OLEH:
NIM: 170204048
KELAS: D.3.2
MEDAN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah pernapasan menempati urutan tertinggi dalam menentukan prioritas
penanganan kegawatan maupun kekritisan. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa
ketika seseorang tidak mendapatkan oksigen, meskipun dalam hitungan menit maka
bias berakibat fatal.
Berbagai penyakit yang berkaitan dengan pernapasan pada akhirnya akan berujung
pada kondisi gagal napas. Hal ini membutuhkan penanganan khusus, dimana
oksigenisasi masih tetap terpenuhi meskipun pasien sudah tidak mampu lagi bernapas.
Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk
menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama
pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal
pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan normal.
Ventilator mekanik dibagi menjadi dua, yaitu ventilator mekanik invasive dan
ventilator mekanik non invasive.
Peningkatan kualitas dari ventilator mekanik menyebabkan makin luasnya area
penggunaan mesin tersebut. Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan
anestesi dan sedative sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya
gagal napas selama operasi akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani
dengan keberadaan ventilator mekanik.
Data yang diperoleh dari ruangan ICU Dewasa Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh
darah “Harapan Kita” dari periode januari 2010 sampai dengan Desember 2010
adalah 1020 orang pasien menggunakan ventilasi mekanik dengan berbagai macam
kasus bedah.
Perawat sebagai ujung tombak pelayanan di rumah sakit khususnya perawat ICU
(Intensive Care Unit) perlu memiliki pemahaman dasar mengenai penggunaan
ventilator mekanik. Pemahaman yang tepat sangat membantu perawat dalam
memberikan pelayanan secara optimal.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama. (Brunner dan
Suddarth, 1996).
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses
ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. (Carpenito, Lynda Juall 2000)
Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik adalah suatu alat bantu
mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan
tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan. Ventilator mekanik
merupakan peralatan “wajib” pada unit perawatan intensif atau ICU. ( Corwin, Elizabeth J,
2001)
Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk menggantikan atau
menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama pemberian dukungan ventilator
mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan memperbaiki
fungsi pernapasan kembali ke keadaan normal. (Bambang Setiyohadi, 2006)
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif atau negative yang
menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien sehingga mampu
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu lama. Tujuan
pemasangan ventilator mekanik adalah untuk mempertahankan ventilasi alveolar secara
optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan metabolic pasien, memperbaiki hipoksemia, dan
memaksimalkan transport oksigen. ( Iwan Purnawan, 2010).
a. Gagal Napas
Pasien dengan distres pernapasan gagal napas (apnoe) maupun hipoksemia yang tidak
teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilator mekanik. Idealnya pasien
telah mendapat intubasi dan pemasangan ventilator mekanik sebelum terjadi gagal napas
yang sebenarnya. Distress pernapasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau
oksigenisasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan (seperti pada pneumonia) maupun karena
kelemahan otot pernapasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
b. Insufisiensi Jantung
Tidak semua pasien dengan ventilator mekanik memiliki kelainan pernapasan primer. Pada
pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah pada system
pernapasan (system pernapasan sebagai akibat peningkatana kerja napas dan konsumsi
oksigen) dapat mengakibatkan kolaps. Pemberian ventilator untuk mengurangi beban kerja
system pernapasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang.
3) Disfungsi Neurologis
Pasien dengan GCS 8 atau kurang, beresiko mengalami apnoe berulang juga mendapatkan
ventilator mekanik. Selain itu ventilator mekanik berfungsi untuk menjaga jalan napas pasien.
Ventilator mekanik juga memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien dengan
peningkatan tekanan intra cranial.
4) Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat terbantu
dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi akibat pengaruh
obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilator mekanik.
3. Klasifikasi
Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi, dua
kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan tekanan positif.
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal. Dengan
mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara mengalir ke dalam
paru-paru sehingga memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal
nafas kronik yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi
muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Penggunaan tidak sesuai untuk
pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi
sering.
Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang mengakhiri inspirasi
ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan kata lain siklus ventilator hidup mengantarkan
aliran udara sampai tekanan tertentu yang telah ditetapkan seluruhnya tercapai, dan kemudian
siklus mati.
Ventilator tekanan bersiklus dimaksudkan hanya untuk jangka waktu pendek di ruang
pemulihan. Ventilator waktu bersiklus adalah ventilator mengakhiri atau mengendalikan
inspirasi setelah waktu ditentukan. Volume udara yang diterima klien diatur oleh
kepanjangan inspirasi dan frekuensi aliran udara .Ventilator ini digunakan pada neonatus dan
bayi. Ventilator volume bersiklus yaitu ventilator yang mengalirkan volume udara pada setiap
inspirasi yang telah ditentukan. Jika volume preset telah dikirimkan pada klien siklus
ventilator mati dan ekshalasi terjadi secara pasif. Ventilator volume bersiklus sejauh ini
adalah ventilator tekanan positif yang paling banyak digunakan.
4. Intubasi
Intubasi adalah tindakan invasive untuk memasukkan ETT ke dalam trakea dengan
menggunakan alat laryngoskopy. Diperlukan seperangkat peralatan penunjang dan tenaga
ahli karena kejadian hipoksia, aritmia, dan bahkan henti jantung dapat terjadi dalam beberapa
kasus. Untuk mengantisipasinya diperlukan tenaga yang bersertifikasi PPGD dan ACLS.
Alat-alat penunjang diantaranya troli emergency yang dilengkapi obat-obat resusitasi seperti
adrenalin (untuk asistole), sulfas atrophin (untuk bradikardia), amiodarone (anti aritmia),
inotropik jenis dobutamine atau dopamine untuk meningkatkan afterload – preload –
kontraktifitas ventrikel jika terjadi gangguan hemodinamik saat intubasi.
Peralatan lain seperti defibrillator diperlukan untuk mengantisipasi aritmia ventrikel yang
dapat mengancam jiwa (Ventrycular Tachycardia dan Ventrycular Fibrilasi). Peralatan
suction diperlukan untuk membebaskan jalan nafas dari kemungkinan penumpukan lendir
(slym) saat intubasi.
Sebelum tindakan dimulai, premedikasi diberikan untuk memberikan efek sedasi dari yang
memiliki efek cepat seperti golongan opioid atau lambat seperti benzodiazepine. Paralise otot
nafas dapat dipertimbangkan jika proses intubasi masih sulit dilakukan. Jenis premedikasi
dipilih yang memiliki resiko minimal terhadap organ yang sedang mengalami gangguan.
a. Kegagalan Ventilasi
Neuromuscular Disease
Central Nervous System disease
Depresi system saraf pusat
Musculosceletal disease
Ketidakmampuan thoraks untuk ventilasi
Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis
berkontrkasi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara
masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif.
Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung terhambat,
venous return menurun, maka cardiac output juga menurun. Bila kondisi penurunan respon
simpatis (misalnya karena hipovolemia, obat dan usia lanjut), maka bisa mengakibatkan
hipotensi. Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi microvaskuler akibat
tekanan positif sehingga darah yang menuju atrium kiri berkurang, akibatnya cardiac output
juga berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu bila
volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10-12 ml/kg BB dan tekanan lebih besar dari 40
CmH2O, tidak hanya mempengaruhi cardiac output (curah jantung) tetapi juga resiko
terjadinya pneumothorax.
Efek pada organ lain:Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-organ lainpun
menurun seperti hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat tekanan positif di rongga
thorax darah yang kembali dari otak terhambat sehingga tekanan intrakranial meningkat.
