Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KEPERAWATAN BENCANA

“APLIKASI PENGELOLAAN PENANGGULANGAN


BENCANA DENGAN PENDEKATAN KOMPREHENSIF PADA
SETIAP FASE RESPONSE “

Oleh :
Ni Putu Dewi Setiawati

C1118026

7A Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021

1
A. Pengertian Bencana dan ManajemenBencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancamdanmengganggukehidupandanpenghidupanmasyarakatyang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu
untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan
observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan,
peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitas dan rekonstruksi bencana.
Bencana alam, dipandang sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancamdanmengganggukehidupandanpenghidupanmasyarakatyang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Jika
ditinjau dari penyebabnya dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu: bencana
alam geologis, klimatologis, dan ekstra-terestrial. Bencana alam geologis
adalah bencana alam yang disebabkan oleh gaya-gaya dari dalam bumi.
Sedangkan bencana alam klimatologis adalah bencana alam yang
disebabkan oleh perubahan iklim, suhu atau cuaca. Bencana alam ekstra-
terestrial yaitu bencana alam yang disebabkan oleh gaya atau energi dari
luar bumi, bencana alam geologis dan klimatologis yang sering berdampak
terhadapmanusia.

B. Konsep ManajemenBencana

2
Dalam Konsep manajeman bencana, kegiatan manajemen bencana
merupakan kegiatan yang tidak berdiri sendiri, akan tetapi terkait dengan
berbagai aspek kehidupan masyarakat dan memerlukan pendekatan yang
bersifat multi-disiplin. Peraturan perundang-undangan yang dijadikan
acuan pun melingkup peraturan perundang-undangan lintas sektor. Dengan
kalimatlain,sesungguhnyakegiatanmanajemenbencanadilaksanakanoleh
sektor-sektor, sedangkan kegiatan dari lembaga kebencanaan sebagian
besar adalah mengkoordinasikan kegiatan yang dilakukan oleh sector:
Melalui manajemen bencana pula program atau kegiatan
dilaksanakan pada tiap kuadran atau siklus atau bidang erja oleh para
pemangku kepentingan secara komprehensif dan terus menerus.
Pelaksanankegiatansecaraperiodiatausebagaireaksiatauresponterhadap
kejadian bencana akan menjadi sia-sia karena bencana akan terus terjadi
secara berulang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, manajemen bencana
sebagai seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan
penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana
yang dilakukan oleh semua elemen, pemerintah, masyarakat sipil, dan
kalangan bisnis-korporasi untuk mencegah kehilangan jiwa, mengurangi
penderitaan manusia, memberi informasi kepada masyarakat dan pihak
berwenang mengenai risiko, dan mengurangi kerusakan infrastruktur
utama, harta benda dan kehilangan sumberekonomis.
Terkait dengan manajemen bencana, proses respon terhadap bencana Tim
Sar DMC DD membaginya menjadi 2 tahap. Yang pertama adalah Siklus
Tanggap Darurat dan Siklus Recovery.
1. Siklus TanggapDarurat
Pada siklus tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk
menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhankebutuhan
dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta
pemulihan prasarana dan sarana. Tahapan pelaksanaan pada fase
tanggap darurat tim DMC Dompet Dhuafa, meliputi: pengkajian secara
cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber daya;

3
penentuan status keadaan darurat bencana; penyelamatan dan evakuasi
masyarakat terkena bencana; pemenuhan kebutuhandasar; perlindungan
terhadap kelompok rentan; dan pemulihan dengan segera prasarana dan
sarana vital.
2. SiklusRecovery
Pada siklus Recovery kegiatan meliputi rehabilitasi dan
rekonstruksi.Rehabilitasiadalahperbaikandanpemulihansemuaaspek
pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada
wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pascabencana. Rekonstruksi adalah
pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada
wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun
masyarakatdengansasaranutamatumbuhdanberkembangnyakegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan
bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
Mengacu kepada tiga hal yang mutlak dilakukan dama manajeman
bencana,TimSarDMCDDjugamelakukanprosespenanggulanganpra
bencana. Pra bencana yang dilakukan mencakup kegiatan pencegahan,
mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini dengan melakukan
pendekatan komprehensif pada setiap fase:
1. Pencegahan (prevension); upaya untuk menghilangkan atau
mengurangikemungkinantimbulnyasuatuancaman.Misalnya:
pembuatan bendungan untuk menghindari terjadinya banjir,
biopori, penanaman tanaman keras di lereng bukit untuk
menghindari banjir dsb. Namun perlu disadari bahwa
pencegahan tidak bisa 100% efektif terhadap sebagian besar
bencana.
2. Mitigasi (mitigation); yaitu upaya yang dilakukan untuk
mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman. Misalnya :
penataan kembali lahan desa agar terjadinya banjir tidak
menimbulkan kerugianbesar.

