Anda di halaman 1dari 45

STUDI PERBANDINGAN PEMERIKSAAN KADAR ASPAL DENGAN

MENGGUNAKAN SENTRIFUGE DAN REFLUKS EKSTRAKTOR

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi syarat untuk


menempuh Colloqium Doqtum/Ujian Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh:

SAMRUDDIN NASUTION

07 0404 039

BIDANG STUDI TRANSPORTASI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan sukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT yang telah

melimpahkan rahmad dan karunia-Nya, sehingga Tugas Akhir ini dapat

diselesaikan dengan baik.

Tugas Akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik

Sipil Bidang Studi Transportasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Studi Perbandingan Pemeriksaan

Kadar Aspal Dengan Menggunakan Sentrifuge dan Refluks Ekstraktor”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyajian Tugas Akhir ini tidak terlepas

dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada

beberapa pihak yang berperan penting, yaitu:

1. Bapak Ir. Zulkarnain A. Muis M.Eng.Sc selaku Dosen Pembimbing, yang

telah banyak memberikan bimbingan yang sangat bernilai, masukan,

dukungan serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu

penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik

Sipil Fakultas Teknik Uniersitas sumatera Utara.

4. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil

Fukultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Bapak Ir. Indra Jaya Pandia, MT dan Bapak Ir. Joni Harianto selaku Dosen

Pembanding, yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis

terhadap Tugas Akhir ini.

6. Ayahanda H. Sofian Nusition dan Ibunda Hj. Normi tercinta yang telah

banyak berkorban, memberikan motivasi hidup, semangat dan nasehat,

saudara – saudari tersayang: Safri Romadhon Nasution, ST, Agustina sari

Nasution, S.Pt, Rahmadani Syafitri Nasution, SE, Erna Sari Pulungan

S.Sos, Asfar Halim Dalimunthe S.Sos, dan Abdurrahman, ST yang selalu

mendoakan dan mendukung penulis.

7. Yenni Martini Hasibuan, SE orang yang disayang, yang selalu

mengingatkan, mendukung dan senantiasa mendoakan penulis demi

terselesaikannya Tugas Akhir ini.

8. Bapak Pimpinan PT. Karya Murni Perkasa, yang sangat membantu penulis

dalam hal pemberian ijin penggunaan Laboratorium PT. Karya Murni

Perkasa sebagai tempat penulis melakukan penelitian.

9. Bapak/Ibu seluruh staff pengajar Departemen Teknik sipil Fukultas Teknik

Universitas sumatera Utara.

10. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

11. Rekan – rekan Asisten Loboratorium Jalan Raya Departemen Teknik Sipil

yang senantiasa membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

12. Teman – teman seperjuangan angkatan 2007, Arsad, Tresna, Muna, Incen,

Jora, Chandra, Ryan, Afis, Tomo, Ghufran, Diva, Zul, Alfry, Hendra,

Sadikin, Andreas, Doan, Boyma, Dedi Alef, Iqbal, Aulia, Adjo, Dicky,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Saki, Dimas, Dean, Putri, Dita, Vina, Dina, Tessa serta teman – teman

angkatan 2007 yang tidak dapat disebutkan seluruhnya terima kasih atas

semangat dan bantuannya selama ini.

13. Abang dan adik sesama mahasiswa Teknik Sipil USU: Bang Atha, Bang

Mario, Bang Roy, Bang Emir, Bang Leo, Bang Gabe, Bang ferdy, Bang

Aswin, Acong, Resdi, Azis, Agus, Andrico, Fany, Abdul, Putri, Nurul,

Baby dan lain – lain yang tidak dapat disebutkan seluruhnya terima kasih.

14. Buat sahabat saya Dian dan Nina yang paling banyak membantu

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

15. Dan segenap pihak yang belum penulis sebut disini atas jasa – jasanya

dalam mendukung dan membantu penulis dari segi apapun, sehingga

Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

Mengingat adanya keterbatasan – keterbatasan yang penulis miliki, maka

penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari

sempurna.Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari

pembaca diharapkan untuk penyemprnaan laporan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan Tugas

Akhir ini bermamfaat bagi para pembaca.

Medan, 18 November 2013


Penulis,

Samruddin Nasution
07 0404 039

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK
Kadar aspal merupakan satu parameter yang sangat penting didalam
menjamin kualitasdari campuran beraspal panas (Hotmix) selain faktor gradasi
dan sifat-sifat agregatnya. Demi menghasilkan perkerasan dengan kinerja yang
maksimal, kontrol terhadap masing – masing bahan pembentuk campuran harus
benar – benar dilakukan. Spesifikasi bina marga tahun 2010 juga mewajibkan
kepada perusahaan pemproduksi campuran beraspal untuk melakukan
pemeriksaan kadar aspal (ekstraksi) setiap produksi 200 ton campuran
beraspal(Hotmix).
Pemeriksaan kadar aspal dalam Hotmix dapat dilakukan dengan berbagai
metode, diantaranya metode sentrifugal dan refluks. Metode sentrifugal
menggunakan Centrifuge Extractor dan Bensin sebagai pelarut sedangkan refluks
menggunakan Reflux Extractor dan Trichloroethylene sebagai pelarut untuk
memisahkan aspal dan agregat pada Hotmix.
Penggunaan kedua metode baik sentrifugal dan refluks untuk memeriksa
kadar aspal menunjukkan hasil yang bagus. Dari penelitian yang dilakukan untuk
Hotmix dengan kadar aspal 6,3% didapatkan rata – rata hasil pemeriksaan kadar
aspal 6,293% dengan sentrifugal dan 6,298% dengan refluks. Dengan nilai
minimum 6,27%,maksimum 6,31% untuk sentrifugal dan minimum
6,28%,maksimum 6,31% untuk refluks.
Pemeriksaan kadar aspal yang dilakukan dengan menggunakan metode
sentrifugal dan refluks menunjukkan hasil yang sama.

