PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah pernapasan menempati
urutan tertinggi dalam menentukan
prioritas penanganan kegawatan
maupun kekritisan. Hal ini
berdasarkan
kenyataan bahwa ketika seseorang
tidak mendapatkan oksigen,
meskipun
dalam hitungan menit maka bias
berakibat fatal.
Berbagai penyakit yang berkaitan
dengan pernapasan pada akhirnya
akan berujung pada kondisi gagal
napas. Hal ini membutuhkan
penanganan
khusus, dimana oksigenisasi masih
tetap terpenuhi meskipun pasien
sudah
tidak mampu lagi bernapas.
Ventilator adalah suatu system alat
bantuan hidup yang dirancang
untuk menggantikan atau
menunjang fungsi pernapasan yang
normal.
Tujuan utama pemberian
dukungan ventilator mekanik
adalah untuk
mengembalikan fungsi normal
pertukaran udara dan memperbaiki
fungsi
pernapasan kembali ke keadaan
normal. Ventilator mekanik dibagi
menjadi
dua, yaitu ventilator mekanik
invasive dan ventilator mekanik
non invasive.
Peningkatan kualitas dari
ventilator mekanik menyebabkan
makin
luasnya area penggunaan mesin
tersebut. Tindakan operasi yang
membutuhkan penggunaan
anestesi dan sedative sangat
terbantu dengan
keberadaan alat ini. Resiko
terjadinya gagal napas selama
operasi akibat
pengaruh obat sedative sudah bisa
tertangani dengan keberadaan
ventilator
mekanik.
Data yang diperoleh dari ruangan
ICU Dewasa Rumah Sakit Jantung
dan Pembuluh darah “Harapan
Kita” dari periode januari 2010
sampai
dengan Desember 2010 adalah
1020 orang pasien menggunakan
ventilasi
mekanik dengan berbagai macam
kasus bedah.
Perawat sebagai ujung tombak
pelayanan di rumah sakit
khususnya
perawat ICU (Intensive Care Unit)
perlu memiliki pemahaman dasar
mengenai penggunaan ventilator
mekanik. Pemahaman yang tepat
sangat
membantu perawat dalam
memberikan pelayanan secara
optimal
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah pernapasan menempati
urutan tertinggi dalam menentukan
prioritas penanganan kegawatan
maupun kekritisan. Hal ini
berdasarkan
kenyataan bahwa ketika seseorang
tidak mendapatkan oksigen,
meskipun
dalam hitungan menit maka bias
berakibat fatal.
Berbagai penyakit yang berkaitan
dengan pernapasan pada akhirnya
akan berujung pada kondisi gagal
napas. Hal ini membutuhkan
penanganan
khusus, dimana oksigenisasi masih
tetap terpenuhi meskipun pasien
sudah
tidak mampu lagi bernapas.
Ventilator adalah suatu system alat
bantuan hidup yang dirancang
untuk menggantikan atau
menunjang fungsi pernapasan yang
normal.
Tujuan utama pemberian
dukungan ventilator mekanik
adalah untuk
mengembalikan fungsi normal
pertukaran udara dan memperbaiki
fungsi
pernapasan kembali ke keadaan
normal. Ventilator mekanik dibagi
menjadi
dua, yaitu ventilator mekanik
invasive dan ventilator mekanik
non invasive.
Peningkatan kualitas dari
ventilator mekanik menyebabkan
makin
luasnya area penggunaan mesin
tersebut. Tindakan operasi yang
membutuhkan penggunaan
anestesi dan sedative sangat
terbantu dengan
keberadaan alat ini. Resiko
terjadinya gagal napas selama
operasi akibat
pengaruh obat sedative sudah bisa
tertangani dengan keberadaan
ventilator
mekanik.
Data yang diperoleh dari ruangan
ICU Dewasa Rumah Sakit Jantung
dan Pembuluh darah “Harapan
Kita” dari periode januari 2010
sampai
dengan Desember 2010 adalah
1020 orang pasien menggunakan
ventilasi
mekanik dengan berbagai macam
kasus bedah.
