Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN ANALISA SINTESA PENGGUNAAN MESIN VENTILATOR

PADA Tn. S DI RUANG ICU


RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Keperaawatan Gawat Darurat

Disusun Oleh :

Shandy Fabbiyant Putra


(20902000064)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Icu (intensive care unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien dengan
perubahan fisiologi yang cepat memburuk (keadaan kritis). Salah satu peralatan
standar minimal di intensive care unit (icu) diantaranya ventilasi mekanik (musliha,
2010). Alat bantu napas mekanik yang seri ng digunakan saat ini adalah jenis
ventilasi tekanan positif. Ventilator ini memberikan tekanan positif kedalam rongga
dada sehingga memulai proses inspirasi. Terdapat 4 jenis ventilator berdasarkan
mekanisme kerjanya yakni: pressure cycled, time-cycled, volume- cycled, dan flow-
cycled. Selain harus memilih ventilator berdasarkan mekanisme kerjanya,
merupakan hal yang penting untuk mengatur mode ventilator menyesuaikan
keadaan masing-masing pasien di ICU. Terdapat beberapa mode yang sering
digunakan diikutin dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing mode. Mode
tersebut antara lain: CMV, Assist-controlled ventilation, IMV, SIMV, PEEP,
CPAP, dan lain-lain (Luh Pradnya, 2017).
. Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif
atau negatif yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien
sehingga mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka
waktu lama. Alat bantu napas mekanik berperan sebagai alat pengganti fungsi
pompa dada yang mengalami kelelahan atau kegagalan (Luh Pradnya, 2017).
Tujuan pemasangan ventilator mekanik adalah untuk mempertahankan ventilasi
alveolar secara optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan metabolik,
memperbaiki hipoksemia, dan memaksimalkan transpor oksigen. Jika dilakukan
intubasi trakea maka istilahnya disebut ventilasi invasif, sedangkan ventilasi non-
invasif (NIV) digunakan pada ventilasi tanpa intubasi trakea dan melalui masker
(Dian dan Fadil 2020).
Hasil penelitian dari Dian dan Fadil (2020) Gagal jantung akut merupakan
penyebab umum kegagalan pernapasan akut dan sering memerlukan bantuan
ventilator. Ventilator non-invasif tekanan positif (CPAP, BiPAP) harus
dipertimbangkan pada pasien dengan gangguan pernapasan (frekuensi pernapasan
> 25 napas / menit, SpO2 <90%) dan mulai sesegera mungkin diberikan untuk
mengurangi gangguan pernapasan dan mengurangi kejadian intubasi endotrakeal.
Jika terjadi kegagalan pernapasan, yang menyebabkan hipoksemia, hypercapnia
dan dalam penggunaan ventilator non-invasif maka intubasi endotrakeal
dianjurkan.
Menurut Luh Pradnya (2017) dibalik harapan terhadap pasien dengan
ventilasi mekanik, terdapat kekhawatiran yang sangat mendasar dengan
aplikasinya. Ventilasi mekanik adalah teknik yang berlawanan dengan fisiologi
ventilasi, yaitu dengan menghasilkan tekanan positif sebagai pengganti tekanan
negatif untuk mengembangkan paru- paru, sehingga tidak mengherankan, dalam
pemakaiannya dapat menimbulkan permasalahan. Oleh karena itu, pada setiap
aplikasi ventilasi mekanik diperlukan analisis terhadap ketepatan indikasi,
ketepatan pasien, ketepatan metode aplikasinya dan selalu waspada terhadap
penyulit yang akan terjadi. Disamping itu, pada setiap aplikasi ventilasi mekanik
harus memahami fisiologi pernapasan.
Akhir setiap aplikasi ventilator mekanik adalah penyapihan. Penyapihan
adalah usaha untuk melepaskan penderita dan ketergantungannya dengan ventilator
mekanik. Sebelum pemasangan ventilator mekanik, antisipasi terhadap penyulit
sudah harus dianalisis sebelumnya. Segala sesuatu yang diterapkan dengan
ventilator dapat menyebabkan dampak yang tidak dikehendaki karena ventilasi
mekanik merupakan alat bantu dan bukan modalitas terapi (Luh Pradnya, 2017).
Oleh karena tingginya harapan akan ventilator mekanik yang dianggap dapat
menyelamatkan kehidupan pada pasien kritis, maka penting bagi tenaga kesehatan
untuk mengetahui pengaplikasian ventilator mekanik.
B. Tujuan
Untuk meningkatkan saturasi oksigen pasien dan untuk mengetahui perkembangan
pola pernapasan pasien setelah dilakukan tindakan penggunaan ventilator.
C. Sasaran
Pasien Tn.S yang terpasang ETT dan tersambung dengan ventilator mekanik di
ruang ICU
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik sasaran
1. Jenis kelamin : Laki-laki
2. Usia : 51 Tahun
3. Mode ventilator : Ventilator mekanik dengan mode pcv
4. Saturasi oksigen : Saturasi oksigen pasien menunjukkan spO2: 87%
B. Analisa kasus
Tn. S berusia 51 tahun didiagnosis medis mengalami CKD, N STEMI dan
efusi pleura dengan penurunan kesadaran. Pemeriksaan status kesadaran diperoleh
tingkat kesadaran apatis GCS: 7 (e: 2, v: 4, m: 5). Pasien mengalami penurunan
kesadaran dan saturasi oksigen menurun. Saat dilakukan pemeriksaan suara nafas
pasien terdengar seperti orang berkumur atau ronchi, oleh karena itu dilakukan
prosedur ETT yang tersambung dengan ventilator mekanik.
C. Prinsip tindakan menurut teori (sesuai dengan karakteristik sasaran),
Prinsip tindakan diharapkan sesuai dengan standar prosedur yang sudah di
tetapkan dengan menjaga kesterilan dan kebersihan agar pasien terhindar dari
infeksi tambahan karena prosedure tindakan:
1. Aseptik : Segala upaya yang dilakukan untuk mencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan
infeksi.
2. Asianotik : Tindakan yang tidak boleh menimbulkan sianosis.
3. Afektif : Tindakan yang dilandaskan gaya atau makna yang menunjukan
perasaan dan emosi.
4. Atraumatik : Tindakan yang mencegah terjadinya trauma.
D. Data hasil pemeriksaan
Setelah dilakukan tindakan pemasangan ventilator
1. Diharapkan terjadi peningkatan nilai saturasi oksigen pasien
2. Menurunya peak inspiratory pressure, menurunya ketegangan saluran napas
3. Adanya peningkatan dari nilai arterial blood gas, atau saturasi oksigen yang bisa
di pantau dengan pulse oxymeter
BAB III
METODOLOGI TINDAKAN

A. Terdiri dari deskripsi tindakan/skill (sesuai karakteristik sasaran)


Setelah pipa endotrakeal atau trakeostomi terpasang baik, dilanjutkan dengan
pemberian napas buatan dengan pompa manual, sambil menilai masalah sistem organ
yang lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan penataan ventilator
1. Volume tidal awal 10-15 ml/kgBB, volume ini 50% lebih besar dari ukuran normal.
Tujuannya adalah untuk membuka alveoli yang sempat kolaps atau atelektasis agar
pertukaran gas lebih baik.
2. Frekuensi ditentukan 12-15 menit pada orang dewasa, relatif lebih lambat untuk
mencegah kenaikan rasio VD/VT (volume ruag rugi/volume tidal)
3. Rasio waktu inspirasi : ekspirasi=I/E=1:2 menit
4. Fraksi inspirasi oksigen (FiO2)= 100% selama 15-30 menit
5. Tekanan inflasi < 35-40 cmH2O untuk menegah barotrauma atau goncangan fungsi
kardiovaskular
6. Pemberian volume inspirasi sekitar 2x atau lebih dikenal dengan istilah “sigh” pada
periode tertentu untuk mencegah atelektasis paru. Biasanya tidak digunakan bila
sudah mempergunakan volume tidak yang besar. Setelah 15-30 menit aplikasi
dilakukan, periksa analisis gas darah.
7. Dokumentasikan tindakan dan monitor respon pasien pada lembar catatan asuhan
keperawatan pada meja pasien
Berdasarkan hasil analisis gas darah ditentukan metode ventilasi mekanik yang
akan diberikan, tata kembali parameter tersebut diatas apakah perlu PEP atau tidak.
Setiap perubahan ventilasi mekanik 15-30 menit kemudian periksa analisis gas darah
untuk menilai kondisi yang pantas bagi penderitaLepas sarung tangan dan cuci tangan
B. Tujuan tindakan/skill
Untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya
proses pertukaran gas yang adekuat dan peningkatan nilai saturasi oksigen.

C. Ketrampilan spesifik yang diperlukan

D. Alat yang diperlukan


1. Mesin ventilator
2. Sarung tangan bersih
E. Waktu pelaksanaan
1. Gagal napas sekunder terhadap hipoperfusi atau syok
2. Dispnea bersmaan sengan saturasi oksigen menurun secara tiba-tiba dan terus
menerus
3. Apabila klinis memperlihatkan adanya peningkatan beban kerja sistem
pernafasan.
4. Pada auskultasi terdengar suara napas yang kasar atau ada suara napas
tambahan.
5. Untuk mematenkan jalan pernapasan
F. Hal-hal yang perlu diwaspadai
1. Hipotensi
2. Atelektasis
3. Barotrauma
4. VAP (Ventilator Associated Pneumonia)
5. Efek pada gastrointestinal
G. Antisipasi untuk meminimalkan hambatan
1. Posisikan pasien dengan kepala lebih rendah.
2. Lakukan reistrain bila pasien gelisah
H. Sistem evaluasi.
1. Observasi keadaan umum pasien dan status pernapasannya.
2. Observasi saturasi oksigen pasien
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ventilasi mekanik adalah upaya bantuan napas dengan alat bantu napas mekanik
atau ventilator sebagai alat pengganti fungsi pompa dada yang mengalami kelelahan
atau kegagalan. Ventilasi mekanik digunakan untuk membantu atau menggantikan
napas spontan. Ventilasi mekanik ini diaplikasikan dengan alat khusus yang dapat
mendukung fungsi ventilasi dan memperbaiki oksigenasi melalui penggunaan gas
dengan konten tinggi oksigen dan tekanan positif
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang
diharapkan, karena masih terbatasnya pengetahuan penyusun. Oleh karena itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Dian dan Fadil. 2020. Penggunaan Ventilasi Mekanik pada Gagal Jantung Akut. Diakses
dari http://jurnal.fk.unand.ac.id pada 04 Oktober 2021
Handbook of Mechanical Ventilation. 2015. 1st ed. London: Intensive Care Foundation;.
Luh Pradnya Ayu Dewantari. 2017. Aplikasi Alat Bantu Napas Mekanik. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar. Diakses dari
https://simdos.unud.ac.id pada 04 Oktober 2021
Smeltzer, s.c., & bare, b.g. (2008). Buku ajar keperawatan medical bedah (8 ed)(vol 2).
Jakarta: EGC
TIM FIK.(2019). Buku skill lab keperawatan medical bedah (1). Unissula semarang. SA
press

Anda mungkin juga menyukai