Anda di halaman 1dari 27

 

ASKEP KLIEN DENGAN


VENTILATOR
Muncul Wiyana, M.Kep
Pengertian
 Ventilasi mekanis adalah alat pernapasan
bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian
oksigen dengan jangka waktu yang lama

 Ventilasi mekanik dapat dipergunakan di ICU,


PICU, NICU dan Unit Perawatan intensive
lainnya.
Tujuan

 Memberikan kekuatan mekanis paru untuk


mempertahankan pertukaran O2 dan CO2 yang
fisiologis

 Mengambil alih (manipulasi) tekanan jalan napas dan


pola pernapasan untuk memperbaiki pertukaran O2 dan
CO2 secara efisien dan oksigenasi yang kuat

 Mengurangi kerja otot jantung dengan jalan mengurangi


kerja paru
Indikasi
1. Gangguan ventilasi
- Disfungsi otot-
otot-otot pernapasan, kelelahan otot napas
- Kelainan dinding thorax
- Penyakit neuromuskuler yang menyebabkan kelumpuhan otot napas
- Kekuatan ventilasi yang menurun atau tidal volume rendah
- Peningkatan resistensi atau obstruksi jalan napas

2. Gangguan Oksigenasi
- Hipoksemia yang sukar diatasi, misalnya : edema paru atau penyakit
paru yang lain
- Kerja napas yang berlebihan (frek. Nafas lebih dari 35 x / menit)

3. Lain-
Lain-lain
- Keadaan yang memerlukan sedasi dan pelumpuh otot
- Untuk menurunkan konsumsi oksigen otot jantung dan sistemik
- Untuk stabilisasi hemodinamik pasca operasi besar 
- Untuk mengontrol tekanan supracranial
- Untuk mencegah otelektasis
- Keadaan lain yang menyebabkan Pa O2 < 60 dan Pa CO2 > 60
Jenis Respirator 

1. Respirator Time Cycled


‡ Pernapasan yang diberikan diatur oleh waktu.
‡ Jumlah udara yang dipompakan mesin akan berhenti
sesudah waktu yang ditentukan, sehingga akan terjadi
proses ekspirasi

2. Respirator Pressure Cycled


 Inspirasi berhenti sesudah tekanan yang ditentukan
tercapai, udara yang diberikan akan dihentikan sehingga
timbul ekspirasi.
 Besarnya tidal volume yang tercapai tergantung komplians
paru
3. Ventilator Volume Cycled
‡ Inspirasi berhenti setelah volme gas yang ditentukan
tercapai.
‡ Ventilator tipe ini yang banyak dipakai di ICU saat ini.
‡ Volume yang diberikan hampir selalu konstan
walaupun terjadi perubahan komplians paru.
‡ Dengan demikian ventilator tipe ini lebih berpotensi
terjadi kerusakan struktur paru seperti barotrauma
atau volutrauma
Modus Ventilasi Mekanik

1. ³Ventilasi Kontrol´ (Controlled Mechanical


Ventilation = CMV)
2. ³Ventilasi Assist Kontrol´ (Assisted
(Assisted--control
Ventilation = AC)
3. ³Syncronized Intermitten Mandatory Ventilator´
(IMV/SIMV)
4. ³Pressure Control Ventilation´ (PCV)
5. ³Pressure Support Ventilation´ (PSV)
6. ³Continuus Positive Air Way Pressure´ (CIPAP)
7. Positive End Expiratory Pressure (PEEP)
Mode Control.
 Diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek,
lemah sekali atau bahkan apnea.
 Mesin secara terus menerus membantu pernafasan pasien.
 Ventilator mengontrol pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada
frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa
menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi.
 Bila pasien sadar dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa, mode
ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan dan
bisa terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi),
tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan
terjadi pneumothorax.

 Contoh mode control ini adalah:


 CR (Controlled Respiration),

 CMV (Controlled Mandatory Ventilation),

 IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation)


Mode IMV / SIMV:
Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized
Intermitten Mandatory Ventilation.

 mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara


selang seling dengan nafas pasien itu sendiri.
 Pada mode IMV pernafasan mandatory diberikan pada
frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah
pasien pada saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa
terjadi fighting dengan segala akibatnya.
 Oleh karena itu pada ventilator generasi terakhir mode
IMVnya disinkronisasi (SIMV).
 Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron
dengan picuan pasien.
 Mode IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah bisa
nafas spontan tetapi belum normal sehingga masih
memerlukan bantuan.
Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus
Breathing / Pressure Suport

 Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas


spontan atau pasien yang masih bisa bernafas tetapi
tidal volumnenya tidak cukup karena nafasnya
dangkal.
 Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk
bernafas.
 Bila pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka
udara pernafasan tidak diberikan.
CPAP : Continous Positive Air Pressure

 Pada mode ini mesin hanya memberikan


tekanan positif dan diberikan pada
pasien yang sudah bisa bernafas dengan
adekuat.
 Tujuan pemberian mode ini adalah untuk
mencegah atelektasis dan melatih otot
otot--
otot pernafasan sebelum pasien dilepas
dari ventilator.
Positive End-
End-Expiratory pressure
 Modus yang digunakan dengan menahan
tekanan akhir ekspirasi positif dengan tujuan
untuk mencegah Atelektasis.
 Dengan terbukanya jalan nafas oleh karena
tekanan yang tinggi, atelektasis akan dapat
dihindari.
 Indikasi pada klien yang menederita ARDS dan
gagal jantung kongestif yang massif dan
pneumonia difus.
 Efek samping dapat menyebabkan venous
return menurun, barotrauma dan penurunman
curah jantung.
Komplikasi Ventilasi Mekanik

1. Komplikasi saluran nafas


- Aspirasi
Aspirasi
- Trauma jalan nafas, kerusakan pipa suara
- Dislokasi pipa ETT
- Infeksi

2. Komplikasi paru
- Barotrauma, volutrauma, biotrauma
- Keracunan Oksigen

3. Komplikasi system hemodinamik


- Penurunan curah jantung
- Perfusi jaringan terganggu
- Balance cairan positif 
4. Komplikasi saluran cerna
- Distensi abdomen
- Hipomutilitas usus
5. Gangguan fungsi ginjal
6. Sedasi dan kelumpuhan otot nafas
7. Gangguan psikososial
Hal-
Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat
penggunaan ventilasi mekanik

1. Pemasangan awal respirator 


Sterilisasi alat, kelengkapan alat (sambungan oksigen,
udara, setting)

2. Sistem alarm
Perawat harus berespon terhadap setiap alarm. Alarm
tidak boleh dimatikan, ditinggikan atau diturunkan

3. Humidifikasi dan temperature


Setiap penderita yang dilakukan ventilasi mekanik harus
ditambahkan humidifikasi dengan temperature yang
terkontrol sehingga udara dapat dihangatkan karena
system pelembab alamiah dari hidung tidak berfungsi.
Hal-
Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat
penggunaan ventilasi mekanik
1. Selang sirkuit ventilator 
Harus sealu dijaga dari kemungkinan terlepas, tertekuk, bocor 
atau tersumbat. Kadang dalam waktu lama selang dapat berisi
cairan yang akan mengganggu aliran udara.

2. Endotrakeal tube
‡ Selalu evaluasi tekanan balon ETT dari kebocoran.
‡ Perhatikan plester agar ETT tidak tergeser atau terlepas
‡ Hindari tergigitnya ETT dengan memasang pipa orofaring
(guedel).
‡ Ganti ETT tiap 1 1--2 minggu.
‡ Pembilasan ETT dapat dilakukan dengan memasukkan NaCl
0.9 % di dalam ETT untuk mengencerkan lender 
‡ Ganti sirkuit alat tiap 1 ±
± 3 hari
‡ Jaga kebersihan mulut penderita dengan membersihkan gigi
dan rongga mulut tiap pagi dengan cairan antiseptik
Kriteria Penyapihan
 Pasien yang mendapat bantuan ventilasi
mekanik dapat dilakukan penyapihan bila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
 Kapasitas vital 10-
10-15 ml/kg BB
 Volume tidal 4-5 ml/kg BB
 Kekuatan inspirasi 20 cm H2O atau lebih besar 
 Frekwensi pernafasan kurang dari 20 kali/menit.
Pengkajian
 Dalam mengkaji klien, perawat mengevaluasi
hal-
hal-hal berikut :
 Tanda-
Tanda-tanda vital
 Bukti adanya hipoksia
 Frekuensi dan pola pernafasan
 Bunyi nafas
 Status neurologis
 Volume tidal, ventilasi semenit , kapasitas vital kuat
 Kebutuhan pengisapan
 Upaya ventilasi spontan klien
 Status nutrisi
 Status psikologis
Pengkajian Kardiovaskuler 

 Tekanan positif yang berlebihan dapat menyebabkan


pneumotoraks spontan akibat trauma pada alveoli.
 Kondisi ini dapat cepat berkembang menjadi
pneumotoraks tension, yang lebih jauh lagi mengganggu
arus balik vena, curah jantung dan tekanan darah.
 Untuk mengevaluasi fungsi jantung perawat terutama
harus memperhatikan tanda dan gejala hipoksemia dan
hipoksia :
 Gelisah,gugup, takikardi, takipnoe, pucat yang berkembang
menjadi sianosis, berkeringat dan penurunan haluaran urin
Pengkajian Peralatan
 Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa
ventilator pengaturannya telah dibuat dengan tepat.
 Dalam memantau ventilator, perawat harus
memperhatikan hal-
hal-hal berikut :
 Jenis
ventilator 
 Cara pengendalain (Controlled, Assist Control, dll)

 Pengaturan volume tidal dan frekunsi

 Pengaturan FIO2 (fraksi oksigen yang diinspirasi)

 Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan.

  Adanya air dalam selang,terlepas sambungan atau terlipatnya

selang.
 Humidifikasi

  Alarm

 PEEP
Note
Jika terjadi malfungsi system ventilator, dan
 jika masalah tidak dapat diidentifikasi dan
diperbaiki dengan cepat, perawat harus siap
memberikan ventilasi kepada klien dengan
menggunakan Bag Resuscitation Manual.
Diagnosa Keperawatan

 Diagnosa keperawatan mayor klien dapat mencakup :


 Kerusakan pertukaran gas yang brhubungan dengan
penyakit yang mendasari, atau penye-
penye-suaian pengaturan
ventilator selama stabilisasi atau
penyapihan .
 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang
berhubungan dengan pembentukan lendir yang berkaitan
dengan ventilasi mekanik tekanan positif .
 Risiko terhadap trauma dan infeksi yang berhubungan
dengan intubasi endotrakea dan trakeostomi.
 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
ketergantungan ventilator 
 Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan
tekanan selang endotrakea dan pemasangan pada ventilator.
 Koping individu tidak efektif dan ketidakberdayaan yang
berhubungan dengan Ketergantungan pada ventilator.
Kerusakan pertukaran gas

 Cek analisa gas darah setiap 10 - 30 menit


setelah perubahan setting ventilator.
 Monitor hasil analisa gas darah (blood gas)
atau oksimeteri selama periode penyapihan.
 Pertahankan jalan napas bebas dari skresi.
 Monitor tanda dan gejala hipoksia
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehubungan
dengan peniingkatan produksi sekret

  Auskultasi bunyi napas tiap 2-


2-4 jam dan kalau
diperlukan.
 Lakukan pengisapan bila terdengar ronchi dengan
cara:
  jelaskan pada pasien tentang tujuan dari tindakan pengisapan.
 Berikan oksigen dengan O2 100 %
 sebelum dilakukan pengisapan, minimal 4 - 5 X pernapasan.
 Perhatikan teknik aseptik, gunakan sarung tangan steril,
kateter pengisap steril.
 Masukan kateter kedalam selang ET dalam keadaan tidak
mengisap (ditekuk), lama pengisapan tidak lebih dari 10 detik.
  Atur tekanan isap tidak lebih dari 100 - 120 mmHg.
 Lakukan oksigenasi lagi dengan O2 100 % sebelum
melakukan pengisapan berikutnya.
 Lakukan pengisapan berulang-
berulang-ulang sampai suara napas
bersih.
 Pertahankan suhu humidifer tetap hangat (35 --
37,8 o C
 Monitor statur hidrasi pasien
 Melakukan fisioterapi napas / dada sesuai
indikasi dengan cara clapping, fibrasi dan
pustural drainage.
 Berikan obat mukolitik sesuai indikasi / program.
 Kaji suara napas sebelum dan sesudah
melakukan tindakan pengisapan.
 Observasi tanda-
tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
Ketidak efektifan pola nafas sehubungan dengan
kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat, obstruksi
selang endotracheal

 Lakukan pemeriksaan ventilator tiap 1 - 2 jam.


 Evaluasi semua alarm dan tentukan penyebabnya.
 Pertahankan alat resusitasi manual (bag & mask) pada
posisi tempat tidur sepanjang waktu.
 Monitor selang / cubbing ventilator dari terlepas , terlipat,
bocor atau tersumbat.
 Evaluasi tekanan atau kebocoran balon cuff.
 Masukan penahan gigi (pada pemasangat ETT lewat
oral)
  Amankan selang ETT dengan fiksasi yang baik.
 Monitor suara dan pergerakan dada secara teratur.
Gangguan pemenuhan komunikasi verbal
sehubungan dengan pemasangan selang
endotracheal

 Berikan papan, kertas dan pensil, gambar untuk


komunikasi, ajukan pertanyaan dengan jawaban
ya atau tidak.
 Yakinkan klien bahwa suara akan kembali bila
ETT dilepas

Anda mungkin juga menyukai