Kata kunci: Pemeriksaan Kadar Aspal, centrifuge extractor, reflux extractor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

ABSTRAK ............................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ............................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... viii

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

I.1. Umum ................................................................................................. 1

I.2 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

I.3 Perumusan Masalah Penelitian ........................................................... 3

I.4 Maksud dan Tujuan ............................................................................ 3

I.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah ................................................ 3

I.6 Hipotesa .............................................................................................. 3

I.7 Metodologi Penelitian......................................................................... 4

I.8 Sistematika Penulisan ......................................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 6

II.1 Campuran Beraspal............................................................................. 6

II.2 Material Campuran Beraspal .............................................................. 6

II.2.1 Agregat ..................................................................................... 6

II.2.2 Aspal ....................................................................................... 10

II.3 Ekstraksi Campuran Beraspal ............................................................. 15

II.4 Statistik Pengolahan Data Hasil Penelitian ........................................ 16

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 18

III.1 Program Kerja..................................................................................... 18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


III.2 Uraian Tahapan Penelitian.................................................................. 19

III.2.1 Persiapan Alat dan Bahan ....................................................... 19

III.2.2 Pengujian Campuran Beraspal................................................ 20

III.3 Pengolahan Data ................................................................................. 24

III.4 Analisa Data ....................................................................................... 25

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................... 27

IV.1 Penyajian Data .................................................................................... 27

IV.1.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Aspal ............................................. 27

IV.1.2 Hasil Pemeriksaan Analisa Saringan ...................................... 28

IV.1.3 Hasil Pemeriksaan Nilai Karakteristik Marshall .................... 30

IV.2 Analisa Data Hasil Pengujian Kadar Aspal ........................................ 31

IV.3 Pengujian Hipotesa ............................................................................. 33

IV.4 Regresi Linier Sederhana.................................................................... 34

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 36

V.1 Kesimpulan ......................................................................................... 36

V.2 Saran ................................................................................................ 37

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 38

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Ketentuan Agregat Kasar Spesifikasi Bina Marga Tahun 2010 ......... 8

Tabel II.2 Ketentuan Agregat Halus Spesifikasi Bina Marga Tahun 2010 ......... 9

Tabel IV.1 Hasil Pengujian Kadar Aspal .............................................................. 27

Tabel IV.2 Hasil Pengujian Karakteristik Marshall .............................................. 30

Tabel IV.3 Descriptive Statistics .......................................................................... 31

Tabel IV.4 Statistik ............................................................................................... 33

Tabel IV.5 Perkalian Untuk Regresi Linier .......................................................... 34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar IV.1 Gradasi Agregat Gabungan Sesuai JMF ........................................ 28

Gambar IV.2 Grafik Hasil Test Analisa Saringan Hari I ..................................... 29

Gambar IV.3 Grafik Hasil Test Analisa Saringan Hari II .................................... 29

Gambar IV.4 Diagram Histogram Frequensi Sentrifugal .................................... 32

Gambar IV.5 Diagram Histogram Frequensi Sentrifugal .................................... 32

Gambar IV.6 Regresi Linier Sentrifugal vs Refluks ............................................ 35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 UMUM

Pembangunan dan peningkatan jalan di Indonesia pada umumnya

menggunakan campuran beraspal dengan bahan pengikat aspal minyak penetrasi

60/70 dan 80/100. Sering ditemukan terjadinya kerusakan awal pada jalan-jalan

yang baru diperbaiki ataupun ditingkatkan. Kerusakan-kerusakan awal tersebut

dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah kesalahan desain,

kesalahan pelaksanaan dan pengawasan, kesalahan pemanfaatan serta kesalahan

yang tidak terduga seperti akibat bencana alam dan lain sebagainya.

Kadar aspal adalah salah satu parameter terpenting didalam mutu

keseluruhan dari perkerasan aspal beton selain faktor gradasi dan sifat-sifat

agregatnya. Apabila kadar aspal lebih kecil dari yang disyaratkan, maka akan

terjadi cacat permukaan berupa lubang (potholes), pelepasan butir dan sebaliknya

apabila kadar aspal lebih besar dari yang disyaratkan, maka akan terjadi retak

(cracks) berupa retak susut, keriting (corrugations), kegemukan (bleeding), dan

lain sebagainya.

I.2 LATAR BELAKANG MASALAH

Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan

aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar

partikel agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dalam campuran beraspal diperoleh dari friksi dan kohesi dari bahan-bahan

pembentuknya. Friksi agregat diperoleh dari ikatan antar butir agregat

(interlocking), dan kekuatannya tergantung pada gradasi, tekstur permukaan,

bentuk butiran dan ukuran agregat maksimum yang digunakan. Sedangkan sifat

kohesinya diperoleh dari sifat-sifat aspal yang digunakan.Oleh sebab itu kinerja

campuran beraspal sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat danaspal serta sifat-

sifat campuran padat yang sudah terbentuk dari kedua bahan tersebut.Perkerasan

beraspal dengan kinerja yang sesuai dengan persyaratan tidak akan dapatdiperoleh

jika bahan yang digunakan tidak memenuhi syarat, meskipun peralatan danmetoda

kerja yang digunakan telah sesuai.

Kadar aspal yang digunakan dalam campuran beraspal menjadi salah satu

penentu untuk menghasilkan perkerasan dengan kinerja yang baik. Dalam

memproduksi campuran beraspal panas, unit pencampur aspal AMP memproduksi

campuran sesuai dengan formula campuran kerja yang telah direncanakan.

Spesifikasi Bina Marga mengharuskan penyelenggara produksi untuk melakukan

pemeriksaan kadar aspal dalam campuran beraspal yang akan dihasilkan AMP

(Asphalt Mixing Plant). Spesifikasi mengharuskan pemeriksaan untuk setiap 200

ton campuran yang dihasilkan atau minimal 2 kali pemeriksaan kadar aspal dalam

sehari.

Di Indonesia pemeriksaan kadar aspal yang dilakukan di unit pencampur

aspal biasanya dilakukan pada pagi dan sore hari. Pemeriksaan kadar aspal ini bisa

dilakukan dengan beberapa metode, antara lain dengan metode sentrifugal dan

refluks. Metode sentrifugal memamfaatkan alat centrifuge extractor, dan metode

refluks menggukan refluks gelas untuk memeriksa kadar aspal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


I.3 PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk

membandingkan pemeriksaan kadar aspal dalam campuran dengan metode refluks

dan centrifuge extraction.

I.4 MAKSUD DAN TUJUAN

Penelitian ini dimaksudkan untuk membandingkan pemeriksaan kadar

aspal (ekstraksi) dalam campuran beraspal panas ( hotmix ) dengan menggunakan

alat refluks gelas dan centrifuge extractor.

Tujuan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada

pihak yang ingin melakukan ekstraksi campuran beraspal panas dalam hal

memilih alat yang digunakan antara centrifuge atau refluks ekstraktor.

I.5 RUANG LINGKUP DAN BATASAN MASALAH

Penelitian ini mempunyai ruang lingkup dan batasan masalah sebagai berikut :

1. Campuran beraspal panas yang akan diperiksa kadar aspalnya berasal dari

Aspal Mixing Plant PT. Karya Murni Perkasa Patumbak Medan.

2. Bahan yang digunakan sebagai pelarut untuk memisahkan aspal dan

agregat dalam penelitian ini adalah bensin untuk metode sentrifus dan

trichloroethylene untuk metode refluks.

