Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 13 KEPERAWATAN KRITIS

“RINGKASAN KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN DENGAN VENTILASI MEKANIK”

OLEH:

NAMA : I WAYAN DANDI PRATAMA

NIM: C1119156

.,

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2022
“Ringkasan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ventilasi
Mekanik”

Ventilasi mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif atau


negatif yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien sehingga
mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu
yang lama. Ventilasi mekanik adalah proses penggunaan suatu peralatan untuk
memfasilitasi transpor oksigen dan karbondioksida antara atmosfer dan alveoli
untuk tujuan meningkatkan pertukaran gas paru-paru.

Ventilasi Mekanik bertujuan untuk mempertahankan ventilasi alveolar yang


tepat untuk kebutuhan metabolik pasien dan untuk memperbaiki hipoksemia dan
memaksimalkan transpor oksigen. Bila fungsi paru untuk melaksanakan
pembebasan CO2 atau pengambilan O2 dari atmosfir tidak cukup, maka dapat
dipertimbangkan pemakaian ventilator. Tujuan fisiologis meliputi membantu
pertukaran gas kardio-pulmonal (ventilasi alveolar dan oksigenasi arteri),
meningkatkan volume paru-paru (inflasi paru akhir ekspirasi dan kapasitas residu
fungsional), dan mengurangi kerja pernafasan. Tujuan klinis meliputi mengatasi
hipoksemia dan asidosis respiratori akut, mengurangi distress pernafasan,
mencegah atau mengatasi atelektasis dan kelelahan otot pernafasan, memberikan
sedasi dan blokade neuromuskular, menurunkan konsumsi oksigen, mengurangi
tekanan intrakranial, dan menstabilkan dinding dada.

Terdapat berbagai jenis ventilasi mekanik yaitu Control mode ventilation


(Pernafasan diberikan ke pasien pada frekuensi dan volume yang telah ditentukan
pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi),
Assist Mode (pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak
mampu untuk memicu pernafasan, udara tak diberikan), Model ACV (Assist Control
Ventilation) (gabungan assist dan control mode yang dapat mengontrol ventilasi,
volume tidal dan kecepatan. Bila pasien gagal untuk inspirasi maka ventilator akan
secara otomatik mengambil alih (control mode) dan mempreset kepada volume
tidal), Intermittent Mandatory Ventilation (IMV) (kombinasi periode assist control
dengan periode ketika pasien bernafas spontan), Pressure-Controlled Ventilation
(PCV) (suatu tekanan konstan untuk mengembangkan paru-paru), Pressure-
Support Ventilation (PSV), Positive End-Expiratory Pressure (PEEP) (untuk
mempertahankan alveolus tetap terbuka) dan Continuous Positive Airway Pressure
(CPAP)

Ventilasi mekanik hanya berfungsi sebagai pendukung, sampai penyebab


utama kondisi yang memerlukan dukungan ini teratasi. Tekanan positif dapat
mengembangkan kembali atelektasis atau memperbaiki ketidakseimbangan
ventilasi perfusi dan memperbaiki oksigensasi daerah yang ventilasinya buruk.
Usaha napas pasien yang tidak adekuat sehingga menggunakan otot bantu napas
menyebabkan kebutuhan oksigen menjadi lebih besar, sehingga dengan positive
pressure mode ventilasi mekanik dapat menggantikan usaha ini dan oxygen
delivery yang adekuat dapat terpenuhi. Tekanan positif ventilasi mekanik juga
dapat digunakan untuk menstabilkan dinding dada pada keadaan fungsi bernapas
terganggu, seperti pada fail chest.

Indikasi penggunakan ventilasi mekanik yaitu ketika modalitas manajemen


noninvasif gagal untuk memberikan bantuan oksigenasi dan/atau ventilasi yang
adekuat. Keputusan untuk memulai ventilasi mekanik berdasarkan pada
kemampuan pasien memenuhi kebutuhan oksigenasi dan/atau ventilasinya.
Ketidakmampuan pasien untuk secara klinis mempertahankan CO2 dan status
asam-basa pada tingkat yang dapat diterima yang menunjukkan terjadinya
kegagalan pernafasan dan hal tersebut merupakan indikasi yang umum untuk
intervensi ventilasi mekanik. Selain itu terdapat indikasi utama dilakukan
pemasangan ventilasi mekanik adalah gagal napas atau kondisi yang mengarah ke
gagal napas, antara lain hipoksemia (ditandai dengan : PaO2 < 60 mmHg dan
Saturasi O2 < 90% pada FiO2 > 50%), hiperkapnia (ditandai dengan PaCO2 >
55mmHg, asidosis dan peningkatan Pa CO2 dari keadaan awal dan asidosis) atau
kombinasi keduanya.

Kondisi lain yang membutuhkan ventilasi mekanik adalah menjamin


ventilasi dan oksigenasi yang adekuat pada saat pasien dalam keadaan sedasi dan
pengaruh pemberian obat pelumpuh otot (operasi dengan anestesi umum) untuk
menurunkan oksigen konsumtif oksigen sistemik dan miokard, untuk hiperventilasi
sebagai upaya menurunkan tekanan intrakaranial dan mencegah atelektasis.
Penyebab gagal napas yang berhubungan dengan pembedahan, Bila gagal napas
tidak cepat membaik, maka diperlukan ventilasi mekanik sebagai alat bantuan
untuk memperbaiki ventilasi. Pernapasan pasien dikatakan tidak adekuat, apabila:
Ventilasi tidak baik, Pasien tidak dapat mengeluarkan sekret dengan baik, Keadaan
kardiovaskular tidak baik.

Komplikasi yang dapat dialami pada pasien yang menggunakan ventilasi


mekanik yaitu Komplikasi jalan nafas, Masalah selang endotrakeal (infeksi sinus
berat), Masalah mekanis (terlipatnya selang, tahanan sekresi, bronkospasme berat,
spasme batuk, atau tergigitnya selang endotrakeal, kebocoran dalam sirkuit atau
manset, selang, atau ventilator terlepas, atau obstruksi aliran), Barotrauma (dispnea
berat tiba-tiba dan keluhan nyeri pada daerah yang sakit), Penurunan curah jantung,
Keseimbangan cairan positif (edema sakral dan fasial), Peningkatan IAP.
Kemudian sumber lain mengatakan bahwa Komplikasi yang dapat timbul dari
penggunaan ventilasi mekanik, yaitu Obstruksi jalan nafas, Hipertensi, Tension
pneumotoraks, Atelektase, Infeksi pulmonal, Kelainan fungsi gastrointestinal ;
dilatasi lambung, perdarahan gastrointestinal, Kelainan fungsi ginjal dan Kelainan
fungsi susunan saraf pusat.

Perawat mempunyai peran penting dalam mengkaji kondisi pasien dan


fungsi ventilasi mekanik. Dalam mengkaji pasien, perawat harus mengevaluasi
status psikologis dan koping pasien terhadap ventilasi mekanik. Pengkajian fisik
dilakukan secara sistematis terhadap sistem tubuh dan difokuskan pada sistem
pernapasan. Pengkajian pernapasan, antara lain : tanda – tanda vital, frekuensi dan
pola napas, suara napas, evaluasi pernapasan spontan dan resiko terjadinya hipoksia
dan adanya suara napas tambahan. Perawat juga mengevaluasi fungsi dan
pengaturan ventilasi mekanik. Pengkajian terhadap status neurologi juga
dibutuhkan, selain itu pengkajian terhadap gastrointestinal dan status nutrisi
diperlukan untuk dilakukan penyapihan ventilasi mekanik. Hal yang perlu
diperhatikan lagi yaitu koping pasien terhadap bantuan ventilasi mekanik dan
tingkat kenyamanan serta kemampuan pasien untuk berkomunikasi. Selain itu
pengkajian yang dilakukan pada kardiovaskuler dimana perubahan dalam curah
jantung dapat terjadi sebagai akibat ventilator tekanan positif. Untuk mengevaluasi
fungsi jantung perawat terutama harus memperhatikan tanda dan gejala hipoksemia
dan hipoksia (gelisah,gugup, kelam fakir, takikardi, takipnoe, pucat yang
berkembang menjadi sianosis, berkeringat dan penurunan haluaran urin).

Selain itu pengkajian terhadap alat ventilasi mekanik juga penting untuk
dilakukan untuk memastikan bahwa ventilator pengaturannya telah dibuat dengan
tepat. Dalam memantau ventilator, perawat harus memperhatikan hal-hal seperti
Jenis ventilator, Cara pengendalain (Controlled, Assist Control, dll), Pengaturan
volume tidal dan frekunsi, Pengaturan FIO2 (fraksi oksigen yang diinspirasi),
Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan, Adanya air dalam
selang,terlepas sambungan atau terlipatnya selang, Humidifikasi, Alarm dan PEEP

Perawatan pasien yang terpasang ventilasi mekanik memerlukan keahlian


tehnis dan kemampuan interpersonal yang baik. Intervensi keperawatan yang
diberikan kepada pasien yang terpasang ventilasi mekanik adalah sama, hal yang
membedakan dalam pemberian asuhan keperawatan ditentukan oleh proses
penyakit dan respon pasien. Dua hal yang penting dalam perawatan pasien yang
terpasang ventilasi mekanik adalah pemeriksaan auskultasi paru dan analisa gas
darah. Berdasarkan dari data pengkajian, intervensi keperawatan yang dilakukan
pada pasien berdasarkan masalah yang muncul selama pasien terpasang ventilasi
mekanik, yaitu gangguan pertukaran gas dan ketidakefektifan bersihan jalan napas,
adalah manajemen airway. Dimana tujuan pemberian ventilasi mekanik adalah
mengoptimalisasi pertukaran gas dengan cara menjaga ventilasi alveolar dan
oksigen delivery. Perubahan dalam pertukaran gas dapat disebabkan karena
penyakit dasar atau karena adanya perubahan pola settingan ventilator. Selain itu
dilakukan implementasi seperti mencegah trauma dan infeksi dimana
penatalaksanaan jalan nafas harus mencakup pemeliharaan selang endotrakea atau
trakeostomi. Selang ventilator diposisikan sedemikian rupa sehingga hanya sedikit
kemungkinan tertarik atau penyimpangan selang dalam trakea. Perawatan
trakeostomi dilakukan sedikitnya setiap 8 jam jika diindikasikan karena
peningkatan resiko infeksi. Higiene oral sering dilakukan karena rongga oral
merupakan sumber utama kontaminasi paru-paru pada pasien yang diintubasi pada
pasien lemah. Adanya selang nasogastrik dan penggunaan antasida pada pasien
dengan ventilasi mekanik juga telah mempredisposisikan pasien pada pneumonia
nosokomial akibat aspirasi. Pasien juga diposisikan dengan kepala dinaikkan lebih
tinggi dari perut sedapat mungkin untuk mengurangi potensial aspirasi isi lambung.
Kemudian dilakukan Peningkatan tingkat mobilitas optimal untuk menstimuli
pernafasan dan memperbaiki mental, dimana latihan rentang gerak pasif/aktif
dilakukan tiap 8 jam untuk mencegah atrofi otot, kontraktur dan statis vena.
Dilakukan peningkatan komunikasi optimal, dimana perawat menggunakan
pendekatan komunikasi; membaca gerak bibir, menggunakan kertas dan pensil,
bahasa gerak tubuh, papan komunikasi, papan pengumuman. Serta yang terakhir
untuk asuhan keperawatan pada pasien dengan ventilasi mekanik yaitu
Meningkatkan kemampuan koping, dengan memberikan penjelasan prosedur setiap
kali dilakukan untuk mengurangi ansietas dan membiasakan klien dengan rutinitas
rumah sakit, perawat harus menginformasikan tentang kemajuannya pada klien,
bila memungkinkan pengalihan perhatian seperti menonton TV, bermain musik
atau berjalan-jalan jika sesuai dan memungkinkan dilakukan.

Tim medis yang terlibat dalam merawat pasien yang terpasang ventilasi
mekanik yaitu dokter, perawat, terapis yang secara terus menerus memantau
perkembangan pasien terhadap keadekuatan pertukaran gas, tanda dan gejala
hipoksia dan respon terhadap pengobatan. Intervensi multidisiplin dan kolaborasi
yang diberikan antara lain pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri dan latihan
reposisi untuk pengembangan paru pasien. Perawat berperan untuk memonitor
keseimbangan cairan dengan cara mengobservasi adanya edema perifer akibat
immobilisasi, menghitung intake dan output serta menimbang berat badan. Perawat
juga memberikan pengobatan dan memonitor efek samping pengobatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Dudut, T. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Ventilasi Mekanik. 1–7.


http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/3600

Kamayani, made O. A. (2016). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Ventilasi


Mekanik. Udayana University, 1–17.

Trijayanti, I. D. N., Kurnia, E., & Napitu, A. A. (2021). Pengkajian Nyeri Pada
Pasien Terpasang Ventilator (Alat Ukur Nyeri Sebagai Aplikasi Pengkajian
dalam Asuhan Keperawatan Kritis ). Eureka Media Aksara, 1(69), 5–24.

Sinarti, A., Elmiyati, D., Yulianto, D., Edi Supriyanto, & Syam, F. (2021). Analisa
Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Terpasang Ventilasi Mekanik
dengan Intervensi Inovasi Kombinasi Fisioterapi Dada Dan Elevasi Kepala
60 Derajat ̊Dengan Hiperoksigenasi Pada Proses Close Suction Terhadap
Perubahan Saturasi di Ruang Intensivec. 1–98.

Anda mungkin juga menyukai