4
3. Planning/Response/Ricovery : Planning merupakan persiapan
rencana untuk bertindak ketika terjadi(atau kemungkinan akan
terjadi) bencana. Perencanaan terdiri dari perkiraan terhadap
kebutuhan-kebutuhan dalam keadaan darurat danidentifikasi
atassumberdayayangadauntukmemenuhikebutuhantersebut.
Perencanaan ini dapat mengurangi dampak buruk dari suatu
ancaman. Elemen pentimg dalam fase preparedness disini adalah
mitigasi yaitu usaha usaha yang dilakukan untuk mencegah,
mengurangi dan meminimalkan berbagai elemen yang
berpotensi menimbulkan bahaya. Dalam hal sosialisasi siaga
bencana, dibutuhkan kerja sama yang baik antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah, bahkan sampai ke masyarakat atau
kawasan yang rawan bencana. Indonesia merupakan negeri
rawan bencana sehingga perlu dibentuk bangsa yang mampu
merespons bencana dengan benar. Sebuah fase respon/tanggap
bencana yang efektif bergantung kepada pengkajian setelah
bencana, kewaspadaan situasi, komunikasi, kolaborasi dan
koordinai serta elemen kontrol dan pemberi perintah. Sebagai
contoh bila ada kejadian bencana di sebuah daerah, pemerintah
lokal dapat menghubungi sistem bencana pusat (BNPB). Sistem
pusat kemudian akan mengaktifkan sumber-sumber daya yang
ada di tingkat pusat. Lebih lanjut model ini mangasumsikan
bahwa fleksibilitas pada setiap level
adalahkunciutamadalampenangananbencana.Tahaprecovery
merupakan kesempatan untuk meningkatkan pencegahan dan
meningkatkan kesiapsiagaan , sehingga mengurangi potensi
konsekuensi kejadian bencana yang lain (WHO, 2013).
Recovery merupakan proses pemulihan kondisi masyarakat
yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali prasarana
dan sarana pada keadaan semula. Ada beberapa perbedaan
pendapatmengenaitahappemulihanini,sebagianmengatakan
bahwa tahap pemulihan (recovery) terdiri dari rehabilitasi dan
rekontruksi baik dari fisik, psikologis dan komunitas (PNPM, 2008).
Di tingkat pemerintah pusat elemen keberlanjutan mungkin termasuk
5
kemampuan untuk menyediakan tempat penampungan bagi korban
bencana dalam setiap upaya pemulihan berkepanjangan . Ditingkat
masyarakat, rehabilitasi termasuk proyek pemulihan jangka panjang
yang dirancang untuk membangun kembali infrastruktur masyarakat
atau pengembaliankegiatanusahadankerjasepertisebelumbencana
(Beaton,2008).

6
DAFTAR PUSTAKA

Beaton, R, Brideges, E, dkk. 2018. Ecological Model of Disaster Management.

AAOHN Journal : 56 (11), 471-478

PNPM Mandiri (2018). Modul Khusus Fasilitator : Penanganan Pengelolaan

Bencana. Direktorat Jenderal Cipta Karya. Departemen Pekerjaan Umum

WHO. (2013). Environmental Health in Emergencies; Recovery.

http://www.who.int/environmental_health_emergencies/recovery/en/diakses

tanggal 4 April 2021.

Anda mungkin juga menyukai