Anda di halaman 1dari 43

Manajemen pasien terpasang

ventilator
Konsep Ventilasi Mekanik

• Ventilasi mekanik atau ventilator  alat bantu pernapasan


yg menggantikan fungsi paru dlm hal ventilasi, dimana
bantuan ventilasi yg diberikan mesin ventilator dpt berupa
pemberian volume, tekanan (pressure) atau gabungan
keduanya volume dan tekanan
• Ventilasi mekanik  suatu alat yg mampu membantu
(sebagian) atau mengambil alih (semua) pertukaran gas
paru u/ mempertahankan kelangsungan hidup.
Indikasi Penggunaan Ventilasi Mekanik

Indikasi pemakaian ventilator atau ventilasi mekanik adalah;


1. Pasien yg mengalami henti jantung (cardiac arrest);
2. Pasien dengan henti napas (respiratory arrest);
3. Pasien dengan hipoksemia yg tdk teratasi dgn pemberian oksigen
non invasi;
4. Pasien dgn asidosis respirator yg tdk teratasi dgn obat-obatan dan
pemberian oksigen non invasi;
5. Pasien yg mengalami gagal napas dan tindakan pembedahan yg
menggunakan anestesi umum .
Tujuan Pemasangan Ventilator

Tujuan penggunaan ventilasi mekanik pada pasien antara lain;


1. Meningkatkan pertukaran gas;
2. Meringankan distress pernapasan;
3. Memelihara distribusi volume paru-paru;
4. Memberikan perlindungan jalan nafas dan secara umum memberikan
dukungan pada kardiopulmonal (Ramesh, 2003).
Dukungan pernapasan yg diberikan dgn bantuan ventilasi mekanik
bertujuan u/ mempertahankan PaO2 normal u/ meminimalkan
terjadinya hipoksia, mempertahankan PaCO2 u/ meminimalkan ventilasi
alveolar, mengurangi usaha dan keletihan otot napas, serta mengurangi
atelektasis paru (Khemani, 2010).
Cara Kerja Ventilator

• Cara kerja ventilasi mekanik secara umum di bagi atas 2 (dua) yaitu
• ventilator tekanan negatif dan ventilator tekanan positif.
• Ventilator tekanan negatif adalah membuat tekanan negatif di sekeliling dada
sehingga udara masuk paru-paru.

Ventilator tekanan positif adalah membuat tekanan positif dalam jalan nafas
sehingga udara masuk paru-paru.
Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu
• siklus tekanan (pressure cycle),
• siklus waktu (time cycle),
• siklus volume (volume cycle).
Mode Ventilator

Pemilihan mode ventilator ini sangat tergantung pada penyebab


terjadinya gagal nafas. pengaturan mode operasional ventilasi mekanik
yaitu:
a. Volume Control
• Mode ini, frekuensi napas, jumlah volume tidal (VT) dan volume
menit (VM) yg diberikan kepada pasien secara total diatur oleh
mesin, sehingga pada mode ini pasien tdk diberikan kesempatan u/
napas spontan (jika trigger/ sensitivitasnya dibuat off).
• Mode ini digunakan pd pasien yg tdk sanggup lagi memenuhi
kebutuhan VT dgn usaha napas sendiri.
b. Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)

• Mode SIMV  bantuan sebagian dgn targetnya volume.


• Mode ini sama dengan VC hanya pada mode SIMV, sensitivitas
(trigger) dibuat sensitif.
• SIMV memberikan bantuan ketika ada usaha napas spontan memicu
(men-trigger) mesin ventilator, tapi jika usaha napas tidak sanggup
memicu mesin, maka ventilator tetap akan memberikan bantuan
sesuai jumlah frekuensi napas yang sudah di atur (Maruvada &
Rotta, 2008).
c. Pressure Support (PS)
• Mode PS merupakan mode bantuan sebagian dgn targetnya tekanan,
TV dihasilkan dari pemberian tekanan atau inspiratory pressure
level (IPL).
• Pada mode ini tdk perlu mengatur frekuensi napas karena frekuensi
napas ditentukan sendiri oleh pasien (pasien bebas bernapas setiap
saat) dan setiap ada usaha napas spontan, ventilator akan segera
memberikan bantuan tekanan.
d. Continous Positive Airway Pressure (CPAP)
• Mode ini digunakan pd pasien yg sudah dpt bernapas spontan dan
akan diekstubasi.
• Pada mode ini, ventilator memberikan tekanan positif selama
pernapasan spontan sehingga mampu memperbaiki oksigenasi dgn
membuka alveoli yg kolap diakhir eskpirasi (Purnawan & Saryono,
2010).
e. SIMV and PS
• Mode ini merupakan gabungan dari SIMV dan mode PS. Umumnya
digunakan untuk perpindahan dari mode kontrol. Bantuan yg
diberikan berupa volume dan tekanan.

Observasi yang dilakukan selama penggunaan ventilator adalah:

1. Penurunan tekanan darah


2. Penurunan central Venus Pressure
3. Penurunan Pulmonary Artery Pressure
4. Penurunan tingkat kesadaran
5. Penurunan urine output
6. Pulsasi peripheral melemah
7. Gelisah
8. Pasien tampak lemah
9. Nyeri dada
Intervensi keperawatan secara umum pada klien dengan ventilasi mekanik:

1. Pertahankan kepatenan jalan nafas


2. Persiapkan u/ kegawat daruratan, ambubag tersambung dgn sumber O2
3. Kaji ventilator setiap 1-2 jam, mengenai jenis, pola, tidal volume, frekuensi
nafas, Fi02, dan airway pressure.
4. Evaluasi sistem alarm, temperatur, dan sistem humidifikasi.
5. Monitor seiang dari lepas, tertekuk, bocor, atau tersumbat
6. Lakukan oral higiene, inspeksi mulut dan membran mukosa sekitar ETT.
7. Bantu mengatasi kecemasan, jika perlu dengan medikasi
8. Pemberian neuromuskular bloker, gunakan seclasi
9. Cegah ekstubasi akibat kecelakaan
10. Berikan alat komunikasi dengan klien
11. Pertahankan nutrisi yang adekuat, cegah aspirasi
12. Monitor kemungkinan komplikasi
Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

1. Ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi spontan b/d kelelahan otot-


otot pernafasan, faktor metabolik.
a. Kriteria hasil:
1) Mempertahankan AGD dalam batas normal
2) Mempertahankan airway, mobilisasi sekret, tetap bebas dari dyspnea dan
gelisah
b. Intervensi keperawatan:
3) Monitor perubahan oksigenasi dan ventilasi, perubahan AGD, pulse
oxymetri, dan end tidaICO2-
4) Monitor perubahan oksigenasi dan ventilasi, perubahan AGD, pulse
oxymetri, dan end tidaICO2-
5) Lakukan suctioning sesuai kebutuhan.
4) Kolaborasi dengan dokter u/ meningkatkan sedasi jika agitasi
mengganggu ventilasi
5) Cegah ekstubasi tak terencana.
6) Reposisi F- I I dari sisi satu ke sisi yang lain setiap 4 jam, kaji
dan dokumentasikan kondisi kulit. Catatan: tempatkan tube
pada batas garis di bibir, lakukan prosedur oleh 2 prang staff,
lakukan suction di atas cuff ETT sebelum mereposisi ETT.
7) Lakukan auskultasi dada setelah mereposisi tube
8) Kaji status respirasi setiap 4 jam; segera merespon adanya
perubahan: suara nafas di anterior, posterior, chest excursion,
kemampuan klien untuk melakukan nafas spontan, tanda dan gejala
hipoxemia.
9) Kaji toleransi terhadap bantuan nafas dan monitor adanya pergerakan
nafas yang asinkron, melaporkan adanya sesak nafas, atau pressure
alarm yang tinggi. Jika simptomatik, lepaskan klien dari ventilator dan
berikan ventilasi manual dan siapkan untuk pemasangan chest tube.
10) Sediakan ambu bag dan perlengkapan suction yang siap digunakan. R:
menjaga jalan nafas dan ventilasi klien apabila terjadi keadaan
emergency.
11) Monitor cuff pressure dari ETT atau trakheostomy tube:
Penggembungan cuff dengan jumlah minimal udara diperlukan untuk
mencegah kebocoran udara sekitar cuff dan menjaga tidal volume.
Laporkan ke dokter jika cuff pressure melebihi 30 cmH20 atau jika
cuff tidak bisa menjaga tekanan yang adekuat
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan terpasang jalan
nafas buatan dan ventilator.
a. Kriteria hasil:
• Klien dapat mempertahankan metode komunikasi yang diinginkan
sesuai dengan kebutuhan.
b. Intervensi keperawatan
1) Kaji kemampuan komunikasi klien untuk pola komunikasi pengganti.
2) Kembangkan metode komunikasi yang cocok untuk klien; pertanyaan
tertutup, clipboard dengan kertas dan pensil, gambar-gambar
untuk komunikasi, daftar alfabet, kontak mats, dan validasi arti
dari komunikasi yang diinginkan.
3) Usahakan untuk membaca bibir.
4) Bicara pelan dan jelas ke klien.
5) Jelaskan setiap prosedur yang dilakukan.
6) Hindarkan klien dari frustrasi
PEMANTAUAN HEMODINAMIK
Definisi

• Hemodinamik  pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi


jantung dan karakterisitik fisiologis vaskular perifer
• Tujuan  pemantauan hemodinamik adalah untuk mendeteksi,
mengidentifikasi kelainan fisiologis secara dini dan memantau
pengobatan yang diberikan guna mendapatkan informasi
keseimbangan homeostatik tubuh
• Pemantauan hemodinamik bukan tindakan terapeutik tetapi hanya
memberikan informasi kepada klinisi dan informasi tersebut perlu
disesuaikan dgn penilaian klinis pasien agar dapat memberikan
penanganan yg optimal
PEMANTAUAN HEMODINAMIK
Pemantauan hemodinamik :
a. suatu pengukuran terhadap sistem kardiovaskuler yang dapat
dilakukan secara infasif atau non invasif.
b. dapat memberikan informasi mengenai :
• keadaan pembuluh darah
• jumlah darah dalam tubuh
• kemampuan jantung untuk memompakan darah
KOMPONEN HEMODINAMIK

• volume ( darah/cairan)
• Pembuluh darah diibaratkan sebagai pipa
• Jantung sebagai pompa
FAKTOR PENENTU HEMODINAMIK

• PRELOUD : menggambarkan tekanan saat pengisian atrium kanan


selama diastolik
• CONTRACTILITY : menggambarkan kekuatan otot jantung untuk
memompakan darah ke seluruh tubuh.
• AFTERLOAD : menggambarkan kekuatan/tekanan darah yang
dipompakan oleh jantung
MONITORING NON INVASIV:
- EKG
- DENYUT NADI
- PULSE OKSIMETRI
- BP
- STATUS MENTAL/GCS
- PRODUKSI URINE
MANFAAT PEMANTAUAN SECARA INVASIF

• mengetahui gelombang tekanan di dalam ruang jantung


• tempat pengambilan sampel darah arteri
• Tempat memasukan obat obatan
• Mengukur tekanan darah
KEUNTUNGAN PEMANTAUAN SECARA INFASIV

• LEBIH AKURAT DAN DAPAT DIBACA CONTINUE


• PERUBAHAN KECIL BISA DIDETEKSI
• TERCAPAINYA OPTIMALISASITERAPI
• PENGAMBILAN SAMPEL DARAH MUDAH
• HEMAT WAKTU
• BENTUK GELOMBANG DAPAT DILIHATMELALUI
SISTEM TRANDUSER
Komponen invasif hemodinamik monitoring

• Ada cateter/canule yang masuk ke ruang jantung


• Tranduser dan monitor
• Tranduser merupakan suatu alat yang mampu mengubah data dari
tekanan yang diterimamenjadi gelombang atau angka pada dysplay
monitor
INDIKASI PEMANTAUAN

1. Syok
2. Infark miokard akut yang disertai :
- gagal jantung kiri/kanan
- sakit dada yang berulang ulang
- hipotensi/hipertensi
3. Odem paru,temponade jantung,hipertensi pulmonal
4. Sarana untuk : - memberikan cairan
- mengetahui reaksi pemberian obat
DISAIN DAN JENIS KATETER (SWAN GANZ)

1. UKURAN DEWASA DAN ANAK


 PANJANG 60-110 cm
 FRENCH 4.0 – 8.0
 VOLUME BALON MENGEMBANG 0,5 -1,5 ml
 DIAMETER BALON 8 – 13 mm
 MATERIAL POLYVINYL CHLORIDE
 SHAFT : ADA TANDA/MARKER TIAP 10 CM DENGAN TANDA
HITAM

2. MACAM MACAM KATETER ARTERI PULMONAL


a. DOUBLE LUMENTS KATETER ARTERI PULMONAL
1 luments untuk tekanan arteri pulmonal , 1 luments untuk balon
b. QUADDRUPLE LUMENTSTHERMODILUSI
*
* BALON : letak 1 cm dari ujung kateter, balon dikembangkan dengan udara
0,5 – 1,5 ml. jika balon dikembangkan akan didapatkan tekanan baji arteri
pulmonal (PCWP/Pulmonary Capilary Wedge Pressure ) tepatnya
dikembangkan dicabang arteri pulmonal. Tekanan PCWP dapat
disamakan dengan tekanan atrium kiri dan ventrikel kiri pada akhir
diastolik/LVEDP. Kode warna merah.

*LUMENTS TERMISTOR
letaknya 4 – 6 cm dari lumen distal ,berfungsi untuk mengukur suhu yang
digunakan pada saat pengukuran jantung, kode warna kuning dengan
konektor warna merah.

*LUMENTS PROKSIMAL
letak 30 cm dari dari ujung kateter, letaknya pada atrium kanan, berfungsi
mengukur tekanan sentral vena atau atium kanan, dapat digunakan untuk
infus
cairan/pengobatan/pengambilan darah
PARAMETER INVASIF HEMODINAMIK MONITORING

A. Tekanan vena central


B. Tekanan arteri pulmonalis
C. Tekanan kapiler arteri pulmonalais
D. Tekanan atrium kiri
E. Tekanan ventrikel kanan
F. Curah jantung
G. Tekanan arteri sistemik
A. Tekanan Vena Central

• Mengukur tekanan pada atrium kanan


• Menggambarkan beban awal ventrikel kanan
• pada akhir diastolik
• Nilai normal 3-8 cmH2O atau 2-6 mmHg
• Tempat penusukan : vena basilika,vena sephalika,vena jugularis
interna/eksterna,vena subklavia
GELOMBANG TEKANAN CVP

 Gelombang CVP terdiri dari :


a = kontraksi atrium kanan
c = dari kontraksi ventrikel kanan
x = relaksasi atrium
v = penutupan katub trikuspid
y = pembukaan katub trikuspid
C. Tekanan Atrium Kiri

pengukuran dapat dilakukan secara langsung memasukan kateter


pada atrium kiri saat operasi jantung, melalui kateter arteri pulmonalis.

D. Tekanan Kapiler Arteri Pulmonalis /Tekanan Wedge


- dapat diukur dengan cara mengembangkan balon pada
kateter arteri pulmonalis.
E. Tekanan Ventrikel Kanan
- bagian distal kateter arteri pulmonal dapat
mengukur ventrikel kanan
F. Curah Jantung
curah jantung adalah darah yang dipompakan ventrikel setiap menit.
G. Tekanan Arteri Sistemik
- tekanan sistolik : tekanan darah ketika darah dipompakan dari
ventrikel kiri
- Tekanan diastolik : tekanan darah saat jantung relaksasi normal 60-
80 mmHg
- Tekanan arteri rata rata : normal 70 -100 mmHg ( Sistolik + 2
Diastolik : 3 )
…………….Semoga sukses……………..

Anda mungkin juga menyukai