ABSTRAK
Restrain/ pengikatan fisik (dalam psikiatri) secara umum mengacu pada suatu bentuk tindakan
menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu yang berperilaku
diluar kendali. Indikasi restrain meliputi perilaku amuk yang membahayakan diri sendiri, orang lain
dan lingkungan. Restrain adalah bagian dari implementasi patient safety, karena bertujuan untuk
memberikan keamanan fisik, psikologis dan kenyamanan pasien. Restrain yang dilakukan pada pasien
di rumah sakit jiwa juga dapat menimbulkan dampak negatif berupa cedera / luka pada ekstremitas
yang dilakukan restrain. Tujuan dari systematic review ini untuk mengetahui tindakan restrain yang
aman dan efektif di rumah sakit jiwa, systematic review dilakukan dengan mencari artikel melalui
Ebscho, Science direct, Portal Garuda dan Google Scholar. Jurnal yang telah terkumpul selanjutnya
dilakukan critical appraisal. Restrain efektif untuk mengatasi pasien agresif, tetapi dapat menimbulkan
efek samping berupa luka / cedera, untuk mencegah terjadinya luka / cedera, restrain dilakukan
dengan menggunakan alat yang bermanset, area restrain diberikan lotion, durasi restrain paling lama 4
jam, selama di lakukan restrain perawat mengobservasi kondisi dan memenuhi kebutuhan pasien,
restrain dilakukan oleh staf yang terlatih.
ABSTRACT
Physical restraint (in psychiatry) generally refers to a form of action using a strap to curb or limit
the movement of an individual's extremity that behaves out of control. Restrained indications include
self-harm behavior, others and the environment. Restrain is part of the implementation of patient
safety, as it aims to provide physical, psychological and patient comfort. Restrain performed in
patients in psychiatric hospitals can also have a negative impact of injury / injury to the extremity of
the restrain. The purpose of this systematic review to find safe and effective restrain actions in
psychiatric hospitals, systematic review is done by searching articles through Ebscho, Science direct,
Garuda Portal and Google Scholar. The collected journals are then performed critical appraisal.
Restrain effective to overcome aggressive patient, but can cause side effect in the form of wound /
injury, to prevent injury, restrain is done by using tool bermanset, restrain area given lotion, restrain
duration of 4 hours long, during restrained nurse observe conditions and meet patient needs,
restrained by trained staff.
19
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 19 - 27, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
restrain. Restrain pada pasien bisa Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti
menyebabkan trauma, termasuk trauma secara tertarik untuk mencari literature tentang
fisik dan psikologis (Haimowits, Urff & tindakan restrain yang aman dan efektif untuk
Huckshorn, 2006). Pengekangan fisik / manual mencegah cedera.
digunakan di beberapa unit rawat inap
kesehatan mental sebagai alat untuk mengelola METODE
perilaku agresif, walaupun secara paradoks Metode yang digunakan yaitu systematic
penggunaannya membawa beberapa risiko review terhadap beberapa study literatur,
bahaya fisik dan mental bagi petugas dimana artikel penelitian dicari secara
kesehatan dan pasien (Happell & Harrow, komprehenshif terhadap clinical and academic
2010; Stubbs et al , 2009). Stewart et al, 2009; research dari beberapa database untuk
Stubbs, 2009 mengatakan antara 12-40% staf mendapatkan evidence yang relevan dengan
rumah sakit dan 5-18% pasien terluka akibat beberapa kriteria pencarian dan kata kunci.
