Disusun Oleh :
A. Latar Belakang
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan kilen yang dilaksanakan oleh perawat, disamping
pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan
tetapi pada kasus tertentu harus dilaksanakan oleh perawat primer dan atau
konsuler, kepala ruangan, perawat assosciate, yang perlu juga melibatkan seluruh
anggota tim keperawatan dengan melibatkan klien secara langsung sebagai fokus
kegiatan (Nursalam, 2014). Kegiatan ini mempunyai karakteristik yaitu: klien
dilibatkan langsung, klien merupakan fokus kegiatan, PP/PA dan konselor
melakukan diskusi. Konselor memfasilitasi kreatifitas dan membantu
mengembangkan kemampuan PP dan PA dalam meningkatkan kemampuan
mengatasi masalah keperawatan. adapun kriteria klien yang dilakukan ronde adalah
sebagai berikut : klien dengan penyakit kronis, penyakit langka atau baru, klien
dengan penyakit komplikasi, klien dengan penyakit akut dan klien dengan
permasalahan keperawatan yang belum terselesaikan.
Ronde keperawatan merupakan media bagi perawat untuk membahas lebih
dalam masalah dan kebutuhan pasien serta sebagai proses belajar bagi perawat
dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kepekaan dan cara berfikir kritis perawat kritis perawat akan tumbuh dan terlatih
melalui suatu transfer pengetahuan dan mengaplikasikan konsep teori ke dalam
praktik keperawatan. Pelayanan keperawatan yang perlu dikembangkan untuk
mencapai hal tersebut adalah dengan rode keperawatan. dimana ronde keperawatan
merupakan sarana bagi perawat baik perawat perawat primer maupun perawat
assosciate untuk membahas masalah keperawatan termasuk konsultan
keperawatan. Salah satu tujuan dari kegitan ronde keperawatan adalah
meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan. pelaksanaan
kegiatan ronde keperawatan inidapat meningkatkan kepuasan klien terhadap
pelayanan keperawatan di Ruang Shofa Marwah RS Islam Surabaya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Setelah dilakukan ronde keperawatan, masalah keperawatan yang dialami
klien dapat diatasi.
2. Tujuan Khusus :
Setelah dilakukan ronde keperawatan, perawat mampu:
a. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis dalam pemecahan masalah
keperawatan klien.
b. Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan klien.
c. Meningkatkan kemampuan validatas dan pasien.
d. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan .
e. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
f. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
g. Meningkatkan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
h. Melaksanakan asuhan keperawatan secara menyeluruh.
C. Manfaat
1. Bagi Klien :
a. Membantu menyelesaikan masalah klien mempercepat masa
penyembuhan.
b. Mengurangi masa rawat inap.
c. Memberikan perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien.
d. Memenuhi kebutuhan pasien.
2. Bagi Perawat :
a. Dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor
perawat.
b. Menjalin kerjasama tim antar multidisiplin.
c. Menciptakan perawatan keperwatan profesional.
3. Bagi Rumah Sakit :
a. Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit
b. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan
c. Meningkatkan loyalitas konsumen terhadap rumah sakit
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ronde keperawatan
1. Pengertian
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat di samping
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada
kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan/atau konselor, kepala
ruangan, dan perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim
kesehatan (Nursalam, 2015).
2. Karakteristik Ronde
1 Pasien dilibatkan secara langsung
2 Pasien merupakan fokus kegiatan
3 PP, PA dan konselor melakukan diskusi bersama
4 Konselor memfasilitasi kreativitas
5 Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP
dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah (Nursalam, 2015).
5. Kriteria Pasien
Pasien yang dipilih untuk ronde keperawatan adalah pasien yang mempunyai
kriteria sebagai berikut:
1. Masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan
keperawatan
2. Pasien dengan kasus baru atau langka (Nursalam, 2015).
8. Metode
1 Diskusi
2 Bed Side Teaching
9. Alat Bantu
1 Sarana diskusi : alat tulis, hand out (materi ronde
keperawatan), laptop
2 Status atau dokumentasi keperawatan pasien.
10. Alur Ronde Keperawatan
TAHAP PRA PP
RONDE
1. Penetapan Pasien
2. Persiapan pasien:
a. Informed Concent
b. Hasil Pengkajian /
Validasi data
TAHAP PP,
konselor,
PELAKSANAAN
KARU
DI NURSE
STATION
Lanjutan diskusi
di Nurse Station
Simpulan dan
TAHAP PASCA
rekomendasi
RONDE (Nurse
G solusi masalah
Station)
3 Hasil
a. Klien merasa puas dengan hasil pelayanan
b. Masalah klien dapat teratasi
c. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis
2) Meningkatkan kemampuan validasi dan pasien
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
5) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
1. Hidung
Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung.
Saluransaluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai
vestibulum. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat
kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan
dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam
rongga hidung. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini
tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi
atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran
mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla,
palatinus, dan os. Sphenoidale.
Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding lateral dan
menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior, media, dan inferior.
Tulang-tulang ini dilapisi oleh membran mukosa. Dasar cavum nasi
dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum nasi
adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale.
Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi
yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari
sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os frontale dan kedalam
bulbus olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius.
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan
melalui lubang kedalam cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membrana
mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka
kedalam cavum nasi :
1) Lubang hidung.
2) Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior.
3) Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan
media dan diantara concha media dan inferior. 4) Sinus frontalis,
diantara concha media dan superior 5) Ductus nasolacrimalis,
dibawah concha inferior.
6) Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring
melalui appertura nasalis posterior.
2. Faring (tekak)
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak
sampai persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang
rawan krikoid. Maka letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal).
Orofaring adalah bagian dari faring merrupakan gabungan sistem respirasi
dan pencernaan.
3. Laring (tenggorok)
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit,
glandula tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan
bagian atas esopagus. Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas
:
a) Cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan
2 cartilago arytenoidea.
b) Membrana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan
os. Hyoideum, membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang
bekerja pada plica vokalis.
Cartilago tyroidea à berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher
sebagai jakun. Ujung batas posterior diatas adalah cornu superior,
penonjolan tempat melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah
adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar
cartilago cricoidea.
Membrana Tyroide à menghubungkan batas atas dan cornu superior
ke os hyoideum. Membrana cricothyroideum à menghubungkan batas
bawah deng Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada
basis cartilago cricoidea.
4. Epiglottis
Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang
dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang V cartilago
thyroideum. Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping
epiglottis menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk
laring.
5. Cartilago cricoidea
Cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar
dibelakang. Terletak dibawah cartilago tyroidea, dihubungkan dengan
cartilago tersebut oleh membrane cricotyroidea. Cornu inferior cartilago
thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea pada setiap sisi.
Membrana cricottracheale menghubungkan batas bawahnya dengan cincin
trachea I.
6. Cartilago arytenoidea
Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis
cartilago cricoidea. Plica vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio
sudut piramid yang menonjol kedepan.
7. Membrana Mukosa
Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari
selsel silinder yang bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.
8. Plica vokalis
Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang
terletak di atas ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara
bagian dalam cartilago thyroidea di bagian depan dan cartilago
arytenoidea di bagian belakang. Plica vocalis palsu adalah dua lipatan.
membrana mukosa tepat di atas plica vocalis sejati. Bagian ini tidak
terlibat dalarn produksi suara
9. Otot
Otot - otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea,
dan thyroidea, yang dengan kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan
dan memisahkan plica vocalis. Otot-otot tersebut diinervasi oleh nervus
cranialis X (vagus).
10. Respirasi
Selama respirasi tenang, plica vocalis ditahan agak berjauhan
sehingga udara dapat keluar - masuk. Selama respirasi kuat, plica vocalis
terpisah lebar.
11. Fonasi
Suara dihasilkan oleh vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara
yang dihasilkan dimodifikasi oleh gerakan palaturn molle, pipi, lidah, dan
bibir, dan resonansi tertentu oleh sinus udara cranialis. Gambaran klinis
Laring dapat tersumbat oleh :
a) Benda asing, misalnya gumpalan makanan, mainan kecil.
b) Pembengkakan membrana mukosa, misalnya setelah mengisap uap
atau pada reaksi alergi,
c) Infeksi, misalnya difteri.
d) Tumor, misalnya kanker pita suara.
12. Trachea atau batang tenggorok
Trachea adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm
dengan lebar 2,5 cm. Trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah
pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium sterni, berakhir
setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) atau
sampai kira - kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini
bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 – 20
lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat
bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah
belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
13. Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian
kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan
trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan
ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih
pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih
tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat
di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang
dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri
pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan
kelobus atas dan bawah.
b. Fisiologi
1. Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian :
a) Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk
melalui saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi
: volume rongga dada naik/lebih besar tekanan rongga dada turun
/ lebih kecil.
b) Menghembuskan udara (ekspirasi) Tidak banyak menggunakan
tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif yaitu terjadi
relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga
dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik / lebih besar.
2. Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a) Ventilasi
Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari
alveolus ke paru-paru atau sebaliknya. Proses keluar masuknya
udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara udara
atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang,
diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan
ekspirasi merupakan gerakan pasif. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ventilasi :
b. Etiologi
Dsypnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti
jika ruang fiisologi meningkat maka akan menyebabkan gangguan pada
pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi
makin meningkat sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal ruang mati
ini hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada orang dalam
keadaan patologis pada saluran pernapasn maka ruang mati akan meningkat.
Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka
pertukaran gas juga akan terganggu dan juga dapat menebab kan dispnea.
Dispnea juga dapat terjadi pada orang yang mengalami penurunan
terhadap compliance paru, semakin rendah kemampuan terhadap compliance
paru maka makinbesar gradien tekanan transmural yang harusdibentuk selama
inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru yang normal.
Penyebab menurunnya compliance paru bisa bermacam salah satu nya adalah
digantinya jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi asbston
atau iritan yang sama. Hal - hal yang bisa menyebabkan sesak napas antara lain
:
1) Faktor psikis.
2) Peningkatan kerja pernapasan.
a) Peningkatan ventilasi (Latihan jasmani, hiperkapnia, hipoksia, asidosis
metabolik). Sifat fisik yang berubah (Tahanan elastis paru meningkat,
tahanan elastis dinding toraks meningkat, peningkatan tahanan
bronkial).
3) Otot pernapasan yang abnormal.
Penyakit otot (kelemahan otot, kelumpuhan otot, distrofi). Fungsi mekanis
otot berkurang. Semua penyebab sesak napas kembalinya adalah kepada
lima hal antara lain :
a) Oksigenasi jaringan menurun.
b) Kebutuhan oksigen meningkat
c) Kerja pernapasan meningkat.
d) Rangsangan pada sistem saraf pusat.
e) Penyakit neuromuskuler.
Etiologi yang lain :
(1) Sesak Nafas karena Faktor Keturunan
Pada asalnya memang seseorang tersebut memiliki paru – paru dan organ
pernapasan lemah. Ditambah kelelahan bekerja dan gelisah, maka bagian-
bagian tubuh akan memulai fungsi tidak normal. Tetapi, ini tidak otomatis
membuat tubuh menderita, sebab secara alami akan melindungi diri
sendiri. Namun demikian, sistem pertahanan bekerja ekstra, bahkan
kadang-kadang alergi dan asma timbul sebagai reaksi dari sistem
pertahanan tubuh yang bekerja terlalu keras.
(2) Sesak Nafas karena Faktor lingkungan
Udara dingin dan lembab dapat menyebabkan sesak nafas. Bekerja di
lingkungan berdebu atau asap dapat memicu sesak nafas berkepanjangan.
Polusi pada saluran hidung disebabkan pula oleh rokok yang dengan
langsung dapat mengurangi suplai oksigen.
(3) Sesak Nafas karena kurangnya asupan cairan
Sesak nafas karena kurangnya asupan cairan sehingga lendir pada paru –
paru dan saluran nafas mengental. Kondisi ini juga menjadi situasi yang
menyenangkan bagi mikroba untuk berkembang biak. Masalah pada
susunan tulang atau otot tegang pada punggung bagian atas akan
menghambat sensor syaraf dan bioenergi dari dan menuju paru – paru.
(4) Sesak Nafas karena ketidakstabilan emosi
Orang – orang yang gelisah, depresi, ketakutan, rendah diri cenderung
untuk sering menahan nafas atau justru menarik nafas terlalu sering dan
dangkal sehingga terengah – engah. Dalam waktu yang lama, kebiasaan
ini berpengaruh terhadap produksi kelenjar adrenal dan hormon yang
berkaitan langsung dengan sistem pertahanan tubuh. Kurang pendidikan
bisa juga menyebabkan sesak nafas. Pengetahuan akan cara bernafas yang
baik dan benar akan bermanfaat dalam jangka panjang baik terhadap fisik
maupun emosi seseorang.
c. Patofisiologi
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti
jika ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebabkan gangguan pada
pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi
makin meningkat sehingga terjadi sesak napas.
d. WOC
e. Manifestasi Klinis
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai
dengan napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea
dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru
interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru
(emfisema, bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson, 2006).
Paru tidak sensitif terhadap nyeri, dan sebagian besar penyakit paru
tidak menyebabkan nyeri. Pleura parietalis bersifat sensitif, dan penyakit
peradangan pada pleura parietalis menimbulkan nyeri dada. Batuk adalah
gejala umum penyakit pernapasan, hal ini disebabkan oleh Stimulasi refleks
batuk oleh benda asing yang masuk ke dalam larink, Akumulasi sekret pada
saluran pernapasan bawah. Bronkitis kronik, asma, tuberkulosis, dan
pneumonia merupakan penyakit dengan gejala batuk yang mencolok
(Chandrasoma, 2006).
Pemeriksaan sputum/ dahak sangat berguna untuk mengevaluasi
penyakit paru. Sediaan apusan gram dan biakan sputum berguna untuk menilai
adanya infeksi. Pemeriksaan sitologi untuk sel-sel ganas. Selain itu, dari warna,
volum, konsistensi, dan sumber sputum dapat diidentifikasi jenis penyakitnya.
Hemoptisis adalah batuk darah atau sputum dengan sedikit darah.
Hemoptisis berulang biasanya terdapat pada bronkitis akut atau kronik,
pneumonia, karsinoma bronkogenik, tuberkulosis, bronkiektasis, dan emboli
paru.
Jari tabuh adalah perubahan bentuk normal falanx distal dan kuku
tangan dan kaki, ditandai dengan kehilangan sudut kuku, rasa halus berongga
pada dasar kuku, dan ujung jari menjadi besar. Tanda ini ditemukan pada
tuberkulosis, abses paru, kanker paru, penyakit kardiovaskuler, penyakit hati
kronik, atau saluran pencernaan. Sianosis adalah berubahnya warna kulit
menjadi kebiruan akibat meningkatnya jumlah Hb terreduksi dalam kapiler
(Price dan Wilson, 2006).
Ronki basah berupa suara napas diskontinu / intermiten, nonmusikal,
dan pendek, yang merupakan petunjuk adanya peningkatan sekresi di saluran
napas besar. Terdapat pada pneumonia, fibrosis, gagal jantung, bronkitis,
bronkiektasis. Wheezing / mengik berupa suara kontinu, musikal, nada tinggi,
durasi panjang. Wheezing dapat terjadi bila aliran udara secara cepat melewati
saluran napas yang mendatar/ menyempit. Ditemukan pada asma, bronkitis
kronik, CPOD, penyakit jantung. Stridor adalah wheezing yang terdengar saat
inspirasi dan menyeluruh. Terdengar lebih keras di leher dibanding di dinding
dada. Ini menandakan obstruksi parsial pada larink atau trakea. Pleural rub
adalah suara akibat pleura yang inflamasi. Suara mirip ronki basah kasar dan
banyak (Reviono, dkk, 2008).
1) Batuk dan produksi skutum
Batuk adalah engeluaran udara secara paksa yang tiba – tiba dan biasanya
tidak disadari dengan suara yang mudah dikenali.
2) Dada berat
Dada berat umumnya disamakan dengan nyeri pada dada. Biasanya dada
berat diasosiasikan dengan serangan jantung. Akan tetapi, terdapat berbagai
alasan lain untuk dada berat. Dada berat diartikan sevagai perasaan yang
bera dibagian dada. Rata-rata orang juga mendeskripsikannya seperti ada
seseorang yang memegang jantungnya.
3) Mengi
Mengi merupakan sunyi pich yang tinggi saat bernapas. Bunyi ini muncul
ktika udara mengalir melewati saluran yang sempit. Mengi adalah tanda
seseorang mengalami kesulitan bernapas. Bunyi mengi jelas terdengar saat
ekspirasi, namun bisa juga terdengar saat inspirasi. Mengi umumnya
muncul ketika saluran napas menyempit atau adanya hambatan pada saluran
napas yang besar atau pada seseorag yang mengalami gangguan pita suara.
4) Napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan.
g. Penatalaksanaan Medis
1) Penanganan Umum Dispnea
a) Memposisikan pasien pada posisi setengah duduk atau berbaring
dengan bantal yang tinggi.
b) Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per menit tergantung derajat
sesaknya.
c) Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai dengan penyakit yang
diderita.
2) Terapi Farmako
a) Olahraga teratur
b) Menghindari alergen
c) Terapi emosi
3) Farmako
a) Quick relief medicine
b) Pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot saluran
pernapasan, memudahkan pasien bernapas dan digunakan saat
serangan datang. Contoh : bronkodilator
c) Long relief medicine.
d) Pengobatan yang digunakan untuk menobati inflamasi pada sesak
nafas, mengurangi odem dan mukus berlebih, memberikan kontrol
untuk jangka waktu yang lama. Contoh : Kortikosteroid bentuk
inhalasi.
h. Proses Penyembuhan
Cara Mengatasi Sesak Nafas
Apabila anda mengalami sesak nafas, maka hal itu harus segera mendapat
perhatian hal itu dikarenakan sesak napas menyebabkan rasa yang tidak nyaman
karena sulitnya bernafas sehingga tubuh kurang mendapatkan oksigen, dan
yang terburuk dapat menyebabkan kematian. Bila anda mengalami gangguan
pernafasan, lakukanlah latihan di bawah ini yang dapat membantu melegakan
pernafasan anda. Lakukan latihan ini dua kali sehari, lima sampai sepuluh menit
sampai anda terbiasa melakukannya.
1) Pernafasan perut
a) Berbaring dengan enak dan letakkan bantal di bawah kepala. Tekuk lutut
dan rilekskan perut.
b) Tekan perut dengan satu tangan perlahan tetapi cukup keras untuk
menciptakan tekanan. Letakkan tangan lain di dada.
c) Lalu bernafaslah perlahan dari hidung dengan menggunakan otot-otot
perut. Tangan yang berada di atas perut harus diangkat pada saat
menarik nafas dan letakkan kembali pada saat membuang nafas. Tangan
yang lain tetap berada di atas dada dan usahakan agar tidak bergerak-
gerak.
2) Bernafas melalui mulut
a) Bernafaslah perlahan melalui hidung untuk menghindari tertelannya
udara. Tahan nafas anda sambil menghitung satu, 1000, dua, 1000, tiga,
1000.
b) Majukan bibir anda seperti hendak bersiul. Lalu, buang nafas pelanpelan
melalui bibir yang dimajukan sambil menghitung satu, 1000, dua, 1000,
tiga, 1000, empat, 1000, lima, 1000, enam, 1000.
c) Anda harus membuat suara siul perlahan saat membuang nafas. Nafas
yang dibuang melalui bibir yang dimajukan akan mengurangi kecepatan
bernafas dan membantu menghilangkan udara yang lama terperangkap
dalam paru-paru.
d) Saat melakukan pernafasan melalui mulut selama aktivitas, tarik nafas
sebelum bergerak, dan buang nafas saat aktivitas. Bila ritme cara
menghitung di atas tidak tepat, temukan cara menghitung sendiri yang
lebih cocok. Harus terus diperhatikan agar selalu membuang nafas lebih
lama daripada saat menarik nafas.
Cara lain untuk Mengatasi Sesak Nafas bisa dilakukan dengan cara
berikut :
(1) Jalan keluar untuk mengatasi sesak nafas yang paling cepat adalah berada
pada lingkungan hijau dan lapang. Jika tidak memiliki kemampuan untuk
sering pergi keluar kota, ke gunung atau laut, tanamlah pohon berdaun
hijau lebat di sekitar tempat tinggal yang akan memproduksi banyak
oksigen dan menyerap polusi. Setiap saat menemukan lingkungan hijau
dan bersih, berjalan kakilah dan hirup udara dalam-dalam
(2) Para penyandang sesak nafas kronis sebaiknya menghindari konsumsi
bahan susu berlebihan, gula putih, permen, tepung dan nasi putih. Jika
nafas sudah mulai teratur, makanan itu dapat dikonsumsi dalam jumlah
sedikit untuk melihat reaksi tubuh. Dalam waktu yang sama konsumsi buah
dan sayuran dalam jumlah banyak. Minum air hangat 6-8 gelas per hari.
(3) Jika sesak nafas diiringi flu atau demam, makanlah sup yang dibumbui
bawang merah, bawang putih, lada, kayu manis, jahe dan cengkih. Bumbu
tersebut dapat membantu membuka sumbatan pada saluran nafas.
(4) Mengelola emosi sangat penting untuk menyembuhkan masalah
pernafasan. Banyak cara yang bisa dilakukan seperti berpikiran positif,
menghilangkan ketakutan yang tidak beralasan, bahkan sering tersenyum
akan sangat membantu. Namun demikian cara mengelola emosi yang tepat
hanya diketahui oleh pribadi masing-masing.
(5) Olahraga yang menggerakkan punggung atas dan dada sangat membantu
mengalirkan darah dan energi penyembuhan. Perlu diingat jika kita
merawat tubuh dan pikiran, imbal baliknya adalah kenikmatan yang tak
terkira.
(6) Untuk mengatasi sesak napas, biasanya obat yang diberikan adalah
obatobatan yang melebarkan saluran pernapasan yang menyempit.
(7) Untuk menghindari sesak napas terjadi secara berulang, perlu diketahui dan
diobati penyebab terjadinya sesak napas, misalnya; obat tbc bila sesak
napas karena penyakit tbc, obat asma bila karena penyakit asma.
Sedangkan sesak napas yang sifatnya ringan pada wanita hamil, tidak
memerlukan obat pereda sesak napas. Sesak napas yang ringan umumnya tidak
berbahaya dan tidak mempengaruhi jumlah oksigen yang didapat bayi dalam
kandungan. Namun bila wanita hamil tersebut mengalami sesak napas yang berat
dan atau mempunyai penyakit asma, konsultasikanlah segera ke dokter kandungan
untuk mendapatkan penanganan yang tepat bagi ibu dan bayi yang dikandungnya.
Untuk mengatasi sesak napas pada wanita hamil disarankan untuk menjaga postur
tubuh dengan benar, seperti duduk atau berdiri dengan tegak, kurangi dan
perlambat pergerakkan anda, seperti berjalan dengan lebih lambat, memberi
sandaran pada tubuh bagian atas saat tidur.
Cara Mengatasi Sesak Napas dengan Obat Tradisional / Obat Herbal : Daun
kemangi biasanya digunakan sebagai lalapan atau sebagai menghilangkan bau
amis. Ternyata tidak hanya itu, daun kemangi juga berkhasiat untuk mengatasi
sesak napas, batuk rejan, dan rematik. Berikut cara meramunya.
(a) Ambil daun kemangi secukupnya
(b) Remas-remaslah sampai lumat, kemudian berilah 1 sendok makan minyak
tanah.
(c) Remas kembali sarnpai minyak tanah dan daun kemangi bersatu. Oleskan
ramuan ke dada, leher, dan punggung. Tidak begitu lama, ramuan akan
bereaksi dan sesak napas pun akan berkurang.
4) Pemeriksaan fisik
a) Kesadaran: kesadaran menurun
b) TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
c) Head to toe
a. Mata: Konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis
(karena hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie ( karena emboli
atau endokarditis)
b. Mulut dan bibir: Membran mukosa sianosis, bernafas dengan
mengerutkan mulut
c. Hidung : Pernafasan dengan cuping hidung
d. Dada: Retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris antara dada
kanan dan kiri, suara nafas tidak normal.
e. Pola pernafasan: pernafasan normal (apneu), pernafasan cepat
(tacypnea), pernafasan lambat (bradypnea)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan dsypnea adalah:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus
banyak.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi atau
hiperventilasi
c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi.
3. Intervensi Keperawatan
NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
I Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama a. Manajemen Jalan Napas
3x24 jam, klien dapat mencapai bersihan jalan napas 1) Buka jalan napas pasien 1. Ventilasi maksimal membuka area
yang efektif, dengan kriteria hasil: atelectasis.
Respiratory Status: Airway patency 2) Posisikan pasien untuk 2. Posisi membantu memaksimalkan
Tujuan memaksimalkan ventilasi. ekspansi paru dan menurunkan
No Indikator Awal upaya pernafasan.
1 2 3 4 5 3. Mencegah obstruksi /aspirasi.
3) Identifikasi Pasien untuk perlunya
1. Pengeluaran 2 √ pemasangan alat jalan napas
sputum pada buatan
jalan napas 4) Keluarkan secret dengan suction 4. Penurunan bunyi nafas dapat
2. Irama napas 2 √ 5) Auskultasi suara napas, catat bila menunjukan atelektasis. Ronki
sesuai yang ada suara napas tambahan menunjukan akumulasi secret /
diharapkan 6) Monitor rata-rata respirasi setiap ketidakmampuan untuk
3. Frekuensi 2 √ pergantian shift dan setelah membersihkan jalan nafas yang
pernapasan dilakuakan tidakan suction dapat menimbulkan penggunaan otot
sesuai yang aksesoris pernafasan dan
diharapkan peningkatan kerja pernafasan.
b. Suksion Jalan Napas
1) Auskultasi jalan napas sebelum 1. Mencegah obstruksi/aspirasi.
Keterangan:
dan sesudah suction Penghisapan dapat diperlukan bila
1. Keluhan ekstrim pasien tidak mampu mengeluarkan
2. Keluhan berat secret.
3. Keluhan sedang 2. Penurunan bunyi nafas dapat
2) Informasikan keluarga tentang
4. Keluhan ringan menunjukan atelektasis.
prosedur suction
5. Tidak ada keluhan 3. Ventilasi maksimal membuka area
3) Berikan O2 dengan menggunakan
atelektasis dan meningkatkan
nasal untuk
memfasilitasi suksion gerakan secret kedalam jalan nafas
nasotrakheal besar untuk dikeluarkan.
4) Hentikan suksion dan berikan 4. Mencegah pengeringan mukosa,
oksigen bila Pasien menunjukkan membantu pengenceran sekret
bradikardi
peningkatan saturasi oksigen
5) Atur intake untuk cairan 5. Pemasukan tinggi cairan membantu
mengoptimalkan keseimbangan. untuk mengencerkan sekret,
6) Jelaskan pada pasien dan membuatnya mudah dikeluarkan.
keluarga tentang penggunaan
peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
II Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama a. Manajemen Jalan Napas Airway management
3x24 jam, klien dapat mencapai napas efektif, 1) Buka jalan napas Pasien 1. Pengkajian merupakan dasar dan data
dengan kriteria hasil: 2) Posisikan Pasien untuk dasar berkelanjutan untuk memantau
Respiratory Status: Ventilation memaksimalkan ventilasi. perubahan dan
Tujuan 3) Identifikasi Pasien untuk mengevaluasi intervensi
No Indikator Awal perlunya pemasangan alat jalan 2. Memposisikan pasien semi fowler
1 2 3 4 5 napas buatan supaya dapat bernafas optimal.
1. Auskultasi 2 √ 4) Keluarkan secret dengan suction 3. Deteksi terhadap pertukaran gas dan
suara napas 5) Auskultasi suara napas, catat bila bunyi tambahan serta kesulitan
sesuai ada suara napas tambahan bernafas (ada tidaknya dispneu) untuk
2. Bernapas 2 √ 6) Monitor penggunaan otot bantu memonitor intervensi
mudah pernapasan 4. Dapat memperbaiki / mencegah
3. Tidak 2 √ 7) Monitor rata-rata respirasi setiap memburuknya hipoksia
pergantian shift dan setelah 5. Memberikan rasa nyamandan
didapatkan
dilakuakan tidakan suction mempermudah pernapasan
penggunaan
6. Deteksi status respirasi
otot tambahan
Vital sign Status Vital sign monitoring Vital sign monitoring
Tujuan 1) Observasi adanya tanda 1. Manifestasi distres pernapasan
No Indikator Awal tanda hipoventilasi tergantung pada/indikasi derajat
1 2 3 4 5 2) Monitor adanya kecemasan pasien keterlibatan paru dan status
1. Tanda Tanda 2 √ terhadap oksigenasi kesehatan umum
vital dalam 3) Monitor vital sign 2. Takikardia biasanya ada sebagai
rentang normal 4) Informasikan pada pasien dan akibat demam/dehidrasi tetapi dapat
(tekanan darah, keluarga tentang tehnik relaksasi sebagai respons terhadap hipoksemia
nadi, untuk memperbaiki pola nafas. 3. Selama periode waktu ini, potensial
pernafasan) 5) Ajarkan bagaimana batuk efektif komplikasi fatal (hipotensi/syok)
Keterangan: 6) Monitor pola nafas dapat terjadi.
1. Keluhan ekstrim 4. Perubahan frekuensi jantung atau TD
2. Keluhan berat menunjukkan bahwa pasien
3. Keluhan sedang mengalami pasien mengalami nyeri,
4. Keluhan ringan khusunya bila alasan lain untuk
5. Tidak ada keluhan perubahan tanda vital telah terlihat.
III Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 1) Posisikan pasien untuk 1. Ventilasi maksimal membuka area
24 jam kerusakan pertukaran pasien teratasi dengan memaksimalkan ventilasi atelectasis.
kriteria hasil: 2) Pasang mayo bila perlu 2. Posisi membantu memaksimalkan
Respiratory Status : Gas exchange 3) Lakukan fisioterapi dada jika perlu ekspansi paru dan menurunkan
Keseimbangan asam Basa, Elektrolit 4) Keluarkan sekret dengan batuk atau upaya pernafasan.
Respiratory Status : ventilation suction 3. Mencegah obstruksi/aspirasi.
5) Auskultasi suara nafas, catat adanya 4. Penurunan bunyi nafas dapat
suara tambahan menunjukan atelektasis. Ronki
6) Atur intake untuk cairan menunjukan akumulasi secret /
mengoptimalkan keseimbangan. ketidakmampuan untuk
7) Monitor respirasi dan status O2 membersihkan jalan nafas yang
8) Catat pergerakan dada,amati dapat menimbulkan penggunaan otot
Vital Sign Status kesimetrisan, penggunaan otot aksesoris pernafasan dan
tambahan, retraksi otot peningkatan kerja pernafasan
Tujuan supraclavicular dan intercostal 5. Pemasukan cairan yang banyak
No Indikator Awal 9) Monitor suara nafas, seperti dengkur membantu mengencerkan sekret,
1 2 3 4 5 10) Monitor pola nafas : bradipena, membuatnya mudah dikeluarkan.
takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
1. Mendemonstrasi 2 √ cheyne stokes, biot
kan peningkatan 11) Auskultasi suara nafas, catat area
ventilasi dan penurunan / tidak adanya ventilasi dan
oksigenasi yang suara tambahan
adekuat 12) Monitor TTV, AGD, elektrolit dan
ststus mental
2. Memelihara 2 √
kebersihan paru 13) Observasi sianosis khususnya
paru dan bebas membran mukosa
dari tanda tanda
distress
pernafasan
3. Mendemonstrasi 2 √
kan batuk efektif
dan suara nafas
yang bersih,
tidak ada
sianosis
dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah,
tidak
ada pursed lips)
4. AGD dalam 2 √
batas normal
5. Status 2 √
neurologis
dalam batas
normal
Keterangan:
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
4. Evaluasi
Pada tahap akhir dari proses keperawatan adalah mengevaluasi respon
pasien terhadap yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang di berikan
untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi yang
merupakan proses terus menerus, diperlukan untuk menentukan seberapa baik
rencana perawatan yang dilaksanakan.
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinu, karena setiap
tindakan keperawatan dilakukan, respon pasien di catat dan evaluasi dalam
hubungannya dengan hasil yang di harapkan kemudian berdasarkan respon
pasien, revisi intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan.
Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuanyang telah ditetapkan.
b. Etiologi
Berdasarkan klasifikasi menurut WHO tahun 2015 adalah :
1) DM Tipe I (IDDM)
a) Faktor genetik / herediter
Faktor herediter menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan sel-sel beta
terhadap penghancuran oleh virus
b) Faktor infeksi virus
Berupa infeksi virus coxakie dan Gondogen yang merupakan pemicu yang
menentukan proses autoimun pada individu yang peka secara genetic
2) DM Tipe II (NIDDM)
Terjadi paling sering pada orang dewasa dengan keadaan obesitas.
Obesitas dapat menurunkan jumlah resoptor insulin dari dalam sel target
insulin diseluruh tubuh. Jadi membuat insulin yang tersedia kurang efektif
dalam meningkatkan efek metabolik yang biasa.
3) DM Malnutrisi
a) Fibro Calculous Pancreatic DM (FCPD)
Terjadi karena mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah
protein sehingga klasifikasi pangkreas melalui proses mekanik
(Fibrosis) atau toksik (Cyanide) yang menyebabkan sel-sel beta
menjadi rusak.
b) Protein Defisiensi Pancreatic Diabetes Melitus (PDPD)
Karena kekurangan protein yang kronik menyebabkan hipofungsi sel Beta
pancreas
4) DM Tipe Lain
a) Penyakit pankreas seperti : pancreatitis, Ca Pancreas.
b) Penyakit hormonal seperti : Acromegali yang meningkat GH (growth hormon)
yang merangsang sel-sel beta pankeras yang menyebabkan sel-sel ini hiperaktif
dan rusak.
Sedangkan secara umum ada 4 penyebab terjadinya diabetes melitus yaitu :
1. Faktor keturunan
Faktor keturunan dapat menyebabkan terjadinya DM karena pola familial
yang kuat (keturunan) mengakibatkan terjadinya kerusakan sel-sel beta
pankreas yang memproduksi insulin. Sehingga terjadi kelainan dalam
sekresi insulin maupun kerja insulin (Long, 2006).
Karena adanya kelainan fungsi atau jumlah sel – sel betha pancreas yang
bersifat genetic dan diturunkan secara autosom dominant sehingga
mempengaruhi sel betha serta mengubah kemampuannya dalam mengenali
dan menyebarkan rangsang yang merupakan bagian dari sintesis insulin. (
Sjaifoellah, 2006 : 692 )
2. Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang
Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang dapat terjadi karena insulin
diperlukan untuk transport glukosa, asam amino, kalium dan fosfat yang melintasi
membran sel untuk metabolisme intraseluler. Jika terjadi kekurangan insulin akibat
kerusakan fungsi sel pankreas akan menyebabkan gangguan dalam metabolisme
karbohidrat, asam amino, kalium dan fosfat (Long, 2006).
Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang digunakan
oleh jarinagan perifer tergantung keseimbangan fisiologis beberapa
hormon. Hormon yang menurunkan glukosa darah yaitu insulin yang
dibentuk sel betha pulau pancreas. ( Sjaifoellah, 2006 : 692 )
3. Kegemukan atau obesitas
Kegemukan atau obesitas dapat sebagai pencetus terjadinya DM karena
insiden DM menurun pada populasi dengan suplai yang rendah dan
meningkat pada mereka yang mengalami perubahan makanaan secara
berlebihan. Obesitas merupakan faktor resiko tinggi DM karena jumlah
reseptor insulin menurun pada obesitas mengakibatkan intoleransi glukosa
dan hiperglikemia (Price dan Wilson, 2012).
Terjadi karena hipertrofi sel betha pancreas dan hiperinsulinemia dan
intoleransi glukosa kemudian berakhir dengan kegemukan dengan diabetes
mellitus dan insulin insufisiensi relative. (Sjaifoellah, 2006 : 692).
4. Perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin. Perubahan karena
usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin dapat mendukung terjadinya DM karena
toleransi glukosa secara berangsur – angsur akan menurun bersamaan dengan berjalannya
usia seseorang mengakibatkan kadar glukosa darah yang lebih tinggi dan lebih lamanya
keadaan hiperglikemi pada usia lanjut. Hal ini berkaitan dengan berkurangnya pelepasan
insulin dari sel–sel beta, lambatnya pelepasan insulin dan penurunan sensitifitas perifer
terhadap insulin (Long, 2006). Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin
untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini
sepenuhnya (terjadi defisiensi relatif insulin).
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis antara lain:
1) Pemeriksaan elektrolit
Elektrolit yang didapatkan pada penderita diabetes mellitus bisa kurang
maupun lebih dari kadar normal. Normalnya elektrolit pada tubuh adalah
sebagai berikut :
a) Kalium : 3,6-5,6mEg/l
b) Natrium : 137-145mEq/l
c) Klorida : 98-107mEg/l
2) Pemeriksaan hematologi
a) Laju endap darah (LED)
Normalnya LED pada pria antara 0 – 15 mm/jam dan pada wanita antara
0 – 20 mm/jam. Namun pada penderita diabetes melitus nilainya akan
meningkat.
b) Hemoglobin
Normalnya Hb pada pria antara 13,0 – 16,0 dan pada wanita antara 12,0
– 14,0. Namun pada penderita diabetes melitus nilainya akan menurun.
c) Leukosit
Normalnya leukosit pada yang dihasilkan tubuh bernilai antara 5.000 –
10.000/ul. Namun pada penderita diabetes melitus nilainya akan
meningkat.
d) Trombosit
Normalnya trombosit pada pria yang dihasilkan tubuh bernilai antara
150.000 – 400.000/ul. Namun pada penderita diabetes melitus nilainya
akan meningkat.
3) Pemeriksaan gula darah
Orang dengan diabetes melitus kadar gula darahnya meningkat lebih dari
200 mg/dl. Pemeriksaan gula darah antara lain : a) Gula Darah Puasa ( GDP
)
Pemeriksaan gula darah dimana pasien sebelum melakukan pengambilan
darah dipuasakan selama 8 – 12 jam. Semua pemberian obat dihentikan
terlebih dahulu.
b) Gula Darah 2 jam Post Prandial (GD 2PP)
Pemeriksaan gula darah yang tidak dapat distandarkankan karena
makanan yang dimakan baik jenis maupun jumlahnya sulit diawasi
dalam jangka waktu 2 jam, sebelum pengambilan darah pasien perlu
duduk beristirahat tenang tidak melakukan kegiatan apapun dan tidak
merokok. Obat-obat hipoglikemi yang dianjurkan dokter harus tetap
dikonsumsi.
c) Gula Darah Sewaktu ( GDS)
Pemeriksaan gula darah yang dilakukan tanpa memerhatikan kapan terakhir
pasien makan.
PARAMETER BAIK SEDANG BURUK
GDP 80 – 100 mg/dl 110 – 125 mg/dl ≥126 mg/dl
GD 2PP 80 – 144 mg/dl 145 – 179 mg/dl ≥180 mg/dl
GDS < 110 mg/dl 110 – 199 mg/dl ≥ 200 mg/dl
Tabel 2.1 Nilai Parameter Gula Darah
4) Pemeriksaan leukosit
Normalnya kadar leukosit dalam tubuh berdasarkan jenisnya :
a) Basofil :0–1%
b) Eusinofil : 1 – 3%
c) N. Segmen: 50 – 75 %
d) N. Batang : 2 – 3 %
e) Limfosit : 25 – 40 %
f) Monosit : 3 – 7 %
5) Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa darah
untuk memantau kadar glukosa darah pada periode waktu diantara
pemeriksaan darah.
6) Pemeriksaan HbA1c
Kadar HbA1c merupakan kontrol glukosa jangka panjang, menggambarkan
kondisi 8-12 minggu sebelumnya, karena paruh waktu eritrosit 120 hari(
Kee JL, 2003 ), karena mencerminkan keadaan glikemik selama 2-3 bulan
maka pemeriksaan HbA1c dianjurkan dilakukan setiap 3 bulan (Darwis Y,
2005, Soegondo S, 2004).
Peningkatan kadar HbA1c >8% mengindikasikan DM yang tidak terkendali
dan beresiko tinggi untuk menjadikan komplikasi jangka panjang seperti
nefropati, retinopati, atau kardiopati, Penurunan 1% dari HbA1c akan
menurunkan komplikasi sebesar 35% (Soewondo P, 2014).
Pemeriksaan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada pasien
DM. Pemeriksaan pertama untuk mengetahui keadaan glikemik pada tahap
awal penanganan, pemeriksaan selanjutnya merupakan pemantauan
terhadap keberhasilan pengendalian (Kee JL, 2013)
f. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk
mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik.
Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari
hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi
farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin. Penyuluhan
kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam membantu klien mengatasi
kondisi ini.
a. Perencanaan makan
Standar yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi seimbangan dalam hal
Karbohidrat (KH), Protein, lemak yang sesuai kecukupan gizi :
1) KH 60 –70 %
2) Protein 10 –15 %
3) Lemak 20 25 %
Beberapa cara menentukan jumalah kelori uantuk pasien DM melalui
perhitungan mennurut Bocca: Berat badan (BB) Ideal: (TB – 100) – 10%
kg
1) BB ideal x 30% untuk laki-laki
BB ideal x25% untuk Wanita
Kebutuan kalori dapat ditambah lagi dengan kegiatan sehari-hari: a)
Ringan : 100 – 200 Kkal/jam
b) Sedang : 200 – 250 Kkal/jam
c) Berat : 400 – 900 Kkal/jam
2) Kebutuhan basal dihitung seperti 1), tetapi ditambah kalori berdasarkan persentase
kalori basal:
a) Kerja ringan ditambah 10% dari kalori basal
b) Kerja sedang ditambah 20% dari kalori basal
c) Kerja berat ditambah 40 – 100 % dari kalori basal
d) Pasien kurus, masih tumbuh kumbang, terdapat infeksi, sedang hamil atau
menyesui, ditambah 20 –30-% dari kalori basal 3) Suatu pegangan kasar dapat dibuat
sebagai berikut:
a) J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
b) J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
c) J III : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh
status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung
Percentage of relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan
rumus:
BB (Kg)
BBR = X 100 %
TB (cm) – 100
(a) Kurus (underweight) : BBR < 90 %
(b) Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %
(c) Gemuk (overweight) : BBR > 110 %
(d) Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %
(e) Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %
(f) Obesitas berat : BBR 140 – 200 %
(g) Morbid : BBR > 200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang
bekerja biasa adalah:
(a) Kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari
(b) Normal : BB X 30 kalori sehari
(c) Gemuk : BB X 20 kalori sehari
(d) Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari
b. Latihan jasmani
Dianjurkan latihian jasmani secara teratur (3 –4 x seminggu) selama
kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi
penyakit penyerta. Latihian yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki,
jogging, lari, renang, bersepeda dan mendayung. Sespat muingkain zona
sasaran yaitu 75 – 85 % denyut nadi maksimal : DNM = 220-umur (dalam
tahun).
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
g. Pencegahan
Beberapa cara untuk mencegah penyakit Diabetes Melitus, yakni :
1. Lakukan lebih banyak kegiatan fisik
Ada banyak manfaat berolahraga secara teratur. Latihan olahraga dapat
membantu meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin, Yng
membantu kadar gula darah dalam kisaran normal.
2. Dapatkan banyak serat dalam makanan.
Makanan berserat tidak hanya mengurangi resiko diabetes mellitus denga
meningkatkan control gula darah tetapi juga mrnurunkan resiko penyakit
jantung dan menjaga berat badan tetap idealdenga membantu merasa
kenyang.
3. Makanlah kacang-kacangan dan biji-bijian.
Biji-bijian dapt mengurangi resiko diabetes dan membantu kadar gula darah.
Dalam sebuah study pada 83.000 perempuan, konsumsi kacangkacangan
tampaknya menunjukkan beberapa efek perlindungan terhadap
perkembangan diabetes.
4. Turunkan berat badan.
Sekitar 80% penderita diabetes kegemukan dan kelebihan berat badan. Jika
terjadi kelebihan berat badan, pencegahan diabetes tergantung pada
penurunan berat badan. Setiap kg penurunan berat badan dapat
meningkatkan kesehatan. Dalam sebuah penelitian orang dewasa yang
kegemukan mengurangi resiko diabetes sebesar 16% untuk setiak kilogram
penurunan berat badan.
5. Perbanyak minum produk susu rendah lemak.
Para penderita obesitas, semakin banyak susu rendah lemak yang dikonsusmsi, semakin
rendah resiko sindrom metabolic.
6. Kurangi kosumsi gula.
Konsumsi gula saja tidak terkait dengan penembangan diabetes tipe 2.
Namun, setelah disesuaikan dengan berat badan dan variable lainnya,
tampaknya ada hubungan antara minum-minuman serat gula. Seorang yang
minum satu atau lebih minuman bergula sehari, memilihi resiko terhadap
diabetes daripada orang yang kadang-kadang atau tidak minumminuman
bergula.
7. Hindari merokok.
Merokok tidak hanya berkontribusi pada penyakit jantung dan
menyebabkan penyakit paru-paru tetapi juga terkaitt jjuga dengan diabetes.
Merokok lebih dari 20 batang sehari dapat meningkatkan resiko diabetes
lebih darii tiga kali lipat dibandingkan yang tidak merokok. Merokok secara
lagsung menurunkan kemampuan utuk memanfaatkan insulin. (WHO,
2015)
h. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 2009) adalah
1) Akut
a) Hipoglikemia dan hiperglikemia
b) Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
c) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
d) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh
pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth & Brunner, 2013).
2) Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
a) Neuropati diabetic
b) Retinopati diabetic
c) Nefropati diabetic
d) Proteinuria
e) Kelainan coroner
f) Ulkus/gangren (Soeparman, 2007, hal 377) Terdapat lima grade ulkus diabetikum
antara lain:
(1) Grade 0 : tidak ada luka
(2) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
(3) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
(4) Grade III : terjadi abses
(5) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
(6) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
7) Pemeriksaan Fisik
a) Aktivitas / istirahat Gejala :
(1) Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan
(2) Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur Tanda :
(1) Takikardia dan takipnea pada keadaan isitrahat atau dengan aktivitas
(2) Letargi / disorientasi, koma
(3) Penurunan kekuatan otot
b) Sirkulasi
Gejala :
(1) Adanya riwayat hipertensi
(2) Klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
(3) Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama
Tanda :
(1) Takikardia
(2) Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
(3) Nadi yang menurun / tidak ada
(4) Disritmia
(5) Krekels
(6) Kulit panas, kering, kemerahan, bola mata cekung
c) Integritas Ego
Gejala :
(1) Stress, tergantung pada orang lain
(2) Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi Tanda :
(1) Ansietas, peka rangsang
d) Eliminasi
Gejala :
(1) Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia
(2) Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
(3) Nyeri tekan abdomen
(4) Diare
Tanda :
(1) Urine encer, pucat, kuning : poliuri
e) Makanan / cairan
Gejala :
(1) Hilang nafsu makan
(2) Mual / muntah
(3) Tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa / karbohidrat.
(4) Penurunan BB lebih dari periode beberapa hari / minggu
(5) Haus
(6) Penggunaan diuretic (tiazid) Tanda :
(1) Disorientasi : mengantuk, letargi, stupor / koma (tahap lanjut).
Ganguan memori (baru, masa lalu) kacau mental.
f) Nyeri / kenyamanan
Gejala :
(1) Abdomen yang tegang / nyeri (sedang/berat)
Tanda :
(1) Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati
g) Pernafasan
Gejala :
(1) Merasa kekurangan oksigen : batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung ada tidaknya infeksi) Tanda
:
(1) Lapar udara
(2) Batuk, dengan / tanpa sputum purulen (infeksi)
(3) Frekuensi pernafasan
h) Keamanan
Gejala :
(1) Kulit kering, gatal; ulkus kulit
Tanda :
(1) Demam, diaphoresis
(2) Kulit rusak, lesi / ilserasi
(3) Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak
8) Pemeriksaan Penujang
a) Pemeriksaan elektrolit pada penderita diabetes mellitus bisa kurang maupun lebih
dari kadar normal.
b) Laju endap darah (LED) pada penderita diabetes melitus nilainya akan meningkat.
c) Hemoglobin pada penderita diabetes melitus nilainya akan menurun.
d) Leukosit pada penderita diabetes melitus nilainya akan meningkat.
e) Trombosit pada penderita diabetes melitus nilainya akan meningkat
(dehidrasi)
f) Gula darah pada pasien diabetes melitus akan meningkat lebih dari 200 mg/dl.
g) Pemeriksaan Urine pada pasien diabetes melitus biasanya terdapat gula dan aseton
positif, berat jenis dan osmolaritas meningkat.
h) Pemeriksaan HbA1c pada penderita diabetes ditemuka kadar HbA1c dalam tubuh
antara 6,1 – 8,00 %. Peningkatan kadar HbA1c >8% mengindikasikan DM yang
tidak terkendali dan beresiko tinggi untuk menjadikan komplikasi jangka panjang
i) Insulin darah menurun sampai tidak ada (pada tipe I), normal sampai meningkat
pada tipe II yang mengindikasikan insufisiensi insulin
j) Pemeriksaan fungsi tiroid terdapat peningkatan aktivitas hormon tiroid yang
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin
k) Kultur dan sensitivitas kemungkinan ditemukan adanya infeksi pada saluran
kemih, infeksi pada luka.
9) Terapi
a) Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Contoh glibenklamida (5mg/tablet), glibenklamida micronized (5 mg/tablet),
glikasida (80 mg/tablet), dan glikuidon (30 mg/tablet).
b) Golongan Biguanid / Metformin
c. Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
d. Insulin
Contoh regular insulin, cristalin zink, dan semilente, NPH (Netral Protamine
Hagerdon), PZI (Protamine Zinc Insulin)
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Proses inflamasi/ peradangan.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis.
4) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi ekstra sel.
5) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik: perubahan sirkulasi,
imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati)
6) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, penurunan kekuatan
otot
7) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan sirkulasi darah perifer
terganggu, proses penyakit DM.
8) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan glukosa intrasel menurun.
9) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal (Familiar) dengan sumber
informasi.
10) Kelemahan berhubungan dengan status penyakit
11) Deficit self care berhubungan dengan kelemahan, penyakitnya
c. Intervensi Keperawatan
No. Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) NIC Rasional
Dx
1. Setelah dilakukan asuhan 1. Manajemen nyeri 1. Meringankan atau mengurangi
keperawatan selama 2 x 24 jam a. Observasi isyarat non verbal, ketidaknyamanan, nyeri sampai pada tigkat
diharapkan nyeri berkurang : khususnya pada mereka yang tidak mampu kenyamanan yang dapat
1. Tingkat nyeri berkomunikasi efektif diterima oleh pasien
2. Tingkat kenyamanan b. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif
3. Pengendalian nyeri dengan dengan meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi,
kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas, atau keparahan
1. Klien mampu mengontrol nyeri. penyakit, dan faktor presipitasinya.
2. Klien mampu mengenali c. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab
nyeri nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi
(skala, intensitas,tanda) ketidaknyamanan prosedur.
d. Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri
3. Klien menyatakan rasa nyaman setelah
menjadi lebih berat.
nyeri berkurang
2. Manajemen sedasi:
4. Klien mampu melaporkan nyeri
a. Berikan perawatan dengan tidak terburu-buru 2. Memberikan sedatif,
berkurang dengan menggunakan memantau respons pasien, dan
dengan sikap yang mendukung
manajemen nyeri. memberikan dukungan
b. Libatkan pasien dalam pengambilan keputussan
yang menyangkut aktifitas keperawatan fisiologis yang dibutuhkan
c. Gunakan pendekatan yang positif untuk selama prosedur diagnostik
mengoptimalkan respon pasien terhadap analgesik atau terapeutik.
3. Pemberian analgesik:
a. Pilih anakgesik yang diperlukan untuk kombinasi 3. Menggunakan agens-agens
dari analgesik. farmakologi untuk mengurangi
b. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk atau menghilangkan nyeri
11. Meningkatkan
11. Manajemen Syok, Volume keadekuatan perfusi jaringan
a. Kolaborasi dengan dokter guna pemberian obat untuk pasien yang mengalami
georetik
gangguan volume intravaskular
b. Monitor tanda-tanda vital
yang berat
c. Monitor status hemodinamik
5. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Pelindunga infeksi 1. Pencegahan dan mendeteksi dini
2x24 jam diharapkan kerusakan a. Pantau tanda dan gejala infeksi infeksi pada jaringan.
integritas jaringan teratasi a. b. Kaji suhu tubuh, denyut jantung, drainase,
Integritas jaringan penampilan luka
b. Penyembuhan luka Dengan c. Pantau hasil laboratorium
Kriteria hasil : d. Amati penampilan praktik hygiene untuk
a. Perfusi jaringan normal perlindungan terhadap infeksi.
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi 2. Pencegahan ulkus dekubitus 2. Mencegah ulkus dekubitus
c. Ketebalan dan tekstur jaringan normal a. Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan pada individu yang beresiko.
d. Klien menunjukkan pemahaman dalam terhadap terjadinya ulkus
proses perbaikan kulit dan mencegah b. Jelaskan kepada pasien dan keluarga untuk menjaga
terjadinya cidera hygiene personal
e. Klien menunjukkan proses penyembuhan c. Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang agar
luka tidak terjadi infeksi
3. Perawatan luka
3. Mencegah komplikasi luka dan
a. Berikan terapi antibiotic kepada klien
meningkatkan penyembuhan
b. Pertahankan teknik isolasi bila diperlukan.
luka.
6. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Terapi latihan fisik; ambulasi. 1. Meningkatkan dan membantu
2x24 jam diharapkan hambatan a. Kaji kebutuhan terhadap bantuan dalam berjalan untuk
mobilitas fisik dapat teratasi pelayanan kesehatan mempertahankan fungsi tubuh.
a. Ambulasi b. Kaji kebutuhan belajar pasien.
b. Performa mekanika tubuh c. Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat
c. mobilitas dengan kriteria bantu mobilitas.
hasil : d. Ajarkan teknik ambulasi dan berpindah yang
1. performa posisi tubuh bagus nyaman.
2. klien meningkat dalam aktivitas fisik e. Instruksikan pasien untuk melakukan ambulasi
3. klien mengerti tujuan dari peningkatan secara mandiri. 2. Memfasilitasi penggunaan
mobilitas 2. Promosi mekanika tubuh. postur dan pergerakan dalam
4. klien tidak menggunakan alat bantu a. Instruksikan pasien untuk menyanggah berat aktivitas sehari-hari.
mobilisasi. badannya dan memperhatikan kesejajaran tubuh
yang benar.
b. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan postur
dan mekanika tubuh yang benar saat beraktivitas
c. Berikan penguatan positif selama aktifitas.
3. Terapi latihan fisik: mobilitas. 3. Menggunakan pergerakan
a. Ajari pasien untuk melakukan terapi fisik dan tubuh aktif dan pasif untuk
okupasi untuk mempertahankan dan meningkatkan mempertahankan fleksi bilitas
mobilitas. sendi.
b. Ubah posisi pasien minimal setiap 2 jam.
c. Berikan analgesic sebelum memulai latihan fisik.
d. Ajarkan pasien senam diabet.
7. Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Manajemen sensasi perifer. 1. Mencegah atau meminimalkan
selama 2x24 jam diharapkan ketidakefektifan a. Kaji ulkus statis dan gejala selulitis. cidera atau ketidaknyamanan
perfusi jaringan perifer teratasi: b. Pantau pembedaan ketajaman atau ketumpulan atau pada pasien.
a. Status sirkulasi panas atau dingin.
b. Perfusi jaringan Dengan c. Pantau parestesia.
Kriteria Hasil : d. Anjurkan pasien untuk memantau bagian tubuh
1. Klien dapat mendemonstrasikan status saat pasien mandi, duduk dan berbaring.
sirkulasi (TD dbn) 2. Surveilans kulit. 2. Mengumpulkan dan
2. Klien mendemonstrasikan kemampuan a. Lakukan pengkajian komprehensif menganalisis data pasien untuk
kognitif (memproses informasi, membuat terhadap sirkulasi perifer. mempertahankan integritas
keputusan dengan benar). b. Pantau tingkat ketidaknyamanan atau nyeri saat kulit.
3. Menunjukkan fungsi sensori motori yang melakukan latihan fisik.
utuh. c. Beri obat nyeri atau analgesic.
d. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit.
e. Monitor adanya tromboplebitis.
8. Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Manajemen energy 1. Mengatur energy klien untuk
selama 2x24 jam diharapkan masalah a. Tentukan penyebab keletihan memulihkan keadaan klien
teratasi: b. Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas sehingga dapat beraktivitas
1. Toleransi aktivitas c. Pantau respon oksigen pasien terhadap aktivitas kembali.
4. Energy psikomotorik d. Pantau respon nutrisi untuk memastikan
5. Kebugaran fisik sumbersumber energy yang adekuat
Dengan Kriteria Hasil: e. Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan
1. Mentoleransi aktivitas yang bisasa lamanya waktu tidur dalam jam
dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi 2. Terapi aktifitas. 2. Respons fisiologis terhadap
aktivitas, ketahanan, penghematan a. Bantu klien dalam mengidentifikasi aktifitas yang gerakan yang memakan
energy, kebugaran fisik, energy dapat dilakukan. energy dalam aktifitas
psikomotorik. b. Bantu klien untuk mengindefikasi kekurangan seharihari.
2. Klien menunjukkan toleransi aktivitas dalam beraktifitas.
3. Klien mendemonstrasikan penghematan c. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan.
energy. d. Monitor respons fisik, emosi, sosial, dan spiritual.
e. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medis dalam
merencanakan program terapi yang tepat.
9. Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Edukasi kesehatan. 1. Mengembangkan dan
selama 2x24 jam diharapkan masalah a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan memberikan bimbingan
teratasi: pasien tentang proses penyakit DM tipe II. dengan pengalaman belajar
a. Pengetahuan : proses penyakit b. Jelalskan patofisiologi dari penyakitndan untuk memfasilitasi proses
b. Pengetahuan : kebiasaan hidup sehat bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi adaptasi secara sadar perilaku
Dengan kriteria hasil : fisiologi dengan cara yang tepat. yang kondusif untuk kesehatan
1. Pasien dan keluarga c. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat. penyuluhan:
menyatakan pemahaman tentang DM d. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi
tipe II. dengan cara yang tepat.
2. Paisen dan keluarga mampu 2. Penyuluhan: Prosedur/ terapi.
melaksanakan prosedur dengan benar. a. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan. 2. Mempersiapkan pasien untuk
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan b. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin memahami dan
kembali apa yang dijelaskan perawat. diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasalah mempersiapkan secara mental
yang akan datang. terhadap prosedur dan
penanganan.
c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasanya muncul
dengan adanya terapi.
d. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second openion dengan cara yang
tepat.
3. Penyuluhan: individual. 3. Membantu perencanaan,
a. Bina hubungan saling percaya. intervensi, implementasi dan
b. Bangun kredibilitas sebagai guru. evaluasi program penyuluhan.
c. Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar.
d. Ikut sertakan keluarga dan orang terdekat.
10. Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Terapi Aktivitas 1. Memprogamkan dan
selama 2x24 jam diharapkan masalah a. Observasi adanya pembatasan klien membantu dalam aktivitas
teratasi: dalam beraktivitas. fisik.
a. Toleransi aktivitas b. Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat.
b. Penghematan energy Dengan c. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktifitas.
kriteria hasil : d. Bantu aktifitas sehari-hari sesuai kebutuhan.
1. Kecemasan menurun. 2. Manajemen energy. 2. Mengatur penggunaan energy
2. Glukosa darah adekuat a. Ajarkan pasien dan keluarga untuk mengenali untuk mengobati dan
3. Istirahat cukup tanda dan gejala keletihan. mencegah keletihan dan
4. Klien mampu mempertahankan b. Ajarkan pengaturan aktifitas dan teknik manajemen mengoptimalkan energy.
kemampuan berkosentrasi. waktu untuk mencegah keletihan.
5. TD dbn (120/80mmHg), S : 37oC, RR : c. Kurangi ketidaknyamanan fisik yang dapat
16-20x/mnt, N : 70-90x/mnt. mengganggu fungsi kognitif.
d. Konsultasikan dengan ahli gizi tentang cara untuk
meningkatkan asupan makanan yang berenergi
tinggi.
3. Manajemen alam perasaan. 3. Memberikan keamanan
a. Bantu aktifitas sehari-hari. stabilisasi, pemulihan dan
b. Batasi stimulus lingkungan untuk memfasilitasi pemeliharaan pada pasien.
relaksasi.
c. Tentukan persepsi pasien tentang penyebab
kelemahan.
d. Beri dukungan positif terhadap kondisi klien.
11. Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Bantuan perawatan diri/ hygiene. 1. Membantu pasien untuk
selama 2x24 jam diharapkan masalah a. Pantau tingkat kekuatan dan toleransi aktifitas. memenuhi hygine pribadi.
teratasi: b. Fasilitasi pasien untuk berpakaian, berhias,
a. Status perawatan diri menyisir rambut.
b. Toleransi aktivitas c. Gunakan terapi fisik dan okupasi sebagai sumber
c. Tingkat kelemahan Dengan kriteria dalam perencanaan tindakan.
hasil : 2. Mandi. 2. Membersihkan tubuh yang
1. Klien mampu melakukan tugas fisik yang a. Memantau jumlah dan jenis bantuan yang berguna untuk relaksasi dan
paling mendasar dan perawatan pribadi dibutuhkan. penyembuhan.
secara mandiri. b. Menyediakan artikel pribadi yang diinginkan
2. Klien mampu mempertahankan (deodorant, sikat gigi, sabun mandi, sampo, dan
kebersihan pribadi. lotion).
3. Klien mampu untuk melakukan aktifitas c. Memfasilitasi diri mandi pasien sesuai
kehidupan sehari-hari. kenyamanan.
4. Klien mampu menyiapkan makanan d. Menyediakan lingkungan yang terapiutik.
dengan mandiri. 3. Perawatan diri aktifitas kehidupan sehari-hari (AKS). 3. Kemampuan untuk melakukan
a. Memonitor kemampuan pasien untuk beraktifitas. tugas fisik yang paling
b. Menyediakan kebutuhan pasien dalam melakukan mendasar dan aktifitas
aktifitas.
perawatan pribadi secara
c. Memfasilitasi pemeliharaan rutin dalam aktifitas
pasien sehari-hari. mandiri.
d. Memberikan bantuan sampai pasien sepenuhnya
dapat mengasumsikan perawatan diri.
BAB 3
KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN
A. Pelaksanaan Kegiatan
Topik : Klien dengan Obs. Dsypnea + DM Tipe II
Sasaran : Klien Ny. P, usia 65 tahun yang dirawat di ruang Marwah
Rumah Sakit Islam A. Yani Surabaya dengan diagnose medis
“Obs. Dsypnea + DM Tipe II”.
F. Metode
1. Diskusi
2. Bed Side Teaching
G. Media
1. Proposal
2. Materi yang disampaikan secara lisan
H. Mekanisme Kegiatan
NO TAHAP WAKTU PENANGGUNG TEMPAT
JAWAB
1. Pra Ronde:
1) Menentukan kasus dan topik Kepala Ruangan Ruang Shofa
28 – 02 - 2019
2) Menentukan Tim Ronde Marwah
3) Informed concent
4) Membuat proposal
2. Ronde : Kepala ruangan Nurse station
1) Salam pembukaan Ruang Shofa
10 menit
2) Memperkenalkan tim ronde dan menjelaskan tujuan kegiatan ronde Marwah
3) Mempersilahkan PP menyampaikan masalah
3. Ronde (penyajian masalah): Nurse station
1) Memberi salam Perawat primer Ruang Shofa
4) Menyampaikan identitas klien, masalah keperawatan, prioritas masalah yang 10 menit Marwah
perlu didiskusikan, data penunjang, intervensi yang sudah dilakukan, evaluasi
keberhasilan dan dasar pertimbangan yang dilakukan ronde
4. Ronde (validasi data): Karu, PP,PA, Bed pasien
1) Memberi salam dan memperkenalkan tim ronde kepada pasien dan keluarga Konselor,
2) Validasi data yang telah disampaikan oleh PP pembimbing
10 menit
3) Diskusi antara tim ronde dan keluarga pasien
4) Menentukan tindakan pada masalah prioritas
5. Post Ronde:
1) Melanjutkan diskusi dan masukan dari tim. Karu, PP,PA, Nurse station
2) Menyimpulkan untuk menentukan tindakan keperawatan pada masalah 10 menit Konselor, Ruang Shofa
prioritas yang telah ditetapkan pembimbing Marwah
3) Merekomendasikan inteervensi keperawatan 4) Penutup
B. Kriteria Evaluasi 1. Evaluasi struktur
1) Pelaksanaan ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Shofa Marwah
RS. Islam A. Yani Surabaya
2) Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik
3) Menyusun proposal
4) Menetapkan kasus
5) Perawat yang bertugas dalam melaksanakan ronde keperawatan
2. Evaluasi Proses
1) Kelancaran kegiatan
2) Peran serta perawat yang bertugas
3) Pelaksaan ronde keperawatan sesuai dengan rencana dan alur yang telah
ditentukan
3. Evaluasi Hasil
1) Klien puas dengan hasil pelaksanaan ronde keperawatan
2) Masalah klien dapat teratasi
Resume Keperawatan
Data Umum
Nama Pasien : Ny.P
Usia : 65 tahun
No RM : 37.xx.xx
Alamat : Bluru permai AL-18 Sidoarjo
Tgl MRS : 27.02.2019 Jam : 22.00
B2 :
Suara jantung : I : Ictus cordis tidak tampak
P : Kardiomegali
P : Pekak
A : S1 S2 tunggal
Edema : Tidak ada
Palpebra (-)
Anasarka (-)
Esktremitas atas (-)
Ascites (-)
CRT : < 2 detik
B3
Kesadaran : composmentis
GCS : E : 4, V : 5, M : 6, Total : 15
Mata
Sklera : Putih
Konjungtiva Merah muda
Pupil : Isokor
Leher : I : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid
P : tidak ada benjolan
Persepsi sensosri
Pendengaran : Kiri : baik, pasien menjawab sesuai dengan pertanyaan
Kanan : baik, pasien menjawab sesuai dengan pertanyaan
B4 :
Produksi urin : 300 ml/hari
Warna : Kuning
Frekuensi : 2-4 kali/hari
Bau : Khas urin
Keluhan : Tidak ada masalah
Alat bantu : Tidak ada
B5 :
Mulut dan Mukosa lembab, tidak ada lesi disekitar rongga mulut, warna
tenggorokan: palatum merah muda, tidak ada peradangan, stomatitis (-),
faringitis (-), tonsilitis(-)
Abdomen : I: Tidak ada luka, tidak ada jejas, bentuk perut simetris,
turgor kulit perut menurun
A: Suara bising usus 10x/menit
P : Terdengar suara timpani pada bagian perut
P : Nyeri tekan pada ulu hati
B6 :
Pergerakan sendi : Bebas
Parese : Tidak
Paralise : Tidak
Kekuatan otot : 5555
5555
5555 5555
Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan
Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan
Warna kulit : Kemerahan (√)
Ikterik (-)
Cyanosis (-)
Pigmentasi (-)
Pucat (-)
Akral : Hangat (√)
Dingin basah(-)
Dingin kering (-)
Turgor : buruk/menurun
(√) baik (-) cukup
(-)
Oedem : Anasarka
Pengkajian Psikososial :
Ekspresi klien terhadap penyakitnya klien terlihat agak murung. Klien kooperatif
ketika diajak berkomunikasi.
Faal Hati
Albumin 3,7 3,4-5
Serum Elektrolit
Natrium 138,9 135-148
( ) ( )
Saksi-saksi:
1. ( )
2. ( )
DAFTAR PUSTAKA