0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
13 tayangan7 halaman
Tugas 13 Keperawatan Bencana membahas konsep penanggulangan bencana dan manajemen bencana menurut UU No 24 Tahun 2007 serta pendekatan komprehensif dalam fase respon yang meliputi proses siaga darurat, pengkajian cepat, penentuan status keadaan darurat, search and rescue, evakuasi, bantuan, dan pengkajian untuk rehabilitasi dan rekonstruksi.
Deskripsi Asli:
Tugas Keperawatan bencana
Judul Asli
I WAYAN DANDI PRATAMA_C1119156_VII D_PTM 13 BENCANA
Tugas 13 Keperawatan Bencana membahas konsep penanggulangan bencana dan manajemen bencana menurut UU No 24 Tahun 2007 serta pendekatan komprehensif dalam fase respon yang meliputi proses siaga darurat, pengkajian cepat, penentuan status keadaan darurat, search and rescue, evakuasi, bantuan, dan pengkajian untuk rehabilitasi dan rekonstruksi.
Tugas 13 Keperawatan Bencana membahas konsep penanggulangan bencana dan manajemen bencana menurut UU No 24 Tahun 2007 serta pendekatan komprehensif dalam fase respon yang meliputi proses siaga darurat, pengkajian cepat, penentuan status keadaan darurat, search and rescue, evakuasi, bantuan, dan pengkajian untuk rehabilitasi dan rekonstruksi.
“Analisis Pengelolaan Penanggulangan Bencana Dengan Pendekatan
Komprehensif Pada Fase Respon (Tanggap Darurat Bencana)” Dosen Pengampu : Ns. I Made Ani Suprapta, S.Kep., M.Kes
Oleh :
I WAYAN DANDI PRATAMA
C1119156/VII D
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA USADA BALI 2022 “Analisis Pengelolaan Penanggulangan Bencana Dengan Pendekatan Komprehensif Pada Fase Respon (Tanggap Darurat Bencana)”
A. Konsep Penanggulangan Bencana
Menurut UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penggulangan Bencana Bab I Pasal 1 ayat 1, Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Pada ayat 2,3 dan 4 bencana dibedakan atas 3 kategori berdasarkan penyebabnya, yaitu bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.
B. Konsep Manajemen Bencana
Dalam konsep manajeman bencana, kegiatan manajemen bencana merupakan kegiatan yang tidak berdiri sendiri, akan tetapi terkait dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat dan memerlukan pendekatan yang bersifat multi-disiplin. Peraturan perundang-undangan yang dijadikan acuan pun melingkup peraturan perundang-undangan lintas sektor. Dengan kalimat lain, sesungguhnya kegiatan manajemen bencana dilaksanakan oleh sektor- sektor, sedangkan kegiatan dari lembaga kebencanaan sebagian besar adalah mengkoordinasikan kegiatan yang dilakukan oleh sektor. Berbagai pihak yang terlibat dalam manajemen bencana harus saling bekerjasama dan menyamakan persepsi tentang bencana dan manajemen bencana melalui sebuah sistem atau aturan main yang main yang disepakati taiu kati taiu sistem manajemen bencana. emen bencana. Melalui manajemen bencana emen bencana pula program atau kegiatan dilaksanakan pada tiap kuadran atau siklus atau bidang erja oleh para pemangku kepentingan secara komprehensif dan terus-menerus. Pelaksanan kegiatan secara periodi atau sebagai sebagai reaksi atau respon terhadap terhadap kejadian bencana akan menjadi menjadi sia-sia karena bencana akan terus terjadi secara berulang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, manajemen bencana sebagai seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang dilakukan oleh semua elemen, pemerintah, masyarakat sipil, dan kalangan bisnis-korporasi untuk mencegah kehilangan jiwa, mengurangi penderitaan manusia, memberi informasi kepada masyarakat dan pihak berwenang mengenai risiko, dan mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber ekonomis.
C. Tujuan Tanggap Darurat
Tanggap Darurat adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan segera sesudah kejadian bencana oleh lembaga pemerintah atau non pemerintah. Tujuan umum dari tanggap darurat adalah: 1. Memastikan keselamatan sebanyak mungkin korban dan menjaga mereka dalam kondisi kesehatan sebaik mungkin. 2. Menyediakan kembali kecukupan diri dan pelayanan-pelayanan dasar secepat mungkin bagi semua kelompok populasi, dengan perhatian khusus bagi mereka yang paling membutuhkan yaitu kelompok paling rentan baik dari sisi umur, jenis kelamin dan keadaan fisiknya. 3. Memperbaiki infrastruktur yang rusak atau hilang dan menggerakkan kembali aktivitas ekonomi yang paling mudah. 4. Dalam situasi konflik kekerasan, tujuannya adalah melindungi dan membantu masyarakat sipil dengan memahami bentuk kekerasan yang mungkin manifestasinya berbeda bagi korban lelaki, perempuan dan anak-anak. Kekerasan dalam situasi konflik yang dialami perempuan seperti kekerasan seksual tak selalu mudah terungkap terutama jika kaum lelaki dari kelompok korban menyembunyikan fakta itu untuk menjaga harga diri kelompok. 5. Dalam kasus pengungsian, tujuannya adalah mencari solusi-solusi yang bertahan lama secepat mungkin. D. Pendekatan Komprehensif Pada Fase Respon (Tanggap Darurat Bencana) Tahap response sangat diperlukan koordinasi yang baik dari berbagai pihak. Koordinasi memungkinkan pemberian bantuan kepada masyarakat yang terkena bencana dapat diberikan secara cepat, tepat dan efektif. Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelematan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan, pengungsi, penyelematan serta pemulihan prasarana dan sarana. Sebuah fase respon/tanggap bencana yang efektif bergantung kepada pengkajian pengkajian setelah setelah bencana, bencana, kewaspadaan kewaspadaan situasi, situasi, komunikasi, komunikasi, kolaborasi kolaborasi dan koordinai serta elemen kontrol dan pemberi perintah. Sebagai contoh bila ada kejadian bencana di sebuah daerah, pemerintah lokal dapat menghubungi sistem bencana bencana pusat (BNPB). (BNPB). Sistem pusat kemudian kemudian akan mengaktifkan mengaktifkan sumber-sumber daya yang ada yang ada di tingkat pusat. Lebih lanjut model ini mangas ini mangasumsikan bahwa fleksibilitas pada setiap level adalah kunci utama dalam penanganan bencana
E. Proses respons (tanggap darurat) secara umum
Fase Respon merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau mengeliminasi dampak bencana. Respon dan respon kegiatan terdiri dari memberikan peringatan dini kepada orang-orang di sekitar daerah rawan bencana, evakuasi korban, pencarian dan penyelamatan, penilaian dampak, logistik dan distribusi bantuan,mengamankan daerah dan orang-orang yang terkena dampak, rehabilitasi dan rekonstruksi (K & Umam, 2019). 1. Siaga Darurat Setelah ada peringatan maka aktivitas yang pertama kali dilakukan adalah siaga darurat. Peringatan mengacu pada informasi yang berkaitan dengan jenis. ancaman dan karakteristik yang diasosiasikan dengan ancaman tersebut. Peringatan harus disebarkan dengan cepat kepada institusi-institusi pemerintah, lembaga-lembaga, dan masyarakat yang berada di wilayah yang berisiko sehingga tindakan- tindakan yang tepat dapat diambil, baik mengevakuasi atau menyelamatkan properti/aset dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Peringatan dapat disebarkan melalui radio, televisi, media massa tulis (internet), telepon, dan telepon genggam. 2. Pengkajian Cepat Tujuan utama pengkajian adalah menyediakan gambaran situasi paska bencana yang jelas dan akurat. Dengan pengkajian, dapat diidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan seketika serta dapat mengembangkan strategi penyelamatan jiwa dan pemulihan dini. Kaji cepat dialkukan pada umumnya dengan menggunakan beberapa indikator diantaranya adalah : a. Jumlah korban meninggal dunia dan luka-luka b. Tingkat kerusakan infrastruktur c. Tingkat ketidakberfungsian pelayanan-pelayanandasar d. Cakupan wilayah bencana e. Kapasitas pemerintah setempat dalam merespon bencana tersebut 3. Penentuan Status Kesadaran Penentuan status kedaruratan dilakukan setelah pengkajian cepat dilakukan. Penentuan status dilakukan oleh pemerintah setelah berkoordinasi dengan tim pengkaji. Penentuan status dilakukan sesuai dengan skala bencana. 4. Search And Rescue (SAR) Search and rescue (SAR) adalah proses mengidentifikasikan lokasi korban bencana yang terjebak atau terisolasi dan membawa mereka kembali pada kondisi aman serta pemberian perawatan medis. 5. Pencarian, Penyelamatan Dan Evakuasi Evakuasi melibatkan pemindahan warga/masyarakat dari zona berisiko bencana ke lokasi yang lebih aman. Perhatian utama adalah perlindungan kehidupan masyarakat dan perawatan segera bagi mereka yang cedera. Evakuasi yang efektif dapat dilakukan jika ada : a. Sistem peringatan yang tepat waktu dan akurat. b. Identifikasi jalur evakuasi yang jelas dan aman. c. Identifikasi data dasar tentang penduduk. d. Kebijakan/peraturan yang memerintahkan semua orang melakukan evakuasi ketika perintah diberikan e. Program pendidikan publik yang membuat masyarakat sadar tentang rencana evakuasi. 6. Respon And Bantuan Response and relief harus berlangsung sesegera mungkin; penundaan tidak bisa dilakukan dalam situasi ini. Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki rencana kontinjensi sebelumnya. Relief adalah pengadaan bantuan kemanusiaan berupa material dan perawatan medis yang dibutuhkan untuk menyelamatkan dan menjaga keberlangsungan hidup. 7. Pengkajian Untuk Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Beberapa minggu sesudah berlangsungnya tanggap darurat, pengkajian yang lebih mendalam tentang kondisi masyarakat korban bencana harus dilakukan. Langkah ini berkaitan dengan identifikasi kebutuhan pemulihan masyarakat. Fokus pengkajian bergeser ke hal- hal vital yang dibutuhkan masyarakat supaya mereka mampu melakukan kegiatan sehari-hari secara normal. Instrumen pengkajian itu harus cukup lengkap dalam mengidentifikasi kebutuhan yang sangat beragam (Arsyad, 2017). DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M. (2017). Modul Manajemen Penanggulangan Bencana Pelatihan
Penanggulangan Bencana Banjir. In Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Sumber Daya Air Dan Kontruksi (2nd ed., p. 77).
K, F. A., & Umam, C. (2019). Komunikasi Bencana Sebagai Sebuah Sistem
Penanganan Bencana di Indonesia. Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(1), 25–37
Hafiedz, A. (2018). Penyusunan Rencana Kontinjensi Bencana Kebakaran Hutan
dan Lahan di Kabupaten Kendal.
Paidi. (2015). Pengelolaan manajemen risiko bencana alam di indonesia. Jurnal
Manajemen, 29(83), 37.
Simalango, E., Shiddiq, R. N. F. A., Rusmiati, Norjanah, T., & Wulandari, T.
(2021). Aplikasi Pengelolaan Penanggulangan Bencana Dengan Pendekatan Komprehensif Pada Setiap Fase (Prevention, Mitigation, Planning/ Response/Recovery. 4(1), 88–100