Anda di halaman 1dari 7

KOMPETENSI PK KRITIS

ANALISIS SETTING VENTILATOR

DISUSUN OLEH:

LABIBAH MAHMUDA (PO.71.20.4.16.017)

DOSEN PEMBIMBING

SUKMA WICATURATMASHUDI, S.Kp., M.Kep., Sp. KMB

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI D-IV KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KONSEP DASAR ANALISIS SETTING VENTILATOR

TINJAUAN TEORI

A.Definisi ventilasi meknik


Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan
nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif  pada paru-paru melalui jalan
nafas buatanadalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses
ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi (Brunner dan Suddarth, 2002).

B.Klasifikasi
1.Ventilator tekanan negatif 
 mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks
selama inspirasi memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi
volumenya.
2.Ventilator tekanan positif 
 menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan
demikian mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi, Ekspirasi terjadi secara
pasif.

C.Kriteria Pemasangan Ventilasi Mekanik


Menurut Pontopidan (2003), seseorang perlu mendapat bantuan ventilator bila:
 
1.Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
 
2.Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
 
3.PaCO2 lebih dari 60 mmHg
 
4.AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
 
5.Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.

 D.Indikasi ventilasi mekanik


Jika pasien mengalami penurunan (PaO2), peningkatan kadar (PaCO2), dan asidosis
persistem, maka ventilasi mekanis kemungkinan diperlukan. Ada juga kondisi kondisi yang
diindikasikan menggunakan ventilator mekanis:

1.Gagal nafas
Pasien dengan distres pernapasan gagal napas (apnue) maupun hipoksemia yang tidak teratasi
dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilator mekanik.

2. Insufisiensi jantung
 
Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah pada
system pernapasan (system pernapasan sebagai akibat peningkatana kerja napas dan
konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan kolaps. Pemberian ventilator untuk mengurangi
beban kerja system pernapasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang.
3. Disfungsi neurologis
Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko mengalami apnu berulang juga
mendapatkan ventilasi mekanik. Selain itu ventilasi mekanik  juga berfungsi untuk menjaga
jalan nafas pasien serta memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien dengan
peningkatan tekanan intra cranial.

4.Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat terbantu
dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi akibat pengaruh
obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilator mekanik.

E.Mode operasional ventilasi mekanik

1.Controlled Ventilation:
Ventilator mengontrol volume dan frekuensi pernafasan. Indikasi untuk pemakaian ventilator
meliputi pasien dengan apnoe. Ventilator tipe ini meningkatkan kerja pernafasan klien.

2.Assist/Control:
Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan. Bila klien gagal
untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator ini diatur berdasarkan atas
frekuensi pernafasan yang spontan dari klien, biasanya digunakan pada tahap pertama
pemakaian ventilator.

3.Intermitten Mandatory Ventilation:


Model ini digunakan pada pernafasan asinkron dalam penggunaan model kontrol, klien
dengan hiperventilasi. Klien yang bernafas spontan dilengkapi dengan mesin dan sewaktu-
waktu diambil alih oleh ventilator.

4.Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV):


dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah, otot tidak begitu lelah dan efek
barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas spontan biasanya tergantung pada aktivasi
klien. Indikasi pada pernafasan spontan tapi tidal volume dan/atau frekuensi nafas kurang
adekuat.

5.Positive End-Expiratory pressure:


Modus yang digunakan dengan menahan tekanan akhir ekspirasi positif dengan tujuan untuk
mencegah Atelektasis. Dengan terbukanya jalan nafas oleh karena tekanan yang tinggi,
atelektasis akan dapat dihindari.

6.Continious Positive Airway Pressure. (CPAP):


Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien yang
sudah bisa bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah
atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.

F. Setting ventilator
Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat beberapa parameter yang
diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :
 
1.Frekuensi pernafasan permenit:
adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator dalam satu menit. Setting normal pada
pasien dewasa adalah 10-20 x/mnt. Parameter alarm RR diseting diatas dan dibawah nilai RR
yang diset. Misalnya set RR sebesar 10x/menit, maka setingan alarm sebaliknya diatas
12x/menit dan dibawah 8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau
hipoventilasi.

2.Tidal volume:
 merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien setiap kali bernapas.
Umumnya disetting antara 8 - 10 cc/kgBB, tergantung dari compliance, resistance, dan jenis
kelainan paru.

3.Konsentrasi oksigen (FiO2):


 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang diberikan oleh ventilator ke
pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada awal pemasangan ventilator
direkomendasikan sebesar 100%.

4.Rasio inspirasi : ekspirasi


Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi Waktu inspirasi + waktu istirahat Waktu ekspirasi
Keterangan :
a.Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan volume tidal atau
mempertahankan tekanan.  
b.Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan ekspirasi
c.Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan udara pernapasan
d.Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai normal fisiologis
inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan fase inspirasi yang sama atau lebih
lama dibandingkan ekspirasi untuk menaikan PaO2.

5. Limit pressure / inspiration pressure


mengatur jumlah pressure/tekanan dari volume cycled ventilator, sebab pressure yg tinggi
dapat menyebabkan
barotrauma. Pressure yg direkomendasi adalah plateau pressure tidak boleh melebihi 35
cmH2O. Jika limit ini dicapai maka secara otomatis ventilator menghentikan hantarannya,
dan alarm berbunyi

6.Flow rate/peak flow


: merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan volume tidal pernapasan yang telah
disetting permenitnya, Biasanya setting antara 40-100 L/menit.

7.Sensitifity/trigger 
: berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang diperlukan pasien dalam memulai
inspirasi dari ventilator. Pressure sensitivity memiliki nilai sensivitas antara 2 sampai -20
cmH2O, sedangkan untuk flow sensitivity adalah antara 2-20 L/menit. Semakin tinggi nilai
pressure sentivity maka semakin mudah seseorang melakukan pernapasan.

8. Alarm
Sistem alarm perlu untuk mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan
rendah menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien),
sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya  peningkatan tekanan, misalnya pasien
batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting,dll
9.Positive end respiratory pressure (PEEP):
 bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli diakhir ekspirasi. PEEP
meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting untuk meningkatkan PaO2
yg refrakter.  Nilai PEEP selalu dimulai dari 5 cmH2O.

Prosedur Tahap Pemasangan Ventilator


NO AKTIVITAS DILAKUKAN SKOR
YA TIDAK
1. Tahap Persiapan
Persiapan alat:
1. Sarung tangan
2. Ambubag lengkap
3. Suction lengkap
4. Spuit untuk mengembangkan balon
5. Laringoskop dengan blade sesuai ukuran, lampu
menyala terang, Jelly, plester, gunting, stetoskop,
endotrakheal

2. Tahap Persiapan pasien dan keluarga


1. Bersama dengan dokter beritahu keluarga
tentang prosedur yang akan
dilakukan dan resiko yang mungkin ditimbulkan
2. Bila keluarga sudah jelas dengan penjelasan
dokter, maka keluarga
diminta untuk tanda tangan surat persetujuan
(inform consent)
3. Bila pasien sadar beritahu tentang prosedur yang
akan dilakukan
4. Atur posisi pasien agar memudahkan untuk
melakukan posedur

3. Prosedur pemasangan ventilasi mekanik


1. Sambungkan stop kontak dengan sumber listrik,
nyalakan ventilator
dengan menekan tombol on
2. Pasang corogatet sesuai dengan kegunaan
(anak/dewasa)
3. Isi humidifier dengan aquades steril,
kemudian nyalakan dengan
menekan tombol on
4. Seting ventilator sesuai pesanan dokter
mengenai mode, VT,
Frekwensi nafas, I:E ratio, FIO2, ASB, PEEP dll
5. Sambungkan corogatet dengan endotrakeal
yang terpasang pada
pasien
6. Pastikan bahwa alat resusitasi dan perlengkapan
fentilator berfungsi
baik
7. Pastikan bahwa penderita selalu dimonitor fungsi
pernafasannya dan
saturasi oksigen
8. Lakukan segala tindakan dengan memperhatikan
tehnik aseptic dan
universal precaution
9. Lakukan suction secara rutin (biasanya tiap 4
jam), bila perlu boleh
dilakukan diluar jadwal
10. Pastikan humidifier berfungsi dengan baik, air
yang tertampung di
dalam water trap secara rutin harus dikosongka
11. Rubah posisi pasien tiap 3 jam untuk postural
drainage ataupun untuk
pengembangan paru-paru
12. Pastikan posisi tubing ventilator dalam keadaan
tepat
13. Pastikan NGT pada posisi yang benar, lakukan
aspirasi tiap 6 jam
atau setiap akan memberikan nutrisi enteral

4. Cara Perawatan Alat


1. Rendam corogatet sesudah digunakan
dengan bayclin selama 15
menit, kemudian cuci, bilas dan keringkan
2. Corogatet disterilkan kering dengan suhu 100
0 C selama 20 menit
3. Rendam filter dengan bayclin setiap
sesudah dipakai, cuci dan keringkan
4. Kalibrasi setiap satu tahun sekali oleh tehnisi
perusahaan
5. Hubungi tehnisi perusahaan bila ada masalah
Charge ventilator selama 1x24 jam setiap kali
sesudah pemakaian dan
tiap 10 hari sekali bila ventilator tidak digunakan

Anda mungkin juga menyukai