Perawat sebagai ujung tombak
pelayanan di rumah sakit
khususnya
perawat ICU (Intensive Care Unit)
perlu memiliki pemahaman dasar
mengenai penggunaan ventilator
mekanik. Pemahaman yang tepat
sangat
membantu perawat dalam
memberikan pelayanan secara
optimal
TUGAS KRITIS
Disusun Oleh
Kelompok 1 :
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
KONSEP DASAR
A. Ventilasi mekanik
adalah proses penggunaan suatu peralatan untuk memfasilitasi transpor oksigen dan
karbondioksida antara atmosfer dan alveoli untuk Tujuan meningkatkan pertukaran gas
paru-paru (Urden, Stacy, Lough, 2010).Ventilator merupakan alat pernafasan bertekanan
negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen untuk
periode waktu yang lama(Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).
B. Indikasi
a. Ventilasi mekanik diindikasikan ketika modalitas manajemen noninvasif gagal untuk
memberikan bantuan oksigenasi dan/atau ventilasi yang adekuat. Keputusan untuk
memulai ventilasi mekanik berdasarkan kemampuan pasien memenuhi kebutuhan
oksigenasi dan/atau ventilasinya. Ketidakmampuan pasien untuk secara klinis
mempertahankan CO2 dan status asam-basa pada tingkat yang dapat diterima yang
menunjukkan terjadinya kegagalan pernafasan dan hal tersebut merupakan indikasi
yang umum untuk intervensi ventilasi mekanik (Chulay & Burns, 2006).
b. Tujuan Ventilasi Mekanik
Tujuan ventilasi mekanik adalah untuk mempertahankan ventilasi alveolar yang tepat
untuk kebutuhan metabolik pasien dan untuk memperbaiki hipoksemia dan
memaksimalkan transpor oksigen (Hudak & Gallo, 2010). Bila fungsi paru untuk
melaksanakan pembebasan CO2 atau pengambilan O2 dari atmosfir tidak cukup, maka
dapat dipertimbangkan pemakaian ventilator (Rab, 2007). Tujuan fisiologis meliputi
membantu pertukaran gas kardio-pulmonal (ventilasi alveolar dan oksigenasi arteri),
meningkatkan volume paru-paru (inflasi paru akhir ekspirasi dan kapasitas residu
fungsional), dan mengurangi kerja pernafasan. Tujuan klinis meliputi mengatasi
hipoksemia dan asidosis respiratori akut, mengurangi distress pernafasan, mencegah
atau mengatasi atelektasis dan kelelahan otot pernafasan, memberikan sedasi dan
blokade neuromuskular, menurunkan konsumsi oksigen, mengurangi tekanan
intrakranial, dan menstabilkan dinding dada (Urden, Stacy, Lough, 2010).
d. Time-Cycled
Ventilator time-cycled bekerja pada prinsip dasar bahwa bila pada waktu
praset selesai, inspirasi diakhiri (Hudak & Gallo, 2010; Smeltzer, Bare,
Hinkle, Cheever, 2008). Waktu ekspirasi ditentukan oleh waktu dan
kecepatan inspirasi (jumlah nafas per menit). Normal rasio I:E
(inspirasi:ekspirasi) 1:2 (Hudak & Gallo,2010). Kebanyakan ventilator
memiliki suatu kontrol kecepatan yang menentukan kecepatan respirasi
tetapi siklus waktu yang murni jarang digunakan pada pasien dewasa.
Ventilator tersebut digunakan pada bayi baru lahir dan infant (Smeltzer,
Bare, Hinkle, Cheever, 2008).
e. Volume-Cycled.
Ventilator volume yang paling sering digunakan pada unit kritis saat ini
(Hudak & Gallo, 2010; Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Prinsip
dasar ventilator ini adalah bila volume udara yang ditujukan diberikan
pada pasien, inspirasi diakhiri. Ini mendorong volume sebelum penetapan
(VT) ke paru pasien pada kecepatan pengesetan. Keuntungan ventilator
volume adalah perubahan pada komplain paru pasien, memberikan VT
konsisten (Hudak & Gallo, 2010).Volume udara yang dihantarkan oleh
ventilator dari satu pernafasan ke pernafasan berikutnya relatif konstan,
sehingga pernafasan adekuat walaupun tekanan jalan nafas bervariasi
(Ignatavicius & Workman, 2006; Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).
