2018
Himawan, Hartono
Universitas Sumatera Utara
https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/10055
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ALTERNATIF PENANGANAN BANJIR SUNGAI DELI DENGAN
MODEL TEROWONGAN AIR (TUNNEL)
TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
HARTONO HIMAWAN
13 0404 022
Pembimbing :
Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia, M.Sc
19660417 199303 1 004
Banjir merupakan suatu bencana alam yang terjadi karena meluapnya sejumlah debit air
dari sungai yang dikarenakan tingginya intensitas curah hujan pada suatu daerah. Di kota
Medan terdapat sebuah sungai yang membelah kota yaitu sungai Deli. Sungai Deli terbentang
sepanjang 72km dengan cakupan DAS seluas 472,96 km2 mulai dari kabupaten Karo sampai
kota Medan.
Penelitian ini menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu dan Gamma 1
yang berguna untuk membandingkan debit banjir. Data yang diperoleh adalah data primer dan
dat sekunder.
Dalam hasil analisa curah hujan yang digunakan untuk perhitungan intensitas curah hujan
adalah nilai distribusi curah hujan Distribusi Log Person III dan penelitian ini lebih fokus
terhadap debit banji periode ulang 25 tahun.
Dari hasil perhitungan debit banjir Q25 dengan metode HSS Nakayasu sebesar 203,218
m /s dan HSS Gamma 1 sebesar 433,419 m3/s. Pada penelitian ini menggunakan metode
3
routing maka debit yang diambil untuk merencakan tunnel ialah sebesar 135,519 m3/s yang
dihitung dengan Q25 Nakayasu. Dengan mengatahui kapasitas sungai Deli sebesar 90 m3/s,
maka debit yang masuk ke tunnel sebesar 45,519 m3/s dan diperoleh dimensi tunnel
berdiameter sebesar 6,22 meter dengan sudut 270o dan berdiameter 6,5 meter dengan sudut
240o.
Dapat disimpulkan bahwa debit yang masuk ke dalam tunnel berdiameter 6,5 meter dapat
mencapai kedalaman 2,91 meter dan dari penelitian ini berdasarkan nilai cross section yang
dimasukkan ada beberapa titik yang terkena banjir dimulai dari kawasan Avros kecamatan
Medan Polonia sampai ke Kesawan kecamatan Medan Barat .
Kata Kunci : Hidrograf Satuan Sintetik, Nakayasu, Gamma 1, DAS Deli, tunnel
Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan karunia
kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Shalawat dan
salam penulis ucapkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah memberi
keteladanan tauhid, ikhtiar dan kerja keras sehingga menjadi panutan dalam menjalankan setiap
aktivitas kita sehari-hari, karena sungguh suatu hal yang sangat sulit yang menguji ketekunan
dan kesabaran untuk tidak pantang menyerah dalam menyelesaikan penulisan ini.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada
Program Studi Strata Satu (S1) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera
“Alternatif Penanganan Banjir Sungai Deli Dengan Model Terowongan Air (Tunnel)”
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari
dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
1. Ayahanda Agus Gunawan dan Ibunda Dewi Kemala Sari tercinta yang merupakan
malaikat tanpa sayap dalam kehidupan serta kakak saya Rizki Pratama Ningsih yang
2. Bapak Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia, M.Sc., sebagai Dosen Pembimbing yang telah
tugas akhir penulis dan juga sebagai orang tua yang telah sabar memberikan arahan,
3. Ibu Ir. Seri Maulina, M.Si, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara.
ii
5. Bapak Ir. Andy Putra Rambe, MBA., sebagai Sekertaris Departemen Teknik Sipil
6. Bapak Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia, M.Sc., sebagai koordinator Teknik Sumber
Daya Air Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
7. Bapak Ivan Indrawan, ST, MT., dan Kakanda Riza Inanda Siregar, ST, MT., sebagai
dosen pembanding dan penguji atas saran dan masukkannya yang diberikan kepada
8. Abangda Robi Arianta Sembiring, ST, M.Eng yang telah banyak membantu dalam
Sumatera Utara yang telah membimbing dan memberikan pengajaran kepada penulis
10. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama ini kepada penulis.
11. Terima kasih kepada seluruh teman – teman seperjuangan angkatan 2013 yang
selama ini memberikan segala bantuan dan terkhususnya teman – teman ‘kontrakan’
dan ‘Anak Air’ (Hendra, Andri, Heru, Idris, Panji Boi, Adi, Yahya, Angelina, Rizka,
12. Terima kasih untuk Yayasan Karya Salemba Empat yang telah memberi penulis
bantuan finansial berupa beasiswa agar dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dan
pelatihan yang sangat berharga di Lanud Adi Sutjipto Yogyakarta dan Hotel Dominic
Purwokerto.
iii
Karya Salemba Empat USU yang mengajari penulis banyak hal tentang ilmu yang
14. Terima kasih kepada Rahmah EL Candra atas dukungan semangat pantang menyerah
dan selaku orang yang spesial saat jumpa pertama karena Karya Salemba Empat.
15. Terima kasih yang sangat luar biasa untuk adik adik 2016 yang membantu semangat
dan doa demi kelancaran Tugas Akhir ini (Jansen, Saleh, Okta, Muammar, Eka Fadli,
Zal, Dandy, Hilda, Fikri) dan yang lainnya yang tidak tersebut seluruhnya.
16. Dan segenap pihak yang belum penulis sebut di sini atas jasa-jasanya dalam
mendukung dan membantu penulis dari segiapapun, sehingga Tugas Akhir ini dapat
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari
Terimakasih saya ucapkan diakhir kata, semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi para
pembaca. Amin
Hartono Himawan
13 0404 022
iv
ABSTRAK .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
2.1 Banjir............................................................................................................ 8
2.5 Hidrologi...................................................................................................... 24
vi
vii
4.12 Analisa Kapasitas Sungai Deli dengan HEC – RAS .................................. 114
viii
5.2 Saran.............................................................................................................128
LAMPIRAN...................................................................................................................xix
ix
xi
xii
xiii
Gambar 4.7 Grafik Unit Hidrograf HSS Gamma I (Kampung Aur)........................ 107
Gambar 4.8 Grafik Unit Hidrograf HSS Nakayasu (Kampung Aur)....................... 111
xiv
xv
PENDAHULUAN
Banjir merupakan kata yang sangat popular di Indonesia, khususnya dalam musim hujan,
mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir. Sehingga banjir dapat di
definisikan sebagai suatu bencana alam yang terjadi karena meluapnya sejumlah debit air dari
sungai yang dikarenakan tingginya intensitas curah hujan pada suatu daerah sehingga
penampang yang ada tidak mampu lagi menampung sejumlah debit air yang datang dari saluran
drainase yang bermuara pada sungai tersebut. Akibat tingginya intensitas curah hujan di hulu,
air meluap hingga melewati tanggul sungai dan masuk ke daerah pemukiman warga yang ada
di sekitarnya.
Banjir merupakan salah satu permasalahan yang serius bagi banyak negara di dunia. Pada
negara-negara tropis khususnya Indonesia, banjir umumnya disebabkan oleh curah hujan yang
tinggi di atas normal, sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai
yang terbentuk secara alamiah serta sistem saluran drainase yang tidak mampu lagi
menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga terjadi luapan air yang menggenangi
kawasan tersebut.
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwasanya banjir selalu saja menjadi
permasalahan serius yang sering muncul di daerah perkotaan akibat pesatnya pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan. Gejala pembangunan kota di Indonesia tidak lagi mengacu pada
rancangan kota yang memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Bencana banjir akan
materi, kerugian moril yang timbul adalah kondisi mental yang menurun atau terganggu karena
kehilangan harta benda akibat bencana banjir. Dampak banjir ini pun terdiri dari tiga kategori,
yaitu :
2. Dampak sekunder
3. Dampak tersier
Sebagai negara yang di lewati garis khatulistiwa, Indonesia hanya memiliki dua musim
saja yaitu musim hujan dan musim kemarau. Maka dari itu tak jarang bila musim hujan datang
banyak sekali kejadian banjir yang melanda beberapa kota di Indonesia tidak terkecuali kota-
kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Medan, Bandung, Surabaya ataupun kota lainnya.
Permasalahan banjir di Indonesia sudah menjadi masalah klasik yang tidak kunjung henti
2. Sampah
Berdasarkan harian Kompas edisi 29 Mei 2012, banjir di Indonesia menempati urutan ke
6 dari 162 negara dengan jumlah 1.101.507 orang yang akan terkena dampaknya. Sedangkan
menurut data kejadian banjir 1979 – 2009 dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) provinsi Sumatera Utara menempati urutan ke 4 dari 33 provinsi yang ada di Indonesia
dengan kejadian banjir yang mencapai 175 kali kejadian setelah Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Jawa barat. Kejadian banjir tersebut umumnya terjadi di ibu kota provinsi Sumatera Utara yaitu
Kota Medan. Tabel 1.1 berikut adalah data kejadian bencana banjir yang terjadi di Indonesia
kota Medan. Sebagian besar banjir di akibatkan karena meluapnya sungai Deli, yang mana
sungai ini menjadi saluran utama yang mendukung drainase kota dan memiliki panjang sungai
mencapai 72 km dengan luas DAS 472,96 Km2. Sungai Deli beserta anak dan ranting
sungainya mengalir dari Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang dan melintasi Kota Medan
sebelum bermuara ke Selat Malaka. Bagian hulu sungai pada umumnya berada di Kabupaten
Karo dan Kabupaten Deli Serdang, sedangkan bagian tengah dan hilir berada di Kota Medan
Banjir yang terjadi di kota Medan dipengaruhi oleh perubahan tata guna lahan. Karena
apabila terjadi perubahan lahan dari yang awalnya lahan tersebut sebagai lahan resapan yang
kini berubah menjadi lahan kedap air seperti perkerasan aspal dan atap bangunan, maka jika
terjadi hujan lahan yang awalnya sebagai resapan tidak mampu lagi berfungsi sebagai reservoar
alami sehingga air mengalir ke daerah yang lebih rendah dengan debit yang lebih besar. Selain
perubahan tata guna lahan, banjir di kota Medan terjadi karena dua hal, yaitu :
oleh meluapnya sungai Deli. Seperti pada kasus yang terjadi pada beberapa waktu lalu tepatnya
pada Rabu 27 September 2017, meluapnya sungai Deli dan sungai Babura merendam
pemukiman warga di kelurahan Sei Mati, kecamatan Medan Maimun. Akibatnya sebanyak 355
rumah dan 1.320 jiwa terkena dampaknya. Tidak hanya pada kelurahan Sei Mati saja, tetapi
akibat dari meluapnya sungai Deli, kelurahan Aur yang berada pada kecamatan Medan
Maimun juga ikut terkena dampaknya, tercatat ada 25 rumah dan 140 jiwa yang terendam
banjir. Dan sekitar 85 rumah juga ikut terendam banjir pada kelurahan Kuala Bekala kecamatan
Medan Johor. Pada umumnya ketinggian air saat banjir ialah berkisar antara 50 – 80 cm.
Selain pada tanggal tersebut tercatat juga bahwa banjir yang terjadi akibat meluapnya
sungai Deli terjadi pada Kamis 23 Februari 2017. Tepatnya pada lingkungan IV, kelurahan
Aur, kecamatan Medan Maimun di terjang banjir kiriman. Menurut pengamatan warga
ketinggian air mencapai 100 cm atau melebihi pinggang orang dewasa. Dan akibat dari
Melihat peristiwa banjir yang terus – menerus melanda kota Medan, seharusnya
pemerintah kota sigap dalam mengatasi banjir yang terjadi hampir di seluruh kecamatan,
khususnya pada kecamatan Medan Maimun bila hujan datang dan banjir merendam
pemukiman warga. Walaupun sudah berbagai macam cara dilakukan pemerintah tetapi kota
Medan masih saja tergenang oleh banjir yang terjadi saat hujan mengguyur kota Medan.
Akhir – akhir ini pemerintah kota Medan gencar melalukan perbaikan dan permbuatan
drainase di seluruh kecamatan yang ada di kota Medan secara merata, yang mana nantinya
dengan adanya perbaikan dan pembuatan drainase ini dapat membantu mengurangi genangan
Walaupun sudah diperbaiki dan dilakukan pengerukan sedimen pada drainase kota, tidak
jarang kota Medan masih digenangi banjir akibat hujan. Ditambah dengan adanya Medan
sungai Deli meluap.. Sehingga muncul ide dari penulis dengan membuat perencanaan saluran
penanganan banjir yaitu terowongan air (tunnel)pada kawasan yang sering sekali terjadi banjir.
Seperti yang ada pada negara tetangga yaitu Malaysia, negara tersebut mampu
membebaskan kotanya dari banjir dengan sistem tunnel yang mana tunnel ini memiliki banyak
fungsi, seperti pada saat hujan tiba tunnel tersebut berfungsi sebagai pengalir air banjir dan saat
keadaan normal dapat berfungsi sebagai jalan lalu lintas kendaraan. Tetapi melihat
perekonomian Indonesia dan kondisi yang ada, tentu pembuatan tunnel seperti yang dimiliki
Malaysia tidaklah mudah dan membutuhkan biaya yang sangat besar. Maka dari itu peneliti
merencanakan dimensi tunnel dengan penampang yang lebih kecil dan tujuan dari pembuatan
tunnel ini dapat berjalan sesuai yang direncanakan yaitu mampu mengurangi air banjir yang
melanda kota Medan bila terjadi hujan yang dapat menimbulkan banjir.
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil berdasarkan latar belakang yang telah
Adapun tujuan dilakukannya penelitian tugas akhir ini ialah sebagai berikut :
1. Menentukan dimana lokasi yang tepat dalam perencanaan dan pembuatan tunnel di kota
Medan.
2. Menentukan seberapa besar dimensi diameter dan panjang tunnel yang diperlukan dalam
perencanaan dan pembuatan tunnel di kota Medan sesuai dengan debit banjir Q25.
Penelitian tugas akhir ini hanya membahas masalah pada sungai Deli dengan lingkup
2. Menganalisis penerapan model tunnel untuk mengatasi banjir sungal Deli pada kota Medan
Adapun manfaat yang diambil dari penelitian tugas akhir ini adalah :
1. Memberi informasi dan data tentang rencana pembangunan terowongan air (tunnel) di
wilayah kota Medan kepada pihak yang hendak melakukan pembuatan tunnel tersebut.
2. Memberi informasi kepada warga di kawasan yang terkena banjir bahwa akan dilakukannya
3. Menjadi acuan untuk peneliti lain dalam merencanakan tunnel pada daerah lain.
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup penelitian, manfaat
Menguraikan tentang beberapa teori dasar yang digunakan sebagai pedoman dalam
Menjelaskan tentang lokasi penelitian, metode yang digunakan dalam analisa, dan
yang masih dapat dikerjakan dengan lebih baik dan dapat dikembangkan lebih
lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Banjir
Banjir dalam pengertian umum adalah debit aliran air sungai dalam jumlah yang tinggi,
atau debit aliran air di sungai secara relatif lebih besar dari kondisi normal akibat hujan yang
turun di hulu atau di suatu tempat tertentu terjadi secara terus menerus, sehingga air tersebut
tidak dapat ditampung oleh alur sungai yang ada, maka air melimpah keluar dan menggenangi
daerah sekitarnya (Peraturan Dirjen RLPS No.04 thn 2009). Adapula yang mendefinisikan
banjir merupakan peristiwa alam yang dapat menimbulkan kerugian harta benda penduduk
serta dapat pula menimbulkan korban jiwa. Dikatakan banjir apabila terjadi luapan air yang
disebabkan kurangnya kapasitas penampang saluran. Banjir di bagian hulu biasanya arus
banjirnya deras, daya gerusnya besar, tetapi durasinya pendek. Sedangkan di bagian hilir
arusnya tidak deras (karena landai), tetapi durasi banjirnya panjang (Robert J. Kodoatie,
Sugiyanto, 2001). Selain itu banjir juga dapat di definisikan naiknya permukaan air lantaran
curah hujan yang diatas normal, perubahan suhu, tanggul/bendungan yang bobol, pencairan
salju yang cepat, terhambatnya aliran air di tempat lain (Ligal, 2008).
Maka dari beberapa pendapat mengenai definisi banjir dapat ditarik kesimpulan bahwa
banjir adalah suatu bencana alam yang terjadi karena meluapnya sejumlah debit air dari sungai
yang dikarenakan tingginya intensitas curah hujan pada suatu daerah sehingga penampang
yang ada tidak mampu lagi menampung sejumlah debit air yang datang dari saluran drainase
yang bermuara pada sungai tersebut. Akibat tingginya intensitas curah hujan di hulu, air meluap
hingga melewati tanggul sungai dan masuk ke daerah pemukiman warga yang ada di
sekitarnya.
Jenis banjir terbagi berdasarkan lokasi sumber aliran permukaan dan berdasarkan
a) Banjir Kiriman (banjir bandang): Banjir yang diakibatkan oleh tingginya curah hujan
b) Banjir lokal: banjir yang terjadi karena volume hujan setempat yang melebihi
b) Irregular Flood: Banjir yang diakibatkan oleh selain hujan, seperti tsunami,
kategori, yaitu banjir karena faktor alam dan faktor manusia seperti pada tabel 2.1 berikut :
Penyebab Banjir
banjir seperti yang saat ini ialah perubahan tata guna lahan. Perubahan tata guna lahan
merupakan penyebab utama banjir dibandingkan dengan yang lainnya. Sebagai contoh, apabila
suatu hutan yang berada dalam suatu daerah aliran sungai diubah menjadi pemukiman, maka
debit puncak sungai akan meningkat antara 6 sampai 10 kali. Angka 6 dan angka 20 ini
tergantung jenis hutan dan jenis pemukiman (Kodoatie dan Syarif, 1996).
Bila suatu kawasan hutan yang awal mulanya dapat berfungsi sebagai penahan run-off
kini berubah menjadi pemukiman padat penduduk maka bila terjadi hujan dengan intensitas
yang cukup tinggi, besar kemungkinan run-off tidak dapat lagi tertahan di daerah resapan
seperti hutan yang mana fungsi hutan sendiri ialah sebagai reservoar alam terbesar. Perubahan
run-off akibat perubahan tata guna lahan dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut :
10
mudah atau tidaknya suatu daerah terkena banjir dengan didasarkan pada faktor-faktor alam
yang mempengaruhibanjir antara lain faktor meteorologi (intensitas curah hujan, distribusi
curah hujan,frekuensi dan lamanya hujan berlangsung) dan karakteristik daerah aliran sungai
Bila melihat dari bentuk lahan (landform) dari sistem lahan seperti dataran aluvial,
lembah aluvial, kelokan sungai, dan rawa-rawa merupakan daerah yang rentan terkena banjir
karena merupakan daerah rendah atau cekungan dengan lereng (Paimin dkk, 2009). Adapun
tingkat bahaya banjir berdasarkan periode kala ulang dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut :
Untuk mengetahui tingginya tingkat kerugian yang terjadi akibat banjir, maka perlu
diketahui daerah mana saya yan masuk dalam daerah rawan banjir. Berdasarkan karakter
2. Wilayah cekungan
Menurut Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang garis sempadan sungai, daerah
manfaat sungai, daerah penguasaan sungai dan bekas sungai, daerah penguasaan sungai adalah
11
Tingginya muka air banjir di setiap daerah berbeda – beda tergantung kontur wilayahnya.
Dengan menggunakan peta kontur ketinggian permukaan tanah serta melalui analisis hidrologi
dan hidrolika dapat ditentukan pembagian dataran banjir menurut tingkat resiko terhadap
banjir. Pembagian daerah rawan banjir digunakan sebagai bahan acuan penataan ruang wilayah
berkaitan dengan sungai Deli dapat dilihat dalam tabel 2.3 berikut :
Metode
No Nama Peneliti Tahun Judul Penelitain Hasil Penelitian
Penelitian
Penggunaan
aplikasi HEC –
Studi Potensi Dan RAS dalam Dari periode ulang
ResikoBanjir Di penentuan 10, 25, 50 dan 100
Daerah Aliran potensi dan tahun terdapat 4
Putri Zandiba
1 2017 Sungai (DAS) resiko banjir dan kecamatan yang
Siregar
Deli Dengan Hidrograf Satuan masuk zona rawan
Sistem Informasi Sintetik banjir dan terdapat
Geografis (GIS) Nakayasu untuk 4 titik evakuasi
mengetahui debit
banjir
Debit banjir
Perhitungan
periode ulang 25 –
dengan Hidrograf
100 tahun berkisar
Satuan Sintettik
92,56 m3/detik
Penentuan Tinggi Nakayasu dan
Indra Prima sampai 448,56
2 2015 Muka Air Banjir rumus Manning
Hasyim Siregar m3/detik, dan
Sungai Deli untuk
bagian hilir DAS
menghitung
Deli yang memiliki
tinggi muka air
potensi paling
sungai Deli
besar
12
13
Undang-undang No.7 tahun 2004 pasal 1 menyatakan bahwa DAS adalah suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alami yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai
dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Pendapat lain juga
dikemukakan oleh Bambang Triadmodjo (2009) bahwa daerah aliran sungai (DAS) merupakan
daerah tangkapan air yang dihulu dibatasi oleh punggung–punggung gunung atau bukit,
dimana air hujan yang jatuh di daerah tersebut dan air tanahnya akan mengalir menuju sungai
utama pada suatu titik/stasiun yang ditinjau. Dengan demikian DAS merupakan satuan wilayah
alami yang memberikan manfaat produksi serta memberikan pasokan air melalui sungai, air
tanah, dan atau mata air, untuk memenuhi berbagai kepentingan hidup, baik untuk manusia,
Pada umumnya DAS dibagi menjadi tiga bagian yaitu daerah hulu, tengah dan hilir. DAS
juga memiliki fungsi sebagai mengalirkan air, menyangga kejadian puncak hujan, melepas air
Seiring perkembangan zaman, DAS juga mengalami kerusakan dari waktu ke waktu,
faktor utama kerusakan DAS menurut Sinukaban (2007) ditandai dengan menurunnya
kemampuan menyimpannya yang menyebabkan tingginya laju erosi dan debit banjir sungai-
14
Bila dilihat berdasarkan bentuknya daerah aliran sungai (DAS) dibagi menjadi empat
bentuk yaitu :
Umumnya bentuk dari daerah aliran sungai ini memanjang dengan anak sungai yang
terletak di kanan dan kiri dari sungai induknya (sungai utama). Akibat dari bentuk seperti
ini debit banjir yang relatif lebih kecil karena waktu tiba banjir dari anak-anak sungainya
yang terletak dikiri-kanan sungai utama berbeda-beda. Gambar 2.3 berikut merupakan
15
Bila dilihat dari bentuknya seolah – olah seperti sebuah kipas yang mana aliran sungai
terpusat pada satu titik sehingga menggambarkannya adanya bentuk radial. Akibat dari
bentuk tersebut maka waktu yang diperlukan aliran yang datang dari segala penjuru anak
sungai memerlukan waktu yang hampir bersamaan. Gambar 2.4 berikut merupakan
3. Bentuk Paralel
Daerah aliran sungai ini berbentuk bercabang yang bertemu di daerah hilir. Apabila
terjadi banjir di daerah hilir biasanya terjadi setelah dibawah titik pertemuan. Gambar 2.5
4. Bentuk Komplek
Daerah aliran sungai bentuk komplek merupakan bentuk kejadian gabungan dari
beberapa bentuk DAS yang dijelaskan diatas. Gambar 2.6 berikut merupakan daerah
16
Sungai merupakan suatu saluran terbuka yang tercipta secara alamiah di permukaan bumi
yang didalamnya terdapat air dari darat yang mengalir ke laut. Air yang mengalir di permukaan
bumi secara terus menerus mengakibat adanya erosi, hal inilah yang menjadi penyebab utama
erosi di permukaan bumi. Menurut Sandy (1985), dalam pergerakannya air selain melarutkan
sesuatu juga mengikis bumi sehingga akhirnya terbentuklah cekungan dimana air tertampung
melalui saluran kecil atau besar yang disebut dengan istilah alur sungai.
Sungai juga memiliki fungsi pokok yaitu untuk mengalirkan kelebihan air dari
permukaan tanah, selain itu fungsi lainnya ialah dapat digunakan untuk kebutuhan sehari – hari
masnuia, seperti sumber air minum, PLTA, pengairan, transportasi air, untuk meninggikan
tanah yang rendah dan mengatur suhu tanah. Menurut peraturan perundangan yang ada, fungsi
sungai adalah:
1. Sungai sebagai sumber air yang merupakan salah satu sumber daya alam yang
Menurut Waryono (2001) bahwa struktur sungai pada hakekatnya merupakan bentuk luar
penampang badan sungai yang memiliki karakteristik berbeda pada bagian hulu, tengah, dan
hilir. Lebih jauh dikemukakan bahwa bagian dari struktur sungai meliputi badan sungai,
17
Keterangan :
Sungai Deli merupakan sebuah sungai yang menjadi induk dari beberapa anak sungai
pada Satuan Wilayah Sungai (SWS) Belawan/ Belumai Ular dan sungai Deli terbentang
Secara geografis sungai Deli beserta anak dan ranting sungainya mengalir mulai dari
kabupaten Karo, kabupaten Deli Serdang dan melintasi kota Medan. Di kabupaten Karo dan
Deli Serdang merupakan bagian hulu sungai Deli sedangkan bagian tengah dan bagian hilir
berada di kota Medan. Sungai Deli dapat digolongkan atas tiga bagian yakni :
18
Pada bagian hulu biasanya lahan dimanfaatkan sebagai area pertanian, perikanan,
pemukiman serta hutan. Sedangkan airnya dikelola menjadi air baku siap minum yang
terdapat di desa Pamah kecamatan Delitua, selain untuk air minum air sungainya dikelola
menjadi tempat rekreasi di desa Sembahe dan Logna di kecamatan Sibolangit dan irigasi
juga terdapat di berbagai lokasi. Terlebih lagi untuk pertanian terdapat di desa Semangat
Gunung.
Dari segi topografinya, sungai Deli mengalir melalui daerah perbukitan dengan
topografi yang beragam, antara landai, terjal dan curam sehingga terdapat beberapa
terjunan.
2. Bagian Pertengahan
Pada bagian pertengahan ini topografi daerah pengaliran sungai Deli cenderung landai
dengan kemiringan 0,31%. Lahan pada bagian pertengahan ini juga dimanfaatkan
3. Daerah Hilir
Secara topografi kemiringan daerah hilir ini mencapai 0,2% itu berarti kawasan pada
daerah hilir ini semakin landai. Berdasarakan laporan pementauan kualitas dan upaya
pencemaran sungai Deli (Dokumen Bapedalda, 2006) daerah hilir ini dimanfaatkan
sebagai pusat industri, terdapat lebih dari 54 (lima puluh empat) kegiatan/ industri
disepanjang Sungai Deli , termasuk hotel dan rumah sakit, banyak diantara industi ini
19
Terowongan adalah lubang bukaan mendatar atau sedikt miring yang dibuat di bawah
tanah, gunung, sungai, laut, daerah industri dan bahkan pemukiman padat penduduk.
Terowongan umunya tertutup di seluruh sisi kecuali di kedua ujungnya yang terbuka pada
lingkungan luar. Menurut Made Astawi Rai (1988) berdasarkan kegunaannya terowongan
Digunakan sebagai prasarana transportasi jalur kereta api, biasanya ditemukan pada
lalu – lintas jalan raya bersamaan dengan berkembangnya industri kendaraan bermotor.
20
Terowongan ini termasuk dalam grup terowongan jalan (road tunnel) tetapi
penampangnya lebih kecil. Terowongan ini biasanya digunakan dibawah jalan raya yang
ramai atau dibawah sungai dan kanal sebagai tempat menyebrang bagi pejalan kaki.
d) Terowongan Navigasi
Dibuat untuk kepentingan penyaluran air di kanal – kanal dan sungi – sungai yang
Biasanya dibangun di bawah kota yang padat penduduk sebagai alternatif pembangunan
jalan raya.
Terowongan ini dibuat sebagai jalan masuk kedalam tambang bawah tanah yang
digunakan untuk lalu – lintas para pekerja tambang, mengangkut peralatan tambang,
2. Terowongan Angkutan
Air dialihkan atau dialirkan dari sungai atau reservoir untuk digunakan sebagai
pembangkit listrik disebuah stasiun pembangkit yang letaknya lebih rendah. Terowongan
Terowongan ini hampir sama dengan terowongan stasiun pembangkit listrik air,
perbedaannya hanya pada fungsi kedua terowongan tersebut. Fungsi dari terowongan
penyediaan air adalah menyalurkan air dari mata air ketempat penyimpanan air di dalam
21
Terowongan ini dibuat untuk membuang air kotor dari kota atau pusat industri ke tempat
Terowongan ini biasanya dibuat di daerah perkotaan untuk menyalurkan kabel listrik dan
telepon, pipa gas dan air, dan juga pipa – pipa lainnya yang penting, dibuat dibawah
saluran air, jalan raya, jalan kereta api, blok bangunan untuk memudahkan inspeksi
secara kontinyu, pemeliharaan dan perbaikan sewaktu – waktu kalau ada kerusakan.
Hampir kebanyakan negara maju sudah banyak menerapkan sistem terowongan (tunnel)
dalam mengatasi permasalahan yang ada dinegaranya baik itu segi transportasi ataupun banjir.
1. Channel Tunnel
Terowongan Channel adalah terowongan bawah rel kereta api bawah laut dengan
panjang 50,5 kilometer yang menghubungkan Folkestone, Kent dekat Dover di Inggris Raya
dengan Coquelles, Pas-de-Calais dekat Calais di utara Perancis, dan terletak di bawah Selat
22
2. Seikan Tunnel
keperluan transportasi manusia di dunia saat ini. The Seikan Tunnel menelan biaya sebesar US
$ 3,6 miliar untuk pembangunannya. Terowongan Seikan adalah terowongan untuk jalur rel
kereta api sepanjang 53,85 km di Jepang, dimana sekitar 23,3 kilometer dari terowongan
tersebut berada di dasar laut.Terowongan ini terletak sekitar 140 meter di dasar laut atau dengan
23
Stormwater Management And Road Tunnel atau SMART Tunnel, adalah drainase besar dan
struktur jalan di Kuala Lumpur, Malaysia, dan sebuah proyek nasional besar di negara ini.
Terowongan sepanjang 9,7 km adalah terowongan stormwater terpanjang di Asia Tenggara dan
terpanjang kedua di Asia. Tujuan utama terowongan ini adalah untuk mengatasi masalah banjir
bandang di Kuala Lumpur dan juga untuk mengurangi kemacetan di sepanjang jalan Sungai
Besi dan jembatan layang Loke Yew di Pudu pada jam sibuk. Ada dua komponen terowongan
ini, terowongan stormwater dan terowongan jalan tol. Ini adalah terowongan multi-tujuan
terpanjang di dunia. Besarnya biaya pembangunan tunnel ini sebesar USD 514 juta.
2.5 Hidrologi
Menurut Singh (1992), menyatakan bahwa hidrologi adalah ilmu yang membahas
karakteristik menurut waktu dan ruang tentang kuantitas dan kualitas air bumi, termasuk di
dan manajemen. Hidrologi merupakan suatu tahapan paling awal yang harus diketahui dalam
merancang bangunan dalam suatu DAS untuk memperkirakan besarnya debit banjir yang
24
sebagian ada yang terhambat oleh vegetasi (Intersepsi). Intersepsi sendiri terbagi menjadi 3
macam, yaitu :
1. Interception Loss yaitu proses menguapnya air yang jatuh ke vegetasi tetapi belum
2. Through Fall yaitu air hujan yang jatuh terhambat oleh dedeaunan terlebih dahulu
3. Stem Flow yaitu air hujan yang jatuh ke vegetasi dan mengalir melalui batang vegetasi
tersebut.
Siklus hidrologi adalah rangkaian peristiwa yang terjadi dengan air dari saat ia jatuh ke
bumi (hujan) hingga menguap ke udara untuk kemudian jatuh kembali ke bumi (Arsyad, 1985).
Adapun tahapan proses terjadinya hujan atau siklus hidrologi ialah sebagai berikut :
1. Evaporasi adalah proses dimana air laut, danau atau sungai menguap menjadi partikel –
partikel gas/uap. Penguapan dapat terjadi dari semua permukaan yang lembab, baik dari
2. Transpirasi adalah proses penguapan yang berasal bukan hanya dari air laut, danau,
sungai tetapi dari tumbuh – tumbuhan dan hewan. Maka dari itu makhluk hidup juga
mengeluarkan uap.
25
danau, sungai, laut dan berasal dari makhluk hidup yang berkumpul jadi satu di atmosfer.
4. Sublimasi adalah proses penguapan yang berasal selain dari evaporasi, transpirasi dan
evapotranspirasi melainkan juga berasal dari naiknya uap air dari permukaan bumi ke
5. Kondensasi merupakan proses berubahnya uap air yang berasal dari evaporasi,
6. Presipitasi adalah proses mencairnya awan akibat adanya pengaruh suhu udara yang
7. Run – off adalah air limpasan yang terjadi saat hujan turun, air limpasan ini bergerak
secara gravitasi di permukaan bumi. Limpasan ini biasanya terjadi pada saluran drainase,
8. Infiltrasi adalah proses masuknya air hujan melalui pori – pori tanah yang akan
terakumulasi menjadi air tanah. Proses ini secara perlahan akan membawa air tanah
menuju laut.
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan
rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang
bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini dapat disebut curah
Ada 3 macam cara yang berbeda dalam menentukan tinggi curah hujan rata-rata pada
suatu kawasan dari angka-angka curah hujan di beberapa titik stasiun pengamat curah hujan,
yaitu :
26
Cara ini memberikan hasil yang dapat dipercaya jika pos – pos penakarnya
ditempatkan secara merata di kawasan tersebut, dan hasil penakaran masing – masing
pos penakar tidak menyimpang jauh dari nilai rata-rata seluruh pos di seluruh kawasan.
(Sumber: Soemarto, 1987). Keuntungan dari metode rata – rata aljabar ini ialah lebih
objektif.
R1 + R2 + ...+ Rn
̅=
R (2.1)
n
Dimana :
̅
R : Curah hujan rata – rata kawasan (mm)
Metode ini dilakukan dengan cara mempertimbangkan daerah pengaruh tiap titik
pengamatan, karena stasiun pengamatan tidak tersebar secar merata pada suatu daerah.
Hal yang perlu diperhatikan dalam cara poligon thiessen ini adalah stasiun pengamatan
minimal tiga stasiun dan penambahan stasiun akan merubah seluruh jaringan.
A1 R1 + A2 R2 + ...+ An Rn
̅=
R (2.2)
A1 +A2 + ...+ An
27
̅
R : Curah hujan maksimum rata – rata (mm)
3. Metode Isohyet
terhadap sifat curah hujan pada daerah setempat. Isohyet adalah garis pada peta yang
menunjukkan tempat-tempat dengan curah hujan yang sama. Metode Isohyet berguna
terutama berguna untuk mempelajari pengaruh hujan terhadap perilaku aliran air sungai
terutama untuk daerah dengan tipe curah hujan orografik (daerah pegunungan). Metode
ini merupakan metode yang paling akurat untuk menentukan hujan rata-rata.
Dimana :
̅
R : Curah hujan rata – rata (mm)
28
Dalam penelitian ini dihitung hujan harian rancangan dengan kala ulang 2, 5, 10, 15, 20,
25, 50, dan 100 tahun. Menurut Soemarto (1987), dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam
distribusi dan empat jenis distribusi yang umum digunakan dalam bidang hidrologi, yaitu:
Distribusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Log-Pearson Type III, dan Distribusi
Gumble. Adapun perbedaan dari setiap metode distribusi iala sebagai berikut :
1. Distribusi Normal
Distribusi normal sering juga disebut sebagai distribusi Gauss. Secara umum
XT = ̅
X + K T × SX (2.4)
̅
XT − X
KT = (2.5)
SX
Dimana :
̅
X : Nilai rata - rata hitung sampel
KT : Faktor frekuensi
SX : Standar deviasi
Nilai faktor frekuensi K T umumnya sudah tersedia dalam tabel untuk mempermudah
perhitungan, biasa disebut sebagai tabel nilai variabel reduksi Gauss (Variable reduced
29
Jika variabel acak Y = Log X terdistribusi secara normal, maka X dikatakan mengikuti
distribusi Log Normal. Persamaan distribusi log normal dapat ditulis sebagai berikut :
Log XT = ̅̅̅̅̅̅̅
Log X + K T × SLog x (2.6)
Dimana :
̅̅̅̅̅̅̅
Log X : Nilai rata - rata hitung sampel
KT : Faktor frekuensi
30
Parameter statistik yang diperlukan pada perhitungan Log Person III ada 3 yaitu: harga
Terdapat 12 buah distribusi Pearson, tetapi hanya distribusi Log Person III yang dipakai
dalam analisis hidrologi. Tidak ada syarat untuk distribusi ini, disebut Log Person III
Dalam menghitung besarnya curah hujan rencana dengan distribusi Log Person III,
31
Log XT = ̅̅̅̅̅̅̅
Log X + K T × SLog x (2.7)
Dimana :
̅̅̅̅̅̅̅
Log X : Nilai rata - rata hitung sampel
KT : Faktor frekuensi
Besarnya nilai K T pada distribusi Log Person III dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut :
32
4. Distribusi Gumbel
Jika data yang digunakan dalam perhitungan adalah berupa sampel (populasi terbatas),
maka perhitungan hujan rencana berdasarkan distribusi Gumbel dilakukan dengan rumus
berikut:
Y −Y
XT = ̅
X + ( TRS n) × SX (2.8)
n
Dimana :
̅
X : Nilai rata - rata hitung sampel
SX : Standar Deviasi
Untuk mengetahui besarnya nilai dari YTR , Yn , Sn dapat dilihat dalam tabel berikut :
33
34
Setelah dilakukan perhitungan dari setiap metode distribusi curah hujan, maka selanjutnya
dipilih salah satu metode untuk dilakukan pengujian distribusi. Adapun pengujian distribusi yang
a) Dispersi Statistik
Distribusi curah hujan yang menggunakan pengukuran dispersi ini alah distribusi
Normal dan distribusi Gumbel. Dalam perhitungan ini ada beberapa parameter yang
R
̅
X = ∑ nX (2.9)
̅ )2
∑(Xi − X
SX = √ (2.10)
n−1
35
n ∑n ̅ 3
i=1(Xi − X)
CS = (2.12)
(n−1)(n−2)SX 3
𝑛2 ∑n ̅ 4
i=1(Xi − X)
CK = (2.13)
(n−1)(n−2)(n−3)SX 4
Dimana :
̅
X : Tinggi hujan harian maksimum rata-rata selama n tahun (mm)
SX : Deviasi standar
CV : Koefisien variasi
CS : Koefisien kemiringan
CK : Koefisien kurtosis
n : Jumlah tahun pencatatan data hujan
b) Dispersi Logaritma
Adapun distribusi curah hujan yang menggunakan pengukuran dispersi ini alah distribusi
logaritmik :
∑(LogXi − ̅̅̅̅̅̅̅
LogX)2
SLog X = √ (2.14)
n−1
SLogX
CV = ̅̅̅̅̅̅̅
(2.15)
LogX
n ∑n ̅̅̅̅̅̅̅ 3
i=1(LogXi − LogX)
CS = (2.16)
(n−1)(n−2)SLogX 3
n2 ∑n ̅̅̅̅̅̅̅ 4
i=1(LogXi − LogX)
CK = (2.17)
(n−1)(n−2)(n−3)SLogX 4
Besarnya nilai parameter – parameter diatas akan menentukan jenis metode distribusi
36
Pengujian Chi – Kuadrat ini dimaksud untuk menentukan apakah persamaan distribusi
yang telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisa.
(Oi −Ei )2
X 2 = ∑Gi=1 (2.18)
Ei
Dimana :
Suatu distribusi dikatakan cocok atau selaras jika hasil perbandingan antara nilai Chi
Kuadrat (𝑋 2 ) hitung < 𝑋 2 kritis. Nilai 𝑋 2 kritis dapat dilihat di Tabel 2.11 berikut :
37
dari yang terbesar sampai terkecil atau sebaliknya dengan menggunakan persamaan :
m
p= × 100% (2.19)
n+1
Dimana :
p : Peluang
n : Jumlah data
Selanjutnya dari hasil pengamatan yang didapat dicari penyimpangannya dengan chi
square kritis paling kecil. Untuk suatu nilai nyata tertentu (level of significant) yang
sering diambil adalah 5 %. Derajat kebebasan ini secara umum dihitung dengan rumus
G = 1 + 1,33 Ln N (2.20)
DK = G − (R + 1) (2.21)
38
DK : Derajat kebebasan
N : Jumlah data
Apabila peluang lebih dari 5% maka persamaan dirtibusi teoritis yang digunakan
dapat diterima.
Apabila peluang lebih kecil dari 1% maka persamaan distribusi teoritis yang
Apabila peluang lebih kecil dari 1% - 5% maka tidak mungkin mengambil keputusan,
Uji keselarasan Smirnov Kolmogorov adalah uji beda antara data yang di uji
normalitasnya dengan data normal baku. Konsep Dasar dari uji normalitas yaitu
membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal
baku. Uji keselarasan Smirnov Kolmogorov digunakan untuk mengetahui apakah distribusi
nilai sampel yang diamati sesuai dengan distribusi teoritis tertentu (normal, uniform, poisson,
Urutkan data dari besar ke kecil dan tentukan peluang dari masing-masing data
Dimana :
39
distribusinya:
1
p= (2.23)
T
Dari kedua nilai peluang tersebut, tentukan selisih terbesar antara peluang pengamatan
Apabila D < Do maka distribusi yang digunakan untuk menentukan debit rencana
dapat diterima, sebaliknya jika harga D > Do, maka distribusi yang digunakan untuk
menentukan debit rencana tidak diterima. Berdasarkan tabel 2.12, nilai kritis Smirnov-
Menurut Lubis (1992) intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi
pada suatu kurun waktu dimana air tersebut terkonsentrasi. Dalam penelitian ini intensitas
hujan diturunkan dari data curah hujan harian. Menurut Lubis (1992) intensitas hujan (mm/jam)
40
Dimana :
Dengan menggunakan persamaan diatas intensitas curah hujan untuk berbagai nilai
waktu konsentrasi dapat ditentukan dari besar data curah hujan harian (24 jam).
Waktu Konsentrasi (tc) suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan yang
jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ketempat keluaran DAS (titik kontrol) setelah
tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil terpenuhi. Dalam hal ini diasumsikan bahwa jika
durasi hujan sama dengan waktu konsentrasi, maka setiap bagian DAS secara serentak telah
Adapun persamaan yang dikembangkan oleh Kirpich (1940) untuk menentukan besarnya
0,385
0,87 × L2
t c = ( 1000 × S ) (2.26)
Dimana :
41
Koefisien C didefinisikan sebagai nisbah antara laju puncak aliran permukaan terhadap
intensitas hujan. Faktor utama yang mempengaruhi nilai C adalah laju infiltrasi tanah, tanaman
Faktor utama yang mempengaruhi koefisien adalah laju infiltrasi tanah, kemiringan
lahan, tanaman penutup tanah, dan intensitas hujan. Selain itu juga tergantung pada sifat dan
kondisi tanah, air tanah, derajat kepadatan tanah, porositas tanah, dan tingkat kejenuhan tanah
(Suripin, 2004).
Berdasarkan SNI 03-2415-1991 besarnya nilai C untuk masing masing daerah dapat
42
Daerah dataran banjir diprediksi berdasarkan debit banjir dengan kala ulang tertentu.
Debit banjir dengan kala ulang 100 tahun Q100 bermakna banjir yang memiliki probabilitas
kejadian 0.01 dalam setahun yang akan menggenangi daerah dataran banjir. Daerah dataran
banjir Q100 tentu jauh lebih besar dari daerah dataran banjir Q10 . Mengingat banyak sungai di
Indonesia yang tidak dilengkapi dengan alat pengukur debit, maka debit banjir biasanya
dihitung berdasarkan curah hujan dengan menggunakan metode Gumbel, metode Log Pearson
III, ataupun metode Normal. Dan perhitungan debit banjir digunakan dengan metode hidrograf
sintetis (Nakayasu, Snyder, Gamma 1 dll) untuk pemodelan unsteady flow dan metode rasional
Metode Rasional hanya digunakan untuk menentukan banjir maksimum bagi saluran-
saluran dengan daerah aliran kecil, kira-kira 100 - 200 acres atau kira-kira 40-80 ha. Untuk
daerah yang alirannya lebih luas sampai dengan 5000 Ha, dapat digunakan metode rasional
yang diubah. Untuk luas daerah yang lebih dari 5000 Ha, digunakan hidrograf satuan atau
metode rasional yang diubah. Metode Rasional ini dapat dinyatakan secara aljabar dengan
Q=f×C×I×A (2.27)
Dimana :
C : Koefisien pengaliran
43
Kebanyakan daerah aliran sungai sebagian besar curah hujan akan menjadi limpasan
langsung. Aliran semacam ini dapat menghasilkan puncak banjir yang tinggi. Teori hidrograf
satuan menghubungkan hujan netto atau hujan efektif, yaitu sebagian hujan total yang
merupakan sarana untuk menghitung hidrograf akibat hujan sebarang. Ini dikerjakan atas dasar
anggapan bahwa transformasi hujan netto menjadi limpasan langsung tidak berubah karena
waktu (time invariant).Dari sudut limpasan langsung semua hujan yang tidak memberikan
terdiri atas:
e. Evapotranspirasi
Jadi hidrograf tersebut didefinisikan sebagai hubungan antara salah satu unsur aliran
terhadap waktu. Berdasarkan definisi tersebut dikenal ada 2 macam hidrograf, yaitu hidrograf
muka air dan hidrograf debit. Hidrograf muka air tidak lain adalah data atau garafik hasil
rekaman AWLR (Automatic Water Level Recorder). Sedangkan hidrograf debit, yang dalam
pengertian sehari hari disebut hidrograf, diperoleh dari hidrograf muka air dan lengkung
debit.Hidrograf tersusun atas dua komponen, yaitu aliran permukaan, yang berasal dari aliran
langsung air hujan, dan aliran dasar (base flow).Aliran dasar berasal dari air tanah yang pada
44
yang dihasilkan oleh hujan efektif yang terjadi merata di seluruh DAS dan intensitas tetap
dalam satuan waktu yang ditetapkan (Sherman, 1932, dalam Harto, 1993). Sedangkan
Soemarto (1987) mengemukakan 4 dalil dalam teori klasik tentang hidrograf satuan, yang
menganggap bahwa teori hidrograf satuan merupakan penerapan dari teori sistem linier
a. Dalil I (prinsip merata), yaitu hidrograf satuan ditimbulkan oleh satu satuan hujan lebih
b. Dalil II (prinsip waktu dasar konstan), yaitu dalam suatu DAS, hidrograf satuan dihasilkan
oleh hujan-hujan efektif dalam waktu yang sama akan mempunyai waktu dasar yang
c. Dalil III (prinsip linearitas), yaitu besarnya limpasan langsung pada suatu DAS
berbanding lurus terhadap tebal hujan efektif, yang berlaku bagi semua hujan dengan
d. Dalil IV (prinsip superposisi), yaitu total hidrograf limpasan langsung yang disebabkan
oleh beberapa kejadian hujan yang terpisah merupakan penjumlahan dari tiap-tiap
Gambar 2.17 Hidrograf Satuan Bebas Terhadap Waktu dan limpasannya berbanding
lurus dengan tebal hujan efektif (Soemarto 1987)
45
Hidrograf Satuan Sintetis adalah hidrograf yang di dasarkan atas sintetis parameter-
parameter daerah aliran sungai (Sutapa, 2005). Seyhan (1977) mengemukakan bahwa
beberapa parameter fisik DAS berperan dalam menentukan bentuk hidrograf satuan selain
karakteristik hujan. Parameter fisik DAS tersebut adalah luas DAS, kemiringan, panjang
sungai. Parameterparameter fisik DAS itulah yang akan dipergunakan untuk menetapkan
besarnya hidrograf satuan dari DAS yang bersangkutan dengan metode hidrograf satuan
sintesis.
Adapun keuntungan dari hidrograf satuan sintetis ini menurut Seyhan (1977) adalah bisa
mensintesasikan hidrograf dari DAS yang terukur dan menggunakannya untuk DAS yang
tidak teruku. Sedangkan kelemahannya menurut Seyhan (1977) dan Harto (993).ialah
karena persamaan hidrograf satuan sintesis dibuat secara empiris dengan data yang
diperoleh pada tempat-tempat lokal, persamaan tersebut terbatas pada kawasan dengan
kondisi geografis yang serupa dengan kawasan dimana persamaan tersebut diperoleh.
Pada penelitian ini hidrograf satuan sintesis yang digunakan ialah hidrograf satuan sintetik
46
Hidrograf satuan sintetis Gamma I dikembangkan oleh Sri Harto (1993) berdasarkan
perilaku hidrlogi 30 DAS di Pulau Jawa. Meskipun diturunkan dari data DAS di pulau
Jawa. Ternyata hidrograf satuan sintetis Gamma I berfungsi baik untuk berbagai
Bagian-bagian dari HSS Gamma 1 adalah bagian naik, bagian puncak dan bagian
a. Waktu Naik (TR ) ialah waktu yang diukur mulai dari saat hidrograf mulai naik
L 3
TR = 0,43 (100 SF) + 1,0665 SIM + 1,2775 (2.28)
Dimana :
L1 +L1
dengan jumlah panjang sungai semua tingkat. SF = (L )
1 +L1 +L2
SIM : Faktor simetri ditetapkan sebagai hasil kali antara faktor lebar (WF)
47
Dimana :
c. Waktu Dasar (TB ) yaitu waktu yang diukur dari saat hidrograf mulai naik sampai
berakhirnya limpasan langsung atau debit sama dengan nol. Persamaan yang
Dimana :
SN : Frekuensi sumber
S : Kelandaian sungai
48
Dimana :
S : Kelandaian sungai
SF : Faktor sumber
QT = QP × e−t/K (2.32)
Dimana :
SN : Frekuensi sumber
49
Dimana :
Dalam buku Bambang Triadmodjo (2006) yang berjudul Hidrologi Terapan menulis
a) Waktu Kelambatan (t g )
Untuk L > 15 km
Untuk L < 15 km
b) Waktu Puncak (t p )
t p = t g + 0,8 × Tr (2.37)
d) Waktu Saat Debit Sama Dengan 0,3 kali Debit Puncak (t 0,3 )
t 0,3 = α × t g (2.39)
𝐶 ×𝐴 × 𝑅0
Qp = 3,6 ×(0,3 × t (2.40)
p + t0,3 )
50
C : Koefisen pengaliran
t 0,3 : Waktu saat debit sama dengan 0,3 kali debit puncak (jam)
2,4
t
Qt = Qp (t ) (2.41)
p
51
t−tp
Qt = Qp × 0,3 2 t0,3
(2.44)
metode Muskingum. Persamaan yang digunakan dalam metode ini ialah persamaan
dS
dt
= I−O (2.45)
Keterangan :
t = waktu (jam)
𝑂𝑗 +𝑂𝑗+1
𝑂= (2.47)
2
𝑑𝑆 𝑆𝑗 +𝑆𝑗+1
= (2.48)
𝑑𝑡 Δt
Selanjutnya jika persamaan 2.46 sampai 2.48 dimasukkan ke persamaan 2.45 akan
didapat persamaan :
52
atau
Ij +Ij+1 Oj +Oj+1
Sj + Sj+1 = × Δt − × Δt (2.50)
2 2
Keterangan :
Jadi terdapat 2 variabel yang nilainya belum diketahui dari persamaan 2.50 yaitu :
Jika dalam 1 persamaan terdapat 2 variabel yang nilainya belum diketahui maka dalam
S = K [X(t)+(t-X) x O] (2.51)
Keterangan :
K = koefisien tampungan, yaitu perkiraan waktu perjalanan aliran dari titik tinjauan 1
ke titik tinjauan berikutnya (misalnya titik tinjauan 2). Satuannya adalah jam atau
X = faktor pembobot (0 s/d 0.5) tidak berdimensi. Harga X dianggap konstan selama
pengaliran.
Jika periode penelusuran dt diubah menjadi Δt maka dari persamaan 2.51 diperoleh :
53
Oleh karena suku sebelah kiri sama dengan dari persamaan 2.50 dan persamaan 2.54
Ij +Ij+1 Oj +Oj+1
2
× Δt − × Δt = K [(X(Ij+1 − Ij )) + ((1 − X) × (Oj+1 − Oj )) ] (2.55)
2
Dengan menyusun ulang suku-suku dari persamaan 2.55) dan suku Oj+1 dinyatakan
Keterangan :
Δt−2×K×X
C1 = 2×K×(1−X)+Δt (2.57)
Δt+2×K×X
C2 = 2×K×(1−X)+Δt (2.58)
2×K×(1−X)−Δt
C3 = 2×K×(1−X)+Δt (2.59)
Syarat : C1 + C2 + C3 = 1
Analisis hidrolika bertujuan untuk menentukan dimensi hidrolis suatu saluran, dimana
airan air dalam saluran dapat berupa saluran terbuka dan saluran tertutup.
Dikatakan saluran terbuka karena memiliki permukaan yang bebas, permukaan bebas ini
dipengaruhi oleh tekanan udara luar secara langsung. Pada umumnya saluran terbuka
54
Ada beberapa rumusan yang digunakan dalam menentukan dimensi saluran, seperti :
V = C√RI (2.60)
Dimana :
C = koefisien Chezy
1
- Manning : C= R1/6 (2.62)
R
87
- Bazin : C= m (2.63)
1+
√R
Dimana :
V = kecepatan (m/s)
n = koefisien Manning
55
Diupayakan agar pada saat debit pembuangan kecil masih dapat mengangkutsedimen, dan pada
Berikut ini adalah tabel mengenai nilai koefisien kekasaran Manning menurut Ven Te
3. Penampang Saluran
Penampang saluran yang paling ekonomis adalah saluran yang dapat melewatkandebit
maksimum untuk luas penampang basah, kekasaran dan kemiringan dasartertentu. Berdasarkan
persamaan kontinuitas, tampak jelas bahwa untuk luas penampang melintang tetap, debit
maksimum dicapai jika kecepatan aliran maksimum. Dari rumus Manning maupun Chezy
dapat dilihat bahwa untuk kemiringan dasar dan kekasaran tetap, kecepatan maksimum dicapai
56
minimum. Kondisi seperti itu yang telah kita pahami tersebut memberi jalan untuk menentukan
dimensi penampang melintang saluran yang ekonomis untuk berbagai macam bentuk seperti
Pada penampang melintang saluran berbentuk persegi dengan lebar dasar B dan
kedalaman air h, luas penampang basah A = B x h dan keliling basah P. Maka bentuk
penampang persegi paling ekonomis adalah jika kedalaman setengah dari lebar dasar
A=B.h (2.65)
P = B + 2h (2.66)
A B.h
R= = B+2h (2.68)
P
57
P = B + 2h√m2 + 1 (2.70)
B = P − 2h√m2 + 1 (2.71)
A = h2 √3 (2.73)
Adapun bentuk penampang saluran yang lain dapat dilihat pada tabel 2.15 berikut :
Aliran dalam saluran terbuka digerakkan oleh gaya penggerak yang dilakukan oleh
jumlah berat aliran yang mengalir menuruni lereng, sedang pada saluran tertutup gaya
penggerak tersebut dilakukan oleh gradient tekanan. Ketentuan-ketentuan mengenai aliran bagi
saluran tertutup yang penuh adalah tidak berlaku pada saluran terbuka. Pendekatan yang
konvensional, yaitu dengan menggunakan saluaran terbuka. Bila digunakan saluran yang
58
tidak terisi penuh (dalam arti tidak tertekan), sehingga masih dapat dipergunakan persamaan
Perhitungan dimensi saluran didasarkan pada debit harus ditampung oleh saluran (QS
dalam m3/s) lebih besar atau sama dengan debit rencana yang diakibatkan oleh hujan rencana
(QT dalam m3/s). Kondisi demikian dapat dirumuskan dengan persamaan berikut:
QS ≥ QT (2.74)
Debit yang mampu ditampung oleh saluran (QS ) dapat diperoleh dengan rumus seperti
di bawah ini:
QS = AS . V (2.75)
Dimana:
Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran dapat dihitung dengan menggunakan rumus
As
R= (2.77)
P
Di mana:
59
Nilai koefisien kekasaran Manning n, untuk gorong-gorong dan saluran pasangan dapat
HEC-RAS merupakan program aplikasi untuk pemodelan aliran saluran terbuka seperti
drainase, sungai, dan penampang saluran terbuka lainnya. River Analysis System (RAS), dibuat
oleh Hydrologic Engineering Center (HEC) yang merupakan satuan kerja di bawah US Army
dimensi aliran tunak maupun tak-tunak (steady and unsteady onedimensional flow model).
60
Dalam pemodelan, input HEC-RAS untuk pemodelan keempat komponen tersebut dapat
memakai data geometri yang sama, routine hitungan hidraulika yang sama, serta beberapa fitur
desain hidraulik yang dapat diakses setelah hitungan profil muka air dilakukan. HEC-RAS
merupakan program aplikasi yang mengintegrasikan fitur graphical user interface, analisis
Interface ini berfungsi sebagai penghubung antara pemakai dan HEC-RAS. Graphical
efisiensi. Melalui graphical interface ini, dimungkinkan untuk melakukan hal-hal berikut ini:
1. Manajemen file.
4. Menampilkan data masukan maupun hasil analisis dalam bentuk tabel dan grafik.
5. Penyusunan laporan.
Steady Flow Water Surface Component. Modul ini berfungsi untuk menghitung profil
muka air aliran permanen berubah beraturan (steady gradually varied flow). Program ini
mampu memodelkan jaringan sungai, sungai dendritik, maupun sungai tunggal. Regime aliran
61
keduanya.
ataupun hambatan di bantaran sungai.Modul aliran permanen dirancang untuk dipakai pada
permasalahan pengelolaan bantaran sungai dan penetapan asuransi resiko banjir berkenaan
dengan penetapan bantaran sungai dan dataran banjir.Modul aliran permanen dapat pula
dipakai untuk perkiraan perubahan muka air akibat perbaikan alur atau pembangunan tanggul.
Unsteady Flow Simulation. Modul ini mampu mensimulasikan aliran takpermanen satu
dimensi pada sungai yang memiliki alur kompleks.Semula, modul aliran tak-permanen HEC-
RAS hanya dapat diaplikasikan pada aliran sub-kritik dan mensimulasikan regime aliran
campuran (sub-kritik, super-kritik, loncat air, dan draw-downs).Fitur spesial modul aliran tak-
permanen mencakup analisis dam-break, limpasan melalui tanggul dan tanggul jebol, pompa,
mensimulasikan transport sedimen satu dimensi (simulasi perubahan dasar sungai) akibat
gerusan atau deposisi dalam waktu yang cukup panjang (umumnya tahunan, namun dapat pula
dilakukan simulasi perubahan dasar sungai akibat sejumlah banjir tunggal).Potensi transpor
sedimen dihitung berdasarkan fraksi ukuran butir sedimen sehingga memungkinkan simulasi
armoring dan sorting. Fitur utama modul transport sedimen mencakup kemampuan untuk
memodelkan suatu jaring (network) sungai, dredging, berbagai alternatif tanggul, dan
Modul transport sedimen dirancang untuk mensimulasikan trend jangka panjang gerusan
dan deposisi yang diakibatkan oleh perubahan frekuensi dan durasi debit atau muka air,
ataupun perubahan geometri sungai. Modul ini dapat pula dipakai untuk memprediksi deposisi
62
terhadap laju deposisi, memperkirakan kedalaman gerusan akibat banjir, serta mengkaji
Water Quality Analysis. Modul ini dapat dipakai untuk melakukan analisis kualitas air di
sungai. HEC-RAS versi 4.0 Beta saat ini baru dapat dipakai untuk melakukan analisis
temperatur air. Versi ini akan akan dapat dipakai untuk melakukan simulasi transpor berbagai
Penyimpanan data dilakukan ke dalam “flat” files (format ASCII dan biner), serta file
HEC-DSS. Data masukan dari pemakai HEC-RAS disimpan kedalam file-file yang
dikelompokkan menjadi: project, plan, geometry, steady flow, unsteady flow, dan sediment
data. Hasil keluaran model disimpan kedalam binary file. Data dapat ditransfer dari HEC-RAS
Manajemen data dilakukan melalui user interface. Pemakai diminta untuk menuliskan
satu nama file untuk project yang sedang dia buat. HEC-RAS akan menciptakan beberapa file
secara automatik (file-file: plan, geometry, steady flow, unsteady flow, output, etc.) dan
menamainya sesuai dengan nama file project yang dituliskan oleh pemakai. Penggantian nama
file, pemindahan lokasi penyimpanan file, penghapusan file dilakukan oleh pemakai melalui
nama, pemindahan lokasi penyimpanan, ataupun penghapusan file yang dilakukan dari luar
HEC-RAS (dilakukan langsung pada folder), biasanya akan menyebabkan kesulitan pada saat
pemakaian HEC-RAS mengingat pengubahan tersebut kemungkinan besar tidak dikenali oleh
HEC-RAS. Oleh karena itu, operasi atau modifikasi file-file harus dilakukan melalui perintah
63
Fasilitas grafik yang disediakan oleh HEC-RAS mencakup grafik X-Y alur sungai,
tampang lintang, rating curves, hidrograf, dan grafik-grafik lain yang merupakan plot X-Y
berbagai variabel hidraulik. HEC-RAS menyediakan pula fitur plot 3D beberapa II-28 tampang
lintang sekaligus. Hasil keluaran model dapat pula ditampilkan dalam bentuk tabel. Pemakai
dapat memilih antara memakai tabel yang telah disediakan oleh HECRAS atau
membuat/mengedit tabel sesuai kebutuhan. Grafik dan tabel dapat ditampilkan di layar,
dicetak, atau dicopy ke clipboard untuk dimasukkan kedalam program aplikasi lain (word
processor, spreadsheet). Fasilitas pelaporan pada HECRAS dapat berupa pencetakan data
Dalam penggunaan program HEC-RAS, yang perlu diperhatkan yaitu input data untuk
HEC-RAS. Setiap data yang berhubungan dengan kondisi kajian sudah tentu merupakan input
pada pemodelan. Data geometri untuk model saluran dan bangunan air menggunakan data
lapangan hasil survei dan data ketinggian elevasi. Data perhitungan hidrologi berupa data debit
banjir dengan periode ulang tertentu. Pemodelan dibuat dengan memanfaatkan data debit
berdasarkan kurva hidrograf untuk mengetahui pergerakan air. Data kecepatan air sesaat yang
tercatat dan sudah dianalisis secara hidrolis dapat menjadi input pada syarat batas.
64
Dalam permasalahan banjir hal utama yang harus diketahui adalah sampai setinggi mana
profil muka air yang dihasilkan oleh debit banjir sehingga dapat menggenangi daerah di sekitar
sungai tersebut. Maka dari itu dengan menggunakan program HEC - RAS dapat diprediksi
sampai setinggi mana profil muka air banjir yang terjadi. Hasil daripada prediksi tersebut dapat
ditampilkan menurut periode ulang banjir tahunan baik itu Q2 sampai Q100 yang terjadi
sepanjang daerah aliran sungai baik itu di badan sungai, bantaran sungai bagian kiri dan kanan,
sampai daerah dataran tinggi yaitu daerah pemukiman dan fasilitas-fasilitas infrastruktur yang
ada disekitar sungai. Dengan adanya simulasi pemodelan seperti ini banjir dapat di analisa dan
dapat memprediksi banjir tahunan yang sering terjadi akibat curah hujan yang sangat tinggi
dan akibat saluran penampang sungai yang tidak dapat menampung debit banjir yang melebihi
kapasitas tampang saluran. Dan hasil dari prediksi pemodelan tersebut dapat diintegrasi dengan
sistem informasi geografis yang nantinya dapat menampilkan informasi daripada daerah
genangan banjir dan luas genangan yang terjadi menurut periode kala ulangnya.
65
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi penelitian ini terletak di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu tepatnya di
sungai Deli yang terbentang dari kabupaten Karo, kabupaten Deli Serdang dan kotamadya
Medan. Tetapi dalam penelitian ini penulis hanya fokus pada aliran sungai Deli yang ada di
kota Medan. Secara geografi lokasi penelitian berada pada posisi 980 41’ 15’’ – 980 42’ 27’’
Bujur Timur dan 30 31’ 45’’ – 30 46’ 09’’Lintang Utara. Lebih tepatnya lokasi dimulai dari
Medan Floodway Control (hulu) hingga 23 km ke arah hilir yaitu Pekan Labuhan . Adapun
Untuk gambar lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Sungai
Percut
66
Dalam penulisan tugas akhir ini metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif. Data yang dipakai adalah berupa data primer dan data sekunder. Dari kedua data
tersebut yang kemudian akan di analisis berdasarkan analisis hidrologi dana analisa hidrolika.
Analisis kunatitiaif ini diperlukan dalam menganalisis data curah hujan dan data profil
sungai untuk mengetahui potensi banjir yang terjadi. Hasil analisis tersebut kemudian di input
ke software HEC – RAS yang memberikan informasi pemodelan berupa tinggi banjir dan
daerah banjir yang terjadi. Selanjutnya, output dari HEC – RAS akan digunakan untuk prediksi
daerah genangan banjir dan dimensi tunnel yang akan digunakan dalam mengatasi banjir.
Adapun diagram alir penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
Mulai
Pengumpuluan Data
67
Analisis Pemodelan
Hidrograf banjir Rencana :
HSS Gamma I
HSS Nakayasu
Selesai
Berdasarkan gambar 3.2 diatas, penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu
sebagai berikut :
Pengumpulan literatur mengenai penelitian di tempat yang sama tetapi dengan metode
yang berbeda atau sebaliknya dan sumber lain yang berkaitan dengan penelitian yang akan
dilakukan.
68
1. Data Primer
Data primer ini merupakan data yang diperoleh peneliti langsung dari lapangan saat
untuk mendapatkan data lebar sungai dan debit sungai pada setiap titik yang ditinjau.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak kedua, biasanya data ini sudah
dalam keadaan diolah penelitian sebelumnya seperti instansi terkait, buku, jurnal atau
nternet. Data yang dibutuhkan ialah peta tata guna lahan yang bertujuan untuk
diperlukannya data curah hujan bulanan dan harian maksimum agar dapat melakukan
perencanaan.
Dalam menghitung curah hujan kawasan pada tugas akhir ini menggunakan metode
Poligon Thiessen yaitu dengan memperhitungkan pengaruh daerah tiap – tiap pengamatan.
Dikarenakan lokasi penelitan tidak berada pada daerah yang seragam atau dengan kemiringan
0,2% sehingga perhitungan curah hujan dengan menggunakan metode Poligon Thiessen
dianggap lebih teliti dibanding metode Rata – rata Aljabar dan Isohyet.
Dalam analisa distribusi curah hujan digunakan metode distribusi Normal, Log Normal,
Log Person III dan Gumbel. Dalam penelitian ini dihitung curah hujan rancangan dengan
69
metode distribusi dengan berbagai kala ulang, hasil perhitungan tersebut perlu diuji untuk
diketahui data yang dapat digunakan untuk perhitungan selanjutnya. Uji kesesuain distribusi
yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah dengan Metode Smirnov-Kolmogorof dan Chi
Kuadrat.
3.4.4 Analisis Debit Banjir Rancangan Dengan HSS Gamma I dan Nakayasu
Analisis debit banjir rancangan kala ulang diambil dari data curah hujan kala ulang dan
mengolah data tersebut dengan menggunakan Metode Hidrograf Satuan Sintetik Gamaa I dan
Nakayasu.
Setelah perhitungan debit telah diperoleh, selanjutnya adalah meng-input data tersebut
kedalam software HEC – RAS. Pada tahap ini hasil output adalah berupa dimensi saluran
Setelah memperoleh hasil dari pengolahan data dan analisis maka selanjutnya peneliti
dapat menarik kesimpulan yang merupakan jawaban dari pertanyaan ilmiah yang ada pada
tujuan penelitian. Setelah itu peneliti mampu memberikan kontribusi berupa saran kepada
pembaca mengenai hambatan dan solusi yang berhubungan dengan masalah pada penelitian
ini.
70
Salah satu upaya untuk mengontrol bencana banjir tersebut adalah dengan membuat
Percut dengan panjang + 3.800 m, dengan tujuan agar debit Sungai Deli yang besar dapat
dialihkan ke Sungai Percut. Floodway ini berupa saluran terbuka dengan bentuk penampang
trapesium prismatik, dengan lebar dasar saluran 5,0 meter dan kedalaman rata-rata 4,35 m.
Floodway diharapkan untuk dapat mengalihkan debit banjir dari Sungai Deli ke Sungai Percut
sebesar 70 m3/s. Kondisi eksisting bangunan pelimpah mempunyai elevasi 32,5 sementara
bendung Deli mempunyai elevasi 31,0 dengan sistem orifice. Dalam perencanaan Medan
Floodway Control Project, debit banjir rencana ditetapkan dalam beberapa tingkatan salah
satunya ialah Immediate Plan (rencana jangka pendek) dengan periode ulang banjir 25 tahun
dan debit sebesar 70 m3/s. Adapun skema gambar Immediate Plan adalah seperti berikut :
71
Analisa hidrologi ini bertujuan untuk mengetahui debit limpasan air hujan pada Daerah
Aliran Sungai (DAS) Deli pada saat hujan. Debit yang dianalisa adalah debit banjir yang terjadi
dalam periode ulang 2, 5, 10,15, 25, 50 dan 100 tahun. Perhitungan debit banjir ini dilakukan
dengan mengonversikan data curah hujan yang diperoleh menjadi limpasan permukaan.
Adapun data yang diperlukan dalam menghitung debit banjir adalah sebagai berikut :
Dalam menganalisa curah hujan untuk prakiraan intensitas curah hujan diperlukannya
data curah hujan dalam kurun waktu tertentu. Untuk mendapatkan analisa intensitas hujan dan
perkiraan banjir yang akurat diperlukannya data curah hujan minimal 10 tahun terakhir secara
berurutan. Data curah hujan yang dibutuhkan adalah curah hujan harian maksimum yang terjadi
dalam setahun.
Selain itu dalam menganalisa curah hujan, stasiun curah hujan yang dipakai adalah
stasiun yang langsung berhubungan dengan daerah genangan banjir yang akan diteliti. Pada
penelitian ini data curah hujan yang dipakai adalah data sepuluh tahun terakhir dimulai dari
tahun 2006 sampai dengan 2015 serta data curah hujan ini diperoleh dari Stasiun Klimatologi
Kelas I Sampali.
Adapun stasiun penakar curah hujan yang digunakan adalah stasiun yang ada di hulu
72
berikut :
Lokasi Pengamatan : Stasiun Curah Hujan Staklim Sampali, Kab. Deli Serdang.
Adapun data curah hujan yang diamati oleh Stasiun Curah Hujan Sampali mulai dari
tahun 2006 sampai 2015 dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :
Adapun data curah hujan yang diamati oleh Stasiun Curah Hujan Tongkoh mulai dari
tahun 2006 sampai 2015 dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :
73
Adapun data curah hujan yang diamati oleh Stasiun Curah Hujan Helvetia mulai dari
tahun 2006 sampai 2015 dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Lokasi Pengamatan : Stasiun Pengamatan Curah Hujan Stamar Belawan, Kota Medan.
Adapun data curah hujan yang diamati oleh Stasiun Curah Hujan Belawan mulai dari
tahun 2006 sampai 2015 dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :
Data curah hujan dari Stasiun Klimatologi Kelas I Sampali pada empat lokasi stasiun
curah hujan didapatlah curah hujan maksimum pada DAS Deli seperti tabel 4.5 berikut :
74
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode Polygon Thiessen dengan
mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap
garis penghubung antara dua stasiun. Data yang digunakan ialah data curah hujan harian
maksimum dari keempat stasiun pengamatan curah hujan yaitu stasiun Sampali, Tongkoh,
Helvetia dan Belawan. Berikut ini adalah gambaran daerah aliran sungai (DAS) Deli yang
75
̅= ∑bi=1 (An × Rn )
R A n
Sebagai contoh dalam menghitung curah hujan kawasan DAS Deli untuk tahun 2006
76
Frekuensi curah hujan periodik adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan
disamai atau dilampaui sekali dalam jangka waktu tertentu. Distribusi frekuensi dilakukan
untuk mendapatkan curah hujan rencana periode ulang (XT ) dengan periode ulang tertentu.
Metode frekuensi curah hujan periodik yang paling sering digunakan dalam bidang
1. Distribusi Normal
4. Distribusi Gumbel
Dalam penelitian ini dihitung curah hujan rancangan dengan kala ulang 2, 5, 10, 15, 20,
Perhitungan frekuensi curah hujan dengan Metode Distribusi Normal dapat dilihat pada
77
̅ )2
∑(Xi − X
Sx = √ n−1
1717,202
Sx = √ = 13,813
9
Pada analisa curah hujan rencana dengan distribusi normal diperlukan nilai K T (variabel
reduksi) yang diperoleh dari tabel 2.4 untuk menentukan analisa curah hujan rencana dengan
distribusi normal. Selanjutnya untuk mendapatkan besarnya curah hujan rencana pada periode
XT = ̅
X + K T × Sx
Berikut hasil analisa curah hujan rencana dengan metode Distribusi Normal :
XT = ̅
X + K T × Sx
XT = ̅
X + K T × Sx
78
Perhitungan frekuensi curah hujan dengan Metode Distribusi Log Normal dapat dilihat
Dari tabel diatas maka dapat dicari nilai Standar Deviasinya sebagai berikut :
̅ )2
∑(Xi − X
Sx = √
n−1
1717,2019
Sx = √ = 13,813
9
∑(Log Xi − ̅̅̅̅̅̅̅
LogX)2
S Log x = √ n−1
0,03067038
S Log x = √ = 0,058377
9
Selanjutnya untuk mendapatkan besarnya curah hujan rencana pada periode ulang
Log XT = ̅̅̅̅̅̅̅
Log X + K T × SLog x
XT = 10Log XT
79
Berikut hasil analisa curah hujan rencana dengan metode Distribusi Log Normal :
Log XT = ̅̅̅̅̅̅̅
Log X + K T × SLog x
XT = 10Log XT
X2 = 102,0036 = 100,828 mm
Log XT = ̅̅̅̅̅̅̅
Log X + K T × SLog x
XT = 10Log XT
Perhitungan frekuensi curah hujan dengan Metode Distribusi Log Person III dapat dilihat
80
Dari tabel diatas maka dapat dicari nilai Standar Deviasinya sebagai berikut :
̅̅̅̅̅̅̅̅
∑(Log Xi −Log X)2
S Log x = √ n−1
0,0306704
S Log x = √ = 0,058377
9
Selanjutnya pada analisa curah hujan rencana dengan distribusi Log Person III diperlukan
nilai KT yang diperoleh dari tabel 2.6 untuk menentukan analisa curah hujan rencana dengan
distribusi Log Person III. Selanjutnya untuk mendapatkan besarnya curah hujan rencana pada
n × ∑ni=1(Log Xi − ̅̅̅̅̅̅̅
Log X)3
Cs = 3
(n − 1) × (n − 2) × SLogX
̅̅̅̅̅̅̅̅
Log XT = Log X + KT × S
XT = 10Log XT
81
Berikut hasil analisa curah hujan rencana dengan metode Distribusi Log Person III :
Log XT = ̅̅̅̅̅̅̅
Log X + K T × SLog x
XT = 10Log XT
X2 = 102,002 = 100,403 mm
Log XT = ̅̅̅̅̅̅̅
Log X + K T × SLog x
XT = 10Log XT
Perhitungan frekuensi curah hujan dengan Metode Distribusi Gumbel dapat dilihat pada
82
Dari tabel diatas maka dapat dicari nilai Standar Deviasinya sebagai berikut :
̅ )2
∑(Xi − X
Sx = √
n−1
1717,202
Sx = √ = 13,813
9
Setelah nilai Standar Deviasi diperoleh, maka selanjutnya mencari curah hujan rencana
pada periode ulang tertentu dengan mengetahui besarnya reduce mean (Yn) dan reduce standar
deviation (Sn). Banyaknya data curah hujan yang digunakan pada penelitian ini adalah 10 tahun
Selanjutnya untuk mendapatkan besarnya curah hujan rencana pada periode ulang
̅ + (YTR −Yn ) × SX
XT = X S n
83
Berikut hasil analisa curah hujan rencana dengan metode Distribusi Gumbel :
Y −Y
XT = ̅
X + ( TRS n) × SX
n
0,3668 −0,4952
X2 = 101,656 + ( ) × 13,813 = 99,789 mm
0,9496
Y −Y
XT = ̅
X + ( TRS n) × SX
n
2,2510 −0,4952
X10 = 101,656 + ( ) × 13,813 = 127,196 mm
0,9496
Setelah diperoleh besarnya curah hujan rencana dari ke empat metode distribusi yaitu :
Distribusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Log Person III dan Distribusi Gumbel
84
Dari keempat metode distribusi curah hujan yang telah di hitung diatas, tahapan
selanjutnya ialah pengujian kecocokan untuk memilih metode distribusi curah hujan yang
nantinya akan dipakai. Dalam penelitian ini ada tiga tahap pengujian yaitu :
1. Pengujian Dispersi
Pada uji kecocokan ini ada beberapa parameter yang harus diperhatikan yaitu nilai rata-
rata ( ̅
X ), deviasi standar ( SX ), koefisien variasi ( CV ), koefisien kemiringan ( CS ) dan
koefisien kurtosis (CK ). Untuk menentukan besarnya nilai parameter tersebut dapat
Adapun hasil perhitungan distribusi curah hujan dengan dispersi statistik ialah sebagai
berikut :
85
nilai koefisien variasi ( CV ), koefisien kemiringan ( CS ) dan koefisien kurtosis (CK ). Adapun
Selanjutnya perhitungan dengan distribusi curah hujan dengan dispersi logaritmik ialah
sebagai berikut :
86
nilai koefisien variasi ( CV ), koefisien kemiringan ( CS ) dan koefisien kurtosis (CK ). Adapun
Setelah nilai parameter dari perhitungan dispersi diatas maka selanjutnya dibandingkan
dengan syarat yang telah ditetapkan. Adapun hasil perbandingan parameter dispersi adalah
sebagai berikut :
87
Dari perhitungan yang telah dilakukan dengan persyaratan diatas maka dipilih distribusi
Log Person III. Untuk memastikan pemilihan tersebut perlu dilakukan perbandingan hasil
distribusi Log Person III, maka selanjutnya ialah dilakukan pengujian dengan Chi – Kuadrat
dengan mengurutkan data dari terbesar sampai terkecil atau sebaliknya, cara ini disebut juga
88
(Oi −Ei )2
X 2 = ∑Gi=1 Ei
G = 1 + 1,33 Ln (10)
G = 4,062 ≈ 5
DK = G – (R+1)
DK = 5 – (2+1)
DK = 2
n 10
Ei = = =2
G 5
1
Xawal = Xmin − 2 ∆X
1
Xawal = 81,593 − 2 (11,566)
Xawal = 75,809
89
= 0,05 diperoleh nilai X 2 kritis = 5,991. Sedangkan dari hasil perhitungan diatas diperoleh
X 2 = 1,6 < X 2 = 5,991, maka itu berarti distribusi Log Person III memenuhi syarat.
Perhitungan pengujian smirnov kolmogorof untuk Log Person III dapat dilihat pad tabel
berikut :
Dari perhitungan Smirnov Kolmogorov diatas diperoleh nilai DMax = 0,2020 pada
peringkat m=10. Dengan menggunakan tabel 2.12 untuk derajat kepercayaan (α) = 0,05, maka
diperoleh nilai DO = 0,41. Sehingga dapat dilihat bahwa nilai DMax = 0,2020 < DO = 0,41 maka
Koefisen permukaan (run off) adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas
permukaan tanah menuju sungai, danau dan lautan. Air hujan yang jatuh kepermukaan tanah
ada yang langsung masuk ke dalam tanah atau disebut air infiltrasi. Sebagian lagi mengalir di
atas permukaan tanah menuju ke tempat yang lebih rendah. Koefisien limpasan variabel paling
menentukan debit banjir. Faktor utama yang mempengaruhi C adalah laju infiltrasi tanah atau
90
Penggunaan lahan pada DAS Deli dapat dilihat pada tabel 4.26 berikut ini :
Laju infiltrasi menurun pada hujan yang terus-menerus dan juga dipengaruhi kondisi
kejenuhan air sebelumnya. Nilai koefisien pengaliran di DAS Deli dapat dilihat pada tabel 4.27
berikut :
91
25747,4845
C= = 0,282
91140,16
Persamaan yang dipakai dalam menentukan besarnya intensitas curah hujan ialah
menggunakan metode Dr. Mononobe pada persamaan 2.25 dan besarnya nilai curah hujan
diambil dari distribusi Log Person III sehingga didapat hasil perhitungan seperti pada tabel
4.28 berikut :
R24
100.403 112.753 120.082 122.902 125.745 128.655 134.683 140.357
(mm)
t mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam mm/jam
1 34.808 39.089 41.630 42.608 43.593 44.602 46.692 48.659
2 21.928 24.625 26.225 26.841 27.462 28.098 29.414 30.653
3 16.734 18.792 20.014 20.484 20.958 21.443 22.447 23.393
4 13.813 15.513 16.521 16.909 17.300 17.700 18.530 19.310
5 11.904 13.368 14.237 14.572 14.909 15.254 15.968 16.641
6 10.542 11.838 12.608 12.904 13.202 13.508 14.141 14.737
7 9.512 10.682 11.377 11.644 11.913 12.189 12.760 13.297
8 8.702 9.772 10.408 10.652 10.898 11.151 11.673 12.165
9 8.045 9.034 9.622 9.848 10.075 10.308 10.791 11.246
10 7.499 8.422 8.969 9.180 9.392 9.609 10.059 10.483
11 7.037 7.903 8.417 8.614 8.814 9.018 9.440 9.838
12 6.641 7.458 7.942 8.129 8.317 8.509 8.908 9.283
13 6.296 7.070 7.530 7.707 7.885 8.067 8.445 8.801
14 5.992 6.729 7.167 7.335 7.505 7.678 8.038 8.377
15 5.723 6.427 6.845 7.005 7.167 7.333 7.677 8.000
16 5.482 6.156 6.556 6.710 6.866 7.024 7.354 7.663
17 5.265 5.912 6.297 6.445 6.594 6.746 7.062 7.360
18 5.068 5.691 6.061 6.204 6.347 6.494 6.798 7.085
19 4.888 5.490 5.847 5.984 6.122 6.264 6.558 6.834
20 4.724 5.305 5.650 5.783 5.917 6.053 6.337 6.604
21 4.573 5.135 5.469 5.598 5.727 5.860 6.134 6.393
22 4.433 4.979 5.302 5.427 5.552 5.681 5.947 6.197
23 4.304 4.833 5.147 5.268 5.390 5.515 5.773 6.017
24 4.183 4.698 5.003 5.121 5.239 5.361 5.612 5.848
(Sumber : Perhitungan, 2017)
92
2
100,403 24 3
I= × (1) = 34,808 mm/jam
24
2
100,403 24 3
I= × (10) = 7,499 mm/jam
24
2
100,403 24 3
I= × (22) = 4,433 mm/jam
24
2
128,655 24 3
I= × (1) = 44,602 mm/jam
24
2
128,655 24 3
I= × (10) = 9,609 mm/jam
24
2
128,655 24 3
I= × (22) = 5,681 mm/jam
24
Metode penentuan debit banjir rencana akan dilakukan dengan dua cara yaitu metode
Metode hidrograf satuan sintetik (HSS) Gamma I banyak digunakan untuk mengetahui
hidrograf banjir di Indonesia. Metode ini memang bisa dikondisikan terhadap kondisi topografi
sungai-sungai di Indonesia bila dibandingkan cara-cara lain. Berikut parameter yang digunakan
93
Dari parameter – parameter diatas dapat ditentukan besar nilai hidrograf satuan sintettik
L 3
TR = 0,43 (100 SF) + 1,0665 SIM + 1,2775
72 3
TR = 0,43 (100 ×0,347) + 1,0665 (1,776) + 1,2775
TR = 7,01 jam
QP = 5,46 m3/s
TB = 23,96 jam
94
K = 8,77
5. Menghitung Debit
𝑇
QT = (T ) × Qp
R
QT = QP × e−t/K
QT = 5,46 × e−(8−7,01)/8,77
QT = 4,88 m3/s
Untuk perhitungan unit hidrograf selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.29 berikut :
95
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
t (jam)
Qt
Selanjutnya untuk menghitung besarnya debit banjir pada periode ulang 25 tahun dapat
Q Design Rainfall
t
terkoreksi Q(m3/s)
1 2 3
(jam) (m3/d) 44,602 28,098 21,443
0 0 0 0 0 0
1 0,779 34,737 0 0 35,516
2 1,558 69,475 43,766 0 114,799
3 2,336 104,212 65,650 50,100 222,298
4 3,115 138,950 87,533 66,800 296,398
5 3,894 173,687 109,416 83,500 370,497
6 4,673 208,424 131,299 100,200 444,597
7 5,452 243,162 153,182 116,900 518,696
7,01 5,460 243,509 153,401 117,067 519,437
8 4,880 217,672 137,125 104,646 464,323
96
Q Design Rainfall
t
terkoreksi Q(m3/s)
1 2 3
(jam) (m3/d) 44,602 28,098 21,443
9 4,354 194,210 122,344 93,366 414,275
10 3,885 173,276 109,157 83,303 369,621
11 3,466 154,600 97,392 74,324 329,781
12 3,093 137,936 86,894 66,313 294,235
13 2,759 123,068 77,528 59,165 262,520
14 2,462 109,803 69,172 52,788 234,224
15 2,196 97,968 61,716 47,098 208,978
16 1,960 87,408 55,064 42,021 186,453
17 1,748 77,987 49,128 37,492 166,356
18 1,560 69,581 43,833 33,451 148,425
19 1,392 62,081 39,108 29,845 132,426
20 1,242 55,389 34,893 26,628 118,153
21 1,108 49,419 31,132 23,758 105,417
22 0,989 44,092 27,776 21,197 94,055
23 0,882 39,340 24,782 18,913 83,917
24 0,787 35,099 22,111 16,874 74,872
25 0,702 31,316 19,728 15,055 66,802
26 0,626 27,941 17,602 13,432 59,601
27 0,559 24,929 15,704 11,985 53,177
28 0,499 22,242 14,012 10,693 47,445
29 0,445 19,845 12,501 9,540 42,331
30 0,397 17,706 11,154 8,512 37,768
31 0,354 15,797 9,952 7,595 33,698
32 0,316 14,094 8,879 6,776 30,065
33 0,282 12,575 7,922 6,046 26,825
34 0,252 11,220 7,068 5,394 23,933
35 0,224 10,010 6,306 4,813 21,354
36 0,200 8,931 5,626 4,294 19,052
(Sumber : Perhitungan, 2017)
Untuk perhitungan debit banjir pada periode ulang yang lain adalah dengan cara yang
sama, hanya saja berbeda pada intensitas hujannya sesauai pada periode ulang masing –
masing. Adapun rekapitulasi dari debit banjir rancangan dengan periode ulang 2, 5, 10, 15, 20,
25, 50 dan 100 tahun dengan metode Gamma I dapat dilihat pada tabel 4.31 berikut ini :
97
98
Periode 5 tahun
350
300 Periode 10 tahun
250 Periode 15 tahun
200 Periode 20 tahun
150
Periode 25 tahun
100
50 Periode 50 tahun
0 Periode 100 tahun
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
t (jam)
Gambar 4.4 Grafik Debit Banjir Hidrograf HSS Gamma I
Ada beberapa parameter yang dibutuhkan untuk mengetahui besarnya debit dengan
Dari parameter – parameter diatas dapat ditentukan besar nilai hidrograf satuan sintettik
1. Waktu Kelambatan (t g )
t g = 0,4 + 0,058 𝐿
t g = 4,58 jam
99
Tr = 0,75 t g
Tr = 0,75 (4,58)
Tr = 3,43 jam
3. Waktu Puncak (t p )
t p = t g + 0,8 × Tr
t p = 7,32 jam
4. Waktu Saat Debit Sama Dengan 0,3 kali Debit Puncak (t 0,3 )
t 0,3 = α × t g
t 0,3 = 2 × 4,58
C ×A × R0
Qp = 3,6 ×(0,3 × t
p + t0,3
0,282 ×472,96 × 1
Qp = 3,6 ×(0,3 × 7,32+ 9,16
Qp = 3,26 m3/s
Selanjutnya untuk menentukan lengkung kurva naik dan kurva turun dapat menggunakan
persamaan 2.41 – 2.44. Maka diperoleh unit hidrograf dengan metode Nakayasu sebagai
berikut :
100
T Qt T Qt
3 3
(Jam ke) (m /s) (Jam ke) (m /s)
0 0,00 20 0,72
1 0,03 21 0,66
2 0,14 22 0,60
3 0,38 23 0,55
4 0,77 24 0,51
5 1,31 25 0,46
6 2,02 26 0,42
7 2,93 27 0,39
7,32 3,26 28 0,36
8 2,99 29 0,33
9 2,62 30 0,30
10 2,30 30,20 0,29
11 2,01 31 0,28
12 1,76 32 0,26
13 1,55 33 0,24
14 1,36 34 0,23
15 1,19 35 0,21
16 1,04 36 0,20
16,47 0,98 37 0,19
17 0,94 38 0,18
18 0,86 39 0,16
19 0,78 40 0,15
(Sumber : Perhitungan, 2017)
3.00
2.50
Q m3/s
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42
t (jam)
Qt
Gambar 4.5 Grafik Unit Hidrograf HSS Nakayasu
101
Q Design Rainfall
t
terkoreksi Q(m3/s)
1 2 3
(jam) (m3/d) 44.602 28.098 21.443
0 0.00 0 0 0 0
1 0.03 1.225 0 0 1.252
2 0.14 6.466 4.073 0 10.684
3 0.38 17.109 10.778 8.225 36.496
4 0.77 34.126 21.498 16.406 72.794
5 1.31 58.299 36.726 28.027 124.360
6 2.02 90.302 56.887 43.413 192.626
7 2.93 130.729 82.354 62.848 278.861
7.32 3.26 145.609 91.728 70.002 310.604
8 2.99 133.177 83.897 64.025 284.085
9 2.62 116.761 73.555 56.133 249.067
10 2.30 102.368 64.488 49.214 218.365
11 2.01 89.750 56.539 43.147 191.448
12 1.76 78.686 49.569 37.828 167.848
13 1.55 68.987 43.459 33.165 147.158
14 1.36 60.483 38.102 29.077 129.018
15 1.19 53.028 33.405 25.493 113.115
16 1.04 46.491 29.287 22.351 99.171
16.47 0.98 43.683 27.518 21.001 93.181
17 0.94 41.712 26.277 20.053 88.977
18 0.86 38.210 24.071 18.369 81.506
19 0.78 35.001 22.049 16.827 74.662
20 0.72 32.062 20.198 15.414 68.393
21 0.66 29.370 18.502 14.120 62.651
22 0.60 26.904 16.949 12.934 57.390
23 0.55 24.645 15.525 11.848 52.571
24 0.51 22.576 14.222 10.853 48.157
25 0.46 20.680 13.028 9.942 44.113
102
Q Design Rainfall
t
terkoreksi Q(m3/s)
1 2 3
(jam) (m3/d) 44.602 28.098 21.443
26 0.42 18.944 11.934 9.107 40.409
27 0.39 17.353 10.932 8.342 37.016
28 0.36 15.896 10.014 7.642 33.908
29 0.33 14.561 9.173 7.000 31.061
30 0.30 13.339 8.403 6.413 28.453
30.20 0.29 13.105 8.256 6.300 27.954
31 0.28 12.434 7.833 5.978 26.524
32 0.26 11.643 7.335 5.597 24.836
33 0.24 10.902 6.868 5.241 23.255
34 0.23 10.208 6.430 4.907 21.774
35 0.21 9.558 6.021 4.595 20.388
36 0.20 8.949 5.638 4.302 19.090
37 0.19 8.380 5.279 4.029 17.875
38 0.18 7.846 4.943 3.772 16.737
39 0.16 7.347 4.628 3.532 15.672
40 0.15 6.879 4.334 3.307 14.674
(Sumber : Perhitungan, 2017)
Adapun rekapitulasi debit banjir periode ulang 2, 5, 10, 15, 20, 25, 50, 100 tahun dengan
103
104
t (jam)
Gambar 4.6 Grafik Debit Banjir Hidrograf HSS Nakayasu
Dalam perhitungan ini yang dicari adalah debit yang mengalir dari hulu sampai ke
Kampung Aur yang bertujuan untuk mengetahui besarnya debit yang nantinya digunakan
untuk merancang bearnya dimensi tunnel. Tetapi sebelumnya perlu diketahui bahwa adanya
kanal pada sungai Deli yang dapat mengalirkan debit sebesar 70 m3/s menuju sungai Percut.
Yang mana panjang kanal tersebut ialah lebih dari 3.800 meter dengan penampang berbentuk
perhitungan diatas.
Dengan cara perhitungan yang sama seperti perhitungan Gamma I sebelumnya, maka
TR = 3,60 jam
QP = 4,56 m3/s
TB = 21,86 jam
K = 4,57
5. Menghitung Debit
QT = 3,35 m3/s
Untuk perhitungan unit hidrograf selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.35 berikut :
106
T Qt T Qt
3
(Jam ke) (m /s) (Jam ke) (m3 /s)
0 0 18 0,19
1 1,26 19 0,16
2 2,53 20 0,13
3 3,79 21 0,10
3,60 4,56 22 0,08
4 4,17 23 0,07
5 3,35 24 0,05
6 2,69 25 0,04
7 2,16 26 0,03
8 1,74 27 0,03
9 1,40 28 0,02
10 1,12 29 0,02
11 0,90 30 0,01
12 0,72 31 0,01
13 0,58 32 0,01
14 0,47 33 0,01
15 0,38 34 0,01
16 0,30 35 0,00
17 0,24 36 0,00
(Sumber : Perhitungan, 2017)
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
t (jam)
Qt
107
Q Design Rainfall
t
terkoreksi Q(m3/s)
1 2 3
(jam) (m3/d) 44.602 28.098 21.443
0 0 0 0 0 0
1 1.26 56.415 0 0 57.680
2 2.53 112.830 71.078 0 186.438
3 3.79 169.245 106.618 81.364 361.022
3.60 4.56 203.184 127.998 97.681 433.419
4 4.17 186.209 117.304 89.520 397.207
5 3.35 149.586 94.233 71.914 319.087
6 2.69 120.167 75.700 57.770 256.331
7 2.16 96.533 60.812 46.408 205.918
8 1.74 77.548 48.852 37.281 165.419
9 1.40 62.296 39.244 29.949 132.885
10 1.12 50.044 31.526 24.059 106.750
11 0.90 40.202 25.325 19.327 85.755
12 0.72 32.295 20.345 15.526 68.890
13 0.58 25.943 16.343 12.472 55.341
14 0.47 20.841 13.129 10.019 44.457
15 0.38 16.742 10.547 8.049 35.713
16 0.30 13.449 8.473 6.466 28.689
17 0.24 10.804 6.806 5.194 23.047
18 0.19 8.679 5.468 4.173 18.514
19 0.16 6.972 4.392 3.352 14.873
20 0.13 5.601 3.528 2.693 11.948
21 0.10 4.500 2.835 2.163 9.598
22 0.08 3.615 2.277 1.738 7.710
23 0.07 2.904 1.829 1.396 6.194
24 0.05 2.333 1.469 1.121 4.976
25 0.04 1.874 1.180 0.901 3.997
26 0.03 1.505 0.948 0.724 3.211
27 0.03 1.209 0.762 0.581 2.579
28 0.02 0.971 0.612 0.467 2.072
29 0.02 0.780 0.492 0.375 1.665
30 0.01 0.627 0.395 0.301 1.337
108
Q Design Rainfall
t
terkoreksi Q(m3/s)
1 2 3
(jam) (m3/d) 44.602 28.098 21.443
31 0.01 0.504 0.317 0.242 1.074
32 0.01 0.405 0.255 0.194 0.863
33 0.01 0.325 0.205 0.156 0.693
34 0.01 0.261 0.164 0.126 0.557
35 0.00 0.210 0.132 0.101 0.447
36 0.00 0.168 0.106 0.081 0.359
(Sumber : Perhitungan, 2017)
Dengan cara perhitungan yang sama seperti perhitungan Nakayasu sebelumnya, maka
1. Waktu Kelambatan (t g )
t g = 3,57 jam
Tr = 2,68 jam
3. Waktu Puncak (t p )
t p = 5,72 jam
4. Waktu Saat Debit Sama Dengan 0,3 kali Debit Puncak (t 0,3 )
109
Qp = 2,14 m3/s
Selanjutnya untuk menentukan lengkung kurva naik dan kurva turun dengan metode
T Qt T Qt
3
(Jam ke) (m /s) (Jam ke) (m3 /s)
0 0 20 0,29
1 0,03 21 0,26
2 0,17 22 0,23
3 0,45 23 0,21
4 0,91 23,58 0,19
5 1,55 24 0,19
5,72 2,14 25 0,17
6 2,04 26 0,16
7 1,72 27 0,14
8 1,45 28 0,13
9 1,23 29 0,12
10 1,04 30 0,11
11 0,88 31 0,10
12 0,74 32 0,09
12,86 0,64 33 0,09
13 0,63 34 0,08
14 0,56 35 0,07
15 0,50 36 0,07
16 0,45 37 0,06
17 0,40 38 0,06
18 0,36 39 0,05
19 0,32 40 0,05
(Sumber : Perhitungan, 2017)
110
2.00
Q m3/s
1.50
1.00
0.50
0.00
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42
t (jam) Qt
Selanjutnya untuk menghitung besarnya debit banjir pada periode ulang 25 tahun dapat
Q Design Rainfall
t
terkoreksi Q(m3/s)
1 2 3
(jam) (m3/d) 44.602 28.098 21.443
0 0.00 0 0 0 0.000
1 0.03 1.452 0 0 1.484
2 0.17 7.662 4.827 0 12.661
3 0.45 20.276 12.773 9.748 43.252
4 0.91 40.442 25.477 19.443 86.269
5 1.55 69.091 43.525 33.215 147.380
5.72 2.14 95.267 60.015 45.800 203.218
6 2.04 90.818 57.212 43.661 193.727
7 1.72 76.735 48.340 36.890 163.686
8 1.45 64.836 40.844 31.170 138.303
9 1.23 54.782 34.510 26.336 116.857
10 1.04 46.287 29.159 22.252 98.736
11 0.88 39.109 24.637 18.802 83.425
12 0.74 33.044 20.817 15.886 70.488
12.86 0.64 28.580 18.004 13.740 60.965
13 0.63 28.139 17.726 13.528 60.023
14 0.56 25.149 15.843 12.090 53.645
15 0.50 22.477 14.159 10.806 47.945
111
Q Design Rainfall
t
terkoreksi Q(m3/s)
1 2 3
(jam) (m3/d) 44.602 28.098 21.443
16 0.45 20.088 12.655 9.657 42.851
17 0.40 17.954 11.310 8.631 38.298
18 0.36 16.046 10.108 7.714 34.229
19 0.32 14.341 9.034 6.895 30.592
20 0.29 12.817 8.074 6.162 27.341
21 0.26 11.455 7.217 5.507 24.436
22 0.23 10.238 6.450 4.922 21.840
23 0.21 9.150 5.764 4.399 19.519
23.58 0.19 8.574 5.401 4.122 18.290
24 0.19 8.275 5.213 3.978 17.652
25 0.17 7.607 4.792 3.657 16.226
26 0.16 6.992 4.405 3.361 14.915
27 0.14 6.427 4.049 3.090 13.710
28 0.13 5.908 3.722 2.840 12.602
29 0.12 5.431 3.421 2.611 11.584
30 0.11 4.992 3.145 2.400 10.648
31 0.10 4.588 2.891 2.206 9.788
32 0.09 4.218 2.657 2.028 8.997
33 0.09 3.877 2.442 1.864 8.270
34 0.08 3.564 2.245 1.713 7.602
35 0.07 3.276 2.064 1.575 6.987
36 0.07 3.011 1.897 1.448 6.423
37 0.06 2.768 1.744 1.331 5.904
38 0.06 2.544 1.603 1.223 5.427
39 0.05 2.339 1.473 1.124 4.988
40 0.05 2.150 1.354 1.033 4.585
(Sumber : Perhitungan, 2017)
Setelah diperoleh debit banjir dengan periode ulang 25 tahun, maka selanjutnya ialah
mengetahui sebarapa besar debit yang masuk ke sungai Deli dengan menggunakan metode
Muskingum. Perhitungan debit inflow/ outflow menggunakan debit banjir yang diperoleh dari
112
Nakayasu
Time Inflow outflow
(jam) (m3/s) (m3/s)
1 1.484 1.484
2 12.661 2.183
3 43.252 7.369
4 86.269 21.271
5 203.218 48.892
6 193.727 96.526
7 163.686 125.024
8 138.303 135.519
9 116.857 135.049
10 98.736 128.231
11 83.425 118.057
12 60.965 105.831
13 60.023 91.751
14 53.645 81.438
15 47.945 72.396
16 42.851 64.437
17 38.298 57.407
18 34.229 51.181
19 30.592 45.656
20 27.341 40.745
21 24.436 36.375
22 21.840 32.482
23 18.290 28.934
24 17.652 25.568
25 16.226 23.005
26 14.915 20.805
27 13.710 18.889
28 12.602 17.201
29 11.584 15.700
30 10.648 14.356
31 9.788 13.143
32 8.997 12.045
33 8.270 11.047
34 7.602 10.137
35 6.987 9.307
36 6.423 8.547
(Sumber : Perhitungan, 2017)
113
Muskingum :
Kx+0.5Δt (3)(0,1)+0,5(1)
C1 = = = 0,25
D 3,2
K−Kx−0.5Δt 3−(3)(0,1)−0,5(1)
C2 = = = 0,6875
D 3,2
Untuk mengetahui kepasitas daya tampung sungai Deli adalah dengan menggunakan
hitungan manul sesuai survei ke lapangan dan dengan aplikasi HEC – RAS.
Berikut ini adalah perhitungan kapasitas sungai Deli dengan cara manual, yang mana
sebelumnya telah dilakukan survei lapangan dengan menggunakan alat ukur kecepatan aliran
L = 20 m
114
̅ = 0,7 m/s ;
Maka nilai V A = 35 m2
̅×𝐴
𝑄=V
b) Avros (Polonia)
L = 15,6 m
h4 = 1,2 m ; h5 = 0,8 m
115
̅ = 0,36 m/s ;
Maka nilai V A = 13,96 m2
̅×𝐴
𝑄=V
c) Multatuli
Data yang diperoleh ialah :
L = 20,6 m
̅ = 0,43 m/s ;
Maka nilai V A = 17,885 m2
̅×𝐴
𝑄=V
116
kondisi air normal dan dengan melihat sisa penampang yang ada, sungai Deli mampu
Adapun tahapan menghitung kapasitas sungai Deli dengan menggunakan aplikasi HEC
1. Membuat projek baru dengan memilih file lalu new project seperti yang ada pada gambar
4.12 berikut :
2. Pilih edit pada tampilan utama kemudian klik geometric data yang gunanya untuk
memasukkan nilai penampang pada setiap cross section, nilai Manning, jarak antar setiap
117
Pada tahap ini debit yang simasukkan sebesar 90 m3/s dikarenakan perhitungan manual.
4. Pada tampilan utama pilih run lalu klik steady flow analysis. Pada bagian ini nilai yang
dimasukkan pada steady flow data akan diproses dengan menekan tombol compute.
118
Dari hasil perhitungan diatas dengan menggunakan steady flow bahwa sungai Deli mampu
menampung debit sebesar 90 m3/s. Hanya saja terjadi meluapnya air pada beberapa titik.
Dari perhitungan besaran debit banjir dengan metode Muskingum diatas, maka
selanjutnya mengetahui daerah yang tergenang banjir dengan menggunakan HEC – RAS,
1. Membuka file yang telah dibuat terlebih dahulu pada steady flow diatas.
119
Upstream diisi dengan flow hydrograph yang mana nilai ini berasal dari outflow Q25 pada
perhitungan metode Muskingum diatas. Pada bagian BCLine : Downstream diisi dengan
3. Pada tampilan utama, pilih run lalu klik unsteady flow analysis. Pada bagian programs to
run pilih semua kategori kecuali sediment. Kemudian pada simulation time window atur
waktu mulai dan berakhir sesuai pada unsteady flow data. Selanjutnya klik compute, pada
bagian ini dihitung besaran debit banjir outflow tadi dan akan menghasilkan daerah
genangan banjir.
120
Pada gambar diatas terjadi genangan banjir pada bagian Hulu (Kanal) di kecamatan Medan
Johor.
5. Untuk mengetahui ketinggian profil muka air maksimum dapat mengklik view profile.
121
77, dikarenakan eleveasi permukaan tanah yang sangat rendah dan apabila dikonversikan ke
lokasi lapangan, banjir terjadi pada wilayah Avros Medan Polonia hingga ke Kesawan Medan
Barat.
6. Selanjutnya untuk mengetahui kedalaman air setiap penampang klik view cross section pada
tampilan utama.
(b)
Gambar 4.22 (a) Kedalaman Banjir pada titik 87 dan (b) Kedalaman Banjir pada titik 85
122
beberapa titik yang kedua sisinya terkena dampak luapan sungai Deli. Banjir menggenangi
Setelah semua perhitungan debit banjir diperoleh maka selanjutnya ialah merencanakan
seberapa besar dimensi tunnel yang akan digunakan untuk menampung debit banjir yang terjadi
saat periode ulang 25 tahun. Adapun data yang digunakan ialah sebagai berikut :
Qkapasitas = 90 m3/s
n = 0,014
S = 0,0006
Dari data diatas akan direncanakan sebuah saluran terbuka dengan penampang lingkaran
a) Jika θ = 270o
360−270 BO √2 BO
Makas, Cos = OC → = → BO = 0,354 d
2 2 0,5 d
360−270 BC √2 BC
Sin = OC → = 0,5 d → BC = 0,354 d
2 2
123
A = 0,589 d2 + 0,125d2
A = 0,714 d2
1 sinθ
R = (4 (1 − ) d)
θ
1 sin(270)
R = (4 (1 − ) d)
270
R = 0,251 d
1 2⁄
Qtunnel =A×n×R 3 × √S
1
45,519 = 0,714 d2 × 0,014 × (0,251 d)2/3 × 0,00061/2
d8/3 = 130,80
d = 6,22 meter
45,519
Cek nilai V = Q/A = 0,714 (6,22)2 = 1,65 m/s
b) Jika θ = 240o
360−240 BO 1 𝐵𝑂
Makas, Cos = OC → = 0,5 𝑑 → BO = 0,25 d
2 2
360−240 BC √3 BC
Sin = OC → = 0,5 d → BC = 0,433 d
2 2
124
A = 0,524 d2 + 0,108d2
A = 0,632 d2
1 sinθ
R = (4 (1 − ) d)
θ
1 sin(240)
R = (4 (1 − ) d)
240
R = 0,251 d
1 2⁄
Qtunnel =A×n×R 3 × √S
1
45,519 = 0,632 d2 × 0,014 × (0,251 d)2/3 × 0,00061/2
d8/3 = 147,79
d = 6,5 meter
45,519
Cek nilai V = Q/A = 0,632 (6,5)2 = 1,71 m/s
Dari perhitungan dimensi tunnel tersebut diperoleh hasil jika dengan sudut 270o maka
diameter tunnel sebesar 6,22 meter dengan kecepatan 1,65 m/s dan jika dengan sudut 240o
maka diamter tunnel sebesar 6,5 meter dengan kecepatan 1,71 m/s. Berikut ini hasil
125
Maka dari itu setelah diperoleh diamater tunnel dan lokasi genangan banjir, maka rencana
penentuan titik inlet dan outlet tunnel tersebut ialah dimulai dari Jl. Dr Barito – Jl. Komodor
Muda Adi Sucipto – Jl. Imam Bonjol – belakang Hotel Arya Duta dengan koordinat 98o 41’
10’’ – 98o 40’ 28’’ Bujur Timur dan 3o 33’ 11’’ – 3o 35’ 29’’ Lintang Utara dengan total
126
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan data – data pada penelitian tugas akhir ini dapat diambil
1. Perhitungan debit banjir dengan metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu terjadi
pada jam puncak yaitu jam ke – 5,72 dengan periode ulang 2 tahun sebesar 159,061
m3/s; 5 tahun sebesar 178,364 m3/s; 10 tahun sebesar 189,818 m3/s; 15 tahun sebesar
194,226 m3/s; 20 tahun sebesar 198,669 m3/s; 25 tahun sebesar 203,218 m3/s; 50 tahun
2. Perhitungan debit banjir dengan metode Hidrograf Satuan Sintetik Gamma I terjadi
pada jam puncak yaitu jam ke – 3,60 dengan periode ulang 2 tahun sebesar 339,243
m3/s; 5 tahun sebesar 380,411 m3/s; 10 tahun sebesar 404,841 m3/s; 15 tahun sebesar
414,242 m3/s; 20 tahun sebesar 423,719 m3/s; 25 tahun sebesar 433,419 m3/s; 50 tahun
3. Genangan banjir berdasarkan cross section sungai Deli terjadi pada titik 91 sampai
titik 77, bila dilihat pada kondisi lapangan berada wilayah Avros kecamatan Medan
4. Dimensi tunnel yang digunakan untuk sudut 270o sebesar 6,22 meter dengan
kecepatan 1,65 m/s dan sudut 240o sebesar 6,5 meter dengan kecepatan 1,71 m/s.
5. Dengan menggunakan HEC- RAS, debit yang masuk ke dalam tunnel berdiameter 6,5
6. Peletakan jalur tunnel dimulai dari Jl. Dr Barito – Jl. Komodor Muda Adi Sucipto –
Jl. Imam Bonjol – belakang Hotel Arya Duta dengan total jarak sepanjang 5190 meter
ke arah utara.
127
1. Untuk hasil yang lebih akurat sebaiknya menggunakan data curah hujan jam – jaman.
data – data yang lebih terbaru agar potensi banjir yang dihitung dapat sesuai dengan
3. Diperlukannya data melintang yang lebih akurat dan lengkap agar pemodelan daerah
128
xvi
Nasution, Rahmad Siddik. 2014. Analisis Hidograf Satuan Sintetik DAS Wampu Kabupaten
Langkat. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Paimin, dkk. 2012. Sistem Perencanaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi (P3KR): Bogor
Palar, Ronaldo Toar., L. Kawet, E.M. dan Wuisan, H. Tangkudung. 2013. Studi Perbandingan
Antara Hidrograf Scs (Soil Conservation Service) Dan Metode Rasional Pada Das
Tikala. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang garis sempadan sungai, Daerah Manfaat
Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai
Rahayu, Anita. 2009. Penggunaan Metode Soil Conservation Services (Scs) Untuk
Memprediksi Aliran Permukaan Pada Lahan Perkebunan Kelapa Sawit, Unit Usaha
Rejosari, Ptp Nusantara Vii Lampung. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sandy, 1985. Morfologi Daerah Aliran Sungai. Guru Besar Jurusan Geografi Universitas
Indonesia, Jakarta.
Sandy, I.M,.1985. Republik Indonesia Geografi Regional. Jakarta. FMIPA UI
Sherman L. K. 1932. Stream flowFrom Rainfall by the Unit Hydrograph Method. News-
Record.Eng.
Sinukaban, N. 2007. Peranan Konservasi Tanah dan Air dalam Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai. Ketua Umum Pengurus Pusat MKTI Periode 2004 – 2007 Jurusan ilmu Tanah,
Institut Pertanian Bogor
Sinukaban, N. 2007. Konservasi Tanah dan Air Kunci Pembangunan Berkelanjutan. Direktorat
Jendral RLPS dan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 334 hal.
Sirait, Jones Hendra M. 2010. Analisis Kemampuan Kanal Banjir Dalam Menanggulangi
Masalah Banjir Kota Medan Kaitannya Dalam Pengembangan Wilayah. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Suherlan, E. 2001. Zonasi Tingkat Kerentanan Banjir Kabupaten Bandung Menggunakan
Informasi Geografi. Skripsi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan Berkelanjutan. Penerbit ANDI. Yogyakarta:
Suripin.2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Andi. Yogyakarta.
xvii
xviii
xix
xx
xxi
xxii