7. Komplikasi
9. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Raut Muka
2) Bibir
Biru ( sianosis )
Pucat ( anemia )
3) Mata
Konjungtiva : Pucat (anemia), Ptechiae (perdarahan bawah kulit/ selaput lendir) pada
endokarditis bacterial
Skela : Kuning ( ikterus ) pada gagal jantung kanan, penyakit hati, dan lain-lain
Kornea : Arkus senilis ( garis melingkar putih/abu-abu di tepi kornea ) berhubungan
dengan peningkatan kolesterol/ penyakit jantung koroner.
Eksopthalmus : Berhubungan dengan tirotoksikosis
Gerakan bola mata : Lateral ( N.VII ), medial ( N.III ), bawah nasal ( N.IV ), atas
( N.III ), dan lain-lain.
Reflek kornea : Menilai fungsi N.V
Funduskopi : Pemeriksaan fundus mata dengan opthalmoskop untuk menilai kondisi
pembuluh darah retina pada penderita hipertensi
Denyut vena jugularis interna, denyut ini tidak bisa diraba tetapi bisa dilihat, akan
tampak gelombang a ( kontraksi atrium ), gelombang c ( awal kontraksi ventrikel ),
gelombang v ( pengisian atrium-katub tricuspid masih menutup ).
Penggembungan vena, normal setinggi manubrium sterni, bila lebih tinggi daripada
itu maka tekanan hidrostatik atrium kanan meningkat, misalnya pada gagal jantung
kanan.
5) Arteri Karotis
a. Palpasi
b. Auskultasi
Bising ( bruit ) pada penyempitan arteri karotis, penyempitan katub aorta.
6) Kelenjar Tiroid
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Auskultasi
Bising pada kelenjar tiroid menunjukkan vaskularisasi yang meningkat, yang disebabkan oleh
adanya hiperfungsi.
7) Trakhea
Bila pada tiap denyut jantung trachea terasa tertarik ke bawah ( tanda oliver, kemungkinan
ada aneurisma aorta atau tumor mediastinum
1) Inspeksi
a) Bentuk :
b) Gerakan pernafasan :
2) Palpasi
Nyeri tekan
Bengkak
lepas atau dekat dengan dasar
3) Perkusi
4) Auskultasi
a) Trakheo bronchial
b) Bronkovesikuler
Suara normal yang terdengar di daerah bronchial yakni pada sternum atas
c) Vesikuler
Suara normal pada jaringan paru, inspirasi dan ekspirasi tidak tertutup
c) Ciri denyutan :
d) Isi nadi :
Pulsus magnus yaitu: denyutan terasa mendorong jari saat melakukan palpasi
Pulsus varvus yaitu: denyutan terasa lemah
a) Inspeksi
Menentukan : bentuk prekordium, denyut pada apex jantung, denyut nadi pada dada, denyut
vena
b) Palpasi
Bertujuan untuk mendeteksi kelainan yang tampak pada inspeksi. : menilai denyutan dan
getaran di prekordium, dan pergerakan trakea.
c) Perkusi
d) Auskultasi
Katub pulmonal
Katub aorta
Katub mitral
Katub tricuspid
Diagframa
2. Diagnosa keperawatan
c. Tidak efekti bersihan jalan napas berhubungan dengan benda asing pada trakea
3. Intervensi
3) Sianosis
kriteria hasil:
1) Kemudahan bernafas
Intervensi keperawatan:
2) Monitoring respirasi
3) Terapi oksigen
b. Diagnosa keperawatan : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deprei pusat
pernafasan
Ditandai dengan:
5) Sianosis
Kriteria Hasil:
1) Observasi pola nafas. Catat frekuensi pernafasan, jarak antara pernafasan spontan dan
nafas ventilator
Rasional: Pasien pada ventilator dapat mengalami hiperventilasi/ hipoventilasi, dispnea dan
berupaya memperbaiki kekurangan dengan bernafas berlebihan
2) Auskultasi dada secara periodik, catat ada/tidak dan kualitas bunyi nafas, bunyi nafas
tambahan, juga kesimetrisan gerakan dada.
Rasional : Memberikan informasi tentang aliran udara melaui trakeobronkial dan ada/
tidaknya cairan.
3) Tinggikan kepala tempat tidur atau letakkan pada kursi ortopedik bila mungkin
Rasional : Peninggian kepala pasien atau turun dari tempat tidur sementara masih pada
ventilator secara fisik dan psikologi menguntungkan
4) Jumlahkan pernafasan pasien 1 menit penuh dan bandingkan untuk menyusun frekuensi
yang diinginkan/ventilator
Rasional : Pernafasan sangat bergantung pada masalah yang memerlukan bantuan ventilator.
Pernafasan yang cepat dapat menghasilkan alkalosis respiratori sedangkan pernafasan yang
lambat (Hipoventilasi) menghasilkan asidosis respiratorik.
Rasional : Lipatan selnag mrncegah pengiriman volume adekuat dan meningkatkan tekanan
jalan nafas. Air mencegah distribusi gas dan pencetus pertumbuhan bakteri
Rasional : Memberikan/menyediakan ventilasi yang adekuat bila pasien atau alat menuntut
pasien sementara dilepas dari ventilator
Rasional : Meltih pasien untuk bernafas lambat, lebih dalam, praktik nafas dalam, praktik
nafas abdomen/nafas bibir, member posisi yang nyaman dan penggunaan teknik relaksasi,
dapat membantu memaksimalkan fungsi pernafasan
2) Sianosis
4) Ansietas/gelisah
Kriteria Hasil: Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas jelas dan aspirasi
dicegah
Intervensi keperawatan:
Rasional : Gerakan dada simetri dengan bunyi nafas melalui area paru menunjukkan letak
selang tepat / tak menutup jalan nafas. Obstruksi jalan nafas bawah menghasilkan perubahan
bunyi nafas seperti ronki, mengi.
4) Ubah posisi tubuh dan berikan cairan sesuai dengan kemampuan pasien
Rasional: meningkatkan drainase secret dan ventilasi pada semua segmen paru, menurunkan
resiko atelektasis
Rasional: meningkatkan ventilasi pada semua segmen paru dan alat drainase secret.
Rasional : meningkatkan ventilasi dan membuang secret dengan relaksasi otot halus/ spasme
bronkus
Intervensi keperawatan:
Rasional : alasan untuk dukungan ventilator jangka panjang bermacam-macam, pasien dapat
sadar atau mungkin letargik, koma atau paralisis. Metode komunikasi pasien sangat
individual.
2) Dorong keluarga atau orang terdekat bicara dengan pasien, berikan informasi tentang
keluarga dan kejadian sehari hari
Rasional: Orang terdekat dapat merasa sadar diri dalam perbincangan satu arah dan dapat
menurunkan rasa kaku.
Rasional: posisi IV pda tangan/pergelangan dapat membatasi kemampuan untuk menulis atau
membuat tanda.
Ditandai dengan :
2) Insomnia/gelisah
3) Terlalu waspada
Kriteria hasil:
Intervensi keperawatan:
2) Observasi respon fisik contoh: gelisah, perubahan tanda vital, gerakan berulang. Catat
kesesuaian data verbal dan non verbal
Rasional: berguna dalam mengevaluasi luas dan derajat masalah, khususnya bila
dibandingkan dengan pernyataan verbal
4) Akui ansietas dan takut terhadap situasi. Hindari pemberian keyakinan yang tak berarti
bahwa segalanya akan baik
Rasional: memberikan keyakinan untuk membantu mengatasi ansietas yang tidak perlu.
Menurunkan masalah ketidaktahuan dan perencanaan untuk respons dalam situasi darurat.
6) Catat reaksi orang terdekat . berikan kesempatan untuk diskusi perasaan pribadi/
masalah dan harapan yang akan datang.
Rasional: anggota keluarga yang mempunyai respon individual terhadap apa yang terjadi ,
dan ansietas mereka dapat dikomunikasikan pada pasien .
Rasional: memfokuskan perhatian pada kekuatan diri sendiri dan meningkatkan rasa control.
8) Berikan/dorong altivitas olahraga, waktu senggang dalam kemampuan individu, contoh
kerajinan tangan, menulis, menonton televisi.
Rasional: meskipun tidak mampu dan tergantung pada ventilator, aktivitas yang normal pada
individu harus tetap diertahankan untuk meningkatkan kualitas hidup.
Intervensi keperawatan:
1) Lihat secara rutin rongga mulut, gigi, gusi, terhdap adanya lesi, luka, perdarahan
2) Berikan perawatan mulut secara rutin dan s esuai kebutuhan, khususnya pada pasien
dengan intubasi oral.
Ditandai dengan :
2) Menunjukkan peningkatan berat badan sesuai tujuan dalam nilai laboratorium normal
Intervensi keperawatan:
Rasional: pasien dengan selang trakeostomi mampu makan, tetapi pasin dengan selang
endotrakeal harus makan melalui parenteral atau selang makanan
Rasional: gejala ini indikasi penurunan energy otot dan dapat menurunkan fungsi otot
pernafasan.
Rasional: kehilangan berat badan bermakna dan pada saat ini dan masukan makanan yang
buruk memberikan petunjuk tentang katabolisme.
4) Berikan makanan lembut sering dalam jumlah kecil/ mudah dicerna bila mampu
menelan
5) Dorong/berikan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/ hari dalam toleransi jantung
6) Kaji fungsi GI: adanya kualitas bunyi nafas, catat erubahan lingkar abdomen, mual,
muntah. Observasi perubahan gerakan usus.
Rasional: fungsi system GI penting untuk penggunaan makanan enteral. Secara mekanik
pasien dengan bantuan ventilasi berisiko mengalami distensi abdomen dan perdarahan gaster.
7) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemenuhan kebutuhn nutrisi sesuai indikasi
Rasional: Tinggi karbohidrat, protein, dan kalori diperlukan selama ventilasi untuk
memperbaiki otot pernafasan.
Criteria hasil:
Intervensi keperawatan:
Rasional : intubasi, ventilasi mekanik lama, ketidakmampuan umum , malnutrisi, usia, dan
prosedur invasive adalah factor dimana pasien potensial mengalami infeksi dan lama sembuh
Rasional: sputum berbau purulent menunjukkan infeksi, sputum kental, lengket menunjukkan
dehidrasi.
3) Turunkan factor resiko nasokomial melalui cuci tangan yang tepat pada semua perawat,
mempertahankan teknik penghisapan steril
Rasional: factor yang paling penting untuk mencegah infeksi rumah sakit
Rasional: adanya ronki/mengi diduga ada tahanan secret yang perlu dikeluarkan
6) Batasi pengunjung
Rasional: individual telah dipengaruhi dan berada pada resiko tinggi mengalami infeksi.
Rasional: tergantung pada diagnosis khusus pasien memerlukan perlindungan dari orang lain
atau mencegah tranmisi infeksi ke orang lain.
Rasional: memperbaiki kesehatan umum dan regangan otot dan dapat merangsang perbaikan
system imun.
Rasional: satu atau lebih agen dapat dipergunakan tergantung pada identifikasi pathogen bila
infeksi terjadi.
Rasional: diperlukan untuk mengidentifikasi pathogen dan anti microbial yang tepat.
Criteria hasil:
2) Membuat pernafasan mandiri dengan AGD dalam rentang normal dan bebaas tanda
gagal pernafasan
Intervensi keperawatan:
1) Kaji factor fisik dalam penyapihan (frekuensi jantung, irama stabil, TD, dan bunyi
nafas jelas, demam, status nutria dan kekuatan otot)
Rasional: Jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan energy sehubungan
dengan penyapihan, peningkatan 1 derajat suhu tubuh
Rasional: indicator bahwa pasien memerlukan kesempatan lebih lambat untuk stabil atau
perlu menghenntikan program .
Rasional: umpan balik positif memberikan kkeyakinan dan dukungan untuk melanjutkan
proses penyapihan.
9) Kolaborasi dengan dokter mengenai pemeriksaan laboratorim , foto dada dan AGD
Rasional: Meyakinkan nutrisi adekuat untuk memenuhi kebutuhan energy untuk penyapihan.
Sinar X dada: harus menunjukkan paru bersih atau gambaran perbaikan kongesti paru atau
infiltrate. GDA harus mencatat oksigenasi memuaskan pada FiO2 49% atau kurang
Ditandai dengan:
Criteria hasil:
Intervensi:
Rasional: kondisi fisik dapat mencegah pasien terlibat dalamperawat sebelum dan s esudah
pulang
Rasional: memberikan pengetahuan dasar untk pasien dan orang terdekat membuat keputusan
berdasarkan informasi
Rasional: memfokuskan perhatian kembali pada aktivitas hidup yang normal, meningkatkan
tahan, dan membantu mencegah depersonalisasi.
Rasional: memberkan rasa aman tentang kemampuan untuk mengatasi situasi darurat yang
dapat meningkat sampai bantuan dapat diterima
6) Jadwalkan konferensi tim. Adakan pelatihan RS untuk perawat bila pasien akan
dipulangkan dengan ventilator.
Rasional: pendekatan tim diperlukan untuk mengkoordinasikan perawatn pasien dan program
pendidikan untuk memnuhi kebutuhan individual.
7) Anjurkan pasien dan perawat mencuci tangan, dan menggunkan teknik steril untuk
penghisapan, perawatn trakeostomi dan chest fisiotherapi dada
8) Berkan demonstrasi dan tes tertulis tentang tipe khusus ventilator yang digunakan,
fungsi dan perawatan alat tersebut.
Rasional: meningkatkan pengenalan, manurunkan ansietas dan meningkaktkan percaya diri
dalam melaksanakan tugas-keterampilan baru.
9) Diskusikan apa atau kapan melaporkan ke perawat kesehtaan, contoh ada distress
pernafsan, infeksi
Rasional: membantu unutk menurunkan ansietas, umum juga meningkatkan evaluasi sesuai –
tepat waktu dan intervensi unutk mencegah komplikasi.
10) Tegaskan bahwa semua kebutuhan alat ada ditempatnya dan bahwa masalah keamanan
telah ditunjukkan, contoh sumber kekuatan (geneato/baterai) : alat penunjang; pemanggil
pasien-sistem alarm.
Rasional : penyalur alat rumah, therapy fisik pemberi pelayanan darurat; pelayanan social;
bantuan keuangan alat dalam memperoleh alat dan fasilitas transisi rumah.
Rasional : beberapa pasien yang tergantunng pada ventilator mampu melakukan kembali
pekerjaan sementara pada ventilator atau selama harinya (sementara ketergantungan pada
malam hari).
4. Implementasi
Dalam melakukan tindakan pada pasien dengan gagal napas perlu diperhatikan ialah
penanganan terhadap tidak efektifnya bersihan jalan napas, Kerusakan pertukaran gas, Resiko
tinggi kekurangan volume cairan, Ansietas/ketakutan, dan Kurangnya pengetahuan mengenai
kondisi.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan yang dapat digunakan sebagai
alat ukur kerberhasilan suatu asuhan keperawatan yang dibuat. Evaluasi berguna untuk
menilai setiap langkah dalam perencanaan, mengukur kemajuan klien dalam mencapai tujuan
akhir dan untuk mengevaluasi reaksi dalam menentukan keefektifan rencana atau perubahan
dalam membantu asuhan keperawatan.
Adapun evaluasi akhir dengan gagal napas adalah jalan napas efektif, tidak terjad kerusakan
pertukaran gas, status volume cairan tercukupi, kecemasan berkurang,dan pengetahuan
keluarga bertambah mengenai penyakit klien.