C. Mode-modeVentilasiMekanik
1) Control mode ventilation
Ventilasi mode control menjamin bahwa pasien menerima suatu antisipasi jumlah dan
volume pernafasan setiap menit (Chulay & Burns, 2006). Pada mode control,
ventilator mengontrol pasien. Pernafasan diberikan ke pasien pada frekuensi dan
volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk
mengawali inspirasi. Bila pasien sadar atau paralise, mode ini dapat menimbulkan
ansietas tinggi dan ketidaknyamanan (Hudak & Gallo, 2010). Biasanya
pasien tersedasi berat dan/atau mengalami paralisis dengan blocking agents
neuromuskuler untuk mencapai tujuan (Chulay & Burns, 2006). Indikasi untuk
pemakaian ventilator meliputi pasien dengan apnea, intoksikasi obat-obatan, trauma
medula spinalis, disfungsi susunan saraf pusat, frail chest, paralisa karena obatobatan,
penyakit neuromuskular (Rab, 2007).
2) Assist Mode
Pada mode assist, hanya picuan pernafasan oleh pasien diberikan pada VT yang telah
diatur. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien
tidak mampu untuk memicu pernafasan, udara tak diberikan (Hudak & Gallo, 2010).
Kesulitannya buruknya faktor pendukung “lack of back-up” bila pasien menjadi apnea
model ini kemudian dirubah menjadi assit/control, A/C (Rab, 2007).
Assist control ventilation merupakan gabungan assist dan control mode yang dapat
mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan. Bila pasien gagal untuk inspirasi
maka ventilator akan secara otomatik mengambil alih (control mode) dan mempreset
kepada volume tidal (Rab, 2007). Ini menjamin bahwa pasien tidak pernah berhenti
bernafas selama terpasang ventilator. Pada mode assist control, semua pernafasan-
apakah dipicu oleh pasien atau diberikan pada frekuensi yang ditentukan-pada VT
yang sama (Hudak & Gallo, 2010). Assist control ventilation sering digunakan saat
awal pasien diintubasi (karena menit ventilasi yang diperlukan bisa ditentukan oleh
pasien), untuk dukungan ventilasi jangka pendek misalnya setelah anastesi, dan
sebagai dukungan ventilasi ketika dukungan ventilasi tingkat tinggi diperlukan
(Chulay & Burns, 2006). Secara klinis banyak digunakan pada sindroma Guillain
Barre, postcardiac, edema pulmonari, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
dan ansietas (Rab, 2007).
Kolaps pada jalan nafas bagian distal pada akhir ekspirasi sering terjadi pada pasien
dengan ventilasi mekanik dan menimbulkan ateletaksis ganguan pertukaran gas dan
menambah berat kegagalan pernafasan. Suatu tekanan posistif diberikan pada jalan
nafas di akhir ekspirasi untuk mengimbangi kecenderungan kolaps alveolar pada akhir
ekspirasi (Marino, 2007). PEEP digunakan untuk mempertahankan alveolus tetap
terbuka. PEEP meningkatkan kapasitas residu fungsional dengan cara melakukan
reinflasi alveolus yang kolaps, mempertahankan alveolus pada posisi terbuka, dan
memperbaiki komplain paru (Morton & Fontaine, 2009).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN UMUM
Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Tanggal Lahir : Magelang, 12 Desember 1953
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Borobudur, Magelang, Jawa Tengah
No. RM : 1527xx2.
c. Circulation
Denyut nadi carotis teraba pulsasi kuat, frekuensi 86 kali/menit.Tidak ada luka dan tanda-
tanda perdarahan eksternal. Klien terpasang infus futrolit 10 tpm
2. Focus Assesment
a. Keadaan Umum klien baik terkadang gelisah
b. Tingkat Kesadaran Compos Mentis, GCS E4V4M5
c. Keluhan Utama Klien mengeluh sesak nafas
3. Secondary Assesment
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga mengatakan bahwa klien mengalami sakit pernafasan kurang lebih 5 hari.
Klien punya riwayat penyakit jantung dan HT
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien diantar oleh keluarga ke IGD RSPB pada tanggal 22 MARET 2023 dengan
keluhan sesak nafas, batuk berdahak,. Klien kemudian dirawat di ruang mawar. Pada
tanggal 23 MARET 2023 klien dipindahkan di ruang ICU dan dipasang alat bantu
pernafasan ventilasi mekanik dan terpasang selang NGT
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan Maksilofasial
Bentuk kepala klien mecochepal, rambut beruban, tidak ada lesi pada wajah,
konjunctiva kemerahan, bibir tidak sianosis, gigi klien nampak kotor, klien terpasang
endotracheal tube
b. Vertebra Servicalis dan Leher tidak ada jejas/lesi pada leher, tidak ada deviasi trachea,
nadicarotis teraba pulsasi kuat
c. Thorax
Inspeksi : tidak ada lesi/jejas pada dada, ekspansi dada simetris
Auskultasi : suara pernafasan ronchi
Perkusi : suara sonor
Palpasi : tidak ada krepitasi
d. Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi/jejas, tidak ada distensi abdomen
Auskultasi : bising usus 14 x.menitPerkusi : kuadran I dall, kuadran II timpani, kuadran
III dall, kuadran IV dall
Palpasi : Tidak terdapat perabaan massa abdomen
e. Perineum/Rektum/VaginaKlien terpasang dower catheter, tidak ada perdarahan pervagina
f. MuskuloskeletalTonus otot kuat, tidak ada odema pada ekstremitas, tangan kanandan kiri
terpasang infus. Kekuatan otot 5 55 5
5. Therapy
Ceftriaxone 3x 1 gr
Pantoprazole 2x1
Mp 3x 62,5mg
Amlodipine 1x10mg
Candesartan 1x 16 mg
Inh Ventolin 1 : pulmicort 1 3x1
Netrofil 81.8 %
Limfosit 6.5 %
Monosit 9.5 %
Eosinofil 1.4 %
Basofil 0.8 %
C. ANALISA DATA
D. DIAGNOSA
5 DS:- Risiko infeksi Ketidakadekuata n
DO: pertahanan utama
a. Klien terpasang alat
ventilasi mekanis
b. Klien terpasang infus 2
jalur
c. Klien terpasang DC
d. Klien terpasang NGT
e. Angka leukosit 14.21
ribu/mm3
f. Suara paru ronchi
g. Secret dalam jumlah
berlebih
KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi
ditandai dengan
DS:-
DO:
a. ph darah arteri 7.38
b. PCO2 86 mmHg
c. PO2 75 mmHg
d. BE 19.0
e. HCO3 49.4
f. Klien terpasang alat pernafasan ventilasi mekanis
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan jumlah sputum
ditandai dengan
DS:-
DO:
a. Sara pernafasan klien gurgling
b. Auskultasi paru terdengar ronchi
c. Klien kesulitan berbicara
d. Klien tidak dapat batuk
3. Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolic ditandai dengan
DS:-
DO:
a. Klien tidak mampu memakan makanan peoral
b. Kemampuan otot mengunyah turun
c. Klien terpasang NGT
d. Diet susu peptamen/ NGT
g. Tonus otot menurun
h. Klien nampak mau muntah
E. INTERVENSI
NO. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Gangguan Setelah dilakukan NIC Airway
pertukaran gas asuhan keperawatan Airway management
berhubungan selama klien dirawat management a.
dengan di ICU, diharapkan : a. Pastikan Mengoptimalkan
ketidakseimbangan NOC kepatenan selang ventilasi dan
ventilasi perfusi Respiratory status : ventilator dan pemenuhan
gas exchange ETT oksigenasi klien
Kriteria hasil: b. Monitor status b. Alat ventilasi
1) Klien bebas dari pernafasan mekanis
tanda dan gejala dengan ventilator digunakan untuk
distres pernafasan (FiO2, PEEP, RR membantu
(sianosis, takipneu) Ventilator) sebagian atau
c. Posisikan seluruh proses
2) PCO2 dalam batas pasien untuk ventilasi untuk
normal (30 - 50) memaksimalkan mempertahankan
Ventilasi oksigenasi
3) PO2 dalam batas d. Keluarkan c. Posisi klien
normal (70-100) sekret dengan semi fowler
Suction membantu
4) pH darah dalam Auskultasi suara memaksimalkan
batas normal (7.20 - nafas, catat ventilasi
7.60) adanya suara d. Mengeluarkan
tambahan hambatan/
5) Saturasi oksigen f. Monitor obstruksi pada
adekuat (>95-100%) respirasi dan saluran nafas
