DISUSUN OLEH :
Tri Novia
1817000207
STASE KMB
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
A. PENGERTIAN
Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negative atau positif yang
dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang lama
(Smeltzer, 2001 : 655)1 Ventilasi mekanik merupakan terapi defenitif pada pasien
kritis yang mengalami hipoksemia dan hiperkapnia (Tanjung, 2007). Merawat pasien
pada ventilator mekanis telah menjadi bagian integral dari asuhan keperawatan di
unit perawatan kritis, di unit medikal bedah umum, di fasilitas perawatan yang luas,
dan bahkan di rumah. Perawat, dokter, dan ahli terapis pernapasan harus mengerti
masingmasing kebutuhan pernapasan spesifik pasien dan bekerja bersama untuk
membuat tujuan yang realistis. Rumusan penting untuk hasil pasien yang positf
termasuk memahami prinsip-prinsip ventilasi mekanis dan perawatan yang
dibutuhkan dari pasien, juga komunikasi terbuka diantara tim perawatan kesehatan
tentang tujuan terapi, rencana penyapihan (weaning), dan toleransi pasien terhadap
perubahan dalam pengesetan ventilator.
B. ANATOMI FISIOLOGI
Manusia dan makhluk hidup lain malangsungkan kehidupannya dengan cara
bernapas, mengambil oksigen dari atmosfer dan mengeluarkan karbon dioksida ke
atmosfer. Oksigen masuk ke dalam tubuh manusia melalui serangkaian jalan napas.
Pertama adalah hidung. Hidung terdiri atas bagian internal dan eksternal. Bagian
eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung. Nares interior
(lubang hidung) merupakan ostium sebelah luar dari rongga hidung (Smeltzer &
Bare, 2002). Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru
– paru. Selanjutnya napas melalui sinus paranasal. Sinus – sinus paranasal termasuk
empat pasang rongga bertulang yang dilapisi oleh mukosa hidung dan epitel
kolumnar beringkat semu bersilia. Setelah itu napas melaui tulang turbinasi (konka).
Tulang turbinasi berbentuk seperti siput, mengambil bentuk dari porsi sedemikan
rupa sehingga dapat meningkatkan permukaan membran mukosa seluran hidung
dan sedikit menghambat arus udara yang mengalir melaluinya. Faring, tonsil, dan
adenoid merupakan organ selanjtnya. Faring adalah struktur seperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga
region: nasal, oral, dan laring. Laring adalah strktur epitel kartilago yang
menghubungkan faring dan trakea. Sel-sel tubuh mendapatkan energi yang mereka
butuhkan dari oksidasi karbohidrat, lemak, dan protein. Seperti halnya pada semua
jenis kombusion, proses ini membutuhkan oksigen. Jaringan vital tertentu, seperti
jaringan pada otak dan jantung, tidak dapat bertahan tanpa suplai oksigen kontinyu.
Sebagai hasil oksidasi dalam jaringan tubuh, dibentuk karbondioksida dan harus
dibuang dari sel – sel untuk mencegah pembentukan produk sampah asam. Menurut
McCance dan Huether (Potter & Perry, 2009) sebagian besar sel dalam tubuh
memperoleh energi dari reaksi kimia yang melibatkan oksigen dan pembuangan
karbondiksida. Pertukaran gas pernapasan terjadi antara udara di lingkungan dan
darah. Terdapat tiga langkah dalam oksigenasi, yakni ventilasi, perfusi, dan difusi.
Sistem jantung atau kardiovaskular juga merupakan bagian dari sistem oksigenasi.
Fisiologi jantung mencakup aliran darah yang membawa oksigen dari sirkulasi paru
ke sisi kiri jantung dan jaringan serta mengalirkan darah yang tidak mengandung
oksigen ke sistem pulmonar. Fungsi sistem jantung adalah mengantarkan oksigen,
nutrien, dan substansi lain ke jaringan dan membuang produk sisa metabolisme
selular melalui pompa jantung, sistem vaskular sirkulasi, dan integrasi sistem
lainnya. (McCance & Huether dalam Potter & Perry, 2009).
Sistem kardiovaskular mempunyai struktur dan fungsi yang jelas. Dalam jantung
terdapat ventrikel kanan yang memompa darah melalui sistem pulmonar, sedangkan
ventrikel kiri memompa darah ke sirkulasi sistemik yang menyediakan oksigen dan
nutrien ke jaringan dan membuang sampah dari tubuh. Sistem sirkulasi menyuplai
gas pernapasan, nutrien dan produk sampah antara darah dan jaringan Kerja pompa
jantung sangan penting untuk mempertahankan aliran oksigen. Efektivitas pompa
yang menurun seperti yang terjadi pada penyakit arteri koroner dan kondisi
kardiomiopati, meyebabkan volume curah jantung menurun. Perdarahan dan
dehidrasi menurunkan keefektifan pompa denganmenurunkan volume darah yang
bersirkulasi, sehingga menurunkan jumlah darah yang dikeluarkan dari ventrikel.