pengekangan restrain. Artikel dicari melalui Ebscho, Sciencedirect,
Portal Garuda dan Google Scholar dengan kata
Di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino kunci restrain, cedera dan efektif. Setelah
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dari 38 dilakukan pencarian ditemukan 12 jurnal dari
kasus KTD pada Tahun 2016 terdapat 16 jenis Ebsco, 15 jurnal dari Sciencedirect, 18 jurnal
kasus cedera pada saat pasien di lakukan dari Portal Garuda dan 40 artikel dari Goggle
restrain dengan perincian 13 lecet pada scholar. Langkah selanjutnya adalah dengan
pergelangan tangan / kaki tempat ikatan, 1 melakukan screening untuk mendapatkan
dislokasi sendi bahu, 1 luka robek karena artikel yang full text dalam bentuk pdf dari
mendapat perilaku kekerasan dari pasien lain, tahun 2007-2017. Pada langkah ini ditemukan
dan 1 mengalami luka bakar /combustio pada 8 artikel dari Ebsco, 10 artikel dari
saat dilakukan restrain. Sampai dengan bulan Sciencedirect, 10 artikel dari Portal Garuda, 12
Oktober 2017 dari 72 Insiden keselamatan artikel dari google scholar. Pencarian melalui
pasien terdapat 25 kasus terkait dengan google scholar dengan menggunakan kalimat
tindakan restrain, yaitu 21 kasus KNC karena tindakan restrain di rumah sakit jiwa yang
petugas melakukan restrain tidak sesuai SPO efektif dan cedera ditemukan 8 artikel.
dan 4 kasus KTD pasien mengalami cedera Seluruh judul artikel yang dianggap sesuai
lecet pada pergelangan tangan karena tindakan dengan tujuan penelitian kemudian dilakukan
restrain. screening apakah judul pada artikel tersebut
ada yang sama atau tidak. Setelah dilakukan
Tujuan utama rumah sakit adalah merawat screening didapatkan ada 12 judul yang sama,
pasien agar segera sembuh dari sakitnya dan lalu dilakukan screening lagi berdasarkan
sehat kembali, sehingga tidak dapat ditoleransi eligibility sesuai dengan kriteria inklusi dan
bila dalam perawatan di rumah sakit pasien kriteria eksklusi didapatkan 7 artikel yang
menjadi lebih menderita akibat dari terjadinya selanjutnya dilakukan review. Adapun strategi
insiden keselamatan yang sebenarnya dapat pencarian literature dapat dilihat pada lampiran
dicegah. pasien harus dijaga keselamatannya tabel 1.
dari akibat yang timbul karena human error.
Hasil penelusuran 12 15 18 40
Full-text pdf, 2007-2017 8 10 10 12
Judul yang sama - - 4 8
Eligible sesuai dengan - - 2 5
kriteria inklusi dan eksklusi
result 7
21
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 19 - 27, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Pengalaman pasien Gangguan Jiwa selama restrain dan seklusi bukan merupakan sebuah
mengalami restrain ekstremitas, hasil hukuman, durasi restrain dan seklusi yang
penelitian mengatakan secara teknis sesingkat-singkatnya, memberikan pakaian
seharusnya perawat memberikan lotion untuk pada pasien, staff dan pasien mempunyai
mengantisipasi timbulnya gangguan fisik jenis kelamin yang sama. Persamaan yang di
pada pasien serta menjaga kenyamanan dapatkan dalam analisis dokumen di
pasien. dapatkan bahwa Indonesia telah memiliki 6
kategori yaitu memberikan kebutuhan pasien
Durasi Tindakan Restrain dibatasi. (makan, minum dan toilet), tidak membeda-
Abdul muhits, Nurul Hidayah, MH. Saputra, bedakan pasien, adanyanya fasilitas untuk di
Icha Suryani (2017) meneliti hubungan durasi restrain dan seklusi, perlindungan kepada
pemberian restrain dengan resiko perilaku pasien, memonitor dan mengobservasi
marah berulang pada pasien skizofrenia. keselamatan pasien, staf harus dilatih
Penelitian ini adalah penelitian korelasional sebelum ditugaskan dalam ruangan restrain.
dengan menggunakan pendekatan cross
Sectional. Pengambilan sampel Restrain dilakukan oleh Petugas yang
menggunakan simple random sampling Terlatih.