a. Vital sign status status O2 Vital karena
Kriteria Hasil: sign monitoring sekret dalam
a. Tekanan darah g. Ukur tanda- jumlah yang
dalam batas normal tanda vital/jam berlebih
b. Heart rate dalam h. Monitor tingkat e. Suara nafas
batas normal kesadaran ronchi
c. Status neurologis mengindikasikan
dalam batas normal bahwa terdapat
secret dalam
organ pernafasan
klien
f. Mengetahui
respirasi klien
dan saturasi O2
g. Memonitor
tekanan darah,
respirasi, dan
heart rate apakah
terjadi takikardi,
hipertensi, atau
takipneu
h. Kesadaran
klien yang
menurun
mengindikasikan
kurang
adekuatnya
oksigenasi klien
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC Airway Suction
bersihan jalan nafas asuhan Airway Suction a. Menentukan
berhubungan keperawatan selama a. Pastikan apakah klien
dengan peningkatan klien dirawat kebutuhan perlu dilakukan
jumlah sputum di ICU, diharapkan : oral / tracheal suction
NOC suctioning atau tidak
Respiratory status : b. Auskultasi b. Suara nafas
Airway patency suara ronchi
Kriteria hasil : nafas mengindikasikan
a. Suara nafas yang c. Posisikan bahwa terdapat
bersih, pasien secret dalam
tidak ada sianosis dan untuk organ pernafasan
klien memaksimalkan klien
mampu mengeluarkan ventilasi c. Posisi klien
sputum d. Monitor status semi fowler
b. Menunjukkan jalan oksigenasi pasien membantu
nafas yang paten e. Hentikan memaksimalkan
( irama nafas, suction ventilasi
frekuensi pernafasan apabila klien d. Mengetahui
dalam rentang normal, menunjukkan respirasi klien
tidak adasuara nafas bradikardi, dan saturasi O2
abnormal) penurunan e. Bradikardi,
c. Saturasi O2 dalam saturasi O2. penurunan
batas f. Kelola saturasi O2
normal pemberian menunjukkan
bronchodilator efek dari suction
karena
kekurangan
oksigen
f. Bronchodilator
untuk
dilatasi bronkus
sehingga
ventilasi
pernafasan
optimal
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan NIC: Nutrition
kebutuhan nutrisi asuhan Nutrition Management
kurang dari keperawatan selama Management a. Menentukan
kebutuhan tubuh klien dirawat a. Kaji apakah klien
berhubungan di ICU, diharapkan : kemampuan mampu mencerna
dengan peningkatan NOC pasien untuk makan
kebutuhan Nutrional status: food mendapatkan peroral atau
metabolic and nutrisi perNGT
fluid intake yang dibutuhkan b. Jumlah nutrisi
Kriteria Hasil: b. Monitor jumlah dan kalori
a. Tidak ada tanda - nutrisi disesuaikan
tanda mal dan kandungan dengan
nutrisi kalori kebutuhan klien
b. Klien c. Berikan diet c. Diet tinggi
menghabiskan diet peptamen/NGT protein untuk
yang telah ditentukan sesuai order mencukupi
c. Menunjukan d. Kelola kebutuhan
peningkatan pemberian diit klien terhadap
fungsi pengecapan sesuai advice ahli proses
dan gizi penyembuhan
menelan e. Monitor status d. Mengelola
d. Tidak terjadi gizi ; pemberian diet
penurunan berat kulit kering, cair peptamen
badan yang berarti turgor sesuai
kulit dengan kalorinya
f. Monitor mual e. Kulit kering
dan dan turgor
muntah yang kurang baik
menandakan
bahwa
status gizi klien
kurang
f. Mual dan
muntah
mempengaruhi
intake
nutrisi dan status
gizi klien
4 Defisit perawatan Setelah dilakukan NIC Self care
diri mandi, toileting asuhan Self care assistance
berhubungan keperawatan selama assistance: a. Klien tirah
dengan kelemahan klien dirawat a. Bantu klien baring
di ICU, diharapkan : memenuhi memerlukan
NOC kebutuhan ADL bantuan total
Self care deficit selama tirah dalam pemenuhan
higiene baring ADL
Kriteria hasil: b. Mandikan klien b. Memenuhi
a. Klien mampu untuk setiap ADL klien
melakukan aktivitas hari dalam menjaga
perawatan fisik dan c. Lakukan oral kebersihan
pribadi higiene personal
secara mandiri atau d. Fasilitasi alat c. Memenuhi
dengan mandi kebutuhan
