Pendahuluan
A. Latar belakang
Perkembangan teknologi semakin lama semakin pesat dan menyentuh hampir
semua bidang kehidupan manusia. Pada akhirnya setiap individu harus mempunyai
pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan teknologi, agar dapat beradaptasi
terhadap perkembangan tersebut. Hal ini juga berlaku untuk profesi keperawatan,
khususnya area keperawatan kritis di ruang perawatan intensif (intensif care unit/ICU).
Di ruang perawatan kritis, pasien yang dirawat disana adalah pasien-pasien yang
memerlukan mesin-mesin yang dapat menyokong kelangsungan hidup mereka,
diantaranya mesin ventilator, monitoring, infus pump, syringe pump, dll. Dengan adanya
keadaan tersebut maka tenaga kesehatan terutama perawat yang ada di ruang perawatan
kritis, seharusnya menguasai dan mampu menggunakan teknologi yang sesuai dengan
mesin-mesin tersebut, karena perawat yang akan selalu ada di sisi pasien selama 24 jam.
Pemanfaatan teknologi di area perawatan kritis terjadi dengan dua proses yaitu
transfer dan transform teknologi dari teknologi medis menjadi teknologi
keperawatan. Tranfer teknologi adalah pengalihan teknologi yang mengacu pada tugas,
peran atau penggunaan peralatan yang sebelumnya dilakukan oleh satu kelompok
profesional kepada kelompok yang lain. Sedangkan transform (perubahan) teknologi
mengacu pada penggunaan teknologi medis menjadi bagian dari teknologi keperawatan
untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang diberikan dan hasil yang akan dicapai
oleh pasien. Ventilasi mekanik yang lebih dikenal dengat ventilator merupakan teknologi
medis yang ditransfer oleh dokter kepada perawat dan kemudian ditransform oleh
keperawatan sehingga menjadi bagian dari keperawatan. Perawat pemula yang
pengetahuan dan pengalaman teknologinya masih kurang akan menganggap ventilator
sebagai beban kerja tambahan, karena mereka hanya bisa melakukan monitoring dan
merekam hasil observasi pasien. Sedangkan pada perawat yang sudah berpengalaman
akan memanfaatkan dan menggunakan ventilator sebagai bagian dari keperawatan untuk
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan kepada pasien di ruang kritis dan akan
berdampak positif terhadap profesi keperawatan.
1
Penguasaan terhadap teknologi akan menjadi modal bagi perawat untuk
mengontrol pekerjaannya (Alasad, 2002). Hal tersebut tentu saja akan menghemat tenaga,
dan membuat pekerjaan menjadi lebih mudah untuk dikerjakan serta diatur. Misalnya
perawat yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan mengenai mesin ventilasi mekanik,
hal tersebut akan membantu perawat menghemat tenaganya dalam mengawasi pernafasan
pasien, karena tugasnya mengawasi secara langsung keadaan pasien sudah dilakukan oleh
mesin ventilasi. Bahkan apabila ada keterbatasan tenaga perawat, maka 1 orang perawat
dapat mengawasi dua atau lebih pasien yang juga sama-sama menggunakan mesin
ventilasi mekanik. Jelaslah bahwa penguasaan teknologi menjadi suatu kebutuhan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
B. Rumusan masalah
1. Apa Definisi dari ventilator?
2. Apa saja Jenis-jenis ventilator?
3. Apa Tujuan dari ventilator?
4. Apa Manfaat dari ventilator?
5. Apa saja Setingan dari ventilator?
6. Apa indikasi dari ventilator?
7. Apa kontra indikasi dari ventilator?
8. Apa itu Weaning ventilator?
9. Apa askep pasien yang terpasang ventilator?
C. Tujuan
1. Untuk menetahui Definisi ventilator
2. Untuk menetahui Jenis-jenis ventilator
3. Untuk mengetahui Tujuan ventilator
4. Untuk mengetahui Manfaat ventilator
5. Untuk mengetahui Setingan ventilator
6. Untuk mengetahui Indikasi ventilator
7. Untuk mengetahui Kontra indikasi ventilator
8. Untuk mengetahui Weaning ventilator
2
9. Untuk mengetahui askep pasien yang terpasang ventilator
3
BAB II
PEMBAHASAN
Skenario 1
Seorang laki-laki berusia 34 tahun dirawat di ICU Karen membutuhkan bantuan pernapasan
melalui ventilasi mekanik. Dari hasil pengkajian didapatkan pasien terpasang ventilator dengan
setingan CPAP/PSV, FiO2 40 %,, PEEP 5 cmH2O, trigger 2, RR set total 12x/menit, volume
tidal 500 ml, 1:2. Pasien terpasang ETT no 7,5, denan kedalaman 22 cm, terpasang
oropharyngeal air way, terdapat secret pada ETT dan mulut pasien, frekuensi pernapasan pasien
28 kali permenit, tekanan darah 90/60 mmHg, MAP 70 mmHg, frekuensi nadi 102 kali permenit,
SaO2 94% CRT 4 detik, suhu 38,8ºc, reflek pupil kiri dan kanan 2/2, kesadaran somnolen,
pergerakan dinding dada simetris, suara nafas ronkhi, perkusi paru sonor pada kedua lapang
paru, akral teraba dingin, irama pada monitor EKG holter: sinus takikardi. Bunyi jantung I dan II
murni terdengar, bunyi jantung tambahan. Urin output 1500 cc/24 jam, intake 1600 cc. Hasil
analisis gas darah (AGDA) didapatkan pH: 7,40, PaCo2: 28 mmHg, HCO3 24 mmol/L, PaO2 90
mmHg, SaO2: 94%. Hasil pemeriksaan laboraturium rutin didapatkan Hb: 9,4g/dl, leuosit
13.000/mm³, Ht 29%. Pasien =terpasan NGT, tidak terdapat pendarahan lambun, tidak terdapat
distensi abdomen, peristaltic usus 15 x/menit. Hasil pemeriksaan X ray menunjukan
penumpukan secret. Pasien di rencanakan akan dilakukan weaning ventilator bila TTV stabil dan
hasil AGDA dalam batas normal.
4
Step 1: terminologi
1. Ventilasi mekanik
2. CPAP/PSV
3. PEEP
4. Icu
5. MAP
6. Volume tidal
7. Distensi abdomen
8. Ventilator
9. Trigger
10. Oropharyngeal air way
11. Somnolen
12. Weaning ventilator
13. Sinus takikardi
14. Irama EKG holter
15. ETT
16. Peristaltic
17. AGDA
1. Ventilasi mekanik
Ventilasi adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas
pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas
buatan.
2. CPAP/PSV
Cantinous positive pressure, merupakan salah satu mode ventilator yangdipasangkan
pada pasien yang sudah bisa bernapas denan kuat
3. PEEP
PEEP pada ventilator digunakan untuk mempertahankan tekanan positif jalan nafas pada
fase ekspirasi dengan tujuan untuk mencegah atelektasis dan utuk meperbaiki proses
difusi.
5
4. ICU
ICU adalah ruangan yang disediakan khusus dirumah sakit untuk merawat pasien dengan
penyakit atau cidera serius. Dan ruan icu juga dilengkapi dengan peralatan medis khusu.
5. MAP
MAP adalah tekanan darah sistolik ditambah dua kali tekanan darah dastolik dibagi 3
6. Volume tindal
Volume tindal adalah volume udara yang dihirup dengan satu hirupan napas normal.
7. Distensi abdomen
Ditensi abdomen adalah istilah medis yang menggambarkan kejadian yan terjadi ketika
ada zat (gas atau cairan) menumpuk di dalam perut yang menyebabkan perut atau
pinggang mengembung melebihi ukuran normal.
8. Ventilator
Ventilator adalah suatu alat yan digunakan untuk memantu sebaian ataupun seluruh
proses ventilasi pasien untuk mempertahankan oksigenasi atau pernapasan.
9. Trigger
Jumlah upaya nafas pasien yang diperlukan untuk memulai inspirasi pada ventilator
10. Oropharyngeal air way
Oropharyngeal air way adalah perangkat medis yang disebut airway adjunct yang di
gunakan untuk mempertahankan saluran napas tetap paten (terbuka)
11. Somnolen
Somnolen merupakan kondisi mengantuk yang cukup dalam namun masih bisa
dibangunkan dengan mengunakan rangsangan.
12. Weaning ventilator
Weanin ventilator adalah usaha untuk melepaskan penderita dari ketergantunan ventilator
mekanik.
13. Sinus takikardi
Sinus takikardi adalah keadaan dimana detak jantung melebihi 100 kali permenit. Dalam
keadaan normal, jantun berdetak sebanyak 60 hingga 100 kali permenit.
14. ETT
6
ETT adalah alat yang dimasukan kedalam trakea pasie untuk mematikan tidak
tertutupnya trakea sebagai saluran pernapasan dan udara pernapasan dapat masuk
kedalam paru-paru.
15. Peristaltic
Peristaltic adalah gerakan menelan makanan yan bisa terjadi karena adanya kontraksi dari
esofaus atau keronkongan.
16. AGDA
AGDA adalah prosedur pemeriksaan medis yang bertujuan untuk mengukur jumlah
oksigen dan karbon dioksida dalam darah.
7
Step 4: analisis masalah
8
7. Kenapa pasien dipasan dua sekalius alat pernapasan?
Opa digunakan agar lidah tidak jatuh kebawah untuk menjaga jalan nafas tidak tergangu,
sedangkan EET digunakan untuk pemasangan ventilator
8. Apakah tindakan perawat agar TD dan frekuensi nafas normal?
9. Apakah ada efek samping saat dilakukan AGDA?
Ada, efek sampin yang umumnya dialami pasien adalah rasa nyeri atau iritasi di area
suntikan ketika proses pengambilan darah.
10. Apa permasalahan yang dihadapi pasien sehingga intike dan auput tidak sama?
Karna adanya masalah pada jantug pasien
11. Mengapa ada penumpukan secret?
Karna pasien tidak mampu mengeluarkan secretnya sehingga secret menumpuk
12. Seperti apa gambaran xray jika ada penumpukan secret?
Adanya penumpukan berwarna hitam pada hasil xray
13. Efek samping dari weaning ventilator?
Ketikan dilakukan weaning ventilator terjadi penurunan kesadaran pada pasien
14. Indikasi dilakukan weaning ventilator ?
-bila TTV normal/ stabil
-AGDA normal
15. Normal AGDA?
-PaCO2 : 38-42 mmhg
-HCO2 : 22-28 mmol/L
-PaO2 : 75-100 mmhg
-SaO2 : 99-100 %
16. Tindakan perawat selain pemberian ventilator untuk menstabilkan ttv?
Pemasangan EKG, infuse, NGT, kateter, dan oksigenisasi, serta pemeriksaan rutin
kondisi pasien
9
Step 4: mind map
laki-laki 34 tahun
Di ICU
Settingan
Pengkajian - CPAP/PSV
- FiO2 40%
Terpasang ventilator - PEEP 5 cm H2O
- Triggers 2
- RR set total
Terpasang ETT no. 7,5
12x/i
kedalaman 22 cm
- Vol. Tidal 500
- RR : 28 x/i kemudian terpasang
ml
- BP : 90/60 mmHg OPA.
- I : E rasio 1:2
- MAP : 70 mmHg
- Inspeksi : pergerakan
- HR : 102 x/i TTV
dada simetris
- T : 37,8 oc
- Auskultasi : ronkhi,
Pemeriksaan Fisik
bunyi jantung
tambahan.
Sinus Takikardi Irama EKG Holter
- Perkusi : sonor
- TTV stabil 10
- AGDA normal
step 5: learning objektif (LO)
1. Definisi ventilator
2. Jenis-jenis ventilator
3. Tujuan ventilator
4. Manfaat ventilator
5. Setingan ventilator
6. Mekanisme ventilator
7. Indikasi ventilator
8. Kontra indikasi ventilator
9. Weaning ventilator
10. Askep
Step6: mandiri
1. Definisi ventilator
Ventilator mekanik merupakan alat yang digunakan untuk membantu fungsi
pernapasan. Penggunaannya diindikasikan untuk pasien dengan hipoksemia, hiperkapnia
berat dan gagal napas.
Ventilator mekanik merupakan salah satu aspek yang penting dan banyak
digunakan bagi perawatan pasien yang kritis di Intensive Care Unit(ICU), dengan
penggunaan di Amerika Serikat mencapai 1,5 juta per tahun.Proses penggunaan suatu
peralatan untuk memfasilitasi transpor oksigen dan karbondioksida antara atmosfer dan
alveoli untuk tujuan meningkatkan pertukaran gas paru-paru.
Ventilasi mekanik adalah proses penggunaan suatu peralatan untuk memfasilitasi
transpor oksigen dan karbondioksida antara atmosfer dan alveoli untuk tujuan
meningkatkan pertukaran gas paru paru ( Urden, Stacy, Lough, 2010).
11
2. Jenis-jenis ventilator
a. Negative Pressure Tank Respiratory Support (Ventilasi Bertekanan Negatif)
Mekanismenya, penderita diletakkan di dalam sebuah silinder yang bertekanan
udara sub-atmosfer (tekanan negatif) sehingga mengakibatkan dada mengembang dan
tekanan jalan napas menjadi negatif. Prinsip dari ventilator jenis ini adalah mengeluarkan
tekanan negative pada dada eksternal.
Pada saat bernapas spontan, tekanan negatif diciptakan oleh rongga pleura melalui
otot-otot pernapasan, sehingga gradien tekanan yang terjadi antara tekanan atmosfer dan
tekanan di dalam toraks menghasilkan aliran udara ke dalam paru. Pada ventilator
bertekanan negatif ini, udara ditarik secara mekanik untuk membentuk ruang vakum di
dalam tanki, sehingga tekanan menjadi negatif. Tekanan negatif tersebut akan
menyebabkan terjadinya ekspansi dada, yang menyebabkan turunnya tekanan
intrapulmoner sehingga meningkatkan aliran udara sekitar ke dalam paru. Ketika vakum
dilepaskan, tekanan di dalam tangki menjadi sama dengan sekitar, menyebabkan
terjadinya ekshalasi pasif dada dan paru.
Kelebihan dari alat ventilasi mekanik jenis ini adalah tidak diperlukannya
pemasangan pipa endotrakea, akan tetapi alat ini memiliki kekurangan dimana alat yang
terlalu besar, volume semenit tidak pasti dan kesulitan dalam perawatan penderita. Selain
itu penggunan ventilator jenis ini tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien
yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi sering. Dengan kekurangan-
kekurangan tersebut, alat ventilator mekanik tipe ini kurang populer aplikasinya di klinik.
b. Positive Pressure Ventilation (Ventilasi Bertekanan Positif)
Ventilator tipe ini akan memberikan tekanan positif di atas tekanan atmosfer
sehingga dada dan paru mengembang pada fase inspirasi, selanjutnya pada akhir inspirasi
tekanan kembali sama dengan tekanan atmosfer sehingga udara keluar secara pasif pada
fase ekspirasi.
Selama ventilasi bertekanan positif, inflasi paru dicapai dengan secara berkala
menerapkan tekanan positif ke saluran napas bagian atas melalui masker ketat (ventilasi
mekanik non-invasif) atau melalui endotrakeal tube atau trakeostomi. Peningkatan
resistensi saluran napas dan penurunan complians paru bisa diatasi dengan memanipulasi
aliran dan tekanan gas inspirasi. Kelemahan utama dari ventilasi bertekanan positif yakni
12
mengubah rasio ventilasi-perfusi, efek pada peredaran darah yang berpotensi merugikan,
dan risiko barotrauma paru dan volutrauma. ventilasi bertekanan positif meningkatkan
ruang mati (dead space) fisiologis karena aliran gas secara khusus dialirkan ke bagian
paru yang lebih compliant, daerah nondependent dari paru-paru, sedangkan aliran darah
(yang dipengaruhi oleh gravitasi) mengisi daerah paru yang dependen. Penurunan curah
jantung terutama disebabkan oleh penurunan aliran balik vena ke jantung karena tekanan
intratoraks yang meningkat. Barotrauma berkaitan erat dengan paparan berulang dari
puncak-puncak tekanan inflasi yang sedangkan volutrauma terkait dengan beruangnya
kolaps dan pengembangan kembali paruyang normal ataupun yang patologis. Semua
ventilator memiliki empat fase: inspirasi, perubahan dari inspirasi ke ekspirasi, ekspirasi,
dan perubahan dari berakhirnya inspirasi. Manipulasi pada fase ini menentukan VT (tidal
volume), tingkat ventilasi, waktu inspirasi, aliran gas inspirasi, dan waktu ekspirasi.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, ventilator jenis ini dibagi menjadi beberapa
mode. Penting untuk memahami mode-mode tersebut yang dikategorikan berdasarkan
volume, tekanan, dan waktu, karena berperan dalam mengaplikasikan ventilasi yang
aman dan efektif. Alasan mengapa mode ventilator dibagi berdasarkan siklus tekanan,
volume atau waktu adalah untuk mengidentifikasi variabel apa yang dapat dikontrol oleh
operator, dan variabel yang tidak dapat dikontrol ditentukan berdasarkan fisiologi dan
patofisiologi parenkim paru, jalan napas dan dinding dada pasien.
3. Tujuan ventilasi mekanik adalah untuk mempertahankan ventilasi alveolar yang tepat
untuk kebutuhan metabolik pasien dan untuk memperbaiki hipoksemia dan
memaksimalkan transport oksigen (Hudak & Gallo, 2010). Tujuan fisiologis meliputi
membantu pertukaran gas kardio-pulmonal (ventilasi alveolar dan oksigenasi arteri),
meningkatkan volume paru-paru (inflasi paru akhir ekspirasi dan kapasitas residu
fungsional), dan mengurangi kerja pernafasan. Tujuan klinis meliputi mengatasi
hipoksemia dan asidosis respiratori akut, mengurangi distress pernafasan, mencegah
atau mengatasi atelektasis dan kelelahan otot pernafasan, memberikan sedasi dan
blockade neuromuskular, menurunkan konsumsi oksigen, mengurangi tekanan
intrakranial, dan menstabilkan dinding dada (Urden, Stacy, Lough, 2010).
4. Manfaat ventilator
a. Mengatasi hipoksemia
13
b. Mengatasi asidosis respiratorik akut
c. Mengatasi distres pernafasan
d. Mencegah dan mengatasi etelektasis paru
e. Mengatasi kelelahan otot bantu pernafasan
f. Memudahkan pemberian sedatif
g. Menurunkan tekanan intracranial
5. Settingan ventilator (Smith-temple & johnson, 2011):
a. Volume tidal (VT): Jumlah udara dalam militer dalam satu kali nafas, yang
diberikan selama inspirasi. Pengaturan awal 7-10 ml/kg ditingkatkan 15 ml/kg.
b. Frekuensi: Jumlah nafas yang diberikan permenit, pengatiran awal biasanya 10
kali dalam 1 menit tetapi akan bervariasi sesuai kondisi pasien.
c. Fraksi oksigen terinspirasi oksigen (FiO2): Persentase O2 dalam udara yang
diberikan. Udara FiO2 21%. Pengaturan awalnya rentang 50% sampai 65%. Dapat
diberikan sampai 100%, tetapi FiO2 >50% dihubungkan dengan toksisitas
oksigen.
d. Positive end-expiratory pressure (PEEP): Pengturan Positive end-expiratory
pressure (PEEP) awal biasanya 5 cm H2O dan dapat mencapai 40 untuk kondisi
seperti sindrom gawat nafas pada orang dewasa.
Mode ventilator
a. Mode kontrol
Pasien mendapat bantuan pernfasan sepenuhnya, pada mode ini pasien dibuat
tidak sadar (tersedasi) sehingga pernafasan dikontrol sepenuhnyaa oleh ventilator.
Tidal volume yang didapat pasien juga sesuai yang di set pada ventilator.
b. Mode intermitten mandatory ventilation (IMV)
Pada mode ini pasien menerima volume dan frekuensi oernafasan sesuai dengan
yang di set pada ventilator. Di antara pernafasan pemberian ventilator tersebut
pasien bebas bernafas.
c. Mode synchronous intermitten mandatory (SIMV)
Sama dengan mode IMV hanya saja ventilator tidak memberikan bantuan ketika
pasien sedang bernafas mandiri. Sehingga benturan terhindarkan.
14
d. Mode pressure support
Ventilator tidak memberikan bantuan inisiasi nafas lagi. Inisiasi nafas sepenuhnya
oleh pasien, ventilator hanya membantu pasien mencapai tekanan atau volume
yang di set di met dengan memberikan tekanan udara positif.
6. Indikasi ventilator
a. Pasien dengan gagal nafas
b. Insufisiensi jantung
c. Disfungsi neurologis
d. Respiratory Arrest
e. Pasien dengan teknik operasi hemodelusi
7. Kontra indikasi ventilator
a. Trauma/luka bakar pada wajah,
b. Riwayat operasi pada daerah wajah, saluranpernapasan bagian atas, atau
saluran pencernaan bagian atas
c. Obstruksi saluran napas bagian atas,
d. Ketidakmampuan melindungi jalan napas,
e. Hipoksemia yang mengancam jiwa,
f. Hemodinamik tidak stabil,
g. Penyakit komorbid berat,
h. Gangguan kesadaran atau agitasi,
i. Muntah,
j. Obstruksi usus,
k. Sekresi lendir yang berlebihan,
l. Konsolidasi fokal pada gambaran radiologi,
m. Pneumotoraks yang belum terdrainase.
8. Weaning ventilator
a. definisi
Adalah Penyapihan merupakan pengurangan secara bertahap penggunaan
ventilasi mekanik dan mengembalikan ke nafas spontan. Penyapihan dimulai hanya
setelah proses-proses dasar yang dibantu oleh ventilator sudah terkoreksi dan
kestabilan kondisi pasien sudah tercapai (Smetlzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).
15
b. Cara penyapihan
Penyapihan jangka panjang
Penyapihan jangka panjang membutuhkan waktu percobaan singkat, yaitu sekitar 20
menit sebelum ektubasi langkah – langkah standar proses penyapihan adalah sebagai
berikut :
1. Menjelaskan prosedur penyapihan kepada pasien
2. Lakukan penghisapan (suction)
3. Mendapatkan parameter spontan
4. Berikan bronkodilator bila perlu
5. Istirahat kan pasien selama 15 – 20 menit
6. Tinggi kan kepala tempat tidur
c. tahapan
Proses Penyapihan Langkah-langkah standar dalam melakukan penyapihan
adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan prosedur penyapihan kepada pasien
2. Melakukan suctioning
3. Mendapatkan parameter spontan
4. Memberikan bronkodilator jika perlu
5. Mengistirahatkan pasien selama 15-20 menit.
d. indikasi
Indikasi dilakukanya weaning meliputi faktor penyebab kegagalan pernapasan
telah dapat diatasi, kesadaran klien membaik, klien mampu bernafas spontan, dan
hemodinamik stabil. tanda-tanda vital dalam batas normal dengan RR <35 x/min serta
perbaikan saturasi oksigen mencapai nilai >95%, selain itu dipertimbangkan tekanan
inspirasi maksimal, tidal volume, minute volume, kecepatan pernapasan serta nilai
PaO2 dan PaCO2 dari pemeriksaan BGA.
Menurut Hudak dan Gallo (1994) dan Boles et al. (2007) terdapat beberapa
kriteria mengenai keputusan penyapihan ventilasi mekanik pada pasien. Namun
demikian tidak semua pasien yang memenuhi kriteria tersebut mampu bertoleransiter
hadap latihan nafas spontan. Indikasi Penyapihan Ventilasi Mekanik tersebut antara
lain :
16
1. Proses penyakit yang menyebabkan pasien membutuhkan ventilator mekaniksuda
h tertangani
2. Pasien sadar, afebris (suhu tubuh normal), nafas dan batuk adekuat.
3. Fungsi jantung stabil (Tekanan darah dalam batas normal)
4. Fungsi paru stabil
e. kontra indikasi
17
20 sampai 30 menit melalui analisis gas darah arteri (AGDA) guna melihat
keefektivitasan ventilator.
3. Kontraindikasi Weaning Ventilator
a. Hemodinamik belum stabil
Tingkat kesadaran turun (<9)
Tekanan darah terlalu tinggi atau terlalu rendah
Nutrisi belum bagus (Hematemesis)
b. Spasme Bronkus
c. Masih memerlukan sedasi tinggi
f. Komplikasi
a. Komplikasi jalan nafas
Jalur mekanisme pertahanan normal, sering terhenti ketika terpasang ventilator,
penurunan mobilitas dan juga gangguan reflek batuk dapat menyebabkan infeksi
pada paru-paru (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Aspirasi dapat terjadi
sebelum, selama, atau setelah intubasi. Risiko aspirasi setelah intubasi dapat
diminimalkan dengan mengamankan selang, mempertahankan manset
mengembang, dan melakukan suksion oral dan selang kontinyu secara adekuat
(Hudak & Gallo, 2010).
c. Masalah mekanis
18
Malfungsi ventilator adalah potensial masalah serius. Tiap 2 sampai 4 jam
ventilator diperiksa oleh staf keperawatan atau pernafasan. VT tidak adekuat
disebabkan oleh kebocoran dalam sirkuit atau manset, selang, atau
ventilatorterlepas, atau obstruksi aliran. Selanjutnya disebabkan oleh
terlipatnyaselang, tahanan sekresi, bronkospasme berat, spasme batuk, atau
tergigitnya selang endotrakeal (Hudak & Gallo, 2010).
d. Barotrauma
Ventilasi mekanik melibatkan „pemompaan” udara ke dalam dada, menciptakan
tekanan posistif selama inspirasi. Bila PEEP ditambahkan, tekanan ditingkatkan
dan dilanjutkan melalui ekspirasi. Tekanan positif ini dapat menyebabkan robekan
alveolus atau emfisema. Udara kemudian masuk ke area pleural, menimbulkan
tekanan pneumothorak-situasi darurat. Pasien dapat mengembangkan dispnea
berat tiba-tiba dan keluhan nyeri pada daerah yang sakit (Hudak & Gallo, 2010).
19
responaldosteron renin-angiotensin. Pasien yang bernafas secara mekanis,
hemodinamik tidak stabil, dan yang memellukan resusitasi cairan dalam jumlah
besar dapat mengalami edema luas, meliputi edema sakral dan fasial (Hudak &
Gallo, 2010)
g. Peningkatan IAP
Peningkatan PEEP bisa membatasi pengembangan rongga abdomen ke atas.
Perubahan tekanan pada kedua sisi diafragma bisa menimbulkan gangguan dalam
hubungan antara intraabdomen atas dan bawah, tekanan intrathorak dan
intravaskuler intraabdomen (Valenza et al., 2007 dalam Jakob, Knuesel,
Tenhunen, Pradl, Takala, 2010). Hasil penelitian Morejon & Barbeito (2012),
didapatkan bahwa ventilasi mekanik diidentifikasi sebagai faktor predisposisi
independen untuk terjadinya IAH. Pasien-pasien dengan penyakit kritis, yang
terpasang ventilasi mekanik, menunjukkan nilai IAP yang tinggi ketika dirawat
dan harus dimonitor terus-menerus khususnya jika pasien mendapatkan PEEP
walaupun mereka tidak memiliki faktor risiko lain yang jelas untuk terjadinya
IAH. Setting optimal ventilasi mekanik dan pengaruhnya terhadap fungsi respirasi
dan hemodinamik pada pasien dengan acute respiratory distress syndrome
(ARDS) berhubungan dengan IAH masih sangat jarang dikaji. Manajement
ventilator yang optimal pada pasien dengan ARDS dan IAH meliputi: monitor
IAP, tekanan esofagus, dan hemodinamik; setting ventilasi dengan tidal volume
yang protektif, dan PEEP diatur berdasarkan komplain yang terbaik dari sistem
respirasi atau paru-paru; sedasi dalam dengan atau tanpa paralisis neuromuskular
pada ARDS berat; melakukan open abdomen secara selektif pada pasien dengan
ACS berat (Pelosi & Vargas, 2012).
9. Askep
Pengkajian
20
- FiO2 40%
- PEEP 5 cm H2O
- Triggers 2
- RR set total 12x/i
- Vol. Tidal 500 ml
- I : E rasio 1:2
2. Terpasang ETT no. 7,5 kedalaman 22 cm kemudian terpasang OPA.
3. TTV RR : 28 x/i
- BP : 90/60 mmHg
- MAP : 70 mmHg
- HR : 102 x/i
- T : 37,8 oc
4. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi : pergerakan dada simetris
- Auskultasi : ronkhi, bunyi jantung tambahan.
- Perkusi : sonor
5. Irama EKG Holter: Sinus Takikardi
6. Urin output 1500/24 jam, Intake 1600 cc
7. AGDA
- PH : 7,40
- PaCo2 : 28 mmHg
- HCO3 : 24 mmol/L
- PaO2 : 90 mmHg
- SaO2 : 94 %
8. Hasil Laboratorium
- Hb : 9,4 g/dl
- Leukosit : 13. 000/mm3
- Trombosit : 376. 000 mm3
9. GCS : Somnolen
10. Terpasang NGT
- Perdarahan lambung: -
21
- Distensi abdomen:
- Peristaltic 15x/i
11. X-Ray
Penumpukan secret
Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC)
hasil (NOC)
Ketidakefektifan Kriteria hasil: - Pastikan kebutuhan
bersihan jalan nafas - Mendemonstrasikan oral/tracheal suctioning
suara nafas yang bersih, - Auskultasi suara nafas
sebelum dan sesudah
tidak ada sianosis dan
suctioning
dyspnea - Gunakan alat yang steril
- Menunjukkan jalan nafas setiap melakukan tindakan
yang paten - Monitor status oksigen
- Mampu pasien
mengidentifikasikan dan - Hentikan suction dan
mencegah faktor yang berikan O2 jika pasien
menunjukkan brakikardi,
dapat menghambat jalan
peningkatan saturasi O2, dll
nafas - Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Gangguan Kriteria hasil: - Posisikan pasien untuk
pertukaran gas - Mendemonstrasikan memaksimalkan ventilasi
peningkatan ventilasi - Identifikasi pasien perlunya
dan oksigenasi yang pemasangan alat jalan nafas
adekuat buatan
- Memelihara kebersihan - Keluarkan secret dengan
paru-paru dan bebas dari batuk atau suction
tanda-tanda distress - Lakukan fisioterapi dada
pernafasan jika perlu
- TTV dalam rentang - Auskultasi suara nafas,
normal catat adanya suara nafas
- tambahan
- Monitor respirasi dan status
O2
Ketidakefektifan Kriteria hasil: - Posisikan pasien untuk
pola nafas - Mendemonstrasikan memaksimalkan ventilasi
suara nafas yang bersih, - Identifikasi pasien perlunya
tidak ada sianosis dan pemasangan alat jalan nafas
dyspnea buatan
- Menunjukkan jalan nafas - Keluarkan secret dengan
22
yang paten batuk atau suction
- TTV dalam rentang - Auskultasi suara nafas,
normal catat adanya suara nafas
- tambahan
- Monitor respirasi dan status
O2
Pertahankan jalan nafas yang
paten
-
Penurunan curah Kriteria hasil: - Evaluasi adanya nyeri dada
jantung - TTV dalam rentang - Catat adanya tanda dan
normal gejala penurunan cardiac
- Tidak ada edema paru, output
perifer dan asites - Monitor status pernafasan
- Tidak ada penurunan yang menandakan gagal
keasadaran jantung
- Monitor balance cairan
- Monitor adanya perubahan
TD
1. Hipoksia.
Ventilator dipasang apabila pasien tidak mampu menjaga saturasi oksigen yang adekuat
dalam darah, walaupun telah diberikan oksigen dengan konsentrasi tinggi.
2. Hipoventilasi.
Indikasi dipasangnya ventilator apabila pernapasan alveolar tidak mampu memberikan
kebutuhan pasien. Ventilator digunakan untuk membantu pertukaran gas hingga alat
pernapasan pasien dapat bekerja secara normal. Keadaan hipoventilasi dapat disebabkan
oleh beberapa hal, seperti: disfungsi neurologi, obstruksi jalan napas, dan penggunaan
anastesi dan sedatif.
3. Peningkatan Respiratory Rate >35x/i
4. Pol pernapasan tidak stabil.
5. Penurunan Kesadaran
6. Hiperkaapnia dan asidosis respiratorik (27), PaCO2 > dari 55 mmHg dan terus meningkat.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ventilator mekanik merupakan alat yang digunakan untuk membantu fungsi pernapasan.
Penggunaannya diindikasikan untuk pasien dengan hipoksemia, hiperkapnia berat dan gagal
napas. Ventilasi mekanik (Ventilator) terbagi atas dua jenis yaitu ventilator tekanan positif
dan ventilasi tekanan negative, tujuan ventilasi mekanik adalah untuk mempertahankan
ventilasi alveolar yang tepat untuk kebutuhan metabolik pasien dan untuk memperbaiki
hipoksemia dan memaksimalkan transport oksigen.
Indikasi Ventilator Mekanik meliputi untuk alsan fisiologis dan klinis, pasien dengan
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi atau ventilasinya dan
ketidakmampuan pasien secara klinis mempertahankan CO2 dan status asam-basa pada
tingkat yang dapat diterima yang menunjukkan terjadinya kegagalan pernafasan dan hal
tersebut merupakan indikasi yang umum untuk intervensi ventilasi mekanik. Ventilator jua
memiliki kontraindikasi pada pasien dengan beberapa criteria dan ketentuan mode serta
settingan masing-masin. Penyampihan ventilator (Weaning Ventilator) diberikan kepada
pasien dengan indikasi dan criteria yang telah dijelaskan dalam makalah ini
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini semoga pengetahuan mahasiswa tentang materi Ventilator
Mekanik dapat meningkat. Dari yang belum tahu menjadi tahu, dan dari yang sudah tahu
menjadi semakin mengerti. Dan demi kesempurnaan makalah ini penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun.
24
Daftar pustaka
Huda, A., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan
Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus. Jogjakarta: Mediaction.
Urden, L. D., Stacy, K. M., Lough, M.E. et al. 2010. Critical care nursing. USA. Mosby Elsevier
Hudak, C.M & Gallo, B.M. 2010. Critical Nursing Care : A Holistic Approach. Philadelphia: JB.
Lippincott Company
Putri, D.Y. 2013. Hubungan Antar Lama Penggunaan Ventilator Mekanik dengan Kejadian
Ventilator Associated Pneumonia (VAP). Fakultas Kedokteran. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Iwa , P. & Saryono. Pengelola Pasien dengan Ventilator Mekanik. Jakarta: Rekatama,2010.
Smith-Temple, J., Johnson, J.Y . (2010) Buku Saku Prosedur Klinis Keperawatan. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Urden, L., Stacy, K.M., Lough, M.E. et al. (2010). Critical Care Nursing. USA, Mosby Elsevier
Chulay, M. and S. M. Burns. (2006). Essensial Of Critical Care Nursing. United States of
America, The McGraw-Hill Companies.
25