dengan jumlah sampel sebanyak 32 klien. Kandar, Prabawati Setyo Pambudi (2014)
Hasil uji statistik menggunakan uji Fisher's Terdapat beberapa prosedur yang paling
Exact Test menunjukkan tingkat signifikasi sering untuk tidak dilakukan. Prosedur yang
0,002 <0,05 maka Ho di tolak yang artinya sering tidak dilakukan oleh perawat di
ada hubungan durasi pemberian restrain ruangan dalam pelaksanaan intervensi
dengan risiko perilaku marah berulang pada restrain adalah 80% pengikatan dilakukan
pasien skizofrenia di RSJ Dr. Radjiman tanpa instruksi dokter, 73,3% perawat
Wediodiningrat Lawang, Malang. melakukan restrain tanpa melakukan
pengkajian fisik terlebih dahulu, belum
Selama dilakukan Restrain Pasien efektifnya pendokumentasian tindakan
Dilakukan Monitoring dan Pemenuhan restrain di rekam medis pasien, dan perawat
Kebutuhan Dasar. belum menerapkan prosedur membantu /
Penelitian Eka Malfasari, Budi Anna Keliat, melatih anggota gerak untuk mencegah
Novy Helena (2015) dalam analisis legal luka dan kekakuan. Ketidakpatuhan
aspek dan kebijakan restrain, seklusi dan perawat dalam melakukan prosedur dalam
pasung pada pasien gangguan jiwa, standar prosedur operasional disebabkan
Penelitian ini menggunakan dokumen karena kurang kompeten.
sebagai data. Dokumen yang digunakan
adalah legal aspek, kebijakan dan peraturan PEMBAHASAN
restrain, seklusi dan pasung yang ada di Semua artikel yang didapat menunjukkan
seluruh dunia dan di Indonesia. Jenis bahwa tindakan restrain berhubungan dan
dokumen yang di dapat adalah jenis berpengaruh terhadap keselamatan pasien :
dokumen yang telah di publikasikan dan bisa 1. Restrain Efektif untuk Mengatasi
diakses oleh siapa saja, pengambilan jumlah Pasien Perilaku Kekerasan di Rumah
sampel menggunakan tehnik purposive Sakit Jiwa
sampling. Jumlah dokumen legal aspek dan Penelitian Dwi Ariani Sulistyowati, E.
kebijakan restrain, seklusi dan pasung di luar Prihantini (2013) tentang keefektifan
negeri adalah 8 dokumen sedangkan dari penggunaan restrain terhadap penurunan
dalam negeri 7 dokumen. Hasil penelitian perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia,
menunjukkan perbandingan hasil analisis di menunjukkan nilai rata-rata perilaku
Indonesia dan luar negeri, bahwa Indonesia kekerasan sebelum intervensi restrain
belum memiliki beberapa komponen penting sebesar 14,73 dan sesudah mendapat
dalam pelaksanaan restrain dan seklusi di intervensi restrain sebesar 6,27 dengan nilai
rumah sakit jiwa. Komponen yang belum t hitung 10,16 dan nilai P sebesar 0,000. t
tersurat dalam kebijakan dan legal aspek hitung lebih besar dari t tabel yaitu 10,116 >
retrain dan seklusi yang ada di Indonesia 2,05, maka Ho ditolak artinya ada
adalah pelaksanaan restrain dan seklusi perbedaan nilai sebelum dan sesudah
sebagai altenatif terakhir, pelaksanaan perlakuan. Dengan demikian dapat
23
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 19 - 27, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
disimpulkan bahwa restrain efektif terhadap pemasangan restrain, sebanyak 36,6% atau
penurunan perilaku kekerasan. sebanyak 4 pasien mengalami peningkatan
terjadinya kontraktur, 27,3% atau sebanyak
Hal ini sesuai dengan Gale springer (2015) 3 pasien mengalami iritasi kulit akibat
restrain adalah perangkat atau intervensi terbatasnya mobilitas fisik karena tindakan
untuk pasien yang melakukan kekerasan restrain
atau agresif, mengancam, menyerang staf,
atau menyakiti diri sendiri, yang perlu Hasil penelitian Sujarwo, Livana (2017),
dihentikan agar tidak menyebabkan luka tentang gambaran dampak tindakan restrain
lebih lanjut pada diri mereka sendiri atau pasien gangguan jiwa, menunjukkan bahwa
orang lain. Tujuan penggunaan restrain dari 30 pasien yang dilakukan restrain
tersebut adalah menjaga pasien dan staf sebagian besar mempunyai dampak
tetap aman dalam situasi darurat. Stuart and psikologis negatif sebanyak 18 responden
Laraia (2005) mengatakan, dengan (60,0%), dan menimbulkan dampak fisik
pemberian restrain yang sistematis klien negatif sebanyak 20 responden (66,7%),
akan melakukan kontrol terhadap emosi dampak fisik negatif yang terjadi adalah
yang mempengaruhi proses fikir serta pasien mengalami oedema dan lesi pada
ketegangan otot. Dengan demikian restrain ekstremitasnya incontinensia dan gangguan
efektif menurunkan perilaku kekerasan pada personal hygiene berupa penampilan pasien
pasien Skizofrenia (Videbecck, 2008). yang terlihat kurang rapi.