3. Persentase kadar aspal pada JMF camuran beraspal dijadikan tolak ukur

dalam menentukan keakuratan pemeriksaan, persentase tersebut akan

dibandingkan dengan nilai rata – rata kadar aspal yang didapat dari kedua

metode yang digunakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


I.6 HIPOTESA

Penulis merumuskan hipotesa awal Ho : μ1 =μ2 yaitu hasil pemeriksaan

kadar aspal dengan metode sentrifugal dan refluks adalah sama dengan demikian

hipotesa alternatifnya adalah Ha : μ1 ≠μ2 yaitu hasil pemeriksaan kadar aspal

dengan kedua metode tidak sama.

I.7 METODOLOGI PENELITIAN

Metode pembahasan yang dilakukan pada tugas akhir ini adalah studi

eksperimental dengan mengumpulkan data – data hasil penelitian di laboratorium

dan memeriksa hasil penelitian berdasarkan spesifikasi, serta masukan dari dosen

pembimbing.

I.8 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I. PENDAHULUAN

Mencakup latar belakang penelitian, tujuan penelitian,batasan masalah, mamfaat

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini tentang teori – teori yang mendasari penelitian.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang metode – metode yang digunakandalam penelitian termasuk

pengambilan data, langkah penelitian dan analisa data.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Membahas tentang hasil penelitian dan menganalisa data yang diperoleh dari

penelitian yang telah dilakukan.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan penutup yang menyimpulkan hasil – hasil yang didapat dari penelitian

dan memberikan saran untuk penelitian yang lebih lanjut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Campuran Beraspal

Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan

aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar

partikel agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal

dalam campuran beraspal diperoleh dari friksi dan kohesi dari bahan-bahan

pembentuknya. Friksi agregat diperoleh dari ikatan antar butir agregat

(interlocking), dan kekuatannya tergantung pada gradasi, tekstur permukaan,

bentuk butiran dan ukuran agregat maksimum yang digunakan. Sedangkan sifat

kohesinya diperoleh dari sifat-sifat aspal yang digunakan.Oleh sebab itu kinerja

campuran beraspal sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat danaspal serta sifat-

sifat campuran padat yang sudah terbentuk dari kedua bahan tersebut.

II.2 Material Campuran Beraspal

Di dalam Manual Campuran Beraspal Panas, campuran beraspal adalah

suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal,

aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat

berperan sebagai tulangan.

II.2.1. AGREGAT

Agregat adalah material berbutir keras dan kompak, yang termasuk

didalamnya antara lain kerikil alam, agregat hasil pemecahan oleh stone crusher,

abu batu dan pasir. Agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


perkerasan jalan, dimana agregat menempati proporsi terbesar dalam campuran,

umumnya berkisar antara 90% - 95% dari berat total campuran.

1. Agregat Kasar

a. Fraksi agregat kasar untuk pengujian harus terdiri atas batu pecah

dan harus disediakan dalam ukuran-ukuran nominal tunggal.

b. Fraksi agregat kasar dalam petunjuk ini adalah agregat yang

tertahan diatas saringan No.8 (2,38 mm).

c. Agregat kasar yang digunakan, dalam hal apapun tidak boleh

menggunakan agregat kasar kotor dan berdebu serta jumlah bahan

lolos ukuran 0,075 mm tidak boleh lebih besar dari 1%.

d. Agregat kasar harus bersih, keras, awet, bebas dari lempung atau

bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan harus memenuhi

persyaratan yang diberikan pada tabel II.2 spesifikasi 2010.

Agregat kasar pada campuran beraspal berfungsi memberikan kekuatan

yang pada akhirnya mempengaruhi stabilitas dalam campuran, dengan kondisi

saling mengunci (interlocking) dari masing-masing partikel agregat. Agregat kasar

mempunyai peranan sebagai pengembang volume mortar, menjadikan campuran

lebih ekonomis, meningkatkan ketahanan mortar terhadap kelelehan (flow) dan

meningkatkan stabilitas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel II.1.Ketentuan Agregat Kasar spesifikasi tahun 2010

Pengujian Standar Nilai

Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan


SNI 3407:2008 Maks.12 %
magnesium sulfat

Abrasi dengan mesin Campuran AC bergradasi


SNI 2417:2008 Maks. 30%
Los Angeles kasar

Semua jenis campuran aspal


Maks. 40%
bergradasi lainnya

Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 %

Angularitas (kedalaman dari permukaan <10 cm) DoT’s


95/90 1
Pennsylvania
Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥ 10 cm)
Test Method, 80/75 1

PTM No.621

Partikel Pipih dan Lonjong ASTM D4791


Maks. 10 %
Perbandingan 1 :5

Material lolos Ayakan No.200 SNI 03-4142-1996


Maks. 1 %

Catatan :(*) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka
bidang pecah satu atau lebih dan 90% agregat kasar mmepunyai muka bidang
pecah dua atau lebih.
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Edisi 2010

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Agregat Halus

a. Agregat halus terdiri atas agregat hasil pemecah batu (abu batu)

atau pasir alam dengan ukuran lolos saringan No.8 (2,38 mm).

b. Agregat halus harus terdiri atas partikel-partikel yang bersih, keras,

tidak mengandung lempung atau bahan lain yang tidak

dikehendaki. Batu Pecah halus harus dihasilkan dari batu yang

memenuhi persyaratan spesifikasi tabel II.3. menunjukkan

persyaratan spesifikasi 2010.

Tabel II.2. Ketentuan Agregat Halus spesifikasi 2010

Pengujian Standar Nilai

Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min 50% untuk SS, HRS dan AC
bergradasi Halus

Min 70% untuk AC bergradasi


kasar

Material Lolos Ayakan No. 200 SNI 03-4428-1997 Maks. 8%

Kadar Lempung SNI 3423 : 2008 Maks 1%

Angularitas (kedalaman dari


Min. 45
permukaan < 10 cm)
AASHTO TP-33 atau

Angularitas (kedalaman dari ASTM C1252-93


permukaan  10 cm) Min. 40

Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Edisi 2010

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Penggunan pasir alam dibatasi dengan persetase maksimum ialah

15% dari berat total campuran.

3. Bahan Penggisi (Filler) untuk Campuran Aspal

a. Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu batu kapur

(limestone dust), kapur padam (hydrated lime), semen atau abu

terbang yang sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaaan. Bahan

tersebut harus bebas dari bahan yang tidak dikehendaki.

b. Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari

gumpalan-gumpalan.

Pada spesifikasi 2010, campuran beraspal harus mengandung bahan pengisi yang

ditambahkan tidak kurang dari 1% dan maksimum 2% dari berat total agregat.

Sedangkan pada spesifikasi 2006 tidak ada keharusan penambahan bahan

penggisi.

II.2.2 ASPAL

Aspal merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan yang bersifat

viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan

dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat menyelimuti

dan menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan masa

pelayanannya. Pada dasarnya aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang

disebut bitumen, oleh sebab itu aspal sering disebut material berbituminous.