alat bantu dan eliminasi rasa nyaman dan
b. Klien mampu kebersihan gigi
mempertahankan d. Memenuhi
kebersihan kebutuhan
dan penampilan yang eliminasi klien
rapi
c. Klien mampu untuk
melakukan aktivitas
eliminasi
secara mandiri atau
dengan
alat bantu
5 Risiko infeksi Setelah dilakukan NIC Infection control
berhubungan asuhan Infection control a. Memutus rantai
dengan keperawatan selama a. Pertahankan penyebaran
ketidakadekuatan klien dirawat teknik kuman
pertahanan utama di ICU, diharapkan : aseptif selama penyakit melalui
NOC tindakan port de
Risk control b. Batasi entry
Kriteria hasil: pengunjung b. Mengurangi
a. Klien bebas dari bila perlu paparan dari
tanda dan gejala c. Cuci tangan lingkungan luar
infeksi setiap c. Menjaga
b. Jumlah leukosit sebelum dan prinsip aseptif
dalam batas sesudah dalam setiap
normal tindakan tindakan
keperawatan d. Mencegah
d. Ganti letak IV terjadinya
perifer plebitis
dan dressing e. Nutrisi adekuat
sesuai mampu
dengan petunjuk meningkatkan
umum imunitas
e. Tingkatkan tubuh
intake f. Antibiotik
nutrisi untuk terapi
f. Berikan terapi pencegahan
antibiotik infeksi
g. Monitor tanda g. Tanda gejala
dan infeksi
gejala infeksi meliputi tumor,
sistemik rubor,
dan local dolor, kalor, dan
functio
laesa
i. Kesadaran klien
compos mentis
A: Gangguan
pertukaran gas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
teratasi sebagian
P : Monitor status
pernafasan, monitor
tingkat kesadaran dan
tanda-tanda vital
Selasa, Airway management DS:-
24/03/2023 a. Memastikan DO:
07.00 kepatenan selang a. Tipe ventilator
ventilator dan ETT PSIMV
07.20 b. Monitor status ETT b. FiO2 40%
(FiO2, PEEP, c. PEEP 5
RR Ventilator) d. RR ventilator 15
08.10 c. Mengatur pasien e. Saturasi O2 97%
untuk f. Suara nafas ronchi
memaksimalka berkurang
Ventilasi g. Tekanan darah
10.00
d. Melakukan suction 07.00 = 144/84 mmHg
10.30 08.00 = 177/106
e. Mengauskultasi mmHg
suara nafas, 09.00 = 145/90 mmHg
catat adanyasuara 10.00 = 168/98 mmHg
12.30 tambahan 11.00 = 167/97 mmHg
f. Memonitor respirasi 12.00 = 177/113
dan status O2 mmHg
13.00 Vital sign monitoring 13.00 = 166/84 mmHg
g. Mengukur tanda- h. Nadi
13.15 tanda vital 07.00 = 83 x/menit
h. Monitor tingkat 08.00 = 92 x/menit
kesadara 09.00 = 90 x/menit
10.00 = 90 x/menit
11.00 = 86 x/menit
12.00 = 98 x/menit
13.00 = 95 x/menit
i.Kesadaran klien
compos mentis
A: Gangguan
pertukaran gas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
teratasi sebagian
P : Monitor status
pernafasan, monitor
tingkat
kesadaran dan tanda-
tanda vital
24/03/2023 Airway management DS :-
15.00 DO:
a. Memastikan
a. Tipe ventilator
kepatenan selang PSIMV
ventilator dan ETT b. FiO2 40%
15.10 b. Monitor status ETT c. PEEP 5
(FiO2, PEEP, RR d. RR ventilator 15
Ventilator) e. Saturasi O2 97%
P : Penuhi kebutuhan
ADL klien, lakukan
oral hygiene.
Kamis, Self care asistance: DS :-
26/03/2023 a. Membantu klien DO :
memenuhi f. Kulit klien tidak
07.00 kebutuhan ADL lengket setelah
selama tirah dimandikan
baring g. Gigi nampak bersih
07.15 b. Melakukan oral setelah dilakukan
hygiene oral hygiene
07.20 c. Memandikan h. Klien terpasang
08.00 klien DC
d. Mengganti
08.15 pampers A : Defisit perawatan
e. Melakukan oral diri mandi, toileting
hygiene berhubungan dengan
kelemahan teratasi
sebagian
P : Penuhi kebutuhan
ADL klien, lakukan
oral hygiene.
Risiko infeksi Selasa, Infection control DS: -
berhubungan 24/03/2023 a. Membatasi DO:
dengan 08.30 pengunjung a. Terpasang IV line
ketidakadekuatan 08.45 b. Mencuci tangan abocath no. 22
pertahanan utama setiap sebelum dan pada tangan kanan
sesudah tindakan Clinimic+ivelip 46
09.00
keperawatan ml/jam
09.30 c. Mengganti letak IV b. Obat antibiotik ;
perifer meropenem 500
10.00
d. Memberikan diet mg/ 8 jam /IV