C. PENYEBAB
Menurut Brashers (2003), penyebab penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) terdiri dari :
a) Merokok
Merokok merupakan faktor penyebab utama seseorang terkena PPOK. Dalam hal ini,
penyakit paru obstruktif kronis terjadi karena adanya riwayat merokok baik perokok
aktif maupun pasif.
b) Polusi Udara
Polusi udara merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK). Hal ini dikarenakan adanya kandungan zat-zat berbahaya dalam polutan yang
dapat menghambat jalannya udara di saluran napas.
c) Partikel gas berbahaya
D. CARA KERJA VENTILATOR
Pada prinsipnya ventilator adalah suatu alat yang bisa menghembuskan gas (dalam
hal ini oksigen) ke dalam paru-paru pasien. Saat menghembuskan gas, ventilator bisa
tidak tergantung otot pernapasan (ventilator menggantikan sepenuhnya kerja otot
pernapasan), atau ventilator bersifat membantu otot pernapasan sehingga kerja otot
pernapasan diperkuat. Jumlah gas yang ditiupkan tergantung dengan pengaturan
yang kita kehendaki. macam-macam ventilator.
E. MODE VENTILATOR
Pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanik dengan menggunakan
ventilator tidak selalu dibantu sepenuhnya oleh mesin ventilator, tetapi tergantung
dari mode yang kita setting. Mode mode tersebut adalah sebagai berikut:
a) Mode Control. Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu
pernafasan pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat
jelek, lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol
pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang telah
ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali
inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan
ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi fighting
(tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat
dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi pneumothorax. Contoh mode control
ini adalah: CR (Controlled Respiration), CMV (Controlled Mandatory
Ventilation), IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation)
c) Pengontrolan variabel “base line” Pada akhir ekspirasi, tekanan di jalan napas
bisa dikontrol. Bisa dibuat sama dengan tekanan atmosfer atau lebih.
Pengaturan pengontrolan itu disebut dengan PEEP (positive end expiratory
pressure). Bila PEEP = 0, berarti tekanan di jalan napas pada akhir ekspirasi
sama dengan tekanan atmosfer, dan bila positif ,misalnya 5, berarti pada akhir
ekspirasi tekanan di jalan napas 5 cmH2 O lebih tinggi dibandingkan tekanan
udara atmosfer.
H. KOMPLIKASI
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya
tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
1. Pada paru
- Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara
vaskuler. b. Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
- Infeksi paru
- Keracunan oksigen
- Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
- Aspirasi cairan lambung
- Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
- Kerusakan jalan nafas bagian atas
Pernapasan
Pernapasan adalah aktivitas bernapas mencangkup pengambilan oksigen dan
pengeluaran karbondioksida. Istilah inhalasi atau inspirasi mengacu pada
pengambilan udara ke dalam paru. Ekshalasi atau ekspirasi mengacu pada
pengeluaran atau pergerakan gas dari paru ke atmosfer. Ventilasi adalah kata lain
yang mengacu pada pergerakan udara ke dalam dan keluar paru. Hiperventilasi
mengacu pada pernapasan yang amat dalam dan cepat. Hipeventilasi mengacu pada
pernapasan yang amat dangkal (Berman, 2009).
Nadi
Nadi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan frekuensi, irama, dam
volume detak jantung yang dapat dikaji pada lokasi sentral (apeks jantung) atau
perifer (kaki, tangan, leher). Nadi merupakan gelombang darah yang dihasilkan oleh
kontraksi ventrikel kiri jantung. (Berman, 2009).
Pada orang sehat, nadi mencerminkan detak jantung; maka dari itu, frekuensi nadi
sama dengan kontraksi ventrikel jantung. Kabanyakan dewasa normal mempunyai
denyut yang teratur antara 50 sampai 100 denyut per menit. (Berman, 2009).
Faktor yang mempengaruhi frekuensi nadi (Berman, 2009):
1. Usia: semakin meningkat usia, frekuensi nadi menurun secara bertahap.
2. Jenis kelamin: setelah pubertas, rata-rata frekuensi nadi pria sedikit lebih rendah
daripada wanita.
3. Olahraga: frekuensi nadi secara normal meningkat sesuai aktivitas.
4. Demam: frekuensi nadi meningkat sebagai akibat peningkatan kecepatan
metabolisme.
5. Obat: beberapa obat menurunkan frekuensi nadi dan yang lainnya meningkatkan
frekuensi nadi. Sebagai contoh kardiotonik akan menurunkan frekuensi jantung
sedangkan epinefrin akan meningkatkannya.
6. Hipovolemi/dehidrasi: kehilangan cairan sistem vaskuler akan meningkatkan
frekuensi nadi.
7. Stres: stres, emosi seperti takut dan cemas, serta persepsi terhadap nyeri hebat
akan meningkatkan frekuensi nadi dan kekuatan detak jantung.
8. Posisi: saat seseorang duduk atau berdiri, darah terkumpul di dalam pembuluh
darah yang bergantung di sistem vena. Terkumpulnya darah tersebut
mengakibatkan penurunan sementara aliran balik vena ke jantung dan
selanjutnya menurunkan tekanan darah, meningkatkan frekuensi jantung,
memaksa kontraksi ventrikel, dan tonus vena/arteri.
Tekanan Darah
Tekanan darah arteri adalah ukuran tekanan yang digunakan oleh darah saat
berdenyut melalui arteri. Karena darah bergerak dengan bergelombang, terdapat
dua ukuran tekanan darah: tekanan sistolik, tekanan darah akibat kontraksi
ventrikel; tekanan diastolik, tekanan ketika ventrikel beristirahat. Tekanan darah
normal pada kebanyakan orang dewasa sehat berkisar antara 90/50 mmHg sampai
140/90 mmHg (Willms, 2003).
Faktor yang mempengaruhi tekanan darah (Berman, 2009):
1. Usia: tekanan sistolik dan diastolik meningkat secara bertambah sesuai usia
hingga dewasa
2. Jenis kelamin: wanita umumnya memilki tekanan darah lebih rendah daripada
pria yang berusia sama, hal ini lebih cenderung akibat variasi hormon. Setelah
menopause, wanita umumnya memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari
sebelumnya.
3. Olahraga: akitivitas fisik meningkatkan tekanan darah.
4. Obat-obatan: ada banyak obat dapat menigkatkan atau menurunkan tekanan
darah.
5. Stres: stimulasi sistem saraf simpatis meningkatkan curah jantung dan
vasokontriksi arteriol, sehingga meningkatkan hasil tekanan darah.
6. Obesitas: obesitas baik pada masa anak-anak maupun dewasa merupakan faktor
predisposisi hipertensi.
Variasi diurnal: tekanan darah umumnya paling rendah pada pagi hari, saat laju
metabolisme paling rendah, kemudian meningkat sepanjang hari dan mencapai
puncaknya pada akhir sore atau awal malam hari.
Demam/panas/dingin: demam dapat meningkatkan tekanan darah karena
peningkatan laju metabolisme. Namun, panas eksternal menyebabkan vasodilatasi
dan menurunkan tekanan darah. Dingin menyebabkan vasokontriksi dan meningkatkan
tekanan darah.
K. DAFTAR PUSTAKA
Admin. Definisi: Oksigen. Yang dipublikasikan pada halaman
www.kamuskesehatan.com dan diakses pada tanggal 09 Juli 2018.
Arvin , Behrman Klirgman.2000.Ilmu Kesehatan Anak.,Jakarta : EGC. Diunduh dari
http://books.google.co.id/books?id=0dRhHnfPpBgC&pg=PA305&dq=indikasi
+ventilator+mekanik&hl=id&sa=X&ei=PGM9VP7vO9GgugTm7IHwBQ&redir_
esc=y#v=onepage&q= indikasi%20ventilator%20mekanik&f=false
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Klien. Jakarta: Salemba Medika
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik (7 ed.). (P. E. Karyuni, D.
Marrelli TM. (2008). Buku Saku Dokumentasi Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Raber,Mark A,1998.Buku Saku Kedokteran university of IOWA. Penerbit :
EGC,Jakarta.
Mautz. W. J., et all. (2001). Respiratory tract responses to repeated inhalation of an
oxidant and particulat. Depertment of Biology: University of Hawaii, Hilo.
Nainggolan. I.,dkk. (2006). Influenza Burung Buku Ajar Penyakit Dalam. FKUI: Jakarta.
Nawawi.M dkk. Ventilasi Mekanik .Bagian Anestesiologi dan Reanimasi. Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran (dalam bentuk pdf. )
Nelwan. R.H.H., (2006). Influenza dan Pencegahannya. Buku Ajar Penyakit Dalam.
FKUI: Jakarta.
Pigard P.A.A., et al. (2005). Molecular Pathogenesis of Virus Infections. Ca,bridge
University Press: New York.
Potter, P. A. & Perry A. G. (2009). Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Price, S. A. & Wilson, L. M. (2012). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit.
Jakarta: EGC.
Russel. R. Pate. (2005). Phsycal Activity and public health. A recommendation from the
center for disease control and prevention and the American College of
Sherwood, L. (2007). Fisiologi manusia; dari sel ke sistem. Jakarta: EGC.
Sloane, E. (2003). Anatomi dan Fisiologi. (P. Widyastuti, Trans.) Jakrta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Sport Medicine. Wonder.cdc.gov/wonder/prevguid/p0000391.asp. (Diakses pada 01
April 2018).
Sundana,Krisna. Ventilator : Pendekatan Praktis Di Unit Perawatan Klinis. Edisi I.
Penerbit : CICU Bandung
Yulianti, Y. Yuningsih, A. Lusyana, & W. Eka, Trans.) Jakarta: EGC.