1.5103 Diterima
5 2.2506 1.4954 1.9236 1.4954 Diterima
5.5 2.2506 1.4839 1.9236 1.4839 Diterima
6 2.2506 1.4905 1.9236 1.4905 Diterima
6.5 2.2506 1.4695 1.9236 1.4695 Diterima
7 2.2506 1.4659 1.9236 1.4659 Diterima
7.5 2.2506 1.4651 1.9236 1.4651 Diterima
8 2.2506 1.4635 1.9236 1.4635 Diterima
8.5 2.2506 1.4642 1.9236 1.4642 Diterima

4.10 Perencanaan Breakwater Rublle Mound

Perencanaan (breakwater rublle mound) merupakan perencanaan pemecah

gelombang yang terdiri dari tumpukan batu alam. Metode untuk melakukan

perhitungan didasarkan pada teori perencanaan yang dilaksanakan. Perhitungan

pada kedalaman laut (d) = 1,5 meter dengan tinggi gelombang dipantai (H pantai) =

2,7244 m, tinggi gelombang di laut dalam (Ho) = 2,5264 m dan periode

gelombang (T) = 6,5942 dtk. Untuk pelindung kaki (Lb) di ambil minimum 3

meter dengan ketebalan 2-3 meter (Triatmodjo), dan panjang gelombang di laut

dalam (L0) = 67,8342 m. Adapun langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


4.10.1 Menentukan Bilangan Irribaren (ir):


Ir = H ,
= , ,
= 3,7647
� ,

Berdasarkan hitungan di atas didapat nilai irribaren 3,7647 maka untuk

menentukan nilai Ru/H dapat menggunakan Gambar 4.8.

1,24

Ir = 3,7647

Gambar 4.8 Perbandingan Runup dan Rundown

Dari gambar diatas di dapat nilai R u/H adalah 1,24

�� ,
Sr = = = 2,5728 ton/m3
�� ,

Dimana :

Berat jenis batu � = 2,65 ton/m3

Berat jenis laut � = 1,03 ton/m3

Sudut talud bangunan pelindung (1:1,5)

Universitas Sumatera Utara


Tan =
,

= tan-1 = 33,7
,

cot∅ = = 1,4994
,

4.10.2 Berat Butir Lapis Lindung (W):

Berat butir lapis lindung dapat dihitung dengan menggunakan rumus

empiris. nilai KD (Lampiran A.5) untuk batu pecah bersudut kasar 2,3 dengan

n = 3, kemiringan breakwater rencana adalah 1:1,5. Adapun untuk menentukan

berat batu lapis lindung adalah sebagai berikut:

�� . � , ,
W= = = 3,1848 ton
� �− � , , − ,

Untuk lapis lindung kedua (W2):

W2 = 0,5W - 0,67W = 0,5 x 3,1848 = 1,5924 ton - 0,67 x 3,1848 = 2,1338 ton

Untuk lapis lindung bawah pertama (W3):

W3 = 0,1W – 0,003W = 0,1 x 3,1848 = 0,3184 ton – 0,003 x 3,1848 = 0,0095 ton

Untuk lapis lindung bawah kedua (W4):

W4 = 0,005W = 0,005 x 3,1848 = 0,0159 ton

Untuk lapis inti (W5):

2,5 x 10-4 W– 1,67 x 10-4 W = 2,5 x 10 -4 x 3,1848 = 0,0079 ton – 1,67 x 10-4 x

3,1848 = 0,0005 ton

Universitas Sumatera Utara


4.10.3 Perhitungan Ukuran Batu Pelindung

Ukuran batu pelindung untuk tiap lapisan pada breakwater susunan batu

menurut Hudson dan Jackson (Triatmodjo, 2003:136) dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan empiris sebagai berikut:

Menentukan lapisan pelindung pertama (W):

W = 0,75W – 1,25W = 0,75 x 3,1848 = 2,3886 ton – 1,25 x 3,1848 = 3,981 ton

Menentukan lapisan pelindung kedua (W2):

W2 = 0,75W – 1,25W = 0,75 x 3,1848 = 2,3886 ton – 1,25 x 3,1848 = 3,981 ton

Menentukan lapisan pelindung bawah pertama (W3):

W3 = 0,70W – 1,30W = 0,70 x 3,1848 = 2,2293 ton – 1,30 x 3,1848 = 4,1402 ton

Menentukan lapisan pelindung bawah kedua (W4):

W4 = 0,50W – 1,50W = 0,50 x 3,1848 = 1,5924 ton – 1,50 x 3,1848 = 4,7772 ton

Untuk lapis inti (W5):

0,30W – 1,70W = 0,30 x 3,1848 = 0,9554 ton – 1,70 x 3,1848 = 5,4141 ton

4.10.4 Perhitungan Tinggi (Elevasi) Breakwater (Hst)

Menggunakan parameter-parameter seperti kemiringan rencana

breakwater yaitu 1:15 dan tinggi gelombang dilaut dalam (H O ) = 2,5264 m. Nilai

wave run-up diperoleh dari rumus irribaren dan HWL = 1,724 (Dinas Kelautan

dan Perikanan Provinsi Aceh) Ru = dari Gambar 4.8 di dapat Ru/H = 1,24

Universitas Sumatera Utara


sehingga Ru = 1,24 x H = 1 x 2,5264 = 3,1327 m. Maka tinggi elevasi (Hst)

breakwater dapat di cari dengan persamaan:

Hst = d + HWL + Ru + 0,5 = 0,5 +1,724 + 3,1327 + 0,5 = 5,8567 m

4.10.5 Tebal Lapis Lindung

Perhitungan tebal lapisan lindung berdasarkan jumlah minimal lapisan

batu dan parameter dari batu. Tebal lapisan (t) dihitung dengan rumus:

t = n.k∆ (W/� )1/3 = 3 x 1,1 (3,1848/2,65)1/3 = 3,5085 m

4.10.6 Perhitungan Lebar Breakwater (B)

Perhitungan lebar puncak (B) dapat dihitung menggunakan rumus empiris

sebagai berikut:

t = n.k∆ (W/� )1/3 = 3 x 1,1 (3,1848/2,65)1/3 = 3,5085 m

4.10.7 Lebar Permukaan Bawah Breakwater B’

Untuk menentukan lebar konstruksi bawah breakwater tersebut disajikan

pada Gambar 4.9. Dengan B = 3,5085 m dan = tan-1 = 33,7o


,

B= 3,5085 m

Hst = 5,8567 m
O
33,7

B’
Gambar 4.9 Potongan breakwater

Universitas Sumatera Utara


,
Tan 33,7 =

,
X= = 8,7820 m
,

B’ = γ,5085 + 8,78β0 + 8,78β0 = β1,07β6m

4.10.8 Menentukan Jumlah Butir Batu (N)

Untuk menentukan jumlah unit batu pelindung dapat di cari dengan

menggunakan persamaan berikut:

�� ,
N = A.n.k∆. − ( = (161,5526) x 3 x 1,1 x − x(
,

= 73,8219 = 74 Unit

4.11 Stabilitas Breakwater

4.11.1 Stabilitas Breakwater Terhadap Gaya Dukung Tanah

Kontrol ini dipakai untuk mengetahui apakah tanah di bawah breakwater

dapat menahan berat sendiri konstruksi breakwater tersebut (daya dukung tanah).

Perhitungan menggunakan pondasi dangkal karena sesuai syarat untuk pondasi

dangkal yaitu D < B, Sedangkan struktur ini memiliki D = 1-1,75 meter dan B =

51,0624 meter sehingga D < B. tanah yang akan di uji adalah tanah pada

kedalaman -8,5 meter karena ini merupakan kedalaman yang paling besar.

Adapun sketsa breakwater yang bekerja disajikan pada Gambar 4.10.

Dimensi Breakwater

Lebar breakwater (LB) = 27,0726-51,0642 meter

Tinggi breakwater (Hst) = 5,8567-13,8567 meter

Universitas Sumatera Utara


Panjang breakwater (L) = ±550 meter

Leber slope sisi pelabuhan = 11,7820-23,7778 meter

Leber slope sisi laut = 11,7820-23,7778 meter

B = 3,5085 m

Lb = 3 m Hst = 13,8567m

LB = 51,0642 m

Gambar 4.10 Sketsa potongan detail breakwater

Perhitungan dilakukan pada kondisi terdrainase karena pada kondisi

lapangan kondisi tanah dibawah breakwater kecil kemungkinannya untuk

mengalami kondisi tidak terdrainase dimana air tidak dapat dialirkan keluar

sehingga ikut menahan beban yang diletakkan di atasnya.

Jenis tanah = pasir halus sedikit lanau, abu-abu


Kedalaman = -8,5 meter
� = 2,65 t/m3
� � � = 1,03 t/m3
NSPT = 16 (hasil boring pada kedalaman 0,5 – 8,5 meter)
Ndesain = 21,7 (hasil analisis konversi N SPT berdasarkan pedoman analisis
daya dukung tanah pondasi dangkal bangunan air 2005)
Dr = 59,7 % ( dari tabel kepadatan relative versus N desain )
∅ tanah = 38,4o ( dari tabel kepadatan relative dan uji tanah dilapangan)
� � = 1,4 t/m3 (berat jenis material pasir)
�′ = (1,4 – 1,03) = 0,37 t/m3

Universitas Sumatera Utara


C = 0 t/m3 (karena pasir merupakan jenis tanah non kehesif sehinnga
tidak memiliki lekatan antar partikel tanah).
Tabel faktor daya dukung terzhagi (Wowiess, 1988) untuk sudut geser

38.4o disajikan pada Tabel 4.19.

Tabel 4.21 Nilai Nc, N dan N

Sudut Geser Nc N Nq
Ø 38.4 77.5 77.9 61.55

Untuk dasar pondasi segi empat (LxB) besar daya dukung tanah dasar menurut

Terzhagi adalah menggunakan rumus:

ql = − , . .N + − , . c.Nc + . D.Nq

, , ,
= − , x 0,37 x x 77,9 + − , x 0 x 77,5

+ 0,37 x 8,5 x 61,55 = 197,1825 t/m2

Qult = 197,1825 x 51,0642 = 10068,9666 t/m

Beben breakwater yang bekerja disajikan pada Gambar 4.11 dibawah ini dan

dapat di hitung dengan rumus:

B = 3,5085 m

Laut lepas

Lb = 3 m
Hst = 13,8567m
Pelindung Kaki

B’= ,

LB = 51,0642 m
Gambar 4.11 Potongan detail breakwater

Universitas Sumatera Utara


W =Ax�

+ , , + ,
= , , + ,

= 1085,4450 t/m

� �
SF = >2

,
= = 9,2763 > β ……………………………………………...OK
,

Perencanaan (breakwater rublle mound) merupakan perencanaan pemecah

gelombang yang terdiri dari tumpukan batu alam. Metode untuk melakukan

perhitungan didasarkan pada teori perencanaan yang dilaksanakan. Adapun untuk

perhitungan selengkapnya disajikan pada Tabel 4.22 sedangkan untuk letak

breakwater bisa dilihat pada Lampiran A.2 untuk gambar potongan perencanaan

bisa dilihat pada Gambar 4.12 sampai Gambar 4.28 dan koefisien lapis bisa dilihat

pada Lampiran A.4.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.22 Perhitungan perencanaan breakwater rubble mound

T L0 HO Perhitungan Berat Batu Pelindung


d Hpantai Hdesain Ir Sr Ru/H Cot ∅ W4
(det) (m) (m) W (ton) W2 (ton) W3 (ton) W5 (ton)
(ton)
0.5 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7267 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1338 0.3148-0.0095 0.0159 0.0079-0.0005

1 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1339 0.3148-0.0096 0.0159 0.0079-0.0006

1.5 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1340 0.3148-0.0097 0.0159 0.0079-0.0007

2 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1341 0.3148-0.0098 0.0159 0.0079-0.0008

2.5 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1342 0.3148-0.0099 0.0159 0.0079-0.0009

3 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1343 0.3148-0.0100 0.0159 0.0079-0.0010

3.5 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1344 0.3148-0.0101 0.0159 0.0079-0.0011

4 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1345 0.3148-0.0102 0.0159 0.0079-0.0012

4.5 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1346 0.3148-0.0103 0.0159 0.0079-0.0013
5 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1347 0.3148-0.0104 0.0159 0.0079-0.0014
5.5 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1348 0.3148-0.0105 0.0159 0.0079-0.0015
6 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1349 0.3148-0.0106 0.0159 0.0079-0.0016
6.5 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1350 0.3148-0.0107 0.0159 0.0079-0.0017

7 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1351 0.3148-0.0108 0.0159 0.0079-0.0018
7.5 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1352 0.3148-0.0109 0.0159 0.0079-0.0019
8 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1353 0.3148-0.0110 0.0159 0.0079-0.0020
8.5 6.5942 2.7244 67.8342 2.5264 2.7244 3.7647 2.5728 1.24 1.4994 3.1848 1.5924-2.1354 0.3148-0.0111 0.0159 0.0079-0.0021

Universitas Sumatera Utara


Lanjutan Tabel 4.22 Perhitungan perencanaan breakwater rubble mound

Perhitungan Ukuran Batu Pelindung HWL Ru Tinggi Kebebasan Tebal Lapisan Hst B X B'

W (ton) W2 (ton) W3 (ton) W4 (ton) W5 (ton) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)

2.3886-3.981 2.3886-3.981 2.2293-4.1402 1.5924-4.7772 0.9554-5.4141 1.724 3.1327 0.5 3.5085 5.8567 3.5085 8.7820 21.0726

2.3886-3.982 2.3886-3.982 2.2293-4.1403 1.5924-4.7773 0.9554-5.4142 1.724 3.1327 0.5 3.5085 6.3567 3.5085 9.5318 22.5720

2.3886-3.983 2.3886-3.983 2.2293-4.1404 1.5924-4.7774 0.9554-5.4143 1.724 3.1327 0.5 3.5085 6.8567 3.5085 10.2815 24.0715

2.3886-3.984 2.3886-3.984 2.2293-4.1405 1.5924-4.7775 0.9554-5.4144 1.724 3.1327 0.5 3.5085 7.3567 3.5085 11.0312 25.5710

2.3886-3.985 2.3886-3.985 2.2293-4.1406 1.5924-4.7776 0.9554-5.4145 1.724 3.1327 0.5 3.5085 7.8567 3.5085 11.7810 27.0705

2.3886-3.986 2.3886-3.986 2.2293-4.1407 1.5924-4.7777 0.9554-5.4146 1.724 3.1327 0.5 3.5085 8.3567 3.5085 12.5307 28.5699

2.3886-3.987 2.3886-3.987 2.2293-4.1408 1.5924-4.7778 0.9554-5.4147 1.724 3.1327 0.5 3.5085 8.8567 3.5085 13.2805 30.0694

2.3886-3.988 2.3886-3.988 2.2293-4.1409 1.5924-4.7779 0.9554-5.4148 1.724 3.1327 0.5 3.5085 9.3567 3.5085 14.0302 31.5689

2.3886-3.989 2.3886-3.989 2.2293-4.1410 1.5924-4.7780 0.9554-5.4149 1.724 3.1327 0.5 3.5085 9.8567 3.5085 14.7799 33.0684

2.3886-3.990 2.3886-3.990 2.2293-4.1411 1.5924-4.7781 0.9554-5.4150 1.724 3.1327 0.5 3.5085 10.3567 3.5085 15.5297 34.5678

2.3886-3.991 2.3886-3.991 2.2293-4.1412 1.5924-4.7782 0.9554-5.4151 1.724 3.1327 0.5 3.5085 10.8567 3.5085 16.2794 36.0673

2.3886-3.992 2.3886-3.992 2.2293-4.1413 1.5924-4.7783 0.9554-5.4152 1.724 3.1327 0.5 3.5085 11.3567 3.5085 17.0291 37.5668

2.3886-3.993 2.3886-3.993 2.2293-4.1414 1.5924-4.7784 0.9554-5.4153 1.724 3.1327 0.5 3.5085 11.8567 3.5085 17.7789 39.0663

2.3886-3.994 2.3886-3.994 2.2293-4.1415 1.5924-4.7785 0.9554-5.4154 1.724 3.1327 0.5 3.5085 12.3567 3.5085 18.5286 40.5657

2.3886-3.995 2.3886-3.995 2.2293-4.1416 1.5924-4.7786 0.9554-5.4155 1.724 3.1327 0.5 3.5085 12.8567 3.5085 19.2784 42.0652

2.3886-3.996 2.3886-3.996 2.2293-4.1417 1.5924-4.7787 0.9554-5.4156 1.724 3.1327 0.5 3.5085 13.3567 3.5085 20.0281 43.5647

2.3886-3.997 2.3886-3.997 2.2293-4.1418 1.5924-4.7788 0.9554-5.4157 1.724 3.1327 0.5 3.5085 13.8567 3.5085 20.7778 45.0642

Universitas Sumatera Utara


Lanjutan Tabel 4.22 Perhitungan perencanaan breakwater rubble mound

tb Lb LB N Area Muka air rencana

(m) (m) (m) (Unit) (m) (m)

1,5m-3,5085m 3 73.8219 161.5526


27.0726 2.724
1,5m-3,5085m 3 28.5720 79.4932 173.9637 3.224
1,5m-3,5085m 3 30.0715 85.5071 187.1246 3.724
1,5m-3,5085m 3 31.5710 91.8636 201.0353 4.224
1,5m-3,5085m 3 33.0705 98.5627 215.6956 4.724
1,5m-3,5085m 3 34.5699 105.6044 231.1057 5.224
1,5m-3,5085m 3 36.0694 112.9887 247.2656 5.724
1,5m-3,5085m 3 37.5689 120.7156 264.1751 6.224
1,5m-3,5085m 3 39.0684 128.7850 281.8344 6.724
1,5m-3,5085m 3 40.5678 137.1971 300.2435 7.224
1,5m-3,5085m 3 42.0673 145.9518 319.4023 7.724
1,5m-3,5085m 3 43.5668 155.0490 339.3108 8.224
1,5m-3,5085m 3 45.0663 164.4889 359.9691 8.724
1,5m-3,5085m 3 46.5657 174.2713 381.3771 9.224
1,5m-3,5085m 3 48.0652 184.3964 403.5348 9.724
1,5m-3,5085m 3 49.5647 194.8640 426.4423 10.224
1,5m-3,5085m 3 51.0642 205.6742 450.0995 10.724

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
4.11.2 Rencana Anggaran Biaya Breakwater (Analisa Finansial)

1. Pekerjaan Persiapan

 Mobilisasi & Demobilisasi alat berat 1 unit = Rp 3.000.000

 Pengukuran & survey lapangan 1 Org = Rp 500.000

2. Tenaga Kerja

 Mandor 1 Org = Rp 250.000/hari

 Pekerja biasa 1 Org = Rp 125.000/ hari

 Operator 1 Org = Rp 350.000/hari

 Supir 1 = Rp 125.000/hari

 Pembantu supir 1 = Rp 75.000/hari

 Mekanik 1 Org = Rp 200.000/hari

3. Batu karang / Gunung (untuk banda aceh) 1 M3 = RP 990.000

4. Peralatan

 Dump truck 1 Org = Rp 250.000/hari

 Excavator 1 Org = Rp 5.000.000/hari

5. Pekerjaan Breakwater untuk 1M3

 Mandor = 0.0390 x 250.000 = Rp 9.750

 Pekerja biasa = 0.002 x 125.000 = Rp 2.500

 Operator = 0.025 x 350.000 = Rp 8.750

 Supir = 0.020 x 125.000 = Rp 2500

 Pembantu supir = 0.020 x 75.000 = Rp 1500

 Mekanik = 0.015 x 200.000 = RP 3000

 Batu karang / Gunung 1M3 = Rp 990.000

 Dump truk 1M3 = 0.05 x 250.000 = Rp 12.500

Universitas Sumatera Utara


 Excavator 1M3 = 0.75 x 5.000.000 = Rp 3.750.000

Jumlah = Rp 4.780.500 1M3

Berdasarkan hasil hitungan di dapat luasan area sebelah kiri untuk

Pelabuhan Perikanan Lampulo sekitar ± 4944.1320 m2 (didapat dari hasil

perhitungan Tabel 4.22). Dengan berjalannya waktu untuk saat ini pemecah

gelombang yang berada pada sisi kiri Pelabuhan Perikanan Lampulo terjadi

beberapa titik kerusaka hampir mencapai 40%. Area pemecah gelombang untuk

Pelabuhan Perikanan Lampulo sekitar ± 4944.1320 m2 maka didapat hasil sebesar

± 1648.04401 m3. Maka volume perbaikan dapat dihitung sebagai berikut:

Total volume perbaikan = (40/100) x 1648.04401 = 659.217 m3

Perbaikan breakwater dengan volume 659.217 m3

4.780.500 x 659.217 = Rp 3,151,386,896 -, + ( 10% dari 3,151,386,896)

= Rp 3,466,525,586 -,

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan perhitungan dan perencanaan tambahan pada bangunan

pelindung yang rusak di Pelabuhan Perikanan Lampulo Kota Banda Aceh, maka

bab ini berisi kesimpulan yang dapat diambil dan saran-saran yang dapat

diberikan.

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan perhitungan dan pembahasan pada bab sebelumnya,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kondisi perairan Pelabuhan Perikanan Lampulo Kota Banda Aceh

membutuhkan sebuah breakwater tipe rubble mound untuk melindungi

arus pada kolam pelabuhan.

2. Perhitungan gelombang yang dihitung dengan menggunakan data angin

darat menghasilkan tinggi gelombang rencana sebesar 2,7244 m.

3. Perhitungan data data pasang surut menunjukkan muka air pasang

tertinggi sebesar 1,724 m dimana tinggi muka air tersebut menjadi muka

air rencana.

4. Breakwater rubble mound yang direncanakan memiliki ketinggian

(5,8567-13,8567) meter dengan tebal lapis (1,5-3,5085) meter dan berat

batu (1,5924-3,1848) ton.

5. Analisa stabilitas bangunan pelindung ini memiliki angka yang cukup

aman yaitu 9,2763 > 2,5.

Universitas Sumatera Utara


5.2 Saran-saran

1. Dengan adanya bangunan pelindung arus laut dan gelombang akan

tereduksi dan hal ini justru akan memicu terjadinya sedimentasi disekitar

pemecah gelombang. Hal ini perlu dikaji lebih lanjut agar tidak terjadi

pendangkalan dasar laut khususnya yang merupakan area alur pelayaran

masuk dan keluarnya kapal.

2. Meskipun tipe pemecah gelombang rubble mound lebih mudah diperbaiki

namun kerusakan pemecah gelombang ini perlu secara rutin diperhatikan

karena kerusakannya dapat terjadi secara berangsur-angsur.

3. Sebagai sebuah karya tulis ilmiah, tugas akhir ini masih jauh dari

sempurna. Keterbatasan data hidro-oseanografi lokasi studi merupakan

kendala utamanya. Oleh karena itu, untuk menyempurnakan keakuratan

perencanaan ini maka perlu memperoleh data yang lebih lengkap.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Adur, SA., 2011, Evaluasi Posisi Dermaga Pelabuhan Merak Ditinjau dari Aspek
Manuver Kapal dan Kondisi Lingkungan, (Tugas akhir), Universitas
Indonesia, Depok.

Anonim, 2012, Survei Pantai, Tsunami and Disaster Mitigation Research Center
(TDMRC), Banda Aceh.

Agustian, Bayu., Alternatif Perencanaan Breakwater Pada Pelabuhan Perikanan


Samudera (PPS) Lampulo Banda Aceh, (Tugas Akhir), Fakultas Teknik
Unsyiah, Banda Aceh.

Cempaka, Aisyah., 2012, Perencanaan Pemecah Gelombang Pelabuhan


Perikanan Pondok Mimbo Situbondo Jawa Timur, (Tugas Akhir),
Universitas Jember.

CERC, 1984, Shore Protection Manual Volume I, US Army Coastal Engineering


Research Center, Washington.

Dewi, Shinta., 2011, Studi perubahan Garis Pantai Menggunakan Model Numerik
Delf3D di Kawasan Pantai Banda Aceh, (Tugas Akhir), Fakultas Teknik
Unsyiah, Banda Aceh.

Fahmi, M., 2013, Perencanaan Jetty Muara Lambada Lhok Kecamatan


Baitusalam Aceh Besar, (Tugas Akhir), Fakultas Teknik Unsyiah, Banda
Aceh.

Febriansyah, 2012, Perencanaan Pemecah Gelombang (Breakwater) di


Pelabuhan Merak, (Tugas Akhir), Universitas Indonesia, Depok.

Hafli, T.Mudi.,2014, Simulasi Numerik Perubahan Morfologi Pantai Akibat


Konstruksi Jetty Pada Muara Lambada Lhok Aceh Besar Menggunakan
Software Delft3D, (Tugas Akhir), Fakultas Teknik Unsyiah, Banda Aceh.

Irwan, Y.W.B., 2006, Perencanaan Pemecah Gelombang (Breakwater) pada


Reklamasi Pantai Waimeo, (Tugas Akhir), Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.

Kramadibrata, S., 1985, Merancang-Merancang Pelabuhan, Geneca Exact,


Bandung.
Kramadibrata, S., 1985, Perencanaan Pelabuhan, Ganeca Exact, Bandung.

Nur Yuwono., 1994, Perancangan Bangunan Jetty, Laboratorium Hidraulika dan


Hidrologi, PAU-IT-UGM, Yogyakarta

Soemarto,C.D., 1995, Hidrologi Teknik, Erlangga, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


Triatmadja, R, 2009, Model Matematika Teknik Pantai, Cetakan Pertama, Beta
Offset, Yogjakarta.
Triatmodjo, B., 1992, Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.

Triatmodjo, B., 1996, Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.

Triatmodjo, B., 1999, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.

Triatmodjo, B., 1993, Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.

Verhagen, j.h., 1996, Coastal Engineering Manual, Djambatan, Jakarta.

Widiaastuty, M., 2008, Pemodelan Erosi-Sedimentasi di Perairan Sekitar Laksi


PLTU dan PLTGU Gresik, (Tesis), ITB, Bandung.

Universitas Sumatera Utara


Gambar A.1 Lay Out Pelabuhan Perikanan Lampulo (DKP-ACEH)

Universitas Sumatera Utara


Lokasi
penelitian

Gambar A.2 Peta Kota Banda Aceh

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Lampiran A.4 Koefisien Lapis (Triatmodjo, 1996:136)

Koef.Lapis Porositas P
Batu Pelindung n Penempatan
(�∆) (%)
Batu alam (halus) 2 Random (Acak) 1.02 38
Batu alam (kasar) 2 Random (Acak) 1.15 37

Batu alam (kasar) >3 Random (Acak) 1.1 40

Kubus 2 Random (Acak) 1.1 47

Tetrapod 2 Random (Acak) 1.04 50

Quadripod 2 Random (Acak) 0.95 49

Hexapod 2 Random (Acak) 1.15 47

Tribard 2 Random (Acak) 1.02 54

Dolos 2 Random (Acak) 1 63

Tribard 1 Seragam 1.13 47

Batu Random (Acak) 37

Universitas Sumatera Utara


Lampiran A.5 Koefisien stabilitas (Triatmodjo, 1996:135)

Lengan bangunan Ujung bangunan


KD KD
Lapis lindung n Penempatan Gel. Gel. Kemiringan
Gel. Gel.
Tidak Tidak
Pecah Pecah
pecah pecah
Batu pecah
Bulat halus 2 Acak 1.2 2.4 1.1 1.9 1.5-3.0
Bulat halus >3 Acak 1.6 3.2 1.4 2.3 *2
Bersudut kasar 1 Acak *1 2.9 *1 2.3 *2
1.9 3.2 1.5
Bersudut kasar 2 Acak 2 4 1.6 2.8 2
1.3 2.3 3
Bersudut kasar >3 Acak 2.2 4.5 2.1 4.2 *2
Bersudut kasar 2 Khusus*3 5.8 7 5.3 6.4 *2
(8,5-
Paralelepipedium 2 Khusus (7-20) - -
24)
5 6 1.5
Tetrapot 2 Acak 7 8 4.5 5.5 2
3.5 4 3
8.3 9 1.5
Tribar 2 Acak 9 10 7.8 8.5 2
6 6.5 3
Dolos 2 Acak 15.8 31.8 8 16 2
7 14 3
Kubus
Dimodifikasi 2 Acak 6.5 7.5 - 5 *2
Hexapod 2 Acak 8 9.5 5 7 *2
Tribar 1 Seragam 12 15 7.5 9.5 *2
Batu pecah - Acak 2.2 2.5 - -

Universitas Sumatera Utara


Lampiran A.6 Grafik sondir

Universitas Sumatera Utara


Lampiran A.7 Grafik pasang surut

Universitas Sumatera Utara


Lampiran B.1 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo

Universitas Sumatera Utara


Lampiran B.2 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo

Universitas Sumatera Utara


Lampiran B.3 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo

Universitas Sumatera Utara


Lampiran B.4 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo

Universitas Sumatera Utara


Lampiran B.5 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo

Universitas Sumatera Utara


Lampiran B.6 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo

Universitas Sumatera Utara


Lampiran B.7 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo

Universitas Sumatera Utara


Lampiran B.8 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo

Universitas Sumatera Utara


Lampiran B.9 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo

Universitas Sumatera Utara


Lampiran B.10 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo

Universitas Sumatera Utara


Lampiran B.11 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo

Universitas Sumatera Utara


Lampiran B.12 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo

Universitas Sumatera Utara


Lampiran B.13

Lanjutan lampiran Tabel A-1 Fungsi d / L untuk pertambahan nilai d / Lo

Universitas Sumatera Utara


Lampiran B.14

Lanjutan lampiran Tabel A-1 Fungsi d / L untuk pertambahan nilai d / Lo

Universitas Sumatera Utara


Lampiran B.15 Fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo

Universitas Sumatera Utara


Lampiran C.1 Kondisi pemecah gelombang di pelabuhan perikanan ampulo

Pengukuran dan pengamatan di lapangan

Pemecah gelombang yang rusak pada pelabuhan perikanan lampulo

Universitas Sumatera Utara


Lampiran C.2 Pengukuran panjang pemecah gelombang yang rusak

Universitas Sumatera Utara


Lampiran C.3 Kondisi pemecah gelombang yang rusak pada pelabuhan lampulo

Hampir 35% pemecah gelombang lampulo mengalami kerusakan

Pengukuran dimensi pemecah gelombang

Universitas Sumatera Utara


Lampiran C.4 Kondisi pemecah gelombang yang berhadapan dengan laut lepas

Terjadinya sedimentasi disekitar pemecah gelombang

Kondisi pemecah gelombang pelabuhan perikanan lampulo

Universitas Sumatera Utara


Lampiran C.5 Kondisi pemecah gelombang

Kondisi kerusakan terbesar pemecah gelombang pelabuhan lampulo

Kondisi pemecah gelombang yang perlu direnovasi

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai