Anda di halaman 1dari 32

MODUL

KONSEP DASAR VENTILASI MEKANIK

Pelatihan Keperawatan Intensif Pada Anak


(PICU)
RSUP Fatmawati 2023
DESKRIPSI SINGKAT

Ventilator merupakan salah satu prosedur paling banyak digunakan di


PICU. Ventilator adalah sebuah mesin yang dapat digunakan sebagai terapi
suportif untuk membantu pasien bernapas bagi yang tidak adekuat dalam
menyeimbangkan oksigenasi maupun eliminasi karbon dioksida. Selain menjadi
terapi suportif, modalitas ini juga dapat menimbulkan komplikasi dan bahaya
sendiri terhadap penggunaanya.
Ventilator sendiri sangat penting dalam penanganan pertama pada
penyakit-penyakit yang dilatarbelakangi oleh gangguan pernafasan, seperti
kegagalan nafas, sesak nafas akibat kelainan pada sistem pernafasan, dan lain
sebagainya.
Penggunaan Ventilator juga sering menimbulkan beberapa efek berupa
infeksi saluran pernafasan, radang pada dinding tenggorokan atau mukosa, hingga
paling parah dapat menyebabkan gagal nafas akibat penyempitan saluran
pernafasan akibat dari pembengkakan saluran penafasan karena infeksi saluran
nafas. Penyebab infeksi saluran pernafasan yaitu virus dan bakteri yang masuk
melalui luka akibat radang saluran nafas, bahkan dapat menyebabkan
pembengkakan, bahkan dapat memicu terjadinya gagal nafas pada pasien.
TUJUAN PEMBELAJARAN

► Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu memahami dan
mengaplikasikan tentang ventilator mekanik di ruang PICU.

►Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
1. Memahami konsep ventilator mekanik
2. Menjelaskan konsep ventilator mekanik
3. Mengaplikasikan dan menerapkan tentang ventilator
MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:


1. Memahami konsep ventilator mekanik
2. memahami modus dasar ventilator
3. menerapkan dan mengaplikasikan tentang ventilator
MATERI POKOK I

► Pendahuluan
Ventilator merupakan alat bantu pernafasan bertekanan negatif atau positif
yang menghasilkan udara terkontrol pada jalan nafas sehingga pasien mampu
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu lama.
Tujuan dari penggunaan ventilator adalah untuk mempertahankan ventilasi
alveolar secara optimal agar memenuhi kebutuhan metabolik pasien, memperbaiki
hipoksemia dan memaksimalkan transport oksigen (Purnawan,2010). Ventilator
memegang peranan penting dalam keperawatan kritis yang berperan sebagai
pengganti fungsi ventilasi pasien dengan gangguan fungsi respiratorik.
Setelah diketahui indikasi dan tujuan pengguaan ventilator, tunjangan
napas dimulai dengan pengaturan awal dan penyesuaian. Setelah dilakukan
pemeriksaan bahwa ventilator dan kelengkapannya berfungsi sempurna, maka
langkah selanjutnya adalah memilih modus ventilator. Pada ventilator masa kini,
seringkali sebelum penggunaan pada pasien, ada beberapa langkah lain yang
dibutuhkan seperti memasukan data pasien, kompensasi ruang rugi dan lain-lain.
Langkah selanjutnya adalah pengaturan parameter dasar berdasarkan data
empiris untuk selanjutnya dilakukan penyesuaian, yang umumnya berbeda pada
setiap pasien. Pengaturan selanjutnya untuk mencapai target gas darah yang akan
dicapai sambil mempertimbangkan faktor keamanan pasien.

► Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu memahami mekanika
pernapasan spontan, memahami prinsip kerja ventilator, memahami modus dasar
ventilator dan menerapkan serta mengaplikasikan tentang ventilator.
► Sub Materi Pokok
Berikut ini adalah sub materi pokok 1:
A. Definisi Respirasi
B. Definisi Ventilator
C. Indikasi Ventilasi Mekanik
D. Tujuan Penggunaan Ventilator
E. Jenis-Jenis Ventilasi Mekanik
F. Prinsip Kerja Ventilator
G. Modus Ventilator
H. Parameter Dasar
I. Komplikasi Ventilasi Mekanik
Uraian Materi Pokok I

Anda pasti sering mendengar istilah Ventilator. Apakah yang dimaksud dengan
Ventilator? Apa yang Anda ketahui tentang Modus-modus ventilator? Apa yang
Anda ketahui tentang Parameter Ventilator? Pelajarilah materi berikut ini dengan
semangat belajar yang tinggi ya!

A. Definisi Respirasi
Respirasi adalah proses pertukaran gas yaitu oksigen yang
dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida yang
dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru
dan menghantarkan oksigen ke jaringan dan mengeluarkan karbondioksida
(Djojodibroto, 2014 : Morton, 2014)

(Sumber : Buku pelatihan penguatan layanan PICU 2023)

Respirasi adalah proses pertukaran gas antara makhluk hidup.


Untuk bisa tetap hidup, setiap makhluk hidup yang membutuhkan oksigen
harus melakukan respirasi, termasuk tumbuhan. Pertukaran gas pada
respirasi bertujuan untuk memperoleh oksigen yang akan digunakan dalam
proses metabolisme dan diubah menjadi energi.
B. Definisi Ventilator
Ventilator adalah mesin yang berfungsi untuk menunjang atau
membantu pernapasan. Alat ini umumnya yang dibutuhkan oleh pasien
yang tidak dapat bernapas secara spontan, baik karena suatu penyakit atau
cedera yang parah

Ventilasi mekanik adalah proses penggunaan suatu peralatan untuk


memfasilitasi transpor oksigen dan karbondioksida antara atmosfer dan
alveoli untuk tujuan meningkatkan pertukaran gas paru-paru (Urden,
Stacy, Lough, 2010). Ventilator merupakan alat pernafasan bertekanan
negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian
oksigen untuk periode waktu yang lama (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever,
2008).
C. Indikasi Ventilasi Mekanik
Indikasi Ventilasi Mekanik Ventilasi mekanik diindikasikan untuk
alasan fisiologis dan klinis (Urden, Stacy, Lough, 2010). Ventilasi
mekanik diindikasikan ketika modalitas manajemen noninvasif gagal
untuk memberikan bantuan oksigenasi dan/atau ventilasi yang adekuat.
Keputusan untuk memulai ventilasi mekanik berdasarkan pada
kemampuan pasien memenuhi kebutuhan oksigenasi dan/atau ventilasinya.
Ketidakmampuan pasien untuk secara klinis mempertahankan CO2 dan
status asam-basa pada tingkat yang dapat diterima yang menunjukkan
terjadinya kegagalan pernafasan dan hal tersebut merupakan indikasi yang
umum untuk intervensi ventilasi mekanik (Chulay & Burns, 2006).
D. Tujuan Penggunaan Ventilator
1. Memperbaiki oksigenasi dan ventilasi
2. Mengurangi toksisitas, barotrauma/volutrauma, oxgygen toxicity,
pengaruh negatif pada hemodinamik
3. Mengoptimalisasi usaha napas
4. Memaksimalkan kenyamanan pasien
Tujuan ventilasi mekanik adalah untuk mempertahankan ventilasi alveolar
yang tepat untuk kebutuhan metabolik pasien dan untuk memperbaiki
hipoksemia dan memaksimalkan transpor oksigen (Hudak & Gallo, 2010).
Bila fungsi paru untuk melaksanakan pembebasan CO2 atau pengambilan
O2 dari atmosfir tidak cukup, maka dapat dipertimbangkan pemakaian
ventilator (Rab, 2007).
Tujuan fisiologis meliputi membantu pertukaran gas kardio-pulmonal
(ventilasi alveolar dan oksigenasi arteri), meningkatkan volume paru-paru
(inflasi paru akhir ekspirasi dan kapasitas residu fungsional), dan
mengurangi kerja pernafasan.
Tujuan klinis meliputi mengatasi hipoksemia dan asidosis respiratori akut,
mengurangi distress pernafasan, mencegah atau mengatasi atelektasis dan
kelelahan otot pernafasan, memberikan sedasi dan blokade neuromuskular,
menurunkan konsumsi oksigen, mengurangi tekanan intrakranial, dan
menstabilkan dinding dada (Urden, Stacy, Lough, 2010).
E. Jenis-jenis Ventilasi Mekanik
1) Ventilator tekanan negatif
Ventilator tekanan negatif pada awalnya diketahui sebagai “paru-paru
besi”. Tubuh pasien diambil alih oleh silinder besi dan tekanan negatif
didapat untuk memperbesar rongga toraks. Saat ini, ventilasi tekanan
negatif jangka-pendek intermiten (VTNI) telah digunakan pada
penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) untuk memperbaiki gagal
nafas hiperkapnik berat dengan memperbaiki fungsi diafragma (Hudak
& Gallo, 2010).
Ventilator ini kebanyakan digunakan pada gagal nafas kronik yang