2. Restrain dapat Menimbulkan Efek Terjadinya cedera pada kulit saat dilakukan
Samping Cedera pada Pasien restrain dijelaskan oleh Braden dan
Hasil penelitian Kandar, Prabawati Setyo Bergstrom (1987) dalam Bryant (2007)
Pambudi (2014) tentang efektifitas tindakan menyatakan ada dua hal utama yang
restrain pada pasien perilaku kekerasan yang berhubungan dengan risiko terjadinya luka
menjalani perawatan di unit perawatan tekan yaitu faktor tekanan dan faktor
intensif psikiatri menunjukkan bahwa dari toleransi jaringan. Faktor tekanan
30 kali tindakan restrain, sebanyak 19 kali dipengaruhi oleh intensitas dan durasi
atau 63,3% tidak menimbulkan efek tekanan (tali restrain), sedangkan faktor
samping, dan 11 kali atau 36,7% tindakan toleransi jaringan dipengaruhi oleh shear,
restrain memberikan efek samping bagi gesekan (antara kulit dengan permukaan
pasien. Dari 11 kali prosedur restrain, tali), kelembaban, gangguan nutrisi, usia
sebesar 68,75% pasien mengalami cedera lanjut, tekanan darah rendah (hypotensi),
secara fisik dan 31,25% pasien mengalami status psikososial, merokok dan peningkatan
cedera secara psikologis. Cedera fisik suhu tubuh. Potter dan Perry (2005)
yang mereka alami berupa menyatakan faktor-faktor yang berkontribusi
ketidaknyamanan fisik, lecet pada area terhadap kejadian luka tekan (cedera lesi
pemasangan restrain, peningkatan karena restrain) terdiri dari faktor internal
inkontinensia, ketidakefektifan sirkulasi, yaitu nutrisi, infeksi dan usia dan faktor
peningkatan risiko kontraktur, dan eksternal yaitu shear, gesekan dan
terjadinya iritasi kulit. Dari 11 pasien, kelembaban. Timbulnya dampak karena
81,8% atau sebanyak 9 pasien mengalami tindakan restrain sesuai dengan Haimowits,
ketidak-nyamanan fisik akibat pemasangan Urff & Huckshorn, 2006, bahwa Restrain
restrain, 72,7% atau sebanyak 8 pasien pada pasien bisa menyebabkan trauma,
mengalami lecet akibat dari pemasangan termasuk trauma secara fisik dan psikologis.
restrain yang telalu kencang, 72,7% atau pengekangan fisik / manual digunakan di
sebanyak 8 pasien mengalami peningkatan beberapa unit rawat inap kesehatan mental
inkontinensia yang disebabkan oleh sebagai alat untuk mengelola perilaku
terbatasnya mobilitas fisik klien yang agresif, walaupun secara paradoks
berakibat pada ketidakmampuan klien penggunaannya membawa beberapa risiko
untuk memenuhi kebutuhan eliminasinya, bahaya fisik dan mental bagi petugas
54,5% atau sebanyak 6 pasien mengalami kesehatan dan pasien (Happell & Harrow,
ketidakefektifan sirkulasi yang ditandai 2010; Stubbs et al , 2009)
dengan terjadinya oedema pada area
24
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 19 - 27, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
tersurat dalam kebijakan dan legal aspek setiap perawat Indonesia pada semua jenjang
retrain dan seklusi yang ada di Indonesia diantaranya adalah mewujudkan dan
adalah pelaksanaan restrain dan seklusi memelihara lingkungan keperawatan yang
sebagai altenatif terakhir, pelaksanaan aman melalui jaminan kualitas dan
restrain dan seklusi bukan merupakan manajemen risiko (patient safety),
sebuah hukuman, durasi restrain dan seklusi melakukan tindakan-tindakan untuk
yang sesingkat-singkatnya, memberikan mencegah cedera pada pasien (PPNI,
pakaian pada pasien, staff dan pasien 2005) Kompetensi perawat dapat
mempunyai jenis kelamin yang sama. ditingkatkan dengan pelatihan. Keselamatan
Persamaan yang di dapatkan dalam analisis pasien dapat di tingkatkan dengan adanya
dokumen di dapatkan bahwa Indonesia telah pelatihan pada staff. Staff yang berkompeten
memiliki 6 kategori yaitu memberikan yang juga termasuk perawat dapat
kebutuhan pasien (makan, minum dan mengurangi resiko adanya kecelakaan ketika
toilet), tidak membeda-bedakan pasien, terjadinya restrain dan seklusi (Bowers &
adanyanya fasilitas untuk di restrain dan Crowder, 2012).