Umumnya aspal dihasilkan dari penyulingan minyak bumi, sehingga

disebut aspal keras. Tingkat pengontrolan yang dilakukan pada tahapan proses

penyulingan akan menghasilkan aspal dengan sifat-sifat khusus yang cocok untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pemakaian yang khusus pula, seperti untuk pembuatan campuran beraspal,

pelindung atap dan penggunaan khusus lainnya.

II.2.2.1 Aspal Polymer/Modifikasi

Aspal modifikasi dibuat dengan mencampur aspal keras dengan suatu

bahan tambah. Polymer adalah jenis bahan tambah yang banyak digunakan saat

ini, sehingga aspal modifikasi sering disebut juga sebagai aspal polymer. Antara

lain berdasarkan sifatnya, ada dua jenis bahan polymer yang biasanya digunakan

untuk tujuan ini, yaitu polymer elastomer dan polymer plastomer.

II.2.2.1.1Aspal Polymer Elastomer

SBS (Styrene Butadine Styrene), SBR (Styrene Butadine Rubber), SIS

(Styrene Isoprene Styrene) dan karet adalah jenis-jenis polymer elastomer yang

biasanya digunakan sebagai bahan pencampur aspal keras. Penambahan polymer

jenis ini dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat rheologi aspal, antara lain

penetrasi, kekentalan, titik lembek dan elastisitas aspal keras. Campuran beraspal

yang dibuat dengan aspal polymer elastomer akan memiliki tingkat elastisitas

yang lebih tinggi dari campuran beraspal yang dibuat dengan aspal keras.

Persentase penambahan bahan tambah (additive) pada pembuatan aspal polymer

harus ditentukan berdasarkan pengujian laboratorium karena penambahan bahan

tambah sampai dengan batas tertentu memang dapat memperbaiki sifat-sifat

rheologi aspal dan campuran tetapi penambahan yang berlebihan justru akan

memberikan pengaruh yang negatif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


II.2.2.1.2 Aspal Polymer Plastomer

Seperti halnya dengan aspal polymer elastomer, penambahan bahan

polymer plastomer pada aspal keras juga dimaksudkan untuk meningkatkan sifat

rheologi baikpada aspal keras dan sifat fisik campuran beraspal. Jenis polymer

plastomer yangtelah banyak digunakan antara lain adalah EVA (Ethylene Vinyl

Acetate), polypropilene dan polyethilene. Persentase penambahan polymer ini ke

dalam aspalkeras juga harus ditentukan berdasarkan pengujian laboratorium

karena sampai dengan batas tertentu penambahan ini dapat memperbaiki sifat-sifat

rheologi aspaldan campuran tetapi penambahan yang berlebihan justru akan

memberikan pengaruhyang negatif.

II.2.2.2 Sifat Kimia Aspal

Aspal memiliki susunan kimia yang sangat kompleks, sehingga analisa

kimia aspal sangat sulit dilakukan dan memerlukan peralatan laboratorium yang

canggih, dan data yang dihasilkanpun belum tentu memiliki hubungan dengan

sifat rheologi aspal. Analisa kimia yang dilakukan biasanya hanya dapat

memisahkan molekul aspal dalam dua grup, yaitu aspalten dan malten.

Selanjutnya malten dapat dibagi lagi menjadi saturated, aromatik dan resin.

Walaupun begitu, pembagian ini tidak dapat didefinisikan secara jelas karena

adanya sifat yang saling tumpang tindih antara kelompok-kelompok tersebut.

II.2.2.2.1 Aspalten

Aspalten adalah unsur kimia aspal yang padat yang tidak larut dalam n-

penten. Aspalten berwarna coklat sampai hitam yang mengandung karbon dan

hydrogen dengan perbandingan 1:1, dan kadang-kadang juga mengandung

nitrogen, sulfur dan oksigen. Aspalten biasanya dianggap sebagai material yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bersifat polar dan memiliki bau yang khas dengan berat molekul yang cukup

berat. Molekul aspalten ini memiliki ukuran antara 5–30 nanometer. Besar

kecilnya kandungan aspalten dalam aspal sangat mempengaruhi sifat rheologi

aspal tersebut. Peningkatan kandungan aspalten dalam aspal akan menghasilkan

aspal yang lebih keras dengan nilai penetrasi yang rendah, titik lembek yang

tinggi dan tingkat kekentalan aspal yang tinggi pula.

II.2.2.2.2 Malten

Malten adalah unsur kimia lainnya yang terdapat di dalam aspal selain

aspalten. Unsur malten ini dapat dibagi lagi menjadi saturated, aromatik dan resin.

a. Saturated

Saturated adalah bagian dari molekul malten yang berupa minyak

kental yang bewarna putih atau kekuning-kuningan dan bersifat non-polar.

Saturated terdiri dari parafin (wax) dan non parafin, kandungannya di

dalam aspal berkisar antara 5-20% terhadap berat aspal.

b. Aromatik

Aromatik adalah unsur pelarut aspalten yang paling dominan di

dalam aspal. Aromatik berbentuk cairan kental yang berwarna coklat tua

dan kandungannya di dalam aspal berkisar antara 40-60% terhadap berat

aspal. Aromatik terdiri dari rantai karbon yang bersifat non-polar yang

didominasi oleh unsur tak jenuh (unsaturated) dan memiliki daya larut

yang tinggi terhadap molekul hidrokarbon.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Resin

Resin secara dominan terdiri dari hidrogen dan karbon dan

sedikitmengandung oksigen, sulfur dan nitrogen. Rasio kandungan unsure

hidrogen terhadap karbon didalam resin berkisar antara 1,3 sampai

1,4.Resin memiliki ukuran antara 1–5 nanometer, berwarna coklat,

berbentuksemi padat sampai padat, bersifat sangat polar dan memberikan

sifat adesifpada aspal. Didalam aspal, resin berperan sebagai zat

pendispersiaspaltene. Sifat aspal, SOL (larutan) atau GEL (jelli), sangat

ditentukan oleh proporsi, kandungan resin terhadap kandungan aspalten

yang terdapatdi dalam aspal tersebut.

Aspal memiliki struktur molekul yang sangat kompleks dan memiliki

ukuran yang bervariasi serta jenis ikatan kimia yang berbeda-beda. Semua jenis

molekul ini berinteraksi satu dengan yang lainnya dengan cara yang berbeda-beda,

cara berinteraksi antar molekul ini mempengaruhi tidak saja sifat kimia aspal

tetapi juga sifat fisik dari aspal tersebut.

Perubahan komposisi molekul-molekul yang terdapat di dalam aspal juga

akan mempengaruhi sifat fisik aspal. Hilangnya minyak ringan yang terkandung

dalam aspal akibat proses penguapan ataupun akibat dari proses destilasi hampa

akan menaikkan kandungan aspalten dalam aspal. Meningkatnya kandungan

aspalten ini akan meningkatkan viskositas aspal pada temperatur yang sama.

Selain itu, bila kadar aspalten di dalam suatu aspal dipertahankan tetap, maka :

- Peningkatan kadar aromatik dengan rasio saturated terhadap

resin yang konstan akan menurunkan kepekaan modulus geser

aspal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


- Peningkatan kadar saturated dengan rasio resin terhadap

aromatik yang konstan akan menaikkan nilai penetrasi aspal.

- Peningkatan kadar resin dalam aspal akan menurunkan nilai

penetrasi aspal, menurunkan indeks penetrasi aspal dan

menurunkan kepekaannya terhadap geser tetapi menaikkan

viskositas aspal.

Molekul-molekul aspal, aspalten, saturated, aromatik dan resin,

memilikiikatan dan berikatan secara kimia satu dengan yang lainnya. Ikatan ini

sangat lemahdan sangat dipengaruhi oleh panas dan tegangan geser. Ikatan ini

akan putus pada saataspal dipanaskan sehingga aspal akan mencair dan dapat

dituangkan. Ikatan ini akansegera terbentuk kembali dengan struktur yang berbeda

apabila aspal tersebut telahdingin. Putus dan terbentuknya kembali ikatan kimia

inilah yang memberikan sifatviskoelastis pada aspal. Karena struktur molekulnya

yang kompleks dan susunankimianya yang selalu berubah menyebabkan sulitnya

memprediksi kinerja dan sifatsifatfisik aspal berdasarkan analisa kimianya.

II.3 Ekstraksi Campuran Beraspal

Ekstraksi menurut RSNI M-05-(2004) adalah proses pemisahan campuran

dua atau lebih bahan dengan cara menambahkan pelarut yang dapat melarutkan

salah satu bahan yang ada dalam campuran tersebut. Ekstraksi campuran beraspal

sangat diperlukan untuk mendapatkan kembali komposisi bahan sesuai

perencanaan demi menjaga kualitas campuran beraspal. Pengujian kadar aspal

dalam campuran bersapal diharuskan untuk dilakukan oleh perusahaan

pemproduksi campuran beraspal minimal dua kali sehari pagi dan sore hari atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


setiap produksi 200 ton campuran beraspal. Ada tiga metode pengujian kadar

aspal yaitu solvent extraction (ekstraksi dengan pelarut),nuclear asphalt content

gauge dan ignition furnace.

Proses pengekstraksian aspal dengan memamfaatkan pelarut dapat

dilakukan dengan cara sentrifugal dan refluks. Metode lain yang dapat dilakukan

dengan menggunakan pelarut sebagai pengekstraksi seperti yang dilakukan oleh

Washington State Departement of Transportation dalam “ Asphalt Extraction

Study ” dilakukan dengan metode Vacuum Extraction dan Quick Extraction.

Metode ekstraksi refluks merupakan metode ekstraksi dengan

menggunakan pendingin yang akan mengubah uap pelarut menjadi cairan, dan

akan melarutkan aspal pada benda uji. Metode ekstraksi sentrifugal

memamfaatkan putaran yang dilakukan mesin pengekstraksi, pelarut akan

memisahkan aspal dengan agregat selama terjadi putaran pada mangkuk wadah

campuran ditempatkan. Putaran dilakukan hingga kecepatan 3600 rpm.

Berdasarkan Spesifikasi Umum Bina Marga tahun 2010 tabel 6.3.3.(2)

seksi 6.3 Campuran Beraspal Panas hal. 6-45 toleransi kadar aspal adalah ± 0,3%

terhadap berat total campuran.

II.4 Statistik Pengolahan Data Hasil Penelitian

Statistik dalam arti sempit adalah data, statistik adalah ukuran – ukuran

yang dikenakan pada sampel seperti rata – rata (mean),simpangan

baku,varians,dan lainnya. Dalam penelitian akan didapatkan hasil penelitian

berupa data, sebelum data diperoleh peneliti memberikan hipotesis sebagai

jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Ada 3 (tiga) bentuk

rumusan hipotesis yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


- Hipotesis deskriptif, yaitu dugaan tentang nilai suatu variabel

mandiri, tidak membuat perbandingan atau hubungan.

- Hipotesis komparatif, yaitu pernyataan yang menunjukkan

dugaan nilai dalam satu variabel atau lebih pada sampel yang

berbeda.

- Hipotesis hubungan, yaitu suatu pernyataan yang menunjukkan

dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.

Apabila rumusan hipotesa telah terbentuk ada beberapa metode untuk

pengujian hipotesa tersebut diantaranya Test Binomial, Chi Kuadrat, Run Test,

Uji Dua Pihak, Uji Satu pihak, Mc Nemar Test, Sign Test, Wilcoxon Match Pairs

Test, T-Test, dan lain sebagainya. Pengujian hipotesa ini dipilih berdasarkan jenis

hipotesa yang digunakan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


III.1 PROGRAM KERJA

Program kerja yang dilaksanakan pada penelitian ini digambarkan dalam


bagan alir berikut :
MULAI

Studi Literatur

Persiapan Alat :

Persiapan Campuran Beraspal Centrifuge Ekstractor

Refluks Gelas

Persiapan Pengujian

Pemeriksaan kadar aspal


dengan metode
centrifuge dan reflux

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

III.2Uraian Tahapan Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Studi pendahuluan adalah dengan mengumpulkan referensi-referensi yang

relevan yang akan digunakan sebagai dasar dalam penelitian serta menentukan

lokasi pengambilan bahan dan tempat pengujian. Seluruh pengujian kadar aspal

dalam campuran beraspal panas akan dilaksanakan di Laboratorium PT. Karya

Murni Perkasa, Patumbak Medan.

III.2.1 Persiapan Alat dan Bahan

Persiapan alat dan bahan adalah penyiapan/pengadaan bahan uji dan

peralatan untuk pengujian, adapun bahan dan peralatan tersebut:

1. Bahan uji (sampel)

Sampel yang akan diteliti adalah campuran beraspal panas

(hotmix) hasil produksi dari Asphalt Mixing Plant. Penelitian ini

menggunakan campuran beraspal panas hasil produksi PT. Karya Murni

Perkasa, Medan. Sampel yang akan diteliti langsung diambil dari mesin

produksi sebelum di tuangkan ke truck pengangkut. Kemudian sampel

dengan suhu panas diatas 150°C yang sudah diambil dibawa ke

laboratorium.

Ambil sekitar 5 kg hotmix dari sampel yang telah disediakan untuk

di quartering. Suhu sampel yang akan di quartering minimal 110° C. Dari

proses quartering sediakan sampel untuk pemeriksaan ekstraksi 1000 gr

untuk sampel centrifuge dan 500 gr untuk pemeriksaan reflux.