berhubungan dengan kondisi neuromuskular seperti poliomielitis,
muscular dystrophy, amyotrophic lateral sclerosis, dan miastenia
gravis (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).
Ventilator tekanan negatif menggunakan tekanan negatif pada dada
luar. Penurunan tekanan intrathorak selama inspirasi menyebabkan
udara mengalir ke dalam paru-paru. Secara fisiologis, tipe assisted
ventilator ini sama dengan ventilasi spontan. Ventilator tekanan negatif
mudah digunakan dan tidak memerlukan intubasi jalan nafas
(Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Ventilator ini dapat
digerakkan dan dipasang seperti rumah kura-kura, bentuk kubah diatas
dada dengan menghubungkan kubah ke generator tekanan negatif.
Rongga toraks secara harfiah “menghisap” untuk mengawali inspirasi
yang disusun secara manual dengan “trigger”. Ventilator tekanan
negatif menguntungkan karena ia bekerja seperti pernafasan normal.
Namun, alat ini digunakan terbatas karena keterbatasannya pada posisi
dan gerakan seperti juga rumah kura-kura (Hudak & Gallo, 2010).
2) Ventilator tekanan positif
1) Pressure-Cycled.
Ventilator pressure-cycled bekerja pada prinsip dasar bahwa bila
tekanan praset dicapai, inspirasi diakhiri (Hudak & Gallo, 2010;
Ignatavicius & Workman, 2006; Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever,
2008). Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekshalasi
terjadi dengan pasif. Ini berarti bahwa bila komplain atau tahanan
paru pasien terhadap perubahan aliran, volume udara yang
diberikan berubah (Hudak & Gallo, 2010). Secara klinis saat paru
pasien menjadi lebih kaku (kurang komplain) volume udara yang
diberikan ke pasien menurun-kadang secara drastis (Hudak &
Gallo, 2010).
Volume udara atau oksigen bisa bervariasi karena dipengaruhi
resistansi jalan nafas dan perubahan komplain paru, sehingga
volume tidal yang dihantarkan tidak konsisten (Smeltzer, Bare,
Hinkle, Cheever, 2008).
Perawat harus sering memonitor tekanan inspirasi, kecepatan, dan
volume tidal (VT) ekshalasi untuk meyakinkan ventilasi menit
yang adekuat dan untuk mendeteksi berbagai perubahan pada
komplain dan tahanan paru. Pada pasien yang status parunya tak
stabil, penggunaan ventilator tekanan tidak dianjurkan. Namun
pada pasien komplain parunya sangat stabil, ventilator tekanan
adekuat dan dapat digunakan sebagai alat penyapihan pada pasien
terpilih (Hudak & Gallo, 2010).
2) Time-Cycled
Ventilator time-cycled bekerja pada prinsip dasar bahwa bila pada
waktu praset selesai, inspirasi diakhiri (Hudak & Gallo, 2010;
Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Waktu ekspirasi
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah nafas per
menit). Normal rasio I:E (inspirasi:ekspirasi) 1:2 (Hudak & Gallo,
2010). Kebanyakan ventilator memiliki suatu kontrol kecepatan
yang menentukan kecepatan respirasi, tetapi siklus waktu yang
murni jarang digunakan pada pasien dewasa. Ventilator tersebut
digunakan pada bayi baru lahir dan infant (Smeltzer, Bare, Hinkle,
Cheever, 2008).
3) Volume-Cycled.
Ventilator volume yang paling sering digunakan pada unit kritis
saat ini (Hudak & Gallo, 2010; Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever,
2008). Prinsip dasar ventilator ini adalah bila volume udara yang
ditujukan diberikan pada pasien, inspirasi diakhiri. Ini mendorong
volume sebelum penetapan (VT) ke paru pasien pada kecepatan
pengesetan. Keuntungan ventilator volume adalah perubahan pada
komplain paru pasien, memberikan VT konsisten (Hudak & Gallo,
2010). Volume udara yang dihantarkan oleh ventilator dari satu
pernafasan ke pernafasan berikutnya relatif konstan, sehingga
pernafasan adekuat walaupun tekanan jalan nafas bervariasi
(Ignatavicius & Workman, 2006; Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever,
2008).

F. Prinsip Kerja Ventilator Mekanik


Ventilasi Paru
∞ Ventilasi : proses keluar masuknya udara (gas) dari dan ke dalam paru
∞ Tidal Volume (VT) : jumlah gas ekspirasi per kali nafas – biasanya 50 ml (5-8
ml/kgbb)
∞Minute Volume (MV) : RR X Tidal Volume

► Prinsip Dasar Kerja Ventilator


A. Pemicu (trigger)
Pemicu untuk memulai pernapasan.
B. Pembatas (Limit)
Batas maksimal pemberian aliran udara ke pasien pada saat inspirasi
(volume atau pressure)
C. Pengatur siklus napas
Mekanisme penghenti insipirasi untuk memulai siklus napas berikut.
G. Modus Dasar Pada Ventilator Mekanik
Saat ini ada berbagai macam modus ventilator yang dikembangkan
untuk pengaturan awal, pemeliharaan dan penyapihan dengan
memperhatikan keamanan, kemudahan penggunaan dan memperkecil efek
samping ventilator.
Pada setiap modus ventilator dapat dipilih dua macam tipe napas, yaitu :
► Volume Based Mode
- Mesin akan memberikan volume tidal sesuai setting
- Setting utama : volume tidal, rate, IT atau I:E
- Keuntungan : volume tidal terjamin
- Kerugian : Peak Pressure bervariasi >>> barotrauma
- Inspiratory time bervariasi tergantung VT

► Pressure Base Mode


- Mesin akan memberikan pressure sesuai setting
- Setting utama : target pressure, TI, Rate
- Keuntungan : lebih aman mencegah VILI
- Kerugian : VT bervariasi >> retensi CO2 dan hipoksia
Beberapa modus ventilator diantaranya :
1) Pressure control
- Ventilator mengalirkan udara bila mendapat trigger dari
mesin/pasien, dengan target tekanan (pressure), inspirasi berakhir
bila waktu inspirasi (Ti) tercukupi.
- Klinis mengatur: frekuensi napas (RR), tekanan inspirasi (Pi), Ti,
FiO2, PEEP
- Pasien: akan bernapas minimal sesuai dengan RR yang diatur, setiap
napas akan memiliki Pi yang sama. Vt akan bervariasi tergantung
resistance dan compliance
- PCV menggunakan suatu tekanan konstan untuk mengembangkan paru-
paru. Mode ventilator ini kurang disukai karena volume inflasi bisa
bervariasi. Akan tetapi, ada ketertarikan kepada PCV karena risiko injuri
paru-paru yang disebabkan oleh pemasangan ventilasi mekanik lebih
rendah (Marino, 2006).
2) Volume Control
- Ventilator mengalirkan udara bila mendapat trigger dari
mesin/pasien, dengan target flow (volume), inspirasi berakhir bila
volume tidal tercapai
- Klinisi mengatur: frekuensi napas (RR), volume tidal, Ti, FiO2, PEEP
- Pasien: akan bernapas minimal sesuai dengan RR yang diatur, setiap
napas akan memiliki Vt yang sama.
3) Pressure Support
- Semua napas di-trigger oleh pasien
- Aliran udara diberikan dengan target tekanan
- Setiap inspirasi di-akhiri dengan nilai flow inspirasi (flow cycle-off)
- Vt, Ti, dan RR ditentukan oleh pasien
- Harus diyakinkan bahwa upaya napas cukup • Risiko hipoventilasi
atau apnea
Pressure support ini pernafasan yang membantu tekanan yang
memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan volume
inflasi dan durasi siklus respirasi dinamakan PSV. PSV bisa digunakan
untuk menambah volume inflasi selama pernafasan spontan atau untuk
mengatasi resistensi pernafasan melalui sirkuit ventilator. Belakangan
ini PSV digunakan untuk membatasi kerja pernafasan selama
penyapihan dari ventilasi mekanik (Marino, 2007).

4) Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation (SIMV)


- Ventilator mengalirkan udara bila mendapat trigger dari
mesin/pasien seperti pada VC atau PC
- Perbedaan dengan VC atau PC: – Selain RR, harus ditetapkan pula
breath cycle time – Pasien memiliki kesempatan untuk bernapasan
spontan (dengan atau tanpa PS) di antara mandatory ventilation
- Pasien: akan bernapas minimal sesuai dengan RR yang diatur
SIMV dirancang untuk menyediakan bantuan ventilator tapi hanya
sebagian, merupakan kombinasi periode assist control dengan periode
ketika pasien bernafas spontan (Marino, 2007).
Mode SIMV memungkinkan ventilasi mandatori intermiten. Seperti
pada mode kontrol frekuensi dan VT praset. Bila pasien mengharapkan
untuk bernafas diatas frekuensi ini, pasien dapat melakukannya.
Namun tidak seperti pada mode assist control, berapapun pernafasan
dapat diambil melalui sirkuit ventilator (Hudak & Gallo, 2010).
5) Control mode ventilation
Ventilasi mode control menjamin bahwa pasien menerima suatu
antisipasi jumlah dan volume pernafasan setiap menit (Chulay &
Burns, 2006). Pada mode control, ventilator mengontrol pasien.
Pernafasan diberikan ke pasien pada frekuensi dan volume yang telah
ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk
mengawali inspirasi. Bila pasien sadar atau paralise, mode ini dapat
menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan (Hudak & Gallo,
2010). Biasanya pasien tersedasi berat dan/atau mengalami paralisis
dengan blocking agents neuromuskuler untuk mencapai tujuan (Chulay
& Burns, 2006). Indikasi untuk pemakaian ventilator meliputi pasien
dengan apnea, intoksikasi obat-obatan, trauma medula spinalis,
disfungsi susunan saraf pusat, frail chest, paralisa karena obatobatan,
penyakit neuromuskular (Rab, 2007).
6) Assist Mode
Pada mode assist, hanya picuan pernafasan oleh pasien diberikan pada
VT yang telah diatur. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali
untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu pernafasan,
udara tak diberikan (Hudak & Gallo, 2010). Kesulitannya buruknya
faktor pendukung “lack of back-up” bila pasien menjadi apnea model
ini kemudian dirubah menjadi assit/control, A/C (Rab, 2007).
7) Model ACV (Assist Control Ventilation)
Assist control ventilation merupakan gabungan assist dan control mode
yang dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan. Bila
pasien gagal untuk inspirasi maka ventilator akan secara otomatik
mengambil alih (control mode) dan mempreset kepada volume tidal
(Rab, 2007). Ini menjamin bahwa pasien tidak pernah berhenti
bernafas selama terpasang ventilator. Pada mode assist control, semua
pernafasan-apakah dipicu oleh pasien atau diberikan pada frekuensi
yang ditentukan-pada VT yang sama (Hudak & Gallo, 2010). Assist
control ventilation sering digunakan saat awal pasien diintubasi
(karena menit ventilasi yang diperlukan bisa ditentukan oleh pasien),
untuk dukungan ventilasi jangka pendek misalnya setelah anastesi, dan
sebagai dukungan ventilasi ketika dukungan ventilasi tingkat tinggi
diperlukan (Chulay & Burns, 2006). Secara klinis banyak digunakan
pada sindroma Guillain Barre, postcardiac, edema pulmonari, Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dan ansietas (Rab, 2007).
8) Positive End-Expiratory Pressure (PEEP)
Kolaps pada jalan nafas bagian distal pada akhir ekspirasi sering
terjadi pada pasien dengan ventilasi mekanik dan menimbulkan
ateletaksis ganguan pertukaran gas dan menambah berat kegagalan
pernafasan. Suatu tekanan posistif diberikan pada jalan nafas di akhir
ekspirasi untuk mengimbangi kecenderungan kolaps alveolar pada
akhir ekspirasi (Marino, 2007). PEEP digunakan untuk
mempertahankan alveolus tetap terbuka. PEEP meningkatkan
kapasitas residu fungsional dengan cara melakukan reinflasi alveolus
yang kolaps, mempertahankan alveolus pada posisi terbuka, dan
memperbaiki komplain paru (Morton & Fontaine, 2009).
9) Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)
Pernafasan spontan dimana tekanan positif dipertahankan sepanjang
siklus respirasi dinamakan CPAP (Marino, 2007). CPAP merupakan
mode pernafasan spontan digunakan pada pasien untuk meningkatkan
kapasitas residu fungsional dan memperbaiki oksigenasi dengan cara
membuka alveolus yang kolaps pada akhir ekspirasi. Mode ini juga
digunakan untuk penyapihan ventilasi mekanik (Urden, Stacy, Lough,
2010).
Pemantauan Ventilasi Mekanik
a) Penilaian Ventilasi dan Oksigenasi
b) Alarm
c) Klinis : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi – Analisis gas darah:
pCO2, pO2, SaO2 – Foto toraks: posisi ujung ETT, paru, pleura
d) Monitor: RR, SpO2
e) Ventilator: tidal volume, respiratory rate (RR), Pinsp, grafik flow,
pressure, volume

H. Parameter Dasar
1) Fraksi insipirasi oksigen (FIO2)
2) Frekuensi napas per menit (f)
3) Waktu inspirasi
4) Perbandingan waktu inspirasi dan ekspirasi
5) Volume tidal (VT)
6) Peak inspiratory pressure (PIP)
7) Positive and expiratory pressure (PEEP)
8) Trigger sensitivity (sensitivitas ventilator terhadap upaya napas pasien)
Parameter Pengaturan Awal
FIO2 - Pada kasus berat dapat mulai dengan 1.0
- Bila ada data FIO2 sebelumnya dapat
digunakan nilai yang sama dengan
sebelumnya.
Frekuensi Napas - Untuk remaja dapat mulai dengan
15/menit

- Untuk bayi dan anak dapat mulai


dengan 20-30/menit
Waktu inspirasi - Bayi 0.6-0.8 detik
- Anak 1-1.5 detik
Volume tidal 5-6 ml/kg
PIP 14-20 cm H20
PEEP 5 cm H20
Trigger sensitivity Disesuaikan dengan kondisi pasien :
- Bila kurang sensitif mengakibatkan
peningkatan work of breathing
- Terlalu sensitif mengakibtakan
autocycling

Keterangan :
a) Tidal volume (VT ): jumlah udara yang diberikan pada pasien tiap napas
(satuan: mL)
b) Respiratory rate/frequency (f): jumlah napas (pasien/mesin/keduanya)
dalam 1 menit (satuan: napas/menit)
c) Minute ventilation (MVE): jumlah udara yang diberikan pada pasien dalam
1 menit (satuan: L/menit). Merupakan hasil perkalian tidal volume dan
respiratory rate.
d) MV = Vt x RR
e) Trigger: sinyal untuk memulai proses inspirasi (katup inspirasi membuka) 
Limit: batas dari aliran udara yang mengalir ke dalam paru selama proses
inspirasi
f) Peak inspiratory pressure (Ppeak)
Puncak tekanan yang dibutuhkan saat memberikan volume tidal pada pasien
(satuan: cmH2O).
g) Plateau pressure (Pplat)
tekanan yang dibutuhkan untuk mempertahankan pengembangan paru saat
inspirasi. (satuan: cmH2O)
h) Positive end-expiratory pressure (PEEP)
tekanan positif yang dipertahankan saat akhir ekspirasi (satuan: cmH2O)
i) Inspiratory time
waktu yang diperlukan memberikan volume tidal (satuan: detik)
j) Fraction of inspired oxygen (FiO2 )
Konsentrasi O2 dalam udara yang diinspirasi, biasanya antara 0.21 (udara
ruang) dan 1.0 (100% O2 )

Sumber : dr.arifin surabaya 2019


I. Komplikasi Ventilasi Mekanik
Komplikasi penggunaan ventilasi mekanik antara lain:
1) Komplikasi jalan nafas Jalur mekanisme pertahanan normal, sering
terhenti ketika terpasang ventilator, penurunan mobilitas dan juga
gangguan reflek batuk dapat menyebabkan infeksi pada paru-paru
(Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).
Aspirasi dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah intubasi. Risiko
aspirasi setelah intubasi dapat diminimalkan dengan mengamankan
selang, mempertahankan manset mengembang, dan melakukan suction
oral dan selang kontinyu secara adekuat (Hudak & Gallo, 2010).
2) Masalah selang endotrakeal
Bila selang diletakkan secara nasotrakeal, infeksi sinus berat dapat
terjadi. Kapanpun pasien mengeluh nyeri sinus atau telinga atau terjadi
demam dengan etiologi yang tak diketahui, sinus dan telinga harus
diperiksa untuk kemungkinan sumber infeksi (Hudak & Gallo, 2010).
Beberapa derajat kerusakan trakeal disebabkan oleh intubasi lama.
Stenosis trakeal dan malasia dapat diminimalkan bila tekanan manset
diminimalkan. Sirkulasi arteri dihambat oleh tekanan manset 30
mmHg. Bila edema laring terjadi, maka ancaman kehidupan
pascaekstubasi dapat terjadi (Hudak & Gallo, 2010).
3) Masalah mekanis
Malfungsi ventilator adalah potensial masalah serius. Tiap 2 sampai 4
jam ventilator diperiksa oleh staf keperawatan atau pernafasan. VT
tidak adekuat disebabkan oleh kebocoran dalam sirkuit atau manset,
selang, atau ventilator terlepas, atau obstruksi aliran. Selanjutnya
disebabkan oleh terlipatnya selang, tahanan sekresi, bronkospasme
berat, spasme batuk, atau tergigitnya selang endotrakeal (Hudak &
Gallo, 2010).
4) Barotrauma
Ventilasi mekanik melibatkan „pemompaan” udara ke dalam dada,
menciptakan tekanan posistif selama inspirasi. Bila PEEP
ditambahkan, tekanan ditingkatkan dan dilanjutkan melalui ekspirasi.
Tekanan positif ini dapat menyebabkan robekan alveolus atau
emfisema. Udara kemudian masuk ke area pleural, menimbulkan
tekanan pneumothorak-situasi darurat. Pasien dapat mengembangkan
dispnea berat tiba-tiba dan keluhan nyeri pada daerah yang sakit
(Hudak & Gallo, 2010).
5) Penurunan curah jantung
Penurunan curah ditunjukkan oleh hipotensi bila pasien pertama kali
dihubungkan ke ventilator ditandai adanya kekurangan tonus simpatis
dan menurunnya aliran balik vena. Selain hipotensi, tanda dan gejala
lain meliputi gelisah yang dapat dijelaskan, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan halauan urin, nadi perifer lemah, pengisian
kapiler lambat, pucat, lemah dan nyeri dada (Hudak & Gallo, 2010).
6) Keseimbangan cairan positif
Penurunan aliran balik vena ke jantung dirangsang oleh regangan
reseptor vagal pada atrium kanan. Manfaat hipovolemia ini
merangsang pengeluaran hormon antidiuretik dari hipofisis posterior.
Penurunan curah jantung menimbulkan penurunan haluaran urin
melengkapi masalah dengan merangsang respon aldosteron renin-
angiotensin. Pasien yang bernafas secara mekanis, hemodinamik tidak
stabil, dan yang memellukan resusitasi cairan dalam jumlah besar
dapat mengalami edema luas, meliputi edema sakral dan fasial (Hudak
& Gallo, 2010).
7) Peningkatan IAP
Peningkatan PEEP bisa membatasi pengembangan rongga abdomen ke
atas. Perubahan tekanan pada kedua sisi diafragma bisa menimbulkan
gangguan dalam hubungan antara intraabdomen atas dan bawah,
tekanan intrathorak dan intravaskuler intraabdomen (Valenza et al.,
2007 dalam Jakob, Knuesel, Tenhunen, Pradl, Takala, 2010). Hasil
penelitian Morejon & Barbeito (2012), didapatkan bahwa ventilasi
mekanik diidentifikasi sebagai faktor predisposisi independen untuk
terjadinya IAH. Pasien-pasien dengan penyakit kritis, yang terpasang
ventilasi mekanik, menunjukkan nilai IAP yang tinggi ketika dirawat
dan harus dimonitor terus-menerus khususnya jika pasien
mendapatkan PEEP walaupun mereka tidak memiliki faktor risiko lain
yang jelas untuk terjadinya IAH. Setting optimal ventilasi mekanik dan
pengaruhnya terhadap fungsi respirasi dan hemodinamik pada pasien
dengan acute respiratory distress syndrome (ARDS) berhubungan
dengan IAH masih sangat jarang dikaji. Manajement ventilator yang
optimal pada pasien dengan ARDS dan IAH meliputi: monitor IAP,
tekanan esofagus, dan hemodinamik; setting ventilasi dengan tidal
volume yang protektif, dan PEEP diatur berdasarkan komplain yang
terbaik dari sistem respirasi atau paru-paru; sedasi dalam dengan atau
tanpa paralisis neuromuskular pada ARDS berat; melakukan open
abdomen secara selektif pada pasien dengan ACS berat (Pelosi &
Vargas, 2012).

Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar 1. Bagaimana dengan materinya?


Menarik bukan? Perawat PICU dalam menerapkan dan mengaplikasikan
ventilator dalam melakukan asuhan Keperawatan. Perawat sebaiknya memahami
konsep ventilator, modus ventilator dan parameter yang terkait perawatan di ruang
PICU. Yuk istirahat sejenak untuk memulihkan konsentrasi, kemudian Anda
dapat melanjutkan kegiatan belajar 2 ya 
KESIMPULAN

Ventilasi mekanik merupakan salah satu sarana bantuan proses pernapasan.


Tiap parameter klinis pasien yang menggunakan ventilator harus dikonfirmasi
dengan setting yang diberikan.
Perhatian pada efek dan komplikasi penggunaan ventilator.
Kolaborasi dengan dokter PICU dalam pengelolaan pasien di PICU.
REFERENSI
Unit kerja Emergensi dan Rawat Intensif Anak IDAI Perwakilan Surakarta
(2018). Manajemen Dasar Anak Sakit Kritis.

Pudjiastuti. Sri Martuti, Manajemen Dasar Anak Sakit Kritis. 2018. Surakarta

Chulay, M. and S. M. Burns (2006). Essensial Of Critical Care Nursing. United


States of America, The McGraw-Hill Companies. Cortes, G.A., Dries, D.J.,
Marini, J.J. (2012).

Departemen Kesehatan RI, (2006). Standar Pelayanan Keperawatan di ICU. Fink,


M. P., Abraham, E., Vincent, J., Kochanek, P.M. (2005).

Hudak C.M. & Gallo B.M. (2010). Critical Care Nursing: A Holistic Approach.
Philadelphia: J.B. Lippincott Company. Ignatavicius, D.D. & Workman, M.L.
(2006) Medical Surgical Nursing: Critical Thinking for Collaborative Care.
Philadelphia, Elsevier.

Kementerian Kesehatan RI, (2011). Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya


Kesehatan tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit
(ICU) di Rumah Sakit. LeMone, P. & Burke, K. (2008).

Critical Care & Emergency Nursing. US, Elsevier. Smeltzer, S.C., Bare, B.G.,
Hinkle, J.L., Cheever, K.H. (2008).

Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing. Philadelphia,


Lippincott Williams & Wilkins. Sole, M.L., Klein, D.G., Moseley, M.J. (2013).

https://www.papdi.or.id/pdfs/758/dr%20Arifin%20

Anda mungkin juga menyukai