TUGAS AKHIR
Disusun Oleh:
SAMRUDDIN NASUTION
07 0404 039
FAKULTAS TEKNIK
2013
Puji dan sukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT yang telah
Tugas Akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik
Penulis menyadari bahwa dalam penyajian Tugas Akhir ini tidak terlepas
dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME selaku Dekan Fakultas Teknik
3. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik
6. Ayahanda H. Sofian Nusition dan Ibunda Hj. Normi tercinta yang telah
8. Bapak Pimpinan PT. Karya Murni Perkasa, yang sangat membantu penulis
11. Rekan – rekan Asisten Loboratorium Jalan Raya Departemen Teknik Sipil
12. Teman – teman seperjuangan angkatan 2007, Arsad, Tresna, Muna, Incen,
Jora, Chandra, Ryan, Afis, Tomo, Ghufran, Diva, Zul, Alfry, Hendra,
Sadikin, Andreas, Doan, Boyma, Dedi Alef, Iqbal, Aulia, Adjo, Dicky,
angkatan 2007 yang tidak dapat disebutkan seluruhnya terima kasih atas
13. Abang dan adik sesama mahasiswa Teknik Sipil USU: Bang Atha, Bang
Mario, Bang Roy, Bang Emir, Bang Leo, Bang Gabe, Bang ferdy, Bang
Aswin, Acong, Resdi, Azis, Agus, Andrico, Fany, Abdul, Putri, Nurul,
Baby dan lain – lain yang tidak dapat disebutkan seluruhnya terima kasih.
14. Buat sahabat saya Dian dan Nina yang paling banyak membantu
15. Dan segenap pihak yang belum penulis sebut disini atas jasa – jasanya
penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari
sempurna.Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan Tugas
Samruddin Nasution
07 0404 039
ABSTRAK ............................................................................................................... iv
LAMPIRAN
Tabel II.1 Ketentuan Agregat Kasar Spesifikasi Bina Marga Tahun 2010 ......... 8
Tabel II.2 Ketentuan Agregat Halus Spesifikasi Bina Marga Tahun 2010 ......... 9
PENDAHULUAN
I.1 UMUM
60/70 dan 80/100. Sering ditemukan terjadinya kerusakan awal pada jalan-jalan
dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah kesalahan desain,
yang tidak terduga seperti akibat bencana alam dan lain sebagainya.
keseluruhan dari perkerasan aspal beton selain faktor gradasi dan sifat-sifat
agregatnya. Apabila kadar aspal lebih kecil dari yang disyaratkan, maka akan
terjadi cacat permukaan berupa lubang (potholes), pelepasan butir dan sebaliknya
apabila kadar aspal lebih besar dari yang disyaratkan, maka akan terjadi retak
lain sebagainya.
aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar
partikel agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal
bentuk butiran dan ukuran agregat maksimum yang digunakan. Sedangkan sifat
kohesinya diperoleh dari sifat-sifat aspal yang digunakan.Oleh sebab itu kinerja
campuran beraspal sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat danaspal serta sifat-
sifat campuran padat yang sudah terbentuk dari kedua bahan tersebut.Perkerasan
beraspal dengan kinerja yang sesuai dengan persyaratan tidak akan dapatdiperoleh
jika bahan yang digunakan tidak memenuhi syarat, meskipun peralatan danmetoda
Kadar aspal yang digunakan dalam campuran beraspal menjadi salah satu
pemeriksaan kadar aspal dalam campuran beraspal yang akan dihasilkan AMP
ton campuran yang dihasilkan atau minimal 2 kali pemeriksaan kadar aspal dalam
sehari.
aspal biasanya dilakukan pada pagi dan sore hari. Pemeriksaan kadar aspal ini bisa
dilakukan dengan beberapa metode, antara lain dengan metode sentrifugal dan
pihak yang ingin melakukan ekstraksi campuran beraspal panas dalam hal
Penelitian ini mempunyai ruang lingkup dan batasan masalah sebagai berikut :
1. Campuran beraspal panas yang akan diperiksa kadar aspalnya berasal dari
agregat dalam penelitian ini adalah bensin untuk metode sentrifus dan
3. Persentase kadar aspal pada JMF camuran beraspal dijadikan tolak ukur
dibandingkan dengan nilai rata – rata kadar aspal yang didapat dari kedua
kadar aspal dengan metode sentrifugal dan refluks adalah sama dengan demikian
Metode pembahasan yang dilakukan pada tugas akhir ini adalah studi
dan memeriksa hasil penelitian berdasarkan spesifikasi, serta masukan dari dosen
pembimbing.
BAB I. PENDAHULUAN
Merupakan penutup yang menyimpulkan hasil – hasil yang didapat dari penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar
partikel agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal
dalam campuran beraspal diperoleh dari friksi dan kohesi dari bahan-bahan
bentuk butiran dan ukuran agregat maksimum yang digunakan. Sedangkan sifat
kohesinya diperoleh dari sifat-sifat aspal yang digunakan.Oleh sebab itu kinerja
campuran beraspal sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat danaspal serta sifat-
sifat campuran padat yang sudah terbentuk dari kedua bahan tersebut.
suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal,
aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat
II.2.1. AGREGAT
didalamnya antara lain kerikil alam, agregat hasil pemecahan oleh stone crusher,
abu batu dan pasir. Agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam
1. Agregat Kasar
a. Fraksi agregat kasar untuk pengujian harus terdiri atas batu pecah
d. Agregat kasar harus bersih, keras, awet, bebas dari lempung atau
meningkatkan stabilitas.
PTM No.621
Catatan :(*) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka
bidang pecah satu atau lebih dan 90% agregat kasar mmepunyai muka bidang
pecah dua atau lebih.
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Edisi 2010
a. Agregat halus terdiri atas agregat hasil pemecah batu (abu batu)
atau pasir alam dengan ukuran lolos saringan No.8 (2,38 mm).
Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min 50% untuk SS, HRS dan AC
bergradasi Halus
gumpalan-gumpalan.
Pada spesifikasi 2010, campuran beraspal harus mengandung bahan pengisi yang
ditambahkan tidak kurang dari 1% dan maksimum 2% dari berat total agregat.
penggisi.
II.2.2 ASPAL
viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan
dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat menyelimuti
dan menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan masa
pelayanannya. Pada dasarnya aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang
disebut bitumen, oleh sebab itu aspal sering disebut material berbituminous.
disebut aspal keras. Tingkat pengontrolan yang dilakukan pada tahapan proses
penyulingan akan menghasilkan aspal dengan sifat-sifat khusus yang cocok untuk
bahan tambah. Polymer adalah jenis bahan tambah yang banyak digunakan saat
ini, sehingga aspal modifikasi sering disebut juga sebagai aspal polymer. Antara
lain berdasarkan sifatnya, ada dua jenis bahan polymer yang biasanya digunakan
(Styrene Isoprene Styrene) dan karet adalah jenis-jenis polymer elastomer yang
jenis ini dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat rheologi aspal, antara lain
penetrasi, kekentalan, titik lembek dan elastisitas aspal keras. Campuran beraspal
yang dibuat dengan aspal polymer elastomer akan memiliki tingkat elastisitas
yang lebih tinggi dari campuran beraspal yang dibuat dengan aspal keras.
rheologi aspal dan campuran tetapi penambahan yang berlebihan justru akan
polymer plastomer pada aspal keras juga dimaksudkan untuk meningkatkan sifat
rheologi baikpada aspal keras dan sifat fisik campuran beraspal. Jenis polymer
plastomer yangtelah banyak digunakan antara lain adalah EVA (Ethylene Vinyl
karena sampai dengan batas tertentu penambahan ini dapat memperbaiki sifat-sifat
kimia aspal sangat sulit dilakukan dan memerlukan peralatan laboratorium yang
canggih, dan data yang dihasilkanpun belum tentu memiliki hubungan dengan
sifat rheologi aspal. Analisa kimia yang dilakukan biasanya hanya dapat
memisahkan molekul aspal dalam dua grup, yaitu aspalten dan malten.
Selanjutnya malten dapat dibagi lagi menjadi saturated, aromatik dan resin.
Walaupun begitu, pembagian ini tidak dapat didefinisikan secara jelas karena
II.2.2.2.1 Aspalten
Aspalten adalah unsur kimia aspal yang padat yang tidak larut dalam n-
penten. Aspalten berwarna coklat sampai hitam yang mengandung karbon dan
nitrogen, sulfur dan oksigen. Aspalten biasanya dianggap sebagai material yang
berat. Molekul aspalten ini memiliki ukuran antara 5–30 nanometer. Besar
aspal yang lebih keras dengan nilai penetrasi yang rendah, titik lembek yang
II.2.2.2.2 Malten
Malten adalah unsur kimia lainnya yang terdapat di dalam aspal selain
aspalten. Unsur malten ini dapat dibagi lagi menjadi saturated, aromatik dan resin.
a. Saturated
b. Aromatik
dalam aspal. Aromatik berbentuk cairan kental yang berwarna coklat tua
aspal. Aromatik terdiri dari rantai karbon yang bersifat non-polar yang
didominasi oleh unsur tak jenuh (unsaturated) dan memiliki daya larut
ukuran yang bervariasi serta jenis ikatan kimia yang berbeda-beda. Semua jenis
molekul ini berinteraksi satu dengan yang lainnya dengan cara yang berbeda-beda,
cara berinteraksi antar molekul ini mempengaruhi tidak saja sifat kimia aspal
akan mempengaruhi sifat fisik aspal. Hilangnya minyak ringan yang terkandung
dalam aspal akibat proses penguapan ataupun akibat dari proses destilasi hampa
aspalten ini akan meningkatkan viskositas aspal pada temperatur yang sama.
Selain itu, bila kadar aspalten di dalam suatu aspal dipertahankan tetap, maka :
aspal.
viskositas aspal.
memilikiikatan dan berikatan secara kimia satu dengan yang lainnya. Ikatan ini
sangat lemahdan sangat dipengaruhi oleh panas dan tegangan geser. Ikatan ini
akan putus pada saataspal dipanaskan sehingga aspal akan mencair dan dapat
dituangkan. Ikatan ini akansegera terbentuk kembali dengan struktur yang berbeda
apabila aspal tersebut telahdingin. Putus dan terbentuknya kembali ikatan kimia
dua atau lebih bahan dengan cara menambahkan pelarut yang dapat melarutkan
salah satu bahan yang ada dalam campuran tersebut. Ekstraksi campuran beraspal
pemproduksi campuran beraspal minimal dua kali sehari pagi dan sore hari atau
dilakukan dengan cara sentrifugal dan refluks. Metode lain yang dapat dilakukan
menggunakan pendingin yang akan mengubah uap pelarut menjadi cairan, dan
memisahkan aspal dengan agregat selama terjadi putaran pada mangkuk wadah
seksi 6.3 Campuran Beraspal Panas hal. 6-45 toleransi kadar aspal adalah ± 0,3%
Statistik dalam arti sempit adalah data, statistik adalah ukuran – ukuran
dugaan nilai dalam satu variabel atau lebih pada sampel yang
berbeda.
pengujian hipotesa tersebut diantaranya Test Binomial, Chi Kuadrat, Run Test,
Uji Dua Pihak, Uji Satu pihak, Mc Nemar Test, Sign Test, Wilcoxon Match Pairs
Test, T-Test, dan lain sebagainya. Pengujian hipotesa ini dipilih berdasarkan jenis
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Studi Literatur
Persiapan Alat :
Refluks Gelas
Persiapan Pengujian
Selesai
relevan yang akan digunakan sebagai dasar dalam penelitian serta menentukan
lokasi pengambilan bahan dan tempat pengujian. Seluruh pengujian kadar aspal
Perkasa, Medan. Sampel yang akan diteliti langsung diambil dari mesin
laboratorium.
pemeriksaan agregat.
a. Metode Centrifuge
Prosedur percobaan :
cawan sentrifus.
- Letakkan cawan berisi sampel pada posisi yang benar pada alat
sentrifus.
- Hentikan alat sentrifus setelah tidak ada larutan yang mengalir dari
lubang pembuangan.
± 5)°C.
b. Metode Reflux
Prosedur percobaan :
- Keringkan kertas saring dalam oven 110°C ± 5°C dan timbang sampai
berat tetap.
- Timbang berat tiap rangka silinder yang telah dipasang kertas saring.
benda uji dibagi menjadi dua bagian dengan berat yang sama. Benda
uji harus terletak dibawah ujung atas dari kertas saring, tentukan berat
- Tuangkan pelarut kedalam tabung gelas yang sudah berisi rangka dan
bawahnya.
- Letakkan kasa asbes di atas pelat pemanas listrik dan letakkan tabung
gelas di atasnya.
rangka yang berisi benda uji, jaga jangan sampai pelarut berlebih
jernih.
- Matikan pelat pemanas listrik dan biarkan tabung cukup dingin untuk
- Saring filtrat dengan kertas saring yang telah ditimbang (B). keringkan
timbang.
komputer SPSS 17 sebagai software utama untuk mengolah data dalam penulisan
skripsi ini. Selain itu juga digunakan software Microsoft Excel sebagai software
pembantu.
III.4Analisis Data
Dari data pengujian kadar aspal yang didapat, di lakukan uji hipotesa
dengan metode Statistik Parametris t-test. Terdapat 2 (dua) rumus yang dapat
𝐱 𝟏 − ̅̅̅
̅̅̅ 𝐱𝟐
𝐭=
𝐬𝟏 𝟐 𝐬𝟐 𝟐
√ +
𝐧𝟏 𝐧𝟐
𝐱 𝟏 − ̅̅̅
̅̅̅ 𝐱𝟐
𝐭=
(𝐧𝟏 −𝐧𝟐 )𝐬𝟏 𝟐 + (𝐧𝟏 − 𝟏)𝐬𝟐 𝟐 𝟏 𝟏
√ [𝐧 + 𝐧 ]
𝐧𝟏 + 𝐧𝟐 −𝟐 𝟏 𝟐
Untuk memilih rumus t-test yang digunakan, terdapat beberapa petunjuk yaitu:
c. Bila n1= n2, varians tidak homogeny dapat digunakan rumus separated
Bila t-hitung yang didapat lebih kecil dari t-tabel,maka Ho diterima dan H1
ditolak, sebaliknya jika t-hitung lebih besar dari t-tabel maka Ho ditolak dan H1
BAB IV
aspalnya dalam penelitian ini merupakan hasil produksi dari AMP PT. Karya
Murni Perkasa. Kadar aspal dari campuran beraspal ini, telah diketahui sesuai
dengan JMF yang nilainya 6,30% dari total campuran. Penelitian dilakukan
Berikut ini adalah grafik gradasi agregat yang digunakan untuk membuat
campuran beraspal panas sesuai JMF dan beberapa grafik gradasi agregat yang
90 90
Gradasi AC - WC
80 80
Spec. AC - WC
60 60
50 50
40 40
30 30
20 20
10 10
0 0
90 90
Gradasi AC - WC
80 80
Spec. AC - WC
60 60
50 50
40 40
30 30
20 20
10 10
0 0
90 90
Gradasi AC - WC
80 80
Spec. AC - WC
60 60
50 50
40 40
30 30
20 20
10 10
0 0
sesuai spesifikasi Bina Marga. Hasil pengujian Marshall dapat dilihat pada tabel
/mm)
I. 6,27 6,28
6,29 6,29
II. 6,29 6,29
6,29 6,29
III. 6,29 6,30
6,28 6,29
IV 6,31 6,31
6,30 6,31
V. 6,30 6,31
6,30 6,31
Dari table IV.2 di dapatkan nilai Standar Deviasi dari kedua metode
pengujian adalah 0,01252 dan 0,01135 lebih kecil dari 0,05, nilai ini menunjukkan
data yang didapatkan bersifat Homogen. Nilai mean atau nilai rata – rata yang
didapat dari penelitian adalah 6,2930 untuk sentrifugal dan 6,2980 untuk refluks
dan kadar aspal yang direncanakan sesuai JMF adalah 6,30 maka penulis
dalam hal pemeriksaan kadar aspal bila di tinjau dari nilai rata – rata (mean) yang
didapat.
Untuk menguji hipotesis digunakan uji t-test. Pada uji t-test bila jumlah
anggota sampel sama (n1=n2) dan varians juga homogen maka digunakan rumus
sebagai berikut:
𝐱 𝟏 − ̅̅̅
̅̅̅ 𝐱𝟐
𝐭=
𝐬𝟏 𝟐 𝐬𝟐 𝟐
√ +
𝐧𝟏 𝐧𝟐
Ha : μ1 ≠ μ2 terdapat perbedaan
Refluks Sentrifugal
n1 = 10 n2 = 10
𝑋̅1 = 6.298 𝑋̅2 = 6.293
S1 = 0.0113 S2 = 0.0125
S12 = 0.00013 S22 = 0.00016
6.298 − 6.293
t=
0.00016 0.00013
√ +
10 10
0.0050
t=
0.0053
t = 0.936
dk = n1 + n2 – 2
= 10 + 10 – 2
Berdasarkan perhitungan tersebut, ternyata t hitung lebih kecil dari t table (0.936<
refluks.
y = a + bx
∑𝒚 ∑𝒙
dimana; a= −𝒃
𝒏 𝒏
𝒏∑𝒙𝒚−(∑𝒙)(∑𝒚)
b=
𝒏 ∑ 𝒙𝟐 −(∑ 𝒙)𝟐
Dari rumus diatas di dapatkan nilai a = 0,6455 dan b = 0,8965, maka persamaan
y = 0,6455 + 0,8965x
Rumus koefisien korelasi :
𝒏 ∑ 𝒙𝒚−(∑ 𝒙)(∑ 𝒚)
r=
√𝒏 ∑ 𝒙𝟐 −(∑ 𝒙)𝟐 √𝒏 ∑ 𝒚𝟐 −∑ 𝒚𝟐
y = 0,8966x + 0,6455
6,31 R² = 0,8038
6,30
Sentrifugal
Kadar Aspal
6,29
Linear (Kadar Aspal)
6,28
6,27
6,27 6,28 6,29 6,3 6,31 6,32
Refluks
BAB V
V.1 Kesimpulan
berikut:
1. Nilai kadar aspal yang diperoleh dari penelian dengan metode sentrifugal
6,28 – maksimum 6,31. Nilai rata – rata (mean) untuk kedua metode
didapatkan 0,936 lebih kecil dari t-tabel 2.101 berarti Hipotesa Nol
kadar aspal dengan metode sentrifugal dan refluks adalah sama” atau
satu metode sebagai variabel sb.x dan metode lainnya sebagai variabel
0,8965maka r2 = 0,8038.
V.2 Saran
hal:
1. Dalam hal waktu pengerjaan metode sentrifugal jauh lebih baik untuk
3. Dalam hal pelarut yang digunakan metode sentrifugal lebih unggul karena
2. Tm, Suprapto. 2006. Bahan dan Struktur Jalan Raya. Edisi Ketiga.
3. Hadijah, Ida. 2011, “Evaluasi Variasi Bahan Pelarut Untuk Penentuan Kadar
20001.
Study.