Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi:
Pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini;
Pencegahan (prevension); upaya untuk menghilangkan atau mengurangi
kemungkinan timbulnya suatu ancaman. Misalnya : pembuatan bendungan untuk menghindari terjadinya banjir, biopori, penanaman tanaman keras di lereng bukit untuk menghindari banjir dsb. Namun perlu disadari bahwa pencegahan tidak bisa 100% efektif terhadap sebagian besar bencana. Mitigasi (mitigation); yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman. Misalnya : penataan kembali lahan desa agar terjadinya banjir tidak menimbulkan kerugian besar. Kesiap-siagaan (preparedness); yaitu persiapan rencana untuk bertindak ketika terjadi(atau kemungkinan akan terjadi) bencana. Perencanaan terdiri dari perkiraan terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam keadaan darurat danidentifikasi atas sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perencanaan ini dapat mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman. Tanggap Darurat (Emergency Response), saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian; Pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.
Pemulihan (recovery);adalah suatu proses yang dilalui agar kebutuhan pokok
terpenuhi. Proses recovery terdiri dari: Rehabilitasi : perbaikan yang dibutuhkan secara langsung yang sifatnya sementara atau berjangka pendek. Rekonstruksi : perbaikan yang sifatnya permanen 2. Rekonstruksi adalah Pembangunan kembali semua prasarana dan sarana serta kelembagaan pada wilayah pasca bencana pemerintahan/ masyarakat dengan sasaran utama Tumbuh kembangnya kegiatan ekonomi, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban serta bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan. Pada Bidang Rehabilitasi & Rekonstruksi (RR), terdapat 5 (lima) sektor yang menjadi fokus dalam penanganan Pasca Bencana yaitu : Sektor Perumahan & Permukiman Sektor Infrastruktur Publik Sektor Ekonomi Produktif Sektor Sosial, dan Lintas Sektor Untuk melaksanakan program Rehabilitasi & Rekonstruksi dengan 5 (lima) sektor yang menjadi kewenangan, bidang RR menggunakan metode Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana/ Jitupasna yang tercantum pada Perka BNPB Nomor 15 Tahun 2011. Jitupasna merupakan suatu rangkaian kegiatan pengkajian dan penilaian akibat, analisis dampak dan perkiraan kebutuhan yang menjadi dasar bagi penyusunan Renaksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi. Pengkajian dan penilaian meliputi identifikasi dan perhitungan kerusakan dan kerugian fisik dan non fisik yang menyangkut aspek pembangunan manusia, perumahan atau pemukiman, infrastruktur, ekonomi, sosial dan lintas sektor. Analisis dampak melibatkan tinjauan keterkaitan dan nilai agregat dari akibat bencana dan impilkasi umumnya terhadap aspek – aspek fisik dan lingkungan, perekonomian, psikososial, budaya, politik dan tata pemerintahan.
Peran masyarakat dalam pelaksanaan rekonstruksi ini perlu dilakukan dapat
dilakukan dengan mengambil tenaga kasar untuk menjadikan lapangan pekerjaan yang sementara. 3. Di beberapa derah indonesia, ada peran Kearifan lokal dalam mengantisipasi terjadinya bencana, Smong merupakan sebuah contoh kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Indonesia dalam mengantisipasi terjadinya bencana alam. Smong merupakan sebuah bait-bait dalam permainan tradisional anak-anak di Pulau Simeuleu (Nanggroe Aceh Darussalam) yang secara tidak langsung menceritakan mengenai bencana tsunami yang pernah berlangsung dulu. Dalam Smong dijelaskan dalam bait , bila terjadi guncangan dan di ikuti oleh surutnya air laut maka, di haruskan untuk mencari ke tempat yang lebih tinggi, sebab itu merupakan pertanda akan terjadinya bencana tsunami. Oleh sebab itu kearifan lokal memiliki peranan penting bagi masyarakat dalam mengnatisipasi bencana, dan juga pasca terjadinya bencana.