2. Peralatan yang diperlukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Alat uji pemeriksaan kadar aspal

Alat uji yang digunakan untuk memeriksa kadar aspal dalam

campuran beraspal (sampel) adalah centrifuge dan reflux extractor. Alat

pengering (oven) dan timbangan berat juga digunakan untuk menunjang ke

akuratan pemeriksaan kadar aspal.

b. Alat uji pemeriksaan gradasi agregat

Alat uji yang digunakan untuk memeriksa data gradasi agregat

hasil ekstraksi adalah sieve shaker machine.Alat pengering (oven) dan

timbangan berat juga digunakan untuk menunjang ke akuratan

pemeriksaan agregat.

III.2.2 Pengujian Campuran Beraspal (Sampel)

III.2.2.1 Pengujian Kadar Aspal Dalam Campuran Beraspal

Pengujian kadar aspal dilakukan dengan dua metode pengujian yaitu :

a. Metode Centrifuge

Metode ini menggunakan centrifuge extractor untuk memeriksa

kadar aspal dalam campuran beraspal dan bensin sebagai pelarut.

Prosedur percobaan :

- Masukkan benda ujian yang telah disiapkan seberat 1000gr ke dalam

cawan sentrifus.

- Letakkan cawan berisi sampel pada posisi yang benar pada alat

sentrifus.

- Tuangkan pelarut (dalam penelitian ini bensin) ke dalam cawan

sentrifus sampai merendam permukaan sampel dan biarkan beberapa

menit jangan lebih dari 1 jam.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


- Pasang kertas saring yang sudah dikeringkan pada suhu (110 ± 5)°C

dan telah ditimbang konstan di atas cawan.

- Tutup cawan rapat-rapat dengan klem dan letakkan gelas kimia di

bawah lubang pengeluaran larutan untuk mengumpulkan larutannya.

- Jalankan sentrifus dimulai dengan putaran rendah kemudian makin

tinggi hingga 3600 rpm.

- Hentikan alat sentrifus setelah tidak ada larutan yang mengalir dari

lubang pembuangan.

- Ulangi penambahan pelarut ke dalam cawan sentrifus sampai pelarut

yang keluar dari alat sentrifus tampak bening.

- Kumpulkan larutan yang keluar dari alat sentrifus.

- Ambil kertas saring dari cawan dan keringkan di udara kemudian

keringkan di oven sampai beratnya konstan pada suhu (110 ± 5)°C.

- Pindahkan semua isi cawan ke pan dan keringkan di ruang asam

kemudian keringkan di oven sampai beratnya konstan pada suhu (110

± 5)°C.

- Tentukan berat mineral dalam larutan.

b. Metode Reflux

Metode ini menggunakan reflux extractor untuk memeriksa kadar

aspal dalam campuran beraspal dan Trichloroethylene sebagai pelarut.

Prosedur percobaan :

- Keringkan kertas saring dalam oven 110°C ± 5°C dan timbang sampai

berat tetap.

- Timbang berat tiap rangka silinder yang telah dipasang kertas saring.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


- Masukkan benda uji yang telah disiapkan ke dalam rangka yang telah

diberi kertas saring berbentuk kerucut, bila digunakan dua rangka,

benda uji dibagi menjadi dua bagian dengan berat yang sama. Benda

uji harus terletak dibawah ujung atas dari kertas saring, tentukan berat

dari masing-masing rangka + benda uji.

- Tuangkan pelarut kedalam tabung gelas yang sudah berisi rangka dan

benda uji, dengan permukaan pelarut berada dibawah ujung kerucut.

- Bila digunakan dua rangka, tempatkan rangka atas pada rangka di

bawahnya.

- Letakkan kasa asbes di atas pelat pemanas listrik dan letakkan tabung

gelas di atasnya.

- Atur pemanasan sehingga pelarut yang terkondensasi membasahi

rangka yang berisi benda uji, jaga jangan sampai pelarut berlebih

masuk ke dalam penyaring pada kerucut.

- Teruskan ekstraksi dengan cara refluks, sampai pelarut berwarna

jernih.

- Matikan pelat pemanas listrik dan biarkan tabung cukup dingin untuk

dipegang, lepaskan pendingin dan pindahkan dari tabung.

- Pindahkan rangka dari dalam tabung, biarkan kering di udara, setelah

itu keringkan di dalam oven pada temperatur 110°C ± 5°C , setelah

kering agregat ditimbang.

- Saring filtrat dengan kertas saring yang telah ditimbang (B). keringkan

dalam oven pada temperatur 110 °C ± 5° C sampai berat tetap ,

timbang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


III.3 Pengolahan Data

Dalam melakukan pengolahan data, penulis menggunakan program

komputer SPSS 17 sebagai software utama untuk mengolah data dalam penulisan

skripsi ini. Selain itu juga digunakan software Microsoft Excel sebagai software

pembantu.

III.4Analisis Data

Dari data pengujian kadar aspal yang didapat, di lakukan uji hipotesa

dengan metode Statistik Parametris t-test. Terdapat 2 (dua) rumus yang dapat

digunakan untuk menguji hipotesa dengan metode t-test sebagai berikut:

𝐱 𝟏 − ̅̅̅
̅̅̅ 𝐱𝟐
𝐭=
𝐬𝟏 𝟐 𝐬𝟐 𝟐
√ +
𝐧𝟏 𝐧𝟐

Rumus t-test Separated Varians

𝐱 𝟏 − ̅̅̅
̅̅̅ 𝐱𝟐
𝐭=
(𝐧𝟏 −𝐧𝟐 )𝐬𝟏 𝟐 + (𝐧𝟏 − 𝟏)𝐬𝟐 𝟐 𝟏 𝟏
√ [𝐧 + 𝐧 ]
𝐧𝟏 + 𝐧𝟐 −𝟐 𝟏 𝟐

Rumus t-test Polled Varians

Untuk memilih rumus t-test yang digunakan, terdapat beberapa petunjuk yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Bila jumlah anggota sampel n1 = n2 maka varians homogens, dapat

digunakan rumus t-test baik separated maupun polled varians. Untuk

mengetahui t-tabel digunakan dk yang besarnya dk = n1+n2 – 2.

b. Bila n1 ≠ n2, varians homogen dapat digunakan t-test dengan polled

varians. Besarnya dk = n1+n2 -2.

c. Bila n1= n2, varians tidak homogeny dapat digunakan rumus separated

maupun polled dengan dk = n1 – 1 atau dk = n2 – 1 jadi derajat kebebasan

(dk) bukan n1 + n2 -2.

d. Bila n1 ≠ n2, dan varians tidak homogen digunakan rumus separated

varians. Harga t sebagai pengganti harga t-tabel dihitung dari selisih

harga.t-tabel dengan dk = n1 – 1 dan dk = n2 - , dibagi dua dan kemudian

ditambahkan dengan harga t yang terkecil.

Bila t-hitung yang didapat lebih kecil dari t-tabel,maka Ho diterima dan H1

ditolak, sebaliknya jika t-hitung lebih besar dari t-tabel maka Ho ditolak dan H1

diterima. Setelah uji hipotesa dilakukan, data hasil pengujian kemudian di

regresikan untuk mendapatkan nilai koefisien korelasi (r).

BAB IV

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Penyajian Data

IV.1.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Aspal

Campuran beraspal panas yang dijadikan sampel untuk diperiksa kadar

aspalnya dalam penelitian ini merupakan hasil produksi dari AMP PT. Karya

Murni Perkasa. Kadar aspal dari campuran beraspal ini, telah diketahui sesuai

dengan JMF yang nilainya 6,30% dari total campuran. Penelitian dilakukan

selama 5 hari dengan hasil sebagai berikut :

Tabel IV.1 Hasil Pengujian Kadar Aspal


Sentrifugal Refluks
Hari
Waktu Kadar Aspal Waktu Kadar Aspal

I. 09.00 – 10.30 6,27 08.00 – 15.00 6,28


16.00 – 17.30 6,29 15.00 – 22.00 6,29
II. 09.00 – 10.30 6,29 08.00 – 15.00 6,29
16.00 – 17.30 6,29 15.00 – 22.00 6,29
III. 09.00 – 10.30 6,29 08.00 – 15.00 6,30
16.00 – 17.30 6,28 15.00 – 22.00 6,29
IV. 09.00 – 10.30 6,31 08.00 – 15.00 6,31
16.00 – 17.30 6,30 15.00 – 22.00 6,31
V. 09.00 – 10.30 6,30 08.00 – 15.00 6,31
16.00 – 17.30 6,30 15.00 – 22.00 6,31

IV.1.2 Hasil Pemeriksaan Analisa Saringan

Berikut ini adalah grafik gradasi agregat yang digunakan untuk membuat

campuran beraspal panas sesuai JMF dan beberapa grafik gradasi agregat yang

dihasilkan setelah proses ekstraksi :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Grafik Gradasi Campuran AC -WC

0,0 0,1 1,0 10,0 100,0


100 100

90 90
Gradasi AC - WC
80 80

JUMLAH MELALUI SARINGAN ( PERSEN )


70 70

Spec. AC - WC
60 60

50 50

40 40

30 30

20 20

10 10

0 0

Gambar IV.1 Gradasi Agregat Gabungan sesuai JMF

Grafik Gradasi Campuran AC -WC

0,0 0,1 1,0 10,0 100,0


100 100

90 90
Gradasi AC - WC
80 80

JUMLAH MELALUI SARINGAN ( PERSEN )


70 70

Spec. AC - WC
60 60

50 50

40 40

30 30

20 20

10 10

0 0

Gambar IV.2 Grafik Hasil Test Analisa Saringan Hari I

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Grafik Gradasi Campuran AC -WC

0,0 0,1 1,0 10,0 100,0


100 100

90 90
Gradasi AC - WC
80 80

JUMLAH MELALUI SARINGAN ( PERSEN )


70 70

Spec. AC - WC
60 60

50 50

40 40

30 30

20 20

10 10

0 0

Gambar IV.3 Grafik Hasil Test Analisa Saringan Hari II

IV.1.3 Hasil Pemeriksaan Nilai Karakteristik Marshall

Pada penelitian ini, pengujian Marshall dilakukan sebagai kontrol nilai

karakteristik marshall dari campuran yang akan di ekstraksi, yang akan

membuktikan bahwa campuran yang akan diekstraksi telah memenuhi persaratan

sesuai spesifikasi Bina Marga. Hasil pengujian Marshall dapat dilihat pada tabel

IV.2 sebagai berikut :

Tabel IV.2 Hasil Pengujian Karakteristik Marshall


Hari
No. Jenis Pemeriksaan Spesifikasi
I II III IV V

1. Density (%) 2,280 2,277 2,280 2,276 2,275 -

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Stability (kg/cm2) 1.082 1.067 1.082 1.097 1.053 800

3. Flow (mm) 4,00 4,06 4,06 4,01 4,10 3

4. Marshall Quotient (kg 2,66 2,58 2,61 2,68 2,52 250

/mm)

IV. 2 Analisa Data Hasil Pengujian Kadar Aspal

Tabel IV.1 Hasil Pengujian Kadar Aspal

Hari Centrifuge Reflux

I. 6,27 6,28
6,29 6,29
II. 6,29 6,29
6,29 6,29
III. 6,29 6,30
6,28 6,29
IV 6,31 6,31
6,30 6,31
V. 6,30 6,31
6,30 6,31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan data kadar aspal di atas melalui pengolahan data dengan

program SPSS 17, didapatkan nilai sebagai berikut :

Tabel IV.3 Descriptive Statistics


N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Sentrifugal 10 6.2930 0,01252 6.27 6.31

Refluks 10 6.2980 0,01135 6.28 6.31

Dari table IV.2 di dapatkan nilai Standar Deviasi dari kedua metode

pengujian adalah 0,01252 dan 0,01135 lebih kecil dari 0,05, nilai ini menunjukkan

data yang didapatkan bersifat Homogen. Nilai mean atau nilai rata – rata yang

didapat dari penelitian adalah 6,2930 untuk sentrifugal dan 6,2980 untuk refluks

dan kadar aspal yang direncanakan sesuai JMF adalah 6,30 maka penulis

menyimpulkan metode refluks memiliki tingkat keakurasian yang lebih tinggi

dalam hal pemeriksaan kadar aspal bila di tinjau dari nilai rata – rata (mean) yang

didapat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar IV.4 Diagram Histogram Frequensi Sentrifugal

Gambar IV.5 Diagram Histogram Frekuensi Refluks

IV.3 Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji t-test. Pada uji t-test bila jumlah

anggota sampel sama (n1=n2) dan varians juga homogen maka digunakan rumus

sebagai berikut:

𝐱 𝟏 − ̅̅̅
̅̅̅ 𝐱𝟐
𝐭=
𝐬𝟏 𝟐 𝐬𝟐 𝟐
√ +
𝐧𝟏 𝐧𝟐

Hipotesis yang digunakan adalah:

Ho : μ1 = μ2 tidak terdapat perbedaan

Ha : μ1 ≠ μ2 terdapat perbedaan

Dengan kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

Ho diterima apabila t-hitung < t-tabel

Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan pengolahan data pada program SPSS.17 diperoleh hasil:

Tabel IV.4 Statistik

Refluks Sentrifugal
n1 = 10 n2 = 10
𝑋̅1 = 6.298 𝑋̅2 = 6.293
S1 = 0.0113 S2 = 0.0125
S12 = 0.00013 S22 = 0.00016

Sehingga dapat dihitung nilai t:

6.298 − 6.293
t=
0.00016 0.00013
√ +
10 10

0.0050
t=
0.0053

t = 0.936

Harga t hitung diatas kemudian dibandingkan dengan harga t table, yaitu:

dk = n1 + n2 – 2

= 10 + 10 – 2

= 18 dan α = 5 % maka dk = 2.101

Berdasarkan perhitungan tersebut, ternyata t hitung lebih kecil dari t table (0.936<

2.101). Dengan demikian Ho diterima, maka tidak terdapat perbedaan hasil

pemeriksaan kadar aspal dengan menggunakan metode Sentrifugal dan metode

refluks.

IV.4 Regresi Linier Sederhana

Tabel IV.5 Perkalian Untuk Regresi Linier


Sentrifugal (sb.y) Refluks (sb.x)
No. x2 y2 xy
(%) (%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. 6,27 6,28 39,4384 39,3129 39,3756

2. 6,29 6,29 39,5641 39,5641 39,5641

3. 6,29 6,29 39,5641 39,5641 39,5641

4. 6,29 6,29 39,5641 39,5641 39,5641

5. 6,29 6,30 39,6900 39,5641 39,6270

6. 6,28 6,29 39,5641 39,4384 39,5012

7. 6,31 6,31 39,8161 39,8161 39,8161

8. 6,30 6,31 39,8641 39,6900 39,7530

9. 6,30 6,31 39,8161 39,6900 39,7530

10. 6,30 6,31 39,8641 39,6900 39,7530


∑ 62,92 62,98 396,6492 395,8938 396,2712
Dari data diatas dapat dihitung regresi linier kadar aspal yang didapat. Rumus

regresi linier sederhana :

y = a + bx

∑𝒚 ∑𝒙
dimana; a= −𝒃
𝒏 𝒏

𝒏∑𝒙𝒚−(∑𝒙)(∑𝒚)
b=
𝒏 ∑ 𝒙𝟐 −(∑ 𝒙)𝟐

Dari rumus diatas di dapatkan nilai a = 0,6455 dan b = 0,8965, maka persamaan

regresi linier sederhananya adalah:

y = 0,6455 + 0,8965x
Rumus koefisien korelasi :

𝒏 ∑ 𝒙𝒚−(∑ 𝒙)(∑ 𝒚)
r=
√𝒏 ∑ 𝒙𝟐 −(∑ 𝒙)𝟐 √𝒏 ∑ 𝒚𝟐 −∑ 𝒚𝟐

Maka nilai koefisien korelasinya adalah: r = 0,8965 jadi r2 = 0,8038

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kadar Aspal Sentrifugal vs Refluks
6,32

y = 0,8966x + 0,6455
6,31 R² = 0,8038

6,30
Sentrifugal

Kadar Aspal
6,29
Linear (Kadar Aspal)

6,28

6,27
6,27 6,28 6,29 6,3 6,31 6,32
Refluks

Gambar IV.6 Regresi Linier Sentrifugal vs Refluks

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat dibuat kesimpulan sebagai

berikut:

1. Nilai kadar aspal yang diperoleh dari penelian dengan metode sentrifugal

minimum 6,27 – maksimum 6,31 dan dengan metode refluks minimum

6,28 – maksimum 6,31. Nilai rata – rata (mean) untuk kedua metode

adalah sentrifugal 6,2930 dan refluks 6,2980.

2. Berdasarkan uji hipotesa dengan metode t-test menunjukkan t-hitung yang

didapatkan 0,936 lebih kecil dari t-tabel 2.101 berarti Hipotesa Nol

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


diterima dan Hipotsa Alternatif ditolak. Ho : μ1 = μ2 “ hasil pemeriksaan

kadar aspal dengan metode sentrifugal dan refluks adalah sama” atau

“tidak ada perbedaan hasil pemeriksaan kadar aspal dengan metode

sentrifugal dan refluks”.

3. Persamaan regresi linier sederhana yang didapat dengan menjadikan salah

satu metode sebagai variabel sb.x dan metode lainnya sebagai variabel

sb.y adalahy = 0,6455 + 0,8965x, dan nilai koefisien korelasi didapat r =

0,8965maka r2 = 0,8038.

4. Berdasarkan aspek efektif,ekonomis dan efisien pengujian kadar aspal

dengan metode sentrifugal lebih baik untuk digunakan karena waktu

pemeriksaan yang lebih singkat yaitu ± 1 jam 30 menit sedangkan refluks

± 7 jam. Selain itu metode sentrifugal dapat memanfaatkan kedua pelarut

baik bensin maupun trichloroethylene untuk mengekstraksi Hotmix

berbeda dengan refluks yang hanya dapat menggunakan trichloroethylene.

Harga trichloroethylene yang jauh lebih mahal menjadikan metode

sentrifugal lebih ekonomis untuk digunakan.

V.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disarankan beberapa

hal:

1. Dalam hal waktu pengerjaan metode sentrifugal jauh lebih baik untuk

digunakan untuk melakukan proses ekstraksi campuran beraspal.

2. Dalam hal tingkat keamanan metode sentrifugal lebih aman untuk

dilakukan karena kedua metode ini menggunakan pelarut yang rentan

terbakar, dan metode refluks memamfaatkan pemanasan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mengekstraksi campuran berbeda dengan sentrifugal yang memamfaat

kecepatan putaran sentrifuge ekstraktor.

3. Dalam hal pelarut yang digunakan metode sentrifugal lebih unggul karena

dapat memanfaatkan kedua pelarut baik bensin dan trichloroethylene.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jendral Prasarana

Wilayah. 2002. Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas.

2. Tm, Suprapto. 2006. Bahan dan Struktur Jalan Raya. Edisi Ketiga.

Yogyakarta : Biro Penerbit KMTS FT UGM.

3. Hadijah, Ida. 2011, “Evaluasi Variasi Bahan Pelarut Untuk Penentuan Kadar

Aspal Optimum”. Vol.1

4. AASHTO T-164.1998. Standard Method of Test For Quantitative Extraction

of Bitumen Paving Mixture Method B.

5. AASHTO T-164.1990. Standad Method of Test, for Quantitative Extraction of

Bitumen, from Bituminous Paying Mixt ures Method A. Washington DC

20001.

6. Washington State Departement of Transportation. 1988. Asphalt Extraction

Study.

7. Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA.

8. Wiratha, I Made. 2005. Pedoman Penulisan Ulasan Penelitian, Skripsi, dan

Tesis. Edisi I. Yogyakarta: ANDI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai