PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
Anak merupakan individu tersendiri yang bertumbuh dan berkembang secara unik dan
tidak dapat diulang setelah usianya bertambah. Anak adalah seseorang yang belum mencapai
usia 21 tahun dan belum pernah kawin (menikah) (UU No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan
Anak). Menurut Hurlock (1980) saat ini yang disebut anak bukan lagi yang berumur 21 tahun
tetapi berumur 18 tahun, dan masa dewasa dini dimulai umur 18 tahun.
anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak – anak sejak usia 6 tahun dengan ciri –
ciri sebagai berikut :
a. Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan lebih
dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada orang tua ataupun anggota keluarga lainnya
b. Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam
penampilan
c. Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan membuat
suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga
2. Label yang digunakan pendidik/guru
a. Usia sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang
2
dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan
mempelajari perbagai ketrampilan penting tertentu baik kurikuler maupu ekstrakurikuler
b. Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses,
tidak sukses, atau sangat sukses yang cenderung menetap sampai dewasa
3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi
a. Usia berkelompok : perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-
teman sebaya sebagai anggota kelompok
b. Usia penyesuaian diri : anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui oleh
kelompok dalam penampilan, berbicara dan berperilaku
c. Usia kreatif :suatu masa yang akan menentukan apakah anak akan menjadi konformis
(pencipta karya baru) atau tidak
d. Usia bermain : suatu masa yang mempunyai keinginan bermain yang sangat besar
karena adanya minat dan kegiatan untuk bermain
Kecelakaan dan cedera merupakan masalah kesehatan utama yang terjadi pada anak.
Anak usia sekolah juga secara signifikan mengalami kanker, cacat lahir, pembunuhan, dan
penyakit jantung. Pada kelompok usia ini, masalah ini dari seluruhmemiliki angka mordibitas
tinggi jumlah infeksi hamper 80 penyakit anak. Infeksi pernafasan merupakan prevalensi
terbanyak, flu biasa tetap merupakan penyakit utama pada masa ini. Beberapa kelompok lebih
mudah mengalami penyakit dan ketidakmampuan, sering kali sebagai akibat adanya rintangan
pencapaian pelayanan kesehatan. Retardasi mental, gangguan belajar, kerusakan sensasi, dan
malnutrisi merupakan prevalensi terbanyak di antara anak-anak yang hidup dalam kemiskinan.
a. perkembangan fisik
Laju pertumbuhan selama tahun sekolah awal lebih lambat dari pada setelah lahir tetapi,
meningkat secara terus menerus. Pada anak tertentu mungkin tidak mengikuti pola secara
tepat. Anak usia sekolah lebih langsing dari pada anak usia prasekolah, sebagai akibat
perubahan distribusi dan kekebalan lemak (Edelmen dan Mandle, 1994). Sekolah
3
memberi peluang pada anak untuk membandingkan dirinya dengan kelompok besar anak
anak dengan usia yang sama. Pemeriksaan fisik yang biasanya diperlukan selama kelas 1
merupakan kesempatan yang baik perawat untuk mendiskusikan dengan anak dan orang
tua tentang pengaruh genetic, nutrisi, dan olah raga terhadap tinggi dan berat badan. Anak
laki laki sedikit labih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan selama tahun
pertama sekolah. Kira kira 2 tahun sebelum pubertas. Anak mengalami peningkatan
pertumbuhan yang cepat.
2. Fungsi kardiovaskular
Fungsi kardiovaskular baik dan stabil selama tahun usia sekolah. Denyut jantung rata-
rata 70 – 90 denyut/menit, tekanan darah normal 110 / 70 mm Hg dan frekuensi
pernafasan stabil 19 – 21, Pertumbuhan paru minimal dan pernafasan menjadi lebih
lambat, lebih dalam, dan lebih teratur. Akan tetapi pada akhir periode ini jantung 6 kali
ukurannya saat lahir dan umumnya sudah mencapai ukuran dewasa.
3. Fungsi neuromuscular
Anak usia sekolah menjadi labih lentur karena koordinasi otot besar meningkat dan
kekuatannya dua kali lipat. Banyak anak berlatih ketrampilan motorik kasar yaitu berlari,
melompat, menyeimbangkan gerak tubuh, dan menangkap selama bermain.
Menghasilkan peningkatan ketrampilan neuromuscular. Perbedaan individual dalam
kecepatan pencapaian penguasaan ketrampilan dasar mulai terlihat. Perbedaan individual
dalam ketrampilan motorik terbentuk dalam partisipasi anak dalam aktivitas yang
membutuhkan pergerakan otot yang terkoordinasi dan kemampuan motorik halus.
Ketrampilan motorik halus terlambat tertinggal oleh ketrampilan motorik kasar tetapi
berkembang kira- kira dalam kecepatan yang sama, saat kontrol jari dan pergelangan
tangan tercapai, anak menjadi pandai melakukan aktivitas. Ketrampilan meningkatkan
motorik halus pada anak dalam pertengahan masa kanak – kanak membuat mereka
4
menjadi sangat mandiri dalam merawat kebutuhan personal lain.
Mereka mengembangkan keinginan personal yang kuat dalam proses kebutuhan ini akan
terpenuhi. Penyaklit dan hospitalisasi mengancam pengendalian anak dalam area ini.
Maka sangat penting mengizinkan mereka untuk berpartisipasi dalam perawatan dan
mempertimbangkan kemandirian sebanyak mungkin.
4. Nutrisi
Periode usia sekolah merupakan salah satu masalah nutrisi secara relative. Jika terjadi
defisiensi biasany defisiensi zat besi, vitamin A, atau kalsium. Anak usia sekolah dapat
belajar banyak hal tentang piramida makanan dan diet yang seimbang dengan membantu
menyiapkan makanan. Perawat harus menganjurkan orang tua untuk menyediakan
makanan dalam jumlah yang adekuat bagi anak untuk mendukung pertumbuhan dan
aktivitas.
b. Perkembangan Kognitif
Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan untuk berfikir
dengan cara yang logis. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi di dominasi oleh
persepsinya dan sekaligus kemampuan untuk memahami dunia secara luas. Sekitar 7
tahun, anak memasuki tahap piaget ketiga yaitu perkembangan kognitif, yang di kenal
sebagai operasional konkret, ketika merewka mampu mengunakan symbol secara
operasional (aktivitas mental) dalam pemikiran bukan kerja Mereka mulai menggunakan
proses pemikiran yang logis dengan materi konkret. Periode ini di tandai dengan tiga
kemampuan atau kecakapan yaitu mengklasifikasikan, menyusun, dan mengasosiasikan.
Pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem
solving) yang sederhana.
1. Perkembangan bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup
semua semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan di nyatakan dalam
bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi,
lambing, gambar atau lukisan, dengan bahasa, semua manusia dapat mengenal dirinya,
5
sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.
Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu sebagai
berikut
a. Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (orang-orang
suara / bicara sudah berfungsi ) untuk berkata kata.
b. Proses belajar yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu
mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi/ meniru ucapan atau kata-kata
yang di dengarnya.
c. Perkembangan Psikososial
Selama masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan ketrampilan yang
penting bagi mereka yang berfungsi sama sepertu dewasa. Anak usia sekolah yang
mendapatkan keberthasilan positif merasa adanya perasaan berharga. Anak-anak yang
menghadapi kegagalan dapat merasakan mediokritas (biasa saja ) / perasaan tidak
berharga yang dapat mengakibatkan menarik diri dari sekolah dan teman sebaya.
1. Perkembangan moral
Kebutuhan kode moral dan aturan social menjadi lebih nyata sesuai kemampuan kognitif
dan pengalaman social anak sekolah, mereka memandang aturan sebagai prinsip dasar
kehidupan, bukan hanya perintah dari yang memiliki otoritas.
Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha untuk
menanamkan konsep moral sejak dini merupakan hal yang seharusnya, karena informasi
yang di terima anak mengenai benar salah, baik buruk, akan menjadi pedoman pada
tingkah lakunya.
6
2. Hubungan sebaya
Anak usia sekolah menyukai sebaya ssejenis dari pada sebaya lain jenis. Identitas jender
yang kuat dapat di lihat pada ikatan yang kuat dengan teman sejenis yang di pertahankan
oleh anak biasa di sebut “geng“. Umumnya anak laki-laki dan perempuan memandang
jenis kelamin yang berbeda secara negative. Pengaruh sebaya menjadi lebih berbeda
selama tahap perkembangan ini. Konformitas terlihat pada perilaku, gaya berpakaian, dan
pola berbicara yang di dorong dan dipengaruhi adanya kontak dengan sebaya. Identitas
kelompok meningkat, seiring perubahan anak sekolah menuju adolesens.
3. Identitas seksual
Freud menggambarkan usia sekolah sebagai periode laten karena ia merasa pada periode
ini anak memiliki sedikit ketertarikan dalam seksualitasnya. Sekarang ini banyak peneliti
percaya bahwa anak usia sekolah memiliki ketertarikan yang besar pada seksualitasnya.
4.Konsepdiri dan kesehatan
Selama usia sekolah identitas dan konsep diri menjadi lebih kuat dan lebih individual.
Persepsi sehat sakit berdasarkan pada fakta yang mudah diobservasi seperti adanya atau
tidak adanya penyakit dan keadekuatan tidur atau makan. Kemampuan fungsional standar
untuk kesehatan personal dan kesehatan yang lain dinilai.
1. BAHAYA FISIK
A. Penyakit
• Penyakit palsu/khayal untuk menghindari tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya
• Penyakit yang sering dialami adalah yang berhubungan dengan kebersihan diri
B. Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
• Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk
keberhasilan sosial
• Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga anak menjadi rendah diri
C. Kecelakaan
7
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap sebagai kegagalan
dan anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi psikologisnya sehingga anak
merasa takut dan hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu yang akan mempengaruhi
hubungan social
D. Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila muncul perasaan
tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri
E. Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya sebagai
perilaku kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai penolakan yang dapat
mempengaruhi konsep diri anak
2. BAHAYA PSIKOLOGIS
B. Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan pola-pola emosi yang kurang
menyenangkan seperti marah yang berlebihan, cemburu masih sangat kuat sehingga
kurang disenangi orang lain
C. Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan kesempatan untuk
8
mempelajari permainandan olah raga untuk menjadi anggota kelompok, anak dilarang
berkhayal, dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain akan menjadi anak penurut
yang kaku.
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas terhadap diri
sendiri dan tidak puas terhadap perlakuan orang lainbila konsep sosialnya didasarkan
pada pelbagai stereotip, anak cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam
memperlakukan orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi dan cenderung menetap
serta terus menerus akan memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak
E. Bahaya moral
Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-anak :
1. perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau berdasarkan konsep-
konsep media massa tentang benar dan salah yang tidak sesuai dengan kode orang
dewasa
2. tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas perilaku
3. disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang sebaiknya
dilakukan
4. hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak
5. menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu memuaskan
sehingga menjadi perilaku kebiasaan
6. tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah
9
G. Bahaya hubungan keluarga
Kondisi-kondisi yang menyebabkan merosotnya hubungan keluarga :
1. Sikap terhadap peran orang tua, orang tua yang kurang menyukai peran orang tua dan
merasa bahwa waktu, usaha dan uang dihabiskan oleh anak cenderung mempunyai
hubungan yang buruk dengan anak-anaknya
2. Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak gagal dalam melaksanakan tugas
sekolah dan harapan-harapan orang tua maka orang tua sering mengkritik, memarahi dan
bahkan menghukum anak
3. Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada keluarga besar dan disiplin lunak
pada keluarga kecil yang keduanya menimbulkan pertentangan dirumah dan meyebabkan
kebencian pada anak. Disiplin yang demokratis biasanya menghasilkan hubungan
keluarga yang baik.
4. Status sosial ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah miliknya lebih buruk dari
temannya maka anak sering menyalahkan orang tua dan orang tua cenderung membenci
hal itu
5. Pekerjaan orang tua, pandangan mengenai pekerjaan ayah mempengaruhi persaan anak
dan bila ibu seorang karyawan sikap terhadap ibu diwarnai oleh pandangan teman-
temannya mengenai wanita karier dan oleh banyaknya beban yang harus dilakukan di
rumah.
6. Perubahan sikap kepada orang tua, bila orang tua tidak sesuai dengan harapan idealnya
anak, anak cenderung bersikap kritis dan membandingkan orang tuanya dengan orang tua
teman-temannya.
7. Pertentangan antar saudara, anak-anak yang merasa orang tuanya pilih kasih terhadap
saudara-saudaranya maka anak akan menentang orang tua dan saudara yang dianggap
kesayangan orang tua
8. Perubahan sikap terhadap sanak keluarga, anak-anak tidak menyukai sikap sanak
keluarga yang terlalu memerintah atau terlalu tua dan orang tua akan memarahi anak
serta sanak keluarga membenci sikap sianak
9. Orang tua tiri, anak yang membenci orang tua tiri karena teringat orang tua kandung
yang tidak serumah akan memperlihatkan sikap kritis, negativitas dan perilaku yang sulit.
10
2.1.4 Tugas Perkembangan dengan anak usia sekolah
1. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
Periode usia sekolah merupakan periode klinis untuk penerimaan latihan perilaku dan
kesehatan menuju kehidupan dewasa yang sehat. Jika tingkat kognisi meningkat pada
periode ini, pendidikan kesehatan yang efektif harus dikembangkan dengan tapat.
Promosi praktek kesehatan yang baik merupakan tanggung jawab perawat.
Selama progam ini, perawat berfokus pada pengembangan perilaku yang secara positif
berpengaruh pada status kesehatan anak. Perawat dapat berperan untuk memenuhi tujuan
kebijakan nasional dengan menigkatkan kebiasaan gaya hidup yang sehat termasuk
nutrisi. Anak usia sekolah harus berpartisipasi dalam progam pendidikan yang
memungkinkan mereka untuk merencanakan, memilih dan menyajikan makanan yang
sehat. Perawat juga mengikutsertakan orang tua tentang peningkatan kesehatan yang
tepatbagi anak usia sekolah. Orang tua perlu mengenali pentingnya kunjungan
pemeliharaan kesehatan.
2.2.1 Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang di berikan melalui
praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu menyleseikan masalah kesehatan
keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (Depkes RI,1998).
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
11
menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai
anggota keluarga (Mubarok,dkk, 2006). Sedangkan pengertian yang lain perawatan keluarga
adalah tingkat keperawatan kesehatan yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga
sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, Dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai
saran atau penyalur (Effendi,1998).
Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga digunakan suatu pendekatan yang
sistemik yaitu dengan keperawatan kesehatan keluarga. Pendekatan ini digunakan dalam rangka
mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi keluarga dimulai dari
pengkajian, penemuan diagnosa keperawatan keluarga, perencanaan, pelaksanaan dan teknik
evaluasi.
2.2.2 Pengkajian
1. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga (sesuai dengan materi askep keluarga)
2. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
a. Identitas anak
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
c. Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini
d. Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari)
e. Pertumbuhan dan prekembangannya saat ini (termasuk kemampuan yang telah dicapai)
f. Pemeriksaan fisik
3. Lengkapi dengan pengkajian focus
12
1. Masalah aktual/risiko
Gangguan pemenuhan nutrisi: lebih atau kurang dari kebutuhan tubuh
Menarik diri dari lingkungan sosial
Ketidakberdayaan mengerjakan tugas sekolah
Mudah dan Sering marah
Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah yang dibebankan
Berontak/menentang terhadap peraturan keluarga
Keengganan melakukan kewajiban agama
Ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
Gangguan komunikasi verbal
Gangguan pemenuhan kebersihan diri (akibat banyak waktu yang digunakan untuk bermain)
Nyeri (akut/kronis)
Trauma atai cedera pada sistem integumen dan gerak
2. Risiko/risiko tinggi
Risiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah yang terjadi pada anaknya
Tujuan : ketidakharmonisan keluarga menurun
Intervensi :
• Diskusikan faktor penyebab ketidak harmonisan keluarga
• Diskusikan tentang tugas perkembangan keluarga
• Diskusikan tentang tugas perkembangan anak yang harus dijalani
• Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada anak
• Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan masalah
• Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah
• Beri pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu membaut alternatif
2.2.5 Evaluasi
14
Evaluasi didasarakan pada tujuan yang hendalk dicapai mengacu pada kriteria hasil yang telah
ditetapkan. Perawat selalu memberi kesempatan pada keluarga untuk menilai keberhasilannya
kemudian arahkan sesuai dengan tugas perkembangan keluarga dibidang kesehatan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Anak usia sekolah juga secara signifikan mengalami kanker, cacat lahir, pembunuhan,
dan penyakit jantung. Pada kelompok usia ini, masalah ini dari seluruhmemiliki angka
15
mordibitas tinggi jumlah infeksi hamper 80 penyakit anak. Infeksi pernafasan merupakan
prevalensi terbanyak, flu biasa tetap merupakan penyakit utama pada masa ini.
Beberapa kelompok lebih mudah mengalami penyakit dan ketidakmampuan, sering kali sebagai
akibat adanya rintangan pencapaian pelayanan kesehatan. Retardasi mental, gangguan belajar,
kerusakan sensasi, dan malnutrisi merupakan prevalensi terbanyak di antara anak-anak yang
hidup dalam kemiskinan. Kecelakaan dan cedera merupakan masalah kesehatan utama yang
terjadi pada anak. Anak usia sekolah juga secara signifikan mengalami kanker, cacat lahir,
pembunuhan, dan penyakit jantung. Pada kelompok usia ini, masalah ini dari seluruhmemiliki
angka mordibitas tinggi jumlah infeksi hamper 80 penyakit anak. Infeksi pernafasan merupakan
prevalensi terbanyak, flu biasa tetap merupakan penyakit utama pada masa ini.
Beberapa kelompok lebih mudah mengalami penyakit dan ketidakmampuan, sering kali sebagai
akibat adanya rintangan pencapaian pelayanan kesehatan. Retardasi mental, gangguan belajar,
kerusakan sensasi, dan malnutrisi merupakan prevalensi terbanyak di antara anak-anak yang
hidup dalam kemiskinan.
DAFTAR PUSTAKA
17