seklusi, perlindungan kepada pasien,
memonitor dan mengobservasi keselamatan SIMPULAN DAN SARAN
pasien, staf harus dilatih sebelum ditugaskan Simpulan
dalam ruangan restrain. Restrain adalah bagian dari implementasi
keselamatan pasien, tujuan dari restrain adalah
Untuk menghindari terjadinya efek samping untuk memberikan keamanan fisik dan
selama pengekangan fisik / manual, perawat psikologis bagi individu tersebut dan
atau dokter harus diberi tanggung jawab meningkatkan keamanan dan kenyamanan
untuk merawat kesehatan fisik pasien selama pasien. Restrain efektif untuk menurunkan
intervensi. Perawat juga harus memberikan perilaku kekerasan pasien gangguan jiwa,
asuhan untuk memastikan keamanan, tetapi dapat menimbulkan efek samping cedera
kenyamanan dan perlakuan manusiawi fisik berupa oedema dan lesi pada ekstremitas
terhadap pasien yang dilakukan restrain. Jika yang dilakukan restrain.
pasien berada dalam pengendalian mekanis,
staf yang bekerja dalam tim akan mencoba Saran
melepaskan hambatan setiap jam selama Untuk mencegah terjadinya insiden
minimal 10 menit untuk memungkinkan keselamatan pasien ketika dilakukan restrain
rentang latihan gerak dan pemeriksaan perlu di buat regulasi / SPO sesuai dengan
integritas kulit (NSW, 2012). hasil evidence based, alat restrain dibuat dari
bahan yang aman dengan penampang yang
7. Restrain dilakukan oleh Petugas yang cukup lebar, permukaan kulit pada area
Terlatih restrain diberikan lotion, waktu restrain untuk
Kandar dan Pambudi (2014) Terdapat pasien dewasa dibatasi maksimal 4 jam,
beberapa prosedur yang paling sering perawat memenuhi kebutuhan pasien,
untuk tidak dilakukan. Prosedur yang sering memberikan perlindungan, memonitor dan
tidak dilakukan oleh perawat di ruangan mengobservasi keselamatan pasien selama
dalam pelaksanaan intervensi restrain dilakukan restrain dan perawat diberikan
adalah 80% pengikatan dilakukan tanpa pelatihan khusus agar kompeten dalam
instruksi dokter, 73,3% perawat melakukan melakukan restrain.
restrain tanpa melakukan pengkajian
fisik terlebih dahulu, belum efektifnya DAFTAR PUSTAKA
pendokumentasian tindakan restrain di Abdul muhits, Nurul Hidayah, MH. Saputra,
rekam medis pasien, dan perawat belum Icha Suryani (2017) Hubungan Durasi
menerapkan prosedur membantu / Pemberian Restrain Dengan Resiko
melatih anggota gerak untuk mencegah Perilaku Marah Berulang Pada Pasien
luka dan kekakuan. Ketidakpatuhan Skizofrenia, Medica Majapahit, Vol.9
perawat dalam melakukan prosedur dalam No.2 Sept 2017.
standar prosedur operasional disebabkan
karena kurang kompeten. Cakupan Chan, F. Mak, N. ( 2008) Aggressive
kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh behaviour an acute psychiatric
26
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 1, Hal 19 - 27, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal