DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. Ayu Sastia (160204078)
2. Balbina (160204075)
3. Hafizzudin (160204081)
4. Lena (160204084)
5. Purnama (150206089)
6. Reynhand (160204063)
7. Theresia Yuni (160204016)
8. Yessi (160204067)
9. Yosi Meichy (160204012)
Dosen Pembimbing :
Ns. Lasma Rina Sinurat M.Kep
PROPOSAL
SUSUNAN ACARA PENYULUHAN
TENTANG PAP SMEAR DAN IVA
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
B.Tujuan Instruksional
A. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan Peserta Waktu
Penyuluhan
1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
Pendahuluan 3. Menjelaskan TIU dan TIK 3. Memperhatikan 30’
4. Apersepsi 4. Menjawab dan
menjelaskan
Menjelaskan :
a. Pengertian PAP SMEAR 1. Mendengarkan
b. Wanita yang di anjurkan PAP 2. Mendengarkan
SMEAR
3. Mendengarkan
c. Waktu dan Syarat pemeriksaan
4. Mendengarkan
PAP SMEAR
Penyajian d. Kenadala PAP SMEAR
e. SOP PAP SMEAR 50’
Materi
f. Pengertian IVA 5. Mendengarkan
g. Syarat IVA
h. Variabel yang mempengaruhi
pemeriksaan IVA
i. SOP IVA
Menjawab salam
penutup
B. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
C. Media
Leaflet, Powerpoint, Video, Infokus, Laptop
MATERI
A. Pengertian PAP SMEAR
Definisi Pap Smear
Pap smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding leher
rahim dengan menggunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit, serta
hasil yang akurat. (Wijaya, 2010) Pap smear merupakan cara yang mudah, aman dan
untuk mendeteksi kanker serviks melalui pemeriksaan getah atau lendir di dinding
vagina. Sedangkan samadi, 2010 mengatakan Pap smear merupakan salah satu deteksi
dini terhadap kanker serviks, yang prinsipnya mengambil sel epitel yang ada di leher
rahim yang kemudian dilihat kenormalannya.
Tujuan Pemeriksaan Pap Smear
Tujuan dari deteksi dini kanker servik atau pemeriksaan Pap Smear ini adalah untuk
menemukan adanya kelainan pada mulut leher rahim. Meskipun kanker tergolong
penyakit mematikan, namun sebagian besar dokter ahli kanker menyebutkan bahwa dari
seluruh jenis kanker, kanker servik termasuk yang paling bisa dicegah dan diobati
apabila terdeteksi sejak awal. Oleh karena itu, dengan mendeteksi kanker servik sejak
dini diharapkan dapat mengurangi jumlah penderita kanker serviks (Wijaya, 2010).
Beberapa tujuan dari pemeriksaan Pap Smear yang dikemukakan oleh Sukaca, 2009
yaitu
1. Untuk mendeteksi pertumbuhan sel-sel yang akan menjadi kanker.
2. Untuk mengetahui normal atau tidaknya sel-sel di serviks
3. Untuk mendeteksi perubahan prakanker pada serviks
4. Untuk mendeteksi infeksi-infeksi disebabkan oleh virus urogenital dan
penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
5. Untuk mengetahui dan mendeteksi sel abnormal yang terdapat hanya pada
lapisan luar dari serviks dan tidak menginvasi bagian dalam.
6. Untuk mengetahui tingkat berapa keganasan kanker serviks
Faktor Resiko
Dari hasil penelitian mutakhir diketahui bahwa penyebab kanker serviks
adalah sebagai berikut :
1. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
Lebih dari 90% kasus kondiloma serviks, semua NIS, dan kanker serviks
mengandung DNA virus HPV. Dari 70 tipe HPV yang diketahui saat ini, ada
16 tipe HPV yang erat kaitannya dengan 2.9kejadian kanker serviks. Virus ini
ditularkan melalui hubngan seksual. Wanita yang beresiko terkena penyakit
akibat hubungan seksual juga beresiko terinfeksi virus ini sehingga
mempunyai resiko terkena kanker serviks.
2. Prilaku Seksual
Berdasarkan penelitian, risiko kenker serviks meningkat lebih dari 10 kali bila
berhubungan dengan 6 atau lebih mitra seks, atau bila hubungan seks pertama
dibawah umur 15 tahun. Risiko juga meningkat bila berhhubungan seks
dengan laki-laki berisiko tinggi ( laki-laki yang berhubungan seks dengan
banyak wanita), atau laki-laki yang mengidap penyakit “jengger ayam”
(kondiloma akuminatum) di zakarnya (penis).
3. Rokok Sigaret
Wanita merokok mempunyai risiko 2 kali lipat terhadap kanker serviks
dibandingkan degan wanita bukan terkandug nikotin dan zat lainnya yang
terdapat didalam rokok. Zat-zat tersebut dapat menurunkan daya tahan serviks
dan menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks sehingga timbul kanker
serviks, disamping merupakan kokarsinogen infeksi virus.
4. Trauma Kronis Pada Serviks
Trauma ini terjadi karena persalinan yang berulang kali (banyak anak), adanya
infeksi, dan iritasi menahun.
5. Kontrasepsi Oral dapa Meningkatkan risiko
1, 5-2, 5 kali bila diminum dalam jangka panjang, yaitu lebih dari 4 tahun.
6. Defisiensi Zat Gizi
Beberapa penelitian dapat menyimpulkan bahwa dfisiensi asam folat dapat
meningkatkan risiko terjadinya NIS 1 da NIA 2, serta mungkin juga
meningkatkan risiko terkena kanker serviks pada wanita yang rendah
konsumsi beta karoten dan vitamin (A, C, dan E).
F. Pengertian IVA
Definisi IVA
IVA merupakan salah satu cara deteksi dini kanker serviks yang mempunyai kelebihan
yaitu kesederhanaan teknik dan kemampuan memberikan hasil yang segera. IVA bisa
dilakukan oleh semua tenaga kesehatan, yang telah mendapatkan pelatihan (Depkes
RI, 2007). Metode ini sudah dikenalkan sejak tahun 1925 oleh Hans Hinselman dari
Jerman tetapi baru diterapkan tahun 2005. IVA adalah pemeriksaan serviks secara
visual menggunakan asam cuka dengan mata telanjang untuk mendeteksi
abnormalitas setelah pengolesan asam cuka 3-5% (Depkes RI, 2007). Perubahan
warna pada serviks dapat 12 menunjukkan serviks normal (merah homogen) atau lesi
pra kanker (bercak putih). Dalam waktu sekitar 60 detik sudah dapat dilihat jika ada
kelainan, yaitu munculnya plak putih pada serviks. Tujuannya adalah untuk melihat
adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah satu metode skrining kanker mulut
rahim. IVA tidak direkomendasikan pada wanita pasca menopause, karena daerah
zona transisional seringkali terletak di kanalis servikalis dan tidak tampak dengan
pemeriksaan inspekulo (Rasjidi, 2008).
Data terkini menunjukkan bahwa pemeriksaan visual serviks menggunakan asam
asetat (IVA) paling tidak sama efektifnya dengan Test Pap dalam mendeteksi penyakit
dan bisa dilakukan dengan lebih sedikit logistik dan hambatan tekhnis. IVA dapat
mengidentifikasi lesi derajat tinggi pada 78% perempuan yang didiagnosa memiliki
lesi derajat tinggi dengan menggunakan kolposkopi 3,5 kali lebih banyak daripada
jumlah perempuan yang teridentifikasi dengan mengunakan Tes Pap (Depkes RI,
2009). Nilai sensitifitas IVA lebih baik, walaupun memiliki spesifisitas yang lebih
rendah. IVA merupakan praktek yang dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber daya
rendah dibandingkan dengan penapisan lain dengan beberapa alasan antara lain
karena aman, murah, mudah dilakukan, kinerja tes sama dengan tes lain, dapat
dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan, memberikan hasil yang segera
sehingga dapat diambil keputusan segera untuk penatalaksanaannya, peralatan mudah
didapat, dan tidak bersifat invasif serta efektif mengidentifikasikan berbagai lesi
prakanker (EmiliaO et al, 2010).
Sasaran IVA
Depkes RI, 2007 mengindikasikan skrining deteksi dini kanker serviks
dilakukan pada kelompok berikut ini :
a. Setiap perempuan yang berusia antara 25-35 tahun, yang belum pernah
menjalani tes sebelumnya, atau pernah menjalani tes 3 tahun sebelumnya atau
lebih.
b. Perempuan yang ditemukan lesi abnormal pada pemeriksaan tes sebelumnya.
c. Perempuan yang mengalami perdarahan abnormal pervaginam, perdarahan
pasca sanggama atau perdarahan pasca menopause atau mengalami tanda dan
gejala abnormal lainnya.
d. Perempuan yang ditemukan ketidaknormalan pada serviksnya.
Sedangkan untuk interval skrining, (Depkes RI, 2007) merekomendasikan :
a. Bila skrining hanya mungkin dilakukan 1 kali seumur hidup maka
sebaiknya dilakukan pada perempuan antara usia 35 – 45 tahun.
b. Untuk perempuan usia 25- 45 tahun, bila sumber daya memungkinkan,
skrining hendaknya dilakukan tiap 3 tahun sekali.
c. Untuk usia diatas 50 tahun, cukup dilakukan 5 tahun sekali.
d. Bila 2 kali berturut-turut hasil skrining sebelumnya negatif, perempuan
usia diatas 65 tahun, tidak perlu menjalani skrining.
e. Interval pemeriksaan IVA adalah 5 tahun sekali. Jika hasil pemeriksaan
negatif maka dilakukan ulangan 5 tahun dan jika hasilnya positif maka
dilakukan ulangan 1 tahun kemudian Menurut Yayasan Kanker
Indonesia (YKI) Jatim (2012),
Temuan asesmen hasil pemeriksaan IVA harus dicatat sesuai kategori yang
telah baku sebagaimana terangkum dalam uraian berikut ini (Depkes RI, 2007
dan Nuranna et al, 2008):
1. Hasil Tes-positif : Bila diketemukan adanya Plak putih yang tebal berbatas
tegas atau epitelacetowhite (bercak putih), terlihat menebal dibanding
dengan sekitarnya, seperti leukoplasia, terdapat pada zona transisional,
menjorok kearah endoserviks dan ektoserviks
2. Positif 1(+): Samar, transparan, tidak jelas, terdapat lesi bercak putih yang
ireguler pada serviks. Lesi bercak putih yang tegas, membentuk sudut
(angular), geographic acetowhite lessions yang terletak jauh dari
sambungan skuamos.
3. Positif 2 (++): Lesi achetowhite yang buram, padat dan berbatas jelas
sampai ke sambungan skuamokolumnar. Lesi acetowhite yang luas,
circumorificial, berbatas tegas, tebal dan padat. Pertumbuhan pada serviks
menjadi acetowhite.
4. Hasil tes-negatif:
a. Permukaan polos dan halus, berwarna merah jambu
b. Bila area bercak putih yang berada jauh dari zona transformasi. Area
bercak putih halus atau pucat tanpa batas jelas.
c. Bercak bergaris-garis seperti bercak putih.
d. Bercak putih berbentuk garis yang terlihat pada batas endocerviks.
e. Tak ada lesi bercak putih (acetowhite lession)
f. Bercak putih pada polip endoservikal atau kista nabothi.
g. Garis putih mirip lesi acetowhite pada sambungan skuamokolumnar.
5. Normal:
a. Titik-titik berwarna putih pucat di area endoserviks, merupakan
epitel kolumnar yang berbentuk anggur yang terpulas asam asetat
b. Licin, merah muda, bentuk porsio normal.
6. Infeksi:
a. Servisitis (inflamsi, hiperemisis)
b. Banyak fluor, ektropion, polip.
2. Kanker:
Kelebihan IVA
Adapun kelebihan dari metode IVA, antara lain:
a) Mudah, praktis, sederhana, dan murah
b) Sensitivitas dan sensitifitas cukup tinggi
c) Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi,
dan dapat dilakukan oleh bidan ataupun tenaga medis terlatih
1. Tingkat Pendidikan
2. Tingkat Pengetahuan
3. Pekerjaan
2. Sikap
Sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang
atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. Sesuatu
itu biasa benda, kejadian, situasi, orang-orang atau kelompok. Kalau yang
timbul terhadap sesuatu itu adalah perasaan senang, maka disebut sikap positif,
sedangkan kalau perasaan tak senang maka disebut sikap negatif. Kalau tidak
timbul apa-apa, berarti sikap netral (Wirawan, 2009). ` Sikap adalah perasaan
mendukung maupun perasaan tidak mendukung pada suatu objek. Secara
umum, sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespons
(secara positif atau negatif) terhadap orang, objek, atau situasi tertentu. Sikap
mengandung suatu penilaian emosional/efektif (senang, benci, sedih, dan
sebagainya) di samping komponen kognitif (pengetahuan tentang objek itu)
serta aspek konatif (kecenderungan bertindak). Selain bersifat positif atau
negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda. Sikap tidak
sama dengan perilaku, perilaku tidak selalu mencerminkan sikap. Sikap
seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang
objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya
(Sarwono, 2012).
Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu
mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang
memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya (Sarwono,
1997). Dalam hal ini, sikap positif wanita terhadap pentingnya deteksi dini
kanker serviks, belum tentu akan diikuti dengan perilaku yang positif yaitu
melakukan deteksi dini kanker serviks. Penelitian yang dilakukan oleh Purba,
Evy M, 2011 menyebutkan bahwa tidak ada pengaruh yang bermakna antara
sikap ibu dengan pemanfaatan papsmears pada PUS yaitu sebanyak 65,3%
atau P value sebesar 0,154.
3. Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan
Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana
pendukung. Seperti halnya pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dengan 24
metode IVA tentulah memerlukan sarana dan prasarana seperti Puskesmas,
tenaga kesehatan terlatih, alat-alat pemeriksaan dan lain-lain. Fasilitas ini pada
hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan
(Green, 2005). Sedangkan di wilayah Puskesmas Prembun yang mulai tahun
2007 telah dijadikan puskesmas percontohan pelayanan pemeriksaan IVA,
maka sarana dan prasarananya telah disiapkan/disediakan untuk menunjang
kegiatan tersebut. Keterjangkauan mencapai tempat layanan tersebut, sangat
mendukung seseorang untuk melakukan tindakan. Hasil penelitian yang
dilakukan Taboo (2009) menunjukkan keterjangkauan pelayanan kesehatan
puskesmas dan jaringannya terkait dengan sumberdaya, letak geografis serta
sosial budaya masyarakat.
7. Gebyar IVA
Melihat cakupan angka kematiaan akibat kanker leher rahim yang semakin
meningkat, maka Pemerintah Kabupaten Badung melakukan tindakan
pencegahan yaitu dengan memberikan sosialisasi pemeriksaan gratis kanker
leher rahim dengan metode IVA. Pemerintah Kabupaten Badung mengadakan
gebyar IVA atau kampanye gratis pemeriksaan IVA yang diadakan di
Puskesmas Mengwi 1 pada bulan November 2015. Dengan diadakannya
gebyar IVA, diharapkan dapat menurunkan angka kematian akibat kanker leher
rahim. Dalam hal ini perilaku pemanfaatan pemeriksaan deteksi dini kanker
leher rahim dengan metode IVA pada WPUS juga dipengaruhi oleh apakah
masyarakat mengetahui atau tidak adanya gebyar IVA yang dilakukan oleh
Puskesmas Mengwi I. Menurut penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh
Anonim, 2010, upaya sosialisasi IVA melalui pemeriksaan IVA secara gratis
belumlah optimal. Hal ini dikarenakan masih banyaknya daerah yang dicapai
belum merata
I. SOP IVA
PEMERIKSAAN IVA
No. :
Dokumen
SOP No.Revisi :
Tanggalterbit :
Halaman :
Pemerintah
